• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUGIYARTO Jurusan Biologi FMIPA UNS Jl Ir Sutami 36 A Surakarta; sugiyarto ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUGIYARTO Jurusan Biologi FMIPA UNS Jl Ir Sutami 36 A Surakarta; sugiyarto ABSTRAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kajian Struktur dan Komposisi Pohon di Area Kampus UNS Kentingan Surakarta Sebagai Pendukung ProgramGreen Campus

(Study of Structure and Composition of Tree at Campus Area of UNS Kentingan Surakarta toward Support Green Campus Program)

SUGIYARTO

Jurusan Biologi FMIPA UNS Jl Ir Sutami 36 A Surakarta; email: sugiyarto _ys@yahoo.com

ABSTRAK

Kawasan kampus UNS Kentingan dipandang sebagai kawasan yang kaya akan keragaman vegetasi sehingga berperan penting untuk fungsi penyelamatan kekayaan hayati, sarana pendidikan dan menopang keseimbangan lingkungan kota Surakarta. Ironisnya hingga saat ini belum tersedia data-base kekayaan hayati di kawasan tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk menyusun dan mendokumentasikan struktur dan komposisi pohon di kawasan kampus UNS Kentingan sebagai dasar pengembangan kampus konservasi terpadu dalam rangkaian

program green campus. Pengumpulan data dilakukan dengan metode sensus berdasarkan

zona-zona pengelolaannya meliputi data jenis, populasi, serta posisi sebarannya. Analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif, meliputi perbandingan indeks keanekaragaman, struktur dan pola sebarannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di area kampus UNS Kentingan didapatkan sejumlah 8577 individu pohon, terdiri dari 151 jenis dengan nilai indeks diversitas 0,94. Jenis-jenis pohon dominan berturut-turut adalah angsana (Pterocarpus indicus) dengan INP 0,363, akasia (Acasia auriculiformis) dengan INP 0,093 dan (Tectona grandis) dengan INP 0,069. Penyebaran pohon tidak merata, 2 zona paling padat adalah di Fakultas Teknik dan Pertanian. Zona paling banyak jenisnya adalah di sekitar Stadion, sedangkan yang paling tinggi indeks keanekaragamannya adalah Fkedokteran-MIPA.

Kata kunci:green campus,UNS, keanekaragaman hayati, konservasi, vegetasi

ABSTRACT

Campus area of UNS Kentingan show high diversity of vegetaiont, while it contribute in saving of biodiversity, as education means and support to environment equilibrium at Solo city. Unfortunately, there is not available data-base of it’s biodiversity. The purpose of this research were to record and to arrangeof tree biodiversity document at campus area of UNS Kentingan to develop it as integrated conservation campus in green campus program. Data of trees were collected by census method on 10 zones of campus area, comprise: species, population and their distribution. Datas were analyzed descriptive-quantitatively. The results showed that there were 8577 individus of tree at campus area of UNS Kentingan, included in 151 specieses with diversity index 0,94 respectively. Three of most dominant specieses were angsana (Pterocarpus indicus) with IVI 0,363, acasia (Acasia auriculiformis) with IVI 0,093 and teak (Tectona grandis) with IVI 0,069. Trees were distributed randomly, 2 zones most

dense were at Faculty of Technic and Faculty of Agriculture areas. The most highest

number of species was recorded at Stadium area, but the most diverse one was recorded at Faculty of Medicine-MNS area.

(2)
(3)

PENDAHULUAN

Kota merupakan pusat peradapan manusia yang menghadapi dampak terbesar karena perubahan lingkungan hingga menuju fenomena bunuh diri ekologis. Bencana banjir, krisis air bersih, penyakit lingkungan, pencemaran lingkungan dan berbagai problematika sosial-lingkungan menjadi beban berat bagi pembangunan wilayah perkotaan umumnya (Joga dan Ismaun, 2011). Keunggulan ekonomi perkotaan merupakan pemicu bagi terjadinya urbanisasi sehingga menambah beban lingkungan kota dengan peningkatan jumlah penduduk, industrialisasi, pencemaran, konflik sosial dan semakin sempitnya lahan untuk pertanaman (Irwan, 2005).

Ancaman terjadinya pemanasan global akhir-akhir ini berimplikasi pada peningkatan kebutuhan masyarakat, khususnya di perkotaan, akan keberadaan hutan kota (Syamsurijal, 2008). Oleh sebab itu perlu adanya gerakan percepatan pembangunan kota menuju kota hijau, paling tidak dapat mengimbangi percepatan degradasi lingkungan tersebut. Lahan-lahan yang masih tersisa diarahkan untuk membangun hutan kota. Hutan kota merupakan pendekatan dan penerapan salah satu atau beberapa fungsi hutan dalam kelompok vegetasi di perkotaan untuk mencapai tujuan proteksi, rekreasi, estetika, dan kegunaan fungsi lainnya bagi kepentingan masyarakat perkotaan (Sundari, 2007). Hutan kota sangat penting artinya bagi

pengurangan kandungan CO2 melalui fiksasi oleh vegetasi dan pemenuhan kebutuhan O2

untuk pernafasan khususnya manusia (Gratimah, 2009; Septrianaet al., 2012). Khusus dalam pengelolaan lingkungan perkotaan di Indonesia telah ditetapkan UU no 26/2007 yang mensyaratkan adanya RTH sebanyak 30% luas wilayah untuk kepentingan pengelolaan tumbuhan/vegetasi (Joga dan Ismaun, 2011).

Kampus UNS Kentingan dengan luas sekitar 60 hektar sangat berpotensi dimanfaatkan untuk pembangunan bagian dari hutan kota Surakarta. Pemanfaatannya sebagai

kampus konservasi adalah suatu harapan besar agar lahan tersebut dapat berfungsi ganda dalam penyelesaian masalah lingkungan sekaligus sebagai wahana pendidikan (Sugiyarto,

2011). Semangat untuk membangun green campus akhir-akhir ini juga mendukung

dilakukannya evaluasi dan dukungan terhadap terwujudnya lingkungan kampus yang indah, nyaman dan bernilai pendidikan yang tinggi. Untuk kepentingan itu diperlukan perencanaan yang matang guna menentukan skala prioritas penanganan dan mengoptimalkan fungsinya ke depan. Selama ini kampus UNS Kentingan sudah banyak dikenal sebagai kampus hijau, akan tetapi data dasar tentang kekayaan vegetasi di area tersebut belum tersedia sehingga tidak ada landasan kuat dalam perencanaan penataan ruang/lahan ke depan. Identifikasi kekayaan hayati, baik flora maupun fauna yang sudah ada sangat diperlukan untuk dasar pengembangannya. Untuk kepentingan itulah penelitian tentang struktur dan komposisi pohon di area kampus UNS Kentingan ini dilakukan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Nopember 2012. Tempat penelitian di kampus UNS Kentingan, Jl Ir Sutami 36 A Surakarta seluas kurang lebih 60 hektar.

Identifikasi, kuantifikasi dan analisis data dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA UNS Surakarta.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: kamera, rol-meter, haga-meter, sasak, jaring serasah, loupe, mikroskop, thermo-hygrohaga-meter, anemohaga-meter, lux-haga-meter, GPS, peta topografi area kampus UNS Kentingan dan timbangan analitik. Bahan-bahan penelitian meliputi: sampel daun, bunga/buah pohon, kertas koran, herbarium/specimen pembanding dan buku acuan identifikasi.

(4)

Rancangan dan Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sensus. Lokasi dibagi menjadi 10 zona pengamatan, yaitu: 1. Zona stadion dan sekitarnya, 2. Zona Fakultas Kedokteran-MIPA, 3. Zona Fakultas Pertanian, 4. Zona Fakultas KIP dan Pascasarjana, 5. Zona Fakultas Hukum, 6. Zona Fakultas Ekonomi dan ISIP, 7. Zona Fakultas Sastra dan sekitarnya, 8. Zona Fakultas Teknik, 9. Zona Gedung Pusat-Perpustakaan dan sekitarnya, dan 10. Zona depan kampus (LPPM-PSL dan sekitarnya) (Gambar 1)

Pada ke-10 zona pengamatan dilakukan pengukuran beberapa variable, meliputi: 1.

Luas area zona kajian dengan menggunakan metode gravimetri, 2. Data profil vegetasi,

meliputi: a. Jenis pohon; untuk pohon yang belum teridentifikasi diambil sampelnya, dibuat herbarium dan diidentifikasi di laboratorium, b. Cacah individu pohon, c. Luas basal area; diukur berdasar diameter batang setinggi dada dengan cara mengukur lingkaran pohon, kemudian dihitung : Diameter = keliling pohon / 3.14 (Dharmono, 2007).

Analisis Data

Pada masing-masing zona pengamatan dilakukan analisis vegetasi. Metode analisis menggunakan parameter kuantitatif yang mengacu kepada Kusmana (1997). Rumus yang digunakan dalam penentuan struktur dan komposisi vegetasi hutan kota:

1. Kerapatan (ind/ha) = Jumlah individu suatu jenis Luas area unit pengamatan

2. Kerapatan Relatif (%) = Total cacah individu suatu jenis X100%

Total cacah individu seluruh spesies 3. Dominansi (cm2/ha) = Luas bidang dasar suatu jenis

Luas area unit pengamatan

4. Dominansi Relatif (%) = Luas bidang dasar suatu jenis X100%

Luas bidang dasar seluruh jenis 5. Nilai Penting = KR + DR

6. Indeks Keanekaragaman Simpson

=1

  n i 1             N ni x            N ni Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman Simpson; ni = populasi dari setiap spesies; N = total populasi seluruh jenis (Ludwig and Reynold, 1988; Simon, 1993, Teodoridiset al., 2011).

(5)

Gambar 1. Letak zona pengamatan di kampus UNS Kentingan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keberadaan vegetasi di lingkungan publik memiliki arti sangat penting, baik dari segi estetika, edukasi, kesehatan maupun dalam menunjang etos kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Area kampus membutuhkan daya dukung lingkungan untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar para sivitas akademik. Populasi, keragaman dan penataan yang baik dari vegetasi di lingkungan kampus memberikan arti tersendiri bagi peningkatan produktivitas di bidang akademik. Beberapa kampus di Indonesia yang memiliki cukup banyak kekayaan vegetasi dijadikan obyek kunjungan wisata atau olahraga publik,

untuk penelitian bahkan untuk sarana menunjang penghasilan. Kusratmoko et al. (2002)

melaporkan bahwa keberadaan vegetasi di lahan hutan kota kampus Universitas Indonesia berperan penting dalam mengendalian aliran permukaan dan dalam tanah terutama pada kejadian-kejadian hujan konvektif. Tamin et al. (2012) telah mengisolasi 3 jenis CMA dari hutan kampus Universitas Jambi yang direncanakan untuk produksi pupuk hayati. Kampus UNNES Semarang juga telah mengembangkan kampus konservasi dan memproduksi kompos dari seresah yang dihasilkan pohon-pohon di dalam area kampus guna menunjang program

(6)

penghijauan di dalam dan di luar area kampus. Gerakan go green yang banyak dilakukan berbagai lembaga akhir-akhir ini juga dilaksanakan di kawasan berbagai kampus di Indonesia

dengan membangun green campus dalam rangka menyambut himbauan dunia tentang

penanganan gejala pemanasan global.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa area kampus UNS Kentingan, Surakarta yang juga dikenal sebagai kampus hijau sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kampus konservasi terpadu. Vegetasi di area kampus UNS Kentingan tersusun dari kelompok pohon (tanaman peneduh jalan maupun area kosong), perdu (kebanyakan tanaman hias dan sebagian kecil tanaman liar) dan herba (rumput penutup tanah, baik ditanam maupun liar). Total jenis pohon di area kampus UNS Kentingan adalah 151 (Tabel 1, Gambar 2)

dengan nilai indeks keanekaragaman Simpson 0,94. Hal ini menunjukkan nilai

keanekaragaman hayati yang tinggi. Keberagaman jenis dan umur pohon memberikan keragaman mikrohabitat bagi organisme lain yang berasosiasi serta berkontribusi bagi pengaturan keseimbangan lingkungan abiotik, semisal suhu, kelembapan, kecepatan angin dan intensitas cahaya. Keberagaman vegetasi di area kampus UNS Kentingan sebenarnya masih jauh lebih tinggi sebab dalam penelitian ini kelompok herba, perdu maupun pohon-pohon tak berkayu semisal berbagai jenis palem tidak ikut diamati.

Dari 151 jenis pohon cenderung tersebar merata di seluruh area kampus (Gambar 2). Hal ini ditunjukkan dengan tingginya jumlah jenis pohon di masing-masing zona pengamatan (rata-rata > 50 jenis). Di antara 10 zona pengamatan ditunjukkan bahwa jumlah jenis pohon tertinggi dijumpai di sekitar stadion (71 jenis), Fakultas Teknik (70 jenis) dan sekitar gedung pusat/Rektorat (63 jenis). Tingginya jumlah jenis pohon di kedua tempat pertama

dikarenakan tempat tersebut digunakan sebagai tempat penanaman jenis-jenis tanaman

langka oleh guru besar. Selain itu, sekitar 3 ha lahan di area dekat Fakultas Teknik juga ditetapkan sebagai hutan kota oleh Pemda Surakarta sehingga secara sengaja juga ditanam berbagai jenis tanaman koleksi. Penyebaran dan keragaman jenis pohon di suatu bentang lahan penting artinya bagi peningkatan fungsi vegetasi bagi stabilitas lingkungan, baik biotik maupun abiotik (Bhatt and Khanal, 2010). Semakin merata persebaran mengindikasikan semakin baiknya pengelolaan pohon sehingga dampak lingkungan yang ditimbulkan semakin baik pula (Devi and Yadava, 2006). Struktur kanopi dan perakaran dari jenis-jenis yang berbeda akan membentuk stratifikasi sehingga efisien dalam eksploitasi sumberdaya alam yang tersedia (Indriyanto, 2006). Keragaman jenis pohon juga memungkinkan peningkatan keragaman satwa dan mikrobia dekomposer di lingkungan tersebut.

Berbeda dengan data jumlah jenis tertinggi, berdasarkan hasil analisis indeks

keanekaragaman Simpson, area FKedokteran-MIPA menunjukkan nilai tertinggi (0,95)

diikuti area Fekonomi-ISIP (0,94) dan area gedung Pusat dan sekitarnya (0,93). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun jumlah jenis pohon pada lokasi-lokasi tersebut relatif rendah, namun populasinya relatif tidak berbeda satu dengan lainnya atau tidak ada dominansi jenis. Sebaliknya, di area FTeknik meskipun jumlah jenisnya banyak, namun nilai indeks keanekaragamannnya rendah sebab populasi beberapa jenis pohon, terutama jati dan mahoni sangat dominan. Tingginya keragaman jenis pohon di area kampus UNS Kentingan juga ditunjukkan dengan masih cukup rendahnya nilai dominansi jumlah individu dari jenis-jenis pohon dengan populasi tinggi (Gambar 3). Populasi pohon tertinggi ditunjukkan oleh jati (Tectona grandis) 15%, mahoni (Switenia mahagoni) 12% dan angsana (Pterocarpus indicus) 9%. Dengan demikian masih lebih dari 60% tersusun dari jenis-jenis pohon yang lainnya. Dominansi ketiga jenis pohon tersebut disebabkan oleh karena pada tahap awal penghijauan kampus memang sengaja dipilihkan jenis-jenis pohon yang cepat tumbuh (fast growth) dan sesuai dengan kondisi lahan setempat yang tanahnya cenderung berkapur sehingga fungsinya sebagai penutup lahan dan perindang terpenuhi.

(7)

Tabel 1. Struktur dan komposisi vegetasi 10 zona pengamatan di area kampus UNS Kentingan

No Zona pengamatan Luas

lahan (ha) Σ jenis Σ indiv. Kepadatan (ind./ha) Indeks diversitas

Jenis pohon dengan jumlah individu terbanyak 1 Stadion dan sekitarnya 8,65 71 743 85,90 0.8945 Jati (Tectona grandis) 2 Fakultas Kedokteran-MIPA 7,01 61 736 104,99 0.9534 Glodokan (Polyalthia longifolia) 3 Fakultas Pertanian 6,40 55 1645 257,03 0.9043 Flamboyan (Delonix regia)

4 Fakultas KIP dan

Pascasarjana

6,83 53 633 92,67 0.9264 Glodokan

(Polyalthia longifolia)

5 Fakultas Hukum 3,89 47 369 94,85 0.8281 Jati

(Tectona grandis) 6 Fakultas Ekonomi dan ISIP 4,10 38 457 111,46 0.9416 Angsana (Pterocarpus indicus) 7 Fakultas Sastra dan sekitarnya 3,63 43 590 162,53 0.9150 Mahoni (Switenia mahagoni)

8 Fakultas Teknik 7,14 70 1927 269,88 0.8424 Jati

(Tectona grandis)

9 Gedung Pusat dan

sekitarnya 7,39 63 808 109,33 0.9322 Angsana (Pterocarpus indicus) 10 LPPM-PSL dan sekitarnya 4,15 41 519 125,06 0.9199 Angsana (Pterocarpus indicus)

Total 59,19 151 8577 141,372 0.9408 Jati (Tectona grandis)

Gambar 2. Komposisi jumlah jenis pohon 10 zona pengamatan di area kampus UNS Kentingan

Selain itu untuk program penghijauan melalui gerakan go green akhir-akhir ini

kebanyakan jenis bibit pohon yang disumbangkan adalah jenis jati dan mahoni untuk mempercepat pemenuhan penutupan ruang dalam rangka pembentukan hutan kota di area

71 61 55 53 47 38 43 70 63 41 0 10 20 30 40 50 60 70 80

(8)

kampus UNS Kentingan. Terkait adanya dominansi beberapa jenis pohon ini nampaknya perlu dievaluasi ulang dalam rangka penataan lebih lanjut. Keberadaan pohon-pohon besar, semisal angsana, asam belanda, mahoni dan akasia yang berukuran besar perlu adanya pemangkasan dan atau penebangan guna memberikan ruang tumbuh bagi jenis-jenis pohon lainnya. Selain itu jenis-jenis tersebut juga tidak termasuk jenis-jenis pohon penghasil pakan satwa sehingga kurang mendukung usaha konservasi atau penganekaragaman satwa, terutama burung di area kampus.

Gambar 3. Prosentase jumlah individu 10 jenis pohon dengan jumlah individu terbanyak di area kampus UNS Kentingan

Gambar 4. Kerapatan pohon (individu/ha) 10 zona pengamatan di area kampus UNS Kentingan

Ditinjau dari jumlah dan kerapatan pohonnya nampak bahwa jarak tumbuh antar pohon tidak merata untuk seluruh area kampus. Di lingkungan Fakultas Teknik dan Pertanian menunjukkan kerapatan maupun jumlah pohon jauh lebih tinggi dibanding zona pengamatan lainnya (Gambar 4 dan 5). Kerapatan pohon rata-rata adalah 141 individu/ha, sedangkan di

15% 12% 9% 7% 6% 4% 3% 3% 2% 2% 37%

Jati (Tectona grandis) Mahoni (Switenia mahagoni) Angsana (Pterocarpus indicus) Flamboyan (Delonix regia) Glodokan (Polyathia longifolia) Akasia (Acacia auriculiformis) Kere payung (Filicium desippiens) Mangga (Mangifera indica) Ketapang (Terminalia cattapa) Pule (Alstonia scholaris) Lain-lain 85.895 104.993 257.031 92.679 94.858 111.463 162.534 269.888 109.337 125.06 0 50 100 150 200 250 300

(9)

kedua tempat tersebut masing-masing 270 ind./ha dan 257 ind./ha. Adapun jumlah total pohon teramati di area kampus UNS Kentingan adalah 8577 individu, sedangkan di kedua zona terpadat adalah 1927 individu dan 1645 individu. Tingginya kerapatan pohon di kedua zona tersebut disebabkan oleh banyaknya pohon-pohon tanaman baru dalam program penghijauan serta benih-benih yang tumbuh alami hasil pertumbuhan biji yang jatuh semisal flamboyan (Delonix regia).

Gambar 5. Cacah individu pohon 10 zona pengamatan di area kampus UNS Kentingan

Tabel 2. Nilai dominansi relatif (DR), kerapatan realtif (KR) dan indeks nilai penting (INP) dari 10 jenis pohon dominan di kampus UNS Kentingan

No Jenis pohon DR KR INP

1 Acasia auriculiformis 0.0593 0.0336 0.0929 2 Delonix regia 0.0189 0.0043 0.0232 3 Ficus benjamina 0.0276 0.0001 0.0277 4 Filicium desipiens 0.0286 0.0008 0.0294 5 Guazumma ulmifolia 0.0158 0.0000 0.0158 6 Pithocellobium dulce 0.0442 0.0002 0.0444 7 Pterocarpus indicus 0.3555 0.0075 0.3630 8 Swietenia mahagoni 0.0515 0.0140 0.0529 9 Tectonia grandis 0.0448 0.0240 0.0688 10 Alstonia scholaris 0.0023 0.0225 0.0248 11 Jenis lain - - 1,1149

Berdasarkan penghitungan luas basal area maupun indeks nilai pentingnya, pohon

angsana (Pterocarpus indicus) menunjukkan nilai jauh lebih tinggi dibanding jenis-jenis pohon lainnya disusul jenis pohon akasia (Acasia auriculiformis) dan mahoni (Swietenia mahagony) (Tabel 2). Kondisi ini mengindikasikan bahwa jenis pohon perintis tersebut sangat mendominasi kawasan kampus UNS Kentingan. Keberadaan jenis pohon ini di satu sisi memberikan kontribusi besar bagai pengaturan lingkungan klimatik sehingga suasana menjadi lebih teduh, suhu udara relatif rendah karena pengaruh kanopinya yang lebat, namun di sisi lain berpengaruh negatif bagi pertumbuhan dan perkembangan jenis-jenis pohon

Stadion dan

sekitarnya, 743 Kedokteran-MIPA,Fakultas 736

Fakultas Pertanian, 1645

Fakultas KIP dan Pascasarjana, 633 Fakultas Hukum,

369 Fakultas Ekonomi

dan ISIP, 457 Fakultas Sastra dan

sekitarnya, 590 Fakultas Teknik,

1927 Gedung Pusat dan

sekitarnya, 808

LPPM-PSL dan sekitarnya, 519

(10)

lainnya. Kedua jenis terakhir dikenal sebagai jenis pohon yang menghasilkan senyawa alelopaty yang mampu menghalangi pertumbuhan tumbuhan di sekitarnya.

Akan tetapi pohon angsana juga berpotensi sebagai sumber seresah yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kompos yang berkualitas karena jenis tanaman ini tergolong Leguminoseae yang berpotensi memiliki kandungan nitrogen tinggi. Potensi ini juga didukung oleh dominasi jenis pohon akasia (Acasia auriculiformis) yang juga termasuk Leguminoseae tetapi memeliki kualitas daun yang sulit terdekomposisi. Kombinasi kedua seresah tersebut sebagai bahan kompos akan menghasilkan kualitas pupuk yang baik. Dalam hal ini diperlukan penelitian lebih lanjut.

KESIMPULAN

1. Di area kampus UNS Kentingan didapatkan sejumlah 8577 individu pohon, terdiri dari 151 jenis dengan nilai indeks diversitas 0,94.

2. Jenis-jenis pohon dominan berturut-turut adalah angsana (Pterocarpus indicus) dengan INP 0,363, akasia (Acasia auriculiformis) dengan INP 0,093 dan (Tectona grandis) dengan INP 0,069.

3. Penyebaran pohon tidak merata, 2 zona paling padat adalah di Fakultas Teknik dan Pertanian

4. Zona yang paling banyak jenisnya adalah di sekitar Stadion, sedangkan yang menunjukkan indeks keanekaragaman tertinggi adalah di area FKedokteran-MIPA.

DAFTAR PUSTAKA

Bhatt, RP. And S.N, Khanal. 2010. Vegetation analysis and differences in local environment variables in indrowati hydropower project areas in Nepal.International Research Journal of Plant Science1(4): 084 – 093.

Devi, L.S and P.S.Yadava. 2006. Floristic diversity assessment and vegetation analysis of tropical semievergreen forest of Manipur, North East India.Tropical Ecology47 (1): 89-98

Dharmono. 2007. Dampak Tumbuhan Gelam (Melaleuca cajuputiPowell) Terhadap Struktur

dan Komposisi Vegetasi Lahan Gambut (Studi Kasus Terhadap 4 Lahan Gambut di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan.Bioscientiae.4 (1) : 19-28

Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta.

Fandeli, C., Kaharuddin dan Mukhlison. 2004. Perhutanan Kota. Fakultas Kehutanan UGM. Jogyakarta.

Gratimah, RD.G. 2009. Analisis kebutuhan hutan kota sebagai penyerap gas CO2 Antropogenik di pusat kota Medan. TESIS. FMIPA USU. Medan.

Hamdani, Marsono, D. dan Gunawan, T. 2002. Pengaruh Konversi Hutan Kota Dan Hutan Sekunder Sekitarnya Terhadap Lingkungan Fisik Dan Sosial Di Kota Tanjung Selor.

TeknosainsXV (2): 9-15

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara. Jakarta.

Irwan, Z.D. 2005. Tantangan Lingkungan & Lansekap Hutan Kota. Bumi Aksara. Jakarta. Joga, N. dan Ismaun, I. 2011. RTH 30%; Resolusi Kota Hijau. PT Gramedia Pustaka Utama,

Jakarta.

Kusratmoko, E., Sukanta, D. Tambunan, M.P. dan Sobirin. 2002. Studi hidrologi hutan kota

kampus Universitas Indonesia Depok.MAKARA SAINS.6(1): 7-14

Mangkara, S.B. 2012. Struktur Dan Komposisi Vegetasi Hutan Kota Serta Pengaruhnya Terhadap Faktor Klimatik Di Kawasan Taman Wisata Kota Surakarta. SKRIPSI. Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta.

(11)

Septriana, D., Indrawan, A., Dahlan, E.N. dan N. Suratijaya. 2004. Prediksi kebutuhan

oksigen kota berbasis oksigen di kota Padang, Sumatera Barat. Jurnal Manajemen

Hutan TropikaX (2): 47-57.

Setiawan A, Alikodra HS, Gunawan A, Darnaedi D. 2006. Keanekaragaman jenis pohon dan

burung di beberapa areal hutan kota Bandar Lampung.Jurnal Manajemen Hutan

TropikaXII (1) : 1-13

Simon, H. 1993. Metode Inventore Hutan. Penerbit Aditya Media, Yogyakarta. Sundari, E.S. 2007. Studi Untuk Menentukan Fungsi Hutan Kota Dalam Masalah

Lingkungan Perkotaan.Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota7 (2) : 1-16

Tamin, R.P., Nursanti dan Albayudi. 2012. Identifikasi Jenis dan Perbanyakan Endomikoriza Lokal di Hutan Kampus Unviversitas Jambi.Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains14 (1): 23 – 28.

TEAM SOS. 2011. Pemanasan Global, solusi dan peluang bisnis. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Teodoridis, V., Kovar-Eder, J. And P. Mazouch. 2011. Integrated plant record (IPR) vegetation analysis applied to modern vegetation in South China and Japan.

PALAIOS26(10):623-638.

Walujo, E.B. 2011. Human Involvement and Biodiversity Conservation in Indonesia.The Botanic Garden Bulletin14 (1): 1 – 7.

Gambar

Gambar 1. Letak zona pengamatan di kampus UNS Kentingan
Tabel 1. Struktur dan komposisi vegetasi 10 zona pengamatan di area kampus UNS Kentingan
Gambar 3. Prosentase jumlah individu 10 jenis pohon dengan jumlah individu terbanyak di area kampus UNS Kentingan
Gambar 5. Cacah individu pohon 10 zona pengamatan di area kampus UNS Kentingan

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Pengaruh Berbagai Lama Perendaman dan Konsentrasi Larutan ZPT IAA (Indole Acetic Acid) terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Mentigi (Vaccinium varingafolim (BL)2.

Yang dimaksud dengan pangkat pilihan adalah kenaikan pangkat yang disamping harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan juga harus ada jabatan, atau dengan perkataan

Yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap dan dapat didefinisikan sebagai tingkat kelengkapan atribut-atribut yang ada pada sebuah produk. Pada titik tertentu,

Isolat jamur yang memiliki enzim ligninase akan memecah zat warna RBBR pada medium menjadi senyawa yang sederhana seperti CO 2 , H 2 O, dan asam organik yang

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa usaha penangkapan dengan menggunakan alat tangkap jaring insang dasar (bottom gillnet) masih layak untuk

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat danhidayah yang telah dilimpahkan dan dikaruniakan-Nya, serta usaha yang sungguh-sungguh, sehingga penulis