• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PA TUBAN DAN PTA SURABAYA TENTANG GUGATAN PEMBATALAN HIBAH DENGAN ALAT BUKTI AKTA DI BAWAH TANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PA TUBAN DAN PTA SURABAYA TENTANG GUGATAN PEMBATALAN HIBAH DENGAN ALAT BUKTI AKTA DI BAWAH TANGAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

60

DESKRIPSI PUTUSAN PA TUBAN DAN PTA SURABAYA

TENTANG GUGATAN PEMBATALAN HIBAH DENGAN

ALAT BUKTI AKTA DI BAWAH TANGAN

A. Pengadilan Agama Tuban dan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya 1.Kompetensi Absolut

Setiap badan peradilan mempunyai kewenagan yang absolut. Apa yang telah ditentukan oleh undang-undang menjadi kekuasaan yuridiksi suatu peradilan, menjadi kewenagan mutlak bangi lembaga peradilan tersebut. Kewenagan mutlak ini disebut kompetensi absolut atau yuridiksi absolut1.

Kompetensi absolut adalah kewenangan atau kekuasaan yang berhubungan dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan pengadilan, dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis pengadilan atau tingkatan pengadilan2.

Peradilan Agama mempunyai kewenangan mutlak atau kekuasaan absolut untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkara perdata tertentu. Jenis perkara perdata yang termasuk dalam kekuasaan absolut Peradilan Agama tertera dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 yang merupakan perubahan atas Pasal 49 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989

1 Yahya Harahap, Kedudukan Kewenagan dan Acara Peradilan Agama, h. 102 2 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, h. 27

(2)

tentang Peradilan Agama, yang meliputi perkawinan, waris, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah dan ekonomi syari'ah.

Pengadilan Agama Tuban dan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya merupakan pelaksana dari Peradilan Agama. Pengadilan Agama Tuban3 mempunyai kekuasaan untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkara perdata tersebut dalam tingkat pertama, sedangkan Pengadilan Tinggi Agama4 Surabaya mempunyai kekuasaan absolut untuk memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara antara orang-orang yang beragama Islam di bidang perkara perdata tersebut pada tingkat banding.

2.Kompetensi Relatif

Kompetensi relatif adalah kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh pengadilan yang satu jenis dan satu tingkatan dalam perbedaannya

3

Pengadilan Agama Tuban didirikan pada tanggal 19 Januari 1882 berdasarkan Stbl. 1882 No. 162, dengan nama Raad Agama Tuban ( lembaga urusan Agama Tuban ). Pada awal kemerdekaan R.I sampai tahun 1957, Raad Agama Tuban masih tetap berjalan. Sejak tahun 1957 Raad Agama Tuban mulai dipimpin seorang ketua bernama K.H. Moertadji dan berkantor di salah satu gedung kamar bola (bekas gedung pertemuan milik Belanda) yang terletak di sebelah barat alun-alun dan Masjid Jami’ Tuban. Pada tahun 1968 sampai pada tahun 1973 Pengadilan Agama Tuban dipimpin oleh Kiai Damiri dengan tetap menempati gedung tersebut, dan sebagian gedung tersebut ditempati oleh Departemen Agama Tuban. (http://www.pa-tuban.net/)

4 Pengadilan Tinggi Agama Surabaya dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Agama R.I Nomor 71 Tahun 1976 tentang Pembentukan Mahkamah Islam Tinggi (MTI) di Surabaya dengan menyebutkan sebagai cabang dari Mahkamah Islam Tinggi yang berkedudukan di Surakarta. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama R.I Nomor 6 Tahun 1980 diadakan perubahan nama dari MTI menjadi Pengadilan Tinggi Agama Surabaya. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, maka pembentukan PTA Surabaya didasarkan kepada undang-undang tersebut. (PTA Surabaya, Laporan Pelaksanaan

(3)

dengan pengadilan yang satu jenis dan satu tingkatan yang lain sehubungan dengan wilayah hukum5.

Kompetensi relatif atau wilayah hukum yang menjadi kewenagan Pengadilan Agama Tuban adalah sama dengan wilayah pemerintahan daerah kabupaten Tuban yang terdiri dari 20 kecamatan dengan 327 Desa6, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 1

Kompetensi Relatif Pengadilan Agama Tuban

No Kecamatan Jumlah Desa Jarak dari Pengadilan Agama Tuban

1 Kec. Tuban 17 Desa

2 Kec. Palang 19 Desa 10 KM

3 Kec. Semanding 17 Desa 5 KM

4 Kec. Merakurak 19 Desa 10 KM

5 Kec. Rengel 14 Desa 20 KM

6 Kec. Plumpang 18 Desa 17 KM

7 Kec. Widang 16 Desa 20 KM

8 Kec. Soko 23 Desa 38 KM

9 Kec. Singgahan 12 Desa 38 KM

10 Kec. Senori 12 Desa 49 KM

11 Kec. Parengan 18 Desa 50 KM

12 Kec. Montong 13 Desa 25 KM

13 Kec. Jatirogo 18 Desa 60 KM

14 Kec. Bangilan 14 Desa 53 KM

15 Kec. Kenduruan 9 Desa 72 KM

16 Kec. Tambakboyo 18 Desa 30 KM

17 Kec. Bancar 24 Desa 45 KM

18 Kec. Kerek 17 Desa 23 KM

19 Kec. Jenu 17 Desa 10 KM

5 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan, h. 25 6 http://www.pa-tuban.net/

(4)

20 Kec. Grabagan 11 Desa 21 KM

(Sumber: http://www.pa-tuban.net/)

Pengadilan Tinggi Agama Surabaya merupakan Pengadilan Tingkat banding yang mempunyai kompetensi relatif atau wilayah hukum di Propinsi Jawa Timur. Propinsi Jawa Timur berjumlah 34 Kabupaten dengan jumlah 37 Pengadilan Agama. 35 Pengadilan Agama yang berkedudukan di Ibukota Daerah Tingkat II Kabupaten atau kota, dan 2 Pengadilan Agama yang berkedudukan di Ibukota Kecamatan yakni Pengadilan Agama Bawean dan Pengadilan Agama Kangean.

Berdasarkan Keputusan Menteri Agama R.I Nomor 589 Tahun 1999 Pengadilan Agama Se Jawa Timur dibagi menjadi tiga klasifikasi kelas, yaitu kelas I.A sebanyak 11 Pengadilan Agama, kelas I.B sebanyak 22 Pengadilan Agama, dan kelas II sebanyak 4 Pengadilan Agama7. Adapun nama-nama Pengadilan Agama berserta wilayah hukumnya yang menjadi wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Surabaya sebagai berikut:

Tabel 2

Kompetensi Relatif Pengadilan Tinggi Agama Surabaya

Jml Wilayah No Nama Pengadilan

Agama Daerah Hukum Kls Kec Kel/Ds

Jarak Dengan

PTA

1 2 3 4 5 6 7

1 Surabaya Kota surabaya IA 37 167 5 Km

2 Banyuwangi Kab.Banyuwangi IA 21 217 297 Km

3 Blitar Kab dan kota Blitar IA 25 268 170 Km

7 PTA Surabaya, Laporan Pelaksanaan Tugas Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Tahun 2005 dan Program Kerja Tahun 2006, h. 10-11

(5)

4 Bojonegoro Kab. Bojonegoro IA 27 430 113 Km

5 Jember Kab. Jember IA 31 244 205 Km

6 Kediri Kab. Kediri IA 23 344 127 Km

7 Lamongan Kab. Lamongan IA 27 477 48 Km

8 Lumajang Kab. Lumajang IA 21 203 154 Km

9 Malang Kota Malang IA 5 56 90 Km

10 Tuban Kab. Tuban IA 20 327 105 Km

11 Tulungagung Kab.Tulungagung IA 19 328 161 Km

12 Bangil Sebagian Kab.

Pasuruan IB 11 165 42 Km

13 Bangkalan Kab. Bangkalan IB 18 288 18 Km

14 Bondowoso Kab. Bondowoso IB 20 206 196 Km

15 Gresik Kab. Gresik IB 16 296 18 Km

16 Jombang Kab. Jombang IB 21 306 81 Km

17 Kodya Kediri Kota Kediri IB 3 46 127 Km

18 Kraksaan Kab.Probolinggo IB 24 330 121 Km

19 Kab.Madiun Kab. Madiun IB 15 206 171 Km

20 Magetan Kab. Magetan IB 16 225 205 Km

21 Mojokerto Kab dan Kota

Mojokerto IB 20 322 51 Km

22 Nganjuk Kab. Nganjuk IB 20 277 123 Km

23 Ngawi Kab. Ngawi IB 17 213 206 Km

24 Pacitan Kab. Pacitan IB 12 167 277 Km

25 Pamekasan Kab. Pamekasan IB 13 186 113 Km

26 Pasuruan Kota dan sebagian

Kab. Pasuruan IB 23 344 62 Km

27 Ponorogo Kab. Ponorogo IB 21 322 201 Km

28 Probolinggo Kota Probolinggo IB 3 29 100 Km

29 Sampang Kab. Sampang IB 12 186 78 Km

30 Sidoarjo Kab. Sidoarjo IB 18 350 24 Km

31 Situbondo Kab. Situbondo IB 17 135 204 Km

32 Sumenep Kab. Sumenep IB 29 332 167 Km

33 Trenggalek Kab. Trenggalek IB 14 157 188 Km

(6)

35 Bawean Sebagian

Kab.Gresik II 2 30 65 Km

36 Kab. Malang Kab. Malang &

Kota Batu II 36 389 100 Km

37 Kangean Sebagian

Kab.Sumenep II 2 37 170 Km

(Sumber: PTA Surabaya, Laporan Pelaksanaan Tugas Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Tahun 2005 dan Program Kerja Tahun 2006)

B. Deskripsi Gugatan Hibah dengan Alat Bukti Berupa Akta Di Bawah Tangan

Penggugat dalam kasus ini menghibahkan sebidang tanah yang terletak di Desa Jatimulyo Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban kepada cucu keponakannya yang bernama Tergugat. Hibah dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2005 di hadapan Kepala Desa Jatimulyo yang disaksikan oleh Sekertaris Desa, Kepala Dusun dan Kaur Pem. Penggugat pada saat menghibahkan tanahnya kepada Tergugat mensyaratkan dengan kebutuhan sehari-hari, biaya pengobatan, dan segala macam biaya sampai Penggugat meninggal harus ditanggung oleh Tergugat. Akad hibah dituangkan dalam sebuah akta hibah yang dibuat dan ditanda tangani oleh kedua belah pihak beserta saksi-saksi yang menyaksikan akad hibah tersebut.

Sebelum ikut tinggal bersama Tergugat, Penggugat tinggal bersama saudara Penggugat. Saudara Penggugat kemudian meninggal pada tanggal 14 November 2005. Setelah mendapat 100 hari dari kematian saudara Penggugat atau sekitar pada bulan Februari 2006 kemudian Penggugat tinggal bersama keluarga Tergugat.

(7)

Selain tanah yang telah dihibahkan kepada Tergugat, Penggugat juga mempunyai harta berupa rumah dan 3 buah cincin. Setelah Penggugat tinggal bersama Tergugat, Tergugat menyuruh Penggugat untuk menjual rumah tersebut dan rumah tersebut dibeli oleh NC. NC membeli rumah tersebut dengan harga Rp. 4.500.000-, (empat juta lima ratus ribu rupiah). Sebelum rumah tersebut dijual, listrik yang berada di rumah tersebut oleh Tergugat telah dijual seharga Rp.2.000.000-,(dua juta rupiah), namun Pengugat tidak tahu siapa pembeli listrik tersebut serta tidak diberitahu oleh Tergugat alasan listrik tersebut dijual.

Hasil dari penjualan rumah Rp. 2.500.000-, oleh Tergugat digunakan untuk memperbaiki rumah orang tuanya, sedangkan sisanya masih berada di NC untuk keperluan Penggugat sewaktu-waktu. Uang hasil penjualan listrik sampai sekarang tidak diketahui keberadaanya. Hasil penjualan 3 buah cincin menurut Tergugat digunakan untuk biaya pengerjaan sawah. Penggugat tidak menyebutkan secara jelas bentuk dan kadar masing-masing cincin yang telah dijual.

Selama satu tahun (Februari 2006 - Februari 2007) Penggugat tinggal bersama keluarga Tergugat. Penggugat merasa pelayanan yang diberikan keluarga Tergugat kurang baik, karena selalu ada kata-kata kasar yang dilontarkan keluarga Tergugat pada Penggugat. Pada intinya, Penggugat kecewa dengan pelayanan keluarga Tergugat.

April 2007, Penggugat memutuskan untuk keluar dari rumah Tergugat dan memilih tinggal bersama cucu keponakan yang bernama NC. Penggugat

(8)

kemudian meminta kembali tanah yang telah dihibahkan kepada Tergugat, akan tetapi Tergugat menolak untuk mengembalikan tanah tersebut. Sampai tahun 2008 Penggugat sudah tiga kali meminta kembali tanah tersebut dan dua kali bertemu dengan Tergugat dengan perincian

- Kurang lebih pada bulan April tahun 2007 Penggugat mengajukan pencabutan hibah tersebut di Balai Desa Jatimulyo

- Kurang lebih pada bulan Juli tahun 2007 terjadi pertemuan antara Penggugat dan Tergugat di Balai Desa Jatimulyo

- Kurang lebih pada tanggal 8 bulan Januari 2008, terjadi pertemuan di Balai Desa Jatimulyo8

Tanah tersebut oleh Penggugat telah diminta secara baik-baik kepada Tergugat, akan tetapi, karena tidak ada itikad baik dari Tergugat untuk mengembalikan tanah tersebut serta tidak terpenuhi syarat hibah, kemudian Penggugat mengajukan gugatan penarikan kembali tanah yang telah di hibahkan tersebut kepada Pengadilan Agama Tuban selaku badan peradilan yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa tersebut9. Pengadilan Agama menerima, memeriksa dan mengadili serta memberikan putusan. Berdasarkan akta hibah di bawah tangan yang diajukan oleh Penggugat dalam persidangan, telah terjadi hibah sebidang tanah oleh Penggugat kepada Tergugat, akan tetapi hibah tersebut batal karena melampaui batas dalam Pasal 210 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam. Tergugat hanya berhak 1/3 dari harta tersebut dan

8 Surat Gugatan Hibah Syarat yang dikeluarkan oleh Kantor Hukum Tejo Hutanto SH &

(9)

menghukum Tergugat untuk mengembalikan 2/3 tanah tersebut kepada Penggugat.

Tergugat tidak puas terhadap putusan Pengadilan Agama Tuban, kemudian banding ke Pengadilan Tinggi Agama Surabaya selaku pengadilan Tingkat banding yang berwenang untuk menyelesaikan sengketa tersebut. Pengadilan Tinggi Agama Surabaya menerima, memeriksa dan mengadili serta memberikan putusan. Pengadilan Tinggi Agama Surabaya menyatakan bahwa hibah tersebut batal dikarenakan alat bukti akta hibah di bawah tangan batal demi hukum dan Penggugat berhak untuk menarik kembali hibah yang telah diberikan kepada Tergugat.

C. Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim beserta Putusan Pengadilan Agama Tuban dalam Penyelesaian Gugatan Hibah dengan Alat Bukti Akta di Bawah Tangan

Gugatan pembatalan hibah yang diajukan oleh Penggugat telah terdaftar di Panitera Pengadilan Agama Tuban pada tanggal 23 Januari 2008 dengan nomor perkara 297/Pdt.G/2008/PA.Tbn. Mejelis Hakim Pengadilan Agama Tuban yang menangani kasus ini terdiri dari Drs. Ahmad (Ketua Majelis ), Drs. Amin (Hakim Anggota I), Drs. Imam (Hakim Anggota II) dan Toni Purnomo (Panitera Pengganti).

Pengadilan Agama Tuban telah melakukan proses mediasi antara Penggugat dan Tergugat pada tanggal 13 Maret 2008. Dalam proses mediasi tersebut, Penggugat dan Tergugat sama-sama hadir. Penggugat hadir bersama kausa hukum Penggugat beserta cucu keponakan Penggugat NC.

(10)

Penggugat mengemukakan hal-hal sebagaimana yang tertulis dalam surat gugatannya, sedangkan Tergugat membenarkan semua keterangan tersebut. Meskipun demikian, Tergugat merasa keberatan terhadap gugatan Penggugat. Tergugat merasa beban moral, yakni tanah yang telah diberikan oleh Penggugat sudah diketahui oleh banyak orang. Tergugat malu jika kemudian tanah tersebut diambil lagi.

NC juga hadir pada saat forum mediasi menerangkan bahwa dirinya tidak mengharapkan apa-apa dari penggugat. Penggugat sekarang ikut bersama NC itu merupakan suatu kegembiraan, karena dengan ikutnya Penggugat kerumah NC membawa berkah tersendiri.

Tergugat menawarkan kepada Penggugat tanah yang telah diberikan padanya agar dikerjakan oleh NC dan hasil panen dari tanah tersebut digunakan untuk biaya perawatan Penggugat selama masih hidup. Jika nantinya Penggugat sudah meninggal, maka tanah tersebut akan kembali pada Tergugat, tawaran Tergugat tersebut ditolak oleh Penggugat. Penggugat merasa dikecewakan oleh Tergugat dan sudah banyak membantu Tergugat.

Hakim mediator menawarkan untuk sementara tanah tersebut dikerjakan oleh NC sebagaimana yang ditawarkan oleh Tergugat, dan jika nanti Penggugat meninggal dunia tanah tersebut dibagikan kepada Tergugat dan NC. Tawaran hakim mediator ini juga ditolak oleh Penggugat. Proses mediasi ini tidak bisa mendamaikan pihak Penggugat dan Tergugat. Masing-masing pihak tetap pada pendiriannya.

(11)

Pengadilan Agama Tuban dalam menyelesaikan gugatan penarikan kembali hibah dengan alat bukti berupa akta di bawah tangan mempunyai banyak pertimbangan, di antaranya:

Dalam proses persidangan Penggugat mengajukan bukti surat penyataan hibah (P.1), surat keterangan dari Kepala Desa Jatimulyo (P.2), surat kwintansi jual beli rumah (P.3) dan tiga orang saksi yakni saksi I, saksi II dan saksi III. Pihak Tergugat mengajukan saksi IV. Semua saksi telah di sumpah dan didengar keterangannya.

Pengadilan Agama Tuban menilai bahwa berdasarkan bukti surat yang diajukan oleh Penggugat (Penggugat), mendapatkan keterangan bahwa pada tanggal 17 Oktober 2006 sekitar jam 10.00 WIB telah terjadi hibah tanah antara Penggugat dan Tergugat. Meskipun terdapat kejanggalan dalam bukti surat tersebut yakni ada kerancuan pada tanggal, akan tetapi, perikatan yang dilakukan oleh pihak Penggugat dan Tergugat yang tertuang dalam surat pernyataan hibah tersebut tetap berlaku dan mengikat bagi kedua pihak. Hal ini didasarkan pada Pasal 1320 BW serta para pihak tidak ada yang keberatan dan mendiamkan surat pernyataan hibah tersebut. Dengan demikian, mejelis hakim Pengadilan Agama Tuban mempunyai kesimpulan bahwa surat pernyataan hibah tersebut bisa menjadi alat bukti yang sempurna dan mengikat.

Berdasarkan keterangan saksi dari pihak Penggugat yakni Saksi III didapat keterangan bahwa benar Penggugat menghibahkan tanah yang dimilikinya kepada Tergugat pada tanggal 17 Oktober 2006 akan tetapi

(12)

dalam akta yang telah ditandatangani kedua pihak tidak ada syarat-syarat seperti apa yang dimaksud oleh pihak Penggugat. Pada saat teks akad hibah ditulis, Kepala Desa lupa mencantumkan syarat seperti apa yang dikemukakan oleh Penggugat. Setelah akta hibah tersebut ditanda tangani, kemudian Kepala Desa masih dalam hari yang sama menambahkan NB yang berisi syarat-syarat yang diinginkan oleh Penggugat.

Berdasarkan katerangan tersebut Pengadilan Agama Tuban mempunyai kesimpulan bahwa secara hukum NB yang ditulis oleh Kepala Desa Jatimulyo tersebut tidak berlaku. Selain itu, jika terdapat syarat dalam akad hibah tersebut maka seharusnya syarat tersebut diletakkan dalam urutan poin-poin bukan pada NB. Dengan demikian, menurut Pengadilan Agama Tuban hibah tersebut dilakukan tanpa adanya syarat.

Berdasarkan pengakuan Penggugat dan bukti-bukti yang diajukan oleh Penggugat maupun Tergugat selama proses persidangan, Pengadilan Agama menemukan sejumlah fakta di antaranya bahwa pada tanggal 17 Oktober 2005 benar hibah telah terjadi. Harta yang dihibahkan telah melebihi 1/3 harta, bahkan semenjak Penggugat ikut bersama Tergugat sampai akhirnya memutuskan untuk keluar dari rumah Tergugat, ia hanya mempunyai harta yakni tanah yang telah dihibahkan tersebut dan sisa uang penjualan rumah yang sekarang uang tersebut dipegang oleh NC.

Pengadilan Agama Tuban berdasarkan bukti-bukti yang diajukan baik oleh Penggugat ataupun Tergugat beserta pertimbangan-pertimbangan hakim memberikan putusan bahwa menerima sebagian dan menolak sebagian

(13)

gugatan Penggugat. Menyatakan bahwa tanah yang terletak di Desa Jatimulyo Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban sebagai obyek sengketa. Menyatakan bahwa akad hibah yang dilakukan pada tanggal 17 Oktober 2005 adalah batal dikarenakan melebihi ketentuan Pasal 210 ayat 1 Kompilasi Hukum Islam. Tanah yang menjadi hak Tergugat adalah 1/3 bagian, serta menghukum Tergugat untuk menyerahkan 2/3 bagian tanah tersebut kepada Penggugat. Menghukum Penggugat dan Tergugat untuk membayar biaya perkara Rp. 581.000 (lima ratus delapa ratus satu ribu rupiah).10

D. Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim beserta Putusan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya dalam Penyelesaian Gugatan Hibah dengan Alat Bukti Akta di Bawah Tangan

Sebagaimana Akta permohonan banding yang dibuat oleh Panitera Pengadilan Agama Tuban pada tanggal 3 September 2008 perihal permohonan banding oleh Tergugat atas putusan Pengadilan Agama Tuban No 297/Pdt.G/2008/PA.Tbn. Tergugat yang selanjutnya disebut Pembanding tertanggal 25 September 2008 telah mengajukan memori banding, sedangkan pihak Penggugat yang selanjutnya disebut pihak Terbanding tidak mengajukan kontra memori bading.

Dalam pemeriksaan tingkat banding Pengadilan Tinggi Agama Surabaya mempunyai pertimbangan tersendiri terhadap gugatan pembatalan hibah

10 Salinan Putusan Nomor: 297/Pdt.G/2008/PA.Tbn dan hasil wawancara dengan BapakAli

(14)

dengan alat bukti berupa surat pernyataan hibah yang merupakan akta di bawah tangan.

Permohonan banding yang diajukan oleh Pembanding/Tergugat telah diajukan dalam tenggang waktu dan cara-cara berdasarkan peraturan perundang-undangan, maka permohonan banding dapat diterima.

Pada tanggal 17 Oktober 2005 di hadapan Kepala Desa Jatimulyo Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban dengan disaksikan oleh Sekretaris Desa, Terbanding/Penggugat telah menyatakan hibah bersyarat pada Pembanding/Tergugat, hal ini diakui oleh Pembanding/Tergugat meskipun tanggal kejadian berbeda termasuk ada atau tidak syarat yang dikemukan oleh Terbanding/Penggugat, dengan demikian hibah tersebut benar-benar terjadi

Pernyataan hibah tersebut kemudian dikuatkan dengan bukti surat (P.I) yang bermaterai cukup serta dikuatkan oleh keterangan Saksi III yang tahu betul kejadian tersebut, diperoleh keterangan bahwa benar Terbanding/Penggugat menyatakan hibah bersyarat kepada Pembanding/Tergugat.

Terlepas dari alat bukti tersebut, secara logika pihak Terbanding/Penggugat adalah orang tua yang sudah jompo (umur 75 tahun) yang sudah tidak mungkin mampu untuk bekerja dan hanya mempunyai harta satu-satunya yakni obyek sengketa yang diandalkan mampu untuk menopang hidup, dengan asumsi jika obyek sengketa dihibahkan kepada Pembanding/Tergugat, maka segala kebutuhan hidup Terbanding/Penggugat ditanggung oleh Pembanding/Tergugat. Dengan demikian, perbuatan hibah

(15)

bersyarat yang dilakukan oleh Terbanding/Penggugat baik secara tersirat maupun tersurat telah terbukti.

Terlepas dari terpenuhi atau tidak syarat perbuatan hukum. Hibah yang diberikan oleh orang tua kepada salah satu anak dan mengabaikan anak yang lain, maka hibah tersebut dapat ditarik kembali. Hal ini sejalan dengan keterangan dalam kitab Al-Muhażżāb yang dijadikan bahan pertimbangan oleh Pengadilan Tinggi Agama Surabaya yang berbunyi:

ﻥﺈﻓ

ﺐﻫﻭ

ﲑﻐﻟ

ﺪﻟﻮﻟﺍ

ﺪﻟﻭﻭ

ﺪﻟﻮﻟﺍ

ﺎﺌﻴﺷ

ﻪﻀﺒﻗﺃﻭ

ﻚﻠﳝ

ﻉﻮﺟﺮﻟﺍ

ﻪﻴﻓ

ﺎﳌ

ﻯﻭﺭ

ﻦﺑﺍ

ﺮﻤﻋ

ﻦﺑﺍﻭ

ﺱﺎﺒﻋ

ﻲﺿﺭ

ﷲﺍ

ﺎﻤﻬﻨﻋ

ﻩﺎﻌﻓﺭ

ﱃﺇ

ﱯﻨﻟﺍ

)

(

ﻞﳛ

ﻞﺟﺮﻠﻟ

ﻥﺃ

ﻲﻄﻌﻳ

ﺔﻴﻄﻌﻟﺍ

ﻊﺟﲑﻓ

ﺎﻬﻴﻓ

ﻻﺇ

ﺪﻟﺍﻮﻟﺍ

ﺎﻤﻴﻓ

ﻰﻄﻋﺃ

ﻩﺪﻟﻭ

ﻥﺇﻭ

ﺐﻫﻭ

ﺪﻟﻮﻠﻟ

ﻭﺃ

ﺪﻟﻭ

ﺪﻟﻮﻟﺍ

ﻥﺇﻭ

ﻞﻔﺳ

ﺯﺎﺟ

ﻪﻟ

ﻥﺃ

ﻊﺟﺮﻳ

11

Artinya:hibah yang sudah diserahkan kepada orang lain selain anak atau cucu tidak dapat ditarik kembali, berdasarkan riwayat Ibnu Umar dan Ibnu Abbas yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW.: ”tidak boleh seseorang menarik kembali pemberiannya, kecuali pemberian ayah kepada anaknya, jika ayah menghibahkan sesuatu kepada anak atau cucunya sampai garis lurus kebawah, maka boleh ditarik kembali ”.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, maka Pengadilan Tinggi Agama Surabaya menyatakan bahwa gugatan Terbanding/Penggugat untuk menarik kembali hibah atas obyek sengketa yang telah dihibahkan kepada Pembanding/Tergugat pada tanggal 17 Oktober 2006 sebagaimana yang tertera dalam bukti P.I, harus dikabulkan.

Pengadilan Tinggi Agama Surabaya dalam pemeriksaan tingkat banding meneliti surat pernyataan hibah dari Terbanding/Penggugat kepada

11 Syairazi, as-, Abi Isha

̄

(16)

Pembanding/Tergugat (bukti P.I) ditemukan bahwa surat tersebut mengandung cacat hukum yaitu pada huruf b Terbanding/Penggugat menyatakan bahwa (pada hari ini tanggal 17 Oktober 2006) menghibahkan hartanya kepada Pembanding/Tergugat, sementara di bawah tertulis nama lokasi dan tanggal pembuatan surat pernyataan tersebut yaitu Jatimulyo 20 September 2006. Majelis hakim Pengadilan Tinggi Agama Surabaya mempunyai kesimpulan bahwa kasus tersebut suatu yang mustahil, dimana perbuatan hukumnya dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2006 sementara surat penyataan perbuatan hukum sudah dibuat terlebih dahulu yakni pada tanggal 20 September 2006, berbeda jika halnya surat tersebut dibuat pada tanggal 20 September 2006 kemudian perbuatan hukumnya dilaksanakan pada tanggal 17 Oktober 2006 maka hal tersebut adalah hal yang wajar. Selanjutnya, surat pernyataan hibah dari Terbanding/Penggugat kepada Pembanding/Tergugat harus dinyatakan batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum.

Dengan demikian putusan Pengadilan Agama Tuban no 297/Pdt.G/2008/PA.Tbn harus dibatalkan dan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap. Pengadilan Tinggi Agama Surabaya mengadili sendiri gugatan penarikan hibah. Menerima permohonan banding yang diajukan oleh Pembanding/Tergugat untuk pemeriksaan tingkat banding. Membatalkan putusan Pengadilan Agama Tuban tanggal 21 Agustus 2008 M yang bertepatan dengan 19 Sya’ban 1429 H Nomor: 297/Pdt.G/2008/PA.Tbn. yang dimohonkan banding.

(17)

Mengadili sendiri, mengabulkan gugatan Terbanding/Penggugat untuk sebagian. Menyatakan sebidang tanah yang terletak di Desa Jatimulyo Kecamatan Plumpang Kabupaten Tuban atas nama Terbanding/Penggugat sebagai obyek sengketa. Menetapkan bahwa hibah yang dilakukan oleh Terbanding/Penggugat kepada Pembanding/Tergugat atas obyek sengketa tersebut dicabut.

Menyatakan bahwa surat pernyataan hibah atas obyek sengketa yang dibuat oleh Terbanding/Penggugat dan Pembanding/Tergugat tertanggal 20 September 2006 (bukti P.I) batal dan tidak mempunyai kekuatan hukum tetap. Menghukum Pembanding/Tergugat untuk menyerahkan harta obyek sengketa kepada Terbanding/Penggugat.

Menolak gugatan Terbanding/Penggugat untuk selain dan selebihnya. Menghukum Terbanding/Penggugat dan Pembanding/Tergugat untuk membayar biaya perkara pada tingkat pertama sebesar Rp. 581.000 (lima ratus delapa ratus satu ribu rupiah).

Menghukum Pembanding/Tergugat untuk membayar biaya perkara pada tingkat banding sebesar Rp. 64.000 (enam puluh empat ribu rupiah)12.

12Salinan Putusan Pengadilan Tinggi Agama Surabaya Nomor: 259/Pdt.G/2008 PTA.Sby

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Anoraga (2004:220) dalam bukunya Manajemen Bisnis mengatakan bahwa Marketing mix adalah variabel-variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan yang terdiri

Pengertian itu sesuai dengan defi nisi koperasi me nurut Undang-Undang Koperasi No.17 Tahun 2012 pasal 1 yang isinya: Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang

Berdasarkan penelitian Wibowo, F.C (2013) peneliti mencoba mengembangkan penelitian sebelumnya dengan memberikan perlakuan pada siswa menggunakan suatu model

Dalam penelitian ini ada dua yang di kategorikan yaitu nelayan tradisional (yang menjual ikan dengan ptron) dan patron (toke), sebagian penduduk Desa Kelarik

Pertumbuhan berat gurami terendah terdapat pada perlakuan P1 (tanpa perendaman hormone tiroksin) dengan berat mutlak 0,81 g, hal ini diduga karena media yang

1) Sikap siswa ketika pembelajaran akan dimulai cukup tenang(tidak ribut) dan memperhatikan perkataan guru. 2) Guru berusaha menarik perhatian siswa pada awal pembelajaran dengan

Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan yang selanjutnya disebut TLHP adalah tindakan yang telah dilakukan oleh Sekretariat Jenderal Komisi Yudisial yang diperiksa oleh BPK dalam rangka

24 Multimedia ini tidak menarik minat saya belajar bahasa Jepang 25 Multimedia ini tidak layak untuk dijadikan media pembelajaran bahasa Jepang, karena