• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERMAIN PERAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI METODE BERMAIN PERAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MELALUI METODE BERMAIN PERAN

Cittra Juniarni

STIT – Al Qur’an AL Ittifaqiah Indralaya Ogan Ilir Email: citrajuniarni@ymail.com

ABSTRACT

One of the efforts in development of children creativity is by providing appropriate and correct stimulus, namely learning with playing or learning while playing in which each given material must be packaged in the form of games. In current facts, it often finds out that children creativity without any awareness has been stuck among parents‟ business. However, activity of free games is often seen as the key to open a considerable number of creative talents owned by each human. Playing for children is used to explore their world, and develop their competences in the efforts in solving their worlds and developing children creativity. Playing function for early children can be used as an intervention if only it is applied appropriately, both completed with tools and without tools, this will extremely assist social, emotional, cognitive and affective development in general and develop children creativity power.

(2)

ABSTRAK

Salah satu upaya dalam mengembangkan kreativitas anak adalah dengan memberikan stimulus yang baik dan tepat, yaitu pembelajaran dengan bermain atau belajar sambil bermain dimana setiap materi yang akan diberikan harus dikemas dalam bentuk permainan. Dalam kenyataan sekaran ini sering dijumpai bahwa kreativitas anak tanpa disadari telah terpasung di tengah kesibukan orang tua. Namun kegiatan bermain bebas sering menjadi kunci pembuka bagi gudang-gudang bakat kreatif yang dimiliki setiap manusia. Bermain bagi anak berguna untuk menjelajahi dunianya, dan mengembangkan kompetensinya dalam usaha mengatasi dunianya dan mengembangkan kreativitas anak. Fungsi bermain bagi anak usia dini dapat dijadikan intervensi yang jika dilaksanakan dengan tepat, baik dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat akan sangat membantu perkembangan sosial, emosional, kognitif, dan afektif pada umumnya, dan mengembangkan daya kreativitas anak.

(3)

A. Pendahuluan

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak.23 Oleh karena itu, PAUD memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kepribadian dan potensi secara maksimal.

Masa anak-anak merupakan periode yang dinamis secara psikologis maupun religius. Anak-anak memiliki kemampuan yang luar biasa dalam meniru perilaku orang dewasa. Tetapi pada umumnya anak memasukkan ke dalam pikiran, perasaan, dan kehendaknya apa yang didengar dan dilihatnya sesuai dengan kemampuannya.24 Perkembangan setiap anak tidak sama dengan pertumbuhannya namun saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Pertumbuhan menjelaskan perubahan dalam ukuran, sedangkan perkembangan adalah perubahan dalam kompleksitas dan fungsinya.25 Begitu juga pada masa golden age

yang dimiliki anak usia dini memiliki perkembangan yang begitu pesat. Maka membutuhkan rangsangan-rangsangan yang tepat pula dalam setiap aspek perkembangannya.

Salah satu upaya dalam mengembangkan kreativitas anak adalah dengan memberikan stimulus yang baik dan tepat, yaitu pembelajaran dengan bermain atau belajar sambil bermain dimana setiap materi yang akan diberikan harus dikemas dalam bentuk permainan. Kemampuan anak-anak dalam menentukan dan menguasai peran-peran dan gaya serta pola pikirnya memiliki beberapa tingkatan yaitu, anak yang suka meneliti dan selalu ingin tahu, bermain, dan berkreasi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan anak-anak menjadi anak-anak yang kreatif yaitu:26

1.Orang yang kreatif memiliki gaya atau cara tersendiri dalam masa-masa berkreativitas. Seperti menggunakan indera sebagai metodenya dalam menghimpun langkah-langkah kerja. Sehingga akan menggantungkan kepadanya ketajaman perasaan yang akan memberitahukannya mengenai hal-hal yang sesuai dan tidak sesuai dalam menghadapi suatu kondisi tertentu.

2.Indera itu menjadi sarana pertama yang dipegang oleh anak-anak dan manusia pada umumnya dalam mengetahui berbagai proses dan hubungan disela-sela kerja kreatif.

23

Suyadi, Teori Pembelajaran Anak Usia Dini, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014), hal. 22

24

Robbert W. Crapps, Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan, (Yogyakarta: Kanisius, 1994), hal. 22.

25

Soemiarti Patmonodewo, Pendidikan Anak Pra Sekoah, (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2008), hal. 20.

26

(4)

3.Harus membuka diri terhadap dunia luar supaya ikut merasa menjadi bagian. Hal itu dapat menjadikan anak-anak lebih dekat dengan berbagai hal yang mengelilinginya. 4.Harus membuka diri kepada dunia internal. Hal itu dapat menjadikan anak-anak

menghormati atau mempertimbangkan kejadian-kejadian di masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang dengan cara aturan dan tanpa membebankan. Secara tidak langsung hal itu juga dapat menjadikan anak-anak lebih enerjik yang membuka kesempatan bagi mereka untuk menemukan sesuatu secara lebih banyak. 5.Harus menyepadankan antara dirinya dengan sesuatu yang lebih besar, mencintai dan

menikannya, hingga mampu berperan sebagai perilaku yang sebenarnya dalam kehidupan.

6.Hendaknya seorang anak memiliki tekad untuk berkarya dengan segenap kekuatan,dan kepercayaan diri.

Kreativitas pada anak perlu dipupuk dan dikembangkan. Karena dengan kreativitas mereka dapat menjadi pribadi yang kreatif. Pada dasarnya, perbedaan setiap individu berkaitan dengan jenis karakteristik yang diwarisi masing-masing individu tersebut dan yang membedakannya dari individu lain. Atau dimungkinkan pula kembali kepada sebab-sebab yang berkaitan dengan perolehan pengalaman-pengalaman tertentu, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, dan sekolahnya.

Adapun metode bermain memberikan keseempatan pada anak untuk mengekspresikan dorongan-dorongan kreatifnya sebagai kesempatan untuk merasakan obyek-obyek dan tantangan untuk menemukan sesuatu dengan cara-cara baru, untuk menemukan penggunaan suatu hal secara berbeda, menemukan hubungan yang baru antara sesuatu dengan sesuatu yang lain serta mengartikannya dalam banyak alternatif cara. Selain itu bermain memberikan kesempatan pada individu untuk berpikir dan bertindak imajinatif, serta penuh daya khayal yang erat hubungannya dengan perkembangan kreativitas anak.

Metode bermain dalam mengembangkan kreativitas anak pada pembahasan ini adalah metode bermain peran. Metode bermain peran (role play) adalah cara penguasaan bahanbahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan dan penghayatan imajinasi tersebut dilakukan oleh siswa dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat mereka senang belajar. Metode pembelajaran ini juga memiliki nilai tambah,

(5)

yaitu dapat menjamin partisipasi seluruh siswa dan memberi kesempatan dalam bekerja sama hingga berhasil, sehingga akan menimbulkan kesan.27

Di dalam bermain anak memiliki nilai kesempatan untuk mengekspresikan sesuatu yang ia rasakan dan pikirkan. Dengan bermain, anak sebenarnya sedang mempraktekkan keterampilan dan anak mendapatkan kepuasan dalam bermain, yang berarti mengembangkan dirinya sendiri. Dalam bermain, anak dapat mengembangkan otot kasar dan halus, meningkatkan penalaran, dan memahami keberanaan lingkungannya, membentuk daya imajinasi, daya fantasi, dan kreativitas.

B. Pembahasan

1. Kreativitas Anak Usia Dini a. Pengertian Kreativitas Anak

Kreativitas merupakan suatu konsep yang dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang tersebut akan memengaruhi arti kreativitas. Selain itu, kreativitas juga berdimensi sangat luas. Artinya, cakupannya meliputi segenap potensi manusia. Adapun menurut Wahyudin yang dikutip Ahmad Susanto menyebutkan kreativitas merupakan daya cipta dalam arti seluas-luasnya, yang memadukan pemikiran, imajinasi, ide-ide, dan perasaan-perasaan yang memuaskan.28

Menurut Supriadi dalam bukunya Rachmawati menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Sedangkan menurut Semiawan dalam Rachmawati mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah. 29 Secara operasional, kreativitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orinalitas dalam berfikir, serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan.30

27

Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hal. 94

28

Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Perdana Media Group, 2012), hal. 71.

29

Yeni Rachmawati dan Evis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana Predana Media Grup, 2010), hal. 13-14.

30

(6)

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kreativitas merupakan proses pemikiran seorang individu yang menghasilkan temuan baru, gagasan ataupun metode yang bersifat imajinatif, estetis, fleksibel, integrasi, sukses, diskontunuitas dan diferensiasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah. Kreativitas mencakup segenap potensi kemanusiaan, secara filosofis dapat disejajarkan dengan proses mencari identitas diri. Jadi, kreativitas anak merupakan segala ekspresi anak untuk menemukan kesejatian diri dengan menjadi dirinya sendiri, bukan menjadi orang lain. Oleh karena itu, proses kreatif masing-masing anak akan berbeda-beda.

b. Perkembangan Kreativitas Anak

Dalam perkembangan kreativitas anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Adapun pengaruh yang cukup besar dalam perkambangan ini terhadap anak adalah lingkungan, terutama lingkungan sekolah.

Segala sesuatu yang belum diketahui anak akan selalu ditanyakan, dikenalnya dan dipahaminya. Selain itu daya imajinasi yang tinggi anak berusia 3 sampai 6 tahun kadang membuat ia bertanya-tanya terus dan hal ini membuat kewalahan orang dewasa yang mendampinginya. Anak dalam usia ini sebaiknya diarahkan ke dalam kegiatan yang positif dan cobalah untuk menyediakan permainan yang memancing kreativitas anak, diantaranya seperti permainan puzzle, permainan balok, permainan bongkar pasang atau dengan bermain peran. Dalam kegiatan positif dan permainan positif, kerja otak seorang anak juga terangsang baik otak belahan kiri dan otak belahan kanan.

Perkembangan kreativitas anak memiliki beberapa fase, menurut Wallas fase perkembangan kreativitas dibagi menjadi empat antara lain:31

a. Fase Persiapan (Preparation)

Fase ini meliputi segala hal yang dipelajari orang yang kreatif melalui pengalaman yang diperolehnya, meskipun melalui usaha dan kesalahan terlebih dahulu. Atau sebagai segala hal yang dipelajari seseorang dalam hidupnya, sehingga bermanfaat bagi proses berpikir kreatif. Disamping berbagai macam pengetahuan yang diperoleh, terkadang juga seseorang memerlukan latihan

31

Al Tridhonanto, Pola Asuh Kreatif, Panduan Untuk Orang Tua, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), hal. 51-54.

(7)

khusus yang berkaitan dengan kerja kreatif dengan disesuaikan program yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

b. Fase Inkubasi

Dalam fase ini, secara emosional seseorang yang kreatif tidak akan menyibukkan diri dengan berbagai permasalahan, proses berpikir sedang dalam kondisi tidak aktif, dan tidak memperlihatkan kemajuan apapun menuju solusi atau produk kreatif. Orang kreatif akan secara sengaja mengalihkan pandangannya dari permasalahan utama kepada sesuatu yang lain, dengan harapan dapat memberikan solusi akhir bersamaan dengan berlalunya waktu. Perilaku orang kreatif ini tampak jelas melalui fase inkubasi antara seseorang dan orang lain, dan dari satu sikap dengan sikap lainnya.

Dalam fase ini, kegundahan dapat mengalahkan perilaku seseorang dengan disertai rasa tidak nyaman sampai frustasi dan menjadi mudah terpengaruh dengan faktor yang terpisah. Terkadang orang lain menjadi merasa sedih dan tertekan. Seseorang yang santai, dapat meminimalisir pengaruh pencegahan kreativitas, ia akan lebih mempersiapkan kesempatan untuk memunculkan kreativitas melalui dorongan yang kuat dan baru, dengan keberanian melangkah kedepan.

c. Fase Inspirasi (Illumination)

Dalam fase inspirasi, sebuah solusi tampak seakan-akan datang secara tiba-tiba, disertai dengan emosi yang meluap dan menyenangkan. Fase inspirasi ini bukan sebagai fase yang terpisah dan mandiri. Namun, merupakan hasil dari seluruh upaya yang dilakukan oleh orang kreatif selama fase-fase sebelumnya. d. Fase Perealisasian (Verification)

Dalam fase ini, orang kreatif melakukan pengujian atas kebenaran dan kelayakan kreativitasnya melalui percobaan. Bisa jadi dalam fase ini dilakukan sebagian dari revisi atau perubahan atas produk kreativitas tersebut yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan memunculkannya dengan bentuk sebaik mungkin.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Anak

Menurut beberapa pendapat dari yang lebih ahli ternyata sifat kreatif seseorang terbentuk karena keturunan, tetapi sifat kreatif juga bisa berkembang karena dilatih.32 Dalam mengembangkan kreativitas tersebut, terdapat faktor-faktor yang dapat

32

(8)

mendukung upaya menumbuhkembangkan kreativitas. Faktor-faktor yang dapat mendukung atau mendorong munculnya kreativitas tersebut adalah lingkungan keluarga, sekolah, maupun lingkungan masyarakat. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah adanya kebebasan dan keamanan psikologis dalam diri anak untuk mengembangkan kondisi bagi perkembangan kreativitas.

Menurut Mayesky yang dikutip oleh Majid dalam Ahmad Susanto, untuk mengembangkan kreatifitas anak dapat dilakukan dengan beberapa hal, diantaranya seperti main drama, main boneka, bermain pasri, kertas lipat atau lilin, bermain sambung cerita, main musik, meniru bentuk, dan serbuan pertanyaan. 33 Adapun petunjuk bagaimana sikap orang tua secara langsung untuk memengaruhi kreativitas anak menurut Amabile yang dikutip oleh Ahmad Susanto adalah sebagai berikut:34 a. Kebebasan, orang tua yang memberikan kebabasan kepada anak, tidak otoriter,

tidak selalu mau mengawasi anak, tidak terlalau membatasi kegiatan anak, dan tidak terlalau cemas mengenai anak yang mempunyai kreativitas.

b. Respek, Orang tua yang menghormati anak sebagai individu percaya akan kemampuan mereka dan menghargai keunikan anak biasanya memiliki anak yang kreatif. Anak-anak ini secara alamiah mengembangkan kepercayaan diri untuk berani melakukan sesuatu yang orisinal.

c. Kedekatan emosional yang sedang, kreativitas anak dapat terhambat oleh suasana emosional yan mencerminkan rasa permusuhan atau penolakan namun keterikatan emosional yang berlebih juga tidak menunjang pengembangan kreativitas. Anak perlu merasa bahwa ia diterima dan disayangi tetapi seyogianya tdak menjadi terlalu tergantung kepada orang tua.

d. Prestasi, bukan angka, orang tua yang kreatif mendorong anak untuk berusaha dan menghasilkan karya yang baik, namun tidak terlalu menekankan untuk mencapai angka atau peringkat tertinggi.

e. Orang tua aktif dan mandiri, bagaimana sikap orang tua terhadap diri sendiri amat penting karena mereka menjadi model utama bagi anak. Orang tua anak yang kreatif merasa aman dan yakin tentang diri sendiri, tidak memperdulikan status sosial, dan tidak terlalu terpengaruh oleh tuntutan sosial. Mereka juga amat kompeten dan mempunyai minat baik di dalam maupun di luar rumah.

33

Ahmad Susanto, Pendidikan Anak Usiad Dini... Op Cit., hal. 93.

34

(9)

f. Menghargai kreativitas, anak yang kreatif memperoleh banyak dorongan dari orang tua untuk melakukan hal-hal kreatif.

Untuk mengembangkan kreativitas anak, orang tua dan guru harus merangsang anak untuk tertarik mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai hal, benda, atau kejadian di sekelilingnya, yang mereka dengar, lihat, rasakan, atau mereka pikirkan dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua dan guru harus menjawab dengan cara menyediakan sarana yang semakin merangsan anak berfikir lebih dalam. Misalnya, dengan memberikan gambar-gambar buku-buku, dan sebagainya. Orang tua dan guru janganlah menolak, melarang atau menghentikan rasa ingi tahu anak, asalkan tidak membahayakan dirinya atau orang lain. Pemberian penghargaan kepada anak menurut Robert Einsenberger dalam bukunya Ahmas Susanto menjadi hal yang sangan efektif untuk merngsang minat dan kreatifitas anak.35

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa kreatifitas anak akan berkembang jika orang tua dan guru selalu bersikap demokratik. Dengan perilaku yang mau mendengarkan dan menghargai pendapat anak, mendorong anak untuk berani mengungkapkan pendapatnya, dan tidak memotong pembicaraan anak ketika ingin mengungkapkan pikiranya. Disamping itu, perkembangan kreatifitas anak bukan hanya dipengaruhi oleh lingkungan psikis saja, melainkan lingkungan fisik juga memiliki andil yang cukup besar.

d. Faktor-faktor yang Menghambat Kreativitas Anak

Faktor penghambat kreativitas anak dalam kehidupan sehari-hari banyak kita jumpai perlakuan dan tindakan anak dengan berbagai pola dan tingkah lakunya. Artinya, ekspresi kreativitas anak kerap menimbulkan efek kurang berkenan baagi orang tua. Misalnya, orang tua melarang anak merobek-merobek kertas karena takut rumah jadi kotor, atau berteriak, marah-marah saat anak main pasir karena takut kena hukuman. Padahal tiap anak memiliki ekspresi kreativitas yang berbeda, ada yang terlihat suka mencoret-coret, beraktifitas gerak, berceloteh, dan melakukan eksperimen. Penyikapan orang tua seperti itu berarti merupakan salah satu contoh dari sekian banyak faktor yang menghambat kreativitas seorang anak.

35

(10)

Menurut Amaible yang dikutip oleh Ahmad Susanto menyatakan bahwa ada empat cara yang dapat mematikan kreativitas anak, yaitu evaluasi, hadiah, persaingan, dan lingkungan yang membatasi:36

a. Evaluasi, dalam memupuk kreativitas anak, guru hendaknya tidak memberikan evaluasi atau menunda pemberian evaluasi sewaktu anak sedang asyik berkreasi. Bahkan menduga akan dievaluasipun dapat mengurangi kreativitas anak.

b. Hadiah, kebanyakan orang percaya bahwa memberi hadiah akan memperbaiki atau meningkatkan perilaku tersebut. Ternya tidak demikian. Pemberian hadiah dapat mematikan potensi intrinsik dan mematikan kreativitas.

c. Persaingan, komperisi atau persaingan lebih kompleks dari pada pemberian evaluasi atau hadiah tersendiri, karena kompetisi meliputi keduanya. Biasanya persaingan terjadi apabila anak merasa bahwa pekerjaannya akan dinilai terhadap pekerjaan anak lain dan yang terbaik akan menerima hadiah. Hal ini, terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan sayangnya dapat memetikan kreativitas anak.

d. Lingkungan yang membatasi. Belajar dan kreativitas tidak dapat ditingkatkan dengan paksaan. Jika belajar dipaksakan dalam lingkungan yang amat membatasi, maka minat intrinsik anak dapat dirusak.

Menurut Utami Munandar hal yang menghambat kreativitas anak adalah sikap orang tua sering kali banyak bertolak belakang dengan upaya pengembangan kreativitas anak.37

2. Metode Bermain Peran

a. Pengertian Metode Bermain Peran

Metode adalah bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdsarkan startegi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan. 38 Bermain peran (role play) adalah cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan dan penghayatan imajinasi tersebut dilakukan oleh siswa dengan memerankan sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat mereka senang belajar. Metode pembelajaran

36

Ibid., hal. 126

37

Ahmad Susanto, Perkembangan Anak… Op Cit., hal. 95

38

(11)

ini juga memiliki nilai tambah, yaitu dapat menjamin partisipasi seluruh siswa dan memberi kesempatan dalam bekerja sama hingga berhasil, sehingga akan menimbulkan kesan.39

Bermain peran (role play) adalah metode pembelajaran sebagai bagian simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. 40 Menurut Moeslichtoen bermain peran adalah bermain menggunakan daya khayal, yaitu menggunakan bahasa atau pura-pura bertingkah laku seperti benda tertentu, situasi tertentu atau orang tertentu, dan binatang tertentu yang dalam dunia nyata tidak dilakukan.41 Menurut Samsudin bermain peran yaitu anak diminta dimainkan peran tertentu dalam suatu permaian peran. Misalnya: bermain jual beli sayuran, bermain menolong anak yang jatuh, bermain menyangi keluarga.42

Ada tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai metode pembelajaran adalah kualitas pemeranan, analisis dalam diskusi, dan pandangan siswa dalam peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan siswa.43

b. Tujuan dan Manfaat Bermain Peran

Mengenai manfaat metode bermain peran, Fledman berpendapat bahwa di dalam area drama, anak-anak memiliki kesempatan untuk bermain peran dalam situasi kehidupan yang sebenarnya, melepaskan emosi, mempraktikkan kemampuan berbahasa membangun ketrampilan sosial dan mengekspresikan diri dengan kreatif. Menurut buku yang dikutip Winda Gunarti bermain peran mempunyai makna penting bagi perkembangan anak usia dini karena dapat: mengembangkan daya khayal (imajinasi) anak, menggali Kreativitas anak, melatih motorik kasar anak untuk bergerak, melatih penghayatan anak terhadap peran tertentu, menggali perasaan anak.

Tujuan bermain peran adalah sebagai berikut: a. Anak dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan.

b.Memperoleh wawasan tentang sikap-sikap, nilai-nilai, dan persepsinya.

39

Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hal. 94

40

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2010), hal. 161

41

Moeslichatoen, Metode Pengajaran… Op Cit., hal. 9

42

Samsudin, Pembelajaran Motorik Anak di taman Kanak-kanak, (Jakarta: Litera, 2008), hal. 34

43

(12)

c. Mengembangkan ketrampilan dan sikap dalam memecahkan masalah yang dihadapi.

d. Mengembangkan Kreativitas dengan membuat jalan cerita atas inisiatif anak. e. Melatih daya tangkap.

f. Melatih daya konsentrasi. g. Melatih membuat kesimpulan. h. Membantu pengembangan kognitif. i. Membantu pengembangan fantasi.

j. Menciptakan suasana yang menyenangkan.

k. Mencapai kemampuan berkomunikasi secara spontan/berbicara lancar. l. Membangun pemikiran yang analitis dan kritis.

m.Membangun sikap positif dalam diri anak.

n.Menumbuhkan aspek efektif melalui penghayatan isi cerita.

o. Untuk membawa situasi yang sebenarnya kedalam bentuk simulasi/ miniatur kehidupan.

p.Untuk membuat variasi yang menarik dalam kegiatan pengembangan.44

c. Langkah-langkah Bermain Peran Langkah-langkah Bermain Peran adalah sebagai berikut.

a. Pilihlah sebuah tema yang akan dimainkan (diskusikan kemungkinan-kemungkinan dan urutan waktunya dengan anak).

b. Buatlah rencana/skenario/naskah jalan cerita.

c. Buatlah skenario kegiatan yang fleksibel, dapat diubah sesuai dengan dinamika yang terjadi dan mencakup berbagai ragam aspek perkembangan anak.

d. Sediakan media, alat dan kostum yang diperlukan dalam kegiatan.

e. Apabila memungkinkan buatlah media/alat dari bahan daur ulang, jadilah guru yang kreatif.

f. Guru menerangkan teknik bermain peran dengan cara yang sederhana apabila kelompok murid baru untuk pertama kalinya diperkenalkan dengan bermain peran, guru dapat memberi contoh satu peran.

g. Guru memberi kebebasan bagi anak untuk memilih yang disukainya.

44

Winda Gunarti dkk, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan dasar Anak Usia Dini, (Tanggarang Seatan: Universitas Terbuka, 2012), hal. 10.12

(13)

h. Jika bermain peran untuk pertama kali dilakukan, sebaiknya guru sendirilah memilih siswa yang kiranya dapt melaksanakan peranperan itu.

i. Guru menetapkan peran pendengar (anak didik yang tidak turut bermain peran). j. Dalam diskusi perencanaan, guru memberikan kesempatan pada anak untuk

merancang jalan cerita dan ending cerita.

k. Guru menyarankan kalimat pertama yang baik diucapkan pemain untuk memulai. l. Anak bermain peran.

m.Di akhir kegiatan, adakan diskusi untuk mengulas kembali nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam bermain peran untuk diteladani anak.

n. Khusus di sentra drama, buatlah pra-rencana dan setting tempat yang mendukung untuk 2-4 minggu.

o. Settinglah tempat bermain peran dengan gambar-gambar dan dekorasi yang mendukung jalan cerita.45

d. Kelebihan dan Kekurangan Bermain Peran

Disamping manfaat dan tujuan bermain peran yang telah kita pelajari, terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan metode bermain peran, sebagai berikut: a. Kelebihan Metode Bermain Peran:

1) Melibatkan anak secara aktif dalam pembelajarannya yang dibangunnya sendiri;

2)Anak memperoleh umpan balik yang cepat/segera;

3)Memungkinkan siswa mempraktikan ketrampilan berkomunikasi; 4) Membuat guru dapat mengajar pada ruang lingkup yang luas dalam

mengoptimalkan kemampuan banyak anak pada waktu yang bersamaan; 5)Mendukung anak untuk berfikir kritis dan analitis;

6) Menciptakan percobaan situasi kehidupan dengan model lingkungan yang nyata.

b.Kelemahan Metode Bermain Peran:

1) Perlu di bangun imajinasi yang sama antara guru dan anak, dan hal ini tidak mudah;

2) Sulit menghadirkan elemen situasi penting seperti yang sebenarnya, misalnya suara hiruk-pikuk pasar, air terjun, ributnya suara kemacetan lalu lintas, tanpa bantuan pendukung, mesalnya rekaman suara (dubbing);

45

(14)

3) Jalan cerita biasanya berlangsung singkat, dan kerana memungkinkan tidak adanya jalan cerita yang berkesinambungan adegan demi adegan dapat terpotong-potong sehingga tidak integral menampakkan suatu jalan cerita yang utuh. Hal ini karena metode bermain peran yang lebih menekankan kepada imajinasi, kreativitas, inisiatif dan spontanitas dari anak sendiri.

Kelemahan-kelemahan itu dapat diatasi dengan perencanaan yang matang. Guru berperan penting dalam metode ini, namun tentunya letak keberhasilan utama terletak pada peran anak dalam membangun simulasi dengan baik.

3. Strategi Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang dilakukan sejak lahir hingga usia 6 tahun dengan tujuan untuk memberikan rangsangan-rangsangan perkembangan dalam mengembangkan potensi-potensi anak. Anak usia dini merupakan individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dapat dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Perkembangan adalah bertambahnya fungsi psikis dan fisik anak meliputi sensorik (mendengar, melihat, meraba, merasa, dan menghirup), motorik (gerakan motorik kasar dan halus), kognitif (pengetahuan, kecerdasan), komunikasi (berbicara dan bahasa), serta sikap religius, sosial-emosional dan kreativitas.

Dalam mengembangkan kreativias anak, metode yang dipilih adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk meningkatkan motivasi rasa ingin tahu dan

mengembangkan imanjinasi. 46 Metode yang dipergunakan juga mampu mendorong anak mencari dan menentukan jawabannya, membuat pertanyaan dan membantu memecahkan, memikirkan kembali, membangun kembali, dan menemukan hubungan-hubungan baru.

Adapun metode dalam pembahasan ini adalah metode bermain peran. Metode bermain peran disebut juga main simbolik, role play, pura-pura, make believe, fantasi, imajinasi atau main drama, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan interaksi sosial, kreativitas dan berbahasa, membangun rasa empati, membangun kemampuan abstrak berpikir dan berpikir secara objektif.47

46Moeslichatoen, Metode Pengajaran…, Op Cit., hal. 9 47

(15)

Menurut Smilansky setelah mempelajari tentang inisiatif mandiri anak dalam kegiatan sosiodrama, menyimpulkan bermain sosiodrama tiga area penting pada diri anak, yang merupakan bagian-bagian penting tidak hanya bermain tetapi juga permainan/stimulasi sekolah dan permainan stimulasi kehidupan ke tiga aspek itu yaitu, perkembangan kreativitas, perkembangan intelektual dan bahasa dan keterampilan sosial. Sedangkan menurut Fledman di dalam area drama anak-anak memiliki kesempatan untuk bermain peran dalam situasi kehidupan sebenarnya, melepaskan emosi, mempraktekkan kemampuan berbahasa, membangun keterampilan sosial dan mengekspresikan diri dengan kreatif.48

Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Begitu pula dalam suasana bermain aktif, dimana anak memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya memalui khayalan, drama, bermain konstruktif, dan sebagainya. Maka dalam hal ini memungkinkan anak untuk mengembangkan pearasaan bebas secara psikologis.

Rasa aman dan bebas secara psikologis merupakan kondisi yang penting bagi tumbuhnya kreativitas. Anak-anak diterima apa adanya, dihargai keunikannya, dan tidak terlalu cepat di evaluasi, akan merasa aman secara psikologis. Begitu pula anak yang diberikan kebebasan untuk mengekspresikan gagasannya. Keadaan bermain yang demikian berkaitan erat dengan upaya pengembangan kreativitas anak. Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan kreativitasannya. Ia dapat berekperimen dengan gagasan-gagasan barunya baik yang menggunakan alat bermain atau tidak. Sekali anak merasa mampu menciptakan sesuatu yang baru dan unik, ia akan melakukan kembali pada situasi yang lain.

Kreativitas memberi anak kesenangan dan kepuasan pribadi yang sangat besar dan penghargaan yang memiliki pengaruh nyata pada perkembangan pribadinya. Menjadi kreatif juga penting artinya bagi anak usia dini, karena menambah bumbu dalam permainannya. Jika kreativitas dapat membuat permainan menjadi menyenangkan, mereka akan merasa bahagia dan puas. Dari pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa dalam kegiatan bermain peran itu dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan, salah satunya adalah perkembangan kreativitas anak usia dini.

48

(16)

C. Kesimpulan

Kreativitas merupakan suatu konsep yang dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang. Sudut pandang tersebut akan memengaruhi arti kreativitas. Selain itu, kreativitas juga berdimensi sangat luas. Artinya, cakupannya meliputi segenap potensi manusia. Untuk mengembangkan kreativitas anak dibutuhkan keharmonisan antar guru dan anak dalam proses belajar mengajar dan tidak kalah pentingnya peran orang tua anak tersebut, kreativitas anak juga berkembang dengan hadirnya guru profesional yang kreatif sebagai pemicu lahirnya inovasi proses dan hasil pembelajaran yang bermutu tinggi.

Kreatifitas anak akan berkembang jika orang tua dan guru selalu bersikap demokratik. Dengan perilaku yang mau mendengarkan dan menghargai pendapat anak, mendorong anak untuk berani mengungkapkan pendapatnya, dan tidak memotong pembicaraan anak ketika ingin mengungkapkan pikiranya. Disamping itu, perkembangan kreatifitas anak bukan hanya dipengaruhi oleh lingkungan psikis saja, melainkan lingkungan fisik juga memiliki andil yang cukup besar. Jadi, untuk mengembangkan kreativitas anak dapat melalui metode bermain peran karena bermain peran mempunyai makna penting bagi perkembangan anak usia dini karena dapat: mengembangkan daya khayal (imajinasi) anak, menggali kreativitas anak, melatih motorik kasar anak untuk bergerak, melatih penghayatan anak terhadap peran tertentu, menggali perasaan anak.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

Amal Abdussaalam. 2005. Mengembangkan Kretivitas Anak. Jakarta:Dar Sofha Amman.

Andi Prastowo. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Yogyakarta: Diva Press.

Al Tridhonanto. 2013. Pola Asuh Kreatif, Panduan Untuk Orang Tua. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Mansur. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mukhtar Latif dkk. 2014. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Prenada Media Group.

Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta.

Robbert W. Crapps. 1994. Perkembangan Kepribadian dan Keagamaan. Yogyakarta:

Kanisius.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik Anak di taman Kanak-kanak. Jakarta: Litera.

Suyadi. 2014. Teori Pembelajaran Anak Usia Dini. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Soemiarti Patmonodewo. 2008. Pendidikan Anak Pra Sekoah. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.

Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Prenadamedia Group.

Winda Gunarti dkk. 2012. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan dasar Anak Usia Dini. Tanggarang Seatan: Universitas Terbuka.

Yeni Rachmawati dan Evis Kurniati, 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana Predana Media Grup.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui produksi gas bio dari campuran substrat feses babi dan limbah ampas sagu dengan perlakuan waktu retensi dan taraf rasio C/N yang berbeda

Pekerja keluarga dwi-pendapatan dalam sektor awam yang mempunyai pendidikan tinggi, berada dalam kumpulan profesional dan memiliki rumah adalah lebih sejahtera kewangannya

Skripsi dengan judul “Studi efektivitas biaya antibiotik pada pasien Community-Acquired Pneumonia di RSUD Dr.Soetomo Surabaya”.. ini disusun untuk memenuhi

Dari hasil analisis dapat disampaikan bahwa budi daya wijen di lahan pasir pantai dengan menerapkan pemupukan organik de- ngan varietas Sumberrejo-1 dan Sumberrejo-2

Dengan demikian peneliti mengemukakan keberhasilan pembelajaran ekonomi pada materi perkoperasian dalam perekonomian di indonesia dengan menggunakan model pembelajaran

Partus lama pada umumnya disebabkan oleh kelainan dari tiga aspek seperti kelainan tenaga (kelainan his), kelainan janin, serta kelainan jalan lahir dan dapat

[r]

Otot berperan dalam menjaga suhu tubuh secara keseluruhan, karena sistem otot dapat merespon jika tubuh mengalami penurunan dan peningkatan suhu tubuh, misalnya