• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA AKSI TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG LEBIH BAIK PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2012-2014

KERANGKA KEBIJAKAN PEMBEBASAN LAHAN DAN PERMUKIMAN KEMBALI INDONESIA: PNPM MP-3

C. Bantuan Lainnya

28. Orang yang terkena dampak sub-proyek/program yang kehilangan pekerjaan/sumber pendapatan, akan menerima bantuan untuk memulihkan ini. Bentuk-bentuk bantuannya akan dikonsultasikan oleh LKM dan disepakati oleh KMW/OC. Pelatihan dan bantuan yang dapat disediakan termasuk; pengembangan motivasi, pelatihan keterampilan dan jenis pekerjaan tertentu, bimbingan untuk memulai dan mengembangkan usaha kecil, kredit usaha kecil, pengembangan pemasaran, bantuan selama periode transisi, dan penguatan dari organisasi masyarakat dan pelayanan lainnya. Dalam pelaksanaan bantuan melalui pendampingan, perlu diperhatikan untuk harmonisasi komunitas baru dengan masyarakat setempat di wilayah pemukiman kembali melalui upaya-upaya pendampingan dan upaya integrasi sosial. Pendampingan dapat dikaitkan dengan program-program dan sumberdaya yang ada lainnya.

VIi. Kriteria Seleksi Orang-Orang yang Terkena Dampak (Tergusur)

29. Orang yang terkena dampak dapat dikelompokan ke dalam golongan orang-orang sebagai berikut : (a) memiliki sertifikat lahan (akte hak milik), girik, atau hak adat; (b) secara hukum setempat/adat dinyatakan memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, atau industri di dalam wilayah proyek, atau tinggal di tapak prasarana atau sarana publik seperti sungai, jalan, ruang terbuka, sarana publik lainnya di wilayah sub-proyek/ program tetapi tidak memiliki sertifikat tanah atau bukti hak atas tanah lainnya yang legal; (c) tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri atau tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah sub-proyek/program tetapi yang saat sensus atau pra studi kelayakan dilakukan sudah tinggal disitu. (d) para penyewa; (f) mereka yang kehilangan pekerjaan karena kehilangan lahan; (g) tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri dan tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah sub-proyek/program dan baru mulai tinggal di lokasi tersebut setelah sensus atau pra studi kelayakan dilakukan. Kompensasi harus diberikan secara berbeda sesuai dengan kategori tersebut di atas.

a. Orang-orang yang memiliki sertifikat tanah, girik atau hak adat

· Orang yang terkena dampak yang memiliki sertifikat tanah, girik atau hak adat akan menerima kompensasi untuk tanah, bangunan, dan aset-aset tetap.

· Orang yang terkena dampak yang dipindahkan oleh proyek dapat memilih untuk menerima kompensasi tunai atau pilihan lain seperti dijelaskan di paragraf 21). · Persil-persil di lahan pemukiman kembali akan memiliki status hak tanah dengan

tingkat yang sama atau lebih tinggi dari yang dimiliki sebelumnya, dan sertifikat akan dikeluarkan dalam waktu satu tahun setelah pemindahan dari orang-orang yang terkena dampak.

· Orang yang terkena dampak akan menerima biaya transportasi untuk memindahkan barang-barang miliknya.

· Orang yang terkena dampak juga akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan seperti tercantum dalam paragraf 28).

b. Orang-orang yang berdasarkan hukum setempat dinyatakan memiliki hak untuk tinggal; di kawasan permukiman, komersial atau industri di dalam wilayah proyek, tetapi tidak memiliki bukti sertifikat tanah atau bukti legal lainnya, begitu juga mereka yang berdasarkan hukum adat sudah tinggal di tanah negara atau tapak sarana publik pada saat dilakukan sensus:

· Akan menerima kompensasi dari lahan, bangunan, dan aset-aset tetap menurut lamanya mereka menempati dan nilai penggantian dari aset mereka.

· Dapat memilih untuk menerima kompensasi tunai atau pilihan lainnya seperti dijelaskan di paragraf 21).

· Persil-persil pada lahan pemukiman kembali akan memiliki hak pakai atau hak tanah lainnya yang lebih tinggi, dan sertifikat akan dikeluarkan dalam waktu satu tahun setelah pemindahan dari orang-orang yang terkena dampak.

