• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman Operasional Umum PNPM Mandiri Perkotaan 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman Operasional Umum PNPM Mandiri Perkotaan 2008"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2008

Dalam pengembangan lingkungan permukiman yang berkelanjutan

Bersama Membangun Kemandirian

PEDOMAN OPERASIONAL UMUM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

Kotak Pengaduan : P.O.Box 2222 JKPMT atau e-mail ke : P2KP001@indosat.net.id Website : http://www.p2kp.org

Kantor Pusat :

Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Kantor Proyek :

Jl. Penjernihan 1 No. 19F Pejompongan Jakarta Pusat 10210 MANDIRI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI P e tu ju O p e ra s o n l m u m P N M M a n d ri P e rk o ta a n 2 0 8 n k i a U P i 0 MANDIRI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

2

0

0

7

d

is

i

D

e

se

m

b

e

r

Sekretariat TP PNPM Mandiri Web/Email : http://www.pnpm-mandiri.org

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

(2)

Judul Buku :

PEDOMAN OPERASIONAL UMUM PNPM MANDIRI PERKOTAAN Penanggung jawab:

Disusun oleh:

Diterbitkan oleh:

Cetakan Perdana : Desember 2007

Dirjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum

Tim Persiapan PNPM Mandiri Perkotaan

Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP)

Buku ini boleh digandakan/perbanyak (di- ). Penggunaan karikatur diizinkan hanya untuk

kebutuhanProyek PenanggulanganKemiskinandi Perkotaan. Pengarah:

Ir. Danny Sutjiono

PMU /Proyek foto copy MANDIRI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI MANDIRI PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

(3)

i

KATA PENGANTAR

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representatif, mengakar dan kondusif bagi

perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta

menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat

Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga pelaksanaan P2KP-3 saat ini telah terbentuk sekitar 6.405 BKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 Juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM.

Pada tahun 2008 keberlanjutan pelaksanaan P2KP diperluas lagi menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan), dengan mengalokasikan tambahan dana yang cukup signifikan pada tahun anggaran 2008 yang mencakup 8.813 Kelurahan di 955 kecamatan tersebar pada 245 kota/kabupaten .

Kegiatan ini diharapkan juga dapat mendukung kesepakatan global pada awal tahun 2000

mengenai Millennium Development Goals (MDGs), sehingga sejak tahun 2007 P2KP

yang merupakan bagian dari PNPM Mandiri telah melakukan penyempurnaan pedoman pelaksanaannya yang lebih fokus pada upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan percepatan pencapaian target sasaran MDGs, dengan menerbitkan buku Pedoman Operasional Umum PNPM Mandiri Perkotaan.

Melalui buku petunjuk pelaksanaan ini, diharapkan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dapat dilaksanakan oleh seluruh pelaku secara efektif dan optimal untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah orang miskin di Indonesia dan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sesuai amanat UUD’45.

Semoga bermanfaat. Jakarta, Januari 2008

Agoes Widjanarko

Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum

(4)

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... iv DAFTAR BAGAN... iv DAFTAR ISTILAH... v I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Sasaran... I-2 1.3. Pendekatan... I-2 1.4. Strategi Pelaksanaan... I-3

II. KETENTUAN PELAKSANAAN

2.1. Kriteria Penetapan Lokasi Sasaran... II-1

2.2. Kelompok Sasaran dan Penerima Manfaat... II-3

2.2.1. Kelompok Sasaran... II-3 2.2.2. Peneriman Manfaat Dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan... II-3 2.3. Bantuan Program... II-3 2.3.1. Bantuan Untuk Masyarakat... II-3 a. Bantuan Pendampingan... II-3 b. Bantuan Dana... II-4 2.3.2. Bantuan Untuk Pemkot/Kab dan Para Pemangku Kepentingan... II-9

III. TAHAP PELAKSANAAN

3.1. Tahap Persiapan... III-1 3.2. Tahap Pelaksanaan di Masyarakat... III-4

3.2.1. Pendampingan Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat.. III-5 3.2.2. Pendampingan Pencairan Dana BLM... III-11 3.3. Tahap-Tahap yang Menerus atau Berkala... III-14 3.4. Tahap Pelaksanaan di Kota/Kabupaten... III-16

IV. ORGANISASI PELAKSANA

4.1. Tingkat Nasional... V-1 4.1.1. Project Management Unit (PMU)... V-1

4.1.2. Kepala SNVT PBL Departemen Pekerjaan Umum... V-1

4.1.3. Pejabat Pembuat Komitmen... IV-2 4.2. Tingkat Propinsi... IV-2 4.3. Tingkat Kota/Kabupaten... IV-2

(5)

4.4. Tingkat Kecamatan... IV-2 4.4.1. Camat... IV-3

4.4.2. Penanggung Jawab Operasional Kecamatan (PJOK)... IV-3

4.5. Tingkat Kelurahan/Desa... IV-4 4.5.1. Lurah atau Kepala Desa... IV-4 4.5.2. Relawan Masyarakat... IV-5

V. TRANPARANSI DAN AKUNTABILITAS

5.1. Tata Cara Penyelenggaraan Transparansi dan Akuntabilitas... V-1 5.1.1. Transparansi... V-1 5.1.2. Akuntabilitas... V-3 5.1.3. Pemantauan Independen oleh Tim Supervisi... V-6 5.1.4. Kelompok Pemantau Independen PNPM Mandiri Perkotaan... V-6 5.2. Rencana Aksi Anti Korupsi... V-6 5.2.1. Umum... V-6 5.2.2. Matriks Pemetaan Korupsi... V-9 5.3. Mekanisme Penerapan Sanksi... V-14

5.3.1. Sanksi... V-14 5.3.2. Penetapan dan Penerapan Sanksi... V-14

5.4. Penanganan Pengaduan dan Penyelesaian Konflik... V-15

5.4.1. Prinsip Penanganan Pengaduan... V-15 5.4.2. Manajemen Pengaduan... V-16 5.4.3. Penanganan Konflik... V-19

VI. PENGAMANAN

6.1. Pengamanan Sosial (Perlakuan Terhadap Penduduk Asli)... VI-1

6.2. Pengelolaan Lingkungan... VI-1

6.3. Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali... VI-2

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Penjelasan Singkat Mengenai IPN dan MDGs... L I -1

Lampiran 2. Tujuan, Prinsip dan Pendekatan PNPM Mandiri... L II -1

Lampiran 3. Rekap Daftar Calon Lokasi PNPM 2008 Per-Kecamatan... L III-1

Lampiran 4. Pedoman Perlakuan Penduduk Asli... L IV-1 Lampiran 5. Pedoman Pengelolaan Lingkungan... L V-1

Lampiran 6. Kerangka Kebijakan Pembebasan Lahan dan Permukiman Kembali... L VI-1

(6)

iv DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Bagan Penetapan Lokasi Kelurahan/Desa Sasaran PNPMN Mandiri

Perkotaan 2008... II-2

Gambar 3 : Siklus Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Masyarakat... III-5

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Pengelolaan PNPM Mandiri Perkotaan... IV-6

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Kelompok Sasaran... II-3

Tabel 2.2 : Distribusi Alokasi Dana BLM Per Kelurahan... II-5

Tabel 2.3 : Ketentuan Sifat Penggunaan Dana BLM... II-9

DAFTAR BAGAN

(7)

Daftar Istilah & Singkatan

AD/ART : Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga

ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Bangda : Pembangunan Daerah

BAPPD : Berita Acara Penarikan dan Penggunaan Dana Bappekot/kab : Badan Perencanaan Pembangunan Kota/Kabupaten Bappeprop : Badan Perencanaan Pembangunan Propinsi Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BAPPUK : Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan

BI : Bank Indonesia

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat

BLM : Bantuan Langsung Masyarakat

BOP : Biaya Operasional

BPD : Badan Perwakilan Desa

BPKP : Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan CBD : Community Based Development

CSS : Community Self Survey (Pemetaan Swadaya) Comprehensive : Menyeluruh

DED : Detailed Engineering Design DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DJP : Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan DKT : Diskusi Kelompok Terarah

Dokumen SPK-D : Dokument Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Daerah

DPPHLN : Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri, Departemen Keuangan DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPT : Diskusi Partisipatif Terpadu

Fasilitator : Tenaga Pengembangan Masyarakat P2KP

FGD : Focused Group Discussion / Diskusi Kelompok terarah FKA-BKM : Forum Komunikasi Antar BKM Tingkat Kota/Kabupaten FMR : Financial Management Report

GBPP : Garis Besar Pokok Pengajaran GoI : Government of Indonesia

Grassroot : akar rumput, masyarakat

IBRD : International Bank for Reconstruction Development (World Bank) ICB : International Competitive Bidding

IDA : International Development Agency IPM : Indeks Pembangunan Manusia

KA : Konsultan Advisory

KBK : Komunitas Belajar Kelurahan KBP : Komunitas Belajar Perkotaan

KDP : Kecamatan Development Project atau Program Pengembangan Kecamatan (PPK)

KE : Konsultan Evaluasi

KMP : Konsultan Manajemen Pusat

KMW : Konsultan Manajemen Wilayah

Korkot : Koordinator Kota, KMW

KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

KPK-D : Komite Penanggulangan Kemiskinan di Daerah (Tingkat Propinsi atau Kota/Kabupaten) KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat

LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat, merupakan nama generik yang dahulu dinamakan BKM

(8)

vi LKMD : Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

MDGs : Millennium Development Goals

Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan

ND : Neighbourhood Development, Pembangunan Lingkungan Permukiman Kelurahan NOL : No Objection Letter

P2KP : Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan PAD : Project Appraisal Document

PAKET : Penanggulangan Kemiskinan Terpadu, sama dengan PAPG PAPG : Poverty Alleviation Partnership Grant (PAPG)

PBL : Penataan Bangunan dan Lingkungan PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

PDMDKE : Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi PJM : Perencanaan Jangka Menengah

PJOK : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan

PK : Pembuat Komitment

Pej.PK : Pejabat Pembuat Komitment PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

PMU : Program Management Unit

PODES : Potensi Desa

POM : Project Operational Manual

PPK : Program Pengembangan Kecamatan

PPM : Penanganan Pengaduan Masyarakat PRONANGKIS : Program Penanggulangan Kemiskinan PRA : Participatory Rural Appraisal

PS : Pemetaan Swadaya

PU : Pekerjaan Umum

QCBS : Quality Cost Best Selection

Relawan : Warga setempat yang peduli membantu warga miskin di wilayahnya tanpa pamrih

Renta : Rencana Tahunan

RK : Refleksi Kemiskinan

RKL : Rencana Pengelolaan Lingkungan RKM : Rembug Kesiapan Masyarakat

RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga

SA : Special Account (Rekening Khusus)

SATKER-P2KP : Satuan Kerja Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

SE-DJP : Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan

SIM : Sistem Informasi Manajemen

SKS : Satuan Kerja Sementara

SNVT : Satuan Kerja Non Vertikal di tingkat Propinsi

SOP : Standard Operational Procedures

SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana SPK : Strategi Penanggulangan Daerah

SPKD : Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPM : Surat Perintah Membayar

SPP : Surat Permintaan Pembayaran SPPB : Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan SPPP : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan

Synchrone : Selaras

SWK : Satuan Wilayah Kerja

SWOT : Strength, Weakness, Opportunity and Threat

TA : Technical Assistance

TIM INTERDEPT : Tim Pengarah dan Kelompok Kerja Antar Departemen Terkait di Tingkat Nasional TKPKD : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

(9)

TNA : Training Need Assessment

Tridaya : Pemberdayaan Lingkungan, Pemberdayaan Sosial dan Pemberdayaan Ekonomi TOR : Term of Reference

TOT : Training of Trainer

UKL : Unit Kelola Lingkungan UMR : Upah Minimum Regional

UP : Unit Pengelola yang dibentuk BKM UPK : Unit Pengelola Keuangan

UPL : Unit Pengelola Lingkungan UPS : Unit Pengelola Sosial

UPP : Urban Poverty Project (P2KP) VBTP : Value Base Training Program

(10)

I - 1

1.1. LATAR BELAKANG

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang

representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social

capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat

jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representatif dan dipercaya

tersebut (secara generik disebut Badan Keswadayaan Masyarakat atau disingkat

BKM) dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai

luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagai pondasi modal sosial (capital social) kehidupan masyarakat.

BKM ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan.

Tiap BKM bersama masyarakat telah menyusun Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (yang kemudian lebih dikenal sebagai PJM Pronangkis) secara partisipatif, sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakarsa masyarakat, BKM-BKM ini mulai menjalin kemitraan dengan berbagai instansi pemerintah dan kelompok peduli setempat.

Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga pelaksanaan P2KP-3 saat ini telah terbentuk sekitar 6.405 BKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 Juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM.

Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, mulai tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, oleh sebab itu mulai tahun tersebut PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks

(11)

Goals (MDGs)1 sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di tahun 2015.

Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan). Sebagai bagian dari PNPM Mandiri maka tujuan, prinsip dan pendekatan yang ditetapkan dalam PNPM

Mandiri juga menjadi tujuan, prinsip dan pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan2.

1.2. SASARAN

Sasaran Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah sebagai berikut:

a. Terbangunnya Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang dipercaya,

aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat;

b. Tersedianya Perencanaan Jangka Menengah(PJM) Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan;

c. Terbangunnya forum LKM tingkat kecamatan dan kota/kabupaten untuk mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah

d. Terwujudnya kontribusi pendanaan dari pemerintah kota/kabupaten dalam PNPM Mandiri Perkotaan sesuai dengan kapasitas fiskal daerah.

1. 3. PENDEKATAN

Secara umum PNPM Mandiri Perkotaan menganut pendekatan yang telah ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri dengan pendalaman pemahaman sebagai berikut dibawah ini.

Penanggulangan kemiskinan membutuhkan penangan yang menyeluruh

(comprehensive) dalam skala perwilayahan yang memadai yang memungkinkan

terjadinya keterpaduan antara pendekatan sektoral, perwilayahan dan partisipatif yang dalam hal ini dipilih kecamatan sebagai lokus program yang mampu

mempertemukan perencanaan dari atas dan dari bawah (top down and bottom up

planning).

Di tataran kecamatan inilah rencana pembangunan yang direncanakan oleh SKPD (Satuan Kerja Pembangunan Daerah) bertemu dengan perencanaan dari masyarakat dalam Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Kecamatan sehingga dapat digalang perencanaan pembangunan yang menyeluruh

(comprehensive), terpadu, dan selaras waktu (synchrone).

Dengan demikian PNPM Mandiri Perkotaan akan menekankan pemanfaatan Musrenbang Kecamatan sebagai mekanisme harmonisasi kegiatan berbagai program yang ada sehingga peranan Forum LKM tingkat kecamatan menjadi sangat vital.

1

penjelasan singkat mengenai IPM dan MDGs dapat dilihat pada lampiran 1 2

(12)

I - 3

1.4. STATEGI PELAKSANAAN

1.4.1 Strategi Umum

Secara umum PNPM Mandiri mengadopsi strategi dasar dan strategi operasional yang telah ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri.

1.4.2 Strategi Khusus

Dalam upaya mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam Pedum PNPM Mandiri maka PNPM Mandiri Perkotaan menetapkan strategi khusus sebagai berikut.

a. Mengembangkan lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representatif dan dipercaya di mana anggotanya dipilih secara langsung, umum, bebas dan rahasia, tanpa kampanye, dan tanpa pencalonan oleh penduduk dewasa. Lembaga kepemimpinan ini berfungsi sebagai majelis amanah yang akan memimpin masyarakat dalam melakukan tindakan kolektif penangulangan kemiskinan. Lembaga ini secara jenerik disebut LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat).

b. Mengembangkan program pembangunan jangka menengah dan rencana tahunan dalam rangka penanggulangan kemiskinan sebagai media dialog dan kerjasama dengan berbagai pihak (pemerintah dan non pemerintah) yang peduli dengan penanggulangan kemiskinan.

c. Aktif berpartisipasi dalam Musrenbang Kelurahan dan Kecamatan untuk mengintegrasikan PJM Pronangkis ke dalam RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) Kelurahan dan RPJM Kecamatan.

d. Peningkatan kapasitas pemerintah untuk mampu bersinergi dengan masyarakat dan para pemangku kepentingan setempat dalam penangulangan kemiskinan.

(13)

2.1. PENETAPAN LOKASI SASARAN

Lokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan 2008 meliputi 8.813 kelurahan/desa di 955 Kecamatan perkotaan yang tersebar di 245 kota/kabupaten di 33 provinsi di seluruh Indonesia. Pemilihan lokasi sasaran dimaksudkan untuk melanjutkan kegiatan di kelurahan yang sedang melaksanakan PNPM Mandiri P2KP 2007 serta untuk perluasan ke kelurahan baru.

Seleksi pemilihan lokasi sasaran adalah sebagai berikut:

Langkah I : Berdasarkan data Podes 20051 dipilih kecamatan perkotaan, yaitu

kecamatan yang memiliki jumlah kelurahan lebih banyak daripada jumlah desa dan kecamatan yang menjadi ibukota kabupaten. Terdapat 1072 kecamatan perkotaan sebagai calon kecamatan sasaran PNPM Mandiri Perkotaan.

Langkah II : Dari 1072 kecamatan perkotaan tersebut dipilih kecamatan

perkotaan yang sedang melaksanakan PNPM P2KP 2007 dan kecamatan perkotaan baru dengan persentase kepala keluarga (KK) miskin ≥ 10%.

Langkah III : Di kecamatan sasaran tersebut kemudian dipilih kelurahan/desa

dengan persentase KK miskin ≥ 10% baik di kecamatan perkotaan yang sedang melaksanakan PNPM P2KP 2007 maupun di kecamatan baru. Kelurahan/desa terpilih dimasukkan dalam Daftar I kelurahan/desa calon lokasi sasaran.

Langkah IV : Sedangkan untuk kelurahan/desa dengan jumlah KK miskin ≤ 10%,

maka kelurahan/desa tersebut dimasukkan dalam Daftar II kelurahan/desa calon lokasi sasaran dengan ketentuan dana BLM untuk kelurahan/desa tersebut akan ditentukan kemudian melalui surat keputusan PMU.

Langkah V : Seluruh usulan calon lokasi sasaran diverifikasi oleh tim teknis

PNPM yang kemudian dikeluarkanlah daftar final lokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan 2008.

