PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN
PEDOMAN PELAKSANAAN
PNPM MANDIRI PERKOTAAN
KATA
P
rogram Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakan berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representative, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (Social Capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga pelaksanaan P2KP-3 saat ini telah terbentuk sekitar 6.405 BKM/LKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18.9 Juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM.
Pada tahun 2008 keberlanjutan pelaksanaan P2KP diperluas lagi menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan), dengan mengalokasikan tambahan dana yang cukup signifikan pada tahun anggaran 2008 yang mencakup 8.813 Kelurahan di 995 kecamatan tersebar pada 245 kota/kabupaten.
Saat ini pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan telah membangun kelembagaan masyarakat lebih dari 11 ribu BKM/LKM yang tersebar di sekitar 1.153 kecamatan di 268 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 600 ribuan relawan dari masyarakat setempat, serta lebih dari 22 Juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 860 ribu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
Kegiatan ini diharapkan juga dapat mendukung kesepakatan global pada awal tahun 2000 mengenai Millenium Development Goals (MDGs), sehingga sejak tahun 2007 P2KP yang merupakan bagian dari PNPM Mandiri telah melakukan penyempurnaan pedoman pelaksanaanya yang lebih fokus pada upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan percepatan pencapaian target sasaran MDGs, dengan menerbitkan buku Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan.
DAFTAR ISI
Melalui buku pedoman pelaksanaan edisi September 2012 yang merupakan revisi dari edisi sebelumnya, diharapkan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan dapat dilaksanakan oleh seluruh pelaku secara efektif dan optimal untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah orang miskin di Indonesia dan diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sesuai amanat UUD’45.
Jakarta, September 2012
Budi Yuwono, P
Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
KATA PENGANTAR | i
DAFTAR ISI | v
DAFTAR ISTILAH & SINGKATAN | IX
PERIHAL PEDOMAN | 1
BAB I.
GAMBARAN UMUM PROGRAM | 5
1.1. Pendahuluan | 6
1.2. Kerangka Pemikiran | 7
1.3. Prinsip, Pendekatan dan Dasar Hukum | 11 1.4. Tujuan | 13
1.5. Sasaran | 13 1.6. Strategi | 16
BAB II.
KOMPONEN PROGRAM | 19
2.1. Pendampingan untuk Masyarakat | 20
2.2. Pendampingan untuk Pemdan dan Pemangku Kepentingan
| 29
BAB III.
PELAKSANAAN PROGRAM | 33
3.1. Pelaksanaan di Tataran Masyarakat | 34
3.2. Pelaksanaan di Tataran Pemerintah Kota/Kabupaten | 47 3.3. Indikator Keberhasilan | 51
3.4. Rencana Tindak Tata Kepemerintahan yang baik & Pengamanan | 53 3.5. Penyelengaraan Audit dan Pemantauan | 58
3.6. Sanksi | 61
3.7. Pengaduan dan Penyelesaian Konflik | 62 3.8. Kebijakan Pengamanan | 67
BAB IV.
MANAJEMEN PROGRAM | 71
4.1. Struktur Organisasi Pelaksanaan | 72
4.2. Tata Peran Pelaku | 74
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kelompok Sasaran |15
Tabel 2.1. Ketentuan Sifat Penggunaan Dana BLM | 24 Tabel 2.2. Kriteria Kinerja Pinjaman Bergulir | 28 Tabel 2.3. Alur pelaksanaan PJM Pronangkis | 45
Tabel 3.1 Indikator Keberhasilan PNPM Mandiri Perkotaan | 51
DAFTAR GAMBAR DAN BAGAN
Gambar 1.1 Pandangan PNPM MP Tentang Akar Penyebab Kemiskinan | 8 Gambar 1.2. Penanganan Akar Kemiskinan Oleh masyarakat Melalui PNPM MP
| 10
Gambar 1.3. Strategi Transformasi Sosial Masyarakat PNPM MP | 17 Gambar 1.4. Strategi Penguatan Kemandirian Pemda | 18
Gambar 3.1 Siklus Tingkat Masyarakat | 35
Gambar 3.2. Tahapan Siklus Pendampingan TIngkat Kota/kabupaten | 47 Bagan 3.1 Mekanisme Penanganan Pengaduan | 66
Bagan 4.1 Stuktur Organisasi Pengelolaan PNPM MP | 73
Diagram 1.1 Keterkaitan antara Pedoman Umum Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM Mandiri) dengan PAD dan Pedoman-Pedoman dalam PNPM Mandiri Perkotaan | 4
LAMPIRAN-LAMPIRAN | 89
DAFTAR ISI
A
Advisory : Penasehat dan perancang program dibawah Kementerian Pekerjaan Umum
AD/ART : Anggaran Dasar/Anggran Rumah Tangga
AF : Additional Financing
AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
B
Bangda : Pembangunan Daerah
Bappeda Kab/Kota: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten/Kota
Bappeda Prop : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BGAP : Better Governance Action Plan
BI : Bank Indonesia
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
BLM : Bantuan Langsung Masyarakat
BOP : Biaya Operasional
BPD : Badan Perwakilan Desa
BPKP : Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
BPS : Badan Pusat Statistik
C
CBD : Community Based Development CSS : Community Self Survey
Comprehensive : Menyeluruh
D
DED : Detailed Design
DIPA : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
DKT : Diskusi Kelompok Terarah
Dokumen SPK-D : Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
DPPHLN : Direktorat Pengelolaan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DPT : Diskusi Partisipatif Terpadu
DAFTAR ISTILAH &
SINGKATAN
E
EA : Executing Agency/Penyelenggara Program
F
Fasilitator : Tenaga Pendamping Masyarakat sebagai Agen Perubahan
FGD : Focussed Group Discussion / Diskusi Kelompok terarah
FKA-BKM : Forum Komunikasi Antar BKM Tingkat Kota/Kabupaten
FMR : Financial Management Report
G
GBPP : Garis Besar Pokok Pengajaran
GoI : Government of Indonesia
Grassroot : Akar rumput, masyarakat terkecil
IBRD : International Bank for Reconstruction Development (World Bank) IDB : Islamic Development Bank
ICB : International Competitive Bidding IPM : Indeks Pembangunan Manusia
K
KBK : Komunitas Belajar Kelurahan
KBP : Komunitas Belajar Perkotaan
KDP : Kecamatan Development Program
Kemen PU : Kementerian Pekerjaaan Umum
KE : Konsultan Evaluasi
KMP : Konsultan Manajemen Pusat
KMW : Konsultan Manajemen Wilayah
Korkot : Koordinator Kota, KMW
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KPK-D : Komite Penanggulangan kemiskinan Daerah
KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat
KUR : Kredit Usaha Rakyat
L
LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat
LKMD : Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa
LPM : Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
DAFTAR ISTILAH &
M
MDGs : Millennium Development Goals
MoU : Memorandum of Understanding
Musrenbang : Musyawarah Rencana Pembangunan
N
ND : Neighbourhood Development NOL : No Objection Letter
OC : Oversight Consultant
O&M : Operations and Maintenance
P
P2G : Penguatan Peran Gender
P2KP : Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
PAD : Project Appraisal Document
PB : Pinjaman Bergulir
PBL : Penataan Bangunan dan Lingkungan
PDMDKE : Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi
PJM : Program Jangka Menengah
PJOK : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan
PKK : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga
PMU : Program Management Unit
PLPBK : Penataan Lingkungan Permukinan Berbasis Komunitas
PPMK : Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas
PNPM Mandiri : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
PNPM MP : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan
PODES : Potensi Desa
POK : Petunjuk Operasional Kegiatan
POM : Project Operational Manual
PPK : Pejabat Pembuat Komitmen
PPLS : Pendataan Program Perlindungan Sosial
PPM : Penanganan Pengaduan Masyarakat
PRONANGKIS : Program Penanggulangan Kemiskinan
PRA : Participatory Rural Appraisal
PS : Pemetaan Swadaya
PU : Pekerjaan Umum
R
RAB : Rencana Anggaran Biaya
Rakor : Rapat Koordinasi
Relawan : Warga setempat yang peduli membantu warga miskin di wilayahnya
tanpa pamrih
Renstra : Rencana Strategi
Renta : Rencana Tahunan
RK : Refleksi Kemiskinan
RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RKM : Rembug Kesiapan Masyarakat
RPD : Rencana Penggunaan Dana
RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJP-D : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
RTBL : Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
RWT : Rembug Warga Tahunan
S
SA : Special Account (Rekening Khusus)
SATKER-P2KP : Satuan Kerja Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
SE-DJP : Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerrian
Keuangan
SIM : Sistem Informasi Manajemen
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SNVT : Satuan Kerja Non Vertikal di tingkat Propinsi
SOP : Standard Operational Procedures
SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana
SPM : Surat Perintah Membayar
SPP : Surat Permintaan Pembayaran
SPPB : Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan
SPPP : Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan
SWK : Satuan Wilayah Kerja
SWOT : Strength-Weakness-Opportunity-Treatment
T
TA : Technical Assistance
TIM INTERDEPT : Tim Pengarah dan Kelompok Kerja Antar Departemen Terkait di Tingkat
Nasional
TKPP : Tim Koordinasi Pelaksanaan P2KP (tingkat Propinsi dan Kota/Kabupaten)
TKPK-Kab/Kota : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten/Kota
TKPK-Propinsi : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Propins
Trust Building : Membangun kepercayaan kepada seluruh pihak
U
UKM : Usaha Kecil Menengah
UP : Unit Pengelola yang dibentuk BKM
UPL : Unit Pengelola Lingkungan
UPS : Unit Pengelola Sosial
UPP : Urban Poverty Project (P2KP)
W
PERIHAL
PEDOMAN
MENGAPA DIPERLUKAN PEDOMAN?
Alasan mengapa pedoman sangat dibutuhkan adalah sebagai berikut:
• Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP) adalah program nasional dengan cakupan wilayah kerja yang sangat luas di, seluruh wilayah Indonesia.
• Melibatkan banyak pihak dengan berbagai latar belakang, posisi dan peran dalam program yang beragam, seperti perangkat pemerintah, pusat dan daerah, penerima manfaat, penyandang dana dan sebagainya, sehingga diperlukan persamaan visi, misi dan pemahaman terhadap mekanisme pelaksanaan program.
• Memudahkan untuk dilakukan penilaian atas keberhasilan atau kegagalan program secara nasional karena menggunakan mekanisme dan tolok ukur yang sama.
SIAPA PENGGUNA PEDOMAN?
Secara umum Pedoman ini diperuntukkan untuk para pelaku pelaksana PNPM Mandiri Perkotaan utamanya Fasilitator dan pengurus BKM/LKM. Secara rinci pengguna pedoman dan manfaat masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Siapa pengguna
Buku Panduan Untuk apa
Warga masyarakat dan Kelompok-Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM-KSM)
• Memahami berbagai peluang yang ditawarkan PNPM Mandiri Perkotaan • Memahami berbagai aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan
PNPM Mandiri Perkotaan • Membangun kontrol sosial Organisasi masyarakat (Badan
Keswadayaan Masyarakat / Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM) dan Unit Pengelola (UP)
• Memberikan pelayanan yang lebih baik kepada warga dan KSM • Membangun transparansi dan akuntabilitas
• Acuan operasional organisasi
Proyek (pimpinan dan staf) • Memahami secara menyeluruh program PNPM Mandiri Perkotaan di tingkat masyarakat dan pemda
Konsultan Pelaksana
• Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan program • Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan program • Memantau dan evaluasi kemajuan program
Siapa pengguna
Buku Panduan Untuk apa
Fasilitator
• Menyusun rencana kerja pelaksanaan proyek di kelurahan/desa • Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para pemangku
kepentingan tingkat kelurahan/desa • Pengendalian mutu pekerjaan
Pemerintah
• Memahami secara menyeluruh program PNPM Mandiri Perkotaan • Masukan kebijakan dalam rangka integrasi dan koordinasi serta
mengembangkan kebijakan penanggulangan kemiskinan lebih lanjut
Pemerintah Daerah (propinsi, kota/kabupaten)
• Memahami secara menyeluruh program PNPM Mandiri Perkotaan • Menciptakan kesinambungan program
• Membangun jaringan kerjasama di tingkat pelaksanaan • Acuan koordinasi
Para Pemeduli
• Melakukan kontrol sosial • Melakukan advokasi • Membangun sinergi
• Membangun jaringan kelembagaan
Anggota Legislatif
• Memahami secara menyeluruh program PNPM Mandiri Perkotaan • Acuan pengembangan kebijakan
BAGAIMANA SISTEMATIKA BUKU PEDOMAN?
Buku Pedoman PNPM Mandiri Perkotaan ini tidak berdiri sendiri tetapi terdiri dari empat kelompok besar buku pedoman sebagai berikut :
1. Pedoman Nasional PNPM Mandiri adalah pedoman yang berlaku nasional untuk seluruh program PNPM di Indonesia. Pedoman yang diterbitkan oleh Menko Kesra ini merupakan induk berbagai buku pedoman untuk PNPM Mandiri Perkotaan, PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Inti lainnya dan PNPM Penguatan.
Di bawah ini adalah pedoman yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum:
2. Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan adalah pedoman yang berlaku untuk seluruh pelaku program yang memuat tentang konsep, kebijakan, ketentuan umum, strategi pelaksanaan dan kelengkapan lainnya sesuai dengan kebutuhan program.
3. Pedoman Teknis PNPM Mandiri Perkotaan adalah pedoman yang berisi tata cara pelaksanaan teknis kegiatan.
4. Petunjuk Teknis PNPM Mandiri Perkotaan adalah petunjuk rinci bagi pelaku untuk melaksanakan kegiatan.
Diagram 1.1. Keterkaitan antara Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
GAMBARAN UMUM
PROGRAM
1.1. PENDAHULUAN
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa “lembaga kepemimpinan masyarakat” yang representatif, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan “program masyarakat jangka menengah dalam penanggulangan kemiskinan” yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.
Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, mulai tahun 2007 telah dirintis untuk mengadopsi P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, oleh sebab itu mulai tahun 2007, PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran Millennium
Development Goals (MDGs) sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin sebesar 50% di
tahun 2015.
Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM MP). Sebagai bagian dari PNPM Mandiri maka tujuan, prinsip dan pendekatan yang ditetapkan dalam PNPM Mandiri juga menjadi tujuan, prinsip dan pendekatan PNPM Mandiri Perkotaan1 , begitu juga nama generic lembaga kepemimpinan masyarakat berubah dari
BKM menjadi LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat). Selanjutnya dalam pedoman ini istilah kelembagaan masyarakat menjadi Badan Kelembagaan Masyarakat/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM).
Saat ini pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan telah membangun kelembagaan masyarakat lebih dari 11 ribu BKM/LKM yang tersebar di sekitar 1.153 kecamatan di 268 kota/kabupaten, telah memunculkan lebih dari 600 ribuan relawan dari masyarakat setempat, serta lebih dari 22 Juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 860 ribu Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM).
PNPM Mandiri Perkotaan, selanjutnya disebut PNPM MP berorientasi untuk membangun pondasi masyarakat berdaya dengan sejumlah kegiatan intervensi pada perubahan sikap/ perilaku/cara pandang masyarakat yang bertumpu pada nilai-nilai universal. Pada tahap berikutnya berorientasi untuk membangun transformasi menuju masyarakat mandiri yang dilakukan melalui sejumlah intervensi pembelajaran kemitraan dan sinergi antara pemerintah, masyarakat dan kelompok peduli setempat dengan berbagai pihak (channelling program) untuk mengakses berbagai peluang dan sumber daya yang dibutuhkan masyarakat. Selanjutanya pada tahap akhir dari transformasi kondisi sosial menuju masyarakat madani, PNPM MP melakukan intervensi di lokasi padat, kumuh dan termiskin dengan melakukan kegiatan khusus. Diharapkan melalui kegiatan tersebut dapat mendorong peningkatan kemampuan masyarakat dalam
mengembangkan kualitas lingkungan permukiman yang berkelanjutan.
Dalam perjalanan pelaksanaan program dimungkinkan terjadi perubahan kebijakan PNPM MP sebagai perbaikan dan penyempurnaan program dari hasil pembelajaran dan evaluasi tahun-tahun sebelumnya dan akan diatur secara khusus dalam bentuk suplemen dan pedoman teknis.
1.2. KERANGKA PEMIKIRAN
1.2.1. Akar Penyebab Kemiskinan
Berbagai program kemiskinan terdahulu yang bersifat parsial, sektoral dan santunan dalam kenyataannya sering justeru menghasilkan kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan modal sosial yang ada di masyarakat (gotong royong, kepedulian, musyawarah, keswadayaan dll). Lemahnya modal sosial pada gilirannya juga mendorong pergeseran perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara bersama. Kondisi modal sosial masyarakat yang melemah serta memudar tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan tindakan dari pengelola program kemiskinan dan pemimpin-pemimpin masyarakat yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan dan tidak tanggung gugat. Akibatnya menimbulkan kecurigaan, ketidakpedulian dan skeptisme di masyarakat.
Keputusan, kebijakan dan tindakan yang tidak adil ini banyak terjadi di mana lembaga kepemimpinan masyarakat yang ada belum berdaya, karena dikelola oleh orang-orang yang tidak berdaya yang tidak mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam kebijakan-kebijakan yang diputuskannya. Lembaga kepemimpinan semacam ini pada umumnya memang tidak mengakar. Pengurusnya tidak dipilih secara benar dan banyak menjadi perpanjangan tangan pihak-pihak tertentu sehingga lebih berorientasi pada kepentingan pihak luar, parsial atau bahkan untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu. Mereka kurang memiliki komitmen dan kepedulian pada masyarakat di wilayahnya, terutama masyarakat miskin. Kondisi ini justeru akan memperdalam krisis kepercayaan masyarakat terhadap berbagai lembaga kepemimpinan masyarakat yang ada di wilayahnya.
Kondisi kelembagaan pimpinan masyarakat yang tidak mengakar dan tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnya tumbuh subur dalam situasi di mana masyarakat secara umum memang belum berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat dalam menyikapi dan menghadapi situasi yang ada di lingkungannya, yang pada gilirannya mendorong sikap masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri, mengandalkan bantuan pihak luar
keikhlasan, keadilan dan kejujuran.
Dari paparan di atas, cukup jelas menunjukkan bahwa kemiskinan akan tumbuh subur dalam situasi di mana perilaku/sikap dan cara pandang (paradigma) masyarakat yang belum berdaya.
PNPM MP sebagai kelanjutan P2KP memahami bahwa kemiskinan adalah akibat dan akar penyebab kemiskinan yang sebenarnya adalah kondisi masyarakat, utamanya para pimpinan yang belum berdaya sehingga tidak mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan, sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.1. di bawah ini:
Gambar 1.1. Pandangan PNPM-MP tentang Akar Penyebab Kemiskinan
1.2.2. Penanganan Akar Penyebab Kemiskinan
Pemahaman mengenai akar penyebab persoalan kemiskinan seperti di atas telah menyadarkan berbagai pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat utamanya para pemimpin untuk senantiasa mengambil keputusan dan bertindak berlandaskan pada nilai-nilai luhur universal, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan.
Perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat ini merupakan pondasi yang kokoh untuk terbangunnya lembaga kepemimpinan masyarakat yang mandiri, melalui pemberdayaan para pelakunya, agar mampu bertindak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia luhur yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari sehingga pada giliran dapat dibangun kepemimpinan moral yang mandiri.
Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal agar lebih berorientasi ke masyarakat miskin dan mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
1.2.3. PNPM Memfasilitasi Masyarakat serta Pemerintah Daerah Untuk Mampu Menangani Akar Penyebab Kemiskinan Secara Mandiri dan Berkelanjutan
Gambaran lembaga masyarakat seperti dimaksud di atas hanya akan dicapai apabila orang-orang yang diberi amanat sebagai pemimpin masyarakat merupakan kumpulan dari orang-orang yang peduli, memiliki komitmen kuat, ikhlas, tanpa pamrih dan jujur serta mau berkorban untuk kepentingan masyarakat miskin, bukan untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Tentu saja hal ini bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah, karena upaya-upaya membangun kepedulian, kerelawanan, komitmen tersebut pada dasarnya terkait erat dengan proses perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini, PNPM MP meyakini bahwa pendekatan yang lebih efektif untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat dan penguatan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakatnya.
Proses pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan terus menerus untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan sebagai landasan yang kokoh untuk membangun masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Proses pembelajaran di tingkat masyarakat ini berlangsung selama masa Program maupun pasca Program oleh masyarakat sendiri dengan membangun dan melembagakan Komunitas Belajar Kelurahan/desa (KBK).
mampu menjadi motor penggerak dalam ‘melembagakan’ dan ‘membudayakan’ kembali nilai-nilai luhur universal kemanusiaan (gerakan moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (gerakan tata kepemerintahan yang baik) serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (gerakan Tridaya), sebagai nilai-nilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat.
Melalui lembaga kepemimpinan masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak dalam lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya diharapkan dapat tercipta lingkungan perkotaan dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Gambaran tentang cara pandang PNPM MP dalam memfasilitasi upaya penanggulangan akar persoalan kemiskinan oleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2. Penanganan Akar Kemiskinan oleh Masyarakat melalui PNPM-MP
Sedangkan penguatan kapasitas pemerintah daerah dalam rangka mengedepankan peran dan tanggungjawab pemerintah daerah, dilakukan melalui; pelibatan intensif Pemerintah kota/kabupaten pada pelaksanaan siklus kegiatan PNPM MP, penguatan peran dan fungsi Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPK-D) agar mampu menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPK-D) dan melembagakan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).
1.3. PRINSIP, PENDEKATAN DAN DASAR HUKUM
Secara umum prinsip, pendekatan dan dasar hukum PNPM-Mandiri Perkotaan menganut yang sudah ditetapkan dalam Pedoman Umum PNPM Mandiri sebagai berikut :
1.3.1. Prinsip
a. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya.
b. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
c. Partisipasi. masyarakat terlibat secara aktif pada setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong royong menjalankan pembangunan. d. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM, masyarakat memiliki kewenangan secara
mandiri dan partisipatif untuk menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.
e. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya.
f. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan.
g. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin.
h. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.
i. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.
j. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.
k. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
l. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola oleh masyarakat.
1.3.2. Pendekatan
Penanggulangan kemiskinan membutuhkan penanganan yang menyeluruh dalam skala perwilayahan yang memadai yang memungkinkan terjadinya keterpaduan antara pendekatan sektoral, perwilayahan dan partisipatif yang dalam hal ini dipilih kecamatan sebagai lokus program yang mampu mempertemukan perencanaan dari tingkat Pemerintah kota/kabupaten dan dari tingkat masyarakat.
Di tataran kecamatan inilah rencana pembangunan yang direncanakan oleh SKPD (Satuan Kerja Pembangunan Daerah) bertemu dengan perencanaan dari masyarakat dalam Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) Kecamatan sehingga dapat digalang perencanaan pembangunan yang menyeluruh, terpadu dan selaras waktu. Dengan demikian PNPM MP akan menekankan pemanfaatan Musrenbang Kecamatan sebagai mekanisme harmonisasi kegiatan berbagai program yang ada sehingga peranan Forum BKM/LKM tingkat kecamatan menjadi sangat vital.
Bersadarkan pemikiran tersebut di atas maka pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan:
a. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program.
b. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
c. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif.
d. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial dan geografis.
e. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan.
1.3.3. Dasar Hukum
Yang menjadi dasar hukum PNPM MP sebagaimana menjadi dasar hukum PNPM Mandiri adalah Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.
1.4. TUJUAN
Tujuan umum PNPM telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu ”Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri”.
Secara khusus tujuan PNPM MP yaitu ”Membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan/ desa peserta program mendapatkan manfaat dari peningkatan kondisi lingkungan dan tata kepemerintahan yang baik.”
1.5. SASARAN
1.5.1. Sasaran Program
a. Memperkuat dan melembagakan BKM/LKM yang dipercaya, aspiratif, representatif, dan bertanggung jawab untuk mendorong tumbuh dan kembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat;
b. Tersedianya Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) di tingkat kelurahan/desa sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan;
c. Terwujudnya pemanfaatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM), termasuk sumber dana lain, yang tepat sasaran, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan; d. Terbangunnya forum BKM/LKM tingkat kecamatan dan kota/kabupaten untuk
mengawal terwujudnya harmonisasi berbagai program daerah;
e. Meningkatnya kapasitas pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk bermitra dengan BKM/LKM dalam penyediaan pelayanan bagi masyarakat miskin;
f. Terwujudnya pendampingan teknis dan kontribusi pendanaan sesuai dengan Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah (IFKD) dari pemerintah kota/kabupaten dalam PNPM MP serta terwujudnya peningkatan kualitas lingkungan; Terwujudnya kemitraan program antara BKM/LKM dengan berbagai pemangku kepentingan;
g. Masyarakat yang sadar, peduli dan mampu melaksanakan rangkaian kegiatan PNPM MP di wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan sesuai substansi pedoman pelaksanaan PNPM MP;
h. Relawan dan Relawan khusus (spesialisasi berdasarkan minat) sebagai penggerak proses pembangunan partisipatif di wilayahnya dan forum pemantauan
partisipatif untuk memastikan pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan berdasarkan PJM Pronangkis; dan
i. Meningkatnya kesadaran masyarakat dan pemerintah daerah dalam penataan lingkungan pemukiman yang lebih komprehensif, pengelolaan resiko bencana dan pengembangan tata penghidupan masyarakat.
1.5.2. Lokasi Sasaran
Lokasi sasaran PNPM MP, yakni lokasi yang ditetapkan oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) sebagai lokasi yang akan menerima stimulan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Pengelola program akan menerbitkan daftar rincian lokasi dan alokasi dana BLM PNPM Mandiri Perkotaan secara terpisah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pedoman pelaksanaan ini;
Kriteria lokasi dan alokasi sasaran PNPM Mandiri Perkotaan tertuang pada penjelasan surat penetapan lokasi dan alokasi BLM PNPM Mandiri yang dikeluarkan oleh Menkokesra. Untuk lokasi dan alokasi penanganan wilayah khusus, kriteria lokasi dan alokasi dijabarkan secara tersendiri dalam pedoman tata cara seleksi lokasi dan alokasi kegiatan terkait.
1.5.3. Kelompok Sasaran
Yang menjadi kelompok sasaran dalam PNPM MP dapat dilihat pada Tabel 1.1. Kelompok Sasaran di halaman berikut:
PNPM MANDIRI - PERKOTAAN | PEDOMAN PELAKSANAAN 15
Tabel 1.1. Kelompok Sasaran
1.5.3 Kelompok Sasaran
Yang menjadi kelompok sasaran dalam PNPM MP dapat dilihat pada Tabel 1.1. Kelompok Sasaran
Tabel 1.1. Kelompok Sasaran
Uraian Kelompok
Sasaran Bantuan Teknik/ Pendampingan Bantuan Dana BLM
Masyarakat § Masyarakat warga
kelurahan/desa peserta PNPM MP,terutama
masyarakat miskin, laki-‐laki dan perempuan.
Dana BLM diprioritaskan kepada warga miskin, laki-‐ laki dan perempuan, dan/atau kelompok
masyarakat miskin, dengan syarat sbb:
• Warga miskin terdaftar dalam data Pemetaan Swadaya , yang terinci dalam lembar PS 2 terkini yang telah disepakati warga.
• Kelompok masyarakat miskin yang ditetapkan dalam PJM Pronangkis. Pemerintah Propinsi, Kota/Kabupaten Perangkat pemerintahan propinsi, kota/kabupaten, s/d kelurahan/desa yang terkait dengan pelaksanaan PNPM MP. -‐
Uraian Kelompok
Sasaran Bantuan Teknik/ Pendampingan Bantuan Dana BLM
Para Pemangku Kepentingan terkait Kelompk peduli penanggulangan kemiskinan. -‐
1.5.4 Penerima Manfaat Dana BLM PNPM MP
Penerima manfaat langsung dari dana BLM yang disediakan melalui PNPM MP adalah
keluarga miskin yang diidentifikasi masyarakat sendiri2 dan disepakati serta
ditetapkan bersama oleh masyarakat kelurahan, melalui proses musyawarah warga, refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya berorientasi Indeks Pembangunan Manusia dan Tujuan Pembangunan Global (IPM-‐MDGs).
1.6. Strategi
1. Strategi Transformasi Sosial Ekonomi di Masyarakat
Agar terwujud tujuan yang hendak dicapai oleh PNPM MP, maka strategi yang dilaksanakan di tingkat masyarakat adalah :
a. Mondorong proses transformasi sosial dari masyarakat tidak berdaya/miskin
menuju masyarakat berdaya. Proses ini setidaknya melalui empat hal :
§ Internalisasi nilai dan prinsip universal, salah satu bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah kegiatan penyiapan masyarakat seperti: Rembug Kesiapan Masyarakat, Refleksi Kemiskinan dan Pemetaan Swadaya.
§ Penguatan lembaga masyarakat melalui pendekatan pembangunan bertumpu
pada kelompok. Bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah pembentukan
1.5.4 Penerima Manfaat Dana BLM PNPM MP
Penerima manfaat langsung dari dana BLM yang disediakan melalui PNPM MP adalah keluarga miskin yang diidentifikasi masyarakat sendiri2 dan disepakati serta ditetapkan
bersama oleh masyarakat kelurahan, melalui proses musyawarah warga, refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya berorientasi Indeks Pembangunan Manusia dan Tujuan Pembangunan Global (IPM-MDGs).
1.6. STRATEGI
1. Strategi Transformasi Sosial Masyarakat
Agar terwujud tujuan yang hendak dicapai oleh PNPM MP, maka strategi yang dilaksanakan di tingkat masyarakat adalah :
a. Mendorong proses transformasi sosial dari masyarakat tidak berdaya/miskin menuju masyarakat berdaya. Proses ini setidaknya melalui empat hal :
• Internalisasi nilai dan prinsip universal, salah satu bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah kegiatan penyiapan masyarakat seperti: Rembug Kesiapan Masyarakat, Refleksi Kemiskinan dan Pemetaan Swadaya.
• Penguatan lembaga masyarakat melalui pendekatan pembangunan bertumpu pada kelompok. Bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah pembentukan dan pembangunan lembaga masyarakat yang representatif, mengakar dan dipercaya dengan nama generik Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM).
• Pembelajaran penerapan konsep TRIDAYA dalam penanggulangan kemiskinan. Bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah penyusunan rencana program masyarakat secara partisipatif berbasis “kebutuhan” bukan “keinginan”. Dokumen perencanaan masyarakat ini secara generik dikenal dengan dokumen Perencanaan Jangka Menengah Program Penanggulanan Kemiskinan (PJM Pronangkis).
• Penguatan akuntabilitas masyarakat. Bentuk intervensi kegiatan pada fase ini kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Tridaya. Kegiatan ini merupakan aplikasi dari pronangkis serta menumbuhkembangkan segenap lapisan masyarakat untuk peduli dan melakukan pengawasan sosial secara obyektif sehingga menjamin pelaksanaan kegiatan yang berpihak pada masyarakat miskin.
b. Mendorong proses transformasi sosial dari masyarakat berdaya menuju masyarakat mandiri, proses ini setidaknya terdiri dari dua hal :
• Pembelajaran kemitraan antar pemangku kepentingan strategis. Bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah kegiatan Penanggulangan Kemiskinan Terpadu yang menekankan pada proses pembelajaran kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan kelompok peduli. Proses pembangunan kolaborasi dan sinergi dalam upaya penanggulangan kemiskinan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, ,masyarakat dan kelompok peduli setempat, agar masalah
• Penguatan jaringan antar pelaku pembangunan. Bentuk intervensi kegiatan pada fase ini adalah kegiatan kemitraan program. Dengan membangunan kepedulian dan jaringan sumber daya serta mendorong keterlibatan aktif dari para pelaku pembangunan lain, maka dapat dijalin kerja sama dan dukungan sumber daya bagi penanggulangan kemiskinan. c. Mendorong proses transformasi sosial dari masyarakat mandiri menuju
masyarakat madani. Intervensi untuk mampu mewujudkan transformasi sosial
dari kondisi masyarakat mandiri menuju masyarakat madani lebih dititikberatkan pada proses penyiapan landasan yang kokoh melalui penciptaan situasi dan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembangnya masyarakat madani. Bentuk kegiatan pada tahap ini adalah program-program khusus yang lebih komprehensif sekaligus melembagakan tata kelola kepemerintahan yang baik salah satunya adalah program penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas.
Gambra 1.3. Strategi Tranformasi Sosial Masyarakat PNPM MP
2. Strategi Penguatan Kemandirian Pemerintahan Kabupaten / Kota
Sejalan dengan upaya intervensi di tingkat masyakarat, PNPM MP melakukan upaya penguatan kemandirian di tingkat pemda yang bertujuan agar pemda mampu secara mandiri mengelola program penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. Untuk mewujudkan hasil yang ingin dicapai di dalam penguatan kemandirian pemda, strategi yang akan dilaksanakan adalah;
KOMPONEN
PROGRAM
Komponen Program PNPM MP pada dasarnya memberikan bantuan kepada dua kelompok sasaran utama; masyarakat dan pemerintah daerah termasuk pemangku kepentingan daerah sebagai berikut.
2.1. PENDAMPINGAN UNTUK MASYARAKAT
Pendampingan untuk masyarakat diwujudkan dalam bentuk bantuan teknis dan bantuan stimulan dana BLM.
2.1.1. Bantuan Teknis
Bantuan teknis ini diwujudkan dalam bentuk penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi dan memberdayakan masyarakat agar mampu melaksanakan PNPM MP dan mengkoordinasikan berbagai program penanggulangan kemiskinan berbasis komunitas di tingkat kelurahan/desa.
Secara rinci pendampingan tersebut dilakukan melalui serangkaian kegiatan pelatihan, sosialisasi, fasilitasi dan advokasi oleh Tim Konsultan di tingkat kota/kabupaten dan dan tim fasilitator di tingkat masyarakat antara lain untuk:
• Membangun BKM/LKM agar mampu mengorganisasikan masyarakat dalam penangulangan kemiskinan;
• Memfasilitasi penyusunan PJM Pronangkis di setiap kelurahan/desa dengan proses yang transparan dan partisipatif dan menyelaraskan PJM Pronangkis dengan rencana pembangunan jangka menengah daerah;
• Mengorganisasikan dan mendukung KSM/Pokja dalam mengajukan proposal kepada BKM/LKM untuk memanfaatkan berbagai sumber daya program dan melaksanakan program yang tercantum dalam PJM Pronangkis;
• Mendukung terbangunnya Forum BKM/LKM; dan meningkatkan kapasitas UPK, UPS, UPL dan panitia kerja lainnya yang dibentuk secara khusus; dsb
• Memfasilitasi BKM/LKM agar mampu bermitra dengan pemerintah dan pemerintah daerah dalam melaksanakan berbagai program penanggulangan kemiskinan;
Secara rinci jenis kegiatan pendampingan mencakup:
• Pertemuan-pertemuan/musyawarah/diskusi, dan sebagainya di tingkat komunitas kelurahan/desa dan kecamatan baik yang bersifat pengambilan keputusan maupun untuk penyebarluasan informasi (sosialisasi).
• Pelatihan dan bimbingan, termasuk penyediaan bahan dan media belajar. • Survei swadaya, termasuk identifikasi calon penerima bantuan, analisis,
pembuatan peta tapak dan penulisan laporan.
• Kerja kelompok penyusunan program pembangunan untuk kurun waktu 3 tahun dan rencana tahunan dengan rencana investasi tahun pertama penangulangan kemiskinan
• Pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rencana investasi tahunan untuk penanggulangan kemiskinan.
2.1.2. Bantuan Dana
Ketentuan Umum Dana BLM adalah sebagai berikut:
• Dana BLM bersifat stimulan dan sebagai alat belajar. Dana BLM bersifat
stimulan untuk memberi peluang kepada masyarakat agar dapat secara nyata belajar melaksanakan dan mengelola kegiatan penanggulangan kemiskinan yang sudah direncanakan dan tercantum dalam PJM Pronangkis. Pembelajaran dititikberatkan pada upaya memberi kesempatan masyarakat belajar menangani berbagai persoalan yang ada secara utuh dari pengembangan gagasan, identifikasi persoalan, perencanaan pemecahan persoalan sampai pelaksanaan. Pembelajaran berorientasi tujuan jangka panjang dan menumbuhkan kesadaran kritis bahwa kebutuhan untuk penanggulangan kemiskinan tidak hanya kebutuhan modal dana semata, melainkan juga kebutuhan yang berkaitan dengan pengembangan modal sosial, lingkungan fisik, serta ekonomi.
• Pemanfaatan dana BLM harus sesuai PJM Pronangkis. Berdasarkan PJM
Pronangkis, disusun rencana tahunan (Renta) dan rencana kegiatan lain yang bersifat teknis sesuai kebutuhan masyarakat miskin dan disepakati warga. Penggunaan dana BLM mengacu pada rencana tersebut yang menganut menu bebas (open menu), di mana masyarakat dapat menyusun usulan kegiatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan. • BLM dapat dimanfaatkan untuk kegiatan tanggap darurat bencana apabila pada
tahun yang berjalan terjadi bencana.
• Penerima manfaat langsung dana BLM adalah warga miskin yang tercantum dalam daftar PS-2.
• Pengelola dana BLM adalah BKM/LKM. Dana BLM ini adalah dana publik yang disalurkan melalui BKM/LKM dan pengelolaannya dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggunggugatkan.
• Perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi dana BLM harus terbuka
dan dapat dipertanggunggugatkan. Nilai alokasi dana BLM tiap kelurahan/desa
harus diinformasikan secara luas dan terbuka kepada seluruh warga kelurahan/ desa, termasuk kontribusi dana BLM dari berbagai sumber pendanaan, misalnya pemerintah kota/kabupaten, masyarakat ataupun dana-dana lain yang dikelola BKM/LKM.
• Proses pengambilan keputusan dalam penyusunan, pelaksanaan, dan monitoring pemanfaatan dana BLM harus melibatkan partisipasi aktif masyarakat, terutama masyarakat miskin, laki-laki dan perempuan.
• Berdasarkan PJM Pronangkis tersebut, dana BLM dapat digunakan secara cukup luwes melalui pembelajaran aspek Tridaya3 dan kesepakatan serta kearifan
warga sehingga hasilnya dapat memberikan manfaat kepada warga miskin. Dana BLM dibagi ke dalam kategori sebagai berikut:
a. BLM yang dialokasikan untuk seluruh lokasi PNPM MP setiap tahun anggaran yang besarannya ditetapkan berdasarkan jumlah penduduk, prosentase kemiskinan dan kemampuan pemerintah kota/kabupaten dalam mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB). Penetapan lokasi dan alokasi BLM ini ditetapkan oleh TNP2K dan Pokja Pengendali PNPM Mandiri.
b. BLM yang dialokasi untuk kegiatan khusus seperti antara lain penangangan kawasan permukiman miskin di perkotaan melalui pendekatan Tridaya pengembangan penghidupan masyarakat; peningkatan partisipasi perempuan; pengelolaan resiko bencana; dsb. Tata cara pelaksanaan termasuk penetapan lokasi diatur oleh PMU.
Biaya operasional bagi BKM/LKM dialokasikan berdasarkan bagian tertentu sesuai dengan jenis BLM, demikian pula tata cara penggunaan Biaya Operasional bagi LKM/ BKM dan/atau Unit Pengelola (UP) diuraikan dalam pedoman tersebut.
a. Prinsip-Prinsip Pencairan dan Pemanfaatan Dana BLM
Prinsip Pencairan :
• BKM/LKM telah terbentuk secara sah dengan minimum 30% pemilih dewasa di tingkat basis;
• BKM/LKM memiliki Anggaran Dasar dan pendiriannya dicatatkan ke Notaris; • BKM/LKM memiliki rekening bank dengan minimal 3 spesimen;
• Memiliki kinerja pembukuan sekretariat minimum memadai;
• BKM/LKM di lokasi lanjutan telah melaksanakan Rembug Warga Tahunan (RWT). Prinsip Pemanfaatan :
• Usulan kegiatan/program tercantum dalam PJM dan Renta Pronangkis dan atau rencana pemanfaatan dana BLM sesuai kegiatan terkait, misalnya rencana penataan lingkungan permukiman, rencana pengembangan potensi KSM unggulan, pengelolaan resiko bencana, dsb;
• Terbentuk KSM/Panitia;
• Proposal layak dan diverifikasi oleh fasilitator;
• Jika ada tahapan pencairan dan pemanfaatan dana BLM, maka dana tahap sebelumnya telah dimanfaatkan dan dipertanggungjawabkan secara teknis dan administrasi;
• Hasil audit tahun sebelumnya minimal Wajar dengan Pengecualian (Qualified
Opinion).
• Tidak ada kasus penyalahgunaan dana yang belum diselesaikan
Pencairan dan pemanfaatan dana BLM secara rinci diuraikan di pedoman teknis Pendampingan Pencairan Dana BLM.
b. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan untuk PNPM Mandiri Perkotaan dapat berasal dari :
a. Pemerintah, melalui dana : APBN, APBD, BUMN, BUMD, penyertaan modal, dan lain-lain;
b. Swasta, seperti dana sosial atau dana lainnya; c. Masyarakat, melalui dana swadaya.
d. Kelompok peduli lainnya.
Pengelolaan pendanaan di tingkat masyarakat dari berbagai sumber pendanaan di atas harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh PNPM MP, dengan kata lain diperlakukan seperti BLM. Sumber dana yang berasal dari luar program PNPM MP sejauh tidak diatur secara khusus, maka berlaku aturan PNPM MP.
c. Penggunaan Dana BLM
Kegiatan yang layak didanai dana BLM secara garis besar dapat dibedakan atas dua jenis kegiatan sebagai berikut:
1) Kegiatan Skala Besar, yaitu kegiatan pembangunan yang sudah ditemukan/ dikenali pada saat PS (Pemetaan Swadaya). Kegiatan tersebut memiliki skala besar (kawasan, kelurahan/desa dan/atau antar kelurahan/desa), tercantum dalam PJM Pronangkis, dialokasikan dalam Renta/rencana teknis lainnya sebagai rencana investasi. dan dapat dilaksanakan oleh Panitia yang dibentuk oleh BKM/ LKM dan dikoordinasi oleh UPL. Panitia bertanggung jawab ke BKM/LKM melalui UPL.
PEDOMAN PELAKSANAAN | PNPM MANDIRI - PERKOTAAN
24
indikatif sudah direncanakan dalam PJM Pronangkis. Sifat investasi kecil dan dilaksanakan oleh KSM yang bersangkutan.Misalnya pembangunan 20 jamban komunal, namun lokasinya belum ditentukan. KSM yang membutuhkan dapat mengusulkan pembangunan jamban tersebut.
Secara singkat ketentuan penggunaan dana BLM dapat diilustrasikan seperti berikut ini:
Tabel 2.1. Ketentuan dan Sifat Penggunaan Dana BLM
Komponen
Kegiatan Sifat Kemanfaatan Kegiatan
Rambu-‐rambu untuk kegiatan pemanfaatan BLM Status Pemanfaatan Dana BLM Komponen
Lingkungan § Merupakan investasi infrastruktur yang diidentifikasi masyarakat dalam PJM Pronangkis § Kegiatan yang secara langsung memberikan dampak/manfaat baik untuk kolektif/komunal maupun kemanfaatan untuk Rumah Tangga miskin (PS-‐2) § Diutamakan kegiatan yang mempunyai skala kelurahan dan atau bersifat lintas wilayah (lintas RT atau RW atau Dusun, dst) § Menumbuhkan
modal sosial, gotong royong, integritas, dsb
Infrastruktur Komunal bagi masyarakat miskin
• Prioritas untuk wilayah dengan konsentrasi penduduk miskin yang tinggi
• Bersedia membentuk tim dan menyepakati aturan bersama pengelolaan dan pemeliharaan • Kualitas konstruksi harus memenuhi standar PU.
Infrastruktur bagi Rumah Tangga Miskin
• Warga miskin yang terdaftar dalam PS-‐2. • Berdasarkan daftar PS-‐
2, dipilih warga miskin yang paling membutuhkan infrastruktur dengan kriteria yang disepakati. • Kualitas konstruksi harus memenuhi standar PU. BLM untuk Infrastruktur skala komunal merupakan dana stimulan hibah. BLM untuk Infrastruktur skala rumah tangga dapat berbentuk hibah atau pinjaman sesuai kesepakatan warga. Komponen
Sosial • Kegiatan yang berorientasi pada penciptaan
lapangan kerja bagi warga miskin (PS-‐2) • Kegiatan yang diusulkan mampu menjadi kegiatan yang berkelanjutan • Pelatihan KSM bagi warga miskin yang tercantum dalam PS-‐2 untuk peningkatan keterampilan, keahlian dan organisasi.
• Kegiatan sosial yang sifatnya berkelanjutan seperti program
Sebagai dana stimulan dan diharapkan dapat menggerakan
pertisipasi warga non miskin untuk turut membantu dalam kegiatan sosial.
PNPM MANDIRI - PERKOTAAN | PEDOMAN PELAKSANAAN 25
Komponen
Kegiatan Sifat Kemanfaatan Kegiatan
Rambu-‐rambu untuk kegiatan pemanfaatan BLM Status Pemanfaatan Dana BLM Komponen Lingkungan § Merupakan investasi infrastruktur yang diidentifikasi masyarakat dalam PJM Pronangkis § Kegiatan yang secara langsung memberikan dampak/manfaat baik untuk kolektif/komunal maupun kemanfaatan untuk Rumah Tangga miskin (PS-‐2) § Diutamakan kegiatan yang mempunyai skala kelurahan dan atau bersifat lintas wilayah (lintas RT atau RW atau Dusun, dst) § Menumbuhkan
modal sosial, gotong royong, integritas, dsb
Infrastruktur Komunal bagi masyarakat miskin
• Prioritas untuk wilayah dengan konsentrasi penduduk miskin yang tinggi
• Bersedia membentuk tim dan menyepakati aturan bersama pengelolaan dan pemeliharaan • Kualitas konstruksi harus memenuhi standar PU.
Infrastruktur bagi Rumah Tangga Miskin
• Warga miskin yang terdaftar dalam PS-‐2. • Berdasarkan daftar PS-‐
2, dipilih warga miskin yang paling membutuhkan infrastruktur dengan kriteria yang disepakati. • Kualitas konstruksi harus memenuhi standar PU. BLM untuk Infrastruktur skala komunal merupakan dana stimulan hibah. BLM untuk Infrastruktur skala rumah tangga dapat berbentuk hibah atau pinjaman sesuai kesepakatan warga. Komponen
Sosial • Kegiatan yang berorientasi pada penciptaan
lapangan kerja bagi warga miskin (PS-‐2) • Kegiatan yang diusulkan mampu menjadi kegiatan yang berkelanjutan • Seluruh ketentuan dalam pelaksanaan • Pelatihan KSM bagi warga miskin yang tercantum dalam PS-‐2 untuk peningkatan keterampilan, keahlian dan organisasi.
• Kegiatan sosial yang sifatnya berkelanjutan seperti program peningkatan gizi balita, program penuntasan
Sebagai dana stimulan dan diharapkan dapat menggerakan
pertisipasi warga non miskin untuk turut membantu dalam kegiatan sosial. -
Komponen
Kegiatan Sifat Kemanfaatan Kegiatan
Rambu-‐rambu untuk kegiatan pemanfaatan
BLM
Status Pemanfaatan Dana BLM
kegiatan sosial ini harus sesuai menurut
kesepakatan warga dan tertuang dalam kebijakan LKM
wajib belajar 9 tahun, kewirausahaan, dll.
Rambu-‐rambu sosial: • Dana dan atau kegiatan
harus berkelanjutan. • Kegiatan dilakukan
dalam kelompok dengan usaha sejenis
• Dapat dikembangkan sistem bagi hasil sesuai kesepakatan BKM/LKM dengan masyarakat • Diprioritaskan bagi
peserta yang memiliki rencana pengembangan usaha yang jelas
• Diprioritaskan bagi kegiatan yang berkelanjutan dan memberikan dampak ekonomi. Komponen
Ekonomi • Kegiatan yang diberikan kepada warga miskin untuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan yang biasanya tidak memiliki akses ke sumber pinjaman lainnya.
• Kegiatan yang mampu mendukung tumbuhnya
ekonomi dan usaha kecil
• Usaha ekonomi produktif (definisi di
petunjuk teknis)
• Pengembangan ekonomi lokal
• Pengembangan modal ekonomi keluarga, yang bermanfaat langsung bagi peningkatan pendapatan keluarga miskin. Rambu-‐rambu untuk kesinambungan PDB: • Setiap UPK wajib
membuat rencana keuangan • Sebagai pinjaman kepada KSM dan harus dikembalikan kepada UPK • Sebagai pendampingan untuk peningkatan kapasitas
Komponen
Kegiatan Sifat Kemanfaatan Kegiatan
Rambu-‐rambu untuk kegiatan pemanfaatan
BLM
Status Pemanfaatan Dana BLM
kegiatan sosial ini harus sesuai menurut
kesepakatan warga dan tertuang dalam kebijakan LKM
wajib belajar 9 tahun, kewirausahaan, dll.
Rambu-‐rambu sosial: • Dana dan atau kegiatan
harus berkelanjutan. • Kegiatan dilakukan
dalam kelompok dengan usaha sejenis
• Dapat dikembangkan sistem bagi hasil sesuai kesepakatan BKM/LKM dengan masyarakat • Diprioritaskan bagi
peserta yang memiliki rencana pengembangan usaha yang jelas
• Diprioritaskan bagi kegiatan yang berkelanjutan dan memberikan dampak ekonomi. Komponen
Ekonomi • Kegiatan yang diberikan kepada warga miskin untuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan yang biasanya tidak memiliki akses ke sumber pinjaman lainnya.
• Kegiatan yang mampu mendukung tumbuhnya
ekonomi dan usaha kecil
• Usaha ekonomi produktif (definisi di
petunjuk teknis)
• Pengembangan ekonomi lokal
• Pengembangan modal ekonomi keluarga, yang bermanfaat langsung bagi peningkatan pendapatan keluarga miskin. Rambu-‐rambu untuk kesinambungan PDB: • Setiap UPK wajib
membuat rencana • Sebagai pinjaman kepada KSM dan harus dikembalikan kepada UPK • Sebagai pendampingan untuk peningkatan kapasitas
PEDOMAN PELAKSANAAN | PNPM MANDIRI - PERKOTAAN 26
Komponen
Kegiatan Sifat Kemanfaatan Kegiatan
Rambu-‐rambu untuk kegiatan pemanfaatan
BLM
Status Pemanfaatan Dana BLM kegiatan sosial ini
harus sesuai menurut
kesepakatan warga dan tertuang dalam kebijakan LKM
wajib belajar 9 tahun, kewirausahaan, dll.
Rambu-‐rambu sosial: • Dana dan atau kegiatan
harus berkelanjutan. • Kegiatan dilakukan
dalam kelompok dengan usaha sejenis
• Dapat dikembangkan sistem bagi hasil sesuai kesepakatan BKM/LKM dengan masyarakat • Diprioritaskan bagi
peserta yang memiliki rencana pengembangan usaha yang jelas
• Diprioritaskan bagi kegiatan yang berkelanjutan dan memberikan dampak ekonomi. Komponen
Ekonomi • Kegiatan yang diberikan kepada warga miskin untuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan yang biasanya tidak memiliki akses ke sumber pinjaman lainnya.
• Kegiatan yang mampu mendukung tumbuhnya
ekonomi dan usaha kecil
• Usaha ekonomi produktif (definisi di
petunjuk teknis)
• Pengembangan ekonomi lokal
• Pengembangan modal ekonomi keluarga, yang bermanfaat langsung bagi peningkatan pendapatan keluarga miskin. Rambu-‐rambu untuk kesinambungan PDB: • Setiap UPK wajib
membuat rencana keuangan • Sebagai pinjaman kepada KSM dan harus dikembalikan kepada UPK • Sebagai pendampingan untuk peningkatan kapasitas
Komponen
Kegiatan Sifat Kemanfaatan Kegiatan
Rambu-‐rambu untuk kegiatan pemanfaatan
BLM
Status Pemanfaatan Dana BLM kegiatan sosial ini
harus sesuai menurut
kesepakatan warga dan tertuang dalam kebijakan LKM
wajib belajar 9 tahun, kewirausahaan, dll.
Rambu-‐rambu sosial: • Dana dan atau kegiatan
harus berkelanjutan. • Kegiatan dilakukan
dalam kelompok dengan usaha sejenis
• Dapat dikembangkan sistem bagi hasil sesuai kesepakatan BKM/LKM dengan masyarakat • Diprioritaskan bagi
peserta yang memiliki rencana pengembangan usaha yang jelas
• Diprioritaskan bagi kegiatan yang berkelanjutan dan memberikan dampak ekonomi. Komponen
Ekonomi • Kegiatan yang diberikan kepada warga miskin untuk kegiatan yang menghasilkan pendapatan dan yang biasanya tidak memiliki akses ke sumber pinjaman lainnya.
• Kegiatan yang mampu mendukung tumbuhnya
ekonomi dan usaha kecil
• Usaha ekonomi produktif (definisi di
petunjuk teknis)
• Pengembangan ekonomi lokal
• Pengembangan modal ekonomi keluarga, yang bermanfaat langsung bagi peningkatan pendapatan keluarga miskin. Rambu-‐rambu untuk kesinambungan PDB: • Setiap UPK wajib
membuat rencana keuangan • Sebagai pinjaman kepada KSM dan harus dikembalikan kepada UPK • Sebagai pendampingan untuk peningkatan kapasitas
Komponen
Kegiatan Sifat Kemanfaatan Kegiatan
Rambu-‐rambu untuk kegiatan pemanfaatan BLM Status Pemanfaatan Dana BLM tahunan.(excel pintar)
• Bunga mencukupi untuk biaya-‐biaya UPK, bunga minimal 1,5%
• Pinjaman awal
maksimum Rp 1 juta per anggota KSM. • Masing-‐masing anggota KSM bisa meminjam maksimal 4x. • Pinjaman selanjutnya maksimal Rp 3 juta. • Tabungan KSM yang
dititipkan di UPK tidak dapat digunakan untuk perguliran.
• Menu tambahan bisa diberlakukan untuk UPK yang memiliki PAR memuaskan selama satu tahun berturut-‐ turut.
• Dapat dikembangkan sistem bagi hasil sesuai kesepakatan BKM/LKM dengan masyarakat
Kegiatan TRIDAYA terpadu adalah kegiatan yang memiliki keterkaitan antara kegiatan lingkungan, sosial dan ekonomi. Kegiatan TRIDAYA terpadu tersebut
harus menjadi prioritas dalam pemanfaatan dana BLM.
Kegiatan TRIDAYA terpadu diharapkan memberikan dampak optimal terhadap penanggulangan kemiskinan. Contohnya kegiatan sosial berupa pelatihan keterampilan yang ditindaklanjuti dengan kegiatan ekonomi produktif dengan
mendapatkan pinjaman bergulir; pembangunan fasilitas umum yang ditindaklanjuti dengan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan fasilitas tersebut;