• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. PENDAHULUAN. Tanaman ini awalnya berasal dari benua Asia yaitu India dan Birma. Daerah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. PENDAHULUAN. Tanaman ini awalnya berasal dari benua Asia yaitu India dan Birma. Daerah"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Terung (Solanum Melongena L) adalah tanaman asli daerah tropis. Tanaman ini awalnya berasal dari benua Asia yaitu India dan Birma. Daerah penyebaran tanaman terung awalnya di beberapa negara (wilayah) antara lain di Karibia, Malaysia, Afrika Barat, Afrika Tengah, Afrika Timur, dan Amerika Selatan. Tanaman ini menyebar ke seluruh dunia, baik negara-negara yang beriklim panas (tropis) maupun iklim sedang (sub tropis). Pengembangan budidaya terung paling pesat di Asia Tenggara, salah satunya di Indonesia (Firmanto, 2011).

Terung adalah jenis sayuran yang sangat populer dan disukai oleh banyak orang karena rasanya enak khususnya dijadikan sebagai bahan sayuran atau lalapan. Selain itu terung juga mengandung gizi yang cukup tinggi, terutama kandungan Vitamin A dan Fosfor. Komoditas terung ini cukup potensial untuk dikembangkan sebagai penyumbang terhadap keanekaragaman bahan sayuran bergizi bagi penduduk. Menurut Sunarjono (2013), bahwa setiap 100 gr bahan mentah terung mengandung 26 kalori, 1 gr protein, 0,2 gr hidrat arang, 25 IU vitamin A, 0,04 gr vitamin B dan 5 gr vitamin C. Selain itu, terung juga mempunyai khasiat sebagai obat karena mengandung alkaloid, solanin dan solasodin.

Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian sekitar 1000 m dpl, tetapi di dataran rendah tumbuhnya lebih cepat (Rukmana, 2002). Suhu yang paling cocok untuk tanaman terung adalah 22o-30oC dengan perbedaan sedikit antara suhu siang dan malam. Tanaman ini tumbuh baik pada tanah-tanah lempung berpasir

(2)

dengan drainase yang baik. Terung tidak terlalu memerlukan suhu tinggi selama pertumbuhannya, namun juga tahan terhadap curah hujan yang tinggi dan tanah tidak terlalu lembab. Sayuran ini termasuk tanaman yang sedikit tahan terhadap kadar garam yang tinggi (Sutarya, R dan Gerard, 1995).

Sebagai salah satu sayuran pribumi, terung hampir selalu ditemukan di pasar tani atau pasar tradisional dengan harga yang relatif murah. Akhir-akhir ini bisnis terung masih memberikan peluang pasar yang cukup baik terutama untuk memenuhi permintaan pasar dalam negeri. Terung ungu merupakana varietas terung lokal yang belakangan ini telah berhasil menembus pasaran luar negeri (Susilo, K dan Renda, 2012).

Produk pertanian memiliki sifat melimpah (voluminous), mudah rusak dan musiman (seasonal). Hasil pertanian terutama sayuran harus dipasarkan setelah dipanen guna untuk menjaga kualitas sayur agar tidak rusak atau membusuk. Apabila petani tidak langsung memasarkan sayuran yang dihasilkannya maka harus dilakukan pengawetan untuk menambah daya simpan sayuran dan tentunya akan memerlukan biaya tambahan.

Pemasaran produk pertanian merupakan titik kritis dalam rantai agribisnis. Pemerintah sedikit memfasilitasi para petani dalam memasarkan produk pertanian yang dihasilkannya yaitu dengan menyediakan sentral terminal agribisnis (STA). Namun fungsi STA tersebut belum seefektif dan seefesien yang diharapkan, sehingga harga yang diterima petani rendah dan harga yang diterima konsumen tinggi disebabkan oleh rantai pemasaran yang cukup panjang (Saptana dan Daryanto, 2009). Salah satu alternatif pemecahan masalah dalam pemasaran produk pertanian terutama sayuran yaitu dengan membentuk kemitraan antara

(3)

petani dengan modern market. Dengan membentuk kemitraan dengan modern market dalam pemasaran produk hortikultura terutama sayuran, maka pemasarannya terjamin karena modern market memiliki pemasaran yang jelas dan permintaannya berkelanjutan serta harga yang diterima petani akan lebih tinggi, disebabkan rantai pemasaran yang pendek.

Kemitraan merupakan jalinan kerjasama yang dibentuk oleh berbagai pelaku agribisnis. Dengan membentuk kemitraan ini dalam memasarkan produk pertanian terutama sayuran maka akan mengurangi resiko sayuran rusak dan busuk. Selain itu, dengan adanya kemitraan yang dibentuk antara petani dengan modern market, maka harga yang diterima oleh petani akan lebih tinggi dibandingkan dijual ke pasar tradisional. Harga ini juga dipengaruhi oleh kegiatan sortasi dan grading yang dilakukan oleh petani sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.

Modern market atau pasar modern merupakan pasar yang tergolong cukup banyak dan cepat berkembang di Indonesia. Terdapat tiga kelas modern market yaitu Hypermarket, Supermarket dan Minimarket yang semuanya merupakan Perseroan Terbatas dengan swakelola (Dewi, U dan Winarni, 2013). Modern market memiliki keunggulan ditengah masyarakat yaitu dari segi pelayanan yang menarik, harga terjangkau dan serba instan. Selain itu, modern market dalam memasarkan produknya disusun secara teratur dan hygienis, sehingga hal ini tentunya akan menarik konsumen untuk membelinya.

Jumlah konsumen yang berbelanja di modern market semakin meningkat. Pangsa modern market telah mencapai lebih 30 persen melonjak tajam dalam sepuluh tahun terakhir ini (Purwanto, 2012). Modern market mempunyai modal

(4)

yang sangat besar dan menjalin hubungan atau bekerjasama langsung dengan pemasok besar dalam jangka waktu yang cukup lama.

Mitra Tani Parahyangan merupakan salah satu perusahaan yang menjalin hubungan kemitraan dalam pemasaran terung ungu yang dihasilkannya. Pemasaran terung ungu yang dilakukan oleh Mitra Tani Parahyangan yaitu ke modern market, restoran dan pasar tradisional. Pemasaran terung ungu yang dilakukan oleh Mitra Tani Parahyangan dengan menjalin kerjasama berkelanjutan dengan pasar. Kerjasama yang dijalin oleh Mitra Tani Parahyangan terutama dalam pemasaran terung ungu tidak semuanya yang memiliki kontrak kerjasama secara tertulis, hanya pemasaran terung ungu ke modern market yang memiliki kontrak kerjasama yang jelas.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan penulisan laporan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

a. Mahasiswa mengetahui kegiatan pertanian di bidang hortikulura yang dilakukan oleh Mitra Tani Parahyangan.

b. Mengetahui modern market yang menjalin kemitraan dengan Mitra Tani Parahyangan terutama dalam pemasaran terung ungu yang dihasilkan. c. Mengetahui pola kemitraan yang diterapkan Mitra Tani Parahyangan

dengan modern market dalam pemasaran terung ungu.

d. Mengetahui dampak dari kemitraan yang dijalin Mitra Tani Parahyangan dengan modern market dalam pemasaran terung ungu.

(5)

2.1. Terung Ungu ( Solanum melongena L.)

2.1.1. Perkembangan Terung Ungu dalam Pasar Pertanian Secara Nasional

Tanaman hortikultura mempunyai andil yang tidak kecil dalam proses pembangunan. Peranannya bukan hanya nyata sebagai penyerap tenaga kerja dan memberi peluang baru bagi terbukanya kesempatan berusaha, namun juga sangat besar makna produksinya dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Tanaman hortikultura merupakan salah satu mata dagang ekspor non migas yang sangat potensial di pasaran.

Terung ungu termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari oleh berbagai kalangan karena mengandung kalsium, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B, vitamin C, fosfor dan zat besi (Soetasad, 2000). Di Indonesia hasil terung ungu rata-rata yaitu 32,64 – 34,11 kwintal/hektar, padahal untuk luasan satu hektar dapat dihasilkan 30 ton terung (Rukmana, 2002). Terung ungu memiliki potensi pasar tidak hanya di pasar dalam negeri saja, tetapi juga memiliki pasaran yang baik di pasar internasional karena terung ungu telah menjadi mata dagangan ekspor ke beberapa negara sehingga akan meningkatkan kebutuhan terung ungu di pasaran (Firmanto, 2011). Dengan demikian terung ungu merupakan sayuran yang cukup menjanjikan untuk diusahakan.

Potensi pasar terung ungu juga dapat dilihat dari segi harga yang terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, sehingga membuka peluang yang lebih besar terhadap serapan pasar dan petani. Permintaan komoditas terung ungu akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, tingkat

(6)

pendidikan dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penganekaragaman makanan sayuran untuk memenuhi gizi dan meningkatkan kesehatan (Firmanto, 2011).

