• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

11 A. Kajian Teori

1. Minat

a. Definisi Minat

Minat merupakan suatu persoalan yang obyeknya berwujud serta dapat menimbulkan dampak yang positif dan tidak jarang pula menimbulkan dampak yang negatif. Jadi, minat dapat dikatakan erat hubungannya dengan kepribadian seseorang. Hal ini senada dengan pendapat Slameto (2003: 180) mengatakan bahwa:

Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktifitas. Siswa memiliki minat terhadap suatu subyek tertentu akan cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subyek tertentu. Sejalan dengan pengertian di atas menurut Djaali (2007: 121)

Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minatnya.

Minat menurut Mappiare (1982) merupakan seperangkat mental yang terdiri dari campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka atau kecenderungan yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu. Hal ini berarti bahwa selain perasaan senang, seseorang yang mempunyai minat terhadap obyek, aktivitas dan situasi tertentu,

(2)

mereka juga mempunyai harapan-harapan yang ingin diperoleh dengan obyek minat tersebut. Sehingga jika suatu obyek diyakini mampu memenuhi harapan seseorang, maka ia akan cenderung memilih obyek tersebut.

Gunarso (1985), mengartikan bahwa minat adalah sesuatu yang pribadi dan berhubungan dengan sikap, individu yang berminat terhadap suatu obyek akan mempunyai kekuatan atau dorongan untuk melakukan serangkaian tingkah laku untuk mendekati atau mendapatkan obyek tersebut.

Woodworth dan Marquis (2001) berpendapat, minat merupakan suatu motif yang menyebabkan individu berhubungan secara aktif dengan obyek yang menarik baginya. Oleh karena itu, minat dikatakan sebagai suatu dorongan untuk berhubungan dengan lingkungannya, kecenderungan untuk memeriksa, menyelidiki atau mengerjakan suatu aktivitas yang menarik baginya. Apabila individu menaruh minat terhadap sesuatu hal ini disebabkan obyek itu berguna untuk menenuhi kebutuhannya.

Kecenderungan seseorang untuk memberikan perhatian apabila disertai dengan perasaan suka atau sering disebut dengan minat (Rustan, 1988). Minat tersebut apabila sudah terbentuk pada diri seseorang maka cenderung menetap sepanjang obyek minat tersebut efektif baginya, sehingga apabila obyek minat tersebut tidak efektif lagi maka minatnya pun cenderung berubah. Pada dasarnya minat

(3)

merupakan suatu sikap yang dapat membuat seseorang merasa senang terhadap obyek situasi ataupun ide-ide tertentu yang biasanya diikuti oleh perasaan senang dan kecenderungan untuk mencari obyek yang disenangi tersebut. Minat seseorang baik yang bersifat menetap atau yang bersifat sementara, dan berbagai sistem motivasi yang dominan merupakan faktor penentu internal yang benar-benar mendasar dalam mempengaruhi perhatiannya (Marx dalam Suntara, 1998).

Crow & Crow (Gie, 1995) menyatakan bahwa minat adalah dasar bagi tugas hidup untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Seseorang yang mempunyai minat terhadap sesuatu maka akan menampilkan suatu perhatian, perasaan dan sikap positif terhadap sesuatu hal tersebut.

Menurut Chaplin (1995), minat merupakan suatu sikap yang kekal, mengikutsertakan perhatian individu dalam memilih obyek yang dirasakan menarik bagi dirinya dan minat juga merupakan suatu keadaan dari motivasi yang mengarahkan tingkah laku pada tujuan tertentu. Minat dipandang sebagai reaksi yang sadar, karena itu kesadaran atau info tentang suatu obyek harus ada terlebih dahulu daripada datangnya minat terhadap obyek tersebut, cukup kalau individu merasa bahwa obyek tersebut menimbulkan perbedaan bagi dirinya.

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat merupakan suatu rasa suka/senang, dorongan atau ketertarikan dari

(4)

dalam diri seseorang yang mengarahkannya pada obyek yang diminatinya.

b. Karakteristik Minat

Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Terbentuknya minat diawali oleh perasaan senang dan sikap positif. Terdapat tiga karakteristik minat, yaitu sebagai berikut.

1) Minat menimbulkan sikap positif daru suatu obyek.

2) Minat adalah sesuatu yang menyenangkan dan timbu dari suatu objek.

3) Minat mengandung unsur penghargaan, mengakibatkan suatu

keinginan, dan kegairahan untuk mendapat sesuatu yang diinginkan.

(5)

c. Unsur-unsur Minat

Seseorang dikatakan berminat terhadap sesuatu bila individu itu memiliki beberapa unsur antara lain:

1) Perhatian

Seseorang dikatakan berminat apabila individu disertai adanya perhatian, yaitu kreativitas jiwa yang tinggi yang semata-mata tertuju pada suatu obyek, jadi seseorang yang berminat terhadap sesuatu obyek yang pasti perhatiannya akan memusat terhadap sesuatu obyek tersebut.

2) Kesenangan

Perasaan senang terhadap sesuatu obyek baik orang atau benda akan menimbulkan minat pada diri seseorang, orang merasa tertarik kemudian pada gilirannya timbul keinginan yang dikehendaki agar obyek tersebut menjadi miliknya. Dengan demikian maka individu yang bersangkutan berusaha untuk mempertahankan obyek tersebut.

3) Kemauan

Kemauan yang dimaksud adalah dorongan yang terarah pada suatu tujuan yang dikehendaki oleh akal pikiran. Dorongan ini akan melahirkan timbulnya suatu perhatian terhadap suatu obyek. Sehingga dengan demikian akan muncul minat individu yang bersangkutan.

(6)

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Slameto (2003: 180), bahwa “Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya”. Hal ini menggambarkan bahwa minat dapat ditumbuhkan dan dikembangkan.

Minat tidak akan muncul dengan sendirinya secara tiba-tiba dari dalam diri individu. Minat dapat timbul pada diri seseorang melalui proses. Dengan adanya perhatian dan interaksi dengan lingkungan, maka minat tersebut dapat berkembang. Munculnya minat ini biasanya ditandai dengan adanya dorongan, perhatian, rasa senang, kemampuan, dan kecocokan atau kesesuaian.

Timbulnya minat seseorang disebabkan oleh beberapa hal, yaitu rasa tertarik atau rasa senang, perhatian dan kebutuhan. Minat timbul karena perasaan senang serta tendensi yang dinamis untuk berperilaku atas dasar ketertarikan seseorang pada jenis-jenis kegiatan tertentu. Perasaan senang seseorang akan menimbulkan dorongan-dorongan dalam dirinya untuk segera beraktifitas.

Faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa, antara lain: 1) Faktor Internal

Faktor internal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat yang datangnya dari dalam diri. Menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2005: 151) faktor internal tersebut adalah ”pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan”.

(7)

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat yang datangnya dari luar diri, seperti: dorongan dari orang tua, dorongan dari guru, rekan, tersedianya prasarana dan sarana atau fasilitas, dan keadaan lingkungan.

Faktor-faktor yang menimbulkan minat pada diri seseorang terhadap sesuatu dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Faktor kebutuhan dari dalam

Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.

2) Faktor motif sosial

Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan, penghargaan dari lingkungan dimana ia berada.

3) Faktor emosional

Faktor yang merupakan ukuran intensitas seseorang dalam menaruh perhatian terhadap suatu kegiatan atau objek tertentu.

Crow & Crow dalam Yuwono dkk. (2008), menyebutkan ada tiga aspek minat pada diri seseorang, yaitu:

a. Dorongan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan diri sebagai sumber penggerak untuk melakukan sesuatu.

b. Kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang

(8)

c. Perasaan individu terhadap suatu pekerjaan yang dilakukannya. 2. Wirausaha

a. Definisi Wirausaha

Wirausaha adalah suatu kemauan keras dalam melakukan kegiatan yang bermanfaat (Tarsis Tarmudji, 1996). Wirausaha juga dapat diartikan sebagai suatu kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna mengambil keuntungan dari padanya dan mengambil tindakan yang tepat guna memastikan sukses (Meredith, 2000).

