• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYIMPANGAN UNSUR-UNSUR LINGUISTIK DALAM KUMPULAN SAJAK-SAJAK LENGKAP OLEH GOENAWAN MOHAMAD. Dzulfikri Rh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYIMPANGAN UNSUR-UNSUR LINGUISTIK DALAM KUMPULAN SAJAK-SAJAK LENGKAP OLEH GOENAWAN MOHAMAD. Dzulfikri Rh"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN: 2089-3884

PENYIMPANGAN UNSUR-UNSUR LINGUISTIK DALAM KUMPULAN SAJAK-SAJAK LENGKAP 1961-2001 OLEH

GOENAWAN MOHAMAD

Dzulfikri Rh

e-mail: pejoeank_09@yahoo.com ABSTRACT

This research goals to analyze about certain phenomena in the literature, especially in poem. Poem has special character of literarute that to express about some feeling by words, in this case the writer uses about phenomena that the poem’s writer disobey about the rule of linguistic in his work to get the esthetically. It uses an object come from Goenawan Mohamad, nowadays he is one of the famous person in Indonesia. In his work by entititled The Complete Poetry 1961 until 2001 (Sajak-Sajak Lengkap 1961-2001) this object was be analyzed by the deviation of components linguistic that is about afix, suffix, prefix etc that contain in linguistics components. Also this paper uses theory from Jan Mukarovski about the esthetically intentional distortion of the linguistic componenents.

ABSTRAK

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menganalisa phenomena yang terjadi pada karya sastra, terutama pada karya puisi. Puisi mempunyai ciri yang khas dari sekian banyak karya sastra karena dia mengungkapkan sebuah perasaan dengan kata-kata, tapi dalam masalah ini penulis ingin mengangkat sebuah masalah dari penyair yang tidak mengikuti aturan linguistik dalam penulisannya yang bertujauan untuk lebih memunculkan makna estetis dari puisi tersebut. Dan ini menggunakan objek dari puisi Goenawan Mohamad yang berjudul Sajak-Sajak Lengkap 1961-2001 dan objek ini di analisis menggunakan kesalahan dalam unsur-unsur linguistik dalam proses afiksasi dan pembentukan kata. Semua itu berdasar pada teori yang dikemukakan oleh Jan Mukarovski tentang penyimpangan unsur-unsur linguistik yang segaja untuk maksut estetika.

Kata kunci: estetika, gramatikal, leksikal, puisi. A. PENDAHULUAN

Puisi adalah karya sastra yang sering kita jumpai di koran, majalah, buku dan lain sebagainya. Adalah sebuah untaian kata-kata yang di susun berdasarkan naluri sang penyair, apakah puisi itu ingin

(2)

untaikan dengan cara kata-kata. Seorang penyair pasti mempunyai imajinasi yang dalam serta tinggi dengan imajinasi dia yang tinggi dia bisa menulis apa yang dia suka sampai menabrak sebuah aturan dalam bahasa (linguistik) yang akhirnya muncul sebuah istilah yang di sebut dengan poetic lecense. Sedangkan, linguistik menurut kridalaksana adalah Ilmu tentang bahasa, penyelidikan bahasa secara ilmiah. (Kridalaksana: 28: 144) Yang akhirnya, muncullah pertanyaan (1). Mengapa banyak puisi-puisi yang ditemukan kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan susunan tata bahasa dan lainya seperti puisi yang ingin saya analisis di bawah ini yang banyak menghilangkan unsur-unsur linguistik yang ada dalam tatanan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta formal, (2). Serta faktor apa yang mempengaruhi penulis berbuat seperti itu, ini menarik untuk kita analisis.

Seperti objek saya ini, yang membahas tentang kumpulan puisi dari Goenawan Mohamad, puisi beliau yang di tulis sejak tahun 1961 sampai dengan tahun 2001. Kebanyakan penyimpangan unsur linguistik dari puisi karangan Gunawan Mohamad banyak pada puisi yang di terbitkan pada tahun-tahun yang dulu bukan yang era modern. Mungkin puisi zaman dahulu lebih condong seperti itu

modelnya sehingga banyak ditemui kesalahan-kesalahan

linguistiknya.

