BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Gambaran Proyek
Daerah Kaliprogo merupakan jalur penghubung antara Yogyakarta dengan daerah di sekitamya, setelah adanya Jembatan Bantar I dan II maka dibangun jembatan Bantar III dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan lalu lintas yang ada di daerah Kaliprogo.
Jembatan Bantar III merupakan jenis jembatan plat girder tipe precastJembatan ini didesain untuk kapasitas dua lajur satu jalur (ke arah
Yogyakarta).
Tanah yang terdapat di Lokasi Kaliprogo adalah pasir dengan diameter butir yang cukup besar sehingga disebut pasir kerikil dan pasir sedang.Pada proyek ini digunakan metode penyelidikan tanah secara SPT sehingga didapatkan nilai N (blow/30cm) pada setiap lapisan tanah.
Mutu tiang yang digunakan pada metode bored pada Jembatan Bantar III didesain dengan mutu beton K-350,sehingga mampu menahan beban struktur atas.
Pada Jembatan Bantar III digunakan Pondasi tiang bored,hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,yaitu :
a. Daya Dukung Aksial dan Lateral
Struktur bangunan seperti Jembatan memiliki beban struktur atas yang
cukup besar,sehingga diperlukan struktur bawah dengan kapasitas dukung
aksial dan lateral besar.
b. Biaya Proyek.
Lokasi Jembatan Bantar III yang terletak di daerah Wates menyebabkan
para pelaku proyek merekayasa metode yang akan digunakan di lapangan.Pondasi Tiang pada jembatan Bantar III menggunakan metode
bored dikarenakan ada pertimbangan seperti ketersediaan peralatan,
Untuk perhitungan Struktur atas menggunakan beban-beban yang mengacu pada Pedoman Pembebanan Jembatan dan Jalan Raya (PPJJR) 1983 yaitu Beban mati,beban hidup dan kejut,beban angin,dan beban rem.
Dalam Perhitungan beban mati, yang dianggap sebagai beban adalah Beban lapis perkerasan sebesar 0,22 t/m,plat beton sebesar 0,6 t/m , beban air hujan sebesar 0,1 t/m dan plat girder sebesar 2,866 t/m.Sementara itu yang termasuk beban hidup adalah beban gandar (sebesar 10 ton) dikalikan dengan faktor kejut sebesar 1,219 sehingga untuk beban hidup menjadi 12,191 ton.
Perhitungan beban angin dipengaruhi oleh jarak antar roda dan tinggi kendaraan.Sebagai contoh digunakan tinggi kendaraan sebesar 2 meter dan jarak antar roda kendaraan sebesar 1,75 m sehingga didapat beban angin
sebesar 0,343 ton.Dan untuk beban rem sebesar 10,415 ton
Data perhitungan beban di atas dimasukkan ke dalam program SAP 2000 sebagai input data dan menghasilkan beban Axial sebesar 421,06 ton.Dan tiang pancang yang digunakan termasuk kriteria tiang pendek (ks < 1) Subjek analisis menggunakan metode pancang sebagai perbandingan dengan metode bored di lapangan.Tiang Pancang memiliki beberapa karakteristik dengan metode bored, yaitu :
a. Kualitas/mutu bahan
Dengan menggunakan metode pancang,maka mutu beton yang dihasilkan akan lebih terjamin dibandingkan bored pile karena tiang pancang adalah hasil pabrikasi.mutu beton yang digunakan pada tiang pancang disesuaikan dengan kondisi di lapangan karena sudah memenuhi syarat.
b. Diameter Tiang
Untuk menentukan diameter yang akan digunakan dalam perencanaan tiang pancang perlu diperhatikan nilai besaran tahanan selimut (Qs) yang dihasilkan dari luasan perimeter tiang yang ada.Untuk analisis digunakan
variabel 350,450,500 dan 600 mm
c. Panjang Tiang
Panjang tiang pancang akan lebih mudah diukur dibandingkan bored pile dengan menggunakan dua jenis metode pancang (End Bearing Pile dan Friction Pile) . Untuk analisis digunakan variabel 10 , 11 , 12 , 13 , 14,
15,16,dan 17 meter.
6.2.1 Daya Dukung Tiang Tunggal
Kemampuan daya dukung tiang tunggal merupakan salah satu parameter besarnya beban yang dapat dipikul oleh pondasi.Analisis daya dukung kelompok tiang dilakukan dengan terlebih dahulu mengetahui data-data tanah,dimensi tiang dan poer,kedalaman pondasi dan data pendukung seperti mutu beton.
Untuk mendapatkan kapasitas dukung tiang kelompok yang optimal, maka dalam perencanaan dilakukan variasi dari diameter,panjang,dan formasi dari tiang pancang.Variasi dari variabel ini akan memperoleh kapasitas dukung yang tinggi dan nilai penurunan yang kecil.Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas dukung tiang dan penurunan :
a. Faktor Diameter 150 140! 130 .-120t 110 | I 100 . a 90l 80\ 70 -450 500
Hasil analisis (Gambar 6.1) menunjukkan bahwa semakin besar diameter tiang maka akan semakin besar pula kapasitas dukungnya,hal ini disebabkan oleh perbedaan luas penampang dan luas perimeter tiang yang berpengaruh terhadap kapasitas dukung ujung dan friksi tiang. Sedangkan faktor diameter tiang juga berpengaruh kepada penurunan,hal ini disebabkan karena luasan yang dimiliki oleh tiang bertambah besar sehingga menyebabkan beban pada pondasi bertambah.
0 018 0.0175 0.017 S 00165 E 0.016 0.0155 0.015 ! , -300 350 400 450 500 550 600 650 Diameter tiang (mm)
Gambar 6.2 Grafik Hubungan diameter Tiang dengan penurunan Tiang tunggal
b. Bentuk Tiang
Pondasi tiang pada Jembatan Bantar III menggunakan bentuk Iingkaran.Bentuk ini dipilih karena memiliki transfer beban yang lebih merata dibandingkan dengan bentuk tiang lainnya (segitiga dan segiempat),sehingga menghasilkan kapasitas dukung yang lebih baik dibandingkan dengan bentuk lainnya.
c. Panjang Tiang 150 145 140 135 _ 130
1 125
n ° 120 115 110 105 100 10 11Kapasitas Dukung Tiang Tunggal
12 13 14
Panjang Tiang (m)
15 16 17
Gambar 6.3 Grafik Hubungan Panjang Tiang dengan
Kapasitas dukung Tiang Tunggal
Faktor Panjang tiang sangat dipengaruhi oleh besaran nilai N-SPT setiap
lapisan tanah.Semakin besar nilai N-SPT pada lapisan tanah, maka
semakin besar pula kapasitas dukungnya,hal ini disebabkan oleh
pengaruh kapasitas dukung friksi tiang yang semakin besar.Sedangkan
faktor panjang tiang juga berpengaruh kepada penurunan , hal ini
dipengaruhi oleh tata letak tiangnya sehingga menyebabkan perbedaan
lebar fondasi yang dihasilkan.
0.01 | 0 0095 ® 0.009 ! 0 0085 0.008 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 panjang tiang (m)
Gambar 6.4 Grafik Hubungan panjang Tiang dengan
penurunan Tiang tunggal d. Jumlah Tiang
Semakin besar jumlah tiang yang digunakan maka semakin besar pula
kapasitas dukungnya,hal ini disebabkan oleh pengaruh kapasitas dukung
friksi tiang keseluruhan yang semakin besar.Semakin besar jumlah tiang
juga menyebabkan semakin besar penurunan akibat deformasi aksial
tiang,hal ini disebabkan kapasitas dukung dan ujung friksi tiang yang
semakin besar.
e. Formasi Tiang
Formasi tiang berpengaruh terhadap besar kapasitas dukung kelompok
tiang,dalam hal ini lebih disebabkan faktor efisiensi kelompok
tiang.Semakin besar lebar formasi tiang maka akan semakin besar pula
penurunan kelompok tiang yang terjadi.6.2.2. Efisiensi Tiang Pancang Kelompok
Efisiensi Tiang Pancang adalah perbandingan antara kapasitas kelompok
terhadap kapasitas masing-masing tiang. Efisiensi merupakan nilai yang
menunjukkan seberapa besar sebuah tiang pancang dapat dimanfaatkan secara
optimal.Nilai Efisiensi tergantung pada diameter tiang,formasi,dan jumlah
tiang.Hasil analisis menunjukkan bahwa semakin besar diameter tiang dan
jumlah tiang maka nilai efisiensinya akan semakin kecil.Efisiensi kelompok
tiang pada formasi Al sebesar 0,6164 lebih besar
dibandingkan dengan
efisiensi dari formasi A2 (dengan panjang dan jumlah tiang yang sama)
sebesar 0,5963 .Sedangkan pada formasi Bl memiliki nilai efisiensi sebesar
0,671 lebih kecil dibandingkan dengan efisiensi dari formasi B2 (dengan
panjang dan jumlah tiang yang sama) sebesar 0,6927 6.2.3. Penurunan Kelompok Tiang
Besar penurunan dipengaruhi oleh parameter tanah,beban-beban yang
bekerja pada pondasi dan juga berat sendiri.Penurunan ini juga dipengaruhi
oleh bentuk formasi,diameter tiang dan jumlah tiang.
Pemakaian diameter tiang yang besar akan menyebabkan penurunan
yang besar pula. Diameter yang besar menyebabkan penambahan beban yang
cukup besar karena berat pondasi akan bertambah besar Dari formasi Al dengan jumlah tiang 24 berdiameter 0,6 m dan beban V= 853,30192 ton
terjadi penurunan 0,2556 m, lebih kecil dibandingkan dengan penurunan
kelompok dari formasi A3 sebesar 0,2982 m.
Analisis penurunan dengan pengubahan formasi menghasilkan nilai
penurunan yang beragam.Untuk kelompok tiang dengan jumlah tiang 28
berdiameter 0,5 m penurunan yang terjadi dari formasi B1 0,293524 m lebih
kecil daripada penurunan yang terjadi pada formasi B2 sebesar 0,3453
m.Perbedaan hasil penurunan dari kedua formasi untuk masing-masing
kelompok tiang ini dipengaruhi oleh tata letak tiangnya.Yang sangat
mempengaruhi besar kecilnya penurunan ini adalah luas dari diameter dan
dari formasi A,B,C dan D untuk tiap-tiap diameter (0,6;0,5;0,45 dan 0,35 m) dapat dilihat pada gambar 6.2
Selain formasi,besar kecilnya penurunan juga dipengaruhi oleh lebar
pondasi yang digunakan.Semakin lebar pondasi yang dipakai maka penurunan
akan semakin besar.Pondasi yang lebar menyebabkan pertambahan beban
yang besar dan akan mempengaruhi
besarnya tekanan
yang dapat
menyebabkan penurunan.