Wirausaha adalah orang yang mampu menciptakan bisnis baru dan orang yang biasanya langsung berhadapan dengan risiko mampu mengindetifikasikan dalam mencapai keberhasilan. Wirausaha mampu mengindetifikasikan berbagai kesepakatan dan mencurahkan seluruh sumber daya yang dimiliki untuk mengubah kesempatan itu menjadi suatu yang menguntungkan.

Wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang sudah ada dengan memperkenalkan barang atau jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengelola bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatan melalui organisasi bisnis yang baru ataupun bisa pula dilakukan dalam organisasi bisnis yang sudah ada. Suatu usaha baru atau melanjutkan usaha yang sudah ada merupakan sebuah keputusan seseorang yang akan memulai karir

(9)

sebagai seorang wirausaha.

Menurut Geoffrey G. Meredith, para wirausaha adalah individu-individu yang berorientasi kepada tindakan dan bermotivasi tinggi yang mengambil risiko dalam mengejar tujuannya. Adapun menurut Peter F. Drucker, seorang wirausaha adalah seorang yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya.

b. Karakteristik dan Ciri-Ciri Wirausaha

Karakteristik yang harus dimiliki seorang wirausaha menurut Syamsudin Suryana dalam bukunya Merintis Karir Kewirausahaan Anda, antara lain:

1) Percaya diri

2) Berorientasi pada tugas dan hasil 3) Pengambil risiko yang wajar

4) Kepemimpinan yang lugas

5) Kreatif menghasilkan inovasi 6) Berorientasi pada masa depan.

Untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses, pola sikap, perilaku, dan pandangan mampu menghasilkan gagasan cemerlang dan mewujudkannya dalam usaha yang nyata. Mereka yang tidak memiliki kepercayaan diri, tidak memiliki gagasan baru, tidak dapat memanfaatkan peluang yang ada serta hanya memandang sukses dan

(10)

kejayaan yang telah lalu, tidak memiliki peluang untuk menjadi wirausaha yang berhasil.

Dalam Triawan (1999) menyebutkan ada empat karakteristik, yaitu:

1) Menanggung resiko

Kemampuan untuk memperkirakan resiko yang akan terjadi untuk menanggungnya.

2) Kreativitas

Kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru serta membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antara unsur yang sudah ada sebelumnya.

3) Kemandirian

Yaitu mampu berdiri di atas kemampuan sendiri dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

4) Orientasi ke masa depan

Kemampuan untuk memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang.

Jadi, sikap yang harus ada dalam jiwa seorang wirausaha adalah kreativitas, inisiatif, dan percaya diri. Adapun seorang wirausaha harus memiliki ciri-ciri antara lain:

1) Berfikir teliti, inovatif, dan kreatif;

2) Berani mengambil risiko dan percaya pada diri sendiri; 3) Berorientasi ke depan;

(11)

4) Mengutamakan prestasi, tahan uji, tekun, dan tidak mudah menyerah;

5) Jujur, bertanggungjawab, dan teguh pendirian;

6) Memiliki etos kerja tinggi dan tangguh menghadapi persaingan; 7) Membiasakan diri bersikap positif dan selalu bersemangat dalam

setiap pekerjaan;

8) Mensyukuri diri, waktu, dan lingkungan;

9) Selalu berusaha meningkatkan keunggulan dan citra perusahaan; 10)Selalu berupaya mencapai dan menghasilkan karya yang lebih

baik untuk pelanggan, pemilik, pemasok, tenaga kerja, masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurut Buchari Alma (2006: 45), seorang wirausaha mempunyai ciri-ciri yaitu:

1) Percaya Diri

Kepercayaan diri merupakan suatu panduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan (Soesarsono Wijandi, 1998: 33). Dalam praktik, sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan sikap untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh sebab itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri ini bersifat internal, sangat relatif dan dinamis, dan banyak ditentukan oleh

(12)

kemampuanya untuk memulai, melaksanakan, dan menyelesaikan suatu pekerjaan dengan sistematis, berencana, efektif, dan efesien. Kepercayaan diri juga selalu ditunjukan oleh ketenangan, ketekunan, kegairahan, dan kemantapan dalam melakukan pekerjaan.

2) Berorientasi pada Tugas dan Hasil

Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan nilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan, tekad dan kerja keras, mempunyai dorongan yang kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin memulai dan memulai. Untuk memulai diperlukan niat dan tekad yang kuat, serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin berkembang. Dalam kewirausahan, peluang hanya diperoleh melalui pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun, dan pengembanganya diperoleh dengan cara disiplin diri, berpikir kritis, tanggap, bergairah, dan semangat berprestasi.

3) Keberanian Mengambil Risiko

Kemajuan dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, “seorang wirausaha

(13)

yang berani menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan cara yang baik” (Yuyun Wirasasmita, 1994: 2). Wirausaha adalah orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan atau kegagalan dari pada usaha yangkurang menantang. Oleh sebab itu, wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Risiko yang terlalu rendah akan memperoleh sukses yang relatif rendah. Sebaliknya, risiko yang tinggi kemungkinan memperoleh kesuksesan yang tinggi, tetapi dengan kegagalan yang sangat tinggi. Oleh sebab itu, ia akan menyukai risiko yang seimbang (moderat). Dengan demikian, keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realitis. Kepuasan yang besar apabila berhasil dalam tugas-tugasnya yang realistis. Situasi risiko kecil dan situasi risiko tinggi dihindari karena sumber kepuasan tidak mungkin didapat pada masing-masing tersebut. Artinya, wirausaha menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai (Geoffrey G Meredith, 1999: 37). Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan menjahui risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Dalam situasi risiko dan ketidakpastian inilah, wirausaha mengambil keputusan yang mengandung potensi kegagalan dan keberhasilan. Pada situasi ini,

(14)

menurut Meredith (1996: 38), ada dua alternatif atau lebih yang harus dipilih, yaitu alternatif yang mengandung risiko dan alternatif yang konservatif. Pilihan terhadap risiko ini sangat bergantung pada; daya tarik setiap alternatif, kesediaan untuk rugi, kemungkinan untuk sukses dan gagal.

4) Kepemimpinan

Seseorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda, lebih dulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkanya dengan lebih cepat, lebih dulu dengan segera berada di pasar. Ia selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru yang berbeda sehingga ia menjadi pelopor baik

dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu

memanfaatkan perbedaaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi seseorang yang memiliki jiwa

kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk

menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk menerima kritik dansaran yang kemudian di jadikan peluang. Dalam karya dan karsanya, wirausaha selalu ingin tampil baru dan di jadikan peluang. Banyak hasil karya wirausaha berbeda dan dipandang baru, seperti komputer, mobil, minuman, dan produk makanan lainya

(15)

5) Berorientasi ke Masa Depan

Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepektif dan pandangan ke masa depan. Karena memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka ia selalu berusaha untuk berkarya dan berkarsa. Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada sekarang. Meskipun dengan risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan, membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkanya dengan mencari peluang.

6) Keorisinilan: Kreativitas dan Inovasi

Sifat orisinil ini tidak selalu ada pada diri seseorang. Yang dimaksud orisinil disini adalah ia tidak hanya mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat sendiri, ada ide yamg orisinil, ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu. Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut merupakan hasil kombinasi baru atau reintegrasi dari komponen-komponen yang sudah ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru. Bobot kreativitas orisinil suatu produk akan tampak sejauh manakah ia berbeda dari apa yang sudah ada sebelumnya.

(16)

3. Minat Wirausaha

Minat berwirausaha dapat dilihat dari ketersediaan untuk bekerja keras dan tekun untuk mencapai kemajuan usahanya, kesediaan menanggung macam-macam resiko yang berkaitan dengan tindakan berusaha yang dilakukanya, bersedia menempuh jalur dan cara baru, kesediaan untuk hidup hemat, kesedian dari belajar yang dialaminya.

Menurut Fuadi (2009), “Minat berwirausaha adalah keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk belajar dari kegagalan”.

Menurut Yanto (1996), “Minat wirausaha adalah kemampuan untuk memberanikan diri dalam memenuhi kebutuhan hidup serta memecahkan permasalahan hidup, memajukan usaha atau menciptakan usaha baru dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri. Hal yang paling utama yaitu sifat keberanian untuk menciptakan usaha baru”.

Minat wirausaha adalah gejala psikis untuk memusatkan perhatian dan berbuat sesuatu terhadap wirausaha itu dengan perasaan senang karena membawa manfaat bagi dirinya. Inti dari pendapat tersebut adalah pemusatan perhatian yang disertai rasa senang (Maman Suryamannim, 2006: 22).

(17)

Penelitian Aris (2007), Minat wirausaha adalah kecenderungan hati dalam diri subyek untuk tertarik menciptakan suatu usaha yang kemudian mengorganisir, mengatur, menanggung risiko, dan mengembangkan usaha yang diciptakannya tersebut. Minat wirausaha berasal dari dalam diri seseorang untuk menciptakan sebuah bidang usaha. Berdasarkan definisi di atas, maka yang dimaksud dengan minat wirausaha adalah keinginan, ketertarikan serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras dengan adanya pemusatan perhatian untuk berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa merasa takut akan resiko yang akan dihadapi, senantiasa belajar dari kegagalan yang dialami, serta mengembangkan usaha yang diciptakannya. Minat wirausaha tersebut tidak hanya keinginan dari dalam diri saja tetapi harus melihat ke depan dalam potensi mendirikan usaha.

Minat berwirausaha merupakan suatu ketertarikan pada diri seseorang terhadap kegiatan wirausaha dan keinginan untuk terlibat dalam kegiatan kewirausahaan. Kegiatan tersebut meliputi pengambilan resiko untuk menjalankan usaha dengan cara memanfaatkan peluang-peluang/ kesempatan bisnis yang ada untuk menciptakan usaha baru dengan pendekatan inovatif atau untuk meningkatkan hasil karya (meningkatkan penghasilan). Ketertarikan dan keinginan ini sebaiknya juga diiringi dengan kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan keras untuk berdikari atau berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, tanpa merasa

(18)

takut dengan resiko yang akan terjadi serta senantiasa belajar dari pengalaman dan kegagalan yang pernah dialami.

Minat berwirausaha muncul karena di dahului oleh suatu pengetahuan dan informasi mengenai wirausaha yang kemudian dilanjutkan pada suatu kegiatan berpartisipasi untuk memperoleh pengalaman di mana akhirnya muncul keinginan untuk melakukan kegiatan tersebut. Minat berwirausaha tidaklah dimiliki begitu saja oleh seseorang, melainkan dapat dipupuk dan dikembangkan.

Swasono (1978), menyatakan bahwa individu yang berminat wirausaha lebih dipacu oleh keinginan berprestasi daripada hanya sekedar mengejar keuntungan. Seseorang wirausaha tidak cepat puas akan hasil yang dicapai akan tetapi selalu mencari cara dan kombinasi baru serta produksi baru sehingga tercapai perluasan usahanya. Hal ini berarti individu yang mempunyai minat berwirausaha harus memiliki sikap bertanggung jawab dengan memperhitungkan konsekuensi yang mungkin ada. Minat berwirausaha akan menarik individu terhadap suatu usaha dimana usaha tersebut dirasakan dapat memberikan suatu yang berguna, bermanfaat dan sangat penting bagi kehidupan dirinya sehingga menimbulkan suatu dorongan atau keinginan untuk mendapatkannya. Pada minat berwirausaha dibutuhkan kesanggupan untuk berhubungan dengan bidang kewirausahaan sehingga individu memiliki minat terhadap pekerjaan wirausaha.

(19)

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Wirausaha

Minat berwirausaha tidak dibawa sejak lahir tapi tumbuh dan berkembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi tumbuhnya keputusan untuk berwirausaha merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor yaitu karakter kepribadian seseorang dan lingkungannya.

Menurut Lambing dan Kuehl (2007), hasil penelitian terbaru menunjukkan ada empat hal yang mempengaruhi keputusan berwirausaha, yaitu diri pribadi, lingkungan budaya, kondisi sosial, dan kombinasi dari ketiganya. Sedangkan menurut Hisrich, et al. (2005: 18) dan Alma (2010: 12), faktor yang mempengaruhi minat wirusaha adalah lingkungan pendidikan, kepribadian seseorang dan lingkungan keluarga.

Suryana (2001), mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kewirausahaan dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam individu itu sendiri, sedangkan faktor eksternal merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi kewirausahaan antara lain:

a. Faktor internal, meliputi:

1) Kebutuhan Berprestasi (Need for achievement)

Kebutuhan berprestasi mendorong individu untuk

(20)

Kuehl (2000: 17) menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai seorang wirausahawan dipengaruhi oleh kebutuhan akan berprestasinya yang mendorong individu untuk menghasilkan yang terbaik dan biasanya memiliki inisiatif serta keinginan yang kuat untuk mengungkapkan ide-ide dalam pikirannya, menyampaikan gagasan demi mencapai suatu kesuksesan. Ide yang dimiliki seorang wirausahawan kadang dipandang aneh dan berbeda dari ide umumnya, maka diperlukan kemampuan individu agar dapat menyampaikan ide-idenya sehingga dapat diterima oleh orang lain dan masyarakat, untuk itulah seorang wirausahawan memerlukan kompetensi sosial.

2) Tempat Pengawasan (Internal locus of control)

Dijelaskan lebih lanjut oleh Lambing dan Kuehl (2000: 17), individu yang memiliki tempat pengawasan (internal locus of

control) mempercayai bahwa kegagalan dan kesuksesan yang

dialami ditentukan dari usaha yang dilakukan. Individu yakin akan kemampuan yang dimiliki dan berusaha keras mencapai tujuannya, Riyanti (2003: 60). Berdasarkan penelitian Rotter Hisrich dan Peters (2000: 69), terhadap wirausaha menunjukkan bahwa tempat pengawasan (internal locus of control) berhubungan dengan motivasi berwirausaha dan berkorelasi positif dengan kesuksesan dalam berkarir.

(21)

3) Kebutuhan akan Kebebasan (Need for Independence)

Hisrich dan Peters (2000: 71) menjelaskan lebih lanjut bahwa seorang wirausahawan diharuskan untuk melakukan sesuatu berdasarkan caranya sendiri, sehingga memiliki kebutuhan akan kebebasan yang tinggi. Kebutuhan akan kebebasan berarti

kebutuhan individu untuk mengambil keputusan sendiri,

menentukan tujuan sendiri serta melakukan tindakan untuk mencapai tujuan dengan caranya sendiri.