Dalam pedoman ini, kelurahan di kecamatan perkotaan yang sedang/sudah melaksanakan PNPM P2KP 2007 selanjutnya disebut kelurahan berjalan. Sedangkan kelurahan baru di kecamatan perkotaan baru selanjutnya disebut kelurahan baru. Daftar lokasi sasaran tercantum pada lampiran 3

Bagan penetapan lokasi kelurahan/desa sasaran PNPM Mandiri Perkotaan 2008 dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini :

1 Podes 2005 yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik selaku instansi yang berwenang di bidang statistik

(14)

I I-2

Gambar 2.1. Bagan Penetapan Lokasi Kelurahan/Desa Sasaran PNPMN Mandiri Perkotaan 2008

tidak

.

Daftar I Kelurahan Calon Lokasi Sasaran

Kecamatan Perkotaan (1072 kecamatan)

Kelurahan, dengan %-tase KK Miskin ≤ 10% ya . 2 Drop 4 Kelurahan dg %-tase KK miskin ≥ 10% di kecamatan Perkotaan yg sedang melaksanakan PNPM P2KP 2007

dan

Kelurahan baru dengan %-tase KK Miskin ≥10% di kec baru

ya 3

tdk

Daftar II Kelurahan Calon Lokasi Sasaran

Evaluasi Usulan Lokasi Sasaran oleh Tim Teknis

PNPM

5

6

Daftar Final Kec/Kel Lokasi Sasaran PNPM 2008 Kecamatan Perkotaan yg sedang melaksanakan PNPM P2KP 2007 dan Kecamatan Perkotaan Baru dg %-tase KK Miskin ≥10% berdasarkan PODES 2005 ya 1 tidak Masuk Lokasi Sasaran PNPM 2009

(15)

2.2. KELOMPOK SASARAN DAN PENERIMA MANFAAT

2.2.1. Kelompok sasaran

Yang menjadi kelompok sasaran dalam PNPM Mandiri Perkotaan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Kelompok Sasaran

Tabel 2.1. Kelompok Sasaran

Uraian Kelompok

Sasaran Bantuan Teknik/ Pendampingan

Bantuan Dana BLM

(Bantuan Langsung Masyarakat)

Masyarakat ƒ Masyarakat warga kelurahan peserta PNPM Mandiri Perkotaan, ƒ LKM/Lembaga Keswadayaan Masyarakat, ƒ KSM/kelompok swadaya masyarakat.

Warga kelurahan yg miskin menurut kriteria kemiskinan setempat yang disepakati warga, termasuk yang telah lama miskin, yang

penghasilannya menjadi tidak berarti karena inflasi, yang kehilangan sumber penghasilannya. Pemerintah Kota/Kabupaten, TKPP dan TKPK Daerah Perangkat pemerintahan kota/kabupaten s/d

kelurahan/desa yang terkait dengan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, anggota TKPP dan TKPK Daerah

-

Para Pemangku

Kepentingan terkait Perorangan atau asosiasi profesi, asosiasi usaha sejenis, perguruan tinggi, LSM, Bank, notaris, auditor publik, media masa (radio, tv, dsb) yang peduli dengan kemiskinan ,

-

2.2.2. Penerima Manfaat Dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan

Penerima manfaat langsung dari dana BLM yang disediakan melalui PNPM Mandiri Perkotaan adalah keluarga miskin yang diidentifikasi masyarakat sendiri dan disepakati serta ditetapkan bersama oleh masyarakat kelurahan, melalui proses musyawarah warga, refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya

(community self survey) berorientasi IPM-MDGs.

2.3. BANTUAN PROGRAM

Program PNPM Mandiri Perkotaan memberikan bantuan kepada dua kelompok sasaran utama; masyarakat dan pemerintah termasuk pemangku kepentingan daerah sebagai berikut.

2.3.1. Bantuan Untuk Masyarakat

Bantuan untuk masyarakat diwujudkan dalam bentuk bantuan pendampingan dan bantuan dana. Dimana cakupan batuan per lokasi PNPM lama dan baru dapat dilihat di Tabel 2.2 Cakupan Bantuan Masyarakat, di bawah ini

(16)

I I-4

Tabel 2.2. Cakupan Bantuan Masyarakat

Lokasi Cakupan Bantuan Keterangan

Lokasi P2KP 1 & 2 Pendampingan dan BLM 2008 : Pendampingan dan 30%+50% BLM

2009 : Pendampingan dan 20% BLM

Lokasi P2KP 3 Pendampingan dan BLM 2008 : Pendampingan dan

30%+50% BLM

2009 : Pendampingan dan 20% BLM

Lokasi PNPM P2KP 2007

Pendampingan dan BLM 2007 : Pendampingan dan

20% BLM 2008 : Pendampingan dan 50%+30% BLM Lokasi PNPM Perkotaan 2008 (baru)

Pendampingan dan BLM 2008: Pendampingan dan

30% BLM

2009 : Pendampingan dan 50%+20% BLM

a. Bantuan Pendampingan

Bantuan pendampingan ini diwujudkan dalam bentuk penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi dan memberdayakan masyarakat agar mampu merencanakan dan melaksanakan program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di kelurahan masing-masing.

Proses pendampingan ini sekurang-kurangnya harus menghasilkan:

ƒ Masyarakat yang peduli dengan kemiskinan dan pelestarian lingkungan serta mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai bagian dari upaya penangulangan kemiskinan.

ƒ Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang dipercaya, aspiratif, representatif dan akuntabel.

ƒ PJM Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat.

ƒ Relawan dan Relawan khusus (spesialisasi berdasarkan minat) sebagai penggerak proses pembangunan partisipatif di wilayahnya.

ƒ Kegiatan dan forum pemantauan partisipatif untuk memastikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan berdasarkan PJM Pronangkis dan nilai luhur.

ƒ Forum LKM di tingkat kecamatan dan kota/kabupaten untuk mendukung harmonisasi berbagai program.

Secara rinci jenis kegiatan pendampingan mencakup:

ƒ Pertemuan-pertemuan/musyawarah/diskusi, dsb di tingkat komunitas kelurahan/desa dan kecamatan baik yang bersifat pengambilan keputusan maupun untuk penyebarluasan informasi (sosialisasi).

ƒ Pelatihan dan bimbingan, termasuk penyediaan bahan dan media belajar.

ƒ Survei swadaya, termasuk identifikasi calon penerima bantuan, analisis, pembuatan peta tapak dan penulisan laporan.

(17)

ƒ Kerja kelompok penyusunan program pembangunan untuk kurun waktu 3 tahun dan rencana tahunan dengan rencana investasi tahun pertama penangulangan kemiskinan

ƒ Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana investasi tahunan untuk penanggulangan kemiskinan.

b. Bantuan Dana

Bantuan dana diberikan dalam bentuk dana BLM (dana bantuan langsung masyarakat). BLM ini bersifat stimulan dan sengaja disediakan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk berlatih dengan mencoba melaksanakan sebagian rencana kegiatan penanggulangan kemiskinan yang telah direncanakan pada tahun pertama.

Substansi dana BLM bersifat stimulan bagi masyarakat untuk lebih memprioritaskan kepentingan bersama dan keberpihakan pada masyarakat miskin. Untuk itu penggunaan dana BLM lebih diprioritaskan pada kegiatan-kegiatan kolektif dan menyentuh langsung masyarakat miskin.

1). Alokasi Dana BLM

Besarnya dana BLM tiap kelurahan ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di kelurahan lokasi PNPM Mandiri Perkotaan, seperti pada Tabel 2.3. sebagai berikut di bawah ini.

Tabel 2.3. Distribusi Alokasi Dana BLM per Kelurahan

Ukuran kelurahan

Kategori Kecil Sedang Besar

Jml penduduk kelurahan yg menjadi

lokasi PNPM Mandiri Perkotaan < 3.000 jiwa

3.000 s/d 10.000

jiwa > 10.000 Pagu dana BLM Kelurahan Lanjutan

PNPM Mandiri P2KP 2007 Rp 200 jt Rp 300 jt Rp 500 jt Pagu dana BLM (lokasi lama P2KP &

Lokasi Baru) Rp 150 jt Rp 200 jt Rp 350 jt Tahapan pencairan (Lokasi Berjalan)2 2007 : Tahap 1 = 20% ,

2008: Tahap 2=50%, Tahap 3=30% Tahapan pencairan (Lokasi Lama ) 2008 : Tahap 1 = 30% , Tahap 2=50% dan

2009: Tahap 3=20% Tahapan pencairan (Lokasi Baru ) 2008 : Tahap 1 = 30% ,

2009: Tahap 2=50% & Tahap 3=20%

Dana BLM ini adalah dana publik yang disalurkan sebagai wakaf tunai kepada seluruh warga kelurahan dengan peruntukannya diprioritaskan kepada warga miskin.

Nilai alokasi dana BLM tiap kelurahan harus diinformasikan secara luas dan transparan kepada semua warga kelurahan.

2 Lokasi yang sedang berjalan adalah lokasi baru di PNPM Mandiri P2KP yang baru mencairkan dana BLM

(18)

I I-6

2). Persyaratan Penyaluran dan Pencairan BLM

Dana BLM disalurkan langsung kepada LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat), secara bertahap.

a) Lokasi yang sedang berjalan

Tahapan pencairan untuk lokasi yang sedang berjalan adalah sebagai berikut:

Untuk Tahun 2007

Pencairan dana BLM tahap Isebesar20% dari total alokasi BLM ke

rekening LKM yang ditunjuk oleh LKM dapat dilakukan apabila :

• LKM telah terbentuk secara sah sesuai ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan;

• LKM menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) dengan pihak pemerintah yang diwakili PJOK;

• melampirkan PJM dan Rencana Tahunan Pronangkis (termasuk rencana penggunaan dana BLM per tahap) yang telah disepakati masyarakat dan diverifikasi KMW kepada PJOK;

Untuk Tahun 2008

Pencairan dana BLM tahap II sebesar50 %3 ke rekening LKM hanya

dapat dilaksanakan apabila:

• penilaian kinerja pengelolaan dana dan kegiatan LKM oleh KMW menunjukkan hasil memadai,

• verifikasi KMW terhadap kinerja LKM dalam pengelolaan pembangunan; transparan, akuntabel, partisipasi dan demokrasi hasil yang memuaskan,

• dana tahap I telah dimanfaatkan minimal 90%,

• kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusulkan untuk didanai BLM Tahap II telah diperiksa dan ditandatangani oleh Tim Fasilitator serta diverifikasi KMW,

• proposal/usulan KSM untuk penggunaan dana BLM tahap II telah disetujui oleh Rapat LKM.

Apabila berdasarkan hasil evaluasi kinerja oleh KMW ternyata kinerja LKM maupun masyarakat kelurahan/desa dinilai tidak memuaskan, maka KMW dapat “mengusulkan” penundaan pencairan BLM tahap II dalam batas waktu yang ditetapkan KMW. Dalam kurun waktu yang ditetapkan tersebut, LKM dan masyarakat harus dapat memperbaiki kinerjanya sesuai dengan ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan.

Pencairan dana BLM tahap III sebesar 30 % ke rekening LKM hanya

dapat dilaksanakan apabila:

• berdasarkan verifikasi KMW terhadap indikator keberlanjutan

(sustainability) telah menunjukkan adanya potensi kemandirian

LKM dan ada potensi keberlanjutan program, kelembagaan, serta dana di kelurahan/desa tersebut,

3 Untuk kelurahan yang prosentase penduduk miskinnya < 35% maka pada pencairan tahap 2 (50%) akan didanai dari APBD

(19)

• penilaian kinerja pengelolaan dana dan kegiatan tahap sebelumnya memuaskan,

• dana tahap sebelumnya telah dimanfaatkan minimal 90%,

• kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusulkan untuk didanai BLM tahap III telah diperiksa dan ditandatangani oleh Tim Fasilitator serta diverifikasi KMW,

• proposal/usulan KSM untuk penggunaan dana BLM tahap 3 telah disetujui oleh Rapat LKM.

Apabila berdasarkan hasil evaluasi kinerja oleh KMW ternyata kinerja LKM khususnya tingkat keberdayaan LKM dan potensi keberlanjutan PNPM Mandiri Perkotaan di kelurahan tersebut dinilai tidak memuaskan, maka KMW dapat mengusulkan penundaan pencairan BLM tahap III dalam batas waktu yang ditetapkan KMW. Dalam kurun waktu yang ditetapkan tersebut, LKM dan masyarakat harus dapat memperbaiki kinerja potensi kemandirian dan potensi keberlanjutannya sesuai ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan.

b) Lokasi Kelurahan yang Pernah P2KP dan Kelurahan Baru Tahapan pencairan untuk lokasi diatas adalah sebagai berikut:

Pencairan dana BLM tahap Isebesar30% dari total alokasi BLM ke

rekening bank LKM yang ditunjuk oleh LKM dapat dilakukan apabila :

• LKM telah terbentuk secara sah sesuai ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan;

• LKM menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) dengan pihak pemerintah yang diwakili PJOK;

• melampirkan PJM dan Rencana Tahunan Pronangkis (termasuk rencana penggunaan dana BLM per tahap) yang telah disepakati masyarakat dan diverifikasi KMW kepada PJOK;

Berlaku untuk semua tahap pencairan

Utk lokasi lama/sedang berjalan yang telah menerima BLM dari P2KP atau PNPM P2KP dan telah melaksanakan kegiatan pinjaman bergulir maka berlaku persyaratan sebagai berikut:

* Bila kinerja pinjaman bergulirnya mencapai kriteria memuaskan maka maksimum 20% dari BLM yg baru diterima dapat digunakan untuk menambah modal kegiatan pinjaman bergulir

* Bila kinerja pinjaman bergulirnya mencapai kriteria minimum maka dapat melanjutkan kegiatan pinjaman bergulir tetapi tidak boleh menambah modal kegiatan pinjaman bergulirnya dari BLM yang diterimanya

* Bila kinerja pinjaman bergulirnya mencapai kriteria dibawah minimum maka tidak boleh melanjutkan kegiatan pinjaman bergulir dan harus melakukan perbaikan sampai mencapai kriteria minimum dan bila setelah batas waktu yang diberikan/ditetapkan oleh KMW masih belum mampu memperbaiki kinerja pinjaman bergulir sampai kriteria minimum maka LKM harus menutup kegiatan pinjaman bergulir, menarik semua piutang dan menggunakan dana yg terkumpul untuk kegiatan sosial dan infrastruktur. Lihat paragraf Dana Pinjaman Bergulir

(20)

I I-8

Pencairan dana BLM tahap II sebesar50 %4 ke rekening bank LKM

hanya dapat dilaksanakan apabila:

• penilaian kinerja pengelolaan dana dan kegiatan LKM oleh KMW menunjukkan hasil memadai,

• verifikasi KMW terhadap kinerja LKM dalam pengelolaan pembangunan; transparan, akuntabel, partisipasi dan demokrasi hasil yang memuaskan,

• dana tahap I telah dimanfaatkan minimal 90%,

• kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusulkan untuk didanai BLM Tahap II telah diperiksa dan ditandatangani oleh Tim Fasilitator serta diverifikasi KMW,

• proposal/usulan KSM untuk penggunaan dana BLM tahap II telah disetujui oleh Rapat LKM.

• berdasarkan verifikasi KMW terhadap indikator keberlanjutan

(sustainability) telah menunjukkan adanya potensi kemandirian

LKM dan ada potensi keberlanjutan program, kelembagaan, serta dana di kelurahan/desa tersebut

Apabila berdasarkan hasil evaluasi kinerja oleh KMW ternyata kinerja LKM maupun masyarakat kelurahan/desa dinilai tidak memuaskan, maka KMW dapat “mengusulkan” penundaan pencairan BLM tahap II dalam batas waktu yang ditetapkan KMW. Dalam kurun waktu yang ditetapkan tersebut, LKM dan masyarakat harus dapat memperbaiki kinerjanya sesuai dengan ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan.

Pencairan dana BLM tahap III sebesar 20 % ke rekening LKM hanya

dapat dilaksanakan apabila:

• berdasarkan verifikasi KMW terhadap indikator keberlanjutan

(sustainability) telah menunjukkan adanya potensi kemandirian

LKM dan ada potensi keberlanjutan program, kelembagaan, serta dana di kelurahan/desa tersebut,

• penilaian kinerja pengelolaan dana dan kegiatan tahap sebelumnya memuaskan,

• dana tahap sebelumnya telah dimanfaatkan minimal 90%,

• kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusulkan untuk didanai BLM tahap III telah diperiksa dan ditandatangani oleh Tim Fasilitator serta diverifikasi KMW,

• proposal/usulan KSM untuk penggunaan dana BLM tahap 3 telah disetujui oleh Rapat LKM.

Untuk kelurahan baru PNPM Mandiri Perkotaan, pencairan dana BLM pada tahun anggaran 2008 hanya akan dilakukan satu tahap pencairan yaitu sebesar 30 % dan untuk kelurahan lama lokasi PNPM P2KP akan dilakukan dua tahap pencairan yaitu tahap I (50%) dan Tahap II (30%). Selanjutnya sisa pencairan akan dilakukan pada tahun anggaran 2009.

4 Pada tahap ini untuk katagori fiskal rendah maka sumber dana pencairan di bebankan pada pusat (30%) dan daerah (20%), sedangkan untuk katagori fiskal sedang, tinggi dan sangat tinggi pencairan tahap II (50%) dibebankan pada daerah

(21)

3). Penggunaan Dana BLM

Pada dasarnya dana BLM dapat digunakan secara cukup luwes dengan berpedoman kepada PJM Pronangkis, pembelajaran aspek Tridaya dan kesepakatan serta kearifan warga sehingga hasilnya dapat benar-benar memberikan manfaat berkurangnya kemiskinan di kelurahan/desa bersangkutan.

PJM Pronangkis harus disusun secara partisipatif oleh TIP (Tim Inti Perencana) yang dibentuk oleh LKM terdiri dari unsur LKM, relawan, warga peduli dan secara interaktif dilakukan konsultasi kepada pemerintah setempat dan masyarakat luas (publik) melalui berbagai media. PJM dapat terdiri dari investasi pembangunan prasarana yang telah diidentifikasi dari awal survei yang pelaksanaannya dapat dilakukan langsung oleh LKM dengan membentuk panitia pembangunan; atau kegiatan pembangunan prasarana skala kecil yang dapat diusulkan oleh kelompok masyarakat dan termasuk dalam sektor prasarana yang memang diprioritaskan; kegiatan pinjaman bergulir yang nantinya menjadi landasan untuk dikembangkan menjadi kredit mikro; atau kegiatan sosial untuk membantu warga yang benar-benar tidak mampu, meskipun demikian kegiatan sosial ini harus sudah direncanakan keberlanjutannya. Tatacara penyusunan PJM ini akan diatur lebih lanjut dalam pedoman operasional teknik

Secara singkat ketentuan penggunaan dana BLM dapat diilustrasikan seperti tabel 2.4. berikut ini:

Tabel 2.4. Ketentuan Sifat Penggunaan Dana BLM

Komponen

Kegiatan Sifat Kemanfaatan Kegiatan Contoh Jenis Kegiatan yang dibiayai BLM Status Pemanfaatan Dana BLM

Komponen Lingkungan

Kegiatan yang secara langsung memberikan dampak/manfaat secara kolektif pada peningkatan akses melalui peningkatan kualitas lingkungan & permukiman yang sehat, tertib, aman dan teratur

• Pembangunan sarana &

prasarana perumahan dan permukiman, baik kepentingan masyarakat umum, dan/atau ke-pentingan warga miskin (rumah kumuh, dll).