Tapi itulah puisi kalau hanya biasa-biasa saja hanya mengikuti arah yang sudah di arahkan maka tidak akan ada sebuah kreativitas di sana sehingga demi sebuah unsur kemantapan sebuah makna sebuah puisi atau keestetisan makna karya tersebut tidaklah mengapa melanggar aturan-aturan tersebut. Sehingga muncullah konsep atau teori tentang keestetisan sebuah makna karya sastra yang di ungkapkan oleh Jan Mukarovski, yang berasal dari Cekoslovia yang mengungkapkan “Penyimpangan unsur-unsur

linguistik yang disengaja untuk maksut estetika”(Alwasilah: :41).

Jadi penulisan jurnal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang adanya penyimpangan dalam unsur linguistik untuk mengedepankan makna keestetikaan pada sebuah karya sastra.

(3)

B. LANDASAN TEORI

Konsep fungsi estetika dari bahasa lahir pada masa aliran kelompok praha di Cekoslovia, dan konsep ini pertama lahir pada tahun 1930-an, dan awal 1940-1930-an, sedangkan tokoh utamanya ialah Jan Mukarovski.

Dalam bukunya Aesthetic Function, Norm, and Value as Social Fact Jan Mukarovsky seorang tokoh aliran Praha memperkenalkan penyimpangan-penyimpangan secara sengaja unsur linguistik untuk mendapatkan sebuah fungsi estetik. Dalam kasus ini lebih disepesifikan penyimpangan unsur-unsur linguistik yang cenderung kepada penyimpangan leksikal dan gramatikal dalam kaitannya dengan sebuah ketercapainaya fungsi estetik dalam suatu karya sastra. Menurut Jan Mukarovsky masalah funsi estetis itu tidak akan lepas dari penelitian formal struktural bahasa. Menurutnya telaah fungsi estetis itu muncul ketika tidak diperhatikanya lagi masalah srtuktural dalam suatu karya sastra karena lebih megedepankan esensi makna didalamnya. Dalam perkembanganya teori Jan Mukarovsky ini lebih banyak digunakaan dalam analisis unsur-unsur penyimpangan secara struktural dalam karya sastra. Karya sastra yang dinilai memliki unsur penyimpangan terbesar adalah karya sastra yang berupa puisi.

Spesifikasi bentuk penyimpangan srtuktural linguistik dalam kasus ini adalah masalah penyimpanagan leksikal dan gramatikal. Dalam semantik arti leksikal dapat dijelaskan sebagai bentuk ajektif yang diturunkan dari bentuk nomina leksikon atau makna yang bersifat leksikon,bersifat leksem, atau bersifat kata. Pada akhirnya makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang sesuai dengan objek yang diterima oleh indra, yang benar-benar ada atau nyata dalam kehidupan kita, dapat juga dikatakan makna yang sesuai dengan yang diacu atau referenya (Chaer,2007).

Makna gramatikal dapat diartikan sebagai makna yang menyangkut hubungan intrabahasa, atau makna yang muncul sebagai akibat berfungsinya sebuah kata di dalam kalimat. Gramatikal dapat juga dikatakan sebagai makna yang diperoleh dari proses gramatikal seperti proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi. Yang dalam morfologi ini disebut disebut proses morfologis proses pembentukan kata-kata dari satuan yang lain yang

(4)

merupakan bentuk dasarnya (Ramlan, 2009: 51). Dalam bahasa Indonesia terdapat tiga proses morfologis:

1. Proses pembubuhan afiks (afiksasi). 2. Proses pengulangan (reduplikasi).

3. Proses pemajemukan atau perpaduan (komposisi). Dari pejelasan mengenai makna leksikal dan gramatikal diatas, dapat disimpulkan bahwa penyimpangan secara leksikal adalah penyimpangan makna yang tidak sesuai dengan bentuk referentnya, objek yang dituju, maupun makna yang sesuai dengan makna yang ada dalam dunia nyata, sedangkan penyimpangan secara gramatikal adalah penyimpangan yang tidak sesuai dengan funsi kata dalam strukurnya, termasuk afiksasi, reduplikasi, dan komposisi.

