LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN STASE KEPERAWATAN ANAK STASE KEPERAWATAN ANAK
KEJANG DEMAM KEJANG DEMAM
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas kemudian disusul infeksi saluran pencernaan (Ngastiyah, 1997). Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3 % dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita kejang demam. Kejang demam lebih sering didapatkan pada laki-laki daripada perempuan. Hal tersebut disebabkan karena pada wanita didapatkan maturasi
serebral yang lebih cepat dibandingkan laki-laki (Sumijati, 2000).
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera. Diagnosa secara dini serta pengelolaan yang tepat sangat
KEJANG DEMAM
A. Definisi
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997). Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus (Price & Wilson, 1995).
B. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi diluar susunan syaraf pusat misalnya
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam. 5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya satu minggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam satu tahun tidak melebihi empat kali.
D. Klasifikasi
Menurut Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam atas dua golongan yaitu:
1. Kejang demam sederhana, kejang ini harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy
b. Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun
ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K + dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.
Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh :
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
2. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
3. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit / keturunan Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh
F. Pathway
Etiologi
Kebutuhan O2 meningkat sampai 20% Metabolisme basal meningkat
Perubahan difusi K +& Na+
Perubahan beda potensial mambran
G. Komplikasi
1. Kejang berulang
hipoglike hiperten evaporesi takikard
hipotensi
Gangg. saraf
Resiko tinggi terhadap
syok Jalan nafas tidak
I. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan kejang dibagi menjadi 3 hal, yaitu: 1. Pengobatan Fase Akut
a. Memberantas kejang
Kejang *Berikan diazepam rectal: 5 mg untuk BB < 10 kg 10 mg untuk BB > 10 kg atau iv: 0,3-0,5 mg/kgBB/kali tunggu 5 menit, berikan oksigen.
Masih kejang * berikan diazepam rectal / iv, dosis sama, tunggu 5 menit * oksigenasi adekuat 1 lt/menit
*berikan cairan intravena (D5, ¼ S; D5, ½ S atau RL) Masih kejang
• Berikan fenitoin/difenilhidramin loading, iv dosis 10-15 mg/kgBB maksimal 200mg, tunggu sampai 20 menit.
3. Pengobatan pencegahan berulangnya kejang
Diberikan anti konvulsan rumatan yaitu fenitoin/difenilhidation 5-8 mg/kgBB/hari, dalam 2 kali pemberian (terbagi 2 dosis) atau fenobarbital (bila tak ada fenitoin): 5-8 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian.
J. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik a. Kepala
Adakah tanda-tanda mikro atau makrosepali. Adakah dispersi bentuk kepala.
Apakah tanda-tanda kenaikan tekanan intrakarnial, yaitu
ubun-ubun besar cembung, bagaimana keadaan ubun-ubun-ubun-ubun besar menutup atau belum.
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tanda-tanda adanya
infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.
f. Hidung
Apakah ada pernapasan cuping hidung? Polip yang menyumbat
jalan napas.
Apakah keluar sekret, bagaimana konsistensinya, jumlahnya.
g. Mulut
Adakah tanda-tanda sardonicus. Adakah cynosis.
Bagaimana keadaan lidah. Adakah stomatitis.
h. Tenggorokan
Adakah tanda-tanda peradangan tonsil.
Adakah pembesaran lien dan hepar.
m. Kulit
Bagaimana keadaan kulit baik kebersihan maupun warnanya. Apakah terdapat oedema, hemangioma.
Bagaimana keadaan turgor kulit.
n. Ekstremitas
Apakah terdapat oedema atau paralise terutama setelah terjadi
kejang.
Bagaimana suhunya pada daerah akral.
o. Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina,
tanda-tanda infeksi.
K. Diagnosa
DAFTAR PUSTAKA
Nanda. 2001. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006. Philadelphia.
Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit . Jakarta: EGC.
Price & Wilson. 1995. Patofisiologi. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Sumijati. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi Pada Anak . Surabaya: PERKANI.
L. Perencanaan(Wilkinson, 2007)
No. Diagnosa NOC NIC
1. PK: Kejang berulang b.d hipertermi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan klien tidak mengalami kejang selama berhubungan dengan hiperthermi.
Kriteria hasil :
1. Tidak terjadi serangan kejang ulang.
2. Suhu 36,5 – 37,5 ºC 3. Nadi 110 – 120 x/menit 4. Respirasi 30 – 40 x/menit 5. Kesadaran composmentis
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.
Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap
keringat.
2. Berikan kompres dingin
Rasional : perpindahan panas secara konduksi 3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.
4. Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam Rasional :Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan. 5. Batasi aktivitas selama anak panas
Rasional : aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas.
advis.
Rasional : Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis
2. Risiko trauma fisik b.d kurangnya koordinasi otot
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
Kriteria Hasil :
1. Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
2. Mempertahankan tindakan yang mengontrol aktivitas kejang.
3. Mengidentifikasi tindakan yang harus diberikan ketika terjadi kejang.
1. Beri pengaman pada sisi tempat tidur dan penggunaan tempat tidur yang rendah.
Rasional : meminimalkan injuri saat kejang 2. Tinggalah bersama klien selama fase kejang..
Rasional : meningkatkan keamanan klien. 3. Berikan tongue spatel diantara gigi atas dan
bawah.
Rasional : menurunkan resiko trauma pada mulut.
4. Letakkan klien di tempat yang lembut.
Rasional : membantu menurunkan resiko injuri fisik pada ekstimitas ketika kontrol otot volunter berkurang.
5. Catat tipe kejang (lokasi,lama) dan frekuensi kejang.
cerebral yang terganggu.
6. Catat tanda-tanda vital sesudah fase kejang Rasional : mendeteksi secara dini keadaan yang abnormal
3. Hipertermia b.d proses infeksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
Kriteria Hasil :
1. Suhu tubuh dalam rentang normal. 2. Nadi dan RR dalam rentang normal. 3. Tidak ada perubahan warna kulit dan
tidak ada pusing.
Fever treatment
1. Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi. Rasional: Mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan pakaian/selimut dapat menghambat penurunan
suhu tubuh.
2. Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali. Rasional: Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
3. Pertahankan suhu tubuh normal
Rasional: Suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh.
4. Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada kepala / ketiak.
Rasional: Proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara.
5. Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat dari kain katun.
Rasional: Proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan tidak dapat menyerap keringat.
6. Atur sirkulasi udara ruangan. Rasional: Penyediaan udara bersih.
7. Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak minum
Rasional: Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat.
8. Batasi aktivitas fisik
Rasional: Aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas.
4. Kurangnya pengetahuan keluarga b.d keterbatasan informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit bayi nya.
Kriteria hasil :
1. Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
2. Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses keperawatan.
3. Keluarga mentaati setiap proses keperawatan.
1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan
kebenaran informasi yang didapat.
2. Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang demam
Rasional : penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga
3. Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan.
Rasional : agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
4. Berikan Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang demam, antara lain :
a. Jangan panik saat kejang
b. Baringkan anak ditempat rata dan lembut. c. Kepala dimiringkan.
d. Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
e. Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.
f. Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum g. Segera bawa ke rumah sakit bila kejang
lama.
Rasional : sebagai upaya alih informasi dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.
5. Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas, bila anak panas.
Rasional : mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang.
6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi dengan menghindari orang
atau teman yang menderita penyakit menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu. Rasional : sebagai upaya preventif serangan ulang
7. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang demam.
Rasional : imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat menyebabkan kejang demam.