• Tidak ada hasil yang ditemukan

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain 13

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain 13"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain | 13

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati

Satu Sama Lain

Janfrido M. Siahaan

STT Baptis Jakarta, Indonesia. janfridoms@gmail.com

Abstrak

Salam Lintas Agama atau disebut juga Salam Kebhinekaan saat ini semakin populer diucapkan oleh para pemimpin bangsa. Ketika wabah Covid-19 melanda Indonesia maka bangsa ini memerlukan sebuah spirit bersama untuk bangkit dari hajaran atau efek wabah yang menimbulkan kerugian di berbagai sektor. Seluruh elemen bangsa harus direkatkan untuk bersatu dan bangkit melawan wabah ini dan Salam Lintas Agama atau Salam Kebhinekaan ini bisa dipakai sebagai faktor perekat antar umat beragama. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan usulan menjadikan Salam Lintas Agama atau Salam Kebhinekaan sebagai faktor perekat antar umat beragama untuk saling memiliki kepedulian lintas-agama, lintas-suku dalam menghadapi bahaya Covid-19 yang telah menelan banyak korban dan kerugian bagi masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analisis fenomenologi untuk maksud mendeskripsikan pemaknaan salam dari berbagai agama-agama besar dan kaitannya dalam menumbuhkan ketahanan bangsa. Data didapatkan dari tengah masyarakat dalam kurun waktu masa Pembatasan Sosial Berskala Besar yang mencerminkan bagaimana salam dan doa dapat meningkatkan silatuhrahmi dan saling menolong antar umat beragama meningkat dibandingkan masa sebelum wabah.

Kata Kunci: Salam Lintas Agama, Salam Kebhinekaan, wabah, Covid-19, kepedulian, doa. Abstrac

Salam Lintas Agama (Interfaith Greetings) or also called “Salam Kebhinekaan” is now increasingly popular spoken by the leaders of the nation. When the Covid-19 outbreak hit Indonesia, this nation needed a common spirit to rise from the beat or the effects of the plague that caused losses in various sectors. All elements of the nation must be glued together to unite and rise against this plague and Salam Lintas Agama or Salam Kebhinekaan can be used as an adhesive factor between religious communities. This paper is intended to provide a proposal to make Salam Lintas Agama or Salam Kebhinekaan a glue factor between religious communities to have inter-religious, cross-tribal care in facing the danger of Covid-19 which has claimed many victims and losses to the community. This study uses a qualitative method with phenomenological analysis for the purpose of describing the meaning of greetings from various major religions and their relation in fostering national resilience. Data obtained from the middle of the community in the period of the Large-Scale Social Restrictions reflecting how greetings and prayers can increase fellowship and help each other among religious communities increase compared to before the outbreak.

(2)

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain | 14 I. PENDAHULUAN

“Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam Damai Sejahtera untuk kita semua, Shalom, Om Swastiastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan” adalah salam pembuka yang populer saat ini diucapkan pejabat Indonesia. Ucapan ini adalah salam pembuka lintas agama dan tentunya diucapkan pada pertemuan-pertemuan inklusif di mana para pesertanya terdiri dari berbagai khalayak khususnya pengiman. Salam Lintas Agama ini adalah sebuah ucapan salam khas dari enam agama yang diakui di Indonesia yang diucapkan secara bersamaan untuk menghormati kebhinekaan negara, dan itu sebabnya disebut juga Salam Kebhinekaan. Salam ini sendiri masing-masing memiliki makna yang substansial, esensial dan mendalam bagi umat beragama di Indonesia dan salam ini adalah sesungguhnya doa yang ditujukan untuk merahmati siapa pun yang mendengarnya ; yang secara umum berisi harapan untuk selamat, sejahtera, sehat, damai dan terpuji serta dikenan Tuhan.

Dengan ucapan salam lintas agama ini maka setiap warga negara terlepas beragama apa pun dia akan merasa terdukung karena salam yang disampaikan padanya adalah doa yang dikenal dan dipahami sehingga spontan diaminkannya. Salam yang diperkenalkan oleh Presiden RI Bapak Joko Widodo ini mulai menjadi kebiasaan para pejabat di Indonesia sejak tahun 2017 sebagai sebuah simbol bahwa bangsa Indonesia tidak membedakan mayoritas dan minoritas, bahwa sebagai Kepala Negara, Presiden adalah pemimpin yang menjamin identitas Indonesia sebagai negara yang paling multi-kultural dan juga multi-agama.

Doa merupakan suatu relasi, perjumpaan dan pertemuan dengan pribadi lain, yakni dengan Allah dan juga sesama. Doa merangkul kita dengan sesama dalam cinta Tuhan yang mengantar kita ke arah transformasi diri menjadi pribadi yang lebih baik. Karena doa merupakan sesuatu yang secara spontan muncul dari kedalaman

hati kita untuk menanggapi situasi-situasi nyata yang mengimpit hidup kita.1

Namun berkaitan dengan itu ternyata Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mengimbau para pejabat tak memakai salam pembuka semua agama saat sambutan resmi. Imbauan ini terlampir dalam surat bernomor 110/MUI/JTM/2019 yang diteken Ketua MUI Jatim KH. Abdusshomad Buchori dan disebutkan juga bahwa surat itu merupakan salah satu hasil dari Rakernas MUI yang terakhir di

Nusa Tenggara Barat beberapa waktu lalu.2 Dijelaskan bahwa dalam Islam, salam

diartikan sebagai doa. Sedangkan doa merupakan ibadah. Untuk itu, tak baik jika mencampuradukkan ibadah satu dengan yang lain.

Dari fakta ini muncul dua pertanyaan yang dapat dibahas :

1Rex Pai, SJ., Harta Karun Dalam Doa (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 23.

2

(3)

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain | 15  Apakah salam lintas agama yang disampaikan oleh seorang Pejabat / Pemimpin

terlepas apa pun agamanya dapat dibenarkan dan layak diterima (secara etis) oleh khalayak (pengiman agama lainnya)?

 Bagaimanakah seharusnya seorang Pemimpin / Pejabat negara dalam melakukan salam kepada khalayak yang multi-agama di Indonesia?

II. METODE

Penulis meneliti menggunakan metode kualitatif dengan analisis fenomenologi. Studi fenomenologis dimaksudkan untuk mendeskripsikan pemaknaan umum berbagai pengalaman hidup terkait dengan konsep berdoa umat beragama di Indonesia atau fenomenanya. Tugas/fokus utama peneliti adalah membuktikan bahwa doa lintas agama sebenarnya layak diterima oleh para pengiman di Indonesia serta juga dapat memberi kontribusi terhadap pemahaman tentang realitas sosial, pembebasan dan keadilan. Tujuan utama dari fenomenologi ini untuk mereduksi pengalaman individu pada fenomena menyampaikan salam dan kehidupan beragama antar umat beragama menjadi deskripsi atau intisari universal.

Deskripsi ini terdiri dari “apa” yang dialami dan “bagaimana” mengalaminya.3

Pendekatan subjektif digunakan untuk memperhatikan perilaku manusia yang bersifat kontekstual berdasarkan makna yang mereka berikan pada kegiatan memberikan atau menerima salam pada orang yang berbeda agama. Tujuan penelitian ini adalah menunjukkan bahwa religiusitas doa dalam Salam Lintas Agama sejatinya dapat menjadi wujud perlawanan terhadap ketidakadilan (intoleransi), wujud kebebasan spirit (demokrasi) umat yang melakukannya dan sebuah kejujuran memandang realitas sosial.

Tulisan ini diharapkan bermanfaat : (1) untuk mensosialisasikan salam lintas agama/salam kebhinekaan ini diucapkan sebagai salam pembuka di setiap pertemuan umum yang mana penganut dari berbagai agama hadir, (2) sebagai upaya untuk memperkuat jalinan persatuan antar bangsa ; tidak dipisahkan oleh sekat-sekat perbedaan agama, dan (3) sebagai pengingat bagi para pemimpin yang memberi salam tersebut, terlepas apa pun latar-belakang agamanya saat itu bahwa dia berdiri dan berkata-kata (memberi petunjuk, wejangan) di hadapan banyak umat yang berbeda agama.

Proses pengumpulan informasi dilakukan dengan menggali literatur makna doa pada agama-agama besar di Indonesia, menemukan keunikan dan legitimasinya pada nilai-nilai kehidupan bersama dan tinjauan etisnya bersinggungan dengan pluralisme. Dipercaya dalam doa setiap agama tersebut ada terkandung nilai-nilai spiritualitas yang mendalam atas kehidupan yang dijalani manusia tidak hanya bagi sang pengiman tetapi juga secara universal.

3John W. Creswell, Penelitian Kualitatif dan Desain Riset Memilih di antara Lima Pendekatan

(4)

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain | 16 Analisis dilakukan dengan langkah-langkah yang meliputi pendeskripsian apa yang dimaksud dalam Salam Lintas Agama dan yang menjadi dasar diterapkannya Salam tersebut di antara pejabat negara setelah diinisiasi oleh Presiden RI, makna doa yang terkandung di dalam Salam tersebut dan bagaimana Salam itu menjadi sebuah spirit yang melawan ketidakadilan, wujud semangat kebebasan dan ungkapan jujur atas realitas sosial kemajemukan di Indonesia.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Di Indonesia, negeri yang terkenal akan keramahannya, maka mengucap salam dalam sebuah pertemuan adalah wujud keramah-tamahan dan menjadi suatu hal yang janggal bahkan dinilai tak sopan apabila tidak dilakukan. Ada banyak salam yang lazim disampaikan seperti “Selamat Pagi” atau “Selamat Siang” melihat keadaan waktu, dan ada juga salam kedaerahan seperti “Horas” bagi orang Batak atau “Sampurasun” bagi orang Sunda. Ada juga jenis salam yang dihubungkan dengan kekhasan agama yang dianut dimana ucapan salam itu memiliki makna yang substansial, esensial dan mendalam bagi umat beragama di Indonesia. Berikut makna Salam atas :

“Asalamualaikum”

Asalamualaikum adalah salam Islam yang diajarkan kepada pemeluknya. Kalimat ini menjadi doa dan sunnah yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, yang sudah turun temurun dipraktikkan umat muslim. Salam dapat merekatkan persaudaraan di antara umat Islam.

Budayawan Ehma Ainun Nadjib atau Cak Nun pernah mengemukakan, kalimat salam memiliki arti dan makna yang mengikat umat manusia sebagai pengucap salam untuk berjanji tidak akan memusuhi atau melukai baik dalam perkataan maupun perbuatan kepada seseorang yang diberikan salam.

Menurut KBBI V, Asalamualaikum dapat diartikan keselamatan

(kesejahteraan, kedamaian) untukmu (biasanya diucapkan pada awal dan akhir pidato, saat bertemu dengan seseorang, dan sebagainya).

“Salam Sejahtera atau Shalom”

Bagi umat Nasrani dan Katolik, kata Salam Sejahtera atau Shalom sudah jadi sapaan yang lazim didengar. Kata ini biasanya akan diucapkan sewaktu bertemu dengan orang lain atau berkunjung ke suatu tempat. Shalom merupakan kata yang berasal dari bahasa Ibrani yang memiliki arti sejahtera, tidak ada yang hilang, tidak ada perpecahan, kesehatan, dan kelengkapan.

Di Israel, saat seseorang menyapa atau mengucapkan selamat tinggal, mereka biasanya akan mengatakan Shalom, dengan harapan ‘Semoga kamu dipenuhi dengan kedamaian dan kesejahteraan yang sempurna’ atau ‘semoga kesehatan, kemakmuran, dan kedamaian pikiran menyertaimu’.

(5)

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain | 17 “Om Swastiastu”

Om Swastiastu merupakan salam umat Hindu Bali yang biasanya dikemukakan sebagai salam pembuka, biasa diberikan orang Bali kepada seseorang yang dijumpainya. Salam ini bermakna mendoakan lawan bicara agar selalu diberkahi kerahayuan, kebahagiaan selama hidupnya. Ucapan salam Om Swastiastu sudah biasa digunakan pejabat negara untuk menyampaikan salam pada awal ataupun untuk mengakhiri acara kenegaraan.

“Namo Buddhaya”

Ini merupakan cara umat Buddha memberikan salam. Namo Buddhaya berasal dari bahasa Sansekerta, dan sudah menjadi pertanda bahwa ajaran Buddha memperkaya toleransi dan pengertian. Namo Buddhaya juga dapat diartikan terpujilah semua Buddha.

Y.M. Uttamo Thera berpendapat, arti Namo Buddhaya adalah 'Terpujilah semua Buddha'. Hal ini adalah merupakan suatu ajakan kita kepada orang lain untuk memuji para Buddha, yang dijadikan sebagai salam Buddhis. Uttamo adalah salah seorang Bhikkhu Sangha Theravada Indonesia (STI) yang sangat aktif dalam memberikan ceramah Dhamma pada setiap kesempatan.

“Salam Kebajikan”

Salam Kebajikan merupakan salam yang ada dalam agama Konghucu, seperti yang terdapat dalam buku keimanan agama Konghucu. Salam ini dalam bahasa China, sering diucapkan Wei De Dong Tian yang dapat diartikan ‘hanya kebajikan Tuhan berkenan, atau hanya orang yang hidupnya menjalankan Kebajikan saja yang

berkenan kepada Tuhan.4

Salam Lintas Agama adalah Doa Universal

Salam yang masuk dalam pembahasan tulisan ini adalah salam yang disampaikan sebagai wujud doa ; dan karena doa adalah bagian dari ritual agama, maka salam ini memasuki persoalan wilayah agama atau ranah spiritual. Dan di negeri yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa ini, sesuatu yang menyinggung ranah agama itu berarti menyinggung sesuatu yang sangat sensitif. Jangankan pejabat biasa yang salah ucap, bahkan seorang Presiden pun yang karena mengucapkan doa dengan medok Jawa saja, bisa menjadi heboh.

Doa adalah gaya hidup orang percaya (beriman). Disebut gaya hidup karena perilaku atau kebiasaan seorang pemercaya/beragama adalah berdoa pada Sesembahannya dan memiliki relasi yang baik sehingga berdoa bukanlah suatu kegiatan yang hanya dilakukan sesekali tetapi acapkali. Untuk warga Indonesia berdoa itu sebagai ciri hidup orang percaya dan tentu saja tak aneh apabila

(6)

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain | 18 Indonesia sebagai negara yang warganya 99,99% menganut agama memiliki gaya hidup yang kental agamis, sehingga salamnya pun adalah sebuah doa. Doa sebagai gaya hidup bukanlah doa yang yang dilakukan karena menghadapi situasi tertentu. Doa sebagai gaya hidup adalah doa yang selalu dilakukan tak pandang situasi apa pun yang sedang dihadapi.

Doa juga adalah nafas hidup orang percaya. Bagi orang percaya atau orang beriman, doa adalah kebutuhan utama. Seorang beriman tidak dapat hidup tanpa berdoa sebagaimana manusia tak dapat bertahan hidup tanpa nafas. Akibat tetap berdoa, mungkin saja orang percaya akan kehilangan nafas hidupnya secara jasmani karena dibunuh musuh. Tetapi menurut orang percaya jika ia tidak berdoa, maka meski secara jasmani ia masih hidup ia telah kehilangan keselamatan kekalnya. Bagi orang percaya sekali lagi, doa adalah nafas hidup yang tak mungkin ditinggalkannya. Meski seorang yang beriman harus kehilangan hidupnya karena tetap berdoa, tetapi ia percaya bahwa ia tetap hidup di mata Allah-nya.

Setiap agama memiliki bentuk-bentuk doa. Suku-suku terpencil memberikan sesajen dan mendoakan hal yang diperlukannya sehari-hari, seperti kesehatan, makanan, hujan, anak dan kemenangan di medan perang. Orang Aztec dan Inca bahkan bertindak begitu jauh dengan mengurbankan manusia untuk menarik perhatian para dewa. Kaum muslim harus bersembahyang lima kali sehari.

Bahkan kaum atheis sekalipun memiliki cara untuk berdoa. Pada masa Komunisme berjaya di Rusia, para pendukung parta memiliki suatu “pojokan merah” tempat menaruh sebuha foto Lenin seperti orang Kristen biasa menyimpan patung

atau gambar orang suci. Dalam semangat ini, Pravda menulis saran berikut kepada

pembacanya pada tahun 1950 :

“Jika kalian menghadapi kesulitan dalam pekerjaan, atau tiba-tiba meragukan kemampuan kalian, ingatlah ia – Stalin – dan kalian akan menemukan keyakinan yang kalian butuhkan. Jika kalian merasa lelah sebelum waktunya, ingatlah ia – Stalin – dan kalian akan bekerja dengan baik. Jika kalian hendak membuat keputusan yang tepat, iangatlah ia – Stalin – dan kalian akan menemukannya”.

Doa merupakan sesuatu yang universal karena ia berbicara tentang kebutuhan mendasar manusia. Seperti dikatakan Thomas Merton, “Doa adalah eskpresi diri kita... Hidup kita tidak sempurna. Ada jurang dan kekosongan dalam diri kita yang meminta agar dipenuhi.” Dalam doa, kita menghancurkan

kebungkaman dan kadang kala kata-katanya mengalir dari lubuk hati yang terdalam.5

Untuk memimpin negara yang meski bukan didasarkan agama juga bukan

sekuler tetapi kental dengan nuansa spiritual seperti Indonesia ini, jelas diperlukan seorang Presiden yang taat beragama dan memiliki kedewasaan serta kesalehan untuk memahami religiusitas agama yang lain. Presiden RI yang muslim dituntut juga memahami religiusitas umat Kristiani, Katolik, Buddha, Hindu dan Konghucu. Doa adalah aktivitas ritual seorang pengiman, dimana baik sendirian maupun

(7)

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain | 19 berkelompok umat beragama menjalaninya sebagai wujud relasi dirinya dan kelompoknya dengan Tuhan. Doa dipanjatkan kepada Tuhan dengan memandang realitas sosial yang terjadi baik masa lalu dan kini, berelasi dengan subjek sebagai apa dan bagaimana.

Ketika Presiden RI yang seorang muslim berdoa tentulah ia mengawalinya dengan doa menurut agama Islam. Tetapi Presiden RI bukan hanya Presiden bagi umat muslim Indonesia saja tetapi Presiden bagi umat beragama lainnya yang menjadi warga negara Indonesia. Itu sebabnya ucapan salam itu dibuat sedemikian agar salam tersebut menjangkau seluruh jiwa (roh) umat beragama di Indonesia. Salam Lintas Agama atau Salam Kebhinekaan adalah salam berwujud doa untuk menjangkau seluruh umat beragama warga negara Indonesia sesuai konteks yang mereka pahami namun tetap dalam keimanan si penyebut salam.

Dalam tradisi doa yang diajarkan Al Qur’an dan Kitab Suci, Tuhan menghendaki agar dalam berdoa janganlah melepaskan diri dari masalah-masalah

kemanusiaan, sosial, lebih-lebih masalah mereka yang miskin dan menderita.6

Memang agama-agama yang ada di Indonesia berbeda-beda, tafsir teologisnya pun bisa bermacam-macam. Namun kebhinekaan ini bukankah karya cipta Tuhan? Kebhinekaan adalah warna hidup manusia yang berasal dari Allah. Kebhinekaan itu ada karena Allah memang menghendaki dengan perbedaan yang ada manusia saling melengkapi dan memberkati. Masing-masing umat Tuhan dikaruniai bukan untuk menggunakan karunia itu bagi dirinya sendiri tetapi bagi kepentingan bersama.

Sebagaimana disebutkan oleh Bryan S. Turner, agama memiliki fungsi-fungsi antara lain : (i) sebagai kontrol sosial, (ii) sebagai acuan legitimasi politik dan (iii)

sebagai perekat sosial (solidaritas sosial)7, maka Presiden RI Bpk. Joko Widodo

sebagai Pemimpin Negara dalam hal ini telah menggunakan fungsi agama dalam ucapan Salam Lintas Agama atau Salam Kebhinekaan. Bapak Joko Widodo sebagai Presiden RI adalah imam dalam perkataan dan perbuatan perbuatan yang mendatangkan kebaikan, kedamaian, kesejahteraan, kesehatan, keadilan dan perkenanan Tuhan atas hidup masyarakat Indonesia.

Salam Lintas Agama atau Salam Kebhinekaan adalah sebuah bentuk doa syafaat – berdoa untuk orang lain. Ketika berjumpa dengan orang lain, maka kita berharap hal baik apa yang sedang diharapkan orang tersebut terwujud melalui doa kita. Jika ia sedang sakit, maka salam yang kita sampaikan adalah doa untuk kesembuhannya. Apabila ia sedang bingung, maka salam kita untuknya adalah doa agar Tuhan memberikan ketetapan hati baginya.

Dalam pandangan Kristiani, Yesus ingin semua orang dimana pun berada mengalami kasih Allah, dan semua orang percaya yang menerima anugerah akan berbagi dengan yang lain. Orang Kristen bersyafaat tidak untuk menaikkan permohonan agar mengabulkan permintaan dirinya bagi orang yang didoakan,

6 https://nasional.kompas.com/read/2014/05/13/1554340/Revolusi.Doa?page=3

7 Bryan S. Turner, The Religious and the Political A Comparative Sociology of Religion

(8)

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain | 20 namun terlebih lagi agar mencelikkan matanya untuk melihat orang tersebut sebagaimana yang Allah lakukan. Doa syafaat membangun kesadaran kita agar melihat orang lain tidak hanya sebagai sesama manusia tetapi sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang unik, berbeda yang Tuhan kasihi.

Doa syafaat menyadarkan kita untuk melihat orang lain sebagaimana Allah melihat mereka dan juga kita sebagai gambar dan rupa Allah yang memiliki kekurangan dan talenta yang unik. Sesuatu terjadi ketika kita berdoa dengan cara seperti ini. Membawa mereka ke hadirat Allah yang mengubah sikap kita kepada mereka dan pada akhirnya juga mempengaruhi hubungan kita. Kita berdoa untuk tetangga yang selalu mencoba mangkir dari membayar iuran lingkungan dan mulai melihatnya sebagai sahabat yang tinggal dengan kekhawatiran keuangan. Kita berdoa bagi saudara yang terlibat narkoba dan melihat perilaku di masa lalunya yang tidak bertanggung jawab sebagai jiwa yang terluka dan putus asa. Ujungnya adalah bahwa kita mulai melihat mereka melalui mata kasih Yesus, sebagai anak-anak yang

dikasihi dan rindu untuk dirangkul dan disembuhkan.8

Jangan dilupakan bahwa Presiden RI adalah bagian dari lembaga kepresidenan yaitu lembaga eksekutif yang melakukan tugas pemerintahan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga apa pun agama seorang Presiden RI, ia bekerja untuk kemaslahatan seluruh warga negara Indonesia, bukan warga yang memilihnya saja dan bukan juga untuk umat beragama yang mayoritas saja. Dengan ini dapat dikatakan bahwa meski seorang Presiden RI Bapak Joko Widodo adalah seorang muslim secara pribadi, ia juga adalah imam dalam kesalehan sosial bagi umat beragama yang lain di Indonesia. Ia harus menjadi Presiden dan sekaligus imam dalam kesalehan sosial bagi seluruh warga negara Indonesia apa pun agamanya.

Apa yang dilakukan oleh Presiden RI Bapak Joko Widodo ini bukan sebuah politisasi agama, yaitu penggunaan agama atau simbol-simbolnya dalam tujuan politik untuk memobilisasi massa. Sebaliknya inilah yang disebut legitimasi keagamaan, yaitu penggunaan agama sebagai alat penguat pemikiran atau tindakan seseorang atau kelompok melawan kezaliman. Dalam legitimasi keagamaan, agama diberi ruang sedemikian luas hingga mengurusi hal-hal di luar dirinya termasuk

kekuasaan.9 Di sini agama bisa tampil untuk menjustifikasi atau mendelegitimasi

kekuasaan dengan teks-teks keagamaan. Agama dilibatkan dalam legitimasi politik untuk menjalankan fungsi-fungsi yang disebutkan Bryan S. Turner di atas. Pelibatan agama dalam politik ini diekspresikan dengan santun oleh Presiden RI tanpa mencampuradukkan-nya dengan kepentingan politik praktis (bukan untuk memperoleh suara dukungan). Pelibatan agama (doa yang terkandung dalam Salam Lintas Agama) ini tak menimbulkan perpecahan, kebencian atau konflik SARA bahkan dipandang efektif untuk meredam intoleransi.

8 Yancey, Doa: Bisakah Membuat Perubahan?, 335.

9Mur’ifa, Sebuah Kajian Tentang Agama Dan Legitimasi Politik (Jakarta : Indonesian

(9)

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain | 21 Dalam melaksanakan amanat rakyat, Presiden RI Bapak Joko Widodo dalam hal ini telah melakukan wewenang dan tugasnya memfungsikan agama sebagai perekat sosial dengan semangat Pancasila. Semangat Pancasila ini adalah menentang segala bentuk eksklusivisme, intoleransi, sirik terhadap mereka yang berbeda, namun mendukung persatuan, toleransi dan keadilan.

Pancasila sebagai Dasar Negara menjamin bahwa identitas nasional (identitas agama, budaya, etnik dan bahasa) akan dilindungi bahkan dimuliakan. Siapa pun pribadinya, seorang Batak tidak dituntut atau diminta mengurangi ke-khas-an Bataknya, demikian juga seorang Kristiani tidak perlu mengurangi kadar kristennya. Dalam Indonesia yang ber-Pancasila, seluruh warga negara sebagai insan beragama mesti merasa terdukung oleh negara atas kehidupan berimannya. Meskipun 87 persen warga Indonesia menganut agama Islam; menjadi suatu hal yang disyukuri faktor ini tidak menjadi alasan umat Islam menuntut suatu kedudukan

yang khusus, karena negara ini dibangun atas kesepakatan founding fathers yang

meracik Pancasila sebagai ideologi jalan tengah di luar ideologi Islam dan ideologi

Barat (sekuler).10

Pancasila menjadi ideologi khas nusantara yang tidak membedakan mayoritas dan minoritas. Dari hal ini maka turunannya adalah keutuhan semua aspirasi keagamaan pun terjamin. Seluruh warga Indonesia, dalam keutuhan identitas agamanya, identitas etnik dan budayanya sepenuhnya ikut memiliki Indonesia.

IV. SIMPULAN

Salam Lintas Agama atau Salam Kebhinekaan adalah salam berwujud doa untuk menjangkau seluruh umat beragama warga negara Indonesia sesuai konteks yang mereka pahami namun tetap dalam keimanan si penyebut salam. Presiden ataupun pejabat tinggi negara yang mengucapkannya berdiri sebagai imam yang sedang mengupayakan dan mengerjakan kebaikan, kedamaian, kesejahteraan, kesehatan dan keadilan serta perkenanan Tuhan bagi masyarakat Indonesia yang mereka pimpin meninggalkan keterbelakangan, kebodohan dan kefasikan. Oleh karenanya jelas bahwa Salam Lintas Agama sangatlah layak menjadi salam khas bagi Presiden maupun Pejabat tinggi negara ketika ia atau mereka berhadapan dengan publik yang heterogen (multiagama).

Salam Lintas Agama juga harus dipandang sebagai upaya Presiden maupun pejabat yang mengikutinya untuk melakukan legitimasi agama dalam tindak politis mempersatukan umat, perekat sosial dengan semangat Pancasila. Salam Lintas Agama atau Salam Kebhinekaan ini adalah upaya santun dari pemimpin negara (imam) untuk mengajak seluruh warga negara yang beragama bersama-sama mewujudkan kebaikan, kedamaian, kesejahteraan, kesehatan, keadilan dan perkenanan Tuhan bagi negeri ini. Salam Lintas Agama harus dipandang sebagai

10Ahmad Syafii Maarif, Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara (Bandung: Mizan,

(10)

Salam Lintas Agama Merekatkan yang Berbeda untuk Memberkati Satu Sama Lain | 22 wujud pengamalan Pancasila yang diteladankan oleh seorang Pemimpin Negara. Sekian.

Referensi

Maarif, Ahmad Syafii. Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara. Bandung:

Mizan, 2017.

Turner, Bryan S. The Religious and the Political A Comparative Sociology of

Religion. New York : Cambridge University Press, 2013.

Creswell, John W. Penelitian Kualitatif dan Desain Riset Memilih di antara Lima

Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Yancey, Philip. Doa : Bisakah Membuat Perubahan? Jakarta : BPK Gunung Mulia,

2006. https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-4778988/ini-imbauan-mui-jatim-soal-pejabat-tak-gunakan-salam-pembuka-semua-agama https://nasional.kompas.com/read/2014/05/13/1554340/Revolusi.Doa?page=3 http://blog.unnes.ac.id/murifa/2015/11/16/sebuah-kajian-tentang-agama-dan-legitimasi-politik/

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Karunia dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul Pengaruh

Dapat dilihat dari tabel anava nilai signifikansi 0,042<0,05 artinya signifikan pengaruhnya terhadap konsumsi bahan

19 (2) Orang itu berada dalam keadaan keracunan yang merusak kemampuan orang tersebut untuk menilai ketidak-absahan atau sifat dari perbuatannya, atau kemampuan untuk

Perangkapan kepemimpinan dapat dengan mudah digunakan pemimpin untuk mengakumulasi kekuasaan dengan alasan demi kepentingan masyarakat, sehingga munculnya

Tujuan dari penelitian ini menguji kualitas air pada sumber air tanah yang ditinjau dari beberapa parameter kimia yaitu suhu, pH dan kandungan Besi (Fe) dimana

Table matrik ini untuk !etiap pa!angan kriteria-kriteria, ukuran Table matrik ini untuk !etiap pa!angan kriteria-kriteria, ukuran kuantitati dan kualitati dari eek yang

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga