• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Tutorial Pediatri Skenario 3 (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Tutorial Pediatri Skenario 3 (3)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUTORIAL LAPORAN TUTORIAL SKENARIO 3 SKENARIO 3 BLOK PEDIATRI BLOK PEDIATRI DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH : KELOMPOK XVI KELOMPOK XVI MUHAMMAD

MUHAMMAD IRSA IRSA MADJID MADJID G G 00151660015166 JAMES

JAMES NOBLE NOBLE PETRULINI PETRULINI G G 00151180015118 TEOFILUS

TEOFILUS ABDIEL ABDIEL G G 00152240015224 HAIDAR

HAIDAR RUSYDI RUSYDI G G 00151000015100 ZAKI

ZAKI RAMADHANI RAMADHANI RAHMAWAN RAHMAWAN G G 00152400015240 SITI NUR

SITI NUR NA’IMAHNA’IMAH G G 00152140015214 AFIDA

AFIDA ZAHRA ZAHRA G G 00150080015008 BELLA

BELLA MONIKA MONIKA RAJAGUKGUK RAJAGUKGUK G G 00150420015042 NOOR

NOOR IQMALIYA IQMALIYA RACHMA RACHMA G G 00151880015188 ERLYN

ERLYN MERIKA MERIKA G G 00150680015068 KIRANA

KIRANA PAWITRA PAWITRA NARESWARI NARESWARI G G 00151300015130 MERINA

MERINA RACHMADINA RACHMADINA G G 00151540015154

Tutor: ANNANG GIRI MOELYO, dr., Sp.A(K), M.Kes Tutor: ANNANG GIRI MOELYO, dr., Sp.A(K), M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2018 2018

(2)
(3)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN I. I. PERMASALAHANPERMASALAHAN

Masalah yang terdapat dalam skenario 3 ini adalah: Masalah yang terdapat dalam skenario 3 ini adalah: 1.

1. Bagaimana perkembangan normal pada anak berdasarkan usia?Bagaimana perkembangan normal pada anak berdasarkan usia? 2.

2. Bagaimana cara memeriksa domain perkembangan?Bagaimana cara memeriksa domain perkembangan? 3.

3. Apa yang menyebabkan anak mengalami gangguan tumbuh kembang?Apa yang menyebabkan anak mengalami gangguan tumbuh kembang? 4.

4. Bagaimana abnormalitas pertumbuhan dan perkembangan pada anak?Bagaimana abnormalitas pertumbuhan dan perkembangan pada anak? 5.

5. Apa saja tes-tes lain untuk menilai domain perkembangan?Apa saja tes-tes lain untuk menilai domain perkembangan? 6.

6. Apakah ada Denver I dan Denver III?Apakah ada Denver I dan Denver III? 7.

7. Bagaimana cara monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak?Bagaimana cara monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak? 8.

8. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang?Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang? 9.

9. Apa indikasi pemeriksaan Denver II?Apa indikasi pemeriksaan Denver II? 10.

10. Diagnosis yang mungkin dialami anak pada skenario?Diagnosis yang mungkin dialami anak pada skenario? 11.

11. Diagnosis banding kasus pada skenario?Diagnosis banding kasus pada skenario? 12.

12. Tatalaksana dari diagnosis dan diagnosis banding?Tatalaksana dari diagnosis dan diagnosis banding?

II.

II. TUJUAN PEMBAHASANTUJUAN PEMBAHASAN

Tujuan pembelajaran (

Tujuan pembelajaran ( Learning Objective Learning Objective) pada skenario adalah:) pada skenario adalah: 1.

1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses tumbuh kembang normal pada bayi danMahasiswa mampu menjelaskan proses tumbuh kembang normal pada bayi dan anak.

anak. 2.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pemeriksaan dan screening tumbuhMahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pemeriksaan dan screening tumbuh kembang pada bayi dan anak.

kembang pada bayi dan anak. 3.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembangMahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang  pada bayi dan anak.

 pada bayi dan anak. 4.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak.Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak. 5.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana gangguan tumbuh kembang padaMahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana gangguan tumbuh kembang pada  bayi dan anak.

(4)

III.

III. SKENARIOSKENARIO

Kok Anakku belum bisa jalan…? Kok Anakku belum bisa jalan…?

Suryadi, bocah berusia 2,5 tahun itu hanya bergelayut manja di gendongan Suryadi, bocah berusia 2,5 tahun itu hanya bergelayut manja di gendongan sang ibu. Ia

sang ibu. Ia belum bisa merangkak apalagi berjalanbelum bisa merangkak apalagi berjalan, dan sampai saat ini, dan sampai saat ini belumbelum sepatah katapun bisa diucapkannya

sepatah katapun bisa diucapkannya, hanya rengekan pelan yang keluar dari, hanya rengekan pelan yang keluar dari mulutnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan

mulutnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan Denver IIDenver II  oleh dokter didapatkan adanya  oleh dokter didapatkan adanya

keterlambatan di semua domain perkembangan keterlambatan di semua domain perkembangan..

(5)

BAB II

DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA

I. LANGKAH I : MEMBACA SKENARIO DAN MENGKLARIFIKASI KATA SULIT

Dalam skenario ini kami menemukan beberapa istilah sebagai berikut: 1. Denver II

Merupakan tes untuk mengontrol perkembangan bayi atau anak usia pra sekolah (motorik halus, motorik kasar, bahasa, sosial).

2. Domain Perkembangan

Area untuk berkembang sampai dewasa, terdiri atas: a. Motorik Halus

 b. Motorik Kasar

c. Tingkah Laku Sosial d. Bahasa

II. LANGKAH II : MERUMUSKAN PERMASALAHAN

Masalah yang terdapat dalam skenario 3 ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan normal pada anak berdasarkan usia? 2. Bagaimana cara memeriksa domain perkembangan?

3. Apa yang menyebabkan anak mengalami gangguan tumbuh kembang? 4. Bagaimana abnormalitas pertumbuhan dan perkembangan pada anak? 5. Apa saja tes-tes lain untuk menilai domain perkembangan?

6. Apakah ada Denver I dan Denver III?

7. Bagaimana cara monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak? 8. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang? 9. Apa indikasi pemeriksaan Denver II?

10. Diagnosis yang mungkin dialami anak pada skenario? 11. Diagnosis banding kasus pada skenario?

(6)

III. LANGKAH III : MELAKUKAN CURAH PENDAPAT DAN MEMBUAT PERNYATAAN SEMENTARA MENGENAI PERMASALAHAN DALAM LANGKAH II

1. Bagaimana perkembangan normal pada anak berdasarkan usia?

Pertumbuhan dan perkembangan secara garis besar terbagi dua tahap, yaitu masa prenatal dan masa  post natal. Masa prenatal, adalah masa janin didalam kandungan, dan terdiri atas dua periode yaitu masa embrio dan masa fetus. Masa embrio adalah periode setelah konsepsi hingga umur kehamilan 8 minggu, dimana ovum yang dibuahi akan mengalami diferensiasi yang  berlangsung cepat hingga membentuk suatu sistem organ dalam tubuh. Masa fetus adalah kehamilan pada awal minggu ke 9, dan dibagi pada dua tahap yaitu masa fetus dini dan masa fetus lanjut. Masa fetus dini mulai saat kehamilan berusia 9 minggu sampai dengan trimester kedua. Pada tahap ini, terjadi kecepatan yang meningkat pada pertumbuhan dan pembentukan janin, sehingga membentuk manusia dengan organ –  organ tubuh yang mulai berfungsi. Masa akhir trimester kedua memasuki trimester ketiga, menunjukkan fasa fetus dini memasuki fase fetus lanjut dimana, pertumbuhan berlangsung dengan pesat dan perkembangan fungsi-fungsi tubuh mulai terlihat.

Sesudah lahir, tahap pertumbuhan dan perkembangan akan masuk ke masa  post natal. Masa post natal terdiri dari beberapa periode, yaitu masa neonatal

(0-28 hari), masa bayi (bayi dini dan bayi lanjut), masa prasekolah, masa sekolah atau pra-pubertas dan masa remaja (adolescent). Tahap awal neonatus adalah  beradaptasi terhadap lingkungan, yang termasuk perubahan sirkulasi darah dan mulainya berfungsi berbagai organ –   organ tubuhnya yang lain seperti parunya. Setelah berakhirnya masa neonatus, fase berikutnya adalah fase bayi, yang terbagi dua fase yaitu bayi dini dan bayi lanjut. Fase bayi dini yang berawal dari usia 1  bulan hingga 12 bulan. Pada fase bayi dini pertumbuhan akan terjadi dengan pesat

dan proses pematangan organ akan berlangsung secara berkelanjutan terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. Setelah bayi mencapai usia 1 tahun, ia akan masuk ke masa bayi akhir, yang berlangsung hingga ia mencapai usia 2 tahun,

(7)

ditahap ini kecepatan pertumbuhan mulai menurun dan ada kemajuan pada  perkembangan motorik dan fungsi ekskresi.

Pada saat usianya masuk 2 tahun, dia akan memasuki tahap prasekolah (preschooler), di usia ini pertumbuhan anak akan berlangsung dengan stabil dan terjadi perkembangan dengan aktifitasnya sehari-hari dan meningkatnya keterampilan dan proses berpikir. Masa sekolah atau masa prapubertas terjadi  pada anak wanita dikalangan usia 6 hingga 10 tahun, sedangkan anak laki laki

usia 8 hingga 12 tahun, diperiode ini anak-anak akan mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah, keterampilan dan intelektual makin berkembang, dia senang bermain berkelompok dengan jenis kelamin yang sama. Anak wanita biasanya akan memasuki masa adolesensi 2 tahun lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Usia anak wanita memasuki masa adolesensi adalah antara usia 10 hingga 18 tahun, sedangkan anak laki -laki akan mengalami masa adolensensi diusia 12 hingga 20 tahun. Masa ini merupakan transisi periode anak memasuki tahap menjadi seorang dewasa. Ada terjadi  percepatan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sangat pesat yang

disebut  Adolescent Growth spurt yang disertai juga dengan terjadi pertumbuhan dan perkembangan pesat dari alat kelamin dan timbulnya tanda- tanda kelamin sekunder.

2. Bagaimana cara memeriksa domain perkembangan?

Domain perkembangan adalah suatu area yang mengalami proses  perkembangan selama manusia tumbuh dan berkembang hingga menjadi manusia

dewasa. Terdapat empat domain perkembangan:

a.  Personal social  (kepribadian atau tingkah laku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan  berinteraksi dengan lingkungannya.

 b.  Fine motor adaptive (gerakan motoric halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-oto kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang

(8)

cermat. Misalnya kemampuan untuk menggambar dan memegang suatu  benda.

c.  Language (bahasa)

Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti  perintah, dan berbicara spontan.

d. Gross motor  (perkembangan motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh (Soetjiningsih, 2012).

3. Apa yang menyebabkan anak mengalami gangguan tumbuh kembang?

Beberapa hal yang dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak antara lain proses kelahiran, stimulasi yang kurang, obesitas, Kelainan hormonal, malnutrisi, masalah kesehatan kronis, psikologis, faktor lingkungan lainnya.

4. Bagaimana abnormalitas pertumbuhan dan perkembangan pada anak? Dijelaskan di LO.

5. Apa saja tes-tes lain untuk menilai domain perkembangan?

Keluhan orang tua terhadap perkembangan anaknya merupakan modal utama dalam deteksi dini perkembangan dan mempunyai korelasi positif dengan diagnosis perkembangan yang sebenarnya. Berdasarkan informasi dari orang tua, alat skrining perkembangan yang sering digunakan adalah KPSP dan PEDS. Alat skrining perkembangan KPSP adalah kuesioner yang diadopsi dari prescreening developmental questionnaire (PDQ) dan telah direkomendasikan oleh Kementerian Kesehatan RI untuk dikerjakan di tempat pelayanan kesehatan  primer. Alat skrining PEDS adalah kuesioner yang dapat diselesaikan dalam 5 menit, mempunyai sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, serta membantu dokter untuk menggali keluhan para orang tua tentang gangguan perkembangan perilaku  putra putrinya. Salah satu skrining formal yang telah banyak dikerjakan oleh  profesi kesehatan di dunia, termasuk Indonesia adalah tes Denver II.

