• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA AKSI TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG LEBIH BAIK PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2012-2014

ANNEX 10B: LAMPIRAN 1

INDONESIA: PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERKOTAAN-3

Persyaratan untuk Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali (LARAP)

untuk sub-proyek di bawah Hibah Kemitraan Penanggulangan Kemiskinan mempengaruhi lebih dari 200 orang

1. Jika kegiatan masyarakat yang diusulkan (sub-proyek/program proposal) mengindikasi bahwa lebih dari 200 orang akan terkena dampak oleh sub-proyek/program, maka kelompok-kelompok yang mengusulkan sub-proyek/program, LKM dan Dinas terkait akan dibantu dan didampingi oleh KMW/OC, untuk melakukan survey sosial-ekonomi penduduk yang terkena dampak agar : (i) menetapkan jumlah orang yang terkena dampak; (ii) mengumpulkan data tentang kondisi sosial dan ekonomi dari orang-orang yang terkena dampak dan kondisi fisik dari wilayah proyek; dan (iii) menetapkan potensi dampak dari sub-proyek/program. 2. Tanggal dari survey/sensus ini merupakan patokan waktu untuk mencatat orang-orang di

wilayah sub-proyek/program yang akan menerima kompensasi, pemukiman kembali dan/ atau pemindahan maupun bantuan rehabilitasi.

3. Rincian sensus dan survei sosial-ekonomi akan mencakup hal-hal berikut (selanjutnya disebut sebagai survey sosio-ekonomi) akan mencakup antara lain:

· Ukuran, kondisi, status legal dari tanah dan bangunan-bangunan (didaftar dalam kelompok yang terkena dampak mulai 0-25%, 25-50%, 75-100% terkena dampak); · Jumlah dari orang dan keluarga yang terkena dampak/dipindahkan

· Karakteristik sosial yang gayut dari orang-orang yang terkena dampak (umur, jenis kelamin, pendidikan, dsb)

· Karakteristik ekonomi yang gayut dari orang-orang yang terkena dampak seperti mata pencaharian (termasuk seperti halnya; tingkat produksi dan pendapatan yang dihasilkan secara formal dan informal dari kegiatan usaha/ekonomi); tingkat kwalitas kehidupan (termasuk status kesehatan).

· Besaran dari kehilangan yang dapat diperkirakan – total atau sebagian – dari aset-aset, dan dampak pemindahan, secara fisik atau ekonomi, dan;

· Informasi tentang kelompok rentan atau orang-orang rentan dimana tindakan khusus perlu dilakukan

mengusulkan sub-proyek/program dalam menyiapkan sebuah rencana yang menyeluruh mengenai pembebasan aset-aset untuk tujuan sub-proyek/program, penyediaan kompensasi, pemukiman kembali dan bantuan rehabilitasi untuk orang yang terkena dampak proyek sesuai dengan prinsip-prinsip dari kerangka kebijakan ini. Hal ini akan diuraikan dalam sebuah ”Rencana Tindak Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali” (LARAP) yang harus dikirim ke Bank Dunia untuk mendapatkan persetujuan.

5. Lingkup dan tingkat kerincian dari LARAP akan bervariasi sesuai dengan dampak dan kompleksitas dari pemukiman kembali. Rencana tersebut harus didasarkan pada data dan informasi terkini yang ada tentang : (a) pemukiman kembali yang diusulkan dan dampak-dampaknya pada orang yang dipindahkan dan kelompok-kelompok lain yang dirugikan; dan (b) perkara hukum yang terkait dalam pemukiman kembali. Daftar berikut menjelