REFERAT
REFERAT
KEJANG DEMAM KOMPLEKS
KEJANG DEMAM KOMPLEKS
Penyusun :
Penyusun :
Nadiah
Nadiah binti
binti Ahmad
Ahmad Lutfi
Lutfi 030.07.307
030.07.307
Pembimbing :
Pembimbing :
Dr. Stephanie, Sp. A
Dr. Stephanie, Sp. A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOJA
PERIODE 1 APRIL
PERIODE 1 APRIL
–
–
8 JUNI 2013
8 JUNI 2013
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
Kejang demam merupakan bentuk kejang yang sering dijumpai dan terjadi pada 2 - 5% anak. Dalam 25 tahun terakhir ini diketahui bahwa kejang demam sebenarnya tidaklah menakutkan. Kejang demam tidak berhubungan dengan adanya kerusakan otak dan hanya sebagian kecil saja yang akan berkembang menjadi epilepsi.
Kejang demam berdasarkan definisi dari The International League Againts Epilepsy (Commision on Epidemiology and Prognosis, 1993) adalah kejang yang disebabkan kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,4oC tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat atau gangguan elektrolit akut pada anak berusia di atas 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Kejang demam diklasifikasikan sebagai kejang demam kompleks bila bersifat fokal, berlangsung lama (>10 - 15 menit), atau multiple (> 1 kali serangan selama 24 jam demam). Sebaliknya, kejang demam sederhana adalah kejang yang berlangsung satu kali, singkat, dan bersifat umum. Anak dapat saja normal atau mempunyai kelainan neuorologis. Anak bisanya berusia antara 6 bulan sampai 3 tahun, dan tersering pada usia 18 bulan. Bila kejang demam berlangsung terus sampai usia di atas 6 tahun atau pernah mengalami kejang tanpa demam baik tonik-klonik, mioklonik, absens atau atonik maka
diklasifikasikan sebagai Generalized epilepsy with seizure plus (GEFS+).
Faktor risiko berulangnya kejang demam adalah (1) riwayat kejang demam dalam keluarga; (2) usia kurang dari 18 bulan; (3) temperatur tubuh saat kejang. Makin rendah temperatur tubuh saat kejang. Makin rendah temperatur saat kejang makin sering berulang; dan (4) lamanya demam. Adapun faktor risiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah (1) adanya gangguan perkembangan neurologis; (2) kejang demam kompleks; (3) riwayat epilepsi dalam keluarga; dan (4) lamanya demam.
Pada umumnya kejang demam akan berlangsung singkat, kurang dari 10 menit dan berhenti sendiri. Pengobatan saat kejang adalah suntikan diazepam intravena atau diazepam per rektal. Oleh karena demam merupakan faktor pencetus terjadinya kejang, maka pencegahan kenaikan suhu tubuh adalah pendekatan yang utama. Pengobatan yang dianjurkan saat ini adalah pemberian antipiretika dan diazepam oral (0,33mg / kg / dosis tiap 8 jam) atau diazepam rektal pada saat demam. Pengobatan jangka panjang telah ditinggalkan. Akan tetapi pengobatan jangka panjang dapat dipertimbangkan pada
keadaan pasien dengan kelainan neurologis, kejang fokal, kejang demam yang sering berulang atau tinggal jauh dari fasilitas kesehatan. Obat yang digunakan adalah fenobarbital atau asam valproat, selama 1 tahun. Serangan kejang sangat menakutkan orangtua pasien, oleh karenanya edukasi yang cukup dan dukungan emosi pada orangtua sangatlah diperlukan. Orangtua sebaiknya mengenali pada suhu berpa anak biasanya kejang, menyediakan termometer, obat penurun panas dan obat penghenti kejang (rektal) di rumah. Tindakan pada saat anak kejang perlu dipahami oleh orangtua dan kerluarga. Anak harus dibawa ke rumah sakit bila: kejang berlangsung lama, kejang fokal, kejang berulang, panas tinggi lebih dari 39,5oC, jenis kejangnya lain dari biasanya, dan setelah kejang anak menjadi tidak sadar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DEFINISI (1)(5)
Kejang demam merupakan kelainan neurologis akut yang paling sering dijumpai pada anak yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranial. Derajat tinggi suhu yang dianggap cukup untuk diagnosa kejang demam adalah 38 derajat celcius di atas suhu rektal atau lebih. Kejang terjadi akibat loncatan listrik abnormal dari sekelompok neuron otak yang mendadak dan lebih dari biasanya, yang meluas ke neuronsekitarnya atau dari substansia grasia ke substansia alba yang d i s e b a b k a n o l e h d e m a m d a r i l u a r o t a k . K e j a n g d e m a m s e r i n g j u g a d i s e b u t k ej a ng de ma m to n ik -k lo n ik , sa n ga t se ri ng dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun.
