• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet

2.1.1 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa (Ditjen POM, 1995).

2.1.2 Komponen Tablet

Untuk membuat tablet diperlukan bahan tambahan berupa: a. Bahan pengisi (diluent)

Bahan pengisi adalah suatu zat inert secara farmakologis yang ditambahkan kedalam suatu formulasi sediaan tablet, bertujuan untuk penyesuaian bobot,ukuran tablet sesuai yang dipersyaratkan, untuk membantu kemudahan dalampembuatan tablet, dan meningkatkan mutu sediaan tablet. Berikut ini beberapazat pengisi yang sering digunakan: laktosa, laktosa anhidrat, laktosa semprotkering, fast flo lactose (FFL), starch 1500, dan mikrokristalin selulosa(Siregar, 2010).

b. Bahan pengikat (binder)

Bahan pengikat ditambahkan ke dalam formulasi tablet untuk menambahkohesivitas serbuk sehingga memberi ikatan yang penting untuk membentukgranul yang dibawah pengempaan akan membentuk suatu massa kohesif ataukompak yang disebut tablet. Beberapa jenis pengikat yang sering

(2)

digunakan:pati 5-10%, pati pragelatinisasi 0,5%, starch 1500, gelatin 2-10%, sukrosa 50-75%, akasia 10-25%, polivinilpirolidon 3-15% (Siregar, 2010).

c. Bahan penghancur (disintegrator)

Bahan ini dimaksudkan agar tablet dapat hancur dalam saluran cerna. Zat-zatyang digunakan seperti: amilum kering, gelatin, agar-agar, natrium alginat. d. Bahan pelicin (lubricant)

Bahan ini dimaksudkan agar tablet tidak lekat pada cetakan. Zat-zat yangdigunakan seperti: talcum, magnesii stearat, asam stearat.Dalam pembuatan tablet, zat berkhasiat dan bahan tambahan, kecuali bahanpelicin dibuat granul (butiran kasar), karena serbuk yang halus tidak mengisicetakan dengan baik. Dengan dibuat granul akan terjadi free flowing, mengisicetakan secara tetap dan dapat dihindari tablet menjadi capping (retak) (Anief,1987).

2.1.3 Syarat-Syarat Tablet

Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV dan sumber-sumber lainnya, tablet harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

A. Keseragaman Bobot

Tablet harus memenuhi uji keseragaman bobot untuk menjamin keseragamanbobot tiap tablet yang dibuat. Tablet yang bobotnya seragam diharapkanmemiliki kandungan bahan obat yang sama, sehingga mempunyai efek terapiyang sama.

B. Kekerasan

Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan agar dapet bertahan terhadap berbagai guncangan pada saat pengepakan atau pengangkutan. Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Hardness Tester.Tablet

(3)

diletakkandiantara alat penekan punch dan dijepit dengan memutar sekrup pengatursampai tanda lampu menyala, lalu ditekan tombol sehingga tablet pecah. Tekanan dapat ditunjukkan melalui skala yang tertera. Umumnya kekuatantablet berkisar 4-8 kg.

C. Kerenyahan

Uji ini dilakukan untuk mengetahui kerenyahan tablet, tablet yang rapuh danrusak kandungan zat berkhasiatnya berkurang sehingga mempengaruhi efek terapi. Kerenyahan ditandai dengan massa partikel yang berjatuhan dari tablet.Uji ini menggunakan alat yang disebut Roche Friabilator yang terdiri darisebuah tabung yang berputar, kearah radial disambungkan sebuah bilahlengkung.Tablet dimasukkan ke dalam drum tersebut, dihidupkan alat makadrum berputar dan tablet bergulir jatuh sampai pada putaran berikutnyadipegang kembali oleh bilah. Pemutaran dilakukan 100 kali dengan persyaratantablet tidak boleh kehilangan berat lebih dari 0,8%.

D. Waktu Hancur

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui kesesuaian batas waktu hancur yangtertera dalam masing-masing monografi, kecuali pada etiket dinyatakan bahwatablet dirancang untuk pelepasan kandungan obat secara bertahap dalam jangkawaktu tertentu atau melepaskan obat dalam dua periode berbeda atau lebih dengan jarak waktu yang jelas diantara periode pelepasan tersebut. Uji waktuhancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut sempurna.Interval waktu hancur yaitu 5-30 menit.Sediaan dinyatakan hancur sempurnabila tidak ada sisa sediaan yang tidak larut tertinggal pada kasa.

(4)

E. Penetapan Kadar Zat Berkhasiat

Penetapan kadar ini dilakukan untuk mengetahui apakah tablet tersebut memenuhi syarat sesuai dengan etiket. Bila kadar obat tersebut tidakmemenuhi syarat, berarti obat tersebut tidak memiliki efek terapi yang baik dantidak layak dikonsumsi. Penetapan kadar dilakukan dengan menggunakan cara-carayang sesuai tertera pada monografi antara lain di Farmakope Indonesia.

F. Disolusi

Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat kedalamlarutan pada suatu medium. Uji ini digunakan untuk mengetahui kesesuaiandengan persyaratan disolusi yang tertera dalam monografi pada sediaan tabletkecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah atau tidakmemerlukan uji disolusi.

2.2 Diabetes Mellitus

Diabetes mellitus adalah istilah kedokteran untuk sebutan penyakit yang di Indonesia kita kenal dengan nama penyakit gula atau kencing manis. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani.Diabetes artinya mengalir terus, mellitus berarti madu atau manis. Jadi, istilah ini menunjukkan tentang keadaan tubuh penderita, yaitu adanya cairan manis yang mengalir terus (Dalimartha, 2007). Diabetes mellitus adalah sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi ettiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah di sertai dengan gangguan metabolism karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau

(5)

defisiensi produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pancreas, atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes, 2005).

2.2.1 Jenis-jenis Diabetes

Ada dua jenis diabetes, yakni tipe-1 dan tipe-2: a. Tipe-1, IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya ketosis apabila tidak di obati. Pada tipe ini terjadi suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak terdapat insulin dalam sirkulasi, glucagon plasma meningkat dan sel-sel B pancreas gagal merespons semua stimulus insulinogenik (Katzung, 2002). Pada tipe-1 terdapat destruksi dari sel-sel beta pankreas, sehingga tidak memproduksi insulin lagi, akibatnya sel-sel tidak bisa menyerap glukosa di dalam darah (Tjay dan Kirana, 1978).

b. Tipe NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes tipe 2 merupakan tipe diabetes yang lebih umum , lebih banyak penderitanya dibandingkan dengan DM Tipe-1 (Depkes, 2005). Tipe-2 tidak tergantung dari insullin, maka juga disebut NIDDM dan dapat diobati dengan antidiabetika oral. Antara 70-80% dari semua pasien diabetes termasuk jenis ini, dimana faktor keturunan memegang peranan besar (Tjay dan Kirana, 1978).

2.2.2 Insulin

Insulin adalah suatu protein berukuran kecil dengan berat moleku 5808 pada manusia (Katzung, 2002). Insulin merupakan suatu polipeptida, sehingga

(6)

dapat juga disebut protein. Insulin merupakan salah satu hormon di dalam tubuh

manusia yang dihasilkan oleh sel β pulau Langerhans yang berada di dalam kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal bila kadar glukosa darah naik maka insulin akan dikeluarkan dari kelenjar pankreas dan masuk ke dalam aliran darah (Dalimartha, 2007).

2.2.3 Gejala Diabetes

Penyakit diabetes mellitus ditandai gejala 3P, yaitu poliuria (banyak berkemih), polidipsi (banyak minum) dan polifagia (banyak makan). Disamping naiknya kadar gula darah, gejala kencing manis bercirikan adanya “gula” dalam kemih (glucosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang diekskresikan mengikat banyak air, akibatnya timbul rasa sangat haus, kehilangan energi dan turunnya berat badan serta terasa letih (Tjay dan Kirana, 1978).

2.3 Metformin HCl

2.3.1 Uraian Metformin HCl

Satu-satunya golongan biguanida yang masih dipergunakan sebagai antidiabetes adalah metformin (Depkes, 2005). Derivat biguanida mempunyai mekanisme kerja yang berlainan dengan sulfoniluera, obat-obat tersebut kerjanya tidak melalui perangsangan sekresi insulin tetapi langsung terhadap organ sasaran (Ganiswarna, 2003). Zat ini juga menekan nafsu makan (efek anorexia) hingga berat badan tidak meningkat, sehingga layak diberikan ke penderita diabetes mellitus tipe 2 yang mempunyai kelebihan berat badan. Penderita ini biasanya

(7)

mengalami resistensi insulin, sehingga sulfonilurea kurang efektif (Tjay dan Kirana, 1978).

2.3.2 Struktur Metformin HCl Rumus struktur:

Gambar 1. Rumus struktur Metformin HCl

Nama Kimia : N,N-Dimethylimidodicarbonimidic diamide Rumus Molekul : C4H11N5HCl

Berat Molekul : 165,6 g/mol

Pemerian : Serbuk putih, higroskopik dan serbuk kristal

Kelarutan: Larut 1 dalam 2 bagian air dan 1 dalam 100 bagian etanol, praktis tidak larut dalam kloroform dan eter (Clark’s, Edisi III).

2.3.3 Mekanisme Kerja

Metformin bekerja menurunkan kadar glukosa darah dengan memperbaiki transport glukosa ke dalam sel-sel otot (Depkes, 2005). Obat ini tidak merangsang peningkatan produksi insulin sehingga pemakaian tunggal tidak menyebabkan hipoglikemia (Dalimartha, 2007). Metformin bekerja terutama dengan jalan mengurangi pengeluaran glukosa hati, sebagian besar dengan menghambat

(8)

glukoneogenesis. Metformin mudah diabsorbsi per-oral, tidak terikat dengan protein serum dan tidak di metabolisme.Efek samping saluran cerna tinggi. Sangat jarang menimbulkan asidosis laktat yang fatal (Mycek,dkk, 2001).

2.3.4 Farmakokinetika

Metformin memiliki waktu paruh 1,5- 3 jam, dan tidak terikat pada protein plasma, tidak dimetabolisme, dan di ekskresi oleh ginjal sebagai senyawa aktif (Katzung, 2002).

2.3.5 Penggunaan Klinis

Dosis metformin adalah dari 500 mg sampai maksimal 2,55 g setiap hari, dengan anjuran penggunaan dosis efektif yang paling rendah. Jadwal lazim dimulai dengan satu tablet tunggal sebesar 500 mg yang diberikan pada waktu sarapan selama beberapa hari dan apabila berjalan baik tanpa keluhan saluran cerna, ditambah dengan tablet kedua sebesar 500 mg yang diberikan pada waktu makan malam apabila masih tetap terjadi hiperglikemia (Katzung, 2002).

2.3.6 Efek Samping

Efek samping yang sering terjadi adalah nausea, muntah, kadang-kadang diare, dan dapat menyebabkan asidosis laktat (Depkes, 2005).

2.4 Spektrofotometri

2.4.1 Spektrofotometri Ultraviolet

Spekrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

(9)

cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi, spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang (Khopkar, 2008).

2.4.2 Hukum Lambert-Beer

Pengukuran serapan cahaya oleh larutan molekul diatur dengan hukum Lambert- Beer, yang ditulis sebagai berikut:

Log I0/It= A = ε bc

Dengan I0 adalah intensitas radiasi yang masuk, It adalah intensitas radiasi

yang ditransmisikan , A dikenal sebagai absorbans dan merupakan ukuran jumlah cahaya yang diserap oleh sampel, ε adalah tetapan yang dikenal sebagai koefisien ekstingsi molar dan merupakan absorbans larutan 1 M analit tersebut, b adalah panjang jalur sel dalam cm, biasanya 1 cm, dan c adalah konsentrasi analit dalam mol per liter (Watson, 2010).

Dalam produk farmasi, konsentrasi dan jumlah biasanya dinyatakan dalam gram atau miligram dan bukan dalam mol sehingga untuk keperluan analisis produk ini, hukum Lambert-Beer ditulis dalam bentuk berikut ini:

A = A (1%, 1cm) bc

A adalah absorbans yang diukur, A (1%, 1cm) adalah absorbans larutan 1% b/v (g/100 ml) dalam satu sel berukuran 1 cm, b adalah panjang jalur dalam cm, dan c adalah konsentrasi sampel dalam g/100 ml. Karena pengukuran biasanya dibuat dalam sel berukuran 1 cm (Watson, 2010).

(10)

Spektroforometer UV-Vis adalah pengukuran intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi. Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan. Spektrum UV-Vis mempunyai daerah yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini.Tetapi spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari senyawa (analit) di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400nm(Dachriyanus, 2004).

Penggunaan utama spektrofotometri UV-Vis adalah dalam analisis kuantitatif, yaitu dengan cara membandingkan absorban sampel terhadap absorban larutan standar yang konsentrasinya diketahui, diukur pada kondisi yang sama. Apabila dalam alur radiasi spektrofotometer terdapat senyawa yang mengabsorpsi radiasi, akan terjadi pengurangan kekuatan radiasi yang mencapai detektor. Parameter kekuatan energi radiasi khas yang diabsorpsi oleh molekul adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi rendah nilainya sebanding dengan konsentrasi zat yang mengabsorpsi radiasi. Penentuan kadar senyawa organik yang mengabsorpsi radiasi UV-Vis penggunaannya cukup luas. Konsentrasi kerja larutan analit umumnya 10-20 μg/ml, tetapi untuk senyawa yang nilai absorptivitasnya besar dapat diukur pada konsentrasi yang lebih rendah (Satiadarma, 2004).

Gambar

Gambar 1.  Rumus struktur Metformin HCl

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daya maksimum diperoleh sebesar 5,558 Watt pada debit 105 liter/menit dengan sudut kemiringan 20°.. Gambar 4 menunjukkan hubungan

Adapun hak atas kekayaan intelektual secara sederhana dapat dipandang sebagai temuan baru atau sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dijelaskan dan atau digambarkan oleh

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan pemikiran bagi organisasi dalam penerapan metode Service Quality (SERQUAL) untuk Meningkatkan

Untuk memperoleh hasil yang lebih baik lagi analisis dapat dilakukan pada domain lain yakni pengukuran ROI dan domain teknologi kemudian di modelkan dengan logika

Dengan nama allah yang maha pengasih lagi maha penyayang segala puji dan syukur saya panjat kan kehadirat allah SWT.berkat ridho dan karunia nya penulisan skripsi ini dapat

Dengan demikian pada level tiga tersebut akan diperoleh sejumlah angka indeks konsistensi yang banyaknya sama dengan unsur-unsur dalam level dua. Langkah selanjutnya adalah

(koordinasi dengan pihak terkait, SKK kepada Kejaksaan, koordinasi dengan Penertiban Aset 33.. Pedoman Pelaporan dan Pengisian Dokumen Kelengkapan Capaian Aksi Pencegahan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Asi Eksklusif Pada Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Senapelan Kota Pekanbaru Tahun 2016.. Phot J Sain dan