• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

PEDOMAN PELAKSANAAN

PNPM MANDIRI PERKOTAAN

(3)
(4)

KATA

(5)

P

rogram Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakan berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representative, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (Social Capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga pelaksanaan P2KP-3 saat ini telah terbentuk sekitar 6.405 BKM/LKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18.9 Juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM.

Pada tahun 2008 keberlanjutan pelaksanaan P2KP diperluas lagi menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan), dengan mengalokasikan tambahan dana yang cukup signifikan pada tahun anggaran 2008 yang mencakup 8.813 Kelurahan di 995 kecamatan tersebar pada 245 kota/kabupaten.

Saat ini pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan telah membangun kelembagaan masyarakat lebih dari 11 ribu BKM/LKM yang tersebar di sekitar 1.153 kecamatan di 268 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 600 ribuan relawan dari masyarakat setempat, serta lebih dari 22 Juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 860 ribu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

Kegiatan ini diharapkan juga dapat mendukung kesepakatan global pada awal tahun 2000 mengenai Millenium Development Goals (MDGs), sehingga sejak tahun 2007 P2KP yang merupakan bagian dari PNPM Mandiri telah melakukan penyempurnaan pedoman pelaksanaanya yang lebih fokus pada upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan percepatan pencapaian target sasaran MDGs, dengan menerbitkan buku Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan.

(6)

DAFTAR ISI

Melalui buku pedoman pelaksanaan edisi September 2012 yang merupakan revisi dari edisi sebelumnya, diharapkan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dapat dilaksanakan oleh seluruh pelaku secara efektif dan optimal untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah orang miskin di Indonesia dan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sesuai amanat UUD’45.

Jakarta, September 2012

Budi Yuwono, P

Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

(7)

KATA PENGANTAR | i

DAFTAR ISI | v

DAFTAR ISTILAH & SINGKATAN | IX

PERIHAL PEDOMAN | 1

BAB I.

GAMBARAN UMUM PROGRAM | 5

1.1. Pendahuluan | 6

1.2. Kerangka Pemikiran | 7

1.3. Prinsip, Pendekatan dan Dasar Hukum | 11 1.4. Tujuan | 13

1.5. Sasaran | 13 1.6. Strategi | 16

BAB II.

KOMPONEN PROGRAM | 19

2.1. Pendampingan untuk Masyarakat | 20

2.2. Pendampingan untuk Pemdan dan Pemangku Kepentingan

| 29

BAB III.

PELAKSANAAN PROGRAM | 33

3.1. Pelaksanaan di Tataran Masyarakat | 34

3.2. Pelaksanaan di Tataran Pemerintah Kota/Kabupaten | 47 3.3. Indikator Keberhasilan | 51

3.4. Rencana Tindak Tata Kepemerintahan yang baik & Pengamanan | 53 3.5. Penyelengaraan Audit dan Pemantauan | 58

3.6. Sanksi | 61

3.7. Pengaduan dan Penyelesaian Konflik | 62 3.8. Kebijakan Pengamanan | 67

(8)

BAB IV.

MANAJEMEN PROGRAM | 71

4.1. Struktur Organisasi Pelaksanaan | 72

4.2. Tata Peran Pelaku | 74

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Kelompok Sasaran |15

Tabel 2.1. Ketentuan Sifat Penggunaan Dana BLM | 24 Tabel 2.2. Kriteria Kinerja Pinjaman Bergulir | 28 Tabel 2.3. Alur pelaksanaan PJM Pronangkis | 45

Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan | 51

DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN

Gambar 1.1 Pandangan PNPM MP Tentang Akar Penyebab Kemiskinan | 8 Gambar 1.2. Penanganan Akar Kemiskinan Oleh masyarakat Melalui PNPM MP

| 10

Gambar 1.3. Strategi Transformasi Sosial Masyarakat PNPM MP | 17 Gambar 1.4. Strategi Penguatan Kemandirian Pemda | 18

Gambar 3.1 Siklus Tingkat Masyarakat | 35

Gambar 3.2. Tahapan Siklus Pendampingan TIngkat Kota/kabupaten | 47 Bagan 3.1 Mekanisme Penanganan Pengaduan | 66

Bagan 4.1 Stuktur Organisasi Pengelolaan PNPM MP | 73

Diagram 1.1 Keterkaitan antara Pedoman Umum Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dengan PAD dan Pedoman-Pedoman dalam PNPM Mandiri Perkotaan | 4

LAMPIRAN-LAMPIRAN | 89

DAFTAR ISI

(9)

A

Advisory : Penasehat dan perancang program dibawah Kementerian Pekerjaan Umum

AD/ART : Anggaran Dasar/Anggran Rumah Tangga

AF : Additional Financing

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

B

Bangda : Pembangunan Daerah

Bappeda Kab/Kota: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota

Bappeda Prop : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi

Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

BGAP : Better Governance Action Plan

BI : Bank Indonesia

BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat

BLM : Bantuan Langsung Masyarakat

BOP : Biaya Operasional

BPD : Badan Perwakilan Desa

BPKP : Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan

BPS : Badan Pusat Statistik

C

CBD : Community Based Development CSS : Community Self Survey

Comprehensive : Menyeluruh

D

DED : Detailed Design

DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

DKT : Diskusi Kelompok Terarah

Dokumen SPK-D : Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

DPPHLN : Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPT : Diskusi Partisipatif Terpadu

DAFTAR ISTILAH &

SINGKATAN

(10)

E

EA : Executing Agency/Penyelenggara Program

F

Fasilitator : Tenaga Pendamping Masyarakat sebagai Agen Perubahan

FGD : Focussed Group Discussion / Diskusi Kelompok terarah

FKA-BKM : Forum Komunikasi Antar BKM Tingkat Kota/Kabupaten

FMR : Financial Management Report

G

GBPP : Garis Besar Pokok Pengajaran

GoI : Government of Indonesia

Grassroot : Akar rumput, masyarakat terkecil

IBRD : International Bank for Reconstruction Development (World Bank) IDB : Islamic Development Bank

ICB : International Competitive Bidding IPM : Indeks Pembangunan Manusia

K

KBK : Komunitas Belajar Kelurahan

KBP : Komunitas Belajar Perkotaan

KDP : Kecamatan Development Program

Kemen PU : Kementerian Pekerjaaan Umum

KE : Konsultan Evaluasi

KMP : Konsultan Manajemen Pusat

KMW : Konsultan Manajemen Wilayah

Korkot : Koordinator Kota, KMW

KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara

KPK-D : Komite Penanggulangan kemiskinan Daerah

KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat

KUR : Kredit Usaha Rakyat

L

LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat

LKMD : Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa

LPM : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

DAFTAR ISTILAH &

(11)

M

MDGs : Millennium Development Goals

MoU : Memorandum of Understanding

Musrenbang : Musyawarah Rencana Pembangunan

N

ND : Neighbourhood Development NOL : No Objection Letter

OC : Oversight Consultant

O&M : Operations and Maintenance

P

P2G : Penguatan Peran Gender

P2KP : Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

PAD : Project Appraisal Document

PB : Pinjaman Bergulir

PBL : Penataan Bangunan dan Lingkungan

PDMDKE : Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi

PJM : Program Jangka Menengah

PJOK : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan

PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga

PMU : Program Management Unit

PLPBK : Penataan Lingkungan Permukinan Berbasis Komunitas

PPMK : Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas

PNPM Mandiri : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

PNPM MP : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan

PODES : Potensi Desa

POK : Petunjuk Operasional Kegiatan

POM : Project Operational Manual

PPK : Pejabat Pembuat Komitmen

PPLS : Pendataan Program Perlindungan Sosial

PPM : Penanganan Pengaduan Masyarakat

PRONANGKIS : Program Penanggulangan Kemiskinan

PRA : Participatory Rural Appraisal

PS : Pemetaan Swadaya

PU : Pekerjaan Umum

R

RAB : Rencana Anggaran Biaya

Rakor : Rapat Koordinasi

Relawan : Warga setempat yang peduli membantu warga miskin di wilayahnya

tanpa pamrih

(12)

Renstra : Rencana Strategi

Renta : Rencana Tahunan

RK : Refleksi Kemiskinan

RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah

RKM : Rembug Kesiapan Masyarakat

RPD : Rencana Penggunaan Dana

RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

RPJP-D : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

RTBL : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

RWT : Rembug Warga Tahunan

S

SA : Special Account (Rekening Khusus)

SATKER-P2KP : Satuan Kerja Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

SE-DJP : Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerrian

Keuangan

SIM : Sistem Informasi Manajemen

SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

SNVT : Satuan Kerja Non Vertikal di tingkat Propinsi

SOP : Standard Operational Procedures

SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana

SPM : Surat Perintah Membayar

SPP : Surat Permintaan Pembayaran

SPPB : Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan

SPPP : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan

SWK : Satuan Wilayah Kerja

SWOT : Strength-Weakness-Opportunity-Treatment

T

TA : Technical Assistance

TIM INTERDEPT : Tim Pengarah dan Kelompok Kerja Antar Departemen Terkait di Tingkat

Nasional

TKPP : Tim Koordinasi Pelaksanaan P2KP (tingkat Propinsi dan Kota/Kabupaten)

TKPK-Kab/Kota : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten/Kota

TKPK-Propinsi : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Propins

Trust Building : Membangun kepercayaan kepada seluruh pihak

U

UKM : Usaha Kecil Menengah

UP : Unit Pengelola yang dibentuk BKM

(13)

UPL : Unit Pengelola Lingkungan

UPS : Unit Pengelola Sosial

UPP : Urban Poverty Project (P2KP)

W

(14)

PERIHAL

PEDOMAN

(15)

MENGAPA DIPERLUKAN PEDOMAN?

Alasan mengapa pedoman sangat dibutuhkan adalah sebagai berikut:

• Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) adalah program nasional dengan cakupan wilayah kerja yang sangat luas di, seluruh wilayah Indonesia.

• Melibatkan banyak pihak dengan berbagai latar belakang, posisi dan peran dalam program yang beragam, seperti perangkat pemerintah, pusat dan daerah, penerima manfaat, penyandang dana dan sebagainya, sehingga diperlukan persamaan visi, misi dan pemahaman terhadap mekanisme pelaksanaan program.

• Memudahkan untuk dilakukan penilaian atas keberhasilan atau kegagalan program secara nasional karena menggunakan mekanisme dan tolok ukur yang sama.

SIAPA PENGGUNA PEDOMAN?

Secara umum Pedoman ini diperuntukkan untuk para pelaku pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan utamanya Fasilitator dan pengurus BKM/LKM. Secara rinci pengguna pedoman dan manfaat masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Siapa pengguna

Buku Panduan Untuk apa

Warga masyarakat dan Kelompok-Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM-KSM)

• Memahami berbagai peluang yang ditawarkan PNPM Mandiri Perkotaan • Memahami berbagai aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan

PNPM Mandiri Perkotaan • Membangun kontrol sosial Organisasi masyarakat (Badan

Keswadayaan Masyarakat / Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM) dan Unit Pengelola (UP)

• Memberikan pelayanan yang lebih baik kepada warga dan KSM • Membangun transparansi dan akuntabilitas

• Acuan operasional organisasi

Proyek (pimpinan dan staf) • Memahami secara menyeluruh program PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat masyarakat dan pemda

Konsultan Pelaksana

• Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan program • Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan program • Memantau dan evaluasi kemajuan program

(16)

Siapa pengguna

Buku Panduan Untuk apa

Fasilitator

• Menyusun rencana kerja pelaksanaan proyek di kelurahan/desa • Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para pemangku

kepentingan tingkat kelurahan/desa • Pengendalian mutu pekerjaan

Pemerintah

• Memahami secara menyeluruh program PNPM Mandiri Perkotaan • Masukan kebijakan dalam rangka integrasi dan koordinasi serta

mengembangkan kebijakan penanggulangan kemiskinan lebih lanjut

Pemerintah Daerah (propinsi, kota/kabupaten)

• Memahami secara menyeluruh program PNPM Mandiri Perkotaan • Menciptakan kesinambungan program

• Membangun jaringan kerjasama di tingkat pelaksanaan • Acuan koordinasi

Para Pemeduli

• Melakukan kontrol sosial • Melakukan advokasi • Membangun sinergi

• Membangun jaringan kelembagaan

Anggota Legislatif

• Memahami secara menyeluruh program PNPM Mandiri Perkotaan • Acuan pengembangan kebijakan

BAGAIMANA SISTEMATIKA BUKU PEDOMAN?

Buku Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan ini tidak berdiri sendiri tetapi terdiri dari empat kelompok besar buku pedoman sebagai berikut :

1. Pedoman Nasional PNPM Mandiri adalah pedoman yang berlaku nasional untuk seluruh program PNPM di Indonesia. Pedoman yang diterbitkan oleh Menko Kesra ini merupakan induk berbagai buku pedoman untuk PNPM Mandiri Perkotaan, PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Inti lainnya dan PNPM Penguatan.

Di bawah ini adalah pedoman yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum:

2. Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah pedoman yang berlaku untuk seluruh pelaku program yang memuat tentang konsep, kebijakan, ketentuan umum, strategi pelaksanaan dan kelengkapan lainnya sesuai dengan kebutuhan program.

(17)

3. Pedoman Teknis PNPM Mandiri Perkotaan adalah pedoman yang berisi tata cara pelaksanaan teknis kegiatan.

4. Petunjuk Teknis PNPM Mandiri Perkotaan adalah petunjuk rinci bagi pelaku untuk melaksanakan kegiatan.

Diagram 1.1. Keterkaitan antara Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(18)

GAMBARAN UMUM

PROGRAM

(19)

1.1. PENDAHULUAN

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa “lembaga kepemimpinan masyarakat” yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan “program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan” yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, mulai tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, oleh sebab itu mulai tahun 2007, PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millennium

Development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di

tahun 2015.

Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP). Sebagai bagian dari PNPM Mandiri maka tujuan, prinsip dan pendekatan yang ditetapkan dalam PNPM Mandiri juga menjadi tujuan, prinsip dan pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan1 , begitu juga nama generic lembaga kepemimpinan masyarakat berubah dari

BKM menjadi LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat). Selanjutnya dalam pedoman ini istilah kelembagaan masyarakat menjadi Badan Kelembagaan Masyarakat/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM).

Saat ini pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan telah membangun kelembagaan masyarakat lebih dari 11 ribu BKM/LKM yang tersebar di sekitar 1.153 kecamatan di 268 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 600 ribuan relawan dari masyarakat setempat, serta lebih dari 22 Juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 860 ribu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).

PNPM Mandiri Perkotaan, selanjutnya disebut PNPM MP berorientasi untuk membangun pondasi masyarakat berdaya dengan sejumlah kegiatan intervensi pada perubahan sikap/ perilaku/cara pandang masyarakat yang bertumpu pada nilai-nilai universal. Pada tahap berikutnya berorientasi untuk membangun transformasi menuju masyarakat mandiri yang dilakukan melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan dan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli setempat dengan berbagai pihak (channelling program) untuk mengakses berbagai peluang dan sumber daya yang dibutuhkan masyarakat. Selanjutanya pada tahap akhir dari transformasi kondisi sosial menuju masyarakat madani, PNPM MP melakukan intervensi di lokasi padat, kumuh dan termiskin dengan melakukan kegiatan khusus. Diharapkan melalui kegiatan tersebut dapat mendorong peningkatan kemampuan masyarakat dalam

(20)

mengembangkan kualitas lingkungan permukiman yang berkelanjutan.

Dalam perjalanan pelaksanaan program dimungkinkan terjadi perubahan kebijakan PNPM MP sebagai perbaikan dan penyempurnaan program dari hasil pembelajaran dan evaluasi tahun-tahun sebelumnya dan akan diatur secara khusus dalam bentuk suplemen dan pedoman teknis.

1.2. KERANGKA PEMIKIRAN

1.2.1. Akar Penyebab Kemiskinan

Berbagai program kemiskinan terdahulu yang bersifat parsial, sektoral dan santunan dalam kenyataannya sering justeru menghasilkan kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan modal sosial yang ada di masyarakat (gotong royong, kepedulian, musyawarah, keswadayaan dll). Lemahnya modal sosial pada gilirannya juga mendorong pergeseran perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara bersama. Kondisi modal sosial masyarakat yang melemah serta memudar tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan tindakan dari pengelola program kemiskinan dan pemimpin-pemimpin masyarakat yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan dan tidak tanggung gugat. Akibatnya menimbulkan kecurigaan, ketidakpedulian dan skeptisme di masyarakat.

Keputusan, kebijakan dan tindakan yang tidak adil ini banyak terjadi di mana lembaga kepemimpinan masyarakat yang ada belum berdaya, karena dikelola oleh orang-orang yang tidak berdaya yang tidak mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam kebijakan-kebijakan yang diputuskannya. Lembaga kepemimpinan semacam ini pada umumnya memang tidak mengakar. Pengurusnya tidak dipilih secara benar dan banyak menjadi perpanjangan tangan pihak-pihak tertentu sehingga lebih berorientasi pada kepentingan pihak luar, parsial atau bahkan untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Mereka kurang memiliki komitmen dan kepedulian pada masyarakat di wilayahnya, terutama masyarakat miskin. Kondisi ini justeru akan memperdalam krisis kepercayaan masyarakat terhadap berbagai lembaga kepemimpinan masyarakat yang ada di wilayahnya.

Kondisi kelembagaan pimpinan masyarakat yang tidak mengakar dan tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnya tumbuh subur dalam situasi di mana masyarakat secara umum memang belum berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat dalam menyikapi dan menghadapi situasi yang ada di lingkungannya, yang pada gilirannya mendorong sikap masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar

(21)

keikhlasan, keadilan dan kejujuran.

Dari paparan di atas, cukup jelas menunjukkan bahwa kemiskinan akan tumbuh subur dalam situasi di mana perilaku/sikap dan cara pandang (paradigma) masyarakat yang belum berdaya.

PNPM MP sebagai kelanjutan P2KP memahami bahwa kemiskinan adalah akibat dan akar penyebab kemiskinan yang sebenarnya adalah kondisi masyarakat, utamanya para pimpinan yang belum berdaya sehingga tidak mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.1. di bawah ini:

Gambar 1.1. Pandangan PNPM-MP tentang Akar Penyebab Kemiskinan

1.2.2. Penanganan Akar Penyebab Kemiskinan

Pemahaman mengenai akar penyebab persoalan kemiskinan seperti di atas telah menyadarkan berbagai pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat utamanya para pemimpin untuk senantiasa mengambil keputusan dan bertindak berlandaskan pada nilai-nilai luhur universal, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan.

(22)

Perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat ini merupakan pondasi yang kokoh untuk terbangunnya lembaga kepemimpinan masyarakat yang mandiri, melalui pemberdayaan para pelakunya, agar mampu bertindak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia luhur yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari sehingga pada giliran dapat dibangun kepemimpinan moral yang mandiri.

Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal agar lebih berorientasi ke masyarakat miskin dan mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.

1.2.3. PNPM Memfasilitasi Masyarakat serta Pemerintah Daerah Untuk Mampu Menangani Akar Penyebab Kemiskinan Secara Mandiri dan Berkelanjutan

Gambaran lembaga masyarakat seperti dimaksud di atas hanya akan dicapai apabila orang-orang yang diberi amanat sebagai pemimpin masyarakat merupakan kumpulan dari orang-orang yang peduli, memiliki komitmen kuat, ikhlas, tanpa pamrih dan jujur serta mau berkorban untuk kepentingan masyarakat miskin, bukan untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Tentu saja hal ini bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah, karena upaya-upaya membangun kepedulian, kerelawanan, komitmen tersebut pada dasarnya terkait erat dengan proses perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini, PNPM MP meyakini bahwa pendekatan yang lebih efektif untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakatnya.

Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan terus menerus untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai landasan yang kokoh untuk membangun masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Proses pembelajaran di tingkat masyarakat ini berlangsung selama masa Program maupun pasca Program oleh masyarakat sendiri dengan membangun dan melembagakan Komunitas Belajar Kelurahan/desa (KBK).

(23)

mampu menjadi motor penggerak dalam ‘melembagakan’ dan ‘membudayakan’ kembali nilai-nilai luhur universal kemanusiaan (gerakan moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (gerakan tata kepemerintahan yang baik) serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (gerakan Tridaya), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat.

Melalui lembaga kepemimpinan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak dalam lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya diharapkan dapat tercipta lingkungan perkotaan dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.

Gambaran tentang cara pandang PNPM MP dalam memfasilitasi upaya penanggulangan akar persoalan kemiskinan oleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Gambar 1.2. Penanganan Akar Kemiskinan oleh Masyarakat melalui PNPM-MP

Sedangkan penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam rangka mengedepankan peran dan tanggungjawab pemerintah daerah, dilakukan melalui; pelibatan intensif Pemerintah kota/kabupaten pada pelaksanaan siklus kegiatan PNPM MP, penguatan peran dan fungsi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPK-D) agar mampu menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPK-D) dan melembagakan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).

(24)

1.3. PRINSIP, PENDEKATAN DAN DASAR HUKUM

Secara umum prinsip, pendekatan dan dasar hukum PNPM-Mandiri Perkotaan menganut yang sudah ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri sebagai berikut :

1.3.1. Prinsip

a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.

b. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

c. Partisipasi. masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan. d. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM, masyarakat memiliki kewenangan secara

mandiri dan partisipatif untuk menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.

e. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.

f. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.

g. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.

h. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.

i. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

j. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

k. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

(25)

l. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola oleh masyarakat.

1.3.2. Pendekatan

Penanggulangan kemiskinan membutuhkan penanganan yang menyeluruh dalam skala perwilayahan yang memadai yang memungkinkan terjadinya keterpaduan antara pendekatan sektoral, perwilayahan dan partisipatif yang dalam hal ini dipilih kecamatan sebagai lokus program yang mampu mempertemukan perencanaan dari tingkat Pemerintah kota/kabupaten dan dari tingkat masyarakat.

Di tataran kecamatan inilah rencana pembangunan yang direncanakan oleh SKPD (Satuan Kerja Pembangunan Daerah) bertemu dengan perencanaan dari masyarakat dalam Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Kecamatan sehingga dapat digalang perencanaan pembangunan yang menyeluruh, terpadu dan selaras waktu. Dengan demikian PNPM MP akan menekankan pemanfaatan Musrenbang Kecamatan sebagai mekanisme harmonisasi kegiatan berbagai program yang ada sehingga peranan Forum BKM/LKM tingkat kecamatan menjadi sangat vital.

Bersadarkan pemikiran tersebut di atas maka pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:

a. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program.

b. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.

c. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif.

d. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial dan geografis.

e. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan.

1.3.3. Dasar Hukum

Yang menjadi dasar hukum PNPM MP sebagaimana menjadi dasar hukum PNPM Mandiri adalah Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.

(26)

1.4. TUJUAN

Tujuan umum PNPM telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu ”Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri”.

Secara khusus tujuan PNPM MP yaitu ”Membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan/ desa peserta program mendapatkan manfaat dari peningkatan kondisi lingkungan dan tata kepemerintahan yang baik.”

1.5. SASARAN

1.5.1. Sasaran Program

a. Memperkuat dan melembagakan BKM/LKM yang dipercaya, aspiratif, representatif, dan bertanggung jawab untuk mendorong tumbuh dan kembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat;

b. Tersedianya Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) di tingkat kelurahan/desa sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan;

c. Terwujudnya pemanfaatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), termasuk sumber dana lain, yang tepat sasaran, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan; d. Terbangunnya forum BKM/LKM tingkat kecamatan dan kota/kabupaten untuk

mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah;

e. Meningkatnya kapasitas pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk bermitra dengan BKM/LKM dalam penyediaan pelayanan bagi masyarakat miskin;

f. Terwujudnya pendampingan teknis dan kontribusi pendanaan sesuai dengan Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah (IFKD) dari pemerintah kota/kabupaten dalam PNPM MP serta terwujudnya peningkatan kualitas lingkungan; Terwujudnya kemitraan program antara BKM/LKM dengan berbagai pemangku kepentingan;

g. Masyarakat yang sadar, peduli dan mampu melaksanakan rangkaian kegiatan PNPM MP di wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan sesuai substansi pedoman pelaksanaan PNPM MP;

h. Relawan dan Relawan khusus (spesialisasi berdasarkan minat) sebagai penggerak proses pembangunan partisipatif di wilayahnya dan forum pemantauan

(27)

partisipatif untuk memastikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan berdasarkan PJM Pronangkis; dan

i. Meningkatnya kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah dalam penataan lingkungan pemukiman yang lebih komprehensif, pengelolaan resiko bencana dan pengembangan tata penghidupan masyarakat.

1.5.2. Lokasi Sasaran

Lokasi sasaran PNPM MP, yakni lokasi yang ditetapkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) sebagai lokasi yang akan menerima stimulan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Pengelola program akan menerbitkan daftar rincian lokasi dan alokasi dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan secara terpisah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pedoman pelaksanaan ini;

Kriteria lokasi dan alokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan tertuang pada penjelasan surat penetapan lokasi dan alokasi BLM PNPM Mandiri yang dikeluarkan oleh Menkokesra. Untuk lokasi dan alokasi penanganan wilayah khusus, kriteria lokasi dan alokasi dijabarkan secara tersendiri dalam pedoman tata cara seleksi lokasi dan alokasi kegiatan terkait.

1.5.3. Kelompok Sasaran

Yang menjadi kelompok sasaran dalam PNPM MP dapat dilihat pada Tabel 1.1. Kelompok Sasaran di halaman berikut:

(28)

PNPM MANDIRI - PERKOTAAN | PEDOMAN PELAKSANAAN 15

Tabel 1.1. Kelompok Sasaran

 

 

      1.5.3   Kelompok  Sasaran    

Yang   menjadi   kelompok   sasaran   dalam   PNPM   MP   dapat   dilihat   pada   Tabel   1.1.   Kelompok  Sasaran                            

Tabel  1.1.  Kelompok  Sasaran    

Uraian  Kelompok  

Sasaran   Bantuan  Teknik/  Pendampingan   Bantuan  Dana  BLM    

Masyarakat   § Masyarakat  warga  

kelurahan/desa  peserta   PNPM  MP,terutama  

masyarakat  miskin,  laki-­‐laki   dan  perempuan.  

 

Dana  BLM  diprioritaskan   kepada  warga  miskin,  laki-­‐ laki  dan  perempuan,   dan/atau  kelompok  

masyarakat  miskin,  dengan   syarat  sbb:      

 

• Warga  miskin  terdaftar   dalam  data  Pemetaan   Swadaya  ,  yang  terinci   dalam  lembar  PS  2  terkini   yang  telah  disepakati   warga.  

• Kelompok  masyarakat   miskin  yang  ditetapkan   dalam  PJM  Pronangkis.       Pemerintah   Propinsi,   Kota/Kabupaten     Perangkat  pemerintahan   propinsi,  kota/kabupaten,  s/d   kelurahan/desa  yang  terkait   dengan  pelaksanaan  PNPM   MP.   -­‐    

 

    Uraian  Kelompok  

Sasaran   Bantuan  Teknik/  Pendampingan   Bantuan  Dana  BLM    

Para  Pemangku   Kepentingan     terkait   Kelompk  peduli   penanggulangan  kemiskinan.   -­‐                            

1.5.4   Penerima  Manfaat  Dana  BLM  PNPM  MP    

 

Penerima  manfaat  langsung  dari  dana  BLM  yang  disediakan  melalui  PNPM  MP  adalah  

keluarga   miskin   yang   diidentifikasi   masyarakat   sendiri2   dan   disepakati   serta  

ditetapkan  bersama  oleh  masyarakat  kelurahan,  melalui  proses  musyawarah  warga,   refleksi   kemiskinan   dan   pemetaan   swadaya   berorientasi   Indeks   Pembangunan   Manusia  dan  Tujuan  Pembangunan  Global  (IPM-­‐MDGs).  

 

1.6.   Strategi    

1. Strategi  Transformasi  Sosial  Ekonomi  di  Masyarakat  

 

Agar   terwujud   tujuan   yang   hendak   dicapai   oleh   PNPM   MP,   maka   strategi   yang   dilaksanakan  di  tingkat  masyarakat  adalah  :  

 

a. Mondorong   proses   transformasi   sosial   dari   masyarakat   tidak   berdaya/miskin  

menuju  masyarakat  berdaya.  Proses  ini  setidaknya  melalui  empat  hal  :  

 

§ Internalisasi  nilai  dan  prinsip  universal,  salah  satu  bentuk  intervensi  kegiatan   pada   fase   ini   adalah   kegiatan   penyiapan   masyarakat   seperti:   Rembug   Kesiapan  Masyarakat,  Refleksi  Kemiskinan  dan  Pemetaan  Swadaya.  

§ Penguatan  lembaga  masyarakat  melalui  pendekatan  pembangunan  bertumpu  

pada  kelompok.  Bentuk  intervensi  kegiatan  pada  fase  ini  adalah  pembentukan  

1.5.4 Penerima Manfaat Dana BLM PNPM MP

Penerima manfaat langsung dari dana BLM yang disediakan melalui PNPM MP adalah keluarga miskin yang diidentifikasi masyarakat sendiri2 dan disepakati serta ditetapkan

bersama oleh masyarakat kelurahan, melalui proses musyawarah warga, refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya berorientasi Indeks Pembangunan Manusia dan Tujuan Pembangunan Global (IPM-MDGs).

(29)

1.6. STRATEGI

1. Strategi Transformasi Sosial Masyarakat

Agar terwujud tujuan yang hendak dicapai oleh PNPM MP, maka strategi yang dilaksanakan di tingkat masyarakat adalah :

a. Mendorong proses transformasi sosial dari masyarakat tidak berdaya/miskin menuju masyarakat berdaya. Proses ini setidaknya melalui empat hal :

• Internalisasi nilai dan prinsip universal, salah satu bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah kegiatan penyiapan masyarakat seperti: Rembug Kesiapan Masyarakat, Refleksi Kemiskinan dan Pemetaan Swadaya.

• Penguatan lembaga masyarakat melalui pendekatan pembangunan bertumpu pada kelompok. Bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah pembentukan dan pembangunan lembaga masyarakat yang representatif, mengakar dan dipercaya dengan nama generik Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM).

• Pembelajaran penerapan konsep TRIDAYA dalam penanggulangan kemiskinan. Bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah penyusunan rencana program masyarakat secara partisipatif berbasis “kebutuhan” bukan “keinginan”. Dokumen perencanaan masyarakat ini secara generik dikenal dengan dokumen Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulanan Kemiskinan (PJM Pronangkis).

• Penguatan akuntabilitas masyarakat. Bentuk intervensi kegiatan pada fase ini kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Tridaya. Kegiatan ini merupakan aplikasi dari pronangkis serta menumbuhkembangkan segenap lapisan masyarakat untuk peduli dan melakukan pengawasan sosial secara obyektif sehingga menjamin pelaksanaan kegiatan yang berpihak pada masyarakat miskin.

b. Mendorong proses transformasi sosial dari masyarakat berdaya menuju masyarakat mandiri, proses ini setidaknya terdiri dari dua hal :

• Pembelajaran kemitraan antar pemangku kepentingan strategis. Bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Terpadu yang menekankan pada proses pembelajaran kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan kelompok peduli. Proses pembangunan kolaborasi dan sinergi dalam upaya penanggulangan kemiskinan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, ,masyarakat dan kelompok peduli setempat, agar masalah

(30)

• Penguatan jaringan antar pelaku pembangunan. Bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah kegiatan kemitraan program. Dengan membangunan kepedulian dan jaringan sumber daya serta mendorong keterlibatan aktif dari para pelaku pembangunan lain, maka dapat dijalin kerja sama dan dukungan sumber daya bagi penanggulangan kemiskinan. c. Mendorong proses transformasi sosial dari masyarakat mandiri menuju

masyarakat madani. Intervensi untuk mampu mewujudkan transformasi sosial

dari kondisi masyarakat mandiri menuju masyarakat madani lebih dititikberatkan pada proses penyiapan landasan yang kokoh melalui penciptaan situasi dan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembangnya masyarakat madani. Bentuk kegiatan pada tahap ini adalah program-program khusus yang lebih komprehensif sekaligus melembagakan tata kelola kepemerintahan yang baik salah satunya adalah program penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas.

Gambra 1.3. Strategi Tranformasi Sosial Masyarakat PNPM MP

2. Strategi Penguatan Kemandirian Pemerintahan Kabupaten / Kota

Sejalan dengan upaya intervensi di tingkat masyakarat, PNPM MP melakukan upaya penguatan kemandirian di tingkat pemda yang bertujuan agar pemda mampu secara mandiri mengelola program penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. Untuk mewujudkan hasil yang ingin dicapai di dalam penguatan kemandirian pemda, strategi yang akan dilaksanakan adalah;

(31)
(32)

KOMPONEN

PROGRAM

(33)

Komponen Program PNPM MP pada dasarnya memberikan bantuan kepada dua kelompok sasaran utama; masyarakat dan pemerintah daerah termasuk pemangku kepentingan daerah sebagai berikut.

2.1. PENDAMPINGAN UNTUK MASYARAKAT

Pendampingan untuk masyarakat diwujudkan dalam bentuk bantuan teknis dan bantuan stimulan dana BLM.

2.1.1. Bantuan Teknis

Bantuan teknis ini diwujudkan dalam bentuk penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi dan memberdayakan masyarakat agar mampu melaksanakan PNPM MP dan mengkoordinasikan berbagai program penanggulangan kemiskinan berbasis komunitas di tingkat kelurahan/desa.

Secara rinci pendampingan tersebut dilakukan melalui serangkaian kegiatan pelatihan, sosialisasi, fasilitasi dan advokasi oleh Tim Konsultan di tingkat kota/kabupaten dan dan tim fasilitator di tingkat masyarakat antara lain untuk:

• Membangun BKM/LKM agar mampu mengorganisasikan masyarakat dalam penangulangan kemiskinan;

• Memfasilitasi penyusunan PJM Pronangkis di setiap kelurahan/desa dengan proses yang transparan dan partisipatif dan menyelaraskan PJM Pronangkis dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah;

• Mengorganisasikan dan mendukung KSM/Pokja dalam mengajukan proposal kepada BKM/LKM untuk memanfaatkan berbagai sumber daya program dan melaksanakan program yang tercantum dalam PJM Pronangkis;

• Mendukung terbangunnya Forum BKM/LKM; dan meningkatkan kapasitas UPK, UPS, UPL dan panitia kerja lainnya yang dibentuk secara khusus; dsb

• Memfasilitasi BKM/LKM agar mampu bermitra dengan pemerintah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan berbagai program penanggulangan kemiskinan;

Secara rinci jenis kegiatan pendampingan mencakup:

• Pertemuan-pertemuan/musyawarah/diskusi, dan sebagainya di tingkat komunitas kelurahan/desa dan kecamatan baik yang bersifat pengambilan keputusan maupun untuk penyebarluasan informasi (sosialisasi).

• Pelatihan dan bimbingan, termasuk penyediaan bahan dan media belajar. • Survei swadaya, termasuk identifikasi calon penerima bantuan, analisis,

(34)

pembuatan peta tapak dan penulisan laporan.

• Kerja kelompok penyusunan program pembangunan untuk kurun waktu 3 tahun dan rencana tahunan dengan rencana investasi tahun pertama penangulangan kemiskinan

• Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana investasi tahunan untuk penanggulangan kemiskinan.

2.1.2. Bantuan Dana

Ketentuan Umum Dana BLM adalah sebagai berikut:

Dana BLM bersifat stimulan dan sebagai alat belajar. Dana BLM bersifat

stimulan untuk memberi peluang kepada masyarakat agar dapat secara nyata belajar melaksanakan dan mengelola kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah direncanakan dan tercantum dalam PJM Pronangkis. Pembelajaran dititikberatkan pada upaya memberi kesempatan masyarakat belajar menangani berbagai persoalan yang ada secara utuh dari pengembangan gagasan, identifikasi persoalan, perencanaan pemecahan persoalan sampai pelaksanaan. Pembelajaran berorientasi tujuan jangka panjang dan menumbuhkan kesadaran kritis bahwa kebutuhan untuk penanggulangan kemiskinan tidak hanya kebutuhan modal dana semata, melainkan juga kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan modal sosial, lingkungan fisik, serta ekonomi.

Pemanfaatan dana BLM harus sesuai PJM Pronangkis. Berdasarkan PJM

Pronangkis, disusun rencana tahunan (Renta) dan rencana kegiatan lain yang bersifat teknis sesuai kebutuhan masyarakat miskin dan disepakati warga. Penggunaan dana BLM mengacu pada rencana tersebut yang menganut menu bebas (open menu), di mana masyarakat dapat menyusun usulan kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan. • BLM dapat dimanfaatkan untuk kegiatan tanggap darurat bencana apabila pada

tahun yang berjalan terjadi bencana.

Penerima manfaat langsung dana BLM adalah warga miskin yang tercantum dalam daftar PS-2.

• Pengelola dana BLM adalah BKM/LKM. Dana BLM ini adalah dana publik yang disalurkan melalui BKM/LKM dan pengelolaannya dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggunggugatkan.

Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dana BLM harus terbuka

dan dapat dipertanggunggugatkan. Nilai alokasi dana BLM tiap kelurahan/desa

harus diinformasikan secara luas dan terbuka kepada seluruh warga kelurahan/ desa, termasuk kontribusi dana BLM dari berbagai sumber pendanaan, misalnya pemerintah kota/kabupaten, masyarakat ataupun dana-dana lain yang dikelola BKM/LKM.