INSIDEN
Insiden terjadinya kejang demam terutama pada golongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur di bawah 5 tahun pernah menderita k e j a n g d e m a m . K e j a n g d e m a m l e b i h s e r i n g d i d a p a t k a n p a d a l a k i - l a k i d a r i p a d a p e r e m p u a n . H a l t e r s e b u t d i s e b a b k a n k a r e n a p a d a w a n i t a di da pa tk an ma tu ra si se re br al ya ng le bi h ce pa t dibandingkan laki-laki.
Berdasarkan laporan dari daftar diagnosa dari lab SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data adanya peningkatan insiden kejang demam. Pada tahun 1999 ditemukan pasien kejang demam sebanyak 83 orang dan tidak didapatkan angka k e m a t i a n ( 0 % ) . P a d a t a h u n 2 0 0 0 d i t e m u k a n p a s i e n k e j a n g d e m a m 1 3 2 o r a n g d a n t i d a k didapatkan angka kematian (0 %). Dari data di atas menunjukkan adanya peningkatan insiden kejadian sebesar 37% .Jumlah penderita kejang demam diperkirakan
mencapai 2 – 4% dari jumlah penduduk di AS, Amerika Selatan, dan Eropa Barat.
Na mu n di Asi a dil ap or kan pend eri ta nya leb ih ti nggi . Sek it ar 20% di an ta ra ju ml ah pen de ri ta men gal am i ke jan g dem am ko mp le ks ya ng harus ditangani secara lebih
teliti. Bila dilihat jenis kelamin penderita, kejang demam sedikit lebih banyak menyerang anak laki-laki. (1)
ETIOLOGI
Etiologi dan pathogenesis kejang demam sampai saat ini belum diketahui, akan tetapi umur anak, tinggi dan cepatnya suhu meningkat mempengaruhi terjadinya kejang. Faktor h e r e d i t a s j u g a m e m p u n y a i p e r a n y a i t u 8 - 2 2 % a n a k y a n g m e n g a l a m i k e j a n g d e m a m mempunyai orang tua dengan riwayat kejang demam pada masa kecilnya. (1)(9)
Semua jenis infeksi bersumber di luar susunan saraf pusat yang menimbulkan demam dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit yang paling sering menimbulkan kejang demam a d a l a h i n f e k s i s a l u r a n p e r n a f a s a n a t a s t e r u t a m a t o n s i l l i t i s d a n f a r i n g i t i s , o t i t i s m e d i a akut (cairan telinga yang tidak segera dibersihkan akan merembes ke saraf di kepala pada otak a k a n m e n y e b a b k a n k e j a n g d e m a m ) , g a s t r o e n t e r i t i s a k u t , e x an t em a s u bi t um d an i n fe k s i s a l u r a n k e m i h . S e l a i n i t u , i m u n i s a s i D P T ( p e r t u s i s ) d a n c a m p a k ( m o r b i l i ) j u g a d a p a t menyebabkan kejang demam.