C. PEMBAHASAN

Data Bahasa

NO KATA YANG SALAH KATA YANG BENAR

1. Sejak itu sinyal lari Sejak itu sinyal berlari 2. Hari itu berhenti nyanyi Hari itu berhenti bernyanyi 3. Dan bayang pada lari Dan bayang-bayang pada lari 4. Lorong-lorong inipun jaga Lorong-lorong inipun berjaga

5. Cemarapun gugur daun Cemarapun berguguran daun

6. Menangkap kelam kali Menangkap kelam sekali

7. Dari suatu yang hilang dilupa Dari suatu yang hilang dilupakan 8.Cinta pedih rembulan gunung Cinta sepedih rembulan dan gunung

9. Jadi biru Menjadi biru

10. Ketika bangkit bumi Ketika kebangkitan bumi 1. -Sejak itu sinyal lari (salah).

-Sejak itu sinyal berlari (benar).

Dalam kalimat sejak itu sinyal lari sudah mempunyai makna kata individu yang jelas serta terdiri dari susunan kata-kata yang sudah berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tapi, ada penyimpangan unsur linguistik di dalam kalimat ini sehingga tidak sesuai dengan aturan struktur yang ada dalam bahasa Indonesia.

Dipandang dari segi penyimpangan makna leksikal serta gramatikal pada kalimat ini, untuk penyimpangan makna dari leksikalnya tidak ada karena makna atau arti dalam kata-kata di atas sudah sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia. Tapi dari segi

(5)

kesalahan gramatikal ada kesalahan dalam kata –lari yang seharusnya berlari karena dalam kalimat itu kata -lari harus melalui proses afiksasi agar menjadi sebuah tatanan kalimat yang baku atu menjadi sebuah kata yang sempurna, yang dalam kaidah bahasa Indonesia kata -lari harus mendapat prefik atau imbuhan ber- sehingga menjadi berlari untuk menjadi penjelas dari kata sinyal sehingga dengan ada imbuan ber- maka akan jelas maksud dari kaliamat itu sehingga kalimat tersebut tidak akan ambigu. Dan berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia kata lari mempunyai arti dan kedudukan sebagai: 1. (v) melangkah dengan kecepaatn tinggi,

contoh: setelah ketahuan, pencuri itu lari pontang-panting; 2. (v) hilang; lenyap, contoh: lari semangatnya; 3. (n) arah; tujuan, contoh: polisi membuntuti ke mana larinya penjahat itu.

2. -Hari itu berhenti nyanyi (Salah). -Hari itu berhenti bernyanyi (Benar).

Dalam nukilan dari bait puisi diatas hari itu berhenti nyanyi di pandang dari segi diksinya sudah memenuhi tatanan sebuah kata yang berdasar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, karena telah mengunakan kata yang baku. Tapi dipandang dari tatanan kalimat, kalimat ini sedikit rancu dan tidak baku karena maknanya yang sedikit ambigu dikarenakan tidak mengunakan afiksasi.

Untuk lebih jelas serta dalam dalam menganalisa kalimat ini maka, untuk kesalahan dalam makna leksikal dalam pembentukan kata diatas tidak ada tapi dalam pempentukan makna berdasar kontekstualnya rancu dan ambigu. Dikarenakan oleh kata hari dalam

kamus besar bahasa indonesia adalah 1. waktu dari pagi sampai pagi lagi (yaitu satu edaran bumi pada sumbunya, 24 jam): seminggu ada tujuh. Jadi kalau kita lihat seperti itu apakah objek

yang bernama hari itu waktu, ataukah hari yang yang disebut ini adalah sebuah nama orang disinilah keambiguan kalimat tersebut berdasar makna leksikalnya. Sedangkan nyanyi yang mempunyai makana dan berkedudukan sebagai: 1. (v) mengeluarkan suara

bernada; berlagu (dengan lirik atau tidak), contoh: bekerja sambil bernyanyi dapat mengurangi kelelahan.

Sedangkan dalam segi kesalahan gramatika ada dalam kata –

nyanyi karena kata –nyanyi ini akan ambigu apabila tidak

(6)

sebuah kata yang sempurna dan membentuk sebuah kata kerja yang menjelaskan keterangan kata didepannya. Sehingga dengan demikian ini pembentukan verba taktransitif dengan prefik ber- yang menjadikan kata kerja tersebut berfungsi menguatkan dan memformalkan status verba tersebut. Karena itu prefik ini dalam pemakaian bahasa yang bersifat informal sering di hilangkan.(Alwi: 2003: 37) Seperti halnya puisi diatas karena puisi bersifat informal mana dalam kalimat itu bisa menghilangkan prefik ber- dan dengan ketidak formalannya maka makna estetis dari puisi tersebut akan bisa didapat.

3. -Dan bayang pada lari (Salah).

-Dan bayang-bayang pada lari (Benar).

Pada kalimat dan bayang pada lari diatas, dari segi penulisan kalimat nonformal jelas tidak ada masalah, tapi untuk penulisan yang formal ini ada kesalahan yang cukup fatal, yaitu dari dari proses pembentukan kata yang berarti jamak. Yang menunjukkan makna banyak kalau dalam bahasa formal dan baku harus mengunakan pengulangan kata.

Dan untuk menganalisanya, kita pandang dari kesalahan dalam makna leksikal yang berdasar pada kalimat di atas, berdasaran Kamus Besar Bahasa Indonesia kata-kata pada kalimat di atas sudah sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang bermakna dan berkedudukan sebagai: (n) 1. ruang yg tidak kena

sinar karena terlindung benda, contoh: muka adikku tidak nyata kelihatan karena ia berdiri pada bayang-bayang pintu; 2. wujud hitam yg tampak di balik benda yg kena sinar. Tapi dari segi gramatika

kalimat di atas ada kesalahan yang fatal yaitu dalam pembentukan kata jamak bayang yang seharusnya dalam tatanan bahasa indonesia harus di ulang seperti bayang-bayang. Sehingga akan jelas maka penekanan dan mana yang bukan penekanan itu kata yang jamak dan kalimat tersebut tidak rancu alias ambigu untuk dipahami. Jadi kesalahan gramatika yang terjadi di atas adalah dalam proses pembentukan kata jamak, karena keterangan pada kalimat tersebut mengisaratkan jamak sehingga objeknya bayang harus jamak.

(7)

-Lorong-lorong inipun berjaga (Benar).

Pada kalimat lorong-lorong inipun jaga di atas, dipandang dari segi penulisan kalimat non formal jelas tidak ada masalah. Karena berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia kata-kata dalam kalimat diatas tercatat adanya, dan kita sudah bisa memahami kalimat di atas karena tidak adanya kata yang bermakna ganda dan ambigu tapi ada kesalahan unsur linguistik disana dalam kata jaga.

Dipandang dari penyimpangan makna leksikal seerta gramatikal untuk tujuan estetikaan makna jelas ada pada kalimat diatas. Untuk pola penyimpangan makna leksikal tidak ada dalam kalimat diatas dan berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia kata jaga bermakna dan mempunyai kedudukan sebagai: (v) 1. bertugas

menjaga (menunggui orang sakit dsb): besok malam aku mendapat giliran berjaga di rumah sakit; 2. tidak tidur pd malam hari; bergadang: semalaman ia berjaga sehingga di sekolah mengantuk.

Sedangkan untuk penyimpangan dalam bentuk gramatikal jelas ada dalam kata –jaga karena kata jaga ini memang benar sudah berkedudukan sebagai bentuk verba tapi verba dalam bentuk non formal atau tidak baku. Sehingga kata –jaga di atas apa bila ingin menjadi kata verba yang formal atau baku harus malalui proses afiksasi dan mendapan morfofonemik untuk prefik ber-, sehingga menjadi berjaga disinilah kesalahan gramatika dalam penggalan puisi di atas.

5. -Cemarapun gugur daun (Salah). -Cemarapun berguguran daun (Benar).

Dalam kalimat cemarapun gugur daun, dipandang dari sudut pandang penulisan katanya kata-kata di atas sudah sesuai dengan

kamus besar bahasa Indonesia. Dan kalimat di atas sudah bisa

dipahami karena tidak ada kata yang belum jelas atau tidak sesuai dengan EYD.

Tapi dipandang dari kesalahan linguistik dari segi leksikal dan gramatikal maka, kalimat diatas hanya mengalami pola kesalahan dalam tataran gramatikalnya saja. Dikarenakan kata gugur didak mengalami proses afiksasi sehingga makna dari kalimat diatas menjadi makna yang tidak formal. Karena seharusnya kata gugur harus mengalami proses afiksasi penurunan verba taktransitive yang memakai konfiks ber-an.(Alwi :2003: 142)

(8)

Jadi agar kalimat di atas menjadi sebuah kalimat yang sesuai dengan kaidah tatanan bahasa Indonesia harus menggunakan konfiks ber-an yang ahirnya kalimat di atas menjadi cemarapu

berguguran daun. Tapi itulah bahasa sebuah puisi yang tidak

mengindahkan tatanan dan aturan dalam berbahasa yang bertujuan untuk mendapatkan makna estetis dari kalimat tersebut seperti yang di ungkap Mukarovski.

Sedangkan berdasar dari tataran leksikalnya kata –gugur- dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna dan berkedudukan kata sebagai:

(v) 1. jatuh sebelum masak (tentang buah-buahan); lahir sebelum waktunya (tentang bayi); runtuh (tentang tanah); 2. banyak yang gugur: bunga flamboyan jatuh berguguran ditiup angin kencang; 3. mati dalam pertempuran, contoh: dua orang prajurit gugur dalam pertempuran itu; 4.(n) sesuatu yang digugurkan, contoh: guguran lava pijar gunung merapi.

6. -Menangkap kelam kali (Salah). -Menangkap kelam sekali (Benar).

Pada kalimat penggalan puisi di atas, menggunakan kata-kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tapi ada satu kata yang memiliki arti lebih dari satu sehingga makna dari kalimat dia atas masih sulit untuk dipahami.

Untuk lebih jelasnya maka dipandang dari segi tatanan leksikal serta gramatikal kalimat diatas bermasalah, karena kebingungan dalam memahami makna pada kalimat diatas, karena ketidak jelasannya. Dalam tatanan leksikal kata yang bermasalah adalah kali dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kali memiliki empat makna dan berkedudukan kata sebagai berikut:

1. (n) kata untuk menyatakan kekerapan tindakan, contoh: dalam satu minggu ini, dia sudah empat kali datang ke rumahku, 2. (n) sungai, contoh : sungai yang tidak berair lagi, ketiga : (adv) barangkali, contoh : barangkali dia sakit, empat : (n) pejabat tinggi di Sulawesi Selatan.

Jadi dengan seperti itu maka akan sulit untuk dimengerti oleh orang yang tidak paham akan bahasa sastra.

(9)

Tapi kalau maksud dari kalimat di atas kali adalah menerangkan kelam yang teramat dan sangat maka kata kali harus menggunakan prefiks se- agar sesuai dengan Kamus Besar Bahasa

Indonesia yang artinya : (adv) amat; sangat, contoh : kamus ini murah sekali. Dan menjadikan kalimat di atas mudah dimengerti dan

sesuai dengan tatanan bahasa formal, ini kalau dipandang dari segi gramatikalnya.

7. -Dari suatu yang hilang dilupa (Salah). -Dari suatu yang hilang dilupakan (Benar).

Dari penggalan puisi karya Goenawan Mohamad diatas, kata-katanya sudah sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dan sudah bisa dipahami maknanya, tapi tetap saja ada penyimpangan unsur linguistik dari kaidah bahasa Indonesia disitu yang dihilangkan sehingga kalimat diatas menjadi sebuah kalimat yang tidak formal.

Dalam bentuk leksikalnya kalimat diatas sudah jelas makna perkatanya sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia, hanya kesalahan dari kata dilupa- yang seharusnya dalam kaidah tatanan bahasa yang formal diIndonesia menggunakan sufiks –kan. Sehingga kalimat diatas menjadi dari suatu yang hilang kemudian

dilupakan, sehingga jelas dan mudah dimengerti oleh semua orang.

Sedangkan arti dilupa tidak ada karena merupakan preposisi dan ini bergabung dengan lupa, sedangkan lupa memiki arti dan kedudukan sebagai: (v) 1. lepas dari ingatan; tidak dl pikiran (ingatan) lagi,

contohi: karena sudah lama, ia lupa akan peristiwa itu; 2. menjadikan lupa; menghapus dari ingatan,contoh: saya harap Saudara dapat melupakan perselisihan kita itu.