2.1.2. Karakteristik Terung Ungu

Terung ungu merupakan jenis terung yang paling terkenal dari jenis terung. Adapun karakteristik terung ungu yaitu sebagai berikut:

a. Taksonomi

Klasifikasi tanaman terung ungu sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Kelas : Dycotyledonea Ordo : Tubiflorae Family : Solanaceae Genus : Solanum

Spesies : Solanum melongena L. b. Morfologi

Menurut Rukmana (2002), terung ungu termasuk tanaman setahun yang berbentuk perdu. Adapun morfologi tanaman terung ungu yaitu :

 Batang

Batang terung ungu rendah (pendek), berkayu dan bercabang. Tinggi batang tanaman bervariasi antara 50-150 cm tergantung pada jenis varietasnya. Permukaan kulit batang, cabang, ataupun daun tertutup oleh bulu-bulu halus.

(7)

 Buah

Bentuk buah beragam yaitu silindris, lonjong, oval atau bulat. Warna kulit ungu hingga ungu mengilap. Terung ungu merupakan buah sejati tunggal, berdaging tebal, lunak, dan berair. Buah tergantung pada tangkai buah. Dalam satu tangkai umumnya terdapat satu buah terung ungu, tetapi ada juga yang memiliki lebih dari satu buah. Biji terdapat dalam jumlah banyak dan tersebar di dalam daging buah. Daun kelopak melekat pada dasar buah, berwarna hijau atau keunguan.

 Bunga

Bunga terung ungu merupakan bunga banci yaitu berkelamin dua. Dalam satu bunga terdapat alat kelamin jantan (benang sari) dan alat kelamin betina (putik). Bunga terung ungu bentuknya mirip bintang, berwarna biru, cerah sampai gelap. Penyerbukan bunga dapat berlangsung secara silang maupun menyerbuk sendiri.

 Biji

Buah terung ungu menghasilkan biji yang ukurannya kecil-kecil berbentuk pipih dan berwarna coklat muda. Biji ini merupakan alat reproduksi atau perbanyakan secara generatif.

 Akar

Tanaman terung ungu memiliki akar tunggang dan cabang-cabang akar yang dapat menembus ke dalam tanah sekitar 80-100 cm. Akar-akar yang tumbuh mendatar dapat menyebar pada radius 40-80 cm dari pangkal batang tergantung dari umur tanaman dan kesuburan tanahnya.

(8)

2.1.3. Syarat Tumbuh Terung Ungu

a. Syarat Iklim

Menurut Firmanto (2011), tanaman terung ungu dapat tumbuh dan berproduksi baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah ±1.000 meter dari permukaan laut. Tanaman ini memerlukan air yang cukup untuk menopang pertumbuhannya. Selama pertumbuhannya, terung ungu menghendaki keadaan suhu udara antara 22ºC-30ºC, cuaca panas dan iklimnya kering, sehingga cocok ditanam pada musim kemarau. Pada keadaan cuaca panas akan merangsang dan mempercepat proses pembungaan atau pembuahan. Namun, bila suhu udara tinggi pembungaan dan pembuahan terung ungu akan terganggu yakni bunga dan buah akan berguguran.

Tanaman terung ungu tergolong tahan terhadap penyakit dan bakteri. Meskipun demikian penanaman terung ungu di daerah yang curah hujannya tinggi dapat mempengaruhi kepekaannya terhadap serangan penyakit dan bakteri. Untuk mendapatkan produksi yang tinggi, tempat penanaman terung ungu harus terbuka (mendapatkan sinar matahari) yang cukup. Di tempat yang terlindung, pertumbuhan terung ungu akan kurus dan kurang produktif.

b. Syarat Tanah

Menurut Rukmana (2002), tanaman terung ungu dapat tumbuh hampir semua jenis tanah. Keadaan tanah yang paling baik untuk tanaman terung ungu adalah jenis lempung berpasir, subur, kaya akan bahan organik, aerasi dan drainasenya baik, serta pada pH antara 6,8-7,3. Pada tanah yang bereaksi asam (pH kurang dari 5) perlu dilakukan pengapuran. Bahan kapur untuk pertanian pada umumnya berupa kalsit (CaCO3), dolomit atau kapur (CaO). Jumlah kapur

(9)

yang dibutuhkan untuk menaikan pH tanah, tergantung kepada jenis dan derajat keasaman tanah itu sendiri. Pengapuran biasanya dilakukan sekitar dua minggu sebelum tanam.

2.2. Aspek Produksi

Kegiatan budidaya meliputi tahapan persemaian dan pembibitan, penyiapan lahan, penanaman, penyiraman, penyulaman, pemasangan ajir, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen.

2.2.1. Persemaian dan Pembibitan

Menurut Setyaningrum, H.D dan Cahyo, S (2012), syarat benih terung ungu yang baik yaitu bijinya bernas, daya kecambah diatas 85% dan tidak tercapur dengan benih varietas yang lain. Budidaya terung ungu secara intensif dimulai dari persiapan media semai. Benih terung ungu yang akan ditanam harus berasal dari benih hibrida, sehingga hasil yang dicapai lebih optimal.

Adapun kegiatan yang dilakukan untuk persemaian dan pembibitan yaitu:

 Sebarkan benih di atas bedengan persemaian menurut barisan, jarak antar barisan 10-15 cm.

 Tutup benih tersebut dengan tanah tipis.

 Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang/ penutup lainnya.

 Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya.

(10)

 Siapkan campuran tanah dan pupuk kandang halus, kemudian masukkan benih satu persatu ke polibag yang telah berisi campuran tanah dan pupuk kandang halus setelah berumur 15 hari di persemaian.

 Perhatikan serangan hama dan penyakit sejak di pembibitan jika di perlukan semprot dengan pestisida.

 Bibit berumur 15-20 hari di bumbungan atau berdaun empat helai siap dipindah ke lahan yang telah disediakan.

2.2.2. Penyiapan Lahan

Menurut Firmanto (2011), lahan yang digunakan untuk budidaya terung ungu sebaiknya tidak bekas penanaman Solanaceae. Hal ini untuk mencegah kemungkinan adanya serangan penyakit (patogen) tular tanah. Waktu yang paling baik untuk persiapan lahan adalah 14-30 hari sebelum tanam.

Tata cara pengolahan tanah untuk tanaman terung ungu adalah sebagai berikut:

 Bersihkan rumput-rumput liar dari sekitar kebun.

 Olah tanah dengan cangkul atau bajak sedalam 30-40 cm hingga berstruktur gembur.

 Tanah dikeringanginkan selama beberapa hari agar menjadi matang benar.  Olah tanah untuk kedua kalinya sambil membentuk bedengan-bedengan

selebar 1000-1200 cm dan jarak antar bedengan 40-60 cm, kemudian permukaan bedengan diratakan.

 Buat lubang tanam dengan jarak 60 cm x 70 cm atau 70 cm x 70 cm secara berbaris atau berpasangan ataupun bentuk segitiga.

(11)

 Sebarkan pupuk kandang sebanyak 15-20 ton/ha , kemudian campurkan merata dengan tanah.

 Bedengan diratakan dan dirapikan kembali sehingga siap untuk ditanami.

2.2.3. Penanaman

Benih yang telah disemai selama 25 hari setelah semai (HSS) dapat ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan. Ciri dari bibit tanaman terung ungu yang siap tanam adalah munculnya atau keluar 3 helai daun sempurna atau mencapai tinggi ±7,5 cm. Sebaiknya penanaman dilakukan pada sore hari setelah dilakukan penggenangan untuk mempermudah pemindahan dan masa adaptasi pertumbuhan awal (Susila,A.D, 2006).

Sistem tanam yang digunakan untuk terung ungu adalah sistem single row, dengan jarak antara tanaman 75 cm. Bibit yang siap tanam dimasukkan ke dalam lubang tanam yang ditugal sedalam 10-15 cm, kemudian ditekan ke bawah sambil ditimbun dengan tanah sebatas leher akar (pangkal batang). Untuk menjaga dari serangan hama dapat diberikan insektisida bahan aktif carbofuran. Adapun kegiatan penanaman terung ungu yaitu :

 Waktu tanam yang baik musim kering dan air tersedia.

 Pilih bibit yang tumbuh subur dan normal.

 Tanam bibit di lubang tanam secara tegak lalu tanah di sekitar batang dipadatkan.

(12)

2.2.4. Pemeliharaan

Menurut Setyaningrum, H.D dan Cahyo, S (2012), adapun kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada budidaya terung ungu yaitu penyiraman, penyulaman, pemasangan ajir, penyiangan dan penggemburan tanah, pemupukan susulan, pemangkasan (perempelan) dan pengendalian hama dan penyakit.