(9)

Alat skrining KPSP, PEDS, dan tes Denver II merupakan perangkat skrining perkembangan yang sering dipergunakan sehingga ketiga perangkat tersebut seyogyanya memiliki tingkat kesepakatan yang baik. Penelitian ini  bertujuan untuk menilai kesepakatan hasil antara ketiga instrumen tersebut dalam

skrining perkembangan anak usia balita.

6. Apakah ada Denver I dan Denver III?

DDST ( Denver Development Screening Test ) Pertama kali dipublikasikan pada tahun 1967 untuk membantu tenaga kesehatan mendeteksi masalah perkembangan  potensial pada anak anak dibawah usia 6 tahun. DDST digunakan secara luas sejak publikasi. Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang DDST dan Revised Denver Developmental Screening Test ( DDST-R)

7. Bagaimana cara monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak?

Monitoring pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilakukan dengan  parameter ukur tertentu seperti fisik, gizi, maturitas dan penilaian milestones  perkembangan. Penilaian pertumbuhan anak menggunakan parameter ukuran

antropometrik yang sering dipakai pada penilaian pertumbuhan fisik yaitu berat  badan, tinggi badan, lingkaran kepala, tebal lipatan kulit dan lingkaran lengan atas  panjang . Untuk berat badan pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan timbangan seperti timbangan injak. Berat badan merupakan ukuran antropometrik terpenting, karena merupakan hasil keseluruhan peningkatan jaringan-jaringan tulang, otot, lemak dan juga cairan tubuh. Berat badan pada saat ini merupakan indikator yang baik untuk menentukan status gizi anak serta keadaan tumbuh kembang anak

Pengukuran tinggi badan pada usia hingga 2 tahun diukur dengan menggunakan alat infantometer. Bayi dalam posisi berbaring diantara alat, dan satu bagian dari alat menempel dibagian ubun-ubun bayi. Untuk anak usia diatas 2 tahun dapat digunakan alat seperti stadiometer, microtoise, dan tinggi duduk

Pengukuran lingkaran kepala dilakukan pada daerah occipitofrontal anak, dan mencerminkan volume intrakranial yang merupakan ukuran pertumbuhan

(10)

otak. Laju tumbuh akan pesat dalam waktu 6 bulan pertama semenjak lahir, dan akan terus berkurang hingga usia 3 tahun. Maka manfaat pengukuran lingkaran kepala terbatas hingga usia 3 tahun kecuali pada kasus hidrosefalus

Lingkaran lengan atas dilakukan dari biasanya pada lengan kiri. Lengan dibiarkan menggantung bebas disamping badan. Batas pengukuran adalah  pertengahan antara akromion dan olekranon pada lengan dibengkokkan 90 derajat.

Pengukuran lingkaran lengan mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak dipengaruhi terlalu banyak oleh jumlah cairan tubuh seperti  berat badan. Ini juga bisa dipakai untuk menilai status gizi dan keadaan tumbuh

kembang pada anak di dalam kelompok usia prasekolah

Selain menggunakan pengukuran antropometrik untuk menilai  pertumbuhan anak, dapat juga dilakukan pemantauan terhadap bentuk tubuh,  perbandingan bagian kepala, tubuh dan bagiannya, pertumbuhan rambut termasuk warna rambut, diameter ketebalan atau ketipisan rambut dan akar rambut.Pemantauan juga dapat dilakukan terhadap gigi, melihat kapan gigi susu anak tumbuh atau erupsi dan penggantian dengan gigi permanen (Narendra, 2002). 8. Faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tumbuh kembang?

a. Faktor internal

Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak, yaitu:

i. Ras/etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

ii. Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,  pendek, gemuk, atau kurus.

iii. Umur

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan, dan pada masa remaja.

(11)

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas,  pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

v. Genetik

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti kerdil.

vi. Kelainan kromosom

Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan  pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma

Turner’s.

 b. Faktor eksternal

Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

i. Faktor prenatal 1) Gizi

 Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan memengaruhi pertumbuhan janin.

2) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot.

3) Toksin/zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis. 4) Endokrin

Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, dan hyperplasia adrenal.

(12)

Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, serta kelainan jantung.

6) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak,  bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan  jantung kongenital.

7) Kelainan imunologi

Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui  plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan akan

menyebabkan hemolysis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kerniktus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

8) Anoksia embrio

Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi  plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu.

9) Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.

ii. Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak

iii. Faktor pasca persalinan 1) Gizi

Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.

(13)

2) Penyakit kronis atau kelainan kongenital

Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.

3) Lingkungan fisik dan kimia

Lingkungan yang sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif dan zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok, dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak.

4) Psikologis

Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam  pertumbuhan dan perkembangan.

5) Endokrin

Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid, akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. 6) Sosioekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta kesehatan lingkungan yang jelek dan tidaktahuan, hal tesebut menghambat pertumbuhan anak.

7) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat memengaruhi tumbuh kembang anak.

8) Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan mainan, sosialisasi anak, serta keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

(14)

9) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan  pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.

9. Apa indikasi pemeriksaan Denver II? Dijelaskan di LO.

10. Diagnosis yang mungkin dialami anak pada skenario? Dijelaskan di LO.

11. Diagnosis banding kasus pada skenario? Dijelaskan di LO.

12. Tatalaksana dari diagnosis dan diagnosis banding? Dijelaskan di LO.

(15)

IV. LANGKAH IV : MENGINVENTARISASI PERMASALAHAN SECARA SISTEMATIS DAN PERNYATAAN SEMENTARA MENGENAI PERMASALAHAN PADA LANGKAH III

Gangguan Tumbuh Kembang Tumbuh Kembang Normal Anamnesis Pemeriksaan Fisik dan Screening Alloanamnesis Motorik Halus Autoanamnesis Diagnosis banding Pemeriksaan Penunjang Diagnosis Komplikasi dan Prognosis Faktor Tatalaksana    P    e    r     k   e     b   a    n    g    a    n KPSP Denver Motorik Kasar Bahasa Tingkah Laku Sosial Lingkar Kepala Berat Badan Tinggi Badan    T    u     b   u     h

(16)

V. LANGKAH V : MERUMUSKAN TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran (Learning Objective) pada skenario adalah:

1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses tumbuh kembang normal pada bayi dan anak.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pemeriksaan dan screening tumbuh kembang pada bayi dan anak.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang  pada bayi dan anak.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak. 5. Mahasiswa mampu menjelaskan tatalaksana gangguan tumbuh kembang pada

 bayi dan anak.

VI. LANGKAH VI : MENGUMPULKAN INFORMASI BARU DENGAN BELAJAR MANDIRI

Masing-masing anggota kelompok kami telah mencari sumber-sumber ilmiah dari yang sesuai dengan topik diskusi tutorial ini secara mandiri untuk disampaikan dalam pertemuan berikutnya. Pengumpulan informasi telah dilakukan oleh masing-masing anggota kelompok kami dengan menggunakan sumber referensi ilmiah seperti  buku, review, dan artikel ilmial yang berkaitan dengan skenario ini.

(17)

VII. LANGKAH VII : MELAPORKAN, MEMBAHAS, DAN MENATA KEMBALI INFORMASI YANG HARUS DIPEROLEH

Mahasiswa mampu menjelaskan proses tumbuh kembang normal pada bayi dan anak.

Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu selalu tumbuh dan berkembang sejak konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal ini yang membedakan anak dengan dewasa. Anak bukan dewasa kecil . Anak menunjukkan ciri-ciri  pertumbuhan dan perkembangan yang sesuai dengan usianya.

Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat.

Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleksdalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.

Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan. Berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalkan perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi. Kesemua fungsi tersebut berperan dalam kehidupan manusia yang utuh.

Ciri-ciri tumbuh kembang anak:

a. Perkembangan menimbulkan perubahan

Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap  pertumbuhan disertai perkembangan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan serabut saraf.

b. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan  perkembangan selanjutnya

Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahap sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak

(18)

tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu  perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan

menentukan perkembangan selanjutnya.

c. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda beda baik dalam pertumbuhan fisik maupun  perkembangan fungsi organ dan perkembangan masing-masing anak.

d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan

Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lain-lain. Anak sehat, bertambah umur, bertambah berat badan dan tinggi badannya serta bertambah kepandaiannya.

e. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap:

1) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala, kemudian menuju ke arah keudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal)

2) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimodistal).

f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan  berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu menggambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan, dan sebagainya.

Prinsip-prinsip tumbuh kembang anak:

(19)

Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui  belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang

diwariskan dan potensi yang dimiliki anak.

b. Pola perkembangan dapat diramalkan

Terdapat perssamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan. Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahap spesifik, dan terjadi berkesinambungan.

Domain Perkembangan Anak 

a. Perkembangan motorik kasar 

Kemampuan Usia Pencapaian Kontol kepala:

Mengangkat kepala hingga 450 2 –  2,5 bulan Mengangkat kepala hingga 900 2,5 –  3 bulan Duduk dengan kepala stabil 3,5 –  4 bulan

Duduk tanpa bersandar 6,5 –  8 bulan

Berdiri/berjalan sendiri 13 – 15 bulan

Melangkah 21 –  22 bulan

b. Perkembangan motorik halus

Kemampuan Usia Pencapaian

Tersenyum 6 minggu

Meraih 4 bulan

Memindahkan benda 6 bulan

Mencubit 8 bulan

c. Perkembangan bahasa

Kemampuan Usia Pencapaian Gumaman kanonikal (dada, 6 –  10 bulan

(20)

mama)

Membentuk kata-kata 9 –  10 bulan

Memproduksi kata-kata 12 –  13 bulan

Menggunakan kata kerja 18 bulan

Kombinasi kata-kata 20 bulan

Penggunaan tata bahasa 24 –  36 bulan

(21)

Mahasiswa mampu menjelaskan mekanisme pemeriksaan dan screening tumbuh kembang pada bayi dan anak.

KPSP (Kuisioner Pra Skrining Perkembangan)

Merupakan kuisioner yang berisi 9-10 pertanyaan singkat pada orang tua/pengasuh tentang kemampuan yang telah dicapai anak, mulai dari umur 3  bulan, minimal tiap 3 bulan sampai umur 2 tahun, minimal tiap 6 bulan sampai umur 6 tahun. KPSP ini digunakan untuk mengetahui apakah perkembangan anak sesuai umurnya atau terlambat. KPSP memiliki kelemahan disbanding dengan Denver II, yaitu KPSP terlambat 1-3 bulan (kemungkinan false negative)  pernyataan tidak imbang antar 4 aspek perkembangan. Alat yang digunakan  berupa:

a. Kuisioner (daftar pertanyaan) sesuai umur anak  b. Kertas, pensil

c. Bola karet atau plastic seukuran bola tenis d. Kerincingan

e. Kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah

f. Benda-benda kecil seperti kismis/potongan biscuit kecil berukuran 1,5-1cm

Langkah-langkah pelaksanaan:

a. Hitung umur anak (tanggal, bulan, tahun)

i. Lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan

ii. Prematur: sampai umur 2 tahun dikurangi prematuritasnya  b. Buka kuisioner sesuai umurnya: 3, 6, 9, 12 bulan, dst.

Atau kuisioner yang lebih muda dari umurnya (kalua datang umur 4 atau 5  bulan, gunakan kuisioner umur 3 bulan dulu)

c. Jelaskan tujuan KPSP pada orang tua d. Tanyakan isi KPSP sesuai urutan

e. Atau melaksanakan perintah sesuai KPSP

(22)

a. “Ya”, bila orang tua menjawab: anak bisa  melakukan atau pernah  atau

sering atau kadang-kadang.

 b. “Tidak” bila anak belum pernah/tidak pernah/ibu tidak tahu

c. Bila “Ya” berjumlah 9-10, berarti perkembangan anak sesuai tahap  perkembangannya (S).

i. Beri pujian pada ibu ii. Teruskan pola asuh

iii. Teruskan stimulasi sesuai tahap perkembangan berikutnya iv. Ikutkan anak di Posyandu, BKB, PADU

d. Bila “Ya” berjumlah 7-8, berarti meragukan (M). i. Beri dukungan ibu

ii. Ajarkan cara stimulasi sesuai kelompok umur

iii. Cari kemungkinan penyakit yang menyebabkan penyimpangan  perkembangan

iv. Ulangi setelah 2 minggu kemudian dengan KPSP sesuai umur anak v. Jika hasil KPSP ulangan “Ya” tetap 7-8, maka kemungkinan ada

 penyimpangan (P) segera rujuk RS terdekat.

e. Bila “Ya” sama atau kurang dari 6, kemungkinan ada penyumpangan (P), rinci jawaban tidak pada aspek perkembangan yang mana.

i. Segera rujuk ke Rumah Sakit

ii. Tulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan

Denver II

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur <6 tahun menggunakan Denver II meliputi 125 gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi:

a. Personal sosial: penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan

 b. Motorik halus: koordinasi mata tangan, memainkan, menggunakan benda- benda kecil

(23)

d. Motorik kasar: duduk, jalan, melompat, dan gerakan umum otot besar

Langkah pelaksanaan:

1. Sapa orang tua/pengasuh dengan ramah 2. Jelaskan tujuan pelaksanaan tes

3. Buat komunikasi yang baik dengan anak 4. Hitung umur anak dan buat garis umur

i. Instruksi umum: catat nama anak, tanggal lahir, dan tanggal  pemeriksaan pada formulir.

ii. Umur anak dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi tanggal lahir (1 tahun = 12 bulan; 1 bulan = 30 hari; 1 minggu = 7 hari)

iii. Bila anak lahir premature, koreksi faktor prematuritas. Untuk anak yang lahir lebih dari 2 minggi sebelum tanggal perkiraan dan  berumur kurang dari 2 tahun, maka harus dilakukan koreksi.

5. Tarik garis umur dari garis atas ke bawah dan cantumkan tanggal  pemeriksaan pada ujung atas garis umur.

6. Lakukan tugas perkembangan untuk tiap sector perkembangan dimulai dari sector yang paling mudah dan dimulai dengan tugas perkembangan yang terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis umur

i. Pada tiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yang  paling dekat di sebelah kiri garis umur serta tiap tugas  perkembangan yang ditembus garis umur.

ii. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu ujicoba pada langkah i (“gagal”; “menolak”; “tidak ada kesempatan”), lakukan ujicoba tambahan ke sebelah kiri garis umur pada sektor yang sama sampai anak dapat “lulus” 3 tugas perkembangan.

iii. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkembangan pada langkah i, lakukan tugas perkembangan tambahan ke sebelah

(24)

kanan garis umur pada sektor yang sama sampai anak ”gagal” pada 3 tugas perkembangan.

7. Beri skor penilaian.

8. Selama tes perkembangan, amati perilaku anak. Apakah ada perilaku yang khas, bandingkan dengan anak lainnya. Bila ada perilaku yang khas tanyakan kepada orang tua/ pengasuh, apakah perilaku tsb merupakan  perilaku sehari-hari yang dimiliki anak tersebut. Bila tes perkembangan dilakukan sewaktu anak sakit, merasa lapar. dll dapat memberikan perlaku yang menghambat tes perkembangan.

Skor penilaian:

 Pass (P): bila anak melakukan uji coba dengan baik atau ibu/pengasuh anak memberi laporan yang dipercaya bahwa anak dapat melakukannya  Fail (F): bila anak tidak dapat melakukannya dengan baik

  No opportunity (No): bila tidak ada kesempatan bagi anak untuk melakukan uji coba karena ada hambatan

 Refusal (R): bila anak menolak untuk melakukan uji coba.

Penilaian individual:  Lebih (advanced)

Bila seorang anak lewat pada uji coba yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada uji coba tersebut

  Normal

Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba di sebelah kanan garis umur

 Caution/peringatan

Bila seorang anak gagal atau menolak uji coba, garis umur terletak pada atau antara persentil 75 dan 90

 Delayed/keterlambatan

Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan uji coba yang terletak lengkap di sebelah kiri garis umur

(25)

  No opportunity

Tidak ada kesempatan uji coba yang dilaporkan orangtua

Interpretasi Denver II:   Normal

1. Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak satu caution 2. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya

 Suspek

1. Bila didapatkan lebih dari atau sama dengan 2 caution dan atau lebih dari atau sama dengan 1 keterlambatan

2. Lakukan uji ulang dalam 1-2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan

 Tidak dapat diuji

1. Bila ada skor menolak pada lebih dari atau sama dengan 1 uji coba terletak di sebelah kiri garis umur atau menolak pada lebih dari 1 uji coba yang ditembus garis umur pada daerah 75-90%

2. Uji ulang dalam 1-2 minggu

3. Bila ulangan hasil pemeriksaan didapatkan suspek atau tidak dapat diuji, maka dipikirkan untuk dirujuk.

Mahasiswa mampu menjelaskan faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang pada bayi dan anak

Faktor 

a. Faktor dalam (internal)

1) Ras/etnik atau bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

2) Keluarga

Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus

(26)

3) Umur 

Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah masa prenatal, tahun pertama kehidupan, dan masa remaja

4) Jenis kelamin

Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki-laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan laki-laki akan lebih cepat

5) Genetik

Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Kelainan genetik akan mempengaruhi tumbuh kembang anak seperti kerdil.

6) Kelainan kromosom

Umumnya disertai kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma Down’s dan sindroma Turner’s

b. Faktor luar (eksternal)

1) Faktor prenatal

a) Gizi

 Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin.

b) Mekanis

Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot

c) Toksin/zat kimia

Beberapa obat-obatan seperti Amniopterin, Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoksis

d) Endokrin

Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal.

(27)

Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada  janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas

anggota gerak.

f) Infeksi

Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH dapat menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu, tuli, mikrosefali, retardasi mental dan kelainan jantung kongenital.

g) Kelainan imunologi

Eritroblastosis fetalis timbul atas perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk kedalam peredaran darah janin dan akan

menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan

hiperbilirubinemia dan  Kern Icterus yang akan menyebabkan kerusakan  jaringan otak 

h) Anoksia embrio

Anoreksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu

i) Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan yang salah/kekerasan mental  pada ibu hamil, dan lain-lain

2) Faktor persalinan

Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan

3) Faktor pasca persalinan

a) Gizi

Tumbuh kembang yang baik memerlukan asupan gizi yang adekuat.

b) Penyakkit kronis/kelainan kongenital

Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung, bawaan mengakibatkan reterdasi  pertumbuhan jasmani.