8. -Cinta pedih rembulan gunung (Salah). -Cinta sepedih rembulan dan gunung (Benar).

Pada kalimat ini, Sudah mempunyai makna yang jelas pata tatanan penggunaan huruf pada kalimat tersebut dan sesuai dengan

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dan kata-kata dari kalimat tersebut

sudah sesuai dengan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku atau EYD. Jadi dalam struktur leksikal pada kalimat diatas tidak ada masalah dan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Tapi dari segi gramatikalnya ada kesalahan pada kaliamat diatas yaitu pada kata –pedih, karena pedih adalah mempunyai

(10)

kedudukan sebagai adverbia (adv) maka pempentukan adverbia yang sesuai dengan kaidah dan tatanan bahasa Indonesia yang baku dan formal harus menggunakan imbuhan se- sehingga menjadi

sepedih. Jadi kalimat di atas menjadi cinta sepedih rembulan

gunung, dan seharusnya ada conjungsi dan antar rembulan dan gunung disitu gunanya untung menyamakan antara gunung dan rembulan tadi karena sama-sama mempunyai bentuk kata kerja. Sehingga menjadi kalimat yang formal dan baku. Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia kata pedih bermakna dan mempunyai

kedudukan sebagai: 1. (A) berasa sakit, seperti luka dicuci dng

sublimat: lukanya terasa pedih karena obat.

9. -Jadi biru (Salah) -Menjadi biru (Benar)

Kalimat jadi biru adalah sebuah kalimat yang tidak sempurnya karena susunannya belum sempurna, karena sabjek pada kalimat ini masih abstrak. Untuk leksikalnya kalimat di atas sudah sesuai dengan kamus besar bahasa Indonesia, karena kedua kata tersebut sudah tercantum pada Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Dari segi gramatikalnya kalimat tersebut rancu pada subjeknya, serta kesalahan dalam unsur linguistik -jadi yang pada

Kamus Besar Bahasa Indonesia -jadi itu berkedudukan sebagai kata

kerja dan mempunyai dua arti yang berbeda yang pertama adalah:

1. (v) langsung berlaku (dilakukan, dikerjakan); tidak batal, contoh: kemarin ia jadi pergi ke Bogor, 2 menyebabkan, contoh: hal itu akan menjadikan orang lain marah-marah, 3 terdiri atas: panitia terjadi dari dua orang wakil pengusaha dan dua orang wakil buruh, 4. lahir; dilahirkan, contoh: ketika itu engkau baru jadi, dan yang kedua : ja·di Ar n Kaprikornus.

Yang paling sangat relevan dari maksud kata –jadi diatas pasti adalah arti dari makna yang pertama. Dan untuk membuat kata kerja menjadi sebuah kata kerja yang sempurna serta formal maka membutuhkan prefiks men- sehingga membentuk kata menjadi yang ahirnya menjadi tatanan bahasa yang formal.

10. Ketika bangkit bumi (Salah). Ketika kebangkitan bumi (Benar).

(11)

Kalimat diatas berdasar Kamus Besar Bahasa Indonesia sudah menggunakan kata-kata yang sesuai. Dan sudah bisa dipahami meskipun ada kesalahan pada kalimat tersebut tapi pemahamannya akan ambigu karena akan terjadi perbedaan tafsiran antara kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa indonesia dan tidak.

Berdasar kesalahan linguistik dalam bentuk leksikal atau gramatikalnya, hanya terjadi kesalahan pada pola gramatikalnya yaitu pada pembentukan kata kerja bangkit yang apabila berdasar kaidah tatanan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta formal maka kata bangkit itu harus menggunakan penurunan verba taktransitif ke-an yang ahirnya menjadi kebangkitan sehingga maknanyapun jelas yaitu yang bangkit adalah bumi. Kalau belum mengalami proses afiksasi kata kerja bangkit tidak formal dan tidak baku dan masih menjadikan makna dari kalimat di atas sedikit membingungkan dan belum jelas.

Sedangkan arti kata bangkit sendiri dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia adalah:

(v) 1. bangun (dari tidur, duduk) lalu berdiri, contoh: ia bangun dari duduknya; ia bangun berdiri sambil mempersilakan tamunya duduk; 2. menggerakkan supaya bangkit; membangunkan menimbulkan (penyakit, marah, dsb, contoh): membangkitkan marah; membangkitkan nafsu makan; 3. (n) kebangunan (menjadi sadar, contoh): kebangkitan Indonesia hanyalah satu bagian dari kebangkitan umum di Asia.

D. KESIMPULAN

Kesimpulan dari pembahasan di atas bahwa, penyimpangan unsur linguistik pada puisi karangan Goenawan Mohamad ini banyak terjadi pada proses morfogisnya yaitu antara proses pembubuhan afiks (afiksasi), proses pengulangan (reduplikasi), proses pemajemukan atau perpaduan (komposisi). Dimana kadang banyak menghilangkan afiks ber-, meng-, ke-, ke-an, -kan, se-. Meskipun kita tidak memungkiri tidak hanya dari sudut pandang itu kesalahanya, Tapi yang mendominasi dari semua itu adalah penghilangan proses pembentukan kata menjadi sempurna atau

(12)

proses afiksasi dalam bahasa formal. Sehingga mengurangi kualitas dari bahasa tersebut atau kalimat menjadi tidak formal serta sulit untuk dipahami, karena afiks yang berguna untuk menyempurnkan sebuah kata kerja dihilangkan.

Tapi terlepas dari semua itu puisi mempunyai bahasa dan ciri sendiri dalam penyusunan kalimatnya. Sehingga, mereka tidak terlalu memusingkan dengan aturan-aturan gramatika sebuah bahasa. Yang bertujuan tidaklah bukan untuk mengejar nilai serta kekuataan atau keestetisan sebuah makna puisi atau karya sastra, dan bahasa demikian halnya mungkin akan kita dapati pada bentuk puisi serta karya model-model sastra yang lainnya.

E. DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A. Chaedar. Beberapa madzhab dan Dikotomi Linguistik. Bandung: Angkasa. 1993.

Alwi, Hasan. Dardjowidjojo, Soejono. Lapoliwa, Has. M Moeliono, Anton. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Kridalaksana, Harimurti. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia, 2008. Print.

Mohamad, Goenawan, Sajak-Sajak Lengkap 1961-2001. Jakarta. Metafor Intermedia Indonesia. 2001.

Republik Indonesia, Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar

Bahasa Indonesia online. Jakarta. Pusat Bahasa. 2008.

Akses 24 juni 2012.

Ramlan, M. Ilmu Bahasa Indonesia, Morfologi. Yogyakarta: C.V. Karyono. 2009. Print.

Referensi

Dokumen terkait

bahwa guna meningkatkan cakupan dan pemerataan irigasi bagi masyarakat petani khususnya di wilayah Desa Marga Batin, Desa Sumber Jaya dan Desa Sumber Rejo Kecamatan

Pelanggaran berat yang dimaksudkan dalam poin diatas adalah jika Anggota telah tervonis sebagai terpidana kasus pidana berat, termasuk tapi tidak terbatas pada pembunuhan,

Untuk batang konduktor yang ditanam tegak lurus pada permukaan tanah, maka harus diperhitungkan pengaruh bayang-bayang konduktor tersebut, sehingga tahanan elektroda

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh pakar perikanan didapatkan bahwa lampu hijau dapat mengusir penyu sehingga dilakukan ujicoba penggunaan lampu hijau

Pasir adalah media filter yang paling umum dipakai dalam proses penjernihan air, tetapi tidak semua pasir bisa dijadikan sebagai media filter.. Pemilahan pasir perlu

Makalah ini menjelaskan perilaku tetes dalam kolom isian yang ditampilkan dalam bentuk kurva distribusi ukuran tetesan di sepanjang kolom isian pada berbagai laju alir fasa

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) yang dimaksud adalah dengan metode Self Asesment wajib pajak diberikan dan dipercayakan oleh Undang-undang untuk menghitung pajaknya

Dari analisis aspek pasar, aspek teknik, aspek sosial-ekonomi, serta aspek keuangan dengan penilaian investasi Payback Period (PP), Average Rate of Return(ARR),