1. Penyiraman

Penyiraman dilakukan rutin tiap hari terutama pada fase awal pertumbuhan dan keadaan cuaca kering. Hal ini terpenting dalam pengairan ini adalah menjaga tanah tidak kekeringan ataupun terlalu basah. Cara pengairan yaitu disiram dengan alat bantu gembor.

2. Penyulaman

Penyulaman adalah tanaman yang pertumbuhannya tidak normal atau terserang hama dan penyakit atau mati, harus segera diganti dengan tanaman (bibit) yang baru. Penyulaman ini dilakukan maksimal pada umur 15 hari setelah tanam, agar pertumbuhan selanjutnya dapat seragam dan memudahkan pemeliharaan. Cara penyulaman adalah menanam bibit terung ungu yang baru pada lubang tanam bekas tanaman yang mati atau abnormal.

3. Pemasangan ajir

Fungsi ajir (turus) adalah untuk menopang tanaman terung ungu agar tidak rebah sekaligus memperkokoh batangnya sewaktu pembuahan. Pemasangan ajir (turus) sebaiknya dilakukan seawal mungkin agar tidak menganggu (merusak) sistem perakaran tanaman terung ungu. Ajir (turus) ini terbuat dari bilah bambu setinggi 80-100 cm dan lebar 2-4 cm, ditancapkan secara individu dekat batang

(13)

tanaman terung ungu. Batang atau cabang tanaman terung ungu diikatkan pada ajir tersebut.

4. Penyiangan dan Penggemburan Tanah

Rumput-rumput liar atau gulma yang tumbuh di sekitar tanaman terung ungu harus disiangi, kemudian sekaligus juga dilakukan penggemburan tanahnya. Penyiangan gulma dan penggemburan tanah sebaiknya dilakukan bersama-sama waktunya dengan kegiatan pemupukan susulan yaitu pada saat tanaman sudah berumur 15 hari setelah tanam dan 60-75 hari setelah tanam.

Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma atau membersihkan dengan alat bantu kored atau cangkul. Hal yang penting untuk perhatikan yaitu pada waktu melakukan penyiangan dan penggemburan tanah adalah menjaga agar perakaran tanaman terung tidak rusak atau terluka karena dapat mempermudah serangan penyakit.

5. Pemupukan Susulan

Pemupukan susulan dilakukan bersamaan dengan waktu penyiangan dan penggemburan tanah. Pada tanaman terung ungu, pemupukan susulan dilakukan sebanyak 60-75 hari setelah tanam. Jenis dan dosis pupuk yang digunakan pada setiap kali pemupukan adalah campuran ZA + TSP + KCl dengan perbandingan 1 : 2 : 1, sebanyak 10 gr /tanaman.

6. Pemangkasan (Perempelan)

Pangkas tunas-tunas liar yang tumbuh mulai dari ketiak daun pertama hingga bunga pertama juga dirempel untuk merangsang agar tunas-tunas baru dan bunga yang lebih produktif segera tumbuh (Susila,A.D, 2006).

(14)

7. Pengendalian Hama dan Penyakit

Menurut Setyaningrum, H.D dan Cahyo, S (2012), hasil produksi terung ungu sangat dipengaruhi oleh pengendalian hama dan penyakit. Apabila pengendalian hama dan penyakit pada terung ungu dilakukan dengan baik, maka hasil dari produksi terung ungu yang dihasilkan akan maksimal. Berikut ini hama dan penyakit yang sering menyerang terung ungu serta pengendalian yang dapat dilakukan.

a. Hama Tanaman Terung Ungu

 Ulat Tanah

Hama jenis ini menyerang tanaman pada malam hari, sedangkan pada siang harinya bersembunyi di dalam tanah atau di balik mulsa PHP. Ulat tanah menyerang batang tanaman yang masih muda dengan cara memotongnya, sehingga sering dinamakan juga ulat pemotong. Cara pengendaliannya adalah dengan pemberian insektisida berbahan aktif karbofuran sebanyak 1 gram pada lubang tanam.

 Ulat Grayak

Ulat grayak menyerang daun tanaman bersama-sama dalam jumlah yang sangat banyak, ulat ini biasanya menyerang di malam hari. Pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

 Ulat Buah

Ulat menyerang terung ungu dengan cara mengebor buah sambil memakannya. Buah yang terserang akhirnya berlubang. Pengendaliannya dengan

(15)

cara penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

 Kutu Daun

Kutu daun mengisap cairan tanaman terutama pada daun yang masih muda, kotoran dari kutu ini berasa manis, sehingga menggundang semut. Daun yang terserang mengalami klorosis (kuning), menggulung dan mengeriting, akhirnya tanaman menjadi kerdil. Pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, tiametoksam, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

 Kutu Kebul

Hama ini berwarna putih, bersayap dan tubuhnya diselimuti serbuk putih seperti lilin. Kutu kebul menyerang dan menghisap cairan sel daun, sehingga sel-sel dan jaringan daun rusak. Pengendalian hama ini dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin atau lamdasihalotrin dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

 Kumbang Kuning

Tanaman terung ungu menjadi inang dari kumbang ini. Kumbang berwarna kuning dengan seluruh tubuh diselimuti seperti duri. Pengendaliannya dengan cara penyemprotan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

(16)

 Lalat Buah

Lalat buah menyerang buah terung ungu dengan cara menyuntikkan telurnya ke dalam buah, kemudian telur berubah menjadi larva, telur-telur ini yang akhirnya menggerogoti buah terung ungu, sehingga buah menjadi busuk. Pengendalian lalat buah dapat menggunakan perangkap lalat (sexpheromone) dengan cara menggunakan buah-buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun), kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Pengendalian juga dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida atau dimehipo dengan dosis sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.

b. Penyakit Tanaman Terung Ungu

 Rebah Semai

Rebah semai biasa menyerang tanaman terung ungu pada fase pembibitan. Cara pengendaliannya dengan penyemprotan fungisida sistemik berbahan aktif propamokarb hidroklorida, simoksanil, kasugamisin, asam fosfit atau dimetomorf dengan dosis 1/2 dari dosis terendah yang tertera pada kemasan.

 Layu Bakteri

Penyakit ini sering menggagalkan tanaman, serangannya disebabkan oleh bakteri. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin atau oksitetrasiklin dengan dosis sesuai pada kemasan.

(17)

 Layu Fusarium

Gejala yang ditimbulkan oleh layu fusarium hampir sama dengan layu bakteri yang membedakan hanya penyebabnya. Layu fusarium disebabkan oleh serangan jamur. Upaya pengendalian yang dapat dilakukan antara lain dengan meningkatkan pH tanah, memusnahkan tanaman yang terserang, melakukan penggiliran tanaman serta penyemprotan kimiawi menggunakan fungisida berbahan aktif benomil, metalaksil atau propamokarb hidroklorida dengan dosis sesuai pada kemasan.

 Busuk Phytopthora

Busuk phytopthora menyerang semua bagian tanaman. Batang yang terserang ditandai dengan bercak coklat kehitaman dan kebasah-basahan. Serangan serius menyebabkan tanaman layu. Daun terung ungu yang terserang seperti tersiram air panas. Serangan pada buah ditandai dengan bercak kebasah-basahan yang menjadi coklat kehitaman dan lunak. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik, bahan aktif yang bisa digunakan adalah metalaksil, propamokarb hidroklorida, simoksanil, atau dimetomorf dan fungisida kontak berbahan aktif tembaga, mankozeb, propineb dan ziram.

 Bercak Daun

Penyakit ini disebabkan oleh serangan bakteri, berkembang pesat terutama pada musim hujan. Serangan ditandai dengan adanya bercak putih dan bersudut karena dibatasi tulang daun. Bercak berubah menjadi cokelat kelabu serta bagian bawah daun mengeluarkan cairan, akhirnya daun mengering. Pengendaliannya menggunakan bakterisida dari golongan antibiotik dengan bahan aktif kasugamisin, streptomisin sulfat, asam oksolinik, validamisin, atau

(18)

oksitetrasiklin atau dari golongan anorganik seperti tembaga. Dosis sesuai pada kemasan.

 Antraknosa

Antraknosa merupakan penyakit menyerang semua bagian tanaman yang ditandai dengan adanya bercak agak bulat berwarna cokelat muda, lalu berubah menjadi cokelat tua sampai kehitaman. Semakin lama bercak melebar dan menyatu akhirnya daun mengering. Gejala lain adalah bercak bulat memanjang berwarna kuning atau cokelat. Buah yang terserang akan nampak bercak agak bulat dan berlekuk berwarna cokelat tua, cendawan akan membentuk massa spora berwarna merah jambu. Pengendalian secara kimiawi menggunakan fungisida sistemik.

Virus

Virus merupakan penyakit yang sangat berpotensi menimbulkan kegagalan terutama pada musim kemarau. Gejala serangan umumnya ditandai dengan pertumbuhan tanaman yang mengerdil, daun mengeriting dan terdapat bercak kuning kebasah-basahan. Penyakit virus sampai saat ini belum ditemukan penangkalnya. Penyakit ini ditularkan dari satu tanaman ke tanaman lain melalui vektor atau penular. Beberapa hama yang sangat berpotensi menjadi penular virus diantaranya adalah kutu kebul, kutu daun, thrips dan tungau. Manusia dapat juga berperan sebagai penular virus, baik melalui alat-alat pertanian maupun tangan terutama pada saat perempelan. Beberapa upaya penanganan virus antara lain: a. Membersihkan gulma (karena gulma berpotensi menjadi inang virus). b. Mengendalikan hama/serangga penular virus.

(19)

d. Kebersihan alat dan memberi pemahaman kepada tenaga kerja agar tidak ceroboh saat melakukan penanganan terhadap tanaman.

2.2.5. Panen

 Buah pertama terung ungu dapat dipetik setelah umur 3-4 bulan tergantung dari jenis varietas

 Ciri-ciri buah siap panen adalah ukurannya telah maksimum dan masih muda.

 Waktu yang paling tepat pagi atau sore hari.

 Cara panen buah dipetik bersama tangkainya dengan tangan atau alat yang tajam.

 Pemetikan buah berikutnya dilakukan rutin tiap 3-7 hari sekali dengan cara memilih buah yang sudah siap dipetik.

2.2.6. Pascapanen

Menurut Firmanto (2011), penanganan pasca panen buah terung meliputi kegiatan berikut:

 Pewadahan sementara

Buah terung ungu hasil petikan di kebun langsung ditampung dalam karung goni atau wadah lain yang praktis untuk dibawa kemana-mana sewaktu panen.

 Pengumpulan

Hasil pemanenan dari kebun segera dikumpulkan pada suatu tempat yang strategis sebagai sarana penampunan atau pengumpulan sementara.

(20)

 Ditempat pengumpulan hasil, dilakukan pemisahan buah-buah yang busuk, cacat, abnormal, atau terkena serangan hama dan penyakit.

 Buah terung ungu yang mulus diklasifikasikan berdasarkan bentuk dan ukuran. Hal ini dianggap penting bila kan dipasarkan ke swalayan.

 Pengklasifikasikan ini dapat berpedoman kepada mutu yang diinginkan pasar.

 Pengemasan

 Untuk sasaran pasar lokal, pengemasan biasanya disusun rapi dalam karung goni atau wadah lain yang elastis. Tiap karung goni biasanya mencapai bobot antara 30-50 kg.

 Untuk sasaran pasar swalayan di kota-kota besar, pengemasan dilakukan dalam keranjang plastik atau kemasan khusus yang ditutup dengan polietilin. Setiap kemasan diisi buah terung ungu antara 0,5–1 kg.

 Penyimpanan

 Buah terung ungu yang sudah dikemas rapi langsung dapat diangkut ke pasar.

 Sebelum sampai ke konsumen, penyimpanan bauh terung ungu sebaiknya dilakukan pada tempat atau ruangan yang teduh, dingin, dan kering. Untuk mempertahankan kesegaran dapat lebih tahan lama lagi, penyimpanan dapat dilakukan dalam lemari es (cool storage).

(21)

2.3. Kemitraan Usaha

2.3.1. Defenisi Kemitraan Usaha

Menurut Margaretta (2013), kata mitra adalah teman, sahabat, kawan kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis.

Kemitraan merupakan suatu bentuk jalinan kerjasama dari dua atau lebih pelaku usaha yang saling menguntungkan. Terjadinya kemitraan adalah bila ada keinginan yang sama untuk saling mendukung dan saling melengkapi dalam upaya mencapai tujuan bersama. Kemitraan usaha ini dilakukan antara usaha kecil dengan sektor usaha besar. Dengan adanya kemitraan ini, usaha kecil diharapkan dapat hidup berdampingan dan sejajar dengan usaha besar (Mathakim).

Dalam Ketentuan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 terutama dalam Pasal 1 menyatakan bahwa : “Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau dengan usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan”.

Menurut Saptana dan Daryanto, H (2009), kemitraan usaha agribisnis adalah hubungan bisnis usaha pertanian yang melibatkan satu atau sekelompok orang atau badan hukum dimana masing-masing pihak memperoleh penghasilan dari usaha bisnis yang sama atau saling berkaitan dengan tujuan menjamin

(22)

terciptanya keseimbangan, keselarasan dan keterpaduan yang dilandasi rasa saling menguntungkan, memerlukan dan saling melaksanakan etika bisnis.

2.3.2. Syarat-syarat Kemitraan

Kemitraan usaha bukanlah penguasaan yang satu atas yang lain, khususnya yang besar atas yang kecil, melainkan menjamin kemandirian pihak-pihak yang bermitra. Kemitraan usaha yang inginkan bukan kemitraan yang bebas nilai, melainkan kemitraan yang tetap dilandasi oleh tanggung jawab moral dan etika bisnis yang sehat, yang sesuai dengan demokrasi ekonomi. Adapun syarat-syarat kemitraan adalah sebagai berikut (Restuhadi, 2011):

a. Tujuan umum yang sama b. Kesetaraan

c. Saling menghargai

d. Saling memberi kontribusi e. Ada efek sinergi

f. Saling menguntungkan

2.3.3. Unsur-unsur Kemitraan

Pada dasarnya kemitraan itu merupakan suatu kegiatan saling menguntungkan dengan berbagai macam bentuk kerjasama dalam menghadapi dan memperkuat satu sama lainnya.

Kemitraan mengandung beberapa unsur pokok yang merupakan kerjasama usaha dengan prinsip saling menguntungkan, saling memperkuat dan saling memerlukan (Mathakim).

(23)

a. Prinsip Saling Menguntungkan

Salah satu maksud dan tujuan dari kemitraan usaha adalah “win-win solution partnership” kesadaran dan saling menguntungkan. Pada kemitraan usaha terutama sekali terhadap hubungan timbal balik, bukan seperti kedudukan antara buruh dan majikan. Berpedoman pada kesejajaran kedudukan atau memiliki derajat yang setara bagi masing-masing pihak yang bermitra, maka tidak ada pihak yang tereksploitasi dan dirugikan, tetapi terciptanya rasa saling percaya diantara para pihak, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usahanya.

b. Prinsip Saling Memperkuat

Dalam kemitraan usaha, sebelum kedua belah pihak memulai untuk bekerjasama, maka pasti ada sesuatu nilai tambah yang ingin diraih oleh masing-masing pihak yang bermitra. Nilai tambah ini selain diwujudkan dalam bentuk nilai ekonomi seperti peningkatan modal dan keuntungan, perluasan pangsa pasar, tetapi juga ada nilai tambah yang non ekonomi seperti peningkatan kemampuan manajemen, penguasaan teknologi dan kepuasan tertentu. Keinginan ini merupakan konsekuensi logis dan alamiah dari adanya kemitraan.

Keinginan tersebut harus didasari sampai sejauh mana kemampuan untuk memanfaatkan keinginan tersebut dan untuk memperkuat keunggulan-keunggulan yang dimilikinya, maka dengan bermitra terjadi suatu sinergi antara para pelaku yang bermitra sehingga nilai tambah yang diterima akan lebih besar. Dengan demikian terjadi saling isi mengisi atau saling memperkuat dari kekurangan masing-masing pihak yang bermitra. Dengan motivasi ekonomi tersebut maka prinsip kemitraan dapat didasarkan pada saling memperkuat.

(24)

c. Prinsip Saling Memerlukan

Dalam kemitraan, perusahaan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan yang kecil. Sebaliknya perusahaan yang lebih kecil yang umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi, permodalan dan sarana produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang dimiliki oleh perusahaan besar. Dengan demikian sebenarnya ada saling memerlukan atau ketergantungan di antara kedua belah pihak yang bermitra.

2.3.4. Pola-pola Kemitraan

Banyak program pemerintah dan pola-pola kemitraan yang dibuat untuk usaha kecil bertujuan untuk mendorong dan menumbuhkan usaha kecil tangguh dan modern. Usaha kecil sebagai kekuatan ekonomi rakyat, berakar pada masyarakat dan usaha kecil yang mampu memperkokoh struktur perekonomian nasional yang lebih efisien. Menurut Zaelani, A (2008), pola-pola kemitraan tersebut antara lain:

a. Pola inti plasma

Pola inti plasma merupakan hubungan kemitraan antara usaha kecil menengah dan usaha besar sebagai inti membina serta mengembangkan usaha kecil menegah yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Dalam hal ini, usaha besar mempunyai tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) untuk

(25)

membina dan mengembangkan usaha kecil menengah sebagai mitra usaha untuk jangka panjang.

Beberapa syarat untuk kelompok mitra : 1) Berperan sebagai plasma.

2) Mengelola seluruh usaha budidaya sampai dengan panen. 3) Menjual hasil produksi kepada perusahaan mitra.

4) Memenuhi kebutuhan perusahan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati.

Beberapa syarat untuk perusahaan mitra yaitu: 1) Berperan sebagai perusahaan inti.

2) Menampung hasil produksi. 3) Membeli hasil produksi.

4) Memberi bimbingan teknis dan pembinaan manajemen kepada kelompok mitra.

5) Memberi pelayanan kepada kelompok mitra berupa permodalan/kredit, saprodi, dan teknologi.

6) Mempunyai usaha budidaya pertanian/memproduksi kebutuhan perusahaan.

b. Subkontrak

Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar sebagai bagian dari produksinya, subkontrak sebagai suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara usaha besar dan usaha kecil menegah, dimana usaha besar

(26)

sebagai perusahaan induk meminta kepada usaha kecil menengah selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk. Menurut Saptana dan Daryanto, D (2009), pola ini harus memuat perjanjian tertulis antara dua pihak atau lebih untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu yang di dalamnya mengatur tugas, hak dan kewajiban pihak-pihak yang bersangkutan yang merupakan persetujuan antara kedua pihak yang berkepentingan.

Syarat-syarat kelompok mitra dintaranya :

1) Memproduksi kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari komponen produksinya.

2) Menyediakan tenaga kerja.

3) Membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga dan waktu. Di sisi lain syarat-syarat perusahaan mitra yaitu :

1) Menampung dan membeli komponen produksi perusahaan yang dihasilkan oleh kelompok mitra.

2) Menyediakan bahan baku/modal kerja. 3) Melakukan kontrol kualitas produksi.

c. Pola dagang umum

Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra dengan perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra.

(27)

Syarat kelompok mitra yaitu memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra, sedangkan syarat perusahaan mitra yakni memasarkan hasil produksi kelompok mitra.

d. Keagenan

Keagenan merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra yang di dalamnya kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra.

Syarat-syarat kelompok mitra yaitu mendapatkan hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa usaha perusahaan mitra. Namun, perusahaan mitra tidak mempunyai syarat.

e. Pola lainnya seperti pola kemitraan (penyertaan) saham

Pola ini merupakan kemitraan usaha agribisnis yang dilakukan dengan penandatanganan perjanjian. Perjanjian kemitraan pola ini mencakup jangka waktu, hak, dan kewajiban dalam melaporkan risiko pelaksanaan kemitraan kepada Instansi Pembina Teknis di daerah, pembagian risiko penyelesaian apabila terjadi perselisihan, serta klausul lainnya yang memberikan kepastian hukum bagi kedua belah pihak. Hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan menengah dan usaha besar dilaksanakan dengan disertai pembinaan dan pengembangan dalam salah satu atau lebih bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumberdaya manusia dan teknologi.

f. Kerjasama operasional agribisnis (KOA)

KOA merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, yang di dalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana

(28)

dan tenaga. Perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian.

Syarat kelompok mitra pada pola ini yakni menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan syarat perusahaan mitra yaitu menyediakan biaya, modal, dan teknologi untuk mengusahakan/membudidayakan pertanian.

g. Kerjasama dalam bentuk bapak dan anak-angkat

Pada dasarnya pola bapak angkat adalah refleksi ketersediaan pihak yang mampu atau besar untuk membantu pihak lain yang kurang mampu atau kecil pihak yang memang memerlukan pembinaan. Oleh karena itu, pada hakikatnya pola pendekatan tersebut adalah cermin atau wujud rasa kepedulian pihak yang besar terhadap yang kecil.

2.4. Modern Market

2.4.1. Defenisi Modern Market

Modern market adalah pasar yang bersifat modern dimana barang-barang diperjual belikan dengan harga pas dan dengan layanan sendiri. Tempat berlangsungnya pasar ini adalah di mal, plaza, dan tempat-tempat modern lainnya. Menurut Elizabeth (2013), pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti buah, sayuran, daging namun sebagian besar

(29)

barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari modern market adalah hypermarket, supermarket dan minimarket.

2.4.2. Ciri-ciri Modern Market

Ciri ciri pasar modern yaitu:

Tidak terikat pada tempat tertentu, bisa dimana saja (contoh by online).

 Alat pembayaran bisa non tunai (transfer, paypal).

 Penjual dan pembeli tidak harus ketemu langsung.

Pada situasi tertentu seperti di supermarket tidak bisa menawar.

Harga sudah tertera dan diberi barcode.

 Barang yang dijual beranekaragam dan umumnya tahan lama.

 Berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan sendiri (swalayan).

 Ruangan ber-AC dan nyaman tidak terkena terik panas matahari

 Tempat bersih.

 Tata tempat sangat diperhatikan untuk mempermudah dalam pencarian barang.

 Pembayaran dilakukan dengan membawa barang ke kasir dan tidak ada tawar menawar lagi.

2.4.3. Jenis Modern Market

Menurut Wikipedia (2014), modern market terdiri dari beberapa jenis yaitu:

a. Minimarket

Minimarket adalah semacam "toko kelontong" atau yang menjual segala macam barang dan makanan, perbedaannya disini biasanya minimarket

(30)

menerapkan sebuah sistem mesin kasir point of sale untuk penjualannya, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah supermarket. Berbeda dengan toko kelontong, minimarket menerapkan sistem swalayan, dimana pembeli mengambil sendiri barang yang dibutuhkan dari rak-rak minimarket dan membayarnya di meja mesin kasir. Sistem ini juga membantu agar pembeli tidak berhutang. Minimarket berukuran kecil yaitu 100 m2 sampai 999 m2 (Kuncoro, 2008).

Minimarket yang ada di Indonesia adalah Alfamart, Indomaret, Ceriamart, Starmart, Circle K dan banyak minimarket yang dikelola individu perorangan lainnya. Hal paling penting dalam usaha minimarket adalah pemilihan rak minimarket yang tepat.

b. Midimarket

Ukuran lebih besar sedikit dari minimarket adalah midimarket, dimana sudah dijual daging dan buah-buahan. Buka bisa 24 jam atau hanya sampai jam 24 saja. Sebagai contoh adalah Alfamidi.

c. Supermarket

Pada supermarket semua barang ada, dari kelontong, sepeda, TV dan camera, furnitur, baju, ikan dan daging, buah-buahan serta minuman. Contohnya Giant Supermarket, Carrefour Express, Foodmart, Foodmart Gourmet, Super Indo, TipTop Supermarket, Puncak Supermarket (Bangka Belitung) dan lain-lain. Supermarket lebih high class. Supermarket berukuran sedang yaitu 1.000 m2 sampai 4.999 m2 (Kuncoro, 2008).

d. Hypermarket

Hypermarket adalah supermarket yang besar termasuk lahan parkirnya. Sebagai contoh Carrefour, Hypermart, Giant Hypermarket, Lotte Mart dan

(31)

lain-lain. Hypermarket itu lebih besar dari supermarket. Hypermarket berukuran besar yaitu 5.000 m2 ke atas (Kuncoro, 2008).

(32)

3.1. Waktu dan Tempat

Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) ini dilakukan selama 10 minggu yaitu dimulai pada tanggal 23 Maret 2015 sampai 30 Mei 2015. Kegiatan di lapangan dilakukan selama 2 minggu (minggu pertama dan minggu kedua), minggu ketiga sampai kelima kegiatan dibagian gudang (processing), minggu keenam sampai minggu kedelepan kegiatan dibagian administrasi, kegiatan mengenal pemasok sayuran dan pemasaran sayuran dan minggu kesembilan dan kesepuluh kegiatan pengumpulan data, penyusunan proposal rencana bisnis dan penyusunan Laporan Tugas Akhir dan LIK (Lembaran Isian Kegiatan) serta presentasi akhir.

Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) dilakukan di Mitra Tani Parahyangan Cianjur, Jawa Barat. Lokasi perusahaan Mitra Tani Parahyangan di Jalan Raya Warungkondang Desa Tegallega Cianjur, Jawa Barat.

3.2. Alat dan Bahan

Komoditi yang diangkat dalam Laporan Tugas Akhir (LTA) adalah terung ungu. Terung ungu merupakan salah satu komoditi yang dibudidayakan oleh Mitra Tani Parahyangan. Luas lahan yang digunakan untuk budidaya terung ungu yaitu 3.600 m2. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan budidaya terung ungu untuk luasan lahan 3.600 m2 adalah sebagai berikut:

(33)

Tabel 1. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan budidaya terung ungu luas 3.600 m2

No. Nama Alat Satuan Jumlah

1 Cangkul Buah 4 2 Kored Buah 7 3 Tugal Buah 2 4 Gembor Buah 1 5 Knapsack Buah 2 6 Pisau Buah 7

7 Drum air bersih Buah 2

Sumber: Mitra Tani Parahyangan

Tabel 2. Bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan budidaya terung ungu luas 3.600 m2

No. Nama Bahan Satuan Jumlah

1 Benih Gr 75 2 Pupuk kandang Kg 7.200 3 Sekam Kg 4.500 4 Pupuk phonska Kg 26 5 Pupuk ZA Kg 26 6 Insektisida CC 7.000 7 Fungisida Kg 1,4

Sumber: Mitra Tani Parahyangan 3.3. Ruang Lingkup

Hubungan kemitraan dapat dikatakan ideal apabila adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan, saling menguatkan dan saling memerlukan. Hubungan kemitraan sangat membantu dalam menjalankan suatu usaha, baik usaha skala kecil, skala menengah maupun usaha skala besar.

Mitra Tani Parahyangan merupakan salah satu perusahaan yang memiliki hubungan kemitraan yang baik dalam memasarkan sayuran yang dihasilkannya. Mitra Tani Parahyangan memiliki hubungan kemitraan dengan beberapa modern market yaitu Lion Superindo, Alfamidi, Giant Supermarket dan Carrefour terutama dalam memasarkan terung ungu yang dihasilkan. Kegiatan kemitraan

(34)

yang dibentuk Mitra Tani Parahyangan dengan modern market pada umumnya menganut pola kemitraan dagang umum.

Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, pembahasannya berupa kemitraan yang dibentuk oleh Mitra Tani Parahyangan, syarat menjalin kontrak dengan modern market dan cara pembayaran yang dilakukan oleh modern market terhadap Mitra Tani Parahyangan.

Output yang dihasilkan dengan membahas hubungan kemitraan antara Mitra Tani Parahyangan dengan modern market dalam pemasaran terung ungu, maka dapat mengetahui hal-hal yang mengatur kerjasama tersebut serta sebagai acuan dalam membuka usaha yang menjalin kemitraan dengan modern market.

3.4. Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan diskusi dengan pihak-pihak yang terkait dengan usaha kemitraan seperti pasar modern dan perusahaan.

Untuk data-data sekunder dilakukan dengan menggunakan teknik kepustakaan atau studi pustaka. Teknik kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan melalui telaah/ studi dari berbagai laporan penelitian dan buku literature yang relevan. Data sekunder dikumpulkan dari literatur yang ada seperti buku, internet dan SOP perusahaan.

(35)

3.5. Metode Pengumpulan Data

Dalam pelaksanaan PKPM di Mitra Tani Parahyangan pengumpulan data yang dilakukan menggunakan metode sebagai berikut:

1. Wawancara

Dalam pengumpulan data yang diperlukan terhadap penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan melakukan tatap muka dan tanya jawab langsung dengan orang-orang yang terlibat dalam pemasaran terung ungu pada Mitra Tani Parahyangan kepada modern market.

2. Observasi

Dalam pengumpulan data yang diperlukan terhadap penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pemasaran terung ungu Mitra Tani Parahyangan. Pengumpulan data dengan metode ini menggunakan pertolongan alat indera.

3. Dokumen

Pengambilan data melalui dokumen tertulis maupun elektronik dari Mitra Tani Parahyangan. Dokumen ini diperlukan unutk mendukung kelengkapan data yang lain dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir. Contohnya mengunduh dokumen yang terdapat di website Mitra Tani Parahyangan.

(36)

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Perusahaaan

Mitra Tani Parahyangan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang hortikultura berupa sayuran. Berbasis ecoprofit dan low pesticide yang didirikan pada tanggal 13 Oktober 1988 sebagai perusahaan terkemuka di Indonesia yang bergerak di bidang produksi sayuran segar dengan brand ternama dan terpercaya dengan tagline “Bring the health with our master vegetables”.

Mitra Tani Parahyangan awalnya sebagai petani dan mengirim produk ke pasar tradisional Pasundan (Sukabumi). Pada tahun 1989, perusahaan mendirikan kelompok tani Mitra Tani Parahyangan yang meliputi 10 anggota dengan luas lahan ±7 ha berfokus pada spesialis tanaman tomat, sawi putih dan jagung. Seiring berkembangnya perusahaan keanggotaan bertambah menjadi 25 anggota di daerah Warungkondang dan Sukabumi dengan luas lahan ± 18,5 ha. Pada tahun 2002, Mitra Tani Parahyangan mulai supply ke supermarket Jakarta yakni Lion Superindo (LSI). Keanggotaan bertambah kembali dengan ekspansi di daerah Cianjur dan Cipanas seiring permintaan pasar LSI untuk sayuran daun. Pada tahun 2007, Mitra Tani Parahyangan mengembangkan target pasar dengan menjalin kerjasama dengan PT Trans Retail Indonesia (Carrefour). Tahun 2009 ekspansi pasar kembali dilakukan dengan membentuk kerjasama dengan Hero/Giant supermarket, Alfamidi, dan Cimory. Sehubungan dengan penambahan pasar maka perusahaan mengembangkan kemitraan dengan petani diluar Kabupaten Cianjur untuk memenuhi permintaan pasar.

(37)

Dalam memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat, Mitra Tani Parahyangan memperluas kerjasama dengan petani, sehingga total lahan yang dikelola oleh Mitra Tani Parahyangan yaitu 30 ha, 5 ha lahan milik perusahaan yang terletak di daerah Warungkondang dan 25 ha lahan kelompok tani yang bermitra dengan Mitra Tani Parahyangan. Sampai saat ini Mitra Tani Parahyangan telah memiliki ±140 jenis tanaman hortikulura yang telah dipasarkan. Dari 140 jenis tanaman hortikulura tersebut, produk yang paling banyak dihasilkan yaitu tomat, sawi putih, terung ungu, kol, kacang kapri, kacang merah, brokoli dan cabai.

4.1.2. Organisasi Perusahaan

Organisasi perusahaan adalah suatu proses dimana terdapat orang-orang yang saling berkomunikasi dan berinteraksi pada perusahaan tersebut. Organisasi perusahaan disebut suatu rangka dasar yang menjadi tempat orang-orang melangsungkan kegiatannya untuk menerima, menyimpan, mengolah, menyajikan informasi dan merawat aktiva yang mencakup susunan staf, alokasi tugas, dan tanggung jawab dalam mengelola data, memasok informasi untuk pembuatan keputusan dan merawat aktiva.

Pemilik Mitra Tani Parahyangan Bapak Ujang Majudin. Mitra Tani Parahyangan terdiri dari lima bagian yaitu bagian produksi (budidaya) sayuran, bagian pascapanen, bagian administrasi, bagian logistik dan bagian pemasaran. Penanggung jawab bagian produksi (budidaya) sayuran yaitu Bapak Bubun, penanggung jawab bagian pascapanen Bapak Iwan Teja, penanggung jawab bagian administrasi Ibu Nia Kurniawati, penanggung jawab bagian logistik Bapak Dede Ruhyana dan penanggung jawab pemasaran Bapak Hendi Saepul Maladi.

(38)

Adapun struktur organisasi Mitra Tani Parahyangan yaitu sebagai berikut:

Gambar 1. Struktur organisasi Mitra Tani Parahyangan 2015 Adapun visi dan misi Mitra Tani Parahyangan yaitu sebagai berikut:

Visi

“Perusahaan yang dapat memenuhi pasar domestik berbasis ecoprofit dan low pesticide serta dapat menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan kuantitas terbaik di Indonesia”.

Misi

1. Menghasilkan produk bermutu dan ramah lingkungan yang dibutuhkan oleh pasar dan memiliki nilai tambah tinggi.

2. Menjalin kerjasama dengan petani berbagai komoditas sayuran diberbagai wilayah. Bendahara Yandi Septiyadi Sekretaris I Trisiyarni Ka. Logistik Dede Ruhyana Ka. Pemasaran

Hendi Saepul Maladi

Ka. Operasional

Iwan Teja

Pimpinan Utama

Hendi Saepul Maladi

Administrasi Nia Kurniawati Sekretaris II Chandra Winata Budidaya Bubun Penanganan Pascapanen Ujang Yayat Pemilik Ujang Majudin

(39)

3. Mengelola sumberdaya yang efisien dan pengelolaan limbah produksi secara terpadu.

4. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, aman dan nyaman.

4.1.3. Sumberdaya Manusia Perusahaan

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu aset yang paling utama dalam suatu usaha agribisnis, karena SDM adalah penggerak dalam operasional perusahaan. Tanpa SDM maka suatu perusahaan tidak akan produktif dan tidak akan mampu bertahan. SDM yang dimiliki oleh Mitra Tani Parahyangan yaitu 55 orang. SDM yang terdapat pada Mitra Tani Parahyangan dibagi menjadi 5 bagian yaitu pada bagian budidaya (produksi) sayuran sebanyak 21 orang, bagian penanganan pascapanen sebanyak 15 orang, bagian administrasi 5 orang, bagian pemasaran 1 orang dan bagian logistik 10 orang. SDM yang terdapat pada Mitra Tani Parahyangan pada umumnya berasal dari masyarakat sekitar perusahaan terutama untuk bagian budidaya.

4.1.4. Kondisi Keuangan Perusahaan

Mitra Tani Parahyangan memperoleh penerimaan per harinya yaitu berkisaran Rp 30.000.000,00. Dapat dikalsulasikan penghasilan yang diterima oleh Mitra Tani Parahyangan dalam satu bulan yaitu Rp 900.000.000,00 dan penghasilan dalam satu tahun yaitu Rp 10.800.000.000,00.

Aset perusahaan yang dimiliki oleh Mitra Tani Parahyangan adalah lahan, kendaraan, gudang dan rumah untuk karyawan serta alat-alat yang digunakan dalam proses produksi seperti timbangan, hand tractor dan sebagainya. Adapun perinciannya aset yang dimiliki perusahaan yaitu :

(40)

Tabel 3. Aset Mitra Tani Parahyangan

No Nama Jumlah Satuan Harga (Rp) Total (Rp)

1 Lahan 5 Ha 500.000.000 2.500.000.000

2 Rumah karyawan 3 Unit 15.000.000 45.000.000 3 Gudang 2 Unit 500.000.000 1.000.000.000

4 Mobil 6 Unit 80.000.000 480.000.000

5 Timbangan elektrik besar 2 Unit 2.000.000 4.000.000 6 Timbangan elektrik kecil 4 Unit 700.000 2.800.000 7 Timbangan manual 2 Unit 1.000.000 2.000.000 8 Hand tractor 1 Unit 1.500.000 1.500.000 9 Keranjang besar 350 Buah 130.000 45.500.000 10 Keranjang sedang 500 Buah 90.000 45.000.000 11 Keranjang kecil 150 Buah 60.000 9.000.000

12 Komputer 4 Unit 2.500.000 10.000.000

13 Printer 3 Unit 1.200.000 3.600.000

Jumlah 4.148.400.000

Sumber: Mitra Tani Parahyangan

4.1.5. Deskripsi Kegiatan Bisnis Perusahaan

a. Deskripsi Produksi

Mitra Tani Parahyangan merupakan perusahaan yang bergerak dibidang agribisnis hortikultura. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh perusahaan adalah kegiatan budidaya tanaman hortikultura sampai dengan kegiatan pemasaran hasil produksi perusahaan. Komoditi sayuran yang dibudidayakan di lahan milik sendiri yaitu tomat, sawi putih, terung ungu, kol, kacang kapri, kacang merah, brokoli dan cabai. Lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman hortikultura yaitu 5 ha.

b. Deskripsi Produk

Produk yang dihasilkan oleh Mitra Tani Parahyangan yaitu tanaman hortikultura berupa sayuran segar. Sayuran yang dipasarkan oleh Mitra Tani

(41)

dari hasil budidaya yang dilakukan oleh Mitra Tani Parahyangan, kemitraan dengan petani dan dari pasar tradisional. Sayuran yang dibudidayakan oleh Mitra Tani Parahyangan yaitu tomat, sawi putih, terung ungu, kol, kacang kapri, kacang merah, brokoli dan cabai. Sayuran tersebut permintaannya juga lebih tinggi dibandingkan sayuran lainnya. Sayuran yang dipasarkan Mitra Tani Parahyangan ke modern market terdapat pada lampiran 2.

c. Deskripsi Pelanggan

Pelanggan Mitra Tani Parahyangan yaitu modern market, restoran dan pasar tradisional. Sayuran yang berkualitas bagus pada umumnya untuk memenuhi permintaan pasar di modern market dan restoran. Dan sisa sortasi sayuran yang tidak dikirim ke modern market dan restoran dipasarkan ke pasar tradisional. Modern market yang telah menjalin kemitraan dengan Mitra Tani Parahyangan yaitu Giant Supermarket, Alfamidi, Carrefour dan Lion Superindo dan restoran yang telah memiliki kemitraan dengan Mitra Tani Parahyangan yaitu Cimory serta pasar tradisional.

d. Deskripsi Pemasok Bahan Baku

Pemasok bahan baku untuk sayuran pada Mitra Tani Parahyangan dalam memenuhi permintaan pasar adalah kebun sendiri, mitra dengan petani, dan pasar tradisional.

 Kebun sendiri

Mitra Tani Parahyangan dalam memenuhi permintaan pasar yang beragam akan sayuran segar memiliki kebun sendiri yang dikelola oleh para petani sekitar perusahaan yang telah menjadi karyawan Mitra Tani Parahyangan. Luas kebun yang dimiliki oleh Mitra Tani Parahyangan yaitu 5 ha. Komoditi sayur yang

(42)

dibudidayakan di lahan milik sendiri yaitu tomat, sawi putih, terung ungu, kol, kacang kapri, kacang merah, brokoli dan cabai.

 Mitra petani

Petani yang bermitra dengan Mitra Tani Parahyangan merupakan petani yang mampu menyediakan sayuran secara berkelanjutan dan petani yang berani menjamin komoditas berkelanjutan. Mitra yang dijalin Mitra Tani Parahyangan dengan petani tidak ada kontrak yang dibuat secara khusus. Petani yang memiliki mitra dengan Mitra Tani Parahyangan diberi pembinaan dari Mitra Tani Parahyangan terkaitan dengan kegiatan produksi sayuran yang dilakukan oleh petani. Petani-petani yang memiliki mitra dengan Mitra Tani Parahyangan yaitu petani Warung Kondang (Padakati), petani Cipanas, petani Bandung, petani Lembang, petani Pangalengan, petani Garut, petani Dieng dan petani Brebes. Berikut ini rincian sayuran yang dipasok oleh petani yang bermitra dengan Mitra Tani Parahyangan:

Tabel 4. Petani pemasok sayuran Mitra Tani Parahyangan

No Pemasok Jenis Sayuran

1 Warung Kondang Terung ungu, wortel , buncis, kapri, tomat 2 Cipanas Brokoli, lobak putih, pakcoy, daun bawang 3 Bandung Mentimun, paprika, cabe rawit

4 Lembang Kembang kol, selada air, selada kepala, selada cabut, selada keriting hijau 5 Pangalengan Sawi putih, wortel lokal

6 Garut Tomat, Kol

7 Dieng Kentang

8 Brebes Bawang merah

(43)

 Pasar Tradisional

Pasar tradisional juga merupakan pemasok bahan baku yang dibutuhkan oleh Mitra Tani Parahyangan. Pasar tradisional yang telah memiliki mitra dengan Mitra Tani Parahyangan yaitu pasar Ceringin Bandung dan pasar Pasundan (Sukabumi). Sayuran yang dimabil di pasar tradisional yaitu sayuran untuk memenuhi permintaan pasar yang tidak tertutupi dari hasil kebun sendiri dan mitra dengan beberapa petani.

e. Deskripsi Kegiatan Pemasaran

Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung berhubungan dengan konsumen. Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan manusia menjadi konsep pemasaran. Strategi pemasaran yang biasa digunakan perusahaan yaitu 4P (Product, Price, Place, Promotion).

Kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh Mitra Tani Parahyangan meliputi:

 Produk (Product)

Strategi produk yang digunakan oleh Mitra Tani Parahyangan dalam menarik pasar yaitu menyediakan sayuran segar. Sayuran segar tersebut sebelum

(44)

dipasarkan dilakukan kegiatan pascapanen mulai sortasi sampai pengemasan. Mitra Tani Parahyangan juga melakukan pengklasifikasian beberapa produk yang terdiri dari grade A, grade B dan grade C. Produk-produk yang disediakan Mitra Tani Parahyangan terutama yang akan dipasarkan ke modern market dikemas menggunakan plastik saran/wrapping film, sterofoam, mika, dan plastik polyetilene. Kemasan yang digunakan disesuaikan dengan permintaan pasar.

 Harga (Price)

Penetapan harga produk di Mitra Tani Parahyangan berdasarkan pada dua metode yaitu metode cost plus pricing merupakan metode penetapan harga didasarkan pada jumlah biaya yang dikeluarkan ditambah keuntungan yang diinginkan. Metode cost plus pricing ini merupakan harga untuk produk yang dipasarkan ke modern market dan restoran. Metode yang kedua yaitu metode market based pricing adalah penetapan harga berdasarkan harga pasar. Metode ini digunakan untuk penetapan harga sayuran yang dipasarkan ke pasar tradisional.

 Distribusi (Place)

Distribusi produk Mitra Tani Parahyangan ada tiga tempat yaitu modern market, restoran dan pasar tradisional. Kegiatan pascapanen yang dilakukan Mitra Tani Parahyangan selain sortasi juga melakukan pengklasifikasian sayuran yang terdiri dari grade A, grade B dan grade C. Grade A dan grade B dipasarkan ke modern market dan restoran dengan membentuk kerjasama dalam bentuk kemitraan, sedangkan grade C dipasarkan ke pasar tradisional. Modern market yang telah memiliki kerjasama dengan Mitra Tani Parahyangan dalam pemasaran produknya yaitu Lion Superindo (LSI), PT Trans Retail Indonesia (Carrefour),

(45)

Mitra Tani Parahyangan

Giant supermarket dan Alfamidi. Selain itu juga memiliki kerjasama dengan restoran yaitu Cimory. Dan pemasaran ke pasar tradisional yaitu pasar Pasundan (Sukabumi) dan pasar Kramat Jati.

Berikut ini gambar saluran distribusi Mitra Tani Parahyangan:

Gambar 2. Saluran distribusi sayur Mitra Tani Parahyangan  Promosi (promotion)

Promosi merupakan kegiatan pengenalan produk yang dihasilkan kepada konsumen guna menarik perhatian calon konsumen. Promosi yang dilakukan oleh Mitra Tani Parahyangan melalui website dan jaringan sosial. Berikut ini gambar promosi Mitra Tani Parahyangan:

Gambar 3. Website Mitra Tani Parahyangan Modern market Restoran Pasar tradisional Konsumen Konsumen Konsumen

(46)

(47)

4.2. Analisis Topik Kemitraan Mitra Tani Parahyangan dengan Modern Market dalam Pemasaran Terung Ungu

4.2.1. Kemitraan Mitra Tani Parahyangan dengan Modern Market

Mitra Tani Parahyangan merupakan perusahaan yang menjalin kemitraan dengan modern market dalam pemasaran produk yang dihasilkan, salah satunya terung ungu. Dalam menjalin kemitraan tersebut Mitra Tani Parahyangan sebagai kelompok mitra (pemasok) dan modern market sebagai perusahaan mitra, dimana kelompok mitra memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra dan perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra. Kemitraan yang dijalin oleh Mitra Tani Parahyangan dengan modern market berdasarkan literatur disebut kemitraan dengan pola dagang umum. Syarat kelompok mitra yaitu memasok kebutuhan yang diperlukan perusahaan mitra, sedangkan syarat perusahaan mitra yakni memasarkan hasil produksi kelompok mitra (Zaelani, 2008).

Kemitraan Mitra Tani Parahyangan dengan modern market terikat dengan adanya perjanjian tertulis yang mengatur hubungan kemitraan dengan modern market dalam pemasaran sayuran. Perjanjian tertulis tersebut dikenal dengan kontrak kerjasama (Trading Terms) antara modern market dengan Mitra Tani Parahyangan. Kontrak kerjasama yang dibuat di dalamnya memuat:

a) Identitas perusahaan mitra (modern market) dan kelompok mitra (Mitra Tani Parahyangan).

b) Jangka waktu berlakunya kontrak kerjasama (Trading Terms). c) Pasokan barang.

d) Syarat-syarat pembayaran.

(48)

f) Pengembalian barang g) Ketentuan-ketentuan umum

Pihak yang terlibat dalam penandatangan kontrak kerjasama yaitu pihak kelompok mitra dan pihak perusahaan mitra. Kekuatan hukum pada kontrak kerjasama selain tandatangan kedua belah pihak juga dibubuhi materai. Materai yang digunakan yaitu materai 6000. Kontrak kerjasama dibuat 2 rangkap dan dipegang masing-masing pihak yang berkaitan.

Lokasi modern market yang dimasuki Mitra Tani Parahyangan dalam memasarkan terung ungu yaitu Giant Supermarket di Jakarta Pusat dan Lion Superindo, PT Trans Retail Indonesia (Carrefour) dan Alfamidi di daerah Bekasi. Mitra Tani Parahyangan memiliki hubungan kemitraan dengan 4 Distribution Center dan 20 toko modern market. Distribution Center terdiri dari Lion Superindo yang terdiri dari 3 toko yaitu Jati Keramat, Jati Makmur dan Cileungsi Hijau. Distribution Center Giant Supermarket terdiri dari 13 toko yaitu Slipi Jaya, Mampang, Kalibata Mall, Rawamangun, Gunung Sahari, Amanyak Pluit, Mediterania Tanjung Duren, Manggarai, Sunter Mall, Menteng Huis, Blok M Plaza, MED Kemayoran dan Orchard. Distribution Center PT Trans Retail Indonesia (Carrefour) terdiri dari 4 toko yaitu Juanda Grosirindo, Cipinang, Cempaka Putih dan Ambasador serta 1 Distribution Center Alfamidi.

4.2.2. Syarat Hubungan Kemitraan

Dalam menjalin hubungan kemitraan dengan modern market, Mitra Tani Parahyangan harus mampu memenuhi permintaan dari modern market. Dalam memenuhi permintaan sayuran tersebut Mitra Tani Parahyangan memperoleh

(49)

menjalin mitra dengan Mitra Tani Parahyangan harus memenuhi persyaratan sebgai berikut:

 Konsekuensi produk baik kuantitas, kualitas dan kontinuitas.  Konsekuensi pembayaran, baik harga maupun waktu pembayaran.  Komitmen harga.

Dalam menjalin hubungan kemitraan dengan modern market dalam memasarkan terung ungu melalui beberapa tahapan yaitu :

Mulai membangun hubungan dengan calon mitra (modern market).  Mengerti kondisi bisnis pihak yang bermitra.

 Mengajukan proposal pengajuan pemasaran kepada calon perusahaan mitra.

 Memperlihatkan sampel komoditi yang akan dipasarkan.  Penandatangan kontrak kerjasama (Trading Terms).  Mengembangkan strategi dan menilai detail bisnis.

Mengembangkan program dalam menjalankan mitra dengan modern market.

4.2.3. Hak dan Kewajiban

Hubungan kemitraan akan ideal apabila kedua belah pihak saling memenuhi kewajibannya dan mendapatkan haknya. Adapun kewajiban dari Mitra Tani Parahyangan terhadap modern market sebagai berikut:

1. Menyediakan terung ungu yang diminta oleh modern market dengan pemenuhan minimal 80% terung ungu yang diminta tersedia dan dikirim.

Gambar

Tabel 1. Alat yang dibutuhkan untuk kegiatan budidaya terung ungu luas 3.600 m 2
Gambar 1. Struktur organisasi Mitra Tani Parahyangan 2015  Adapun visi dan misi Mitra Tani Parahyangan yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. Petani pemasok sayuran Mitra Tani Parahyangan
Gambar 3. Website Mitra Tani Parahyangan Modern market Restoran Pasar tradisional  Konsumen  Konsumen  Konsumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Data kuantitatif berupa rata-rata skor siswa kemudian dikonversikan untuk menentukan kategori kemampuan siswa dengan acuan normatif standar deviasi yang diadaptasi

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mengeksplorasi pengetahuan lokal komunitas tertentu dalam hal pemanfaatan tumbuhan obat adalah etnofarmasi.. Istilah

Pacitan MUANNAS SALIM PACITAN 1980-09-28 MA Ma'arif Pacitan 235 - Akidah-Akhlak IJAZAH BELUM ADA HANYA SKL DAFTAR PESERTA YANG DINYATAKAN TIDAK LAYAK MENGIKUTI PLPG

Dalam hal penggunaan jalan selain untuk kepentingan lalu lintas yang mengakibatkan dilakukan penutupan Jalan dan pengalihan arus lalu lintas melalui Jalan

Dalam membuat kertas kerja (Worksheet) menggunakan Microsoft Excel sebagai pengelolah data. Kertas kerja ini digunakan untuk membantu untuk memudahkan agar pos-pos akun

Program Outcome Indikator Target Unit Pelakana 2010 2014 Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir Tercapainya standar keselamatan dan keamanan pemanfaatan tenaga nuklir

Untuk pelaksanaan penghamparan yang dilakukan pada pondasi aspal beton, mungkin tidak diperlukan lapis pencegah lekatan, yaitu apabila pelandaian dapat dibongkar

Yang memiliki arti bahwa: Overhead pabrik pada umumnya didefinisikan sebagai bahan baku tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, dan semua biaya pabrik lainnya