• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejang Demam Kompleks

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kejang Demam Kompleks"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Kejang Demam Kompleks

Uli Kartika Sihaloho

Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh seperti suhu rektal di atas 38 °C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial. Kejang demam kompleks adalah kejang fokal atau parsial, berlangsung lebih dari 15 menit dan berulang dalam 24 jam. Sekitar 30% pasien kejang demam ditemui dengan keadaan kejang demam kompleks. Kejang demam memiliki prognosis baik dan kejang demam bersifat benigna. Angka kematian hanya 0,64-0,75%. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, sebagian berkembang menjadi epilepsi sebanyak 2-7%. Kejang demam juga dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian tingkat akademik. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Kasus yang ditemukan adalah An. D, laki-laki, usia 1 tahun 9 bulan, datang dengan keluhan demam disertai kejang, jenis tonik-klonik, kejang sebanyak 2 kali, durasi kejang 10 menit. Suhu tubuh pasien saat datang ke rumah sakit 38,7 oC. Diagnosa pada kasus ini adalah kejang demam kompleks. Kata kunci: Kejang demam, anak Abstract Febrile seizure is seizure which occur of body temperature increase as rectal temperature above 38 °C that is caused by an extracranial process. Complex febrile seizures are focal or partial seizures, lasting more than 15 minutes and repeated within 24 hours. Approximately 30% of patients met with a state of complex febrile seizure. Febrile seizure has good prognosis and it’s benign. The mortality rate is only 0.64-0.75%. Most patients with febrile seizures recover completely, some develop into epilepsy as much as 2-7%. Febrile seizures can also result in behavioral disturbances and a decrease in the level of intelligence and academic achievement. Febrile seizures occur in 2-4% of children aged 6 months to 5 years. A case was found that a boy, D, male, age 1 year 9 months, came with complaints of seizure several hours before came to hospital. The type of seizure is tonic-clonic, as much as 2 times, duration of seizures 10 minutes. His body temparature when came to hospital was about 38,7 °C. The diagnosis in this case is complex febrile seizures.

Keywords: Febrile seizure, children

Korespondensi: Uli Kartika Sihaloho, S.Ked., alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 12, HP 085271559896, e-mail Uli.Kasih@gmail.com Pendahuluan Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh seperti suhu rektal >38 oC yang disebabkan oleh suatu

proses ekstrakranial.1 Menurut Consensus

Statement on Febrile Seizures kejang demam

adalah suatu kejadian pada bayi dan anak biasanya terjadi antara umur 3 bulan dan 5 tahun berhubungan dengan demam tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu.2,3

Insiden kejang demam di Amerika berkisar antara 2-5% pada anak umur kurang dari 5 tahun. Di Asia angka kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80-90% dari seluruh kejang demam adalah kejang demam sederhana. Di Jepang angka kejadian kejang demam adalah 9-10%.4

Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Bila anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului dengan

demam pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi susunan saraf pusat atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.1,5,6

Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu kejang demam simpleks dan kejang demam kompleks. Kejang demam simpleks adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit, kejang bersifat umum, dan tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam kompleks adalah kejang fokal atau parsial yang berlangsung lebih dari 15 menit dan berulang dalam 24 jam. Sekitar 30% pasien kejang demam ditemui dengan keadaan kejang demam kompleks.2,7,8,9

Kejang demam bersifat benigna dan memiliki prognosis yang baik. Sebagian besar penderita kejang demam sembuh sempurna, angka kematian untuk kejang demam hanya 0,64%-0,75% dan 2-7% berkembang menjadi epilepsi. Kejang demam juga dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan

(2)

intelegensi dan pencapaian tingkat akademik.10

Kasus

An. D, laki-laki, usia 1 tahun 9 bulan, datang diantar oleh orangtuanya dengan keluhan kejang. Orangtua pasien mengatakan 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien mengalami batuk, pilek dan demam yang tidak begitu tinggi. Enam jam SMRS pasien demam tinggi, saat dirumah didapatkan suhu tubuh pasien 38,8 oC, pasien

diberi parasetamol sirup dan dikompres air hangat namun demam tidak turun. Dua jam SMRS pasien mengalami kejang dengan durasi waktu kejang kurang dari 10 menit, 1 jam kemudian pasien kembali kejang.

Kejang diawali dengan kaku diseluruh tubuh, mulut terkatup rapat, kaki lurus dan kaku, kedua tangan lurus, kaku, dan menggenggam, mata mendelik ke atas. Riwayat kejang demam pada keluarga dibenarkan oleh ayah pasien, riwayat epilepsi pada keluarga disangkal.

Saat diperiksa didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, dari pemeriksaan fisik didapatkan berat badan 14 kg, panjang badan 88 cm, lingkar kepala 45 cm, lingkar lengan 20 cm, suhu 38,7 oC, nadi 100x/menit,

dan pernafasan 28x/menit. Semua refleks patologis dan tanda rangsang meningeal negatif. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar hemoglobin 11,6 g/dl, jumah leukosit 10.600 sel/mm3, dan jumlah

trombosit 186.000 sel/mm3, hematokrit 36%.

Status gizi normal.

Berdasarkan hasil anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosa pada pasien ini adalah kejang demam kompleks. Kemudian pasien ditatalaksana dengan infus cairan

Ringer Laktat 1200 cc per 24 jam, diazepam

suppositoria 10 mg bila kejang, diberikan oksigen 2 liter saat kejang, paracetamol drops 140 mg atau 1,4 ml setiap 6 jam, asam valproat sirup 1/2 sendok setiap 12 jam. Pembahasan Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh seperti suhu rektal >38 oC yang disebabkan oleh suatu

proses ekstrakranial.1 Secara klinis umumnya

tidak sulit untuk menegakkan diagnosis kejang

suhu badan yang tinggi serta tidak didapatkan gejala neurologis lain dan anak segera sadar setelah kejang berlalu. 10

Pada pasien ini diagnosa kejang demam sudah tepat, dikarenakan dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu 38,7 oC, tidak ada

kelainan ekstrakranial, yang ditandai dengan refleks patologis dan tes rangsang meningeal negatif.

Kejang demam dibagi menjadi dua jenis, yaitu kejang demam simpleks atau sederhana dan kejang demam kompleks.

Kejang demam sederhana yaitu kejang yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum, tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% di antara seluruh kejang demam.1,4

Sedangkan kejang demam kompleks yaitu kejang demam dengan salah satu ciri berikut: kejang lama >15 menit, kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial, dan kejang berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.1,4

Pada pasien ini, kejang terjadi sebanyak dua kali, kejang bersifat tonik-klonik, durasi kejang 10 menit, dan berulang dalam 24 jam. Dari hasil anamnesis tersebut, kejang demam pada pasien ini termasuk klasifikasi kejang demam kompleks.

Berdasarkan alloanamnesis ayah pasien memiliki riwayat kejang demam saat kecil. Riwayat keluarga dengan kejang merupakan salah satu faktor resiko yang dilaporkan untuk terjadi bangkitan kejang demam. Keluarga dengan riwayat pernah menderita kejang demam sebagai faktor resiko untuk terjadi kejang demam pertama adalah kedua orangtua ataupun saudara kandung relatif dapat diperkirakan, apakah autosomal resesif atau autosomal dominan.

Pewarisan sifat secara autosomal dominan diperkirakan sebesar 60-80%. Jika kedua orangtua tidak memiliki riwayat pernah mengalami kejang demam maka resiko terjadi kejang demam sekitar 9%. Apabila salah satu orangtua memiliki riwayat kejang demam maka sekitar 20-22% kemungkinan besar resiko terjadi kejang demam. Apabila kedua orangtua memiliki riwayat pernah mengalami kejang demam maka resiko terjadinya kejang

(3)

Pertolongan pertama yang diberikan pada pasien ini adalah pemberian oksigen sebanyak 2 liter saat mengalami kejang merupakan tindakan yang tepat. Hal ini dikarenakan pada saat seorang anak sedang dalam keadaan kejang maka suplai oksigen ke otak semakin berkurang. Pengobatan fase akut pada waktu kejang dengan memiringkan untuk mencegah aspirasi ludah atau muntahan dan diusahakan jalan nafas harus bebas agar pasokan oksigen terjamin. Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah, suhu, pernafasan, dan fungsi jantung.12-15

Saat pasien dibawa ke rumah sakit pasien sudah tidak kejang, namun suhu tubuh pasien masih tinggi yaitu 38,7 oC.

Penatalaksaan yang direncanakan jika terjadi serangan kejang adalah pemberian diazepam suppositoria 10 mg. Tatalaksana tersebut sudah tepat.

Obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena atau per rektal. Kadar diazepam tertinggi dalam darah akan tercapai dalam waktu 1-3 menit apabila diberikan secara intravena, dan tercapai dalam waktu 5 menit bila diberikan secara per rektal. Dosis diazepam intravena 0,3-0,5 mg/kgBB, diberikan perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maksimal 20 mg. Untuk memudahkan orangtua di rumah dapat diberikan diazepam rektal dengan dosis 5 mg

pada anak dengan berat badan <10 kg, 10 mg untuk berat badan anak >10 kg.1,4

Pada pasien ini diberikan asam valproat

untuk profilaksis kejang. Pemberian terapi ini sudah tepat. Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis terapeutik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari.

Pengobatan jangka panjang kejang demam diberikan bila ada lebih dari satu keadaan berikut: 1) kejang demam lebih dari 15 menit, 2) adanya defisit neurologis yang jelas baik sebelum maupun sesudah kejang misalnya serebral palsi, retardasi mental, atau mikrosefal, 3) kejang demam fokal, 4) adanya riwayat epilepsi dalam keluarga.1,4

Dipertimbangkan apabila kejang demam pertama pada umur dibawah 12 bulan, kejang

berulang dalam 24 jam, kejang demam berulang atau ≥4 kali per tahun.1,4,14

Gambar 1. Algoritma penatalaksanaan kejang demam16

Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah fenobarbital, sodium valproat/asam valproat, dan fenitoin.

Fenobarbital dengan dosis 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka panjang yaitu perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur.

Sodium valproat/asam valproat dengan dosis 15-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2-3 dosis. Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar, pankreatitis.

Fenitoin diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang memuaskan. Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan.

(4)

Kejang demam terjadi akibat adanya demam, maka tujuan utama pengobatan

adalah mencegah demam meningkat.

Pemberian obat penurun panas parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali, 4 kali sehari dan tidak lebih dari 5 kali atau ibuprofen 5-10 mg/kgBB/kali, sebanyak 3-4 kali. Penggunaan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan Reye Syndrome.1,4,14 Pada

pasien ini diberikan parasetamol, dosis dan tujuan sudah tepat.

Kejang selalu merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orangtua. Pada saat kejang sebagian besar orangtua beranggapan bahwa anaknya telah meninggal.

Beberapa hal yang dikerjakan saat pasien kejang dirumah: 1) tetap tenang dan

tidak panic, 2) kendurkan pakaian yang ketat

terutama disekitar leher, 3) bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring, bersihkan muntahan atau lendir di mulut atau hidung, 4) walaupun kemungkinan lidah tergigit, jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut, 5) ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang, 6) tetap bersama pasien selama kejang, 7) berikan diazepam rektal, tetapi jangan diberikan bila kejang telah berhenti, 8) bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih.

Simpulan

An. D, laki-laki, usia 1 tahun 9 bulan, datang dengan keluhan kejang demam, jenis tonik-klonik, kejang sebanyak 2 kali, durasi kejang 10 menit. Suhu saat datang 38,7 oC.

Pasien didiagnosa mengalami kejang demam kompleks. Kemudian pasien di tatalaksana dengan IVFD RL 1200 cc per 24 jam, diazepam suppositoria 10 mg bila kejang, berikan oksigen 2 liter saat kejang, paracetamol drops 140 mg (1,4 ml) setiap 6 jam, asam valproat sirup 1/2 sendok setiap 12 jam.

Daftar Pustaka

1. Soetomenggolo TS. Kejang demam dalam buku ajar neurologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2000.

2. Jonhston MV. Seizure in childhood and prevalence of febrile seizure. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editor. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders

3. Shinnar S. Febrile seizures in current management in child neurology. Edisi ke-3. Ontario: BC Decker In; 2005.

4. Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S. Konsensus penatalaksanaan kejang demam, unit kerja koordinasi neurologi. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2006.

5. Kusuma D, Yuana I. Korelasi antara kadar seng serum dengan bangkitan kejang demam [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010.

6. American academy of pediatrics committee on quality improvement, subcommittee on febrile seizures. Practice parameter: long term treatment of the child with simple seizures. Pediatrics. 1999; 103(6):1307-9.

7. Knudsen FU. Febrile seizures: treatment and prognosis. Epilepsia. 2000; 41(1):2-9. 8. Stafstrom CE. The incidence and

prevalence of febrile seizure. Dalam: Baram TZ, Shinar S, editor. Febrile seizures. San Diego: Academic prees; 2002. hlm. 1-25.

9. Kenneit FS, Stephen A, Donna MF. Pediatric neurology principles and practice. Edisi ke-4. Philadelphia: Mosby; 2006.

10. Fuadi F. Faktor risiko bangkitan kejang demam pada anak [tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro; 2010.

11. Menkes JH, Sankar R. Paroxysmal disorders. Dalam: Menkes JH, Sarnat BH, editor. Child neurology. Edisi ke-6. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 2000. hlm. 987-91.

12. Lumbantobing SM. Kejang demam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. hlm. 1-3.

13. O'Dell C, Shinnar S, Ballaban-Gil KR. Rectal diazepam gel in the home management of seizures in children. Pediatr Neurol. 2005; 33(3): 166-72. 14. Behrman RE, Robert MK, Jenson HB.

Nelson ilmu kesehatan anak. Edisi ke-18. Jakarta: EGC; 2007. hlm. 2059–60.

15. Fleisher GR, Ludwig S, Silverman, Henretig FM. Textbook of pediatric emergency medicine. Edisi ke-4. USA: Lippincott Williams and Wilkins; 2000. hlm. 478-84.

(5)

16. Harsono. Buku ajar neurologi klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2008.

Gambar

Gambar	1.	Algoritma	penatalaksanaan	kejang	 	 demam 16

Referensi

Dokumen terkait

Isoenzyme usus memiliki sangat pendek setengah-hidup dan tidak signifikan menambah tingkat ALP serum pada anjing dan kucing 1 Tikus memiliki aktivitas ALP tinggi

sektor pariwisata atau variabel pendapatan Per kapita berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penerimaan sektor pariwisata, ini terlihat dari hasil

Di sisi lain, mereka juga menggunakan produk perawatan wajah agar tetap terlihat segar dan demi menambah rasa percaya diri sehingga jelas bahwa lelaki masa kini

Kegiatan pertunjukan ini akan sering diadakan untuk mendukung proses pembelajaran musik itu sendiri karena pada dasarnya musik adalah seni pertunjukan dan banyak hal yang tidak

Catatan: Cheat ini akan tidak aktif atau mati ketika cheat ditekan untuk yang

Menimbang, bahwa keberatan Termohon/Pembanding pada angka 1 (satu) di atas tidak dapat diterima, karena Majelis Hakim Tingkat Pertama telah mempertimbangkan sedemikian rupa

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah di bidang Pengendalian Pencemaran meyakini bahwa program-program yang telah disusun dan sudah dijalankannya sesuai

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan Indeks Keanekaragaman jenis amfibi (Ordo Anura) dalam kawasan Hutan Lindung Gunung Semahung termasuk rendah dengan