• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN BIBIT RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa DENGAN SUMBER VARIETAS BERBEDA DI KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN BIBIT RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa DENGAN SUMBER VARIETAS BERBEDA DI KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN BIBIT RUMPUT LAUT Gracilaria verrucosa

DENGAN SUMBER VARIETAS BERBEDA DI KABUPATEN TAKALAR, SULAWESI SELATAN

Petrus Rani Pong-Masak*), Noor Bimo Adhiyudanto*), dan Andi Sahrijannah**)

*) Loka Penelitian dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut

Jln. Pelabuhan Etalase Perikanan, Tabulo Selatan, Boalemo, Gorontalo E-mail: lppbrl@yahoo.com; adhiyudanto@yahoo.com

**) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Payau

Jl. Makmur Dg. Sitakka No. 129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail: litkanta@indosat.net.id

ABSTRAK

Rumput laut, Gracilaria spp. yang dibudidayakan di tambak memiliki performansi talus yang berbeda. Perbedaan performansi talus diduga akan memberikan respons pertumbuhan apabilla diintroduksikan pada lokasi budidaya yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan bibit rumput laut Gracilaria verrucosa dalam tambak dengan sumber varietas berbeda di Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2011 di Desa Taipa, Kecamatan Mappakasunggu, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan, dan setiap perlakuan masing-masing mempunyai tiga ulangan. Ketiga perlakuan tersebut adalah A (bibit yang berasal dari Takalar), B (bibit yang berasal dari Luwu), dan C (bibit yang berasal dari Bone). Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t (Steel & Torrie, 1993) yang diolah dengan menggunakan program SPSS versi 15.0. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pertumbuhan bibit rumput laut Gracilaria verrucosa menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05), di mana pertumbuhan bibit rumput laut Gracilaria verrucosa varietas Luwu lebih tinggi dibanding varietas Takalar dan Bone, hal ini dapat dilihat dari laju pertumbuhan harian (LPH) yakni Luwu 5,69%; Bone 5,05%; dan Takalar 4,57%. Bibit yang bersumber dari varietas Luwu memberikan respons pertumbuhan terbaik sehingga dapat dijadikan kandidat pengembangan bibit untuk budidaya yang produktif di tambak.

KATA KUNCI: pertumbuhan, Gracilaria verrucosa, varietas berbeda, tambak, Takalar

PENDAHULUAN

Rumput laut atau alga yang juga dikenal dengan nama seaweed merupakan bagian terbesar dari tanaman laut. Perairan laut Indonesia dengan garis pantai sekitar 81.000 km diyakini memiliki potensi rumput laut yang sangat tinggi. Tercatat sedikitnya ada 555 jenis rumput laut di perairan Indonesia, ada 55 jenis yang diketahui mempunyai nilai ekonomis tinggi, di antaranya Eucheuma sp., Gracilaria sp., dan Gelidium sp. Sejak zaman dulu rumput laut telah digunakan manusia sebagai makanan dan obat-obatan (Cholis, 2010).

Rumput laut merupakan salah satu komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Jenis rumput laut yang bernilai ekonomis dan sudah diperdagangkan sejak dahulu baik untuk dikonsumsi dalam negeri maupun ekspor salah satunya yaitu jenis Gracilaria verrucosa, Mengingat potensi pasar yang sangat besar dan potensi lahan tambak yang besar pula, maka pengembangan budidaya rumput laut di tambak mempunyai prospek yang sangat baik karena mudah dilakukan, bersifat massal, cepat panen, tidak padat modal, menyerap tenaga kerja, permintaan tinggi, dan harga yang menguntungkan.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Takalar memprioritaskan status budidaya rumput laut Sulawesi Selatan sebagai salah satu komoditas unggulan di sektor perikanan dan berdasarkan data Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan diketahui, bahwa lahan budidaya rumput laut yang menggunakan bibir pantai di sejumlah daerah di Sulawesi Selatan pada 2007 tercatat sepanjang 400 km. Lahan budidaya rumput laut tersebut kemudian meningkat menjadi 600 km pada 2010.

(2)

Adapun kendala atau permasalahan yang dihadapi dalam budidaya rumput laut yaitu bibit yang sering dipakai dan dikembangkan oleh masyarakat sampai saat ini masih didapat dari hasil pengembangan secara vegetatif yaitu dengan cara menyisihkan talus hasil budidaya milik sendiri. Keterampilan untuk menyeleksi talus yang baik untuk bibit tentu sangat beragam dan sebagian besar dari masyarakat masih memiliki pengalaman dan keterampilan yang sangat terbatas sehingga hasil produksi panen yang dihasilkan sering tidak optimal. Dan penggunaan bibit rumput laut secara berulang yang dapat menurunkan kualitas mutu dari rumput laut itu sendiri.

Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tentang bibit rumput laut tersebut maka dilakukan penelitian dengan metode seleksi klon. Metode seleksi klon bibit rumput laut merupakan metode yang menghasilkan bibit rumput laut (varietas yang baru) yang berasal dari satu induk yang sama yang mempunyai sifat genetik asli sesuai dengan induknya. Selain itu, metode ini sangat praktis untuk diterapkan dikalangan pembudidaya rumput laut karena tidak menggunakan alat-alat yang canggih dan mahal.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menghasilkan bibit rumput laut Gracilaria verrucosa yang unggul dengan metode seleksi klon di Kabupaten Takalar.

Kegunaan penelitian ini adalah untuk peningkatan serta bibit rumput laut Gracilaria verrucosa dikalangan pembudidaya rumput laut.

METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan dari bulan Maret hingga Mei 2011. Lokasi penelitian lapang di Desa Taipa Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut jenis Gracilaria verrucosa.

Alat-alat yang digunakan yaitu timbangan, wadah, terpal, pisau cutter, tali polyetilen (ukuran diameter 10 mm; 8 mm; 4 mm; dan 1,5 mm). Pelampung (botol plastik air mineral), patok, buku, pulpen, alat pengkur kualitas air dilapangan menggunakan DO meter.

Prosedur Penelitian Persiapan Penelitian

Penelitian ini diawali dengan melakukan survai lokasi dan pemilihan lokasi untuk mengetahui gambaran awal lingkungan lokasi penelitian. Selanjutnya dilakukan persiapan lahan/perbaikan tambak yang meliputi: perbaikan pematang tambak dan pintu air, pemberantasan biota liar. Tambak diisi air dengan ketinggian 60 cm dari pelataran tambak.

Pelaksanaan

 Tahap pelaksanaan diawali dengan melakukan seleksi bibit yaitu melakukan seleksi klon yang diambil pada populasi stok induk rumput laut yang telah dipisah menjadi rumpun (10 g/rumpun) dan telah dipelihara selama 30 hari dari penanaman awal. Adapun teknis pelaksanaan seleksi klon adalah sebagai berikut:

Siapkan alat yang digunakan yaitu: timbangan, wadah, dan cutter, serta tali baru/bersih untuk penimbangan bobot bibit, serta pemisahan dan pengikatan rumpun bibit dari klon-klon terbaik .

Timbang bibit rumput laut Gracilaria verrucosa sebanyak 10 g yang sama untuk setiap rumpun.

 Bibit diikat pada tali cincin yang terdapat pada tali bentangan dengan jarak 15 cm antar rumpun.

 Tali bentangan yang sudah terpasang bibit dibentangkan pada tali induk dengan jarak 1 m antar bentangan, pada tali bentangan diberi pelampung dengan jarak 2 m antar pelampung.

 Selanjutnya dilakukan pemantauan atau pengecekan setiap interval waktu 5 hari yaitu: pertumbuhan atau pertambahan bobot dari rumput laut tersebut.

(3)

 Setiap rumpun bibit dilepas dari ikatannya, kemudian dilakukan penimbangan pada setiap rumpun bibit secara berurutan dalam setiap bentangan.

 Setelah semua rumpun bibit dalam satu bentangan ditimbang, maka segera ambil bibit yang memiliki laju pertumbuhan harian (LPH) sampai dengan nilai “LPH tertinggi-1”, kemudian dipisahkan dari populasi bentangan.

 Setiap rumpun bibit yang terpilih masing-masing menjadi klon yang akan dipisahkan/dipotong menjadi rumpun baru yang diikat dan dipelihara selanjutnya selama 30 hari.

 Setiap siklus pemeliharaan harus ada kontrol internal dan eksternal, di mana kontrol internal

diperoleh dari nilai rata-rata bobot bibit dalam setiap bentangan, sedangkan kontrol eksternal adalah bibit yang diperoleh dari masyarakat pembudidaya lokal.

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang diterapkan adalah rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas tiga perlakuan dan tiga ulangan yaitu:

Perlakuan A : bibit yang berasal dari Takalar

Perlakuan B : bibit yang berasal dari Luwu (Palopo) Perlakuan C : bibit yang berasal dari Bone

Setiap perlakuan tersebut masing-masing diberi ulangan tiga kali sehingga terdapat sembilan unit percobaan.

Peubah yang Diamati

Untuk mengetahui pertumbuhan harian rumput laut maka setiap minggu dilakukan penimbangan bobot pada setiap unit percobaan.

Penelitian ini dilakukan pada pagi atau sore untuk melindungi dari sinar matahari. Laju pertumbuhan harian (Growth rate) rumput laut dihitung dengan menggunakan rumus Fortes (1989):

Keterangan:

LPH = laju pertumbuhan harian (%) Wt = bobot akhir pada waktu t (g) Wo = bobot awal (g)

t = lama pemeliharaan (hari)

Pengamatan Kualitas Air

Pengamatan parameter kualitas air meliputi: suhu, pH, DO, salinitas, nitrat, nitrit, fosfat sulfat yang dilakukan setiap lima hari sekali selama penelitian.

Adapun sebagai data penunjang dalam pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa tahapan pengujian kualitas air di antaranya adalah:

Amonia

Dalam suasana basa (pH 811,5) amonia bereaksi dengan natrium hipokhlorit membentuk senyawa monokhloramin (kuinon khloramin). Dengan adanya senyawa fenol dan hipokhlorit berlebih menghasilkan senyawa indofenol yang berwarna biru.

Pengukuran untuk Sampel

 Pipet 25 mL sampel yang telah disaring ke dalam tabung tes  Tambahkan 1 mL larutan phenol, kocok

 Tambahkan 1 mL larutan sodium nitroprussid, kocok

100% x t Wo ln Wt ln LPH 

(4)

 Tambahkan 2,5 mL larutan oksidizing, tutup lalu kocok

 Biarkan selama 1 jam

 Ukur absorban pada panjang gelombang 640 nm dan gunakan aquadesh sebagai blanko

 Hitung konsentrasi amonia dalam sampel dengan menggunakan kurva standar.

Fosfat (Metode Asam Askorbat)

Fosfat yang berada dalam air akan bereaksi dengan campuran reagen yang mengandung asam molibdat, asam askorbat, dan antimoniltartrat yang menghasilkan senyawa kompleks asam heteropoli dan direduksi menjadi larutan yang berwarna biru.

Pengukuran untuk Sampel

 Pipet 25 mL sampel yang telah disaring ke dalam tabung tes.  Tambahkan 2,5 mL larutan campuran, kocok

 Biarkan selama 20 menit

 Ukur absorban pada panjang gelombang 885 nm dan gunakan aquades sebagai blanko

 Hitung konsentrasi fosfat dalam sampel dengan menggunakan kurva standar.

Karbondioksida (CO2) Bebas (Metode Titrimetri)

Karbondioksida bebas bereaksi dengan standar sodium karbonat. Dengan indikator PP dan kelebihan natrium karbonat akan memberikan warna merah yang menandai akhir titrasi.

Penentuan untuk Sampel

 Pengambilan air sampel usahakan terhindar dari kontak udara dan analisis harus segera dilakukan

dalam waktu 23 jam setelah pengambilan sampel

 Pipet 25 mL air sampel dan masukkan ke dalam erlenmeyer dengan hati-hati, sedapat mungkin kurangi pengaruh aerasi

 Tambahkan 3-4 tetes indikator PP, bila warna pink berarti tidak ada CO2 bila tidak berwarna berarti ada CO2

 Segera titrasi dengan larutan natrium karbonat 0,0454 N sampai warna pink stabil selama 30 detik. Catat volume titran.

Perhitungan

Keterangan:

mL titran = volume Na2CO3 N titran = normalitas Na2CO3

44/2 = bobot setara CO2

Nitrit (Metode kolorimetri)

Reaksi nitrit dengan sulfanilat dalam suasana asam lemah (pH = 2,02,5) menghasilkan senyawa diazonium. Diazonium tersebut bereaksi dengan n-(1-naftil)-etilendiamin dihidrokhlorid membentuk senyawa azo yang berwarna merah. Banyaknya senyawa diazonium yang terbentuk ekivalen dengan banyaknya senyawa nitrit dalam sampel air.

Prosedur Kerja

Persiapan untuk kurva standar

 Siapkan standar kalibrasi dengan memipet dari standar nitrit 5 mg/L sebanyak 0; 0,1; 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 1,5 mL sampel Volume 1000 x 44/2 x titran N x titran ML (mg/L) CO2

(5)

 Konsentrasi nitrit adalah 0; 0,02; 0,04; 0,06; 0,08; 0,10 mg/L

 Encerkan dengan 10 mL aquades

 Tambahkan 0,5 mL larutan sulfanilamid dan 0,5 mL larutan napthylamin lalu impitkan sampai 25 mL

 Campur dengan baik, biarkan selama 10 menit

 Ukur absorban dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm

Penyiapan Air Bebas Nitrit

 Masukkan 500 mL aquades ke dalam labu dekstruksi

 Tambahkan 5 g KMnO4 dan 5 g Ca(OH)2

 Destilasi kembali, buang 50 mL destilat lama

 Tampung destilat berikutnya (destilat ditampung tidak boleh berwarna)

Simpan dalam botol gelas tertutup lalu disegel

Pengukuran untuk Sampel

 Pipet 25 mL sampel ke dalam tabung tes

 Tambahkan 0,5 mL larutan sulfanilamid, kocok

 Tambahkan 0,5 mL larutan nafthylamin, kocok

 Biarkan selama 10 menit ukur dengan spektofotometer pada panjang gelombang 510 nm

 Hitung konsentrasi nitrit dengan menggunakan kurva kalibrasi.

Nitrat (Metode Reduksi Kadmium)

Senyawa nitrat direduksi menjadi nitrit oleh butiran kadmium yang dilapisi oleh tembaga dalam suatu kolom. Senyawa nitrit yang terbentuk kemudian direaksikan dengan amin aromatik membentuk senyawa diazo yang berwarna merah muda. Senyawa kompleks tersebut kemudian kadarnya seperti pada analisa nitrit dengan spektrofotometer.

Prosedur Kerja

Persiapan untuk Kurva Standar

 Siapkan standar kalibrasi dengan memipet dari larutan standar nitrat 10 mg/L sebanyak 0; 1; 5;

10; dan 20 mL dalam 50 mL aquades bebas nitrat.

 Konsentrasi nitrat adalah 0; 0,2; 1,0; 2,0; 4,0 mg/L  Lewatkan melalui kolom reduksi sebanyak 15 mL

 Buang 15 mL air pertama yang keluar melalui kolom reduksi (sebagai pembilas kolom reduksi

dengan air sampel)

 Lewatkan sisa sampel 35 mL ke dalam kolom, buang sebanyak 20 mL  Tampung 15 mL air yang keluar berikutnya dari kolom reduksi

 Tambahkan 0,5 mL larutan sulfanilamid dan 0,5 mL larutan napthylamin  Campur dengan baik, biarkan selama 10 menit

 Ukur absorban dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 543 nm

Penyiapan Air Bebas Nitrit

 Masukkan 500 mL aquadesh ke dalam labu dekstruksi  Tambahkan 5 g KMnO4 dan 5 g Ca(OH)2

 Destilasi kembali, buang 50 mL destilat lama

 Tampung destilat berikutnya (destilat ditampung tidak boleh berwarna)  Simpan dalam botol gelas dan segel tutupnya

(6)

Pengukuran untuk Sampel

 Segera saring sampel air dengan kertas saring whatman No. 42  Ambil 50 mL sampel masukkan ke dalam tabung tes

 Tambahkan 1 mL amonium klorida pekat dan kocok dengan hati-hati

 Lewatkan melalui kolom reduksi sebanyak 15 mL

 Buang 15 mL air pertama yang keluar melalui kolom reduksi (sebagai pembilas kolom reduksi

dengan air sampel)

 Lewatkan 35 mL sisa sampel ke dalam kolom, buang sebanyak 20 mL

 Tampung 15 mL air yang keluar berikutnya dari kolom reduksi untuk dianalisis

 Tambahkan 0,5 mL larutan sulfanilamid, kocok dengan hati-hati

 Tambahkan 0,5 mL larutan nafthylamid, kocok

 Biarkan selama 10 menit

 Kaca absorban dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 543 nm

 Hitung konsentrasi nitrat dengan menggunakan kurva kalibrasi (r=> 0,95).

Sulfat (Metode Turbidimetri)

 Ion sulfat dalam medium asam klorida akan bereaksi dengan barium klorida membentuk endapan barium sulfat yang tidak larut. Larutan campuran pengkompleks yang membentuk suspensi diukur dengan menggunakan spektrofotometer.

Pengukuran untuk Sampel

 Pipet 25 mL sampel yang telah disaring ke dalam tabung tes (lakukan pengenceran bila diperlukan)

 Tambahkan 2 mL asam klorida 4 N, kocok

 Tambahkan 5 mL larutan pereaksi campuran, kocok  Biarkan selama 30 menit

 Ukur absorban pada panjang gelombang 420 nm

 Hitung konsentrasi sulfat dalam sampel dengan menggunakan kurva standar, perhitungkan bila

ada pengenceran.

Analisa Data

Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji t (Steel & Torrie, 1993) yang diolah dengan menggunakan program SPSS versi 15.0.

HASIL DAN BAHASAN Hasil

Laju pertumbuhan harian (%) rumput laut Gracilaria verrucosa perlakuan selama penelitian baik yang parent stock, seleksi maupun kontrol (tidak seleksi) dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Bahasan

Hasil perhitungan LPH bibit rumput laut Gracilaria verrucosa terhadap tiga varietas yang digunakan sebagai bahan uji yaitu varietas Luwu, Bone, dan Takalar baik yang diseleksi maupun kontrol selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Dari Tabel 1 dan 2 maupun Gambar 1 menunjukkan bahwa pertumbuhan rumput laut Gracilaria verrucosa yang diseleksi lebih baik dibandingkan rumput laut yang tidak diseleksi. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata laju pertumbuhan hariannya maupun dari hasil olahan data yang diolah dengan menggunakan program Microsoft SPSS versi 15.0 dan dianalisis dengan menggunakan uji t yang menunjukkan hasil berdeda nyata (P<0,05).

(7)

Hal yang memengaruhi hasil seleksi lebih baik dari kontrol yaitu pada rumput laut yang diseleksi faktor utamanya yaitu karena memiliki turunan gen yang baik, karena pada rumput laut yang diseleksi menggunakan metode seleksi klon. Di mana kita ketahui metode seleksi klon adalah metode penyeleksian yang dilakukan terhadap suatu tumbuhan yang memiliki keturunan gen yang baik, yang pada akhirnya dapat menghasilkan bibit yang baik untuk dibudidayakan. Gen adalah faktor pembawa sifat penurun yang terdapat dalam sel seluruh makhluk hidup.

Nutrisi atau makanan berperan penting juga dalam keberhasilan pertumbuhan rumput laut Gracilaria verrucosa. Fungsi nutrisi adalah sebagai bahan pembangun makhluk hidup. Nutrisi pada tumbuhan dapat berupa air dan zat hara. Air dan zat hara ini berfungsi sebagai bahan proses

Awal Akhir 1 10 54,3 37,88 5,64 0,44 2 10 70,6 40,26 6,51 3 10 59,1 39,39 5,92 Rataan 10 61,3 39,18 6,02 1 10 40,7 29,73 4,68 0,69 2 10 59,6 36,93 5,95 3 10 56,8 36,17 5,79 Rataan 10 52,4 34,28 5,31 1 10 61,1 41,71 6,03 0,55 2 10 49,8 37,23 5,34 3 10 44,1 31,04 4,94 Rataan 10 51,7 36,66 5,43 Bone Takalar

Perlakuan Ulangan Rataan

rumpun Laju pertumbuhan harian (%) Standar deviasi Bobot (g) Palopo

Tabel 1. Bobot rata-rata bibit rumput laut Gracilaria verrucosa pada pemeliharaan parent stock (populasi awal) di tambak

Gambar 1. Pertumbuhan rumput laut G. verrucosa baik yang di seleksi maupun yang kontrol (tidak seleksi)

0 1 2 3 4 5 6 7

Luwu Bone Takalar

La ju p er tu m b u ha n h ar ia n ( % )

Sumber varietas bibit

Seleksi Kontrol

(8)

fotosintesis. Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses photosynthesa, karena itu meskipun hidupnya di bawah permukaan laut tetapi tidak dapat terlalu dalam. Proses fotosintesis sangat dibutuhkan dengan dapat mengahasilkan bahan organik yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Dengan tersedianya bahan organik dan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang, maka kualitas dan kuantitas bahan-bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan meningkat. Kondisi perairan yang jernih sangat diperlukan dalam budidaya rumput laut ini agar cahaya matahari dapat menembus sampai di dasar perairan yang menyebabkan talus rumput laut menerima intensitas cahaya matahari yang optimal, serta mendapatkan pergerakan air yang cukup maka proses fotosintesis tidak terlambat dan menyebabkan pertumbuhan talus subur dan memiliki percabangan yang banyak. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Sediadi (2002), bahwa air yang jernih sangat menguntungkan rumput laut untuk mendapatkan cahaya matahari untuk kegiatan fotosintesis. Geider & Osborne (1992) menambahkan bahwa proses fotosintesis dapat memacu aktivitas pembelahan sel, sehingga terjadi proses pelebaran sel dan perpanjangan sel, di mana pada akhirnya rumput laut cenderung bertumbuh dan berkembang.

Selain faktor di atas, kesuburan lokasi tanaman sangat ditentukan oleh adanya gerakan air yang berupa riak-riak air. Karena gerakan air merupakan alat pengangkut zat makanan yang diperlukan

Tabel 2. Bobot rata-rata bibit rumput laut Gracilaria verrucosa hasil seleksi terhadap kontrol pada pemilaharaan galur 1 di tambak

Awal Akhir 1 10 60,83 46,86 6,02 0,59 2 10 46,5 36,05 5,01 3 10 61,67 42,93 6,06 Rataan 10 56,33 41,95 5,69 1 10 24,25 32,31 3,52 0,16 2 10 29,67 36,13 3,62 3 10 31,58 39,04 3,83 Rataan 10 28,5 35,83 3,66 1 10 52,4 39,74 5,5 0,43 2 10 45 36,14 5,01 3 10 40,4 35,14 4,65 Rataan 10 45,93 37,01 5,05 1 10 19,4 34,77 2,21 0,84 2 10 28,89 27,68 3,53 3 10 31 35,57 3,77 Rataan 10 26,43 32,67 3,17 1 10 52,25 37,07 5,51 0,82 2 10 33,5 25,8 4,03 3 10 63,75 42,12 4,17 Rataan 10 49,83 34,99 4,57 1 10 31,25 26,25 3,8 0,39 2 10 26,22 28,68 3,21 3 10 25 31,57 3,05 Rataan 10 27,49 28,83 3,35 Standar deviasi Palopo Bone Takalar Seleksi Kontrol Seleksi Kontrol Seleksi Kontrol Bobot (g) Perlakuan Seleksi/ Kontrol Ulangan Rataan rumpun Laju pertumbuhan harian (%)

(9)

bagi pertumbuhan tanaman. Arus atau ombak merupakan alat yang baik bagi massa air sehingga menjadi homogen. Massa air yang homogen akan menghindari perbedaan yang tajam pada kelarutan oksigen, temperatur, salinitas, dan lain-lain. Di samping itu, gerakan air juga merupakan alat pembersih terhadap sedimen dan epiphyt yang menumpuk pada tanaman.

Dalam pertumbuhannya, rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses photosynthesa, karena itu, meskipun hidupnya di bawah permukaan laut tetapi tidak dapat terlalu dalam. Proses fotosintesis sangat dibutuhkan dengan dapat mengahasilkan bahan organik yang diperlukan untuk pertumbuhannya. Dengan tersedianya bahan organik dan unsur hara dalam jumlah yang optimal dan kondisi lingkungan yang seimbang, maka kualitas dan kuantitas bahan-bahan yang dikandung oleh rumput laut juga akan meningkat. Kondisi perairan yang jernih sangat diperlukan dalam budidaya rumput laut ini agar cahaya matahari dapat menembus sampai di dasar perairan yang menyebabkan talus rumput laut menerima intensitas cahaya matahari yang optimal, serta mendapatkan pergerakan air yang cukup maka proses fotosintesa tidak terlambat dan menyebabkan pertumbuhan talus subur dan memiliki percabangan yang banyak.

Pertumbuhan varietas Luwu lebih baik dibanding varietas Bone dan Takalar hal ini dikarenakan pengaruh dari bibit rumput laut lebih baik dibanding Bone dan Takalar, di mana bibit rumput laut varietas luwu memiliki kemampuan adaptasi lebih baik terhadap lingkungan yang baru, serta bibit rumput laut varietas Luwu mengalami pertumbuhan yang baik karena dapat melakukan proses fotosintesis dengan baik dan dapat menyerap nutrisi yang baik yang terdapat dalam tambak. Varietas luwu juga memiliki ketahanan yang baik terhadap perubahan cuaca yang terjadi.

Kualitas Air

Faktor internal juga ikut berperan dalam keberhasilan dalam pertumbuhan. Faktor internal antara lain suhu, pH, DO, salinitas, fosfat, dan nitrat. Menurut Gagar (2009), kualitas air tambak yang baik yaitu dengan persyaratan: suhu air 20°C-28°C; salinitas optimum 15-37/mil; pH 6,8-8,2; dan oksigen terlarut 3-8 mg/L

Adapun data kualitas air yang dihasilkan selama penelitian di tambak Desa Kecamatan Mappakasunggu Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan.

Suhu adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu memengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangan biakkan dan organisme-organisme tersebut (Hutabarat & Evans, 1984 dalam Darmawangsa, 2010). Tumbuhan butuh suhu tertentu agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Pada hasil pengamatan kualitas air tambak yang dilakukan, suhu yang baik dalam pertumbuhan rumput laut ini yaitu berkisar antara 27°C-31°C. Hasil pengukuran suhu selama penelitian dinyatakan dalam bentuk Gambar 2.

Faktor berikutnya adalah pH. pH atau Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau aktivitas ion hidrogen dalam perairan. Secara umum pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau kebasaan suatu perairan. Menurut data kualitas air yang didapatkan. pH tambak tersebut berkisar

Tabel 3. Data kualitas air di tambak

Variabel Minimal Maksimal Rataan Simpangan

Suhu 28,4 30,47 29,68 0,56 Salinitas 22,97 29,59 28,35 1,83 pH 6,76 8,71 7,67 0,56 DO 6,2 7,59 6,91 0,47 Sulfat 773,35 4005,8 2543,87 1095,55 Fosfat 0,0317 0,2857 0,111 0,0742 Nitrat 0,0275 0,7567 0,1899 0,2038 CO2 0 0 0 0

(10)

Gambar 2. Suhu tambak di Desa Taipa

antara 7-8. Hal ini berarti rumput laut yang memiliki pertumbuhan yang baik hidup pada pH tersebut. Hasil pengukuran pH selama penelitian dinyatakan dalam Gambar 3.

Salinitas atau kadar garam merupakan faktor yang dapat memengaruhi keberhasilan pertumbuhan rumput laut tersebut. Salinitas air tambak tersebut yang pada tiap minggu dilakukan pengujian berkisar antara 19-31/mil. Hasil pengukuran salinitas selama penelitian dinyatakan dalam bentuk Gambar 4.

Kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) pada perairan tambak juga memengaruhi. Menurut Salmin (2005), oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup pernafasan dan pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Kadar oksigen pada tambak yang digunakan untuk dibudidayakan 5-7 mg/L. Hal ini berarti kadar oksigen terlarut masih dalam kisaran optimal. Hasil pengukuran DO selama penelitian dinyatakan dalam bentuk Gambar 5.

(11)

Fosfat merupakan unsur penting dalam suatu ekosistem air karena fosfat dapat dijadikan sebagai parameter untuk mendeteksi pencemaran perairan. Menurut Effendi (2003), bahwa perairan dengan tingkat kesuburan rendah memiliki kadar fosfat total 0-0,02 mg/L; kesuburan sedang kadar fosfat total 0,021-0,05 mg/L dan perairan dengan tingkat kesuburan tinggi yaitu 0,051-0,1 mg/L.

Kandungan fosfat pada perairan tambak di Desa Taipa berkisar antara 0,01-0,4 mg/L. Hal ini menandakan kandungan fosfat pada tambak di Desa Taipa dalam kisaran normal dan masih layak digunakan untuk lahan budidaya rumput laut Gracilaria verrucosa. Hasil pengukuran Fosfat selama penelitian dinyatakan dalam bentuk grafik.

Nitrat (NO3) merupakan zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk dapat tumbuh dan berkembang. Nitrat di perairan laut, digambarkan sebagai senyawa mikronutrien pengontrol produktivitas primer di lapisan permukaan daerah eufotik. Kandungan nitrat di tambak berkisar antara 0,02-0,75, hal ini menandakan bahwa nitrat yang terdapat di tambak masih dalam kisaran optimal. Hasil pengukuran nitrat selama penelitian dinyatakan pada Gambar 7.

Gambar 4. Salinitas tambak di Desa Taipa selama penelitian

(12)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

 Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan yang diilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

 Pertumbuhan rumput laut yang diseleksi lebih baik dibanding dengan kontrol (tidak diseleksi).

Pertumbuhan bibit rumput laut Gracilaria verrucosa varietas Luwu lebih tinggi dibanding varietas Takalar dan varietas Bone.

Saran

Penelitian dengan menggunakan metode seleksi klon perlu dilanjutkan untuk generasi dua sampai seterusnya untuk memperoleh bibit unggul rumput laut, Gracilaria verrucosa bagi pengembangan budidaya rumput laut.

Gambar 6. Fosfat tambak di Desa Taipa selama penelitian 0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 Fosfat

(13)

DAFTAR ACUAN

Anonim. 2005. Rumput Laut/alga, http:/ /www.iptek. net.id/ind/ pd_ alga/ index. php?alga =merah&id =35 diakses pada tanggal 02 Februari 2010.

Anonim. 2009. Metode long line budidaya rumput laut. http://alumniaps .wordpress.com/2009/09/01/ metode-long-line-budidaya-rumput-laut/ diakses pada tanggal 02 Februari 2011.

Anonim. 2010. Pengertian kloning gen, manusia dan menurut agama islam. http://terbaru2010.com/ terbaru-kloning diakses pada tanggal 17 Februari 2011.

Anonim. 2010. Pertumbuhan dan perkembangan. http://chelbryden .wordpress.com/ diakses pada tanggal 28 Agustus 2011.

Andhika, W. 2008. Budidaya rumput laut. http://www.mail-archive.com/agromania@yahoogroups.com/ msg14318.html diakses pada tanggal 04 Februari 2011.

Anggadiredja, J.T. 2006. Rumput laut. Penerbit Swadaya. Jakarta.

Angkasa, W.I. 2009. Teknik budidaya rumput laut. http:// kenshuseidesu .tripod .com /id49. html diakses pada tanggal 04 Februari 2011.

Aslan, L. 1996. Budidaya rumput laut. Kanisius. Yogyakarta.

Cholis, I. 2010. Mengenal rumput laut. http: //www. kaskus. us/ showthread .php?t=6175704 diakses pada tanggal 02 Februari 2011.

Darmawangsa. 2010. Evaluasi kelayakan lahan untuk tanaman rumput laut pada tambak. http:// wangsageografi. blogspot.com /2010/04/evalusasi-kelayakan-lahan-untuk-tanaman.html diakses pada tanggal 04 Februari 2011.

Effendi, I. 2003. Telaah kualitas air. Kanisius. Yogyakarta.

Gagar. 2009. Budidaya rumput laut Gracilaria sp. di tambak. http://gagar-gagarsmkn6palu.blogspot.com/ 2009/12/budidaya-rumput-laut-gracilaria-spdi.html.diakses pada tanggal 28 Agustus 2011.

Lailah, S. 2010. Aklimatisasi rumput laut (Kappaphycus alvarezii dan Gracilaria verrucosa) hasil kultur jarungan dalam keramba jaring apung (KJA) BRPBAP di Teluk Awerange Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Universitas Haluoleo.

Marinus, M. 2010. Pengaruh varietas rumput laut (Kappaphycus alvarezii) terhadap laju pertumbuhan yang dibudidayakan dengan metode rakit apung di perairan Il Ape Kabupaten Lembata, Nusa Tenggata Timur. Universitas 45 Makassar.

Metrotvnews. 2010. Potensi lahan budidaya rumput laut 1.900 Km. http:// www. Metrotvnews .com/ metromain/ newscat/nusantara /2010 /10 /21/32037/Potensi-Lahan-Budidaya-Rumput-Laut-1.900 diakses pada tanggal 02 Februari 2011.

Rusda. 2004. Kloning. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 3521 /1 /obste tr \i-rusda.pdf diakses pada tanggal 17 Februari 2011.

Salmin. 2005. Oksigen terlarut (do) dan kebutuhan oksigen biologi (bod) sebagai salah satu indikator untuk menentukan kualitas perairan. http://www.scribd.com/doc/37383670/Oksigen-Terlarut-Dan-Kebutuhan-Oksigen-Biologi-Untuk-Penentuan-Kualitas-Perairan diakses pada tanggal 28 Agustus 2011. Sulawesi Selatan Antara. 2009. Rumput laut Takalar menjadi komoditas andalan Sulawesi Selatan. http://makassar.antaranews.com/berita/5842/rumput-laut-takalar-jadi-komoditas-andalan-sulsel diakses pada tanggal 02 Februari 2011

Sutrisyani & Rohani, S. 2006. Panduan Praktis Analisis Kualitas Air Payau. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros.

Gambar

Gambar  1. Pertumbuhan rumput laut G. verrucosa baik yang di seleksi maupun  yang  kontrol  (tidak  seleksi)
Tabel 2. Bobot rata-rata bibit rumput laut Gracilaria verrucosa hasil seleksi terhadap kontrol  pada  pemilaharaan galur  1  di  tambak
Tabel 3. Data kualitas air di tambak
Gambar  2. Suhu tambak di Desa Taipa
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian, Direktorat

Pegawai dan Pustakawan Perpustakaan IAIN Palangka Raya Terhadap Surat Kabar Republika dan Kompas adalah benar karya saya sendiri dan bukan hasil penjiplakan dari karya

Secara keseluruhannya, hasil dapatan kajian yang dilakukan menunjukkan tahap penguasaan kemahiran membina inferens dan kemahiran mentafsir data dalam kalangan

Sеlama kеgiatan produksi bеrlangsung, PT Pupuk Kalimantan Timur sеlalu mеlalukan pеngеcеkan tеrhadap produk yang dihasilkan sеcara rutin dan bеrkala. Hasil produksi

MTBS merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi

Berbagi Pesan dapat bermakna setiap orang bertindak sebagai mediator atau agen di media sosial, yakni menyebarkan informasi yang valid terkait dengan tema kesehatan..

Pelabuhan Indonesia IV Persero dengan nomor kontrak : 2/LP.001/16/PI.14-2015, tanggal 04 Juni 2015 adalah menyusun dan menyampaikan Laporan Bulanan Laporan Bulanan ini disusun pada

PSAK 55 (revisi 2006) memberikan panduan pada pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan dan kontrak untuk membeli item non-keuangan. Antara lain, penerapan standar ini