(28)

Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup dan berfungsi sebagai  penyedia kebutuhan dasar. Sanitasi yang kurang baik, sinar matahari,  paparan radioaktif, zat kimia tertentu mempunyai dampak negatif terhadap  pertumbuhan anak.

d) Psikologi

Hubungan anak dengan sekitarnya sangat mempengaruhi. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang merasa tertekan, cenderung mengalami hambatan dalam tumbuh kembangnya.

e) Endokrin

Gangguan hormon misalnya pada hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan

f) Sosio-ekonomi

Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek, dan ketidaktahuan. Hal tersebut akan menghambat tumbuh kembang anak.

g) Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak 

h) Stimulasi

Perkembangan memerlukan stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan keluarga terhadap kegiatan anak.

i) Obat-obatan

Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya hormon pertumbuhan

Mahasiswa mampu menjelaskan gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak dan tatalaksananya

Beberapa diagnosis banding yang kami angkat dari skenario ini adalah :

(29)

Cerebral palsy adalah kelainan yang disebabkan oleh kerusakan otak yang mengakibatkan kelainan pada fungsi gerak dan koordinasi, psikologis dan kognitif sehingga mempengaruhi proses belajar mengajar. Cerebral palsy dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Spasticity, yaitu kerusakan pada kortex cerebellum yang menyebabkan

hiperaktive reflex dan strech relex. Spasticity dapat dibedakan menjadi: a)  Paraplegia, apabila kelainan menyerang kedua tungkai.

b) Quadriplegia, apabila kelainan menyerang kedua tungkai dan kedua tangan.

c)  Hemiplegia, apabila kelainan menyerang satu lengan dan satu tungkai dengan terletak pada belahan tubuh yang sama.

2)  Athetosis, yaitu kerusakan pada bangsal banglia yang mengakibatkan

gerakan-gerakan menjadi tidak terkendali dan terarah.

3)  Ataxsia, yaitu kerusakan otot pada cerebellum yang mengakibatkan

gagguan pada keseimbangan.

4) Tremor, yaitu kerusakan pada bangsal ganglia yang berakibat timbulnya

getaran-getaran berirama, baik yang bertujuan maupun yang tidak  bertujuan.

5)  Rigiditi, yaitu kerusakan pada bangsal ganglia yang mengakibatkan

kekakuan pada otot.

Adapun karakteristik cerebral palsy sesuai dengan derajat kemampuan fungsional yaitu:

1) Golongan Ringan

Golongan ringan umumnya dapat hidup bersama anak-anak sehat lainnya, kelainan yang dialami tidak mengganggu dalam kegiatan sehari-hari, maupun dalam mengikuti pendidikan.

2) Golongan Sedang

Perlu adanya pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat  bergerak atau bicara. Anak memerlukan alat bantuan khusus untuk

memperbaiki pola geraknya.

(30)

Golongan yang sudah termasuk berat sudah menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa, sama sekali sulit melakukan kegiatan dan tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang lain.

b. Retardasi mental

(DSM-IV-TR) mendefinisikan retardasi mental sebagai berikut :

 Memiliki kecerdasan intelektual (IQ) kurang dari atau sama dengan 70.

 Gangguan pada fungsi adaptif paling tidak dua dari bagian : komunikasi, perawatan diri, rumah tinggal, kemampuan sosial,  penggunaan kebutuhan komunitas, pengarahan diri, kemampuan

akademik fungsional, bekerja, kesehatan, dan keamaan.  Onsetnya kurang dari umur 18 tahun.

Terdapat 4 golongan retardasi mental, yaitu :

a)  Mild retardation (retardasi mental ringan), IQ 50-69

b)  Moderate retardation (retardasi mental sedang), IQ 35-49

c) Severe retardation (retardasi mental berat), IQ 20-34

d)  Profound retardation (retardasi mental sangat berat), IQ <20

c. Autisme

Kebiasaan dan tumbuh kembang yang dapat ditemui pada anak dengan autisme adalah :

1) Regresi pada pertumbuhan

2) Reaksi abnormalitas pada stimuli lingkungan

3) Abnormalitas pada interaksi social

4) Tidak senyum saat disapa oleh orang tua dan orang yang familiar dengannya

5) Tidak adanya respon tipikal terhadap n yeri dan cedera fisik 

6) Keterlambatan bicara

7) Ada riwayat sakit infeksi dan demam

8) Memiliki kebiasaan dengan stereotip dan dilakukan secara berulang-ulang.

(31)

Skrining bayi dan anak yang memiliki tanda dan gejala autis sangat perlu dilakukan karena hal itu menentukan terapi dan evaluasi yang perlu dilakukan. Anak yang memiliki saudara kandung yang autis memiliki risiko untuk mengalami autis. Skrining tidak hanya dilakukan pada anak yang memiliki tanda dan gejala autis tetapi juga dilakukan pada anak yang terlambat bicara, mengalami kesulitan dalam belajar, memiliki masalah dalam bersosialisasi dan anak dengan gejala kecemasan atau depresi (Filipek P.A., et al ., 2000)

Abnormalitas dari hasil pemeriksaan yang dilakukan pada anak suspek autisme adalah :

1) Adanya abnormalitas pada pergerakan motorik (kecanggungan, berjalan secara kikuk, bertepuk tangan, tik)

2) Kelainan dermatologi (lipatan jari yang abnormal)

3) Abnormalitas pada lingkar kepala (kecil saat lahir, ukuran meningkat dari umur 6 bulan –  2 tahun, saat remaja menjadi normal)

4) Stereotip pada orofacial, ekstremitas dan kepala (tanpa tujuan, berulang-ulang, mencontoh gerakan, postur, dan suara)

5) Kebiasaan melukai diri sendiri (mencubit kulit, menggigit diri sendiri, memukul kepala)

6) Kekerasan fisik yang ditimbulkan orang lain (orang tua dan guru)

7) Pelecehan seksual: pemeriksaan eksternal dari genital sangat diperlukan;jika memar atau terdapat bukti lain dari trauma, perlu dilakukan pemeriksaan pelvis dan rektal.

