STUDI PENGARUH JARAK TIANG PANCANG PADA KELOMPOK TIANG
TERHADAP PERUBAHAN DIMENSI PILE CAP
Dona Dwi Saputro
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta email : donadwisaputro@gmail.com
Haryo Koco Buwono
Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jakarta email: haryo@antisintesa.com
ABSTRAK : Pile cap adalah suatu elemen struktur yang menyatukan satu atau beberapa pondasi tiang terhadap kolom atau elemen struktur lain di atasnya. Pile cap berfungsi menerima beban dari kolom yang kemudian disebarkan ke tiang pancang. Dalam suatu perencanaan, pile cap memiliki beragam bentuk modelisasi. Pada suatu pekerjaan pondasi, bentuk pile cap akan berbeda tergantung dari jumlah tiang pancang yang dikelompokkan dalam satu pile cap. Pondasi merupakan bagian bangunan yang menghubungkan bangunan dengan tanah, yang menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban berguna dan gaya-gaya luar terhadap gedung seperti tekanan angin dan gempa bumi, menurut Heinz Frick, 2001.
Berdasarkan analisis perhitungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara jarak antar tiang 2D, 2,5D dan 3D dengan tebal pile cap, menunjukkan grafik linear. Persamaan Korelasi antara Tebal Pile Cap dan jarak antar tiang dengan trend Linear Negatif. Berdasarkan analisis, rumusan yang dihasilkan tPC = -23,571(Lt) + 1371,4 untuk 3 pile, sedang untuk 6 pile adalah tPC = -25(Lt) +1375, dimana tPC adalah tebal pile cap, dan Lt adalah Jarak antar tiang. Analisis pengaruh jarak antar tiang pancang terhadap luasan pile cap, disimpulkan bahwa semakin panjang jarak antar tiang, luasan pile cap akan semakin besar. Pada analisis pengaruh jarak antar tiang pancang terhadap tebal pile cap, disimpulkan bahwa semakin panjang jarak antar tiang, tebal pile cap akan semakin kecil.
Kata kunci : pile cap, tiang pancang, kelompok tiang, jarak antar tiang
ABSTRACT: Pile cap is an element of the structure which unites one or several columns or pillars foundation of the elements of another structure on it.And serves to receive a stamp from the then whispered in piles.In a planning, pile cap models have various shapes. On a foundation work the pile cap would be different depending on the number of piles are grouped in one pile cap. Are the foundations of buildings that connects building with the ground that ensures stability, a building on its own weight the use and many forces outside the building as the wind an earthquake, and the frick, heinz 2001.
Based on the analysis that has been done can be concluded that the relationship between the gap between the 2D, 2,5D and 3D with thick pile cap, showing graphically the linear.A correlation between thick pile cap and a linear distance between the negative trend. Based on the analysis, the act that results tPC = -23,571 (Lt) + 1371,4 for 3 piles, and tPC = -25 (Lt) + 1375 for 6 piles, where the tpc is thick pile cap, and Lt the gap between the pile. The analysis between gap the piles against area pile cap, conclude that the long distance between the pile cap the huge area. In an analysis of the gap between piles against the thick pile cap, conclude that the long distance between the tree thick pile cap getting smaller.
LATAR BELAKANG
Pile cap adalah suatu elemen struktur yang menyatukan satu atau beberapa pondasi tiang terhadap kolom atau elemen struktur lain di atasnya. Pile cap berfungsi menerima beban dari kolom yang kemudian disebarkan ke tiang pancang. Dalam suatu perencanaan, pile cap memiliki beragam bentuk modelisasi. Pada suatu pekerjaan pondasi, bentuk pile cap akan berbeda tergantung dari jumlah tiang pancang yang dikelompokkan dalam satu pile cap. Pada studi kasus ini, ditemukan bentuk pile cap yang berbeda sesuai dengan kebutuhan jumlah tiang pancang dalam satu pile cap dan juga adanya perbedaan jarak antar tiang dalam satu pile cap terhadap pile cap lainnya.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penelitian ini adalah agar dapat membandingkan efisiensi tebal pile cap terhadap perubahan jarak antar tiang pancang yang telah menerima beban konstruksi perencanaan.
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk mengetahui efisiensi tebal pile cap dari jarak efektif antar tiang pancang, yaitu 2D; 2,5D; dan 3D
2. Untuk mengetahui perbedaan dimensi luas pile cap untuk jarak efektif antar tiang pancang, yaitu 2D; 2,5D; dan 3D 3. Mendapatkan grafik perbandingan
antara tebal pile cap terhadap jarak antar tiang pancang.
LANDASAN TEORI Pondasi
Pondasi merupakan bagian bangunan yang menghubungkan bangunan dengan tanah, yang menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban berguna dan gaya-gaya luar terhadap gedung seperti
tekanan angin dan gempa bumi (Heinz Frick,
2001 : 40).
Pondasi merupakan suatu komponen yang memiliki fungsi sebagai kekuatan struktur ke zona yang berdekatan dengan tanah atau batuan (Geotechnical Engineering Foundation
Design – John N. Cernica).
Pondasi atau pandemen ialah suatu konstruksi, guna menjamin kedudukan bangunannya. Pandemen meneruskan berat bangunan dengan muatan-muatannya kepada tanah dibawahnya (Iman Subarkah,
1956 : 70).
Pile Cap/Kepala Tiang
Pile cap merupakan pelat beton bertulang
yang digunakan untuk menyalurkan beban konstruksi yang berada di atasnya, untuk selanjutnya diteruskan ke tiang pancang. Perencanaan pile cap harus dilakukan dengan teliti agar tidak terjadinya kegagalan struktur.
Tampak Atas Tampak Samping
Gambar 1 Pile Cap
Perhitungan Daya Dukung Aksial Tiang Pancang
Daya dukung aksial merupakan kekuatan tiang pancang dalam menerima beban maksimal. Sedangkan daya dukung aksial ijin merupakan kekuatan maksimal tiang pancang dalam menerima beban yang kemudian dikalikan dengan faktor reduksi guna mengurangi risiko keruntuhan.
Pada prinsipnya, ada tiga kategori dalam perhitungan daya dukung aksial tiang pancang. Diantaranya dengan cara statis, dinamis dan loading test.
Pada perhitungan cara statis, pondasi tiang pancang memperoleh daya dukungnya dari dua tahanan, yaitu :
1. Tahanan ujung tiang (end bearing pile), dimana daya dukung ini dipengaruhi tahanan ujung tiang yang umumnya berada pada zona tanah lunak di atas lapisan tanah keras.
2. Tahanan gesek tiang (friction pile), dimana daya dukung ini ditentukan oleh gaya gesek tiang dengan dinding tanah di sekitarnya.
Berdasarkan Data Bahan
Perhitungan daya dukung aksial berdasarkan data bahan, dihitung sesuai dengan PBI 1971 dimana kuat tekan beton dikali dengan faktor reduksi yaitu sebagai berikut :
Pn= (Ap× 0,33fc′) − Wp∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.1) Ap = sisi × sisi ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙ (2.2) Wp = Ap× L × Wc∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.3) dimana :
Pn = daya dukung nominal tiang pancang
(KN)
Ap = luas penampang tiang (m2)
fc’ = kuat tekan beton tiang pancang
(KPa)
L = panjang tiang pancang (m) Wp = berat tiang pancang (KN)
Wc = berat beton bertulang (KN/m3) Berdasarkan Data Sondir
Perhitungan daya dukung aksial berdasarkan data sondir dihitung dengan menggunakan metode Meyerhof, yaitu sebagai berikut : Pn= qc× Ap 3 + JHL + Ka 5 ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.4) dimana :
Pn = daya dukung nominal tiang pancang
(kg)
qc = nilai konus (kg/cm2)
Ap = luas penampang tiang (cm2)
JHL = jumlah hambatan lekat (kg/cm) Ka = keliling selimut tiang (cm)
Berdasarkan Data SPT
Perhitungan daya dukung aksial berdasarkan data SPT dihitung dengan menggunakan metode Meyerhof (1976), yaitu sebagai berikut : Pn = 38 × Nb× Ap+Ñ × As 5 ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.5) As = 4(sisi × L) ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.6) dimana :
Pn = daya dukung nominal tiang pancang
(KN)
Ap = luas penampang tiang pancang (m2)
Nb = nilai N-SPT rata-rata pada elevasi dasar
tiang pancang Nb = (N1+N2)/2
N1 = SPT pada kedalaman 3D pada ujung
tiang ke bawah
N2 = SPT pada kedalaman 8D pada ujung
tiang ke atas
Ñ = nilai SPT rata-rata di sepanjang tiang As = luas selimut tiang (m2)
L = panjang tiang (m)
Hasil perhitungan berdasarkan data SPT harus memenuhi syarat dimana :
38 × Nb× Ap+Ñ × As 5
≤ 380 × Ñ × Ap∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.7)
Daya Dukung Tiang Kelompok
Dalam menentukan daya dukung, tidak cukup hanya dengan meninjau daya dukung satu tiang (single pile). Sebab daya dukung kelompok tiang belum tentu sama dengan daya dukung satu tiang dikalikan dengan jumlah tiang. Terdapat dua cara dalam menentukan daya kelompok tiang (Pondasi
Tiang Pancang – Ir. Hardjono HS), yaitu :
1. Berdasarkan cara pemindahan beban 2. Berdasarkan beban yang diijinkan di atas
satu tiang
3. Berdasarkan efisiensi kelompok tiang
Berdasarkan Cara Pemindahan Beban
Perhitungan daya dukung kelompok tiang ditinjau dari cara pemindahan beban dilakukan berdasarkan acuan yang bersumber pada buku Pondasi Tiang Pancang
Jilid 1 – Ir. Sardjono HS, yaitu sebagai berikut: a. Point Bearing Piles
Png= pile× Pn∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.8) Dimana :
Png = daya dukung kelompok tiang (KN)
Pn = daya dukung tiang tunggal/single pile
(KN)
pile = jumlah tiang pancang
b. Friction Piles (faktor keamanan 3)
Png =1
3[c × Nc × A + 2(B + Y) × L × c] ∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.9) Dimana :
Png = daya dukung yang kelompok tiang ijin
(KN)
c = kekuatan geser tanah
Nc = faktor daya dukung ang dapat diperoleh
dari grafik menurut “Skempton” A = luas kelompok tiang
B = lebar kelompok tiang
Y = panjang kelompok tiang L = panjang tiang
Berdasarkan Beban yang Diijinkan di Atas Satu Tiang
Perhitungan daya dukung kelompok tiang ditinjau dari beban yang diijinkan di atas satu tiang dilakukan berdasarkan acuan yang bersumber pada buku Pondasi Tiang Pancang
Jilid 1 – Ir. Sardjono HS, yaitu sebagai berikut :
Qpg = pile× Pn∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.10) Diimana :
Qpg = daya dukung kelompok tiang (KN)
Pn = daya dukung tiang tunggal/single pile
(KN)
pile = jumlah tiang pancang
Berdasarkan Efisiensi Kelompok Tiang
Perhitungan daya dukung kelompok tiang ditinjau dari efisiensi kelompok tiang dilakukan berdasarkan acuan yang bersumber pada buku Pondasi Tiang Pancang
Jilid 1 – Ir. Sardjono HS, yaitu sebagai berikut:
1. Metode Feld eff. tiang
= 1 −Jumlah tiang yang mengelilingi Jumlah tiang ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.11)
Total eff. tiang
= jumlah tiang yang ditinjau × eff. tiang ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.12) eff tiap tiang =Total eff. tiang
pile ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.13) Jadi daya dukung tiap tiang menurut Feld : Daya Dukung = eff. tiang × Pn∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.14) dimana :
Pn = daya dukung single pile / tiang
tunggal (KN)
pile = jumlah tiang pancang
Epg = 1 − 90{ (n − 1)m + (m − 1)n m + n − 2 } ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.15) dimana :
Epg = nilai efisiensi kelompok tiang
m = jumlah baris
n = jumlah tiang dalam satu baris = Arc tand
s(derajat)
d = diameter tiang (m) s = jarak antar tiang (m)
3. Los Angeles Group – Action Formula
Epg= 1 − d π s m{m(n − 1) + (m − 1) + √2(m − 1)(n − 1)} ∙∙∙ ∙ (2.16) dimana :
Epg = Nilai efisiensi kelompok tiang
n = jumlah tiang dalam satu baris m = jumlah baris
d = diameter tiang (m) s = jarak antar tiang (m)
4. Seiler – Kenny Epg = {1 − 11s 7(s2− 1)− m + n − 2 m + n − 1} + 0,3 m + n ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.17) dimana :
Epg = nilai efisiensi kelompok tiang
s = jarak antar tiang (m) m = jumlah baris
n = jumlah tiang dalam satu baris
Perhitungan Dimensi Pile Cap
Perencanaan dimensi pile cap yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Pile Design and Construction Practice –
Fifth Edition, Michael Tomlinson & John Woodward, yaitu sebagai berikut :
1. Pile Cap dengan Tiga Tiang a. Panjang Pile Cap
lw = [k + 1] × D + 300 mm ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.29)
dimana :
lw = panjang pile cap (mm)
k = variabel jarak pile cap D = diameter pile (mm) b. Lebar Pile Cap bw = [√3
2 k + 1] × D + 300 mm ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.30)
dimana :
bw = lebar pile cap (mm)
k = variabel jarak pile cap D = diameter pile (mm)
Gambar 2. Pile Cap dengan Tiga Tiang
2. Pile Cap dengan Enam Tiang a. Panjang Pile Cap
lw = [2k + 1] × D + 300 mm ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.31) dimana :
lw = panjang pile cap (mm)
k = variabel jarak pile cap D = diameter pile (mm) b. Lebar Pile Cap
bw = [k + 1] × D + 300 mm ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ (2.32) dimana :
bw = lebar pile cap (mm)
k = variabel jarak pile cap D = diameter pile (mm)
Gambar 3. Pile Cap dengan Enam Tiang HASIL ANALISIS
Perhitungan Daya Dukung Tiang
Pada analisis perhitungan daya dukung tiang pancang, terdapat tiga bentuk tinjauan perhitungan. Diantaranya adalah daya dukung aksial tunggal, daya dukung aksial kelompok dan daya dukung lateral tiang. Berikut adalah data yang dipergunakan dalam perhitungan daya dukung tiang pancang :
Bentuk tiang pancang: Bujur sangkar Diameter tiang pancang (D): 250 mm Panjang tiang pancang (L): 9 m Berat beton bertulang (Wc): 24 KN/m3
Kuat tekan beton tiang pancang (fc’): 37
Mpa
Nilai konus (qc): 125 kg/cm2
Jumlah Hambatan Lekat (JHL): 1.275 kg/cm
Daya Dukung Lateral Tiang
Perhitungan daya dukung lateral dihitung berdasarkan defleksi toleransi (Broms). Berikut adalah langkah-langkah yang harus dihitung dalam perhitungan daya dukung lateral :
1. Momen Inersia
Analisis perhitungan momen inersia, yaitu sebagai berikut : Ip= 1 12bh 3 Ip= 1 120,25 × 0,25 3 Ip= 3,26 × 10−4 m4
2. Modulus Elastis Tiang
Analisis perhitungan modulus elastis tiang, yaitu sebagai berikut :
Ep= 4700√fc′
Ep= 4700 × √37 Mpa Ep= 28.589,983 MN/m2 Ep= 28.589.983 KN/m2 3. Koefisien Defleksi Tiang
Analisis perhitungan koefisien defleksi tiang, yaitu sebagai berikut :
= √ khd 4EpIp 4 = √ 27.000 × 0,25 4 × 28.589.983 × 3,26 × 10−4 4 = 0,652
4. Tiang Panjang dengan Ujung Jepit
syarat untuk klasifikasi tiang berdasarkan panjang tiang, yaitu sebagai berikut :
× L > 1,5 (𝑡𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘 𝑡𝑖𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔) 0,652 × 9 > 1,5
5,868 > 1,5 termasuk tiang panjang 5. Daya Dukung Nominal Lateral
Analisis perhitungan daya dukung nominal lateral, yaitu sebagai berikut :
Hn= yo× kh× d
Hn= 0,006 × 27000 × 0,25 0,652
Hn= 62,12 KN
Perhitungan Gaya Aksial Tiang
Beban aksial terfaktor kolom pada perhitungan gaya aksial tiang baik pada 3 pile dan 6 pile bersumber pada perencanaan awal gedung. Dimana pada pile cap dengan 3 pile sebesar 1.470 KN dan pile cap dengan 6 pile sebesar 2.900 KN.
Gaya Aksial dengan Tiga Tiang
Perhitungan gaya aksial untuk satu tiang pancang sebagai berikut :
Qu = Pu pile =
1.470
3 = 490 KN
Cek Qu < Pn, jika nilai Qu lebih besar dari Pn
maka tidak memenuhi syarat. Qu < Pn 490 KN < 608,69 KN memenuhi syarat untuk jarak 2D 490 KN < 613,19 KN memenuhi syarat untuk jarak 2,5D 490 KN < 634,93 KN memenuhi syarat untuk jarak 3D
Gaya Aksial dengan Enam Tiang
Perhitungan gaya aksial untuk satu tiang pancang, yaitu sebagai berikut :
Qu = Pu pile =
2900
6 = 483,333 KN
Cek Qu < Pn, jika nilai Qu lebih besar dari Pn
maka tidak memenuhi syarat. Qu < Pn 483,33 < 529,23 𝐾𝑁 memenuhi syarat untuk jarak 2D 483,33 < 537,48 𝐾𝑁 memenuhi syarat untuk jarak 2,5D 483,33 < 570,46 𝐾𝑁 memenuhi syarat untuk jarak 3D
Perhitungan Gaya Lateral Tiang
Beban lateral pada perhitungan gaya lateral tiang baik pada 3 pile dan 6 pile bersumber pada perencanaan awal gedung. Dimana pada pile cap dengan 3 pile untuk arah X sebesar 2.265,81 kg dan arah Y sebesar 262,68 kg. Sedangkan pada pile cap dengan 6 pile untuk arah X sebesar 981,45 kg dan arah Y sebesar 4.132,17 kg.
Gaya Lateral dengan Tiga Tiang
Langkah-langkah perhitungan gaya lateral untuk satu tiang pancang yaitu sebagai berikut :
1. Gaya Lateral Arah X
Perhitungan gaya lateral arah X dihitung berdasarkan persamaan 2.25, yaitu sebagai berikut : hux = Hux pile = 2.265,81 3 = 755,27 kg 2. Gaya Lateral Arah Y
Perhitungan gaya lateral arah Y dihitung berdasarkan persamaan 2.26, yaitu sebagai berikut :
huy = Huy pile =
262,68
3 = 87,56 kg 3. Gaya Lateral Maksimum
Perhitungan gaya lateral maksimum dihitung berdasarkan persamaan 2.27 dan harus memenuhi syarat berdasarkan persamaan 2.28 dimana humax < Hn, yaitu sebagai berikut : humax = √(hux2+ huy2) humax = √(755,272 + 87,562) humax = 760,33 kg humax = 7,6033 KN Cek humax < Hn 7,6033 KN < 62,15 KN memenuhi syarat
Gaya Lateral dengan Enam Tiang
Langkah-langkah perhitungan gaya lateral untuk satu tiang pancang yaitu sebagai berikut :
1. Gaya Lateral Arah X
Perhitungan gaya lateral arah X dihitung berdasarkan persamaan 2.25, yaitu sebagai berikut :
hux = Hux pile =
981,45
6 = 163,575 kg 2. Gaya Lateral Arah Y
Perhitungan gaya lateral arah Y dihitung berdasarkan persamaan 2.26, yaitu sebagai berikut :
huy = Huy pile =
4.132,17
3. Gaya Lateral Maksimum
Perhitungan gaya lateral maksimum dihitung berdasarkan persamaan 2.27 dan harus memenuhi syarat berdasarkan persamaan 2.28 dimana humax< Hn, yaitu sebagai
berikut : humax= √(hux2+ huy2) humax= √(163,5752+ 688,6952) humax= 707,85 kg humax= 7,7085 KN cek humax < Hn 7,7085 KN < 82,15 KN memenuhi syarat
Analisis Pengaruh Jarak antar Tiang Terhadap Efisiensi Tebal
Pile Cap
Perhitungan efisiensi tebal pile cap
dimaksudkan untuk merencanakan suatu pile
cap guna memperhitungan jumlah volume
beton yang digunakan maupun jumlah tulangannya jika ditinjau dari perbedaan jarak antar tiang dalam satu pile cap. Berikut adalah hasil analisis perhitungan efisiensi tebal pile cap yang ditinjau dari segi jarak antar tiang :
Tabel 1 Spesifikasi Perencanaan Pile Cap dengan Tiga Tiang
Spesifikasi Pile Cap Tiga Tiang
2D 2,5D 3D
Panjang Pile Cap (mm) 1.150 1.175 1.300 Lebar Pile Cap (mm) 1.070 1.090 1.200 Tebal Pile Cap (mm) 1.350 1.325 1.225 Tulangan Bawah Arah X D16 – 70 D16 – 70 D16 – 80 Tulangan Bawah Arah Y D16 – 70 D16 – 70 D16 – 80 Tulangan Atas Arah X D16 – 150 D16 – 150 D16 – 170 Tulangan Bawah Arah Y D16 – 160 D16 – 170 D16 – 190
Tabel 2. Spesifikasi Perencanaan Pile Cap dengan Enam Tiang
Spesifikasi Pile Cap Enam Tiang
2D 2,5D 3D
Panjang Pile Cap (mm) 1.750 1.800 2.050 Lebar Pile Cap (mm) 1.150 1.175 1.300 Tebal Pile Cap (mm) 1.350 1.325 1.200 Tulangan Bawah Arah X D16 – 70 D16 – 70 D16 – 90 Tulangan Bawah Arah Y D16 – 80 D16 – 80 D16 – 90 Tulangan Atas Arah X D16 – 160 D16 – 170 D16 – 190 Tulangan Bawah Arah Y D16 – 170 D16 – 180 D16 – 190
Gambar 4 Grafik Hubungan Tebal Pile Cap dengan Jarak Antar Tiang pada Tiga Tiang
Gambar 5. Grafik Hubungan Tebal Pile Cap dengan Jarak Antar Tiang pada Enam Tiang
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis perhitungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara jarak antar tiang dengan tebal pile cap, menunjukkan grafik linear. Persamaan Korelasi antara Tebal Pile Cap dan jarak antar tiang dengan trend Linear Negatif adalah sebagai berikut:
1. Kondisi 3 Tiang tPC = -23,571(Lt) + 1371,4 2. Kondisi 6 Tiang tPC = -25(Lt) +1375 1,350 1,325 1,300 1,275 1,2501,230 1,210 y = -23.571x + 1371.4 R² = 0.9977 1100 1200 1300 1400 600 625 650 675 700 725 750
Grafik Tebal Pile Cap
dengan Tiga Tiang
y = -25x + 1375 R² = 1 1100 1200 1300 1400 600 625 650 675 700 725 750
Grafik Tebal Pile Cap
dengan Enam Tiang
Jarak Antar Tiang(mm)Jarak Antar Tiang (mm)
Te ba l P ile Cap Te ba l P ile Cap 2D 2,5D 3D 2D 2,5D 3D
tPC = tebal pile cap
(Lt) = Jarak antar tiang
Terkait grafik hubungan tebal pile cap dengan jarak antar tiang, baik tiga tiang dan enam tiang, dapat disimpulkan bahwa : 1. Pada analisis pengaruh jarak antar tiang
pancang terhadap luasan pile cap, disimpulkan bahwa semakin panjang jarak antar tiang, luasan pile cap akan semakin besar.
2. Pada analisis pengaruh jarak antar tiang pancang terhadap tebal pile cap, disimpulkan bahwa semakin panjang jarak antar tiang, tebal pile cap akan semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Bowles, J.E. 1986. Analisa Dan Desain Pondasi Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga. 2. Bowles, J.E. 1991. Analisa Dan Desain Pondasi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga. 3. Bowles, J.E. 1992. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
4. Das, B.M. 1994. Mekanika Tanah, Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
5. Nakazawa, S. 2000. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi. Jakarta: Penerbit PT.Pradnya Paramita.
6. Smith, M.J. 1992. Mekanika Tanah. Jakarta: Penerbit Erlangga.