4) Nilai-nilai Pribadi

Nilai-nilai pribadi sangat penting bagi para wirausahawan, Suryana (2001: 34). Hisrich dan Peters (2000: 72) serta Hunter (2003: 5) menyatakan beberapa penelitian menunjukkan bahwa wirausaha mempunyai sifat dasar mengenai proses manajemen dan bisnis secara umum yang membantu individu menciptakan dan mempertahankan bisnis yang dirintis. Sifat dasar meliputi nilai

kemenangan bagi individu yang berarti berhasil

mengaktualisasikan dirinya. Nilai pribadi akan menjadi dasar bagi individu pada saat mengambil keputusan dalam membuat perencanaan untuk mencapai kesuksesan. Nilai pribadi yang dianut seringkali berbeda dengan nilai yang dimiliki orang lain, oleh karena itu nilai pribadi harus disampaikan sehingga tidak menimbulkan konflik yang mendasar ketika suatu hubungan sedang berjalan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

(22)

kompetensi sosial yang dimiliki akan membantu individu untuk bersikap tenang, hangat dan ramah serta mudah diajak bicara. Individu akan memiliki kesempatan yang lebih baik untuk diterima dalam lingkungannya.

5) Pengalaman

Diartikan sebagai pengalaman kerja individu sebelum memutuskan kewirausahaan sebagai pilihan karir. Hisrich dan Peters, (2000: 74) menyatakan bahwa pengalaman kerja mempengaruhi individu dalam menyusun rencana dan melakukan langkah-langkah selanjutnya. Penelitian Kim Riyanti (2003: 39) menunjukkan bahwa pengalaman memberikan pengaruh terhadap keberhasilan usaha. Pengalaman yang dimaksud dalam penelitian Kim adalah keterlibatan langsung dalam suatu kegiatan usaha. b. Faktor eksternal, meliputi:

1) Bentuk peranan (Role model) merupakan faktor penting yang mempengaruhi individu dalam memilih kewirausahaan sebagai karir. Orang tua, saudara, guru atau wirausahaan lain dapat menjadi bentuk peranan (role model) bagi individu. Individu membutuhkan dukungan dan nasehat dalam setiap tahapan dalam merintis usaha, bentuk peranan (role model) berperan juga akan meniru perilaku yang dimunculkan oleh bentuk peranan (role model). Pentingnya role model dalam mempengaruhi pilihan karir didukung oleh penelitian Jacobowitz dan Vidler Riyanti, (2003: 38) yang

(23)

menunjukkan bahwa 72% wirausahawan negara Atlantik memiliki orang tua atau saudara wirausahawan. Individu berwirausaha dengan cara meniru orang tua atau saudara yang berwirausaha.

2) Dukungan keluarga dan teman

Dukungan dari orang dekat akan mempermudah individu

sekaligus menjadi sumber kekuatan ketika menghadapi

permasalahan. Dukungan dari lingkungan terdekat akan membuat individu mampu bertahan menghadapi permasalahan yang terjadi.

3) Pendidikan

Pendidikan formal berperan penting dalam kewirausahaan karena memberi bekal pengetahuan yang dibutuhkan dalam mengelola usaha terutama ketika menghadapi suatu permasalahan. Sekolah atau Universitas sebagai tempat berlangsungnya pendidikan formal yang mendukung kewirausahaan akan mendorong individu untuk menjadi seorang wirausahawan.

Alma (2007: 9), menyatakan terdapat 3 faktor kritis yang berperan dalam minat berwirausaha tersebut yaitu:

a. Personal (Kepribadian)

Yaitu menyangkut aspek-aspek kepribadian seseorang. David Mc Clelland dalam Alma (2007: 13) dalam bukunya “The Achieving Society” menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah seseorang yang yang memiliki keinginan berprestasi yang sangat tinggi dibandingkan orang yang tidak berwirausaha.

(24)

b. Sociological (Hubungan Sosial)

Yaitu menyangkut masalah hubungan dengan family dan

hubungan sosial lainya. Alma (2007: 7), menyatakan masalah hubungan family ini dapat dilihat dari orang tua, pekerjaan, dan status sosial. Faktor sosial yang berpengaruh terhadap minat berwirausaha ialah masalah tanggung jawab terhadap keluarga. Selain itu, terhadap pekerjaan orang tua seringkali terlihat bahwa ada pengaruh dari orang tua yang bekerja sendiri, dan memiliki usaha sendiri cenderung anaknya jadi pengusaha pula. Keadaan ini seringkali memberi inspirasi pada anak kecil (Alma 2007: 8).

Lingkungan dalam bentuk “role model” juga berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Role model ini biasanya melihat kepada orang tua, saudara, keluarga yang lain (kakek, paman, bibi, anak), teman-teman, pasangan, atau pengusaha sukses yang diidolakanya. Dorongan teman cukup berpengaruh terhadap semangat berwirausaha, karena kita dapat berdiskusi dengan bebas, dibandingkan orang lain, teman biasa memberi dorongan, pengertian, bahkan bantuan, tidak perlu takut terhadap kritikan, di samping ini ada lagi faktor sosial lainya yang berpengaruh.

c. Environmental (Lingkungan)

Yaitu menyangkut hubungan dengan lingkungan. Suryana (2008: 63) menyatakan faktor yang berasal dari lingkungan di antaranya adalah model peran, peluang, aktivitas, selain itu dipengaruhi juga

(25)

oleh pesaing, sumber daya, dan kebijakan pemerintah. Seperti yang dicontohkan oleh Alma (2007: 13), bahwa ada beberapa lokasi atau daerah yang banyak wiausahanya, seperti di daerah Silicon Valley di Amerika Serikat di mana dijumpai banyak pengusaha-pengusaha besar, di daerah tersebut dijumpai kegiatan wirausaha membeli dan menjual barang, transportasi, pergudangan, perbankan, dan berbagai jasa konsultan. Suasana macam ini sangat berpengaruh kepada masyarakat untuk menumbuhkan minat berwirausaha.

Sejalan dengan pendapat di atas, Ating (2004) mengungkapkan bahwa, “Dorongan agar para siswa di sekolah berminat mau menjadi seorang wirausahawan, datangnya dapat juga dari dorongan teman-temannya dengan cara berdiskusi dan tanya jawab. Alangkah baiknya jika di sekolah ada tempat praktik pertokoan, perbengkelan, koperasi, kantin, agar mereka dapat mempraktikkan pelajaran kewirausahaan”.

Mc Clelland (1995) yang dikutip oleh Utami (2007) menggolongkan dua aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi wirausaha adalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor dari dalam diri individu (intern), meliputi:

a. Motivasi

Keberhasilan kerja membutuhkan motif-motif untuk

mendorong atau memberi semangat dalam pekerjaan. Motif itu meliputi motif untuk kreatif dan inovatif yang merupakan motivasi yang mendorong individu mengeluarkan pemikiran yang spontan

(26)

dalam menghadapi suatu perubahan dalam memberi alternatif yang berbeda dari yang lain. Motif yang lain yaitu motif untuk bekerja yang ada pada individu agar mempunyai semangat atau minat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan serta menjalankan tugas dalam pekerjaan.

b. Pengalaman atau Pengetahuan

Kebutuhan akan pengalaman merupakan pengetahuan yang

harus dicari sebanyak mungkin. Pengalaman merupakan

pengetahuan atau ketrampilan yang dikuasai atau diketahui sebagai akibat dari perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya selama jangka waktu tertentu. Wirausaha yang berpengalaman mengelola usaha sebelumnya dapat melihat lebih banyak jalan untuk membuka usaha baru.

c. Kepribadian

Kepribadian rapuh merupakan sesuatu yang negatif pengaruhnya terhadap pekerjaan. Pribadi yang berhasil yaitu apabila seseorang dapat berhubungan secara baik serta dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara wajar dan efektif. 2. Faktor-faktor dari luar dirinya (ekstern), meliputi:

a. Lingkungan keluarga

Keadaan keluarga dapat mempengaruhi berhasil tidaknya seseorang dalam suatu usaha. Ketegangan dalam kehidupan keluarga akan menurunkan gairah kerja dan pekerjaan menjadi

(27)

terganggu. Lingkungan keluarga yang harmonis dalam berinteraksi akan menunjang kesuksesan serta mengarahkan tenaga kerjanya lebih efisien.

b. Lingkungan tempat kerja

Lingkungan tempat dimana seseorang menjalani usahanya mempunyai pengaruh yang cukup penting dalam menjalankan usaha. Lingkungan ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu:

1) Situasi kerja secara fisik

Situasi kerja dinilai sebagai sarana atau lingkungan tempat untuk memulai usaha. Seorang wirausaha dapat menciptakan pekerjaannya dalam situasi apapun melalui bakat dan ketrampilan yang dimiliki. Namun yang utama bagi seorang wirausaha adalah dapat mencari peluang atau mengambil inisiatif agar usahanya bisa maju.

2) Hubungan dengan mitra kerja

Hubungan dengan teman sejawat atau teman kerja merupakan mitra yang dapat dijadikan pertimbangan untuk mewujudkan mimpi-mimpi. Selain itu dapat bekerja sama dalam mendukung atau memotivasi untuk dapat menyelesaikan konflik dengan baik merupakan sesuatu yang mendasar dalam pekerjaan.

(28)

Menurut pendapat Riyanti (2003) yang dikutip oleh Utami (2007) menyatakan bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi minat kewirausahaan adalah sebagai berikut:

1. Aspek internal

a. Demografi

Kondisi demografi yang ada dalam diri seseorang dapat dipandang sebagai sesuatu yang mempengaruhi dalam keberhasilan usaha. Faktor demografi meliputi usia, di mana usia kronologis adalah usia ketika seseorang memulai karir sebagai wirausaha. Hurlock (1991) berpendapat bahwa perkembangan karir berjalan seiring dengan proses perkembangan manusia. Faktor demografi yang lain yaitu pengalaman, di mana dalam menjalankan usaha merupakan pendorong terbaik keberhasilan, terutama usaha baru itu berkaitan dengan pengalaman usaha sebelumnya. Kebutuhan akan pengalaman tergantung dari diri pribadi bagaimana dapat mencari atau mengelola pengalaman yang diperoleh. Faktor demografi yang terakhir yaitu pendidikan, karena pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan formal tersebut terkait langsung dengan bidang usaha yang dikelola.

b. Kepribadian

Karakteristik kepribadian individu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Seorang wirausaha harus mempunyai jiwa pemimpin, siap mental untuk menghadapi segala resiko dan

(29)

tantangan dalam hidupnya.

Kepribadian yang matang untuk dapat menghadapi masalah dengan pikiran terbuka adalah sikap yang baik bagi seorang wirausaha. Kepribadian ini dibagi menjadi 2 aspek yaitu:

1) Tipe Kepribadian

a) Achiever (Seseorang yang berprestasi)

Wirausaha yang bertipe achiever mempunyai ciri-ciri mempunyai kebutuhan akan prestasi di mana seseorang mendapat prestasi atas kemampuannya dalam persaingan, selalu ingin mengetahui hasil karyanya secara nyata dan dapat mengelola saran dari orang lain. Seorang achiever juga mempunyai komitmen pribadi yang kuat dalam arti wirausaha tipe ini mempunyai kepercayaan dan penerimaan terhadap tujuan dan nilai pribadi atau rasa kesetiaan terhadap usaha pribadi.

b) Supersales Person (Seorang Ahli Penjualan)

Tipe ini adalah mempunyai kemampuan berempati dengan memahami secara lebih mendalam kebutuhan orang lain, membantu dan mengerti perasaan orang lain, serta kemampuan memasarkan dengan mempengaruhi orang lain untuk dapat tertarik pada pekerjaannya serta memiliki kemampuan sosialisasi yang baik.

(30)

Real Managers mempunyai ciri-ciri kebutuhan akan kepemimpinan yang merupakan kemampuan mengambil

keputusan dan mempengaruhi orang lain melaui

komunikasi langsung maupun tidak langsung dengan menggerakkan orang-orang agar mempunyai kesadaran mengikuti kehendaknya. Selain itu mempunyai kemampuan untuk bersaing yaitu kemampuan untuk menggerakkan usaha, memperbaiki untuk mendapatkan tempat atau kepercayaan yang lebih tinggi di masyarakat.

d) Expert Idea Generator (Ahli pengemuka ide/gagasan)

Tipe ini mempunyai karakteristik keinginan untuk berinovasi yaitu apabila individu dapat memecahkan masalah dan mengemukakan jalan keluarnya, dapat mencari gagasan dalam waktu singkat, serta membuat perubahan dengan cara baru. Di samping itu adanya keinginan untuk adaptif yaitu menyukai gagasan-gagasan, mengatasi perubahan dalam jangka waktu panjang melalui perbaikan dan peningkatan efisiensi secara terarah dan terencana. 2) Sifat-sifat/ karakteristik wirausaha

a) Pengendalian diri

Sifat ini penting bagi seorang usahawan karena merupakan pengendalian atas kekuatan yang ada dalam diri sendiri bukan oleh hal-hal di luar dirinya. Misalnya

(31)

kemampuan dan usaha yang individu tersebut sudah lakukan. Seorang wirausaha percaya bahwa kesuksesan usahanya tergantung pada kemampuan sendiri bukan dipengaruhi oleh faktor keberuntungan atau nasib.

b) Tingkatan kemandirian/ ketidaktergantungan tinggi

Tingkat kemandirian yang tinggi sangat penting untuk seorang wirausaha untuk tidak tergantung pada orang lain dan bebas untuk berekspresi.

c) Pengambil resiko

Seorang yang menjadi wirausaha harus siap untuk mengambil resiko akan suatu kerugianyang dihadapi dan tidak mudah menyerah. Pandangan dalam karir seharusnya melihat aspek positif dan negatif dengan tantangan yang berupa kerja keras, dan resiko pekerjaan.

d) Kebutuhan untuk berprestasi

Selain dapat mengontrol lingkungannya, individu juga harus termotivasi untuk berprestasi untuk melakukan sebaik-baiknya pekerjaan yang membutuhkan informasi yang komplek.

e) Sikap keterbukaan tinggi

Sikap keterbukaan sangat diperlukan untuk dapat peduli, menghargai dan membantu orang lain. Serta dapat membuka pikiran atau berbagi pengalaman atau ide dengan

(32)

orang lain.

f) Mempunyai kepercayaan diri tinggi

Kepercayaan diri merupakan sesuatu yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Keinginan untuk menonjolkan karyanya atau kemampuan yang dimiliki tanpa malu atau rendah diri pada orang lain. Seorang

wirausaha harus percaya bahwa kemampuan dan

keahliannya layak untuk dipublikasikan. g) Berorientasi pada masa depan

Kekuatan untuk dapat mencapai tujuan adalah berpandangan positif ke depan. Suatu pemikiran dengan tujuan untuk keberhasilan usaha dan selalu memandang sesuatu yang akan dijalani bertujuan baik atau positif bagi pribadi maupun orang lain.

h) Berorientasi pada tugas

Seorang wirausaha selalu mengacu pada penyelesaian tugas dan berusaha tepat waktu. Tugas tersebut adalah menuntut kerja keras dan kemauan usaha yang kuat untuk dapat menyelesaikannya agar dapat memenuhi kebutuhan orang lain dan memberikan hasil yang memuaskan.

c. Motif Pribadi

Kekuatan motif pribadi merupakan pendorong yang penting atau diperlukan untuk dapat memulai suatu usaha. Munculnya

(33)

motif dari dalam diri individu akan mempengaruhi keberhasilan dalam meningkatkan suatu pekerjaan, oleh karena itu diperlukan adanya motif atau minat yang benar-benar kuat dari dalam pribadi. Motif ini meliputi motif yang kreatif yaitu motivasi yang ada dalam diri individu untuk mengeluarkan inisiatif-inisiatif dalam mengambil suatu tindakan yang bervariasi dan motif untuk bekerja yang merupakan pendorong minat seseorang untuk menyelesaikan pekerjaan.

2. Aspek Eksternal

a. Lingkungan Keluarga

Kehidupan interaksi dalam keluarga tidak pernah akan lepas dari diri manusia. Suatu keluarga akan menciptakan kondisi baik tidaknya suatu hubungan atau kegiatan yang individu lakukan. Keluarga yang mendukung akan memberikan proses kelancaran usahanya. Kondisi sosial ekonomi keluarga juga menentukan seseorang berkemauan untuk membuka suatu usaha baru guna memenuhi kebutuhan. Kondisi sosial ekonomi mempengaruhi seseorang bekerja tergantung dari situasi ketika seseorang tersebut akan mendirikan usaha. Apabila seseorang tersebut berkeinginan keras membuka usaha maka faktor ekonomi tidak menjadi permasalahan yang besar.

(34)

b. Lingkungan Kerja

Lingkungan geografi atau lingkungan kerja merupakan faktor yang menentukan lingkungan fisik tempat bekerja serta keadaan masyarakat yang tepat untuk dapat melakukan usaha. Adanya lingkungan yang dapat diajak kerjasama dengan baik merupakan penguat individu dalam menjalankan pekerjaan.

Menurut Helmi & Rista (2006), aspek-aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi wirausaha adalah:

1. Lingkungan keluarga dan masa kecil

Beberapa penelitian yang berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan semangat kewirausahaan. Penelitian bertopik urutan kelahiran menemukan bahwa anak dengan urutan kelahiran pertama lebih memilih untuk menjadi wirausaha. Namun, penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut. Selanjutnya pengaruh pekerjaan orangtua terhadap pertumbuhan semangat kewirausahaan ternyata memiliki pengaruh yang signifikan.

2. Pendidikan

Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk melanjutkan usahanya namun juga membantu dalam mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya.

3. Nilai-nilai personal

Nilai personal akan membedakan ia dengan pengusaha lain terutama dalam menjalin hubungan dengan pelanggan, pemasok

(35)

(supplier), dan pihak-pihak lain, serta cara dalam mengatur organisasinya.

4. Pengalaman kerja

Pengalama kerja tidak sekedar menjadi salah satu hal yang

menyebabkan seseorang untuk menjadi seorang wirausaha.

Pengalaman ketidakpuasan dalam bekerja juga turut menjadi salah satu pendorong dalam mengembangkan usaha baru.

Menurut Suryaman (2006), yang mempengaruhi minat secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. 1. Faktor Intrinsik

Faktor intrinsik adalah faktor-faktor yang timbul karena pengaruh rangsangan dari minat dalam diri individu itu sendiri. Faktor-faktor intrinsik sebagai pendorong minat wirausaha antara lain karena adanya kebutuhan akan pendapatan, harga diri, dan perasaan senang.

a. Pendapatan

Pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang. Kewirausahaan dapat memberikan pendapatan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keinginan untuk memperoleh pendapatan itulah yang dapat menimbulkan minatnya untuk menjadi wirausaha.

b. Harga diri

(36)

harga diri seseorang, karena dengan usaha tersebut seseorang akan memperoleh popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari ketergantungannya terhadap orang lain. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut akan menimbulkan minat seseorang untuk menjadi wirausaha.

c. Perasaan senang

Perasaan erat hubungannya dengan pribadi seseorang, maka tanggapan perasaan seseorang terhadap sesuatu hal yang sama tidak sama antara orang yang satu dengan yang lain. Rasa senang terhadap bidang kewirausahaan akan diwujudkan dengan perhatian, kemauan, dan kepuasan dalam bidang wirausaha. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang wirausaha akan menimbulkan minat untuk menjadi wirausaha.

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi individu karena pengaruh rangsangan dari luar. Faktor-faktor ekstrinsik yang mempengaruhi minat wirausaha antara lain: lingkungan keluarga, peluang, dan pendidikan/pengetahuan.

a. Lingkungan keluarga

Lingkungan keluarga adalah kelompok masyarakat terkecil yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga yang lain. Keluarga merupakan peletak dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, disinilah yang memberikan pengaruh awal

(37)

terhadap terbentuknya kepribadian. Salah satu unsur kepribadian adalah minat. Minat menjadi wirausaha akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif terhadap minat tersebut, karena sikap dan aktifitas sesama anggota keluarga saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Orangtua yang menjadi wirausaha dalam bidang tertentu dapat menimbulkan minat anaknya untuk menjadi seorang wirausaha dalam bidang yang sama pula.

b. Peluang

Peluang merupakan kesempatan yang dimiliki seseorang untuk melakukan apa yang diinginkannya atau menjadi harapannya. Suatu daerah yang memberikan peluang untuk menjadi wirausaha akan menimbulkan minat seseorang untuk memanfaatkan peluang tersebut.

c. Pendidikan

Pengetahuan yang didapat selama kuliah merupakan modal dasar yang digunakan untuk menjadi wirausaha, juga keterampilan yang didapat selama diperkuliahan.

Berdasarkan teori-teori di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi wirausaha terbagi menjadi dua, yaitu internal dan eksternal. Dikarenakan kesesuaian dengan responden penelitian, serta dikarenakan keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, antara lain keterbatasan waktu, tenaga, dan sumber

(38)

daya, pada penelitian ini, peneliti akan meneliti empat faktor yang mempengaruhi minat wirausaha, yaitu kepribadian, motivasi/dorongan, lingkungan keluarga, dan pendidikan.

1. Faktor internal a. Kepribadian

Kepribadian adalah suatu karakteristik sikap dasar yang dimiliki oleh tiap orang dalam hidupnya. Kepribadian menentukan seseorang dalam tiap langkah hidupnya. Untuk memilih dan menjadi seorang wirausaha yang sukses, seseorang cenderung harus memiliki sifat atau kepribadian yang diperlukan untuk menjadi seorang wirausaha. Pernyataan kepribadian mempengaruhi minat wirausaha dikembangkan dari pendapat Alma (2007), Mc Clelland (1995), Riyanti (2003), dan Helmi & Rista (2006).

Berdasarkan teori-teori di atas, ada empat macam kepribadian penting yang mempengaruhi minat menjadi wirausaha yang akan dijadikan sebagai indikator, yaitu:

1) Ide Kreatif

Kreatifitas sering diartikan sebagai kemampuan dalam menciptakan hal-hal yang benar-benar baru, kombinasi-kombinasi baru dari hal-hal yang sudah ada sehingga menghasilkan sesuatu yang baru, ataupun membuat sesuatu yang kurang berarti sehingga menjadi lebih berarti.

(39)

mendapatkan tantangan, mereka mampu merubah tantangan menjadi peluang usaha. Seorang wirausaha akan berhasil apabila ia selalu kreatif dan menggunakan hasil kreatifitasnya itu dalam usahanya (Buchari Alma, 2010: 68-70).

2) Jiwa Kepemimpinan

Dalam menjadi seorang wirausaha, dibutuhkan suatu jiwa kepemimpinan dan keberanian untuk memegang suatu tanggungjawab. Kepemimpinan adalah suatu kemampuan untuk berani dan mau mengambil keputusan dan memimpin orang lain. Seorang pemimpin adalah seorang yang berani mengambil resiko dan siap menanggung kerugian yang dapat terjadi. Kepemimpinan dikembangkan dari teori Riyanti (2003). 3) Prestasi

Lambing dan Kuehl (2000: 17) menyatakan bahwa tujuan yang ingin dicapai seorang wirausahawan dipengaruhi oleh kebutuhan akan berprestasinya yang mendorong individu untuk menghasilkan yang terbaik dan biasanya memiliki inisiatif serta keinginan yang kuat untuk mengungkapkan ide-ide dalam pikirannya, menyampaikan gagasan demi mencapai suatu kesuksesan.

4) Jiwa Dagang

Mempunyai kemampuan berempati dengan memahami secara lebih mendalam kebutuhan orang lain, membantu dan

(40)

mengerti perasaan orang lain, serta kemampuan memasarkan dengan mempengaruhi orang lain untuk dapat tertarik pada pekerjaannya serta memiliki kemampuan sosialisasi yang baik. 5) Percaya Diri

Diperlukan rasa percaya diri yang tinggi untuk menjadi seorang wirausaha, karena tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam kewirausahaan. Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan terhadap diri sendiri dan kemampuan yang dimiliki dirinya untuk dapat mencapai suatu kesuksesan. Kepercayaan diri diambil berdasarkan pernyataan teori Riyanti (2003).

6) Mudah Bergaul dengan Orang Lain

Wirausahawan hendaknya membiasakan diri untuk bergaul dengan orang lain di dalam kehidupan sehari-hari. Agar memperoleh kesuksesan dalam pergaulan, maka seseorang harus belajar mengenal ciri-ciri pribadi orang lain. Kemampuan

berkomunikasi dan berinteraksi berarti kemampuan

mengorganisasi pikiran ke dalam bentuk ucapan-ucapan yang jelas, menggunakan tutur kata yang enak didengar, serta mampu menarik perhatian orang lain melalui ucapannya. Komunikasi yang baik harus diikuti dengan perilaku yang jujur dan konsisten dalam pembicaraan (Buchari Alma, 2010: 109).

7) Ektrovert (Pandai dalam Berhubungan dengan Orang Lain)

(41)

dengan orang lain sangat diperlukan untuk menjadi seorang wirausaha. Seorang yang ekstrovert adalah orang yang pandai dalam berhubungan dengan orang lain, sehingga cenderung mempunyai koneksi atau hubungan yang luas. Mempunyai kemampuan berempati dengan memahami secara mendalam kebutuhan orang lain serta kemampuan sosialisasi yang baik. Ektrovert dikembangkan dari pernyataan teori Riyanti (2003). 8) Jiwa Inovatif

Inovatif merupakan salah satu sifat yang harus dimiliki untuk menjadi wirausaha yang sukses. Orang yang inovatif berarti mampu menciptakan suatu gagasan yang baru yang bernilai lebih. Orang yang mampu untuk berfikir secara kreatif untuk menghadapi segala perubahan serta kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan memecahkan suatu masalah dengan memberi alternatif yang berbeda. Seorang yang inovatif juga mampu melihat adanya peluang bisnis yang tidak dapat dilihat oleh orang lain. Inovatif dikembangkan berdasarkan pendapat Riyanti (2003) dan Suryaman (2006).

b. Motivasi/dorongan

Motivasi adalah dorongan yang kuat yang berasal dari dalam diri sendiri untuk mencapai suatu tujuan. Agar memiliki minat untuk menjadi wirausaha, seseorang harus mempunyai suatu tujuan yang bisa diperoleh oleh orang tersebut dengan menjadi wirausaha.

(42)

Pernyataan motivasi dikembangkan berdasarkan pendapat dari Mc Clelland (1995) dan Riyanti (2003).

Seseorang akan termotivasi terhadap sesuatu dapat

disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain keuntungan-keuntungan yang akan didapat setelah melakukan kegiatan tersebut. Berdasarkan teori-teori di atas, ada tiga macam motivasi penting yang mempengaruhi minat untuk menjadi wirausaha, yang akan dijadikan indikator yaitu:

1) Penghasilan

Penghasilan adalah sesuatu yang diperoleh seseorang baik berupa uang maupun barang yang dapat digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Kewirausahaan dapat

memberikan pendapatan finansial yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Keinginan untuk memperoleh penghasilan itulah yang dapat menimbulkan minat seseorang untuk menjadi wirausaha. Penghasilan diambil dari teori menurut Suryaman (2006).

2) Penghargaan (Status Sosial)

Dengan menjadi wirausaha, seseorang akan memperoleh

popularitas, menjaga gengsi, dan menghindari

ketergantungannya terhadap orang lain. Keinginan untuk meningkatkan harga diri tersebut dapat menjadi motivasi yang dapat meningkatkan minat seseorang untuk menjadi wirausaha.

(43)

Penghargaan (status sosial) didasarkan pada pendapat Riyanti (2003) dan Suryaman (2006).

3) Rasa Senang Terhadap Bidang Kewirausahaan

Rasa senang adalah bagian dari motivasi. Tanggapan perasaan seseorang terhadap suatu hal yang sama, tidak sama antara orang yang satu dengan orang lain. Rasa senang terhadap bidang kewirausahaan akan diwujudkan dengan perhatian, kemauan, dan kepuasan dalam bidang wirausaha. Hal ini berarti rasa senang terhadap bidang kewirausahaan akan menimbulkan minat untuk menjadi wiruasaha. Rasa senang sesuai dengan pendapat dari Suryaman (2006).

2. Faktor Eksternal

a. Lingkungan (Keluarga)

Keluarga merupakan salah satu interaksi yang pertama dan utama dalam kehidupan manusia. Keluarga merupakan peletak dasar bagi tumbuh kembang anak. Dorongan keluarga sangat berperan penting dalam menumbuhkan minat dalam diri seseorang untuk mengambil keputusan sebagai wirausaha. Minat tersebut akan terbentuk apabila keluarga memberikan pengaruh positif.

Alma (2007), Mc Clelland (1995), Riyanti (2003), Helmi & Rista (2006), dan Suryaman (2006) menyebutkan bahwa lingkungan keluarga merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan minat untuk menjadi wirausaha.

(44)

Berdasarkan teori-teori di atas, akan diambil dua faktor yang digunakan sebagai indikator dari lingkungan keluarga, yaitu:

1) Dukungan Keluarga

Lingkungan keluarga yang supportif dan mendukung, dapat berperan dalam pembentukan minat untuk menjadi wirausaha. Pekerjaan keluarga atau orangtua juga dapat

memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan semangat

kewirausahaan. Karena orangtua juga dapat berfungsi sebagai konsultan pribadi, coach, dan mentornya. Dukungan keluarga sesuai dengan pendapat Riyanti (2003), Helmi & Rista (2006), dan Suryaman (2006).

2) Kondisi Sosial Ekonomi Keluarga

Lingkungan keluarga yang harmonis dalam berinteraksi akan menunjang kesuksesan dan mengarahkan tenaga kerja yang lebih efisien. Kondisi sosial ekonomi juga mempengaruhi kinerja seseorang dan keputusannya untuk menjadi wirausaha. Kondisi sosial ekonomi keluarga diambil dari pernyataan Mc Clelland (1995) dan Riyanti (2003).

b. Pendidikan

Pendidikan yang dimiliki seseorang memiliki pengaruh terhadap pengetahuan atau keahlian seseorang. Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang dalam melanjutkan usaha yang akan dijalaninya namun juga membantu dalam mengatasi masalah

(45)

dalam menjalankan usahanya. Universitas sebagai fasilitator dalam memotivasi, mengarahkan dan penyedia sarana prasarana dalam mempersiapkan sarjana yang mempunyai motivasi dalam mendirikan bisnis baru. Pihak universitas juga berperan menjadi pemberi informasi tentang kesempatan apa yang akan didapat jika menjadi wirausaha.

Pendidikan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi minat kewirausahaan diambil dari teori Helmi & Rista (2006), Surayaman (2006), dan Suryana (2001).

Kewirausahaan dapat ditimbulkan atau dibentuk pada diri seseorang melalui pendidikan atau pelatihan. Perguruan tinggi dinilai sebagai tempat yang tepat untuk menyemaikan nilai-nilai kewirausahaan. Pendidikan atau pelatihan kewirausahaan adalah proses pembelajaran konsep dan skill untuk mengenali peluang-peluang yang orang lain tidak sanggup melihatnya, untuk memiliki insight, self-esteem dan pengetahuan untuk bertindak sementara yang lain ragu-ragu. Termasuk di dalamnya mengenali peluang dikaitkan dengan pemanfaatan sumber daya untuk menghadapi resiko dan memprakarsai bisnis baru.

Dari uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan kewirausahaan yang diperoleh seseorang saat bangku kuliah, dapat sangat mempengaruhi minat dan motivasi seseorang dalam menjadi seorang wirausaha. Peranan universitas dalam

(46)

memotivasi para mahasiswanya untuk menjadi wirausaha merupakan bagian dari salah satu faktor pendorong pertumbuhan kewirausahaan.

B. Kerangka Teoritik

Penelitian ini pada intinya adalah meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi minat wirausaha mahasiswa. Yang dimaksud dengan minat berwirausaha adalah sikap dan keinginan yang membuat seseorang tertarik mencoba sesuatu yang baru dan berusaha untuk memperoleh keuntungan dengan mempertimbangkan semua resiko yang harus dihadapi sehingga menimbulkan kekuatan pendorong kepada individu tersebut untuk menciptakan kesejahteraan bagi individu dan menambah nilai bagi masyarakat dengan mengelola sumber daya yang dimiliki.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi minat wirausaha mahasiswa. Faktor tersebut terbagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang berasal dari dalam diri wirausahawan dapat berupa sifat-sifat personal, sikap, kemauan dan kemampuan individu yang dapat memberi kekuatan individu untuk berwirausaha. Sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku entrepreneur yang dapat berupa unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia usaha, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan lain-lain. Dalam penelitian ini faktor internal terdiri dari kepribadian dan motivasi/dorongan, dan faktor eksternal terdiri dari lingkungan (keluarga) dan pendidikan.

(47)

mendukung minat berwirausaha seperti kepemimpinan, percaya diri, ekstrovert, kreatif dan inovatif sehingga menjadikan faktor kepribadian menjadi penentu minat wirausaha mahasiswa, hal ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Dyah (2007) yang menyatakan kepribadian mempengaruhi minat mahasiswa untuk berwirausaha, lebih lengkapnya dijelaskan dalam Alma (2007 :13) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mendorong mahasiswa berwirausaha yaitu personal atau disebut juga kepribadian. Oleh karena itu dalam kewirausahaan diperlukan kepribadian yang baik, sehingga menciptakan kepribadian yang produktif yang nantinya akan berfungsi dalam mengembangkan wirausaha.

Riyanti (2003) yang dikutip oleh Utami (2007) menyatakan salah satu faktor pendorong seseorang untuk berwirausaha yaitu motivasi. Kekuatan motif pribadi merupakan pendorong yang penting atau diperlukan untuk dapat memulai suatu usaha. Keberhasilan kerja membutuhkan motif-motif untuk mendorong atau memberi semangat dalam pekerjaan. Motif itu meliputi motif untuk kreatif dan inovatif yang merupakan motivasi yang mendorong individu mengeluarkan pemikiran yang spontan dalam menghadapi suatu perubahan dalam memberi alternatif yang berbeda dari yang lain. Motif yang lain yaitu motif untuk bekerja yang ada pada individu agar mempunyai semangat atau minat dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan serta menjalankan tugas dalam pekerjaan. Hal ini didukung oleh pendapat dari Mc Clelland (1995) yang dikutip oleh Utami (2007) yang menyatakan motivasi merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi

(48)

wirausaha.

Helmi & Rista (2006) menyatakan salah satu aspek yang mempengaruhi minat untuk menjadi wirausaha yaitu lingkungan (keluarga). Beberapa penelitian yang berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan keluarga terhadap pembentukan semangat kewirausahaan. Suatu keluarga akan menciptakan kondisi baik tidaknya suatu hubungan atau kegiatan yang individu lakukan. Keluarga yang mendukung akan memberikan proses kelancaran usahanya. Kondisi sosial ekonomi keluarga juga menentukan seseorang berkemauan untuk membuka suatu usaha baru guna memenuhi kebutuhan. Kondisi sosial ekonomi dapat mempengaruhi seseorang bekerja tergantung dari situasi ketika seseorang tersebut akan mendirikan usaha. Apabila seseorang tersebut berkeinginan keras membuka usaha maka faktor ekonomi tidak menjadi permasalahan yang besar.

Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk melanjutkan usahanya namun juga membantu dalam mengatasi masalah dalam menjalankan usahanya. Pendidikan formal berperan penting dalam kewirausahaan karena memberi bekal pengetahuan yang dibutuhkan dalam mengelola usaha terutama ketika menghadapi suatu permasalahan. Sekolah atau Universitas sebagai tempat berlangsungnya pendidikan formal yang mendukung kewirausahaan akan mendorong individu untuk menjadi seorang wirausahawan. Secara teori diyakini bahwa pembekalan pendidikan pada seseorang sejak usia dini dapat meningkatkan potensi seseorang untuk menjadi wirausahawan. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang

(49)

mendukung pernyataan tersebut (Kourilsky & Walstad, 1998; Gerry et al., 2008).

Berdasarkan uraian tentang faktor-faktor tersebut, peneliti berasumsi bahwa faktor internal khususnya kepribadian merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi minat dalam berwirausaha dikarenakan hal tersebut akan menjadi dasar bagi individu pada saat mengambil keputusan dalam membuat perencanaan untuk mencapai kesuksesan.

Bagan 2.1 Kerangka Pemikiran

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritik, maka rumusan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

Kepribadian diprediksikan paling dominan mempengaruhi minat wirausaha mahasiswa. Minat wirausaha Sumber: Zimmerer (2002), Suryana (2006), Hendro (2011), Data diolah Peneliti (Mei 2012) Faktor internal 1. Kepribadian 2. Motivasi/dorongan Sumber: Zimmerer (2002), Suryana (2006), Hendro (2011), Data diolah Peneliti (Mei 2012) Faktor eksternal 1. Lingkungan (keluarga) 2. Pendidikan Sumber: Zimmerer (2002), Suryana (2006), Hendro (2011), Data diolah Peneliti (Mei 2012)

Referensi

Dokumen terkait

Contohnya di dusun Bandung Lor Desa Kunir, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, di desa ini ada suatu kebiasaan masyarakat yang menggugah hati penulis untuk

Alhamdulillahirobbil’ alamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat,rahmat dan hidayah-Nya yang senatiasa dilimpahkan kepada penulis, sehingga bisa menyelesaikan sampai

Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan lampu LED celup lebih efektif untuk digunakan sebagai alat bantu pada perikanan bagan.. Kata kunci: LED, lampu LED celup, dan bagan apung

Kalau dilihat dari permohonan kepada semua dewa yang terdapat di dalam sapatha bukan tidak mungkin rajalah yang bertindak sebagai dewa, karena konsep dewa raja yang sangat

Hasil penelitian ini yang menunjukkan bahwa sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan (SPAP), ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang mengakibatkan kasus

waktu warga, maka biasanya tidak semua aktifitas program dapat diikuti secara utuh oleh aparat desa (kepala desa) dan setiap anggota kelompok masyarakat peduli api

Dalam bab ini membahas tentang penjelasan mengenai pemahaman terorisme yang berisikan tentang sejarah dan awal mula terorisme, aturan dan kebijakan anti terorisme,

Selain itu jika dilihat dari bentuk kerjasama dalam Islam atau syirkah, franchisee fee yang didalamnya pewaralaba sudah mengambil keuntungan, berupa keuntungan dari