· Orang yang terkena dampak akan menerima biaya transportasi untuk memindahkan barang-barang miliknya.

· Orang yang terkena dampak juga akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan seperti tercantum dalam paragraf 23 ini).

c. Orang yang tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri atau tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah sub-proyek/ program tetapi yang saat sensus atau pra studi kelayakan dilakukan sudah tinggal disitu:

· Akan menerima bantuan rehabilitasi/pemulihan seperti yang diuraikan di paragraf 21 pada kompensasi yang cukup untuk tanah yang diduduki dalam jumlah yang cukup untuk mencapai tujuan dari Kerangka Kebijakan ini, dan kompensasi untuk penggantian biaya bangunan, barang tak bergerak begitu juga

tanaman dan pohon sesuai dengan harga pasar.

· Mereka dapat memilih antara kompensasi tunai atau pilihan lainnya seperti diuraikan di paragraf 21)

· Persil ditempat yang baru akan mendapatkan status ”hak pakai” atau lebih tinggi dan sertifikat akan diterbitkan dalam waktu 1 tahun setelah penggusuran

· Mereka akan mendapat biaya transport untuk memindahkan milik mereka · Mereka akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan seperti tercantum

dalam paragraf 21 ini). d. Orang-Orang Penyewa:

· Akan dibantu dengan biaya sewa selama 6 (enam) bulan yang diperhitungkan dengan dasar rata-rata harga sewa dari perumahan sejenis di dalam areal yang sama.

· Akan mendapat bantuan pendampingan dan pelatihan serta transport untuk memindahkan milik mereka.

e. Orang-orang yang kehilangan pekerjaan akibat tanahnya terambil dimana mereka bekerja dan urusan pendapatan mereka akan dibantu dengan bentuk bantuan yang dijelaskan dalam paragrap 2

f. Orang-orang yang tidak memiliki hak untuk menempati lahan di kawasan perumahan, komersial, industri dan tanah negara atau tapak sarana publik di wilayah sub-proyek/ program dan baru mulai tinggal di lokasi tersebut setelah sensus, mereka tidak akan mendapat kompensasi maupun bantuan apapun termasuk penggantian bangun-bangunan yang mereka bangun atau tanaman yang mereka tanam.

VIII. Konsultasi dan Pengaduan

30. Kerangka kebijakan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari manual proyek dan pedoman, KMP, KMW/OC maupun Tim Fasilitator wajib menerapkannya. Pendekatan proyek secara keseluruhan dalam mengembangkan transparansi dan konsultasi diharapkan mampu memberi pemecahan persoalan di tingkat lokal, cepat, dan efektif. Jika ada orang yang terkena dampak proyek, atau anggota masyarakat lainnya memiliki keluhan berkaitan dengan kerangka kebijakan ini atau praktek pelaksanaannya, proyek memiliki sebuah sistem yang baku untuk menangani keluhan/pengaduan pada tingkat kelurahan/ desa, tingkat kota/kabupaten begitu juga pada tingkat propinsi maupun nasional, dengan staf yang penuh dedikasi dan ditugasi untuk menangani dan menindak-lanjuti pengaduan tersebut. Pengaduan yang tidak dapat dipecahkan melalui sistem pengelolaan pengaduan

di tingkat LKM akan dirujuk ke KMW/OC, dan jika perlu ke KMP atau PMU. Namun, bila dalam musyawarah yang telah dilakukan berulang kali selama jangka waktu yang panjang, tetapi tidak melebihi satu tahun, untuk mencapai konsensus, dan tidak ada konsensus yang disepakati pada bentuk dan jumlah kompensasi, penyelesaian sengketa akan mengikuti Keputusan Presiden No 36/2005 dan No 65/2006 serta Peraturan BPN No 3 / 2007.

31. Kemajuan dari pelaksanaan pembebasan lahan dan pemukiman kembali serta bantuan lainnya akan dilaporkan kepada Bank Dunia secara teratur oleh KMW/OC/KMP. Jika diperlukan sebuah pemantau independen dapat diperbantukan untuk melakukan monitoring dan evaluasi tentang pelaksanaan dari LARAP. Perusahaan tersebut harus memiliki tenaga ahli yang berpengalaman dan kerangka acuan kerja (TOR) untuk hal tersebut harus disetujui oleh Bank Dunia.