• Pengelolaan kegiatan

bergulir untuk peningkatan kualitas sarana dan prasarana perumahan dan permukiman seperti arisan MCK, jalan setapak, perbaikan rumah, dll..

Sebagai dana stimulan yang harus gunakan secara arif dan cermat dan

ditetapkan berdasarkan prioritas kebutuhan. Diharapkan dana ini dapat menggugah keswadayaan masyarakat untuk mampu memberi kontribusi (tenaga/dana) agar kegiatan ini menjadi lebih besar manfaatnya.

Komponen Sosial

• Kegiatan yang secara

langsung mampu menumbuhkan kembali modal sosial di • Pelatihan KSM untuk pengembangan kapasitas/ penguatan organisasi. Penyiapan

Sebagai dana stimulan dan diharapkan dapat

menggugah partisipasi warga lainnya untuk ikut

(22)

I I-10

Komponen

Kegiatan Sifat Kemanfaatan Kegiatan Contoh Jenis Kegiatan yang dibiayai BLM Status Pemanfaatan Dana BLM

masyarakat seperti terjalinnya kembali budaya gotong royong, tolong menolong antar warga, integritas, etos kerja, kewirausahaan, dll.

• Seluruh ketentuan dalam

pelaksanaan kegiatan sosial ini harus sesuai menurut kesepakatan warga dan tertuang dalam kebijakan LKM

dan penciptaan peluang usaha melalui pelatihan dan praktek ketrampilan usaha bagi warga-warga miskin yang belum produktif.

• Program sosial yang

sifatnya bantuan yg diupayakan

berkelanjutan seperti program peningkatan gizi balita, program penuntasan wajib belajar 9 tahun, dll.

dalam gerakan amal bagi kaum miskin

Komponen Ekonomi

Kegiatan yang secara langsung memberikan manfaat dan peningkatan pendapatan bagi individu/keluarga maupun kelompok. • Usaha ekonomi produktif. • Pengembangan modal

ekonomi keluarga, yang bermanfaat langsung bagi peningkatan pendapatan keluarga miskin.

Sebagai pinjaman kepada KSM dan harus

dikembalikan kepada UP

PNPM Mandiri Perkotaan melarang dana BLM dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan upaya penanggulangan kemiskinan, menimbulkan dampak keresahan sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi pada kepentingan individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta peraturan yang berlaku. Secara umum beberapa kegiatan yang tidak boleh dibiayai dengan dana BLM, adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, dll);

2. Kegiatan militer atau semi-militer (pembelian senjata dan sejenisnya); 3. Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga bank; 4. Kegiatan yang memanfaatkan BLM sebagai jaminan atau agunan atau

garansi, baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan maupun pihak ketiga lainnya;

5. Pembebasan lahan;

6. Pembangunan rumah ibadah;

7. Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor LKM;

8. Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan kelestarian budaya lokal dan lain-lain yang dilarang dalam safeguard; dan

9. Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, misi, tujuan dan nilai-nilai universal.

(23)

4). Dana Pinjaman Bergulir (Revolving Loan Fund)

LKM yang akan menerapkan DPB (Dana Pinjaman Bergulir) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

• Untuk kelurahan/desa lama (yang telah menjalankan P2KP)

Maksimum 20% BLM dapat dialokasikan untuk DPB bila kinerja pinjaman bergulir mencapai kriteria memuaskan (pinjaman beresiko <10%, ratio pendapatan biaya > 125%, hasil investasi >15%) dan bersedia melakukan perbaikan kelembagaan dengan membentuk dewan pengawas keuangan yang akan diatur lebih lanjut dalam pedoman operasional teknik. Lihat Tabel 2.5. Kriteria Kinerja Pinjaman Bergulir

• Untuk kelurahan/desa baru

Apabila masyarakat telah menyepakati dan menetapkan sebagian dana BLM dialokasikan untuk kegiatan DPB sesuai ketentuan PNPM Mandiri, maka pengelolaannya harus dilakukan berdasarkan kaidah-kaidah pengelolaan pinjaman bergulir yang berorientasi pada masyarakat miskin. Artinya tidak semata-mata berorientasi pada pemupukan dana, namun juga harus mempertimbangkan aspek pelayanan dan kemamfaatannya bagi masyarakat miskin.

Sejalan dengan prioritas pada kegiatan dan kemanfaatan kolektif , maksimum dana BLM yang dapat dialokasikan untuk DPB sebesar 30% dari total pagu BLM. Penyempurnaan tata cara dan kelembagaan dengan membentuk dewan pengawas keuangan yang akan diatur lebih lanjut dalam pedoman operasional teknik.

Tabel 2.5. Kriteria Kinerja Pinjaman Bergulir

Indikator Penghitungan Memuaskan Minimum

Pinjaman berisiko Jml # pinjaman yg menunggak lebih dari 3 bulan/jml # pinjaman < 10% < 20% Rasio pendapatan biaya Jml pendapatan tunai/Jml pengeluaran tunai >125% >100 Hasil investasi Laba bersih/nilai modal yg

diinvestasikan

> 15% > 0%

2.3.2. Bantuan Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten dan Para Pemangku

Kepentingan

Bantuan teknis pendampingan peningkatan kapasitas pemerintah provinsi/kota/kabupaten dan para pemangku kepentingan pada dasarnya merupakan kegiatan yang berorientasi pada upaya membangun tata pemerintahan daerah yang baik (local good governance), khususnya dalam

menanggulangi kemiskinan dan mewujudkan pembangunan keberlanjutan yang berbasis nilai-nilai serta prinsip-prinsip universal.

Beberapa kegiatan bantuan teknis peningkatan kapasitas pemerintah kota/kabupaten dan para pemangku kepentingan adalah:

(24)

I I-12

Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana hasil capaian program penanggulangan kemiskinan di tiap kota/kabupaten yang telah berjalan, seperti P2KP, PPK, dan program-program kemiskinan lainnya.

Pemkot/kab juga akan mempunyai gambaran/masukan tentang program penanggulangan kemiskinan yang berbasis community based development

sehingga diharapkan pemda akan mampu merevisi berbagai kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan sesuai dinamika dan kondisi masyarakat setempat.

b. Pelaksanaan Berbagai Kegiatan Peningkatan Kapasitas Pemkot/Kab dan Para Pelaku lainnya

Upaya-upaya peningkatan kapasitas pemeritah provinsi/kota/kabupaten dalam mengelola program penanggulangan kemiskinan antara lain :

1). Pelatihan/coaching Perencanaan Partisipatif.

Pelatihan/coaching ini akan dilakukan untuk pemkot/kab yang difasilitasi oleh KMW, bila memang sebelumnya belum pernah dilakukan peningkatan kapasitas kepada pemkot/kab dan pelaku lainnya tentang Perencanaan Partisipatif yang berbasis community based development.

2). Peningkatan Kapasitas Pengelolaan dan Pengendalian Sistem Informasi Manajemen (SIM) PNPM Mandiri Perkotaan.

Peningkatan kapasitas SIM berbasis website di tingkat pemkot/kab ini

bertujuan agar pemkot/kab dapat mengelola, mengendalikan serta memantau seluruh perkembangan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayahnya secara transparan dan akuntabel. Untuk meningkatkan peran pemkot/kab dalam membangun SIM ini perlu disiapkan sumber daya yang secara khusus menangani SIM oleh pemkot/kab, sebagai tahap awal KMW akan mengawal secara intensif sampai SIM PNPM Mandiri Perkoataan bisa operasional di tingkat pemkot/kab.

3). Peningkatan Kapasitas Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (PPM).

Pemkot/kab harus membangun media pengaduan masyarakat untuk menampung berbagai keluhan masyarakat. Tujuannya agar terbangun kontrol sosial warga dalam memonitor seluruh pelaksanaan kegiatan sehingga segala bentuk penyimpangan dapat dikurangi serta diantisipasi lebih dini oleh pemkot/kab dan masyarakat itu sendiri. Pengembangan PPM ini tidak cukup hanya dibangun/dikembangkan di kota/kabupaten, akan tetapi yang lebih strategis adalah mengembangkan PPM sampai ke tingkat masyarakat kelurahan yang dimotori oleh LKM.

Bantuan teknik/pendampingan kepada Pemerintah Kota/Kabupaten dan para pemangku kepentingan setempat diberikan melalui penugasan konsultan (KMW, korkot/asisten korkot, tenaga ahli, dsb) untuk melaksanakan program ini dan melakukan pengembangan kapasitas bagi Pemerintah Kota/Kabupaten (propinsi/kabupaten-kota) sehingga pada saatnya pemerintah daerah mampu mengelola program penanggulangan kemiskinan berbasis masyarakat.

Secara khusus asisten korkot mempunyai tugas untuk membina fasilitator di wilayahnya sesuai dengan bidang kerjanya.

Untuk optimasi bantuan teknik/pendampingan kepada pemerintah kota/kabupaten dan para pemangku kepentingan setempat maka komposisi

(25)

konsultan di daerah dapat disesuaikan atas dasar ketetapan PMU PNPM Mandiri Perkotaan.

Ikatan kerja korkot dan askorkot dengan SNVT PBL Provinsi dituangkan dalam Surat Perjanjian Kerja dengan Matrix Akuntabilitas yang ditetapkan PMU PNPM Mandiri Perkotaan.

Secara rinci bentuk-bentuk bantuan teknik/pendampingan untuk pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan setempat mencakup:

ƒ Fasilitasi pertemuan-pertemuan/musyawarah di tingkat daerah, baik yg bersifat reorientasi pemikiran, pendalaman pemahaman (workshop)

maupun penyebarluasan informasi (sosialisasi);

ƒ Pelatihan dan bimbingan, termasuk penyediaan bahan dan media belajar;

ƒ Penyediaan media-media sosialisasi;

ƒ Kunjungan lapangan baik dalam rangka pendalaman pemahaman maupun penggalian aspirasi masyarakat;

ƒ Pengorganisasian monitoring, fasilitasi, supervisi dan evaluasi bersama, dll.

Titik berat pelaksanaan bantuan pendampingan di tingkat Pemerintah Kota/Kabupaten adalah membangun kesadaran kritis perangkat pemda dan kelompok peduli untuk mencapai sinergi antara masyarakat, pemerintah dan kelompok peduli serta reformasi kebijakan, program dan penganggaran yang berorientasi pada masyarakat miskin.

Seluruh korkot, askorkot, asmandat dan tenaga ahli konsultan berkewajiban menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsisten pakta integritas pendamping PNPM Mandiri Perkotaan, sebagai berikut:

a. Pendamping memfasilitasi pemerintah/masayarakat agar mampu mengambil keputusan secara rasional dan bertanggungjawab;

b. Pendamping tidak memberi janji-janji atau iming-iming kepada pemerintah/masyarakat, termasuk informasi yang tidak sesuai pedoman dan kebijakan program;

c. Proses perencanaan, penetapan dan pelaksanaan program penangulangan kemiskinan di tingkat masyarakat harus dilakukan oleh masyarakat sendiri, Pendamping memfasilitasi agar proses kegiatan sesuai dengan nilai, prinsip dan ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan;

d. Pendamping tidak diperkenankan meminta uang atau imbalan apapun dari pemerintah/masyarakat;

e. Pendamping tidak diperkenankan menerima imbalan uang dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung (tenaga kerja, dll);

f. Pendamping bertanggungjawab terhadap penyelesaian persoalan yang ada di wilayah dampingannya, termasuk kemungkinan munculnya penyimpangan dan penyalahgunaan yang terjadi, sebagai konsekuensi logis tanggungjawab pendamping mengawal nilai, prinsip dan ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan.

g. Pendamping berkewajiban menyelesaikan persoalan penyimpangan dana yang terjadi di masyarakat dengan mengutamakan mekanisme penyelesaian oleh masyarakat hingga proses hukum sesuai ketentuan Ikatan kerja dengan korkot dan askorkot dilakukan oleh Satker provinsi dan dalam pengendalian substansi maupun operasional, di bawah kendali Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) setempat.

(26)

Langkah-langkah pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan pada dasarnya terdiri dari serangkaian kegiatan di berbagai tataran; pusat, daerah dan masyarakat, yang dapat bersifat urutan (sekuensial), bersamaan (paralel) atau menerus, seperti antara lain pemantauan dan pendampingan. Substansi pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di lokasi kelurahan baru secara umum mengacu pada Pedoman Umum P2KP-3.

Untuk menghindarkan terjadinya anggapan yang salah mengenai adanya urutan langkah baku dari awal sampai akhir, maka dalam Buku Pedoman ini berbagai jenis kegiatan dikelompokkan ke dalam tahap persiapan (tidak terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan), pelaksanaan (actual implementation) serta menerus dan berkala.

Khusus di tahap pelaksanaan, kumpulan kegiatan dikelompokkan dengan berorientasi pada Bantuan Program Pendampingan Masyarakat dan Bantuan Dana BLM, Bantuan Teknik/Pendampingan Pemerintah Kota/Kabupaten dan pemangku kepentingan setempat.

Perlu diperhatikan bahwa daftar kegiatan yang tertulis dalam Buku Pedoman Operasional Umum ini adalah jenis kegiatan utama saja sedangkan untuk kegiatan pendukung, seperti antara lain: pelatihan dan sosialisasi, dapat dilihat lebih rinci dalam buku pedoman lainnya.

3.1. TAHAP PERSIAPAN

Tahap persiapan ini pada dasarnya adalah menyiapkan para pelaku terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah, agar lebih memahami PNPM Mandiri Perkotaan dan mendorong integrasi serta sinkronisasi kegiatan-kegiatan terkait di pusat maupun di daerah.

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN

1. Serangkaian pertemuan (lobby, koordinasi, silaturahmi sosial), seminar, lokakarya dan sosialisasi awal tingkat nasional kpd perangkat pemerintah & kelompok strategis. - Penyelenggara : PMU PNPM Mandiri Perkotaan - Peserta : pemerintah, perguruan tinggi, LSM, DPR, pers, dan kelompok strategis lainnya. - Fasilitator : Tim Persiapan PNPM 2008 ƒ Penerimaan perangkat pemerintah, DPR dan kelompok strategis tingkat nasional thdp keberadaan PNPM Mandiri Perkotaan. ƒ Kesepakatan tingkat

nasional untuk fasilitasi proses kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. Lihat kerangka acuan sosialisasi tingkat nasional 2. Orientasi PNPM Mandiri Perkotaan untuk internal Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum

- Penyelenggara : Ditjen CK

- Peserta: Eselon 3 dan 4 serta fungsional Ditjen Cipta Karya, Dept. PU - Fasilitator : Tim

Persiapan PNPM 2008

Seluruh staf eselon 3 & 4 serta tenaga fungsional di Ditjen Cipta Karya memiliki pemahaman yang sama tentang PNPM Mandiri Perkotaan

Lihat kerangka acuan lokakarya

(27)

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN

3. Pelatihan dasar dan siklus kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan bagi Konsultan Manajemen Pusat (KMP) dan manajemen perusahaan - Penyelenggara : PMU PNPM Mandiri Perkotaan

- Peserta : Seluruh staf KMP (Team Leader, Co-Team Leader, Tenaga Ahli dan lainnya) dan manajemen

perusahaan. - Fasilitator : Tim

Persiapan PNPM 2008

ƒ Konsultan pelaksana paham dan terjadi per-samaan pemahaman mengenai PNPM Mandiri Perkotaan ƒ Rencana tindak pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di lapangan disetujui PMU PNPM Mandiri Perkotaan

Lihat TOR, GBPP dan modul pelatihan.

4. Pelatihan dasar dan siklus kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan bagi staf proyek.

- Penyelenggara : PMU PNPM Mandiri Perkotaan.

- Peserta : Seluruh staf proyek, termasuk satker propinsi.

- Fasilitator : Tim Persiapan PNPM 2008.

ƒ Staf proyek paham dan terjadi persamaan pemahaman mengenai PNPM Mandiri Perkotaan. ƒ Rencana tindak pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di lapangan disetujui PMU PNPM Mandiri Perkotaan. Lihat TOR, GBPP dan modul pelatihan. 5. Serangkaian kegiatan sosialisasi melalui media tingkat nasional (TV, radio, media cetakan, pertemuan, dll)

- Penyelenggara : KMP ƒ Masyarakat luas

mengetahui PNPM Mandiri Perkotaan

ƒ Munculnya kepedulian tingkat nasional terhadap PNPM Mandiri Perkotaan

Lihat TOR sosialisasi tingkat nasional.

6. Pelatihan dasar dan siklus proyek PNPM Mandiri Perkotaan Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) dan manajemen perusahaan. - Penyelenggara : KMP - Peserta : Seluruh Staf

KMW (Tim Leader, Korkot/Askorkot, Tenaga Ahli dan lainnya), dan manajemen perusahaan. - Fasilitator : Tim Persiapan PNPM 2008. ƒ Konsultan pelaksana paham dan penyamaan persepsi tentang PNPM Mandiri Perkotaan. ƒ Rencana tindak pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan di lapangan disetujui KMP. Lihat TOR, GBPP dan modul pelatihan. 7. Pelatihan dasar , pelatihan lanjutan, serta TOT PNPM Mandiri Perkotaan bagi Tim Pelatih PNPM Mandiri Perkotaan - Penyelenggara : KMP - Peserta : Tenaga Pelatih - Fasilitator : Tim Persiapan PNPM 2008

Tersedianya Tim Pelatih khusus PNPM Mandiri Perkotaan. Lihat GBPP Training Of Trainer (TOT) 8. Serangkaian lobby-lobby, silaturahmi sosial dan sosialisasi awal kpd perangkat pemerintah & kelompok strategis di tingkat provinsi. - Penyelenggara: KMW - Peserta: Bupati/Walikota, ketua DPRD, pejabat pemerintah kota/kab, tokoh masyarakat / kelompok strategis tingkat provinsi. ƒ Penerimaan perangkat pemkot/kab, DPRD dan kelompok strategis thdp keberadaan KMW untuk memfasilitasi proses kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di provinsi bersangkutan. ƒ Kesepakatan Rencana pelaksanaan Lokakarya orientasi PNPM Mandiri Perkotaan dan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan lainnya di provinsi bersangkutan. Dilakukan di bulan ke-1 setelah KMW mobilisasi 9. Lokakarya orientasi PNPM Mandiri

- Penyelenggara: Bappeda. Pemerintah provinsi, tokoh Masyarakat & Kelompok

- Pembicara adl TKPK-D &

(28)

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN

Perkotaan tingkat

provinsi - Peserta bappekot/kab, DPRD : Walikota/bupati, provinsi, dinas/instansi terkait & Tokoh-tokoh masyarakat/ kelompok strategis. - Fasilitator: TKPK-D dan kelompok peduli setempat. - Nara sumber: KMW, satker provinsi & Pem provinsi.