d. Gangguan endokrin

Sistem endokrin berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kita karena menghasilkan berbagai macam hormon, salah satunya hormon  pertumbuhan.Adanya gangguan pada kelenjar endokrin dapat menyebabkan  perawakan tinggi dan pendek pada anak. Berikut adalah beberapa kelainan endokrin menurut Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1985):

(32)

a)  Hypopituitary dwarf : disebabkan karena kekurangan hormon  pertumbuhan dan hormon gonadotropin. Berat badan lahir

normal hingga tahun pertama pertumbuhan, kemudian menjadi tertinggal dibanding anak-anak seusianya, intelegensianya normal, dan tidak terjadi perubahan fisik saat pub ertas.

b)  Hypothyroid dwarf : disebabkan kekurangan hormon tiroid, dimana hormon tiroid berperan banyak dalam pertumbuhan sel dan metabolisme zat di dalam tubuh.

c)  Hypogonadal dwarf : terjadi juga pada sindrom Turner.

d)  Delayed adolescence: masa akil balik timbul terlambat tertinggal dua tahun dari anak-anak seusianya.

e) Progeria: anak berukuran kecil dan tidak ada perubahan saat akil balik. Namun, anak cepat menjadi tua dan memiliki ciri-ciri penuaan, seperti botak, wajah seperti orang tua, kulit keriput, dan mengalami aterosklerosis.

f) Pubertas prekoks: anak menjadi lebih tinggi dari anak seusianya karena pubertas yang terjadi awal. Tetapi karena awal itu pula, epifisis cepat menutup sehingga saat dewasa menjadi lebih kecil dari anak-anak seusianya.

2) Perawakan tinggi

a)  Hyperpituitary gigantism: produksi hormon pertumbuhan yang  berlebihan saat anak-anak akan menjadi gigantisme. Sedangkan, apabila terjadi saat dewasa akan menjadi akromegali.

b)  Hyperadrenalisme: dapat berupa sindrom Cushing ataupun terjadinya hiperplasia adrenal kongenital.

c)  Hypergonadisme: adanya tumor pada testis dan ovarium dapat menimbulkan pubertas prekoks.

d)  Hyperthyroidisme: anak menjadi lebih tinggi dan usia tulang akan menjadi lebih maju daripada usia kronologisnya.

(33)

Sindrom Down merupakan kelainan genetik yang dikenal sebagai trisomi, karena individu yang mendapat sindrom Down memiliki kelebihan satu kromosom. Mereka mempunyai tiga kromosom 21 dimana orang normal hanya mempunyai dua saja. Kelebihan kromosom ini akan mengubah keseimbangan genetik tubuh dan mengakibatkan perubahan karakteristik fisik dan kemampuan intelektual, serta gangguan dalam fungsi fisiologi tubuh.

Terdapat dua tipe uji yang dapat dilakukan untuk mendeteksi bayi sindrom Down. Pertama adalah uji skrining yang terdiri daripada blood test dan/atau sonogram. Uji kedua adalah uji diagnostik yang dapat memberi hasil pasti apakah  bayi yang dikandung menderita sindrom Down atau tidak. Pada sonogram, tehnik  pemeriksaan yang digunakan adalah Nuchal Translucency (NT test). Ujian ini dilakukan pada minggu 11 –  14 kehamilan. Apa yang diuji adalah jumlah cairan di bawah kulit pada belakang leher janin. Tujuh daripada sepulah bayi dengan sindrom Down dapat dikenal pasti dengan tehnik ini. Hasil ujian sonogram akan dibandingkan dengan uji darah. Pada darah ibu hamil yang disuspek bayinya sindrom Down, apa yang Universitas Sumatera Utara 19 diperhatikan adalah  plasma protein-A dan hormon human chorionic gonadotropin (HCG). Hasil yang tidak normal menjadi indikasi bahwa mungkin adanya kelainan pada bayi yang dikandung. Terdapat beberapa uji diagnostik yang boleh dilakukan untuk mendeteksi sindrom Down. Amniocentesis dilakukan dengan mengambil sampel air ketuban yang kemudiannya diuji untuk menganalisa kromosom janin. Kaedah ini dilakukan pada kehamilan di atas 15 minggu. Risiko keguguran adalah 1 per 200 kehamilan. Chorionic villus sampling (CVS) dilakukan dengan mengambil sampel sel dari plasenta. Sampel tersebut akan diuji untuk melihat kromosom  janin. Tehnik ini dilakukan pada kehamilan minggu kesembilan hingga 14. Resiko

keguguran adalah 1 per 100 kehamilan. Percutaneous umbilical blood sampling (PUBS) adalah tehnik di mana darah dari umbilikus diambil dan diuji untuk melihat kromosom janin. Tehnik dilakukan pada kehamilan diatas 18 minggu. Tes ini dilakukan sekiranya tehnik lain tidak berhasil memberikan hasil yang jelas. Resiko keguguran adalah lebih tinggi .

(34)

Secara fisik pasien sindrom Down mempunyai rangka tubuh yang pendek. Mereka sering kali gemuk dan tergolong dalam obesitas. Tulang rangka tubuh  penderita sindrom Down mempunyai ciri –   ciri yang khas. Tangan Universitas Sumatera Utara 22 mereka pendek dan melebar, adanya kondisi clinodactyly pada  jari kelima dengan jari kelima yang mempunyai satu lipatan (20%), sendi jari yang hiperekstensi, jarak antara jari ibu kaki dengan jari kedua yang terlalu jauh, dan dislokasi tulang pinggul (6%) (Brunner, 2007). Bagi panderita sindrom Down,  biasanya pada kulit mereka didapatkan xerosis, lesi hiperkeratosis yang

terlokalisir, garis –  garis transversal pada telapak tangan, hanya satu lipatan pada  jari kelima, elastosis serpiginosa, alopecia areata, vitiligo, follikulitis, abses dan infeksi pada kulit yang rekuren (Am J., 2009). Retardasi mental yang ringan hingga berat dapat terjadi. Intelegent quatio (IQ) mereka sering berada antara 20 –  85 dengan rata-rata 50. Hipotonia yang diderita akan meningkat apabila umur meningkat. Mereka sering mendapat gangguan artikulasi. (Mao R., 2003). Penderita sindrom Down mempunyai sikap atau prilaku yang spontan, sikap ramah, ceria, cermat, sabar dan bertoleransi. Kadang kala mereka akan menunjukkan perlakuan yang nakal dengan rasa ingin tahu yang tinggi (Nelson, 2003)

f. GPPH

Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) adalah gangguan neurobehaviour pada anak, yang ditandai dengan adanya gejala  berkurangnya perhatian dan atau aktivitas atau impulsivitas yang berlebihan. Kedua ciri tersebut merupakan syarat mutlak untuk diagnosis dan harusnya nyata  pada lebih dari satu situasi.

GPPH bermanifestasi sebagai kesulitan mempertahankan fokus dan bukan karena kurangnya pemahaman. Hiperaktivitas mengacu pada aktifitas motorik yang berlebihan seperti seorang anak yang berlarian, tidak bisa diam, gelisah,  banyak bicara. Impulsivitas mengacu pada tindakan tergesa-gesa yang terjadi

tanpa pemikiran dan memiliki potensi tinggi untuk merugikan individu misalnya, menyeberang ke jalan tanpa melihat. Perilaku impulsif dapat bermanifestasi

(35)

sebagai masalah sosial, misalnya, mengganggu orang lain secara berlebihan, dan atau membuat keputusan penting tanpa memikirkan konsekuensi jangka panjang, misalnya, mengambil pekerjaan tanpa informasi yang memadai

Etiologi sesungguhnya dari GPPH memang belum jelas diketahui. Faktor neurobiologi diduga salah satu faktor yang cukup kuat untuk timbulnya gangguan ini. Pemaparan zat toksik prenatal, prematuritas, dan mekanisme kelahiran yang mengganggu sistem saraf diperkirakan berhubungan dengan gangguan ini. Hasil  penelitian menyatakan bahwa faktor psikososial dapat menyebabkan dan

memperburuk gejala GPPH.

Mendeteksi GPPH diperlukan informasi tentang riwayat perkembangan serta observasi perilakunya sehari-hari dirumah, disekolah, maupun di berbagai tempat, karena saat di klinik anak dengan GPPH sering menunjukkan perilaku yang baik, sehingga tidak ditemukan gejala GPPH. Dampak negatif pada fungsi sehari-hari anak, baik dirumah, maupun di lingkungan yang lain serta kesulitan yang dialami anak perlu dipastikan dari informasi orangtua, guru maupun  pengasuh anak. Kuisioner yang berupa skala penilaian perilaku (rating scale)

untuk penapisan GPPH yang disusun sesuai dengan kriteria diagnosis, dapat dijadikan bahan untuk diisi atau dijawab oleh orangtua atau guru. Skala ini menggambarkan keadaan anak sehari-hari, apabila laporan dari orangtua atau guru menunjukkan adanya gejala GPPH dan menimbulkan kegagalan 33 fungsi atau apabila nilai total skor dari skala penilaian perilaku tersebut melampaui batas cut-off score, maka anak tersebut dapat dideteksi sebagai anak beresiko tinggi untuk terjadinya GPPH. Dua kuisioner skala penilaian yang dapat digunakan untuk keperluan skrining GPPH, yaitu Skala Penilaian Perilaku Anak Hiperaktif Indonesia (SPPAHI), dan Abbreviated Conner’s Teacher Rating Scale (ACTRS) yang telah divalidasi ke dalam bahasa Indonesia

(36)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

I. KESIMPULAN

Dari hasil diskusi yang telah kami lakukan selama dua pertemuan, kami menyimpulkan  bahwa pasien diskenario mengalami  global developmental delay. Selama tutorial, kami membahas tentang penilaian serta pengukuran status perkembangan anak. Selain itu, kami juga membahas faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami keterlambatan perkembangan. Terakhir, kami juga membahas tatalaksana umum untuk kasus pada anak yang mengalami keterlambatan perkembangan.

II. SARAN

Diskusi tutorial skenario 3 blok pediatri ini sudah berjalan dengan cukup baik. Namun, ada beberapa hal yang perlu dicermati yaitu mahasiswa harus lebih detail dalam mencari bahan terutama bagian-bagian yang cukup sering digunakan secara klinis. Selain itu, keaktifan mahasiswa juga masih kurang dalam berdiskusi sehingga diskusi sempat tersendat diawal. Terakhir, diharapkan pemimpin jalannya tutor lebih aktif mengajak temannya untuk berdiskusi.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abdoerrachman et al (1985). Buku Kuliah 1 Ilmu kesehatan Anak. Jakarta : Bagian IKA FK UI. Depkes RI (2011). Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang anak.

http://www.kesehatananak.depkes.go.id/index.php?view=article&catid=37%3Asubdit-

2&id=49%3Astimulasi-deteksi-intervensi-dini-tumbuh-kembang-anak&format=pdf&option=com_content&Itemid=80. Diakses pada tanggal 6 Maret 2017. Filipek P.A., et al  (2000). Practice parameter: screening and diagnosis of autism: report of the

Quality Standards Subcommittee of the American Academy of Neurology and the Child  Neurology Society. Neurology. 55(4):468-79.

Frankenburg W.K., Dodds J., Archer P. et al   (1992). The DENVER II: A major revision and restandardization of the Denver Developmental Screening T est. Pediatrics, 89:91-97.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (2011). Buku ajar: Nutrisi pediatrik dan penyakit metabolik jilid I. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (2011). Asuhan Nutrisi Pediatrik. http://idai.or.id/wp-content/uploads/2013/02/Rekomendasi-IDAI_Asuhan-Nutrisi-Pediatrik.pdf .  Diakses pada tanggal 7 Maret 2017.

 Narendra, M.S, dkk (2002). Buku Ajar I Tumbuh Kembang Anak dan Remaja Edisi Pertama IDAI. Jakarta : Sagung Seto.

Soedjatmiko (2001). Deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita. Sari Pediatri, Vol. 3. No. 3, Desember 2001 : 175-188.

Soetjiningsih (2003). Perkembangan Anak dan Permasalahannya. Jakarta: EGC.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (1985). Buku kuliah 1: ilmu kesehatan anak. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gambar

Gambar 1: Tahapan perkembangan bayi tahun pertama  (Abdoerrachman et al, 1985)

Referensi

Dokumen terkait