(35)

• Proses pengambilan keputusan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan monitoring pemanfaatan dana BLM harus melibatkan partisipasi aktif masyarakat, terutama masyarakat miskin, laki-laki dan perempuan.

• Berdasarkan PJM Pronangkis tersebut, dana BLM dapat digunakan secara cukup luwes melalui pembelajaran aspek Tridaya3 dan kesepakatan serta kearifan

warga sehingga hasilnya dapat memberikan manfaat kepada warga miskin. Dana BLM dibagi ke dalam kategori sebagai berikut:

a. BLM yang dialokasikan untuk seluruh lokasi PNPM MP setiap tahun anggaran yang besarannya ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk, prosentase kemiskinan dan kemampuan pemerintah kota/kabupaten dalam mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB). Penetapan lokasi dan alokasi BLM ini ditetapkan oleh TNP2K dan Pokja Pengendali PNPM Mandiri.

b. BLM yang dialokasi untuk kegiatan khusus seperti antara lain penangangan kawasan permukiman miskin di perkotaan melalui pendekatan Tridaya pengembangan penghidupan masyarakat; peningkatan partisipasi perempuan; pengelolaan resiko bencana; dsb. Tata cara pelaksanaan termasuk penetapan lokasi diatur oleh PMU.

Biaya operasional bagi BKM/LKM dialokasikan berdasarkan bagian tertentu sesuai dengan jenis BLM, demikian pula tata cara penggunaan Biaya Operasional bagi LKM/ BKM dan/atau Unit Pengelola (UP) diuraikan dalam pedoman tersebut.

a. Prinsip-Prinsip Pencairan dan Pemanfaatan Dana BLM

Prinsip Pencairan :

• BKM/LKM telah terbentuk secara sah dengan minimum 30% pemilih dewasa di tingkat basis;

• BKM/LKM memiliki Anggaran Dasar dan pendiriannya dicatatkan ke Notaris; • BKM/LKM memiliki rekening bank dengan minimal 3 spesimen;

• Memiliki kinerja pembukuan sekretariat minimum memadai;

• BKM/LKM di lokasi lanjutan telah melaksanakan Rembug Warga Tahunan (RWT). Prinsip Pemanfaatan :

• Usulan kegiatan/program tercantum dalam PJM dan Renta Pronangkis dan atau rencana pemanfaatan dana BLM sesuai kegiatan terkait, misalnya rencana penataan lingkungan permukiman, rencana pengembangan potensi KSM unggulan, pengelolaan resiko bencana, dsb;

(36)

• Terbentuk KSM/Panitia;

• Proposal layak dan diverifikasi oleh fasilitator;

• Jika ada tahapan pencairan dan pemanfaatan dana BLM, maka dana tahap sebelumnya telah dimanfaatkan dan dipertanggungjawabkan secara teknis dan administrasi;

Hasil audit tahun sebelumnya minimal Wajar dengan Pengecualian (Qualified

Opinion).

• Tidak ada kasus penyalahgunaan dana yang belum diselesaikan

Pencairan dan pemanfaatan dana BLM secara rinci diuraikan di pedoman teknis Pendampingan Pencairan Dana BLM.

b. Sumber Pendanaan

Sumber pendanaan untuk PNPM Mandiri Perkotaan dapat berasal dari :

a. Pemerintah, melalui dana : APBN, APBD, BUMN, BUMD, penyertaan modal, dan lain-lain;

b. Swasta, seperti dana sosial atau dana lainnya; c. Masyarakat, melalui dana swadaya.

d. Kelompok peduli lainnya.

Pengelolaan pendanaan di tingkat masyarakat dari berbagai sumber pendanaan di atas harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh PNPM MP, dengan kata lain diperlakukan seperti BLM. Sumber dana yang berasal dari luar program PNPM MP sejauh tidak diatur secara khusus, maka berlaku aturan PNPM MP.

c. Penggunaan Dana BLM

Kegiatan yang layak didanai dana BLM secara garis besar dapat dibedakan atas dua jenis kegiatan sebagai berikut:

1) Kegiatan Skala Besar, yaitu kegiatan pembangunan yang sudah ditemukan/ dikenali pada saat PS (Pemetaan Swadaya). Kegiatan tersebut memiliki skala besar (kawasan, kelurahan/desa dan/atau antar kelurahan/desa), tercantum dalam PJM Pronangkis, dialokasikan dalam Renta/rencana teknis lainnya sebagai rencana investasi. dan dapat dilaksanakan oleh Panitia yang dibentuk oleh BKM/ LKM dan dikoordinasi oleh UPL. Panitia bertanggung jawab ke BKM/LKM melalui UPL.

(37)

PEDOMAN PELAKSANAAN | PNPM MANDIRI - PERKOTAAN

24

indikatif sudah direncanakan dalam PJM Pronangkis. Sifat investasi kecil dan dilaksanakan oleh KSM yang bersangkutan.Misalnya pembangunan 20 jamban komunal, namun lokasinya belum ditentukan. KSM yang membutuhkan dapat mengusulkan pembangunan jamban tersebut.

Secara singkat ketentuan penggunaan dana BLM dapat diilustrasikan seperti berikut ini:

Tabel 2.1. Ketentuan dan Sifat Penggunaan Dana BLM

 

 

 

 

Komponen  

Kegiatan   Sifat  Kemanfaatan  Kegiatan  

Rambu-­‐rambu  untuk   kegiatan  pemanfaatan   BLM     Status  Pemanfaatan   Dana  BLM   Komponen  

Lingkungan   § Merupakan  investasi   infrastruktur  yang   diidentifikasi   masyarakat  dalam   PJM  Pronangkis   § Kegiatan  yang   secara  langsung   memberikan   dampak/manfaat   baik  untuk   kolektif/komunal   maupun   kemanfaatan  untuk   Rumah  Tangga   miskin  (PS-­‐2)     § Diutamakan   kegiatan  yang   mempunyai  skala   kelurahan  dan  atau   bersifat  lintas   wilayah  (lintas  RT   atau  RW  atau   Dusun,  dst)   § Menumbuhkan  

modal  sosial,  gotong   royong,  integritas,   dsb  

Infrastruktur  Komunal  bagi   masyarakat  miskin  

   

• Prioritas  untuk  wilayah   dengan  konsentrasi   penduduk  miskin  yang   tinggi  

• Bersedia  membentuk   tim  dan  menyepakati   aturan  bersama   pengelolaan  dan   pemeliharaan   • Kualitas  konstruksi   harus  memenuhi   standar  PU.    

Infrastruktur  bagi  Rumah   Tangga  Miskin  

• Warga  miskin  yang   terdaftar  dalam  PS-­‐2.   • Berdasarkan  daftar  PS-­‐

2,  dipilih  warga  miskin   yang  paling   membutuhkan   infrastruktur  dengan   kriteria  yang   disepakati.   • Kualitas  konstruksi   harus  memenuhi   standar  PU.   BLM  untuk   Infrastruktur  skala   komunal  merupakan   dana  stimulan  hibah.                     BLM  untuk   Infrastruktur  skala   rumah  tangga  dapat   berbentuk  hibah  atau   pinjaman  sesuai   kesepakatan  warga.           Komponen  

Sosial   • Kegiatan  yang  berorientasi  pada   penciptaan  

lapangan  kerja  bagi   warga  miskin  (PS-­‐2)   • Kegiatan  yang   diusulkan  mampu   menjadi  kegiatan   yang  berkelanjutan   • Pelatihan  KSM  bagi   warga  miskin  yang   tercantum  dalam  PS-­‐2   untuk  peningkatan   keterampilan,  keahlian   dan  organisasi.  