Strategis paham dan terjadi persamaan persepsi, integrasi & sinkronisasi PNPM Mandiri Perkotaan di daerah dengan program lain.

satker provinsi yang ikut pelatihan dasar PNPM Mandiri Perkotaan, KMW sebagai nara sumber. - Bulan ke-2 setelah KMW mobilisasi 10. Serangkaian proses rekruitmen koordinator kota, asisten korkot, dan fasilitator kelurahan.

- Penyelenggara: KMW. - Peserta : calon

koordinator kota, asisten korkot, dan fasilitator kelurahan.

- Fasilitator & narasumber: tim pelatih PNPM Mandiri Perkotaan.

Tersaring calon terbaik untuk koordinator kota, asisten korkot, dan fasilitator kelurahan untuk mengikuti pelatihan dasar sebagai proses akhir rekruitmen.

Lihat TOR rekruitmen koordinator kota, asisten korkot, dan fasilitator kelurahan

11. Serangkaian pelatihan dasar, siklus proyek dan pelatihan lanjutan untuk koordinator kota, asisten korkot, dan fasilitator kelurahan.

- Penyelenggara: KMW. - Peserta : calon

koordinator kota, asisten korkot, dan fasilitator kelurahan.

ƒ Fasilitator & narasumber: tim pelatih PNPM Mandiri Perkotaan.

Korkot, askot dan faskel memiliki pengetahuan, pemahaman dan kemampuan melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan di lapangan.

Lihat GBPP

12. Serangkaian lobby-lobby, silaturahmi sosial dan sosialisasi awal kepada perangkat pemkot/kabupaten & kelompok strategis di tingkat kota/ kabupaten. - Penyelenggara: Korkot - Peserta: Bupati/Walikota, ketua DPRD, pejabat pemkot/kab, tokoh formal dan tokoh informal yang berpengaruh di kota/kab. setempat. - Fasilitator: KMW ƒ Penerimaan perangkat pemkot/kab, DPRD dan kelompok strategis terhadap keberadaan KMW untuk memfasilitasi proses kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di kota/ kab bersangkutan.

ƒ Kesepakatan Rencana pelaksanaan Pelatihan Dasar, Lokakarya orientasi PNPM Mandiri Perkotaan dan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan lainnya di kota/kab sasaran. Dilakukan di bulan ke-1 setelah KMW mobilisasi dan dilanjuntukan dengan kegiatan siklus kota. 13. Serangkaian kegiatan sosialisasi melalui media tingkat provinsi (TV, radio, media cetakan, pertemuan, dll)

Penyelenggara : KMW ƒ Masyarakat provinsi mengetahui PNPM Mandiri Perkotaan. ƒ Munculnya kepedulian masyarakat provinsi terhadap PNPM Mandiri Perkotaan. Lihat TOR sosialisasi. 14. Pelatihan dasar PNPM Mandiri Perkotaan bagi Pemerintah Daerah Tingkat Kota/Kab. (Tim Koordinasi PK-D, PJOK-PJOK & dinas/instansi terkait) - Penyelenggara: Bappekot/ kab - Peserta: Anggota TKPK-D, PJOK , perangkat dinas/instansi terkait dan kelompok peduli setempat.

- Fasilitator: KMW & Tim Pelatih

Peserta paham substansi dan terjadi persamaan persepsi mengenai PNPM Mandiri Perkotaan serta rencana pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan disepakati - Sebelumnya perlu dilakukan dengar pendapat dengan DPRD oleh TKPK-D difasilitasi KMW. - Bulan ke-1 setelah

(29)

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN mobilisasi KMW. 15. Lokakarya orientasi PNPM Mandiri Perkotaan tingkat Kota/Kabupaten - Penyelenggara: Bappekot/ Kab. - Peserta : Camat, lurah/

kades, dinas/instansi terkait & tokoh-tokoh masyarakat/ kelompok strategis

- Fasilitator: TKPK-D, PJOK dan kelompok peduli setempat - Nara sumber: KMW &

Pemkot/kab

Camat, dinas/instansi terkait, tokoh masyarakat & kelompok strategis paham dan terjadi persamaan persepsi, integrasi dan sinkronisasi PNPM Mandiri Perkotaan di daerah dengan program lain

- Pembicara adl TKPK-D & PJOK yang ikut pelatihan dasar PNPM Mandiri Perkotaan, KMW sebagai nara sumber. - Bulan ke-2 setelah KMW mobilisasi 16. Lokakarya Orientasi PNPM Mandiri Perkotaan tingkat kecamatan - Penyelenggara: PJOK - Peserta: Wakil-wakil kelurahan/desa: DK atau BPD, Ka.Dusun, RW, RT, wakil organisasi masyarakat, dan tokoh-tokoh masyarakat dari seluruh calon lokasi kelurahan sasaran di kecamatan bersangkutan. - Fasilitator : PJOK,

TKPK-D dan kelompok peduli

- Nara Sumber: Pejabat pemda setempat dan KMW

ƒ Lurah/Kades. RW,RT, Ka-dusun, BPD/DK, tokoh masyarakat setempat paham substansi, nilai, prinsip, dan mekanisme pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan.

ƒ Kesepakatan Rencana Tindak Lanjut untuk meneruskan informasi kepada masyarakat dan mengadakan rembug warga untuk menerima atau menolak pelaksa-naan PNPM Mandiri Perkotaan dan memilih Relawan Masyarakat - Kerangka acuan lokakarya orientasi tingkat Kecamatan. - Dilaksanakan pd bulan ke-2 setelah KMW mobilisasi

3.2.

TAHAP PELAKSANAAN DI MASYARAKAT

Inti kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di masyarakat kelurahan/desa adalah proses menumbuhkembangkan kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dari, oleh dan untuk masyarakt, melalui proses

pembelajaran dan pelembagaan nilai-nilai universal kemanusiaan (value based

development), prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (good governance), serta

prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Tahapan pelaksanaan kegiatan ini mencakup serangkaian kegiatan yang berorientasi pada siklus rembug kesiapan masyarakat dan kerelawanan, refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya berorientasi IPM-MDGs, pembentukan BKM, perencanaan partisipatif menyusun PJM Pronangkis berorientasi kinerja peningkatan IPM-MDGs dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat dengan stimulan BLM oleh KSM.

Gambaran umum mengenai tahapan pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat masyarakat pada lokasi baru dapat dilihat pada siklus kegiatan pada gambar 3.1 di bawah ini :

(30)

Gambar 3. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Masyarakat

Untuk mewujudkan hal itu, tahap pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di kelurahan/desa dikelompokkan sesuai bantuan program yang disediakan, terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut.

3.2.1. Pendampingan Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN

17. Serangkaian lobby-lobby, silaturahmi sosial dan sosialisasi awal kepada perangkat kelurahan/desa & - Penyelenggara: Tim Fasilitator. - Peserta: Perangkat kelurahan/desa & kelompok strategis (tokoh formal & informal).

ƒ Pemahaman mengenai gambaran umum PNPM Mandiri Perkotaan dan segala konsekwensinya. ƒ Kesepakatan rencana kerja

pelaksanaan PNPM Mandiri

ƒ Tim Fasilitator (TF)

menunjukkan surat tugas dari KMW dan Pemda RKM RK PS LKM/ BKM PJM-P Channeling Program Re-Orientasi PS dan PJM-P Review Prog Pelaks Kegiatan Sosmap & Sosialisasi PJM ke Musbang Kel/Desa PJM ke Musbang kecamatan PJM ke Musbang Kota/Kab Kordinasi dan Integrasi Prog KSM/ Pokmas

(31)

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN

kelompok strategis

di kelurahan/desa. - Fasilitator: Korkot

Perkotaan di kelurahan/desa.

ƒ Menempatkan lurah/kades sebagai fasilitator kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di wilayahnya.

setempat. ƒ Dilakukan di

bulan ke-1 pada minggu ke-1 setelah mobilisasi fasilitator kelurahan 18. Rembug Kesiapan Masyarakat (Rembug warga desa/ kelurahan untuk menyatakan kesiapan warga untuk menerima atau menolak melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan sesuai proses dan ketentuan PNPM Mandiri Perkotaan). - Penyelenggara: lurah/kades. - Peserta: Ketua RW, RT, dusun, tokoh masyarakat, perwakilan organisasi masyarakat setempat, dan warga miskin setempat. - Fasilitator: Tim Fasilitator

ƒ Warga masyarakat, perangkat kelurahan, ketua RW, RT& tokoh masyarakat paham gambaran umum konsep dan proses kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan. ƒ Kesepakatan bersama

untuk menyatakan kesiapan atau menolak

melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan. ƒ Kesepakatan jadwal kerja

PNPM Mandiri Perkotaan di kelurahan/desa ybs. ƒ Lurah/kades atas nama

warga kelurahan/desa mengajukan Surat

Permintaan Bantuan Teknik ke KMW & Bappekot/kab. ƒ Tim Fasilitator memfasilitasi perangkat kelurahan/desa dalam proses rembug warga tingkat kelurahan/desa. ƒ Dilakukan di

bulan ke-1 pada minggu ke-1 hingga ke-2 setelah mobilisasi TF. 19. Sosialisasi awal secara intensif mengenai substansi PNPM Mandiri Perkotaan & pendaftaran relawan. - Penyelenggara: Lurah/ kades & ketua RW/RT - Peserta: Representasi

segenap masyarakat kelurahan sasaran, terutama warga miskin setempat.

