PELAKSANAAN PROGRAM
SIKLUS PENDAMPING TINGKAT KOTA / KABUPATEN
D. PEMANTAUAN DAN EVALUASI
3.1.1. Pengorganisasian Masyarakat dan Pembentukan BKM/LKM
No Tahapan Siklus Siklus Masyarakat tingkat Tujuan
Dasar Siklus Masyarakat tingkat Lanjutan
dan kuantitas partisipasi masyarakat, laki-‐laki dan perempuan.
• Terbangunnya pengendalian sosial. 11 Evaluasi • Diketahuinya kualitas
proses dan hasil program per tahap evaluasi. • Diketahuinya kesesuaian
dengan pedoman, peraturan dan nilai-‐nilai setempat.
• Diketahuinya kesesuaian dengan tujuan program. • Dilakukannya tindak
lanjut hasil evaluasi.
• Diketahuinya kualitas proses dan hasil program per tahap evaluasi. • Diketahuinya kesesuaian
dengan pedoman, peraturan dan nilai-‐nilai setempat.
• Diketahuinya kesesuaian dengan tujuan program. • Dilakukannya tindak lanjut
hasil evaluasi.
Kegiatan secara umum di tingkat masyarakat untuk pelaksanaan siklus tahun ke 1,2,3 dan 4 tersaji pada lampiran 3. Perihal siklus masyarakat secara rinci dapat dilihat pada buku Pedoman Teknis Perencanaan Partisipatif.
Berkaitan dengan kegiatan khusus, siklus masyarkat secara rinci dapat dilihat pada Pedoman Teknis PLPBK, Pedoman Teknis PMPK, Pedoman Teknis PRB-‐BM, Pedoman Teknis P4 dan Pedoman Teknis lainnya.
Tahapan siklus masyarakat dilaksanakan menerus agar melembaga.
Mengingat di dalam siklus di tataran masyarakat, kegiatan pembangunan BKM/LKM, penyusunan PJM Pronangkis, pencairan dana BLM, dan pengelolaan keuangan masyarakat merupakan hal penting yang harus di perhatikan, berikut ini penjelasan mengenai empat hal tersebut :
3.1.1. Pengorganisasian Masyarakat dan Pembentukan BKM/LKM a) Pengertian
Pengorganisasian masyarakat dalam tautan PNPM MP adalah upaya terstruktur untuk menyadarkan masyarakat akan kondisi yang dihadapinya, baik persoalan yang
Kegiatan secara umum di tingkat masyarakat untuk pelaksanaan siklus tahun ke 1, 2, 3 dan 4 tersaji pada lampiran 3. Perihal siklus masyarakat secara rinci dapat dilihat pada buku Pedoman Teknis Perencanaan Partisipatif.
Berkaitan dengan kegiatan khusus, siklus masyarkat secara rinci dapat dilihat pada Pedoman Teknis PLPBK, Pedoman Teknis PPMK, Pedoman Teknis PRB-BM, Pedoman Teknis P2G dan Pedoman Teknis lainnya.
Tahapan siklus masyarakat dilaksanakan menerus agar melembaga.
Mengingat di dalam siklus di tataran masyarakat, kegiatan pembangunan BKM/LKM, penyusunan PJM Pronangkis, pencairan dana BLM, dan pengelolaan keuangan masyarakat merupakan hal penting yang harus di perhatikan, berikut ini penjelasan mengenai empat hal tersebut :
3.1.1. Pengorganisasian Masyarakat dan Pembentukan BKM/LKM
a) Pengertian
Pengorganisasian masyarakat dalam tautan PNPM MP adalah upaya terstruktur untuk menyadarkan masyarakat akan kondisi yang dihadapinya, baik
persoalan yang dihadapi, potensi dan peluang yang dimiliki. Oleh sebab itu proses pengorganisasian masyarakat sebenarnya sudah dimulai pada saat RK (Refleksi Kemiskinan) dimana warga berkumpul mengenali dan merumuskan ciri kemiskinan. mengapa terjadi kemiskinan di kelurahan/desa mereka dan kemiskinan bukan hanya persoalan kaum miskin sehingga terbangun pemahaman bahwa kemiskinan adalah urusan bersama dan musuh bersama. Situasi ini membangun semangat untuk kerja. Jadi pengorganisasian masyarakat dalam PNPM MP ini tidak diartikan sebagai membentuk wadah organisasi tetapi lebih merupakan kesepakatan bersama untuk bersatu sebagai sesama masyarakat warga di suatu kelurahan/desa untuk bersama-sama menangulangi kemiskinan sebagai sebuah gerakan moral. Untuk memimpin gerakan penanggulangan kemiskinan inilah diperlukan pimpinan yang dapat diterima oleh semua pihak yang tidak parsial, tidak mewakili golongan/kelompok tertentu dan juga tidak mewakili wilayah tertentu jadi persifat impartial. Pimpinan ini juga harus dijaga untuk tidak jatuh dalam nafsu berkuasa yang bersifat otoriter tetapi tetap menjamin proses demokrasi dalam proses pengambilan keputusan disemua tataran.
b) Ketentuan Umum BKM/LKM
Berangkat dari pemikiran tersebut diatas maka konsep lembaga kepemimpinan yang dipilih adalah berbentuk dewan sehingga tidak ada kekuasaan individu. Lembaga kepemimpinan inilah yang kemudian diharapkan mampu memimpin masyarakat dalam gerakan penangulangan kemiskinan secara terorganisasi. Kebutuhan adanya lembaga pimpinan seperti BKM/LKM tidak berarti
secara otomatis harus membentuk lembaga baru, tetapi dapat juga dengan memampukan atau memfungsikan lembaga masyarakat yang telah ada, sejauh lembaga-lembaga tersebut dapat memenuhi kriteria sbb:
a. Bukan lembaga yang dibentuk secara otomatis karena perundang-undangan atau peraturan pemerintah (baik pusat maupun daerah) sebagai alat kelengkapan lembaga pemerintah, tetapi lembaga yang prakarsa pembentukan maupun pengelolaannya ditentukan oleh masyarakat.
b. Kekuasaan/kewenangan dan legitimasinya bersumber dari warga masyarakat setempat
c. Berkedudukan sebagai lembaga kepimpinan kolektif dan oleh karenanya juga berperan sebagai representasi warga yang berhimpun dalam suatu himpunan masyarakat warga setempat yang bersifat organisasi anggota
atau bertumpu pada anggota, artinya keputusan tertinggi ada di tangan anggota
d. Melakukan proses pengambilan keputusan secara kolektif, demokratis dan partisipatif.
e. Diterima, berfungsi dan berakar di seluruh lapisan masyarakat setempat (inklusif dan imparsial).
f. Mekanisme pemilihan anggota BKM/LKM melalui proses pemilihan secara langsung oleh warga masyarakat, tertulis, rahasia, tanpa pencalonan, dan tanpa kampanye maupun rekayasa dari siapapun.
g. Kriteria keanggotaan BKM/LKM pada dasarnya merupakan perwujudan dari nilai-nilai kemanusiaan, seperti antara lain; dapat dipercaya masyarakat, jujur, adil, ikhlas, dsb. Faktor pendidikan, status, pengalaman, keterampilan, jabatan dan kriteria-kriteria lain yang tidak langsung terkait dengan nilai-nilai kepribadian manusia merupakan nilai tambahan saja. h. Dibentuk secara partisipatif, demokratis, dan inklusif
i. Bekerja secara kolektif, transparan, partisipatif, demokratis dan akuntabel. j. Mampu mempertahankan sifat independen dan otonom terhadap
c) Pemilihan Anggota BKM/LKM
ikhlas, dsb. Faktor pendidikan, status, pengalaman, keterampilan, jabatan dan kriteria-‐kriteria lain yang tidak langsung terkait dengan nilai-‐nilai kepribadian manusia merupakan nilai tambahan saja.
h. Dibentuk secara partisipatif, demokratis, dan inklusif
i. Bekerja secara kolektif, transparan, partisipatif, demokratis dan akuntabel. j. Mampu mempertahankan sifat independen dan otonom terhadap institusi
pemerintah, politik, militer, agama, usaha dan keluarga.
c) Pemilihan Anggota BKM/LKM
Pokok-‐pokok
BKM/LKM Uraian Ketentuan 1 Siapa yang berhak
menentukan perlunya dibentuk lembaga baru sebagai BKM/LKM
Musyawarah warga estela melalui proses refleksi kelembagaan yang ada.
2 Siapa yg berhak menentukan kriteria anggota BKM/LKM
Semua penduduk dewasa melalui proses refleksi kepemimpinan untuk kemudian menetapkan kriteria yang didasarkan pada nilai-‐nilai luhur hakiki
3 Berapa jumlah
anggota BKM/LKM 9 s/d 13 orang dan harus ganjil 4 Siapa yang berhak
dipilih Semua penduduk dewasa yg memenuhi kriteria yang disepakati 5 Siapa yang berhak
memilih Semua penduduk dewasa, bukan perwakilan keluarga (KK) 6 Bagaimana cara
pemilihannya § Karena kriterianya nilai maka pemilihan didasarkan pada rekam jejak
§ Oleh sebab itu pemilihan secara berjenjang
§ Pemilihan utusan dimulai dari komunitas basis (RT, dukuh/dusun, dsb), dimana rekam jejak tiap pelaku dikenali
§ Tanpa pencalonan § Tanpa kampanye
§ Pemilihan tertutup (Secret Ballot)
§ Utusan yang terpilih di tingkat RT kemudian dipilih ulang untuk menetapkan utusan tingkat RW (bila jml RT terlalu banyak) atau langsung dipilih di tingkat kelurahan/desa (bila jml RT kecil)
§ Tidak ada perwakilan karena anggota BKM/LKM dipilih sebagai representasi nilai bukan wakil golongan/kelompok/wilayah, dsb
d) Tugas Pokok BKM/LKM
d) Tugas Pokok BKM/LKM
• Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta aturan main (termasuk sanksi) secara demokratis dan partisipatif mengenai hal-hal yang bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat warga kelurahan/desa setempat termasuk penggunaan Dana BLM;
• Mengorganisasi masyarakat untuk bersama-sama merumuskan visi, misi, rencana strategis, dan rencana program peningkatan kesejahteraan masyarakat tahunan;
• Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil BKM/LKM termasuk penggunaan dana-dana bantuan program pemberdayaan yang diterima;
• Mendorong berlangsungnya proses pembangunan partisipatif sejak tahap penggalian ide dan aspirasi, pemetaan swadaya atau penilaian kebutuhan, perencanaan, pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemeliharaan hingga monitoring dan evaluasi;
• Mengkoordinasi pengelolaan program-program yang diterima masyarakat, dan pelaksanaan program yang dilakukan oleh unit-unit Satuan Pelaksana (Satlak) berbagai program sektoral;
• Memonitor, mengawasi dan memberi masukan untuk berbagai kebijakan maupun program pemerintah lokal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat miskin maupun pembangunan di kelurahan/desa nya;
• Menjamin dan mendorong peran aktif berbagai unsur masyarakat, khususnya masyarakat miskin laki-laki dan perempuan di wilayahnya, melalui proses pengambilan keputusan serta hasil keputusan yang adil dan demokratis;
• Membangun tranparansi masyarakat khususnya dan pihak luar pada umumnya, melalui berbagai media seperti papan pengumuman, sirkulasi laporan kegiatan dan keuangan bulanan/triwulanan serta rapat-rapat terbuka, dsb.
• Membangun akuntabilitas kepada masyarakat dengan mengauditkan diri melalui auditor independen serta menyebarluaskan hasil auditnya kepada seluruh lapisan masyarakat;
• Melaksanakan Rembug Warga Tahunan dengan dihadiri masyarakat luas dan memberikan pertanggungjawaban atas segala keputusan dan kebijakan yang diambil BKM/LKM kepada masyarakat;
• Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan dan keuangan yang di bawah kendali BKM/LKM;
• Memfasilitasi aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam perumusan kebutuhan dan usulan program penanggulangan kemiskinan dan pembangunan wilayah kelurahan/perdesaan setempat, untuk dapat dikomunikasikan, dikoordinasikan dan diintegrasikan dengan program serta kebijakan pemerintah kelurahan/desa, kecamatan dan Kota/Kabupaten;
• Mengawal penerapan nilai-nilai hakiki, dalam setiap keputusan maupun pelaksanaan kegiatan pembangunan serta pembangunan lainnya di kelurahan/ desa masing-masing;
• Menghidupkan serta menumbuhkembangkan kembali nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, pada setiap tahapan dan proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan kegiatan pembangunan kelurahan/desa dengan bertumpu pada kondisi budaya masyarakat setempat (kearifan lokal).
Perihal Lembaga Keswadayaan Masyarakat secara rinci dan detail dapat dilihat pada Buku Petunjuk Teknis Kelembagaan Masyarakat.