PATOFISIOLOGI (2)(4)
S u m b e r e n e r g i o t a k a d a l a h g l u k o s a y a n g m e l a l u i p r o s e s o k s i d a s i dipecah menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari per mukaa n dal am ya it u li po id dan perm uka an lu ar ya it u io nik . Dal am kead aa n
normal membran sel neuron dapatdilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel neuron terdapat keadaan sebalikya.Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan p o t e n s i a l m e m b r a n y a n g d i s e b u t p o t e n s i a l m e m b r a n d a r i n e u r o n . U n t u k m e n j a g a keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh : •Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular
•Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya
•Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena pen yakit atau keturunan
P a d a k e a d a a n d e m a m k e n a i k a n s u h u 1 oC ak an me n g ak ib at ka n k e n a i k a n metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang d e w a s a y a n g h a n y a 1 5 % . O l e h k a r e n a i t u k e n a i k a n s u h u t u b u h d a p a t mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15menit) biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksiotot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan me ng ak ib atka n metabolisme otak meningkat.
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI 2004), membagi kejang demam menjadi dua (8) : 1. Kejang demam sederhana (harus memenuhi semua kriteria berikut)
– B e r l a n g s u n g s i n g k a t
– Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit
– B a n g k i t a n k e j a n g t o n i k , t o n i k - k l o n i k t a n p a g e r a k a n f o k a l – T i d a k b e r u l a n g d a l a m w a k t u 2 4 j a m
2.Kejang demam kompleks (hanya dengan salah satu kriteria berikut) – K e j a n g b e r l a n g s u n g l a m a , l e b i h d a r i 1 5 m e n i t
– Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului dengan kejang par si al
– K e j a n g b e r u l a n g 2 k a l i a t a u l e b i h d a l a m 2 4 j a m , a n a k s a d a r k e m b a l i d i a n t a r a b angkitan kejang
Menurut Livingstone (1970), membagi kejang demam menjadi dua : (5) 1.Kejang demam sederhana
•Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
•Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit
•Kejang bersifat umum, frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak > 4 kali •Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
•Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
•P e m e r i k s a a n E E G y a n g d i b u a t s e d i k i t n y a s e m i n g g u s e s u d a h s u h u n o r m a l t i d a k menunjukkan kelainan
2.Epilepsi yang diprovokasi demam •Kejang lama dan bersifat lokal •Umur lebih dari 6 tahun
•Frekuensi serangan lebih dari 4 kali /tahun •EEG setelah tidak demam abnormal
Menurut sub bagian syaraf anak FK-UI membagi tiga jenis kejang demam, yaitu : 1.Kejang demam kompleks
•Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun •Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
•Kejang bersifat fokal/ multipel •Didapatkan kelainan neurologis •EEG abnormal
•Frekuensi kejang lebih dari 3 kali/ tahun •Temperatur kurang dari 39℃
2.Kejang demam sederhana
•Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5 tahun •Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat
•Kejang bersifat umum (tonik/klonik)
•Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan sesudah kejang •Frekuensi kejang kurang dari 3 kali /tahun
•Temperatur lebih dari 39℃ 3.Kejang demam berulang
•Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode demam
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kejang demam berulang antara lain: 1 . U s i a < 1 5 b u l a n s a a t k e j a n g d e m a m p e r t a m a
2 . R i w a y a t k e j a n g d e m a m d a l a m k e l u a r g a
3.Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal
4 . R i w a y a t d e m a m y a n g s e r i n g
5.Kejang pertama adalah kejang demam kompleks
P e r b e d a a n k e j a n g d e m a m d e n g a n e p i l e p s i y a i t u p a d a e p i l e p s i , t i d a k d is er ta i d em am . E p i l e p s i t e r j a d i k a r e n a a d a n y a g a n g g u a n k e s e i m b a n g a n k i m i a w i s e l - s e l o t a k y a n g mencetuskan muatan listrik ber leb iha n di ot ak se cara ti ba -t ib a. Pe nde ri ta ep il ep si ad ala h se seo ra ng ya ng
mempunyai bawaan ambang rangsang rendah terhadap cetusan tersebut.Cetusan bisa di beberapa bagian otak dan gejalanya beraneka ragam. Serangan epilepsi sering terjadi pada saat ia mengalami stres, jiwanya tertekan, sangat capai, atau adakalanya karena terkena sinar lampu yang tajam.
MANIFESTASI KLINIS (1)(2)(5)
T e r j a d i n y a b a n g k i t a n k e j a n g p a d a b a y i d a n a n a k k e b a n y a k a n b e r s a m a a n d e n g a n kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi
di luar susunan saraf pusat, otitis media akuta, bronkitis, furunkulosis dan lain-lain. Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, ber lan gs un g si ngka t den gan si fa t ban gk it an dap at ber be ntu k ton ik -kl oni k, to nik,
klonik, fokal atau akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Namun anak akan terbangun dan sadar kembali setelah beberapa detik atau menit tanpa adanya kelainan neurologik.
Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain: anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-t i b a ) , k e j a n g tiba-t o n i k - k l o n i k a tiba-t a u g r a n d m a l , p i n g s a n y a n g b e r l a n g s u n g selama 30detik - 5menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam). Kejang dapat dimulai dengan kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak dapat menangis atau merintih akibat kekuatan kontaksi otot. Anak akan jatuh apabila dalam keadaan berdiri.
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya ber lan gs un gse lam a 10-2 0 det ik) , ge rak an kl oni k (k ont ra ks i da n re lak sa si ot ot ya ng kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1 -2 menit), lidah atau pipinya t e r g i g i t , g i g i a t a u r a h a n g n y a t e r k a t u p r a p a t , i n k o n t i n e n s i a ( m e n g e l u a r k a n a i r kemih atau tinja diluar kesadarannya),gangguan pernafasan, apneu (henti nafas), dan kulitnya kebiruan.Saat kejang, anak akan mengalami berbagai macam gejala seperti :
1 . A n a k h i l a n g k e s a d a r a n
2 . T a n g a n d a n k a k i k a k u a t a u t e r s e n t a k - s e n t a k 3 . S u l i t b e r n a p a s
4 . B u s a d i m u l u t
5 . W a j a h d a n k u l i t m e n j a d i p u c a t a t a u k e b i r u a n
6.Mata berputar-putar, sehingga hanya putih mata yang terlihat.
DIAGNOSIS (4)(9)(10)
Diagnosis kejang demam hanya dapat ditegakkan dengan menyingkirkan pen ya ki t- pen ya kit la in ya ng dap at men ye bab kan kej an g, di an tar an ya : in fe ksi susunan saraf pusat, perubahan akut pada keseimbangan homeostasis, air dan elektrolit dan adanya lesi structural pada system saraf, misalnya epilepsi. Diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan penunjang yang menyeluruh untuk menegakkan diagnosis ini.
•Anamnesis
– waktu terjadi kejang, durasi, frekuensi, interval antara 2 serang an kejang – s i f a t k e j a n g ( f o k a l a t a u u m u m )
– B e n t u k k e j a n g ( t o n i k , k l o n i k , t o n i k - k l o n i k )
– K e s a d a r a n s e b e l u m d a n s e s u d a h k e j a n g ( m e n y i n g k i r k a n d i a g n o s i s meningoensefalitis)
– R i w a y a t d e m a m ( s e j a k k a p a n , t i m b u l m e n d a d a k a t a u p e r l a h a n , m e n e t a p atau naik turun)
– Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, GE)
– R i w a y a t k e j a n g s e b e l u m n y a ( k e j a n g d i s e r t a i d e m a m m a u p u n t i d a k d is er ta i d em a m atau epilepsi)
– Riwayat gangguan neurologis (menyingkirkan diagnosis epilepsi) – R i w a y a t k e t e r l a m b a t a n p e r t u m b u h a n d a n p e r k e m b a n g a n – T r a u m a k e p a l a
•Pemeriksaan fisik
– T a n d a v i t a l t e r u t a m a s u h u
– M a n i f e s t a s i k e j a n g y a n g t e r j a d i , m i s a l : p a d a k e j a n g m u l t i f o k a l y a n g b e r p i n d a h - pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur
otak.
– K e s a d a r a n t i b a - t i b a m e n u r u n s a m p a i k o m a d a n b e r l a n j u t d e n g a n h i p o v e n t i l a s i , h e n t i n a f a s , k e j a n g t o n i k , p o s i s i d e s e r e b r a s i , r e a k s i p u p i l terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.
– P a d a k e p a l a a p a k a h t e r d a p a t f r a k t u r , d e p r e s i a t a u m u l a s e k e p a l a b e r l e b i h a n y a n g disebabkan oleh trauma. Ubun – ubun besar yang tegang dan membenjol
menunjukkan a d a n y a p e n i n g g i a n t e k a n a n i n t r a k r a n i a l y a n g d a p a t d i s e b a b k a n oleh pendarahan subarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir denga n kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu. – T e r d a p a t n y a s t i g m a b e r u p a j a r a k m a t a y a n g l e b a r a t a u k e l a i n a n
– Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi sitomegalovirusdan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena yang ber kel ok – ke lo k di retina terlihat pada sindom hiperviskositas.
– Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan su bd ural atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.
– Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis dan bis in g jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.
– P e m e r i k s a a n u n t u k m e n e n t u k a n p e n y a k i t y a n g m e n d a s a r i t e r j a d i n y a demam (ISPA,OMA, GE)
– Pemeriksaan refleks patologis
– Pemeriksaan tanda rangsang meningeal (menyingkirkan diagnosis meningoensefalitis) •Pemeriksaan laboratorium
– Darah tepi lengkappenyebab demam
– E l e k t r o l i t , g l u k o s a d a r a h d i a r e , m u n t a h , h a l l a i n y a n g d a p a t m e n g g a n g g u keseimbangan elektrolit atau gula darah.
– Pemeriksaan fungsi hati dan ginjalgangguan metabolisma
– K a d a r T N F a l f a , I L - 1 a l f a & I L - 6 p a d a C S S meningkat Ensefalitis ak ut /Ensefalopati.
•Pemeriksaan penunjang
– Lumbal Pungsi curiga meningitis, umur kurang dari 12 bulan diharuskan dan umur di antara 12-18 bulan dianjurkan.
– EEG tidak dapat mengidentifikasi kelainan yang spesifik maupun memprediksi terjadinya kejang yang berulang, tapi dapat dipertimbangkan pada KDK
– C T - s c a n a t a u M R I t i d a k d i l a k u k a n p a d a K D S y a n g t e r j a d i p e r t a m a k a l i , a k a n t e t a p i d a p a t d i p e r t i m b a n g k a n u n t u k p a s i e n y a n g mengalami KDK untuk menentukan kelainan struktural berupa kompleks tunggal atau multipel
DIAGNOSA BANDING
Menghadapi seorang anak yang menderita demam dengan kejang, harus dipikirkan apakah penyebab kejang itu di dalam atau diluar susunan saraf pusat. Kelainan di dalam otak biasanya karena infeksi, misalnya meningitis, ensefalitis, abses otak, dan lain-lain. Oleh sebabitu perlu waspada untuk menyingkirkan dahulu apakah ada kelainan organis di otak.
Menegakkan diagnosa meningitis tidak selalu mudah terutama pada bayi dan anak yang masih muda. Pada kelompok ini gejala meningitis sering tidak khas dan gangguan neurologisnya kurang nyata. Oleh karena itu agar tidak terjadi kekhilafan yang berakibat fatal har us di la kukan pem er ik sa an cai ra n se re bro sp in al ya n g um umn ya
diambil melalui pungsi lumbal.
Baru setelah itu dipikirkan apakah kejang demam ini tergolong dalam kejang demam kompleks atau epilepsi yang dprovokasi oleh demam.