- Fasilitator: Tim Fasilitator

ƒ Tumbuhnya pemahaman dan kesadaran kritis warga tentang prinsip dan nilai PNPM Mandiri Perkotaan sebagai pondasi yang kokoh dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara mandiri, efektif dan berkelanjutan

ƒ Warga paham arti penting kerelawanan dalam mendorong tumbuh

berkembangnya kesatuan & solidaritas sosial,

kepedulian bersama serta kemandirian dan

keswadayaan untuk menanggulangi persoalan kemiskinan di wilayahnya. ƒ Warga memahami hakekat

peran Relawan Masyarakat sebagai orang yang dianggap paling dapat dipercaya, memiliki sifat-sifat kerelawanan serta komitmen yang tinggi sebagai penggerak dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan.

ƒ Terdaftarnya relawan-relawan setempat sebagai penggerak dalam pelaksanaan tahapan kegiatan PNPM yang ƒ Dilakukan melalui pertemuan warga, baik dari tingkat RW/dusun hingga kelurahan/desa. ƒ Mulai dilakukan di Minggu ke-2 bulan ke-1 s/d minggu ke-2 bulan ke-2 setelah fasilitator dimobilisasi. ƒ Secara prinsip, sosialisasi intensif PNPM Mandiri Perkotaan sebagai proses pembelajaran dan pelembagaan nilai-nilai universal sebagai landasan keberlanjutan program penangulangan kemiskinan dari, oleh dan

(32)

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN

dimulai dengan Refleksi Kemiskinan.

untuk masyarakat. 20. Sosialisasi intensif

substansi PNPM Mandiri Perkotaan & pendaftaran relawan khusus dengan kelompok perempuan dan kelompok rentan - Penyelenggara: Lurah/ Kades & RW/RT - Peserta: Kelompok

perempuan & kelompok rentan.

- Fasilitator: Tim Fasilitator

ƒ Tumbuhnya pemahaman dan kesadaran kritis warga tentang prinsip dan nilai PNPM Mandiri Perkotaan sebagai pondasi yang kokoh dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara mandiri, efektif dan berkelanjutan.

ƒ Warga perempuan/rentan paham arti penting kerelawanan dalam mendorong kesatuan & solidaritas sosial dalam penanggulangan kemiskinan.

ƒ Warga memahami hakekat peran Relawan Masyarakat sebagai penggerak dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan sebagai

konsekuensi pembangunan berbasis masyarakat. ƒ Terdaftarnya

relawan-relawan setempat sebagai penggerak dalam

pelaksanaan tahapan kegiatan PNPM yang dimulai dengan Refleksi Kemiskinan.

Hal ini perlu dilakukan secara khusus dalam rangka menggalang keterlibatan perempuan dan warga rentan dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan.

21. Refleksi Kemiskinan - Pelaksana: Tim Relawan (Tim Refleksi Kemiskinan) - Peserta: sebanyak

mungkin warga

- Fasilitator : Tim Fasilitator & perangkat kelurahan

ƒ Tumbuhnya kesadaran kritis masyarakat bahwa :

- akar persoalan kemiskinan adalah lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan untuk berbuat kebajikan & peduli dengan sesama. - penangulangan

kemiskinan kemiskinan merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya tanggungjawab kaum miskin.

- upaya penanggulangan kemiskinan harus dimulai dari diri sendiri melalui perubahan mental & perilaku individu yang pada giliran menjadi perilaku kolektif.

ƒ Tergalinya aspirasi & harapan warga miskin serta kelompok marjinal mengenai persoalan kemiskinan (penyebab kemiskinan, kriteria kemiskinan, profil keluarga

ƒ Sebelum RK, perlu dilakukan coaching oleh Tim Fasilitator kepada Tim Refleksi Ke-miskinan & perangkat kelurahan. ƒ Mulai dilaksanakan minggu ke-2 bulan ke-2 s/d minggu ke-2 bulan ke-3 setelah Tim Fasilitator dimobilisasi di lapangan ƒ RK dilakukan mulai dari tingkat akar rumput (RT atau RW). ƒ Hasil RK menjadi bahan pembahasan rembug warga di tingkat

(33)

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN

miskin, dll) dan upaya penanggulangannya. ƒ Kesepakatan

langkah-langkah penanggulangan kemiskinan secara kolektif melalui proses

penumbuhkembangan nilai & prinsip yang diusung oleh PNPM Mandiri Perkotaan

ƒ Tumbuhnya kepedulian dan kesatuan warga sebagai hasil kesadaran kritis segenap lapisan masyarakat, baik warga miskin dan kaya, dsb untuk bersama-sama membahas persoalan kemiskinan yang ada di wilayahnya

kelurahan/ desa.

22. Pemetaan Swadaya - Pelaksana: Relawan masyarakat (Tim

Pemetaan Swadaya) dan perangkat kelurahan/desa setempat

- Peserta: Warga masyarakat

- Fasilitator : Tim Fasilitator & Lurah/Kades

ƒ Tumbuhnya kesadaran masyarakat tentang kondisi realita yang ada saat ini dan membangun kesepakatan kondisi ideal yang ingin dicapai. ƒ Terkumpul data sbb:

- Daftar, profil keluarga miskin.

- Peta profil persoalan & potensi setempat (ekonomi, sosial, lingkungan, SDM, prasarana permukiman, dll).

- Peta profil lembaga yang ada (potensi dan kendala) untuk menangani PNPM Mandiri Perkotaan. - Profil/Kriteria

kepemimpinan moral. - Peta profil “kebutuhan

nyata masyarakat”. ƒ Tim Fasilitator melakukan coaching substansi, teknik, dan proses peme-taan swadaya kepada Tim Pemetaan Swadaya. ƒ Tim PS harus membahas dahulu hasil refleksi kemiskinan sebelum pelaksanaan Pemetaan Swadaya ƒ Mulai dilakukan minggu ke-2 bulan ke-3 s/d minggu ke-2 bulan ke-4 setelah Tim Fasilitator dimobilisasi di lapangan. 23. Pembentukan LKM ƒ Penyusunan panitia pembentukan LKM ƒ Musyawarah mereview kriteria kepemimpinan moral dan profil lembaga

masyarakat yang sesuai untuk menangani PNPM Mandiri

- Pelaksana: Tim Relawan sebagai Panitia

Pembentukan LKM dan perangkat kelurahan setempat

- Peserta: Seluruh Warga Dewasa

- Fasilitator : Tim Fasilitator & Lurah/Kades

ƒ Tumbuh kesadaran kritis dan kesepakatan bersama tentang bentuk serta kriteria lembaga masyarakat yang benar-benar mencerminkan kedaulatan rakyat dan kepemimpinan moral (kerelawanan, inklusif, kepemimpinan kolektif, partisipatif, akuntabel, aspiratif & mengakar (acceptable) ƒ Kesepakatan masyarakat untuk memanfaatkan ƒ TF melakukan coaching substansi, teknik, dan proses pembangunan LKM kepada Panitia Pembentukan LKM ƒ Pedoman pem-bentukan LKM (Pedoman AD dan contoh AD LKM, serta

Gambar

Tabel 2.1. Kelompok Sasaran
Tabel 2.3. Distribusi Alokasi Dana BLM per Kelurahan
Tabel 2.4. Ketentuan Sifat Penggunaan Dana BLM
Gambar 3. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Masyarakat
+3

Referensi

Dokumen terkait

“Implikasi hukum lelang hak tanggungan tanpa melalui restrukturisasi kredit bahwa Restrukturisasi kredit didasarkan atas Pera- turan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/

Peningkatan persaingan bisnis di industri penerbangan apabila tidak dilandasi dengan pemahaman tentang layanan berkualitas yang mampu meningkatkan kepuasan pelanggan,

Serat Wedhatama, yang merupakan karya besar Sri Mangkunegara IV dapat dijadikan rujukan utama dalam pembelajaran muatan lokal Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa,

Tri juga mengapresiasi warga Pulau Sebira yang masih antusias memelihara pohon tua dengan usia ratusan tahun di depan rumah mereka, termasuk upaya menanam pohon mangrove di

Mengambil seluruh tindakan legislatif, administratif dan tindakan lain yang penting untuk menjamin akses yang adil, tanpa diskriminasi berdasarkan orientasi seksual atau

Kondisi saat ini keterdapatan gumuk pasir di wilayah kawasan pariwisata ini sudah mulai menyempit dan tergerus oleh tekanan penduduk yang merambah kawasan yang selama ini

Total rata-rata skor periodontal pada pasien Diabetes melitus adalah 2,69 ± 0,93 dan termasuk status periodontal sedang dibandingkan dengan pa- sien non-Diabetes lebih

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)