• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

5.1 Simpulan

Dalam penelitian ini, telah dibuktikan melalui uji hipotesa bahwa terdapat korelasi antara self-disclosure online dengan penggunaan internet bermasalah pada remaja pengguna situs jejaring sosial Facebook. Nilai korelasinya positif sebesar .260 pada jumlah sampel sebanyak n=335 dengan taraf signifikansi 0.000 (p < 0.05). Berdasarkan kriteria tingkat korelasi dalam Sujianto (2009) korelasi antara self-disclosure online dengan penggunaan internet bermasalah pada remaja pengguna situs jejaring sosial Facebook tergolong rendah. Hubungan self-disclosure online dengan penggunaan internet bermasalah pada remaja pengguna situs jejaring sosial Facebook mempunyai arah positif, dimana semakin tinggi nilai pada satu variabel, semakin tinggi variabel lainnya. Hasil analisa dari penelitian ini telah menjawab pertanyaan peneliti, bahwa terdapat hubungan positif antara self-disclosure online dengan penggunaan internet bermasalah pada remaja pengguna situs jejaring sosial Facebook.

5.2 Diskusi

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan internet bermasalah yang didefinisikan sebagai dorongan yang besar untuk melakukan aktifitas online terkait keinginan berkomunikasi dengan orang lain. Dibanding dengan istilah lain yang banyak digunakan dalam berbagai penelitian, Internet Addiction,

(2)

internet dependency, internet abuse, compulsive internet use, pathological internet use, dan problematic internet use dari sekian banyak istilah tersebut masih belum ada standar yang ditetapkan untuk menggambarkan sebuah karakteristik tertentu (Morahan & Martin 2008, dalam Blau, 2011) sehingga penggunaan istilah untuk mendefinisikan variabel dalam penelitian dikembalikan kepada tujuan dari penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan istilah problematic internet use atau penggunaan internet bermasalah yang memiliki definisi secara umum mengacu pada penggunaan internet dalam situs jejaring sosial yang oleh berbagai kalangan digunakan sebagai media untuk melakukan komunikasi antar penggunanya. Selain itu peneliti mengacu pada konsep persoalan penggunaan internet dari Davis dan Blau sebagai suatu persoalan secara kognitif, bukan sebagai suatu gangguan atau patologis. Dimana penggunaan internet dianggap sebagai suatu media komunikasi yang erat dengan kehidupan sesehari manusia.

Hasil analisa dari penelitian ini menemukan hubungan positif dan menunjukan hubungan yang signifikan antara variabel self-disclosure online dengan penggunaan internet bermasalah pada remaja pengguna situs jejaring sosial Facebook. Dalam penelitian Blau terhadap remaja di Israel yang mencari hubungan antara self-disclosure online, penggunaan internet secara umum, penggunaan tipe aplikasi dan tipe hubungan online, tidak menemukan hubungan antara penggunaan aplikasi Facebook dengan self-disclosure online namun Facebook memiliki hubungan dengan penggunaan internet bermasalah. Perbedaan temuan yang menunjukan bahwa terdapat self-disclosure online pada Facebook dalam penelitian ini menunjukan

(3)

bahwa terdapat perbedaan cara berinteraksi di situs jejaring sosial Facebook pada remaja Israel dan remaja Indonesia. Dalam penelitian ini memang tidak mengukur cara berinteraksi secara spesifik, namun dapat dilihat bahwa remaja pengguna Facebook di Israel yang mayoritas adalah beragama Yahudi tidak tertarik meratap dan berkeluh kesah pada dinding Facebook, remaja Israel lebih memilih meratap pada dinding ratapan dibanding dengan dinding Facebook. Meratap pada dinding ratapan merupakan salah satu hal yang dijalani oleh pemeluk agama Yahudi sebagai cara untuk beribadah. Tidak disinggung dalam penelitian Blau, namun dinding ratapan dan dinding Facebook keduanya sering menjadi media untuk berkeluh kesah.

Hasil pengukuran menggunakan alat ukur revised self-disclosure scale menunjukan skor self-disclosure online yang tinggi pada remaja pengguna situs jejaring sosial Facebook yaitu sebesar 56.7%. Presentase pada remaja perempuan sebesar 32.2% pada jumlah sampel n=335 memiliki skor self-disclosure online tinggi. Dinyatakan dalam penelitian ini bahwa remaja perempuan memiliki perilaku self-disclosure online yang tinggi pada situs jejaring sosial Facebook. Namun demikian, hasil penelitian ini menemukan bahwa penggunaan internet bermasalah pada remaja cenderung berada pada tingkat yang rendah, presentase menunjukan angka penggunaan internet bermasalah rendah pada jumlah sampel n=335 sebesar 57.5% sedangkan sisanya sebesar 52.5% menunjukan presentase penggunaan internet bermasalah yang tinggi. Perbedaan penggunaan internet bermasalah dibedakan berdasarkan jenis kelamin, menunjukan baik laki-laki dan perempuan memiliki skala penggunaan internet bermasalah yang rendah. Sebanyak 30.1% perempuan memiliki

(4)

skor penggunaan internet bermasalah rendah, sisanya sebanyak 25.9% memiliki skor penggunaan internet bermasalah yang tinggi. Pada laki-laki ditemukan sebesar 22.3% memiliki skor penggunaan internet bermasalah yang rendah, sisanya sebesar 21.4% memiliki skor penggunaan internet bermasalah yang tinggi.

Usia responden dalam penelitian dibatasi pada pengguna remaja dengan rentang usia 14 sampai 18 tahun. Batasan usia remaja dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Komnas perlindungan anak yang menyebutkan bahwa pengguna aktif terbanyak situs jejaring sosial Facebook berada pada tingkat remaja. Hasil dari pengumpulan sampel dalam penelitian ini memiliki ketidakseimbangan jumlah sampel pada usia dan jenis kelamin. Usia sampel dalam penelitian ini sangat bervariasi dengan modus pada usia 16 tahun sebesar 36.4% dan usia 18 tahun merupakan usia yang paling sedikit muncul yaitu dengan presentase sebesar 2.4%. Selisih antara laki-laki dan perempuan sebesar 12.2% dimana jumlah perempuan lebih banyak n=188 dan jumlah laki-laki sebanyak n=147, maka secara keseluruhan, atas kelemahan berdasarkan ketidakseimbangan jumlah responden tersebut penelitian ini tidak dapat menghasilkan angka yang memuaskan dalam menggambarkan perbedaan jenis kelamin dan usia terhadap variabel self-disclosure online dan penggunaan internet bermasalah.

Penelitian ini melihat derajat kenal seorang pengguna Facebook terhadap pengguna lainnya yang menjadi teman mereka di Facebook (density) dimana sebanyak 85.7% remaja menjawab bahwa mereka tidak mengenal dengan baik teman Facebook mereka. Hal ini mengindikasikan bahwa remaja memiliki keinginan yang

(5)

tinggi dalam membuka diri kepada orang asing. Karakteristik remaja sebagai generasi digital menyebutkan bahwa remaja menginginkan kebebasan dalam segala hal yang mereka lakukan, mulai dari kebebasan untuk memilih dan berekspresi. Generasi digital juga senang melakukan kolaborasi dalam membina hubungan sosial dan pertemanannya dimana mereka dapat bertukar cerita, bertukar pendapat, ide dan harapan (Tapscot, 2009).

Derajat kenal (density) pada remaja pengguna Facebook terhadap pengguna lainnya memiliki kaitan dengan self-disclosure online sebesar 0.042 (p < 0.05) hal ini menunjukan bahwa sebanyak 85.6% pengguna telah berbagi informasi dirinya kepada orang asing yang tidak dikenalnya dengan baik.

Jangka waktu aktif sebagai pengguna Facebook memiliki kaitan dengan self-disclosure online sebesar 0.000 (p < 0.05) hal ini menunjukan bahwa sebanyak 40.9% pengguna Facebook remaja memiliki akun Facebook selama lima tahun, dimana selama lima tahun telah terjadi pengungkapan diri yang tinggi pada remaja dan perubahan pola interaksi antarpribadi dari tradisional secara tatap muka mengalami perubahan menjadi interaksi online.

Durasi harian menggunakan Facebook memiliki kaitan dengan penggunaan internet bermasalah sebesar 0.000 (p < 0.05) dimana jumlah durasi penggunaan Facebook kurang dari satu jam mencapai angka sebesar 69.9% hal tersebut menunjukan penggunaan internet dalam mengakses situs jejaring sosial Facebook

(6)

kurang dari satu jam dapat menyebabkan terjadinya perilaku penggunaan internet bermasalah.

Lokasi mengakses situs Facebook memiliki kaitan dengan penggunaan internet bermasalah sebesar 0.000 (p < 0.05) hal ini menunjukan bahwa rumah sebagai lokasi paling sering muncul sebanyak 96.7% merupakan tempat yang nyaman untuk melakukan aktifitas online dikarenakan ketika berada di rumah kesibukan seorang remaja berkurang dan lebih banyak memiliki waktu untuk mencari hiburan melalui jaringan internet.

Sisanya antara lain, jenis kelamin, usia, alat yang digunakan dan jumlah teman tidak memiliki kaitan dengan kedua variabel dalam penelitian ini sehingga diasumsikan sebagai keterbatasan dan kelemahan yang luput dari jeri payah peneliti dalam melakukan penelitian ini, sejauh tujuan penelitian ini adalah berfokus pada mencari hubungan positif antara self-disclosure online dengan penggunaan internet bermasalah pada remaja pengguna Facebook.

5.3 Saran

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melihat kaitan antar berbagai jenis dan tipe aplikasi yang digunakan oleh pengguna internet dan dapat menggambarkan karakteristik penggunanya lebih jelas.

2. Alat tes revised self-disclosure scale dalam penelitian ini merupakan alat ukur yang telah diadaptasi dan memiliki konteks dalam mengukur pengungkapan

(7)

diri dalam situs jejaring sosial Facebook. Dalam keterbatasannya untuk mengukur suatu konteks, disarankan penelitian selanjutnya agar mengembangkan alat ukur ini agar memperkaya dimensi-dimensi yang telah disesuaikan dengan konteks budaya masyarakat Indonesia.

3. Alat ukur revised self-disclosure scale dan online cognitive scale dalam penelitian ini telah diadaptasi dan disesuaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh responden, namun masih terdapat kekurangan dari segi validitas, baru sebatas pada content validity dengan bantuan expert judgement. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menambah ragam teknik validasi dari alat ukur sehingga taraf kepercayaan dari alat ukur ini semakin baik. Selain itu perlu juga disusun alat ukur baru yang telah mencantumkan norma pengukuran.

4. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar mendapatkan sampel penelitian yang lebih representatif, dalam penelitian ini populasi penelitian adalah remaja, dimana sampel diperoleh hanya pada satu wilayah di Jakarta, sampel dalam penelitian ini tidak dapat menggambarkan remaja secara keseluruhan wilayah Jakarta. Variasi sampel penelitian selanjutnya harus lebih dapat menggambarkan mulai dari tingkat usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat sosioekonomi, dan budaya.

5. Untuk penelitian selanjutnya disarankan, jika ingin mendapatkan jumlah sampel yang besar sebaiknya untuk menghemat anggaran agar melakukan

(8)

survey kuesioner melalui internet atau menjalin kerjasama dengan organisasi atau instansi seperti LSM dan media massa.

6. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menyadarkan remaja dalam membatasi mengungkapkan dirinya pada situs jejaring sosial.

7. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh praktisi pendidikan maupun lembaga pemeritah dan non-pemerintah yang memperhatikan masalah perkembangan remaja. Dan dapat dimanfaatkan sebagai intervensi atau landasan pembuatan program yang mengatur penggunaan internet pada remaja.

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan skor domain psikomotorik pada kelompok perlakuan ini disebabkan karena pengetahuan yang didapat dari konseling farmasis berupa pengetahuan tentang

Kepuasan hidup diketahui dari skor yang diperoleh subjek setelah mengisi skala kepuasan hidup. Adapun komponen aitem kepuasan hidup antara lain: 1) Pada sebagian besar

Berdasarkan latar belakang di atas adapun rumusan masalah penelitian ini adalah berapakah intensitas rata- rata paparan medan magnet dan medan listrik pada pengguna

 Hasil Analisis Korelasi Hara C dengan K-tukar Tanah Descriptive Statistics Mean Std... Peta Administrasi Desa Banuaji

Perlu dikaji formula minuman fungsional temu mangga dengan penambahan barbagai jenis flavoring agent (jeruk nipis, jeruk lemon, dan jeruk nipis+lemon) serta berbagai

Semua biaya yang dikeluarkan guna pelaksanaan tugas Kelompok Kerja (POKJA) Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Kota Surabaya ' sebagaimana dimaksud dalam diktum