• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hiperglikemia dan Hubungannya dengan Fungsi Ginjal pada Pasien dengan Batu Ginjal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hiperglikemia dan Hubungannya dengan Fungsi Ginjal pada Pasien dengan Batu Ginjal"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hiperglikemia dan Hubungannya dengan Fungsi Ginjal pada Pasien

dengan Batu Ginjal

Edwina Priliantika Yuliadi1, Chaidir Mochtar2

1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Salemba Raya 6, Jakarta, 10430, Indonesia

2. Departemen Urologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

E-mail : prilly_0804@yahoo.com

Abstrak

Batu ginjal merupakan salah satu bentuk dari batu saluran kemih, yang merupakan masalah yang cukup besar dan bisa menyebabkan morbiditas yang bermakna. Batu ginjal dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal dan dapat berujung pada gagal ginjal, bahkan kematian. Hiperglikemia merupakan salah satu faktor resiko terjadinya batu ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hiperglikemia dengan penurunan fungsi ginjal pada pasien batu ginjal. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah studi potong lintang yang melibatkan 5464 pasien batu ginjal yang berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo pada tahun 2000-2013. Analisis data dilakukan pada 877 orang pasien yang memiliki data gula darah sewaktu dan kreatinin serum, dengan cara mempelajari rekam medis pasien. Sampel penelitian didapat kan dengan metode total population sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rasio subjek laki-laki dan perempuan adalah 2:1. Prevalensi hiperglikemia sebesar 4.79% dan prevalensi fungsi ginjal buruk sebesar 32.39%. Pada uji analisis hubungan hiperglikemia dengan fungsi ginjal didapatkan nilai p = 0.013. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan bahwa hiperglikemia memiliki hubungan yang bermakna dengan fungsi ginjal. Diperlukan tatalaksana serta pencegahan hiperglikemia untuk mencegah perburukan fungsi ginjal pada pasien dengan batu ginjal.

Hyperglycemia and Its Relationship to Renal Function in patients with Kidney Stones Abstract

Kidney stones are one of the forms of urinary tract stones, which is a pretty big problem and can cause significant morbidity. Kidney stones can cause renal dysfunction and can lead to kidney failure, and even mortality. Hyperglycemia can affect the risk of developing kidney stones. The aim of this study is to know the relationship between hyperglycemia and renal function in patients with kidney stones. Methods that is used in this study is a cross-sectional study involving 5464 patients undergoing treatment for calculous disease at the General National Center Cipto Mangunkusumo Hospital between 2000 and 2013. Analysis was done to 877 patients whose blood glucose and serum creatinine data were recorded, from patient’s medical record. Samples were obtained by using total population sampling method . In results, the male to female subjects ratio were 2:1. Subjects with hyperglycemia was 4.79%, and there were 32.39% subjects have poor kidney function. In the analysis of the association between hyperglycemia and kidney function, it is shown that the significance value of p = 0.013. Therefore, the conclusion is hyperglycemia has a significant association with kidney function. Preventions and management of hyperglycemia are necessary to prevent deterioration of kidney function in kidney stone patients.

(2)

Pendahuluan

Hiperglikemia merupakan keadaan di mana glukosa darah seseorang sedang dalam tingkat yang tinggi. Hiperglikemia kronik yang umumnya terjadi pada

penyakit Diabetes Mellitus (DM)

menyebabkan angka kematian dan

kecacatan yang tinggi akibat komplikasi yang ditimbulkannya. Sayangnya, kejadian hiperglikemia banyak terjadi di Indonesia, bahkan prevalensi DM di Indonesia terus meningkat hingga diperkirakan pada tahun 2030 prevalensi DM di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan, hasil Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyatakan bahwa DM menduduki peringkat dua sebagai penyebab kematian pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan, dengan persentase 14,7% dan peringkat enam di daerah pedesaan dengan persentase 5,8%.1

Di sisi lain, penyakit batu saluran kemih merupakan masalah yang cukup besar dan bisa menyebabkan morbiditas yang bermakna.2 Prevalensi penyakit batu saluran kemih di dunia pada tahun 2005 diperkirakan sebesar 13% pada laki-laki dewasa dan 7% pada perempuan dewasa.3 Di Indonesia sendiri angka kejadian batu pada tahun 2002 sebesar 37.636 kasus baru, pasien yang dirawat 19.018 orang dengan mortalitas sebesar 378 orang.4

Batu saluran kemih dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan peningkatan ureum dan kreatinin darah. Pada fase lebih lanjut, hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal dan pada akhirnya kematian.5Salah satu hal yang perlu diperhatikan sebagai hubungan antara hiperglikemia dan batu saluran kemih yaitu penyakit DM, di mana umum terjadi hiperglikemia kronik, sehingga merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya batu saluran kemih seperti batu ginjal. Oleh karena prevalensinya yang tinggi dan terus meningkat serta belum adanya penelitian mengenai hubungan kadar gula darah dengan fungsi ginjal pada penderita batu ginjal, maka penelitian ini perlu dilakukan.

Metode Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar gula darah dengan fungsi ginjal pada pasien dengan batu ginjal di

RSUPNCM, mengetahui prevalensi

penurunan fungsi ginjal pada pasien dengan batu ginjal di RSUPNCM, mengetahui prevalensi hiperglikemia pada pasien dengan batu ginjal di RSUPNCM, serta mengetahui sebaran karakteristik

demografik subjek penelitian di

(3)

Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional), dengan data diambil dari data sekunder berupa status pasien yang idokumentasikan di departemen urologi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSUPNCM). Penelitian ini dilakukan dengan tenggat waktu 20 Januari 2014 hingga 20 Mei 2014. Populasi target adalah pasien dengan batu ginjal, dengan populasi terjangkau adalah pasien dengan batu ginjal yang berobat ke poli departemen Urologi RSUPNCM pada tahun 2000-2013.

Sebelum melibatkan subjek dalam

penelitian, dipastikan terlebih dahulu subjek memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah pasien yang berobat di RSCM pada tahun 2000-2013, dan status pasien terdokumentasi secara lengkap di departemen urologi RSCM. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah subjek penelitian yang tidak memiliki data gula darah sewaktu dan/atau tidak memiliki data kreatinin.

Data yang diambil diolah dengan SPSS for Windows versi 16, menggunakan studi analitik komparatif kategorik 2 kelompok tidak berpasangan. Uji hipotesis yang digunakan adalah chi-square, jika syarat

expected count kurang dari 20% terpenuhi.

akan digunakan uji alternatif dari chi-square yaitu uji Fisher. Interpretasi data dilakukan secara analitik untuk melihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat dapat diketahui dari besar nilai p. Jika didapati nilai p < 0.05, maka terdapat hubungan bermakna antara variabel yang diuji.

Hasil Penelitian

Tabel 3.1. Sebaran Karakteristik Subjek Penelitian Varia bel Kategor i Juml ah % Jenis Kela min Laki – laki 588 67.05 % Peremp uan 289 32.95 % Usia Anak 3 0.34 % Dewasa 742 84.61 % Usia Lanjut 132 15.05 %

Tabel 3.1 ini menggambarkan sebaran karakteristik jenis kelamin dan usia subjek penelitian. Jumlah total subjek yang ikut pada penelitian ini sebanyak 877 subjek, dengan persebaran 588 (67.05%) subjek adalah laki-laki dan 289 (32.95%) subjek

adalah perempuan. Berdasarkan

karakteristik usia, subjek dengan kategori anak (usia antara <18 tahun) berjumlah 3 (0.34%) subjek, subjek dengan kategori dewasa (usia 18 hingga 59 tahun) berjumlah 742 (84.61%) subjek, dan

(4)

subjek dengan kategori usia lanjut (usia > 60 tahun) berjumlah 132 (15.05%) subjek.

Tabel 3.2. Sebaran Variabel Fungsi Ginjal menurut Karakteristik Usia

Usia Fungsi Ginjal Total Baik (n,%) Buruk (n,%) Anak 2 (86.7) 1 (13.3) 3 (100) Dewasa Usia Lanjut 518 (69.8) 73 (55.3) 224 (30.2) 59 (44.7) 742 (100) 132 (100)

Tabel 3.2 ini menggambarkan sebaran variabel fungsi ginjal menurut karakteristik usia. Pada kelompok subjek anak didapatkan sebanyak 1 dari 3 (13.3%) subjek memiliki fungsi ginjal yang buruk, pada kelompok subjek dewasa didapatkan sebanyak 224 dari 742 (30.2%) subjek memiliki fungsi ginjal yang buruk, dan pada kelompok subjek lanjut usia didapatkan sebanyak 59 dari 132 (44.7%) subjek memiliki fungsi ginjal yang buruk.

Tabel 3.3. Sebaran Variabel Fungsi Ginjal menurut Karakteristik Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Fungsi Ginjal Total Baik (n,%) Buruk (n,%) Laki-laki 359 (61.1) 229 (38.9) 588 (100) Perempuan 233 (80.6) 56 (19.4) 289 (100)

Tabel 3.3 ini menggambarkan sebaran variabel fungsi ginjal menurut karakteristik jenis kelamin. Pada kelompok subjek laki-laki didapatkan sebanyak 359 dari 588 (61.1%) subjek memiliki fungsi ginjal yang buruk, sedangkan pada kelompok subjek perempuan didapatkan

sebanyak 233 dari 289 (80.6%) subjek memiliki fungsi ginjal yang buruk.

Tabel 3.4. Sebaran Variabel Kadar Gula Darah menurut Karakteristik Usia

Usia Kadar Gula Darah Total Normal (n,%) Tinggi (n,%) Anak 3 (100) 0 (0) 3 (100) Dewasa Lanjut Usia 699 (94.2) 124 (93.9) 43 (5.8) 8 (6.1) 742 (100) 132 (100)

Tabel 3.4 ini menggambarkan sebaran variabel kadar gula darah menurut karakteristik usia. Pada kelompok subjek anak didapatkan tidak ada subjek yang memiliki kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia), pada kelompok subjek dewasa didapatkan sebanyak 669 dari 742 (94.2%) subjek memiliki kadar gula darah yang tinggi, dan pada kelompok subjek lanjut usia didapatkan sebanyak 124 dari 132 (93.9%) subjek memiliki kadar gula darah yang tinggi.

Tabel 3.5. Sebaran Variabel Kadar Gula Darah menurut Karakteristik Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Kadar Gula Darah Total Normal (n,%) Tinggi (n,%) Laki-laki 563 (95.7) 25 (4.3) 588 (100) Perempuan 271 (93.8) 18 (6.2) 289 (100)

Tabel 3.5 ini menggambarkan sebaran variabel kadar gula darah menurut karakteristik jenis kelamin. Pada kelompok

(5)

subjek laki-laki didapatkan sebanyak 25 dari 588 (4.3%) subjek memiliki kadar gula darah yang tinggi, sedangkan pada kelompok subjek perempuan didapatkan sebanyak 18 dari 289 (6.2%) subjek memiliki kadar gula darah yang tinggi. Tabel 3.6. Hubungan antara Kadar Gula Darah dengan Fungsi Ginjal

Kategori Gula Darah Nilai

Kemaknaan (p value) Uji < 200 mg/dL (n,%) ≥ 200 mg/dL (n,%) Kreatinin ≤ 1.2 mg/dL 572 (68.5) 21 (50) 0.013 Chi-square > 1.2 mg/dL 263 (31.5) 21 (50) Total 835 (100) 42 (100)

Tabel 3.6 ini menggambarkan hubungan antara kadar kreatinin yang akan diinterpretasikan sebagai fungsi ginjal sebagai variabel dependen menurut kadar gula darah sebagai variabel independen. Pada kelompok subjek dengan kadar gula darah yang normal didapatkan 572 subjek (68.5%) memiliki fungsi ginjal yang baik, dan 263 subjek (31.5%) memiliki fungsi ginjal yang buruk. Sedangkan, pada kelompok subjek dengan kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia) didapatkan 21 subjek (50%) memiliki fungsi ginjal yang baik, dan 21 subjek memiliki fungsi ginjal yang buruk. Hasil analisis variabel kadar gula darah terhadap variabel kreatinin menunjukkan nilai kemaknaan p sebesar 0.013, yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antar variabel.

Pembahasan

Sebaran Karakteristik Sosiodemografis Penderita Batu Ginjal : Berdasarkan sebaran subjek yang digunakan dalam penelitian, didapatkan bahwa batu ginjal lebih banyak terjadi pada laki – laki dibandingkan perempuan, yaitu sebesar 67.05%. Selain itu, batu ginjal paling banyak terjadi pada pasien dengan kategori umur dewasa, yaitu pasien dengan kisaran umur 18 – 59 tahun, dengan persentase sebesar 84.61%. Data ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Kabeya et al, yang menunjukkan bahwa batu ginjal lebih banyak terjadi pada laki-laki, yaitu sebesar

67.1%. Penelitian tersebut juga

menyebutkan bahwa usia pasien dengan batu ginjal berkisar antara 58.9+10.9 tahun.16

Prevalensi Hiperglikemia pada Penderita Batu Ginjal : Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan sebanyak 42 dari 877 subjek (4.79%) mengalami batu ginjal disertai kadar gula darah yang tinggi (hiperglikemia), yaitu di atas 200 mg/dL, dengan rincian 21 subjek (50%) memiliki fungsi ginjal yang baik dan 21 subjek lainnya (50%) memiliki fungsi ginjal yang buruk. Penelitian yang dilakukan oleh Kabeya et al, menunjukkan bahwa kadar glukosa darah pada pasien dengan batu ginjal adalah 109.1 + 27.1 mm/dL,

(6)

sedangkan kadar glukosa darah pada orang tanpa batu ginjal adalah 103.5 + 20.4 mg/dL.16

Prevalensi Penurunan Fungsi Ginjal pada Pasien dengan Batu Ginjal :

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan, didapatkan sebanyak 284 dari

877 subjek (32.38%) mengalami

penurunan fungsi ginjal, dengan rincian 263 subjek mengalami penurunan fungsi ginjal tanpa disertai hiperglikemia, sedangkan 21 subjek lainnya disertai hiperglikemia. Hasil ini sesuai dengan

review yang dibuat oleh Gambaro et al, yang menyebutkan bahwa risiko terjadinya insufisiensi ginjal dan ESRD (End-Stage Renal Disease) pada pasien dengan batu ginjal adalah rendah, walaupun terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko tersebut, seperti pada pasien anak, adanya batu struvit, ginjal hasil transplantasi, dan lain – lain.17Penurunan fungsi ginjal pada pasien dengan batu ginjal juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rule et al, yang menyatakan bahwa pasien dengan batu ginjal memiliki risiko yang lebih tinggi untuk didiagnosis CKD (Chronic Kidney Disease), dan memiliki risiko yang lebih tinggi juga untuk mengalami peningkatan kreatinin serum serta penurunan GFR.18

Hubungan Hiperglikemia dengan Fungsi Ginjal pada Pasien dengan Batu Ginjal : Berdasarkan hasil penelitian, pada hasil analisis didapatkan nilai p sebesar 0.013 dimana berarti terdapat hubungan yang bermakna antara hiperglikemia dengan fungsi ginjal pada pasien dengan batu ginjal. Hal ini sesuai dengan penelitian Zhou et al yang dilakukan di Cina

menunjukkan bahwa prevalensi

albuminuria sebagai salah satu ciri

penurunan fungsi ginjal berjumlah

sebanyak 28.9% pada orang dengan diabetes yang sudah terdiagnosis, 28.1% pada orang dengan diabetes yang belum terdiagnosis, 12.9% pada orang dengan prediabetes, dan 8.7% pada orang dengan

kadar gula darah yang rendah

(normoglikemia), dengan nilai p sebesar <0.001. Pasien dengan diabetes yang sudah terdiagnosis didefinisikan sebagai pasien yang menjawab ”Ya” terhadap pertanyaan ”Apakah Anda pernah diberitahu oleh dokter bahwa Anda memiliki penyakit Diabetes atau penyakit gula?”, sedangkan pasien yang menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban ”Tidak” atau tidak yakin

terhadap kondisinya sendiri,

diklasifikasikan menjadi pasien dengan diabetes tidak terdiagnosa jika glukosa darah puasa >126 mg/dL, prediabetes jika glukosa darah puasa berada di kisaran 100-126 mg/dL, atau normoglikemia jika glukosa darah <100 mg/dL. Pasien dengan

(7)

diabetes atau prediabetes dikatakan memiliki prevalensi yang lebih tinggi

terhadap penurunan fungsi ginjal

dibandingkan dengan pasien dengan normoglikemia, dengan nilai p <0.001. Prevalensi CKD (stadium berapapun) lebih tinggi secara signifikan pada individu dengan diabetes atau prediabetes daripada pada individu dengan normoglikemia, dengan nilai p<0.05. Pada pasien dengan CKD, 15.2% telah didiagnosis diabetes, 11.1% memiliki diabetes yang tidak

terdiagnosis, dan 27.3% memiliki

prediabetes. Penelitian ini menyimpulkan

bahwa CKD berhubungan secara

independen dengan disglikemia, dengan OR sebesar 1.65. Albuminuria juga berhubungan dengan semakin tingginya usia, jenis kelamin perempuan, IMT (Indeks Masa Tubuh) yang tinggi, trigliserida yang tinggi, hipertensi, dan disglikemia, sedangkan penurunan GFR berhubungan dengan semakin tingginya usia, jenis kelamin laki – laki, dan hipertensi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa disglikemia merupakan kontributor independen yang kuat terhadap CKD pada populasi Tiongkok di Shanghai, namun masih memerlukan studi longitudinal untuk konfirmasinya.19

Di sisi lain, penelitian yang dilakukan oleh Kabeya et al, menunjukkan hasil bahwa terdapat hubungan bermakna antara

terjadinya hiperglikemi dengan

terbentuknya batu ginjal, dengan nilai p sebesar 0.011.16

Sedangkan, dari penelitian Kuo et al, didapatkan prevalensi hiperglikemia pada pasien dengan lanjut usia dan dengan CKD adalah sebesar 17.4%. Hipeglikemia memiliki hubungan yang signifikan dengan peningkatan prevalensi CKD yang terkait dengan peningkatan usia secara spesifik. Studi lebih lanjut masih diperlukan untuk menyingkirkan penyebab – penyebab lain yang dapat mengantar populasi usia lanjut ke CKD.20

Terdapatnya beberapa perbedaan dengan beberapa penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya perbedaan variabel yang dinilai dan perbedan karakteristik serta populasi

subjek penelitian yang digunakan.

Penelitian ini menggunakan desain studi

cross sectional tanpa meneliti

variabel-vaiabel lain yang mungkin juga

berhubungan dengan fungsi ginjal,

sehingga masih dibutuhkan penelitian dengan desain studi kohort untuk melihat perjalanan penyakit pasien dan mengetahui hubungan hiperglikemia dengan fungsi ginjal pada pasien dengan batu ginjal, secara lebih lanjut.

Penurunan fungsi ginjal secara keseluruhan akan menyebabkan keterbatasan pasien

(8)

dalam melakukan aktivitas sehari – hari termasuk dalam bekerja dan/atau menuntut ilmu, sehingga produktifitas pasien menurun, dan dapat dikatakan kualitas hidup pasien juga menurun. Di sisi lain, penurunan fungsi ginjal, terutama jika sudah mencapai ESRD, akan memerlukan tindakan yang membutuhkan biaya yang besar seperti transplantasi ginjal atau hemodialisis, yang akan menyebabkan semakin terpuruknya kondisi sosial dan ekonomi pasien, yang tidak lain akan mempengaruhi kualitas hidupnya lagi. Jika prevalensi hal ini mengalami peningkatan, maka dapat dipastikan bahwa kondisi kesehatan dan ekonomi negara juga dapat dipengaruhi. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah konkrit yang dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi ginjal, terutama pada masyarakat Indonesia.

(9)

Kesimpulan

1. Pasien dengan batu ginjal yang berobat di RSUPNCM lebih banyak laki- laki

daripada perempuan, dengan

perbandingan 2:1, dan rentang usia terbanyak adalah 18-59 tahun, yaitu sebesar 84.61%.

2. Prevalensi hiperglikemia pada pasien batu ginjal yaitu sebesar 4.79%

3. Prevalensi fungsi ginjal yang buruk pada pasien batu ginjal yaitu 32.38% 4. Terdapat hubungan yang bermakna

antara hiperglikemia dengan fungsi ginjal pada pasien batu ginjal, dengan nilai p = 0.013.

Kepustakaan

1. Departemen Kesehatan. Tahun 2030,

Prevalensi Diabetes Mellitus di

Indonesia mencapai 213 juta orang. 2011. [internet] [diunduh pada tanggal

27 April 2014]. Diunduh dari

http://www.depkes.go.id/index.php?vw =2&id=414

2. Saucire NA, Sinha MK, Liang KV, Krambeck AE, Weaver AL,Bergstralh EJ, Xujian, Rule AD, Lieske JC. Risk factors for chronic kidney disease in persons with kidney stones: case-control

3. Lotan Y, Pearle MS. Economics of Stone Management. EAU Update Series 2005; 3(1):51-60

4. Statistik Rumah Sakit di Indonesia. Seri 3, Morbiditas dan Mortalitas. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. Departemen Kesehatan RI. 2002.

5. Lina N, Hadisaputro S, Muslim R. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Batu

saluran Kemih pada

Laki-Laki.Semarang : Universitas

Diponegoro. 2008.

6. Yee J. [guest editor]. Diabetic Kidney Disease : Chronic Kidney Disease and

Diabetes. American Diabetic

Assosiation : Diabetes Spectrum.vol 21. January 2008.

7. Lubis, HR. Penyakit Ginjal Diabetik, dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. [editor]. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006.

8. Rao PN, Preminger GM, Kavanagh JP

(ed.). Urinary Tract Stone Disease. New York: Springer. 2011. Pg.3-7.

9. Suprabawati, Rasyid N, Mochtar CA. Profile of Urinary Stone Composition at Cipto Mangunkusumo Hospital Period

(10)

International Journal of Urology 2006;13(Suppl.1), A1-22

10.Sherwood L. Human Physiology. 7th ed. USA : Brooks. 2010

11.Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s General Urology. 17th edition. USA : McGraw-Hill. 2008.

12.Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy & Physiology. 13th Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. 2012. Pg.1065-110.

13.Traynor J, Mactier R, Geddes CC, et al. Clinical Review: How to measure renal function in clinical practice. BMJ

2006;333:733-7.

14.Longo DL, Kasper DL, Jameson JL, Fauci AS, Hauser SL, Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal medicine. 18th ed. USA : McGraw-Hill. 2005

15..Sja’bani M. Batu Saluran Kemih, dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. [editor]. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006.

16.Kabeya Y, et al. Associations of Insulin Resistance and Glycemic Control with the Risk of Kidney Stones. Intern Med 2012; 51: 699 – 705

17.Gambaro G, Favaro S, D’Angelo A.

Risk for Renal Failure in

Nephrolithiasis. American Journal of Kidney Diseases. Vol 37, No 2, February 2001: p 233-243

18.Rule AD, Bergstralh EJ, Melton LJ, Li X, Weaver AL, Lieske JC. Kidney Stones and the Risk for Chronic Kidney Disease. Clin J Am Soc Nephrol. 2009 April; 4(4): 804-811

19.Zhou et al. Prevalence of Chronic Kidney Disease Across Levels of Glycemia Among Adults in Pudong New Area, Shanghai, China. BMC Nephrology 2013, 13:253

20.Kuo CM, Chien WH, Shen HC, Hu YC,

Chen YF, Tung TH. Clinical

Epidemiology of Reduced Kidney Function among Elderly Male Fishing and Agricultural Population in Taipei,

Taiwan. Hindawi Publishing

Corporation. BioMed Research

International. Vol 2013, Article ID 214128, 7 pages

Gambar

Tabel 3.1. Sebaran Karakteristik Subjek  Penelitian  Varia bel  Kategori  Jumlah  %  Jenis  Kela min   Laki  – laki  588  67.05%  Peremp uan  289  32.95%  Usia  Anak  3  0.34 %  Dewasa  742  84.61 %  Usia  Lanjut  132  15.05%
Tabel 3.6. Hubungan antara Kadar Gula Darah  dengan Fungsi Ginjal

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara layanan informasi terhadap minat dalam keaktifan mengikuti organisasi di

Terdapat korelasi positif bermakna antara Body Mass Index (BMI) terhadap kadar trigliserida dalam darah pada mahasiswa dan mahasiswi Kampus III Universitas

Tepung telur ikan bilih dapat dijadikan sebagai bahan pengkayaan ransum pakan ikan baik untuk pertumbuhan, meningkatkan daya reproduksi dan sebagai pakan larva

Dalam Penyusunan Indikator Mutu unit kerja mengacu dari SPM yang mengacu pada Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 tahun 2008 tentang Standar

39 Menurut ulama Malikiyah mengatakan bahwa obyeknya adalah tanaman keras dan palawija, seperti kurma, anggur, terong dan apel, dengan syarat bahwa: (a) Akad

Dalam pendidikan sangat penting adanya sarana dan prasarana, yakni fasilitas yang seharusnya mendapat perhatian utama oleh setiap pengelola pendidikan. Sarana

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erik Estrada (2013), rendahnya motivasi berprestasi siswa akan membuat mereka tertarik pada hal-hal negatif. Ketika siswa

Sehubungan dengan akan adanya audit terhadap guru Inpassing yang akan dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI mulai tanggal 10 April 2017..