• Kegiatan  sosial  yang   sifatnya  berkelanjutan   seperti  program  

Sebagai  dana  stimulan   dan  diharapkan  dapat   menggerakan  

pertisipasi  warga  non   miskin  untuk  turut   membantu  dalam   kegiatan  sosial.    

(38)

PNPM MANDIRI - PERKOTAAN | PEDOMAN PELAKSANAAN 25  

 

    Komponen  

Kegiatan   Sifat  Kemanfaatan  Kegiatan  

Rambu-­‐rambu  untuk   kegiatan  pemanfaatan   BLM     Status  Pemanfaatan   Dana  BLM   Komponen   Lingkungan   § Merupakan   investasi   infrastruktur  yang   diidentifikasi   masyarakat  dalam   PJM  Pronangkis   § Kegiatan  yang   secara  langsung   memberikan   dampak/manfaat   baik  untuk   kolektif/komunal   maupun   kemanfaatan  untuk   Rumah  Tangga   miskin  (PS-­‐2)     § Diutamakan   kegiatan  yang   mempunyai  skala   kelurahan  dan  atau   bersifat  lintas   wilayah  (lintas  RT   atau  RW  atau   Dusun,  dst)   § Menumbuhkan  

modal  sosial,  gotong   royong,  integritas,   dsb  

Infrastruktur  Komunal  bagi   masyarakat  miskin  

   

• Prioritas  untuk  wilayah   dengan  konsentrasi   penduduk  miskin  yang   tinggi  

• Bersedia  membentuk   tim  dan  menyepakati   aturan  bersama   pengelolaan  dan   pemeliharaan   • Kualitas  konstruksi   harus  memenuhi   standar  PU.    

Infrastruktur  bagi  Rumah   Tangga  Miskin  

• Warga  miskin  yang   terdaftar  dalam  PS-­‐2.   • Berdasarkan  daftar  PS-­‐

2,  dipilih  warga  miskin   yang  paling   membutuhkan   infrastruktur  dengan   kriteria  yang   disepakati.   • Kualitas  konstruksi   harus  memenuhi   standar  PU.   BLM  untuk   Infrastruktur  skala   komunal  merupakan   dana  stimulan  hibah.                     BLM  untuk   Infrastruktur  skala   rumah  tangga  dapat   berbentuk  hibah  atau   pinjaman  sesuai   kesepakatan  warga.           Komponen  

Sosial   • Kegiatan  yang  berorientasi  pada   penciptaan  

lapangan  kerja  bagi   warga  miskin  (PS-­‐2)   • Kegiatan  yang   diusulkan  mampu   menjadi  kegiatan   yang  berkelanjutan   • Seluruh  ketentuan   dalam  pelaksanaan   • Pelatihan  KSM  bagi   warga  miskin  yang   tercantum  dalam  PS-­‐2   untuk  peningkatan   keterampilan,  keahlian   dan  organisasi.  

• Kegiatan  sosial  yang   sifatnya  berkelanjutan   seperti  program   peningkatan  gizi  balita,   program  penuntasan  

Sebagai  dana  stimulan   dan  diharapkan  dapat   menggerakan  

pertisipasi  warga  non   miskin  untuk  turut   membantu  dalam   kegiatan  sosial.         -    

 

    Komponen  

Kegiatan   Sifat  Kemanfaatan  Kegiatan  

Rambu-­‐rambu  untuk   kegiatan  pemanfaatan  

BLM    

Status  Pemanfaatan   Dana  BLM  

kegiatan  sosial  ini   harus  sesuai   menurut  

kesepakatan  warga   dan  tertuang  dalam   kebijakan  LKM  

wajib  belajar  9  tahun,   kewirausahaan,  dll.    

Rambu-­‐rambu  sosial:   • Dana  dan  atau  kegiatan  

harus  berkelanjutan.   • Kegiatan  dilakukan  

dalam  kelompok  dengan   usaha  sejenis  

• Dapat  dikembangkan   sistem  bagi  hasil  sesuai   kesepakatan  BKM/LKM   dengan  masyarakat   • Diprioritaskan  bagi  

peserta  yang  memiliki   rencana  pengembangan   usaha  yang  jelas  

• Diprioritaskan  bagi   kegiatan  yang   berkelanjutan  dan   memberikan  dampak   ekonomi.     Komponen  

Ekonomi     • Kegiatan  yang  diberikan  kepada   warga  miskin  untuk   kegiatan  yang   menghasilkan   pendapatan  dan   yang  biasanya  tidak   memiliki  akses  ke   sumber  pinjaman   lainnya.  

• Kegiatan  yang   mampu  mendukung   tumbuhnya  

ekonomi  dan  usaha   kecil  

• Usaha  ekonomi   produktif  (definisi  di  

petunjuk  teknis)  

• Pengembangan  ekonomi   lokal  

• Pengembangan  modal   ekonomi  keluarga,  yang   bermanfaat  langsung   bagi  peningkatan   pendapatan  keluarga   miskin.           Rambu-­‐rambu  untuk   kesinambungan  PDB:     • Setiap  UPK  wajib  

membuat  rencana   keuangan   • Sebagai  pinjaman   kepada  KSM  dan   harus  dikembalikan   kepada  UPK   • Sebagai   pendampingan   untuk  peningkatan   kapasitas    

 

    Komponen  

Kegiatan   Sifat  Kemanfaatan  Kegiatan  

Rambu-­‐rambu  untuk   kegiatan  pemanfaatan  

BLM    

Status  Pemanfaatan   Dana  BLM  

kegiatan  sosial  ini   harus  sesuai   menurut  

kesepakatan  warga   dan  tertuang  dalam   kebijakan  LKM  

wajib  belajar  9  tahun,   kewirausahaan,  dll.    

Rambu-­‐rambu  sosial:   • Dana  dan  atau  kegiatan  

harus  berkelanjutan.   • Kegiatan  dilakukan  

dalam  kelompok  dengan   usaha  sejenis  

• Dapat  dikembangkan   sistem  bagi  hasil  sesuai   kesepakatan  BKM/LKM   dengan  masyarakat   • Diprioritaskan  bagi  

peserta  yang  memiliki   rencana  pengembangan   usaha  yang  jelas  

• Diprioritaskan  bagi   kegiatan  yang   berkelanjutan  dan   memberikan  dampak   ekonomi.     Komponen  

Ekonomi     • Kegiatan  yang  diberikan  kepada   warga  miskin  untuk   kegiatan  yang   menghasilkan   pendapatan  dan   yang  biasanya  tidak   memiliki  akses  ke   sumber  pinjaman   lainnya.  

• Kegiatan  yang   mampu  mendukung   tumbuhnya  

ekonomi  dan  usaha   kecil  

• Usaha  ekonomi   produktif  (definisi  di  

petunjuk  teknis)  

• Pengembangan  ekonomi   lokal  

• Pengembangan  modal   ekonomi  keluarga,  yang   bermanfaat  langsung   bagi  peningkatan   pendapatan  keluarga   miskin.           Rambu-­‐rambu  untuk   kesinambungan  PDB:     • Setiap  UPK  wajib  

membuat  rencana   • Sebagai  pinjaman   kepada  KSM  dan   harus  dikembalikan   kepada  UPK   • Sebagai   pendampingan   untuk  peningkatan   kapasitas  

(39)

PEDOMAN PELAKSANAAN | PNPM MANDIRI - PERKOTAAN 26  

 

    Komponen  

Kegiatan   Sifat  Kemanfaatan  Kegiatan  

Rambu-­‐rambu  untuk   kegiatan  pemanfaatan  

BLM    

Status  Pemanfaatan   Dana  BLM   kegiatan  sosial  ini  

harus  sesuai   menurut  

kesepakatan  warga   dan  tertuang  dalam   kebijakan  LKM  

wajib  belajar  9  tahun,   kewirausahaan,  dll.    

Rambu-­‐rambu  sosial:   • Dana  dan  atau  kegiatan  

harus  berkelanjutan.   • Kegiatan  dilakukan  

dalam  kelompok  dengan   usaha  sejenis  

• Dapat  dikembangkan   sistem  bagi  hasil  sesuai   kesepakatan  BKM/LKM   dengan  masyarakat   • Diprioritaskan  bagi  

peserta  yang  memiliki   rencana  pengembangan   usaha  yang  jelas  

• Diprioritaskan  bagi   kegiatan  yang   berkelanjutan  dan   memberikan  dampak   ekonomi.     Komponen  

Ekonomi     • Kegiatan  yang  diberikan  kepada   warga  miskin  untuk   kegiatan  yang   menghasilkan   pendapatan  dan   yang  biasanya  tidak   memiliki  akses  ke   sumber  pinjaman   lainnya.  

• Kegiatan  yang   mampu  mendukung   tumbuhnya  

ekonomi  dan  usaha   kecil  

• Usaha  ekonomi   produktif  (definisi  di  

petunjuk  teknis)  

• Pengembangan  ekonomi   lokal  

• Pengembangan  modal   ekonomi  keluarga,  yang   bermanfaat  langsung   bagi  peningkatan   pendapatan  keluarga   miskin.           Rambu-­‐rambu  untuk   kesinambungan  PDB:     • Setiap  UPK  wajib  

membuat  rencana   keuangan   • Sebagai  pinjaman   kepada  KSM  dan   harus  dikembalikan   kepada  UPK   • Sebagai   pendampingan   untuk  peningkatan   kapasitas    

 

    Komponen  

Kegiatan   Sifat  Kemanfaatan  Kegiatan  

Rambu-­‐rambu  untuk   kegiatan  pemanfaatan  

BLM    

Status  Pemanfaatan   Dana  BLM   kegiatan  sosial  ini  

harus  sesuai   menurut  

kesepakatan  warga   dan  tertuang  dalam   kebijakan  LKM  

wajib  belajar  9  tahun,   kewirausahaan,  dll.    

Rambu-­‐rambu  sosial:   • Dana  dan  atau  kegiatan  

harus  berkelanjutan.   • Kegiatan  dilakukan  

dalam  kelompok  dengan   usaha  sejenis  

• Dapat  dikembangkan   sistem  bagi  hasil  sesuai   kesepakatan  BKM/LKM   dengan  masyarakat   • Diprioritaskan  bagi  

peserta  yang  memiliki   rencana  pengembangan   usaha  yang  jelas  

• Diprioritaskan  bagi   kegiatan  yang   berkelanjutan  dan   memberikan  dampak   ekonomi.     Komponen  

Ekonomi     • Kegiatan  yang  diberikan  kepada   warga  miskin  untuk   kegiatan  yang   menghasilkan   pendapatan  dan   yang  biasanya  tidak   memiliki  akses  ke   sumber  pinjaman   lainnya.  

• Kegiatan  yang   mampu  mendukung   tumbuhnya  

ekonomi  dan  usaha   kecil  

• Usaha  ekonomi   produktif  (definisi  di  

petunjuk  teknis)  

• Pengembangan  ekonomi   lokal  

• Pengembangan  modal   ekonomi  keluarga,  yang   bermanfaat  langsung   bagi  peningkatan   pendapatan  keluarga   miskin.           Rambu-­‐rambu  untuk   kesinambungan  PDB:     • Setiap  UPK  wajib  

membuat  rencana   keuangan   • Sebagai  pinjaman   kepada  KSM  dan   harus  dikembalikan   kepada  UPK   • Sebagai   pendampingan   untuk  peningkatan   kapasitas    

 

    Komponen  

Kegiatan   Sifat  Kemanfaatan  Kegiatan  

Rambu-­‐rambu  untuk   kegiatan  pemanfaatan   BLM     Status  Pemanfaatan   Dana  BLM   tahunan.(excel  pintar)  

• Bunga  mencukupi  untuk   biaya-­‐biaya  UPK,  bunga   minimal  1,5%  

• Pinjaman  awal  

maksimum  Rp  1  juta  per   anggota  KSM.     • Masing-­‐masing  anggota   KSM  bisa  meminjam   maksimal  4x.   • Pinjaman  selanjutnya   maksimal  Rp  3  juta.   • Tabungan  KSM  yang  

dititipkan  di  UPK  tidak   dapat  digunakan  untuk   perguliran.    

• Menu  tambahan  bisa   diberlakukan  untuk  UPK   yang  memiliki  PAR   memuaskan  selama   satu  tahun  berturut-­‐ turut.    

• Dapat  dikembangkan   sistem  bagi  hasil  sesuai   kesepakatan  BKM/LKM   dengan  masyarakat          

Kegiatan  TRIDAYA  terpadu  adalah  kegiatan  yang  memiliki  keterkaitan  antara   kegiatan  lingkungan,  sosial  dan  ekonomi.  Kegiatan  TRIDAYA  terpadu  tersebut  

harus  menjadi  prioritas  dalam  pemanfaatan  dana  BLM.    

Kegiatan  TRIDAYA  terpadu  diharapkan    memberikan  dampak  optimal  terhadap   penanggulangan  kemiskinan.  Contohnya  kegiatan  sosial  berupa  pelatihan   keterampilan  yang  ditindaklanjuti  dengan  kegiatan  ekonomi  produktif  dengan  

mendapatkan  pinjaman  bergulir;    pembangunan  fasilitas  umum  yang   ditindaklanjuti  dengan  kegiatan  ekonomi  yang  memanfaatkan  fasilitas  tersebut;  

Gambar

Diagram 1.1. Keterkaitan antara Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat  Mandiri (PNPM Mandiri) dengan PAD dan Pedoman-Pedoman dalam PNPM Mandiri Perkotaan
Gambar 1.1. Pandangan PNPM-MP tentang Akar Penyebab Kemiskinan
Gambar 1.2. Penanganan Akar Kemiskinan oleh Masyarakat melalui PNPM-MP
Gambar 3.1. Siklus Tingkat Masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PAI materi akhlaq terpuji melalui metode pembelajaran active self – assessment pada siswa kelas VII

Mengambil seluruh tindakan legislatif, administratif dan tindakan lain yang penting untuk menjamin akses yang adil, tanpa diskriminasi berdasarkan orientasi seksual atau

Metode tutor sebaya adalah cara mengajar yang dilakukan dengan menjadikan teman dalam kelompok peserta didik yang dipandang memiliki kemampuan atau kompetensi

Pentingnya loyalitas pelanggan bagi perusahaan sudah tidak diragukan lagi, banyak perusahaan sangat berharap dapat mempertahankan pelanggannya dalam jangka panjang, bahkan

PELANGGARAN WILAYAH OLEH KAPAL IKAN TIONGKOK YANG DIKAWAL COAST GUARD TIONGKOK. JUMAT, 17

Syukur alhamdulillah Saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas hidayah dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “ Gambaran Asupan Kalsium

Berdasarkan hasil analisis statistic dengan pengujian Rank Spearman diperoleh nilai  = 0,721 ; p-value = 0,001 (p<0,05), sehingga kesimpulan yang diambil dalam

Faktor yang mempengaruhi penerapan alat dan program K3 dalam sebuah proyek konstruksi, menurut responden yang bekerja sebagai tukang / pekerja lapangan; yang menduduki peringkat