Tabel Diagnosa Banding
No Kriteria Banding Kejang Demam Epilepsi Meningitis Ensefalitis 1 Demam Pencetusnya demam Tidak berkaitan dengan demam Salah satu gejalanya demam 2 Kelainan otak - + + 3 Kejang berulang + + + 4 Penurunan kesadaran + - + PENATALAKSANAAN (3)(4)(10)
Dalam penanggulangan kejang demam ada 6 faktor yang perlu dikerjakan, yaitu : 1 . M e n g a t a s i k e j a n g s e c e p a t m u n g k i n
2 . P e n g o b a t a n p e n u n j a n g
3 . M e m b e r i k a n p e n g o b a t a n r u m a t 4 . M e n c a r i d a n m e n g o b a t i p e n y e b a b
5.Mencegah terjadinya kejang dengan cara anak jangan sampai panas 6 . P e n g o b a t a n a k u t
I.Mengatasi kejang secepat mungkin
Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu datang, kejang sudah berhenti.Ap ab il a pasi en da tang da lam keada an kej ang, obat pal in g cep at unt uk
menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena dengan dosis 0,3-0,5 mm/kgBB perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2mg/menit atau dalam waktu 3-5 menit. Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua di rumah atau yang sering digunakan di rumah sakit adalah diazepam rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kgBB atau diazepam rektal 5mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 10 kg, dan 10 mg untuk berat badan lebih dari10 kg. atau diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak di bawah usia 3 tahun atau 7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun. Berikut adalah tabel dosis diazepam yang diberikan :
Terapi awal dengan diazepam
Usia Dosis IV (infus) Dosis per rektal 0.2mg/kg 0.5mg/kg <1 tahun 1-2 mg 2.5-5 mg 1-5 tahun 3 mg 7.5 mg 5-10 tahun 5 mg 10 mg
>10 tahun 5-10 mg 10-15 mg
Jika kejang masih berlanjut :
1.Pemberian diazepam 0,2 mg/kgBB per infus diulangi. Jika belum terpasang selang infus, 0,5 mg/kg per rectal
Jika kejang masih berlanjut :
1.Pemberian fenobarbital 20-30 mg/kgBB per infus dalam 30 menit
2 . P e m b e r i a n f e n i t o i n 1 0 - 2 0 m g / k g B B p e r i n f u s d a l a m 3 0 m e n i t d e n g a n kecepatan 1mg/kgBB/menit atau kurang dari 50mg/menit.
Jika kejang masih berlanjut, diperlukan penanganan lebih lanjut di ruang perawatan intensif dengan Thiopentone dan alat bantu pernapasan.Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demamsederhana atau kompleks dan faktor risikonya.
II.Pengobatan penunjang
Pengobatan penunjang dapat dilakukan dengan memonitor jalan nafas, pernafasan, sirkulasi dan memberikan pengobatan yang sesuai. Sebaiknya semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi lambung. Penting sekali mengusahakan jalan nafas yang bebas agar oksigenasi terjamin, kalau perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.Pengisapan lendir dilakukan secara teratur dan pengobatan ditambah dengan pemberian oksigen. Cairan intavena sebaiknya diberikan dan dimonitor sekiranya terdapat kelainan metabolik atau elektrolit. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
Pada demam, pembuluh darah besar akan mengalami vasodilatasi, manakala pembuluh darah perifer akan mengalami vasokontrisksi. Kompres es dan alkohol tidak lagi digunakan karena p e m b u l u h d a r a h p e r i f e r b i s a m e n g a l a m i v a s o k o n t r i k s i y a n g b e r l e b i h a n s e h i n g g a menyebabkan proses penguapan panas dari tubuh pasien menjadi lebih terganggu. Kompres hangat juga tidak digunakan karena walaupun bisa menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah perifer, tetapi sepanjang waktu anak dikompres, anak menjadi tidak selesa karena dirasakan tubuh menjadi semakin pan as , ana k me njad i se ma ki n re we l dan ge lis ah. Me nuru t penelitian, apabila suhu penderita tinggi (hiperpireksi), diberikan kompres air biasa. Dengan ini, proses penguapan bisa
Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan utama adalah diazepam y a n g d i b e r i k a n s e c a r a p e r r e k t a l , d i s a m p i n g c a r a p e m b e r i a n y a n g m u d a h , sederhana dan efektif telah dibuktikan keampuhannya. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua atau tenaga lain yang mengetahui dosisnya. Dosis tergantung dari berat badan, yaitu berat badan kurang dari 10 kg dibe ri kan 5 mg dan be ra t bad an leb ih dar i 10 kg rata-rata pemakaiannya 0,4-0,6 mg/kgBB. Kemasan terdiri atas 5 mg dan 10 mg dalam rectiol. Bila kejang tidak berhenti dengan dosis pertama, dapat diberikan lagi setelah 15 menit dengan dosis yang sama.
Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan kortikosteroid yaitu dengan d os is 2 0- 30 m g / k g B B / h a r i d i b a g i d a l a m 3 d o s i s . G o l o n g a n g l u k o k o r t i k o i d s e p e r t i d e k s a m e t a s o n diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
III.Pengobatan rumat
S e t e l a h k e j a n g d i a t a s i h a r u s d i s u s u l d e n g a n p e n g o b a t a n r u m a t de ng an ca ra me ng ir im penderita ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Pengobatan ini dibagiatas dua bagian, yaitu:
•Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang demam diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kepada anak selama e p i s o d e d e m a m . A n t i p i r e t i k y a n g d i b e r i k a n a d a l a h p a r a c e t a m o l d e n g a n d o s i s 1 0 - 15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen dengan dosis 5-10mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Antikonvulsan yang ampuh dan banyak dipergunakan untuk mencegah terulangnya kejang demam ialah diazepam, baik diberikan secara rectal dengan dosis 5 mg pada anak dengan berat di bawah 10kg dan 10 mg pada anak dengan berat di atas 10kg, maupun oral dengan dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam. Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan sampai k e m u n g k i n a n a n a k u n t u k m e n d e r i t a k e j a n g d e m a m s e d e h a n a s a n g a t k e c i l y a i t u s a m p a i s e k i t a r u m u r 4 t a h u n . F e n o b a r b i t a l , ka rb am az ep in da n fe ni t io n pa da sa at de ma m ti da k berguna untuk mencegah kejang demam.
•Profilaksis jangka panjang
Profilaksis jangka panjang gunanya untuk menjamin terdapatnya dosis teurapetik yang stabil dan cukup di dalam darah penderita untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari. Obat yang dipakai untuk profilaksis jangka panjang ialah:
1). Fenobarbital
Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka pan jan g ial ah perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan
kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur. 2). Sodium valproat / asam valproat
Dosisnya ialah 20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Namun, obat ini harganya jauh lebih mahal dibandingkan dengan fenobarbital dan gejala toksik berupa rasa mual, kerusakan hepar, pankreatitis.
3). Fenitoin
Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat berupa hiperaktif s e b a g a i p e n g g a n t i f e n o b a r b i t a l . H a s i l n y a t i d a k a t a u k u r a n g m e m u a s k a n . P e m b e r i a n a n t i k o n v u l s a n p a d a p r o f i l a k s i s j a n g k a p a n j a n g i n i dilanjutkan sekurang-kurangnya 3 tahun seperti mengobati epilepsi. Menghentikan pemberian antikonvulsi kelak harus perlahan-lahan dengan jalan mengurangi dosis selama 3 atau
6 bulan.
IV.Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks biasanya infeksi traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan kuat perlu untuk mengobati infeksi tersebut. Secara akademis pada anak dengan kejang demam yangdatang untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pun gs i lu mbal . Hal ini per lu untuk menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya
meningitis. Apabila menghadapi penderita dengan kejang lama, pemeriksaan yang intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan pu ngs i l umb al , d ara h l eng kap , m isa ln ya gul a d ara h, kalium, magnesium, kalsium, natrium, nitrogen, dan faal hati.
PROGNOSIS (8)(9) 1.Kematian
D e n g a n p e n a n g a n a n k e j a n g y a n g c e p a t d a n t e p a t , p r o g n o s a b i a s a n y a b a i k , tidak sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan angka kematian KDS 0, 46 %s/d 0,74 %.
2.Terulangnya Kejang
Kemungkinan terjadinya ulangan kejang kurang lebih 25 s/d 50 % pada 6 bulan pertama dari serangan pertama.
3.Epilepsi
Angka kejadian epilepsi ditemukan 2,9% dari KDS dan 97% dari kejang demam kompleks. Resiko menjadi epilepsi yang akan dihadapi oleh seorang anak sesudah menderita KDS tergantung kepada faktor :
a. riwayat penyakit kejang tanpa demam dalam keluarga
b. kelainan dalam perkembangan atau kelainan sebelum anak mend erita KDS c. kejang berlangsung lama atau kejang fokal.
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor di atas, maka kemungkinan mengalami serangan kejang tanpa demam adalah 13 %, dibanding bila hanya didapat satu atau tidak sama sekali faktor di atas.
4.Hemiparesis
Biasanya terjadi pada penderita yang mengalami kejang lama (berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum maupun kejang fokal. Kejang fokal yang terjadi sesuai dengan kelumpuhannya. Mula -mula kelumpuhan bersifat flaccid, sesudah 2 minggu timbul keadaan spastisitas. Diperkirakan + 0,2 % KDS mengalami hemiparese sesudah kejang lama.
5.Retardasi Mental
Ditemuan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ, sedang kejang demam pada anak yang sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan neurologik ditemukan IQ yang lebih rendah. Apabila kejang demam diikuti dengan terulangnya kejang tanpa demam, kemungkinan menjadi retardasi mental adalah 5x lebih besar.
BAB III PENUTUP
Kejang demam adalah kejang yang terjadi saat demam (suhu rektal diatas 380c) tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolit akut, terjadi pada anak diatas umur 1 bulan, dan tidak ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya.
Klasifikasi dari kejang demam : 1. Kejang demam sederhana 2. Kejang demam kompleks.
Penatalaksanaan yang perlu dikerjakan yaitu : 1. Pengobatan fase akut
2. Mencari dan mengobati penyebab
3. Pengobatan profilaksis terhadap berulangnya kejang demam
Untuk prognosis kejang demam, prognosisnya baik dan tidak menyebabkan kematian jika ditanggulangi dengan tepat dan cepat. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal.
DAFTAR PUSTAKA
1.Behrman dkk, (e.d Bahasa Indonesia), Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, EGC,2000. Hal 2059-2067.
2.Rudolph AM.
Febrile Seizures. Rudoplh Pediatrics. E di si ke -2 0. Ap plet on da nLange, 2002.
3 . P u s p o n e g o r o . D . H a r d i o n o d k k . K o n s e n s u s P e n a t a l a k s a n a a n K e j a n g D e m a m . Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta, 2006.
4.M a r y R u d o l f , M a l c o l m L e v e n e . P e d i a tr ic an d C hi ld He al th . E d i s i k e - 2 . Blackwell pulblishing, 2006. Hal 72-90.
5 . P r i c e , S y l v i a , A n d e r s o n . P a t o f i s i o l o g i , K o n s e p K l i n i s P r o s e s - P r o s e s Penyakit.EGC, Jakarta 2006.
6.Mardjono Mahar, dkk. Neurologi Klinis Dasar, PT. Di an Rakyat. Jakarta, 2006. 7.Pediatrica, Buku Saku Anak, edisi 1, Tosca Enterprise. UGM Jogjakarta, 2005. 8.Febrile Seizures Fact Sheets: National Institutes of Neurology and Stroke.
Diunduh pada tanggal 20 October 2009. Didapatkan dari:www.ninds.nih.gov/disorders/febrile_seizures/detail_febrile_seizures.htm
9.Febrile Seizures: Causes, Symptoms, Diagnosis and Treatment. Diunduh padatanggal 20 October 2009. Didapatkan dari:www.medicinenet.com/febrile_seizures/article.htm
10.Seizures types. D i u n d u h p a d a t a n g g a l 2 0 O c t o b e r 2 0 0 9 . D i d a p a t k a n d a r i www.2betrhealth.com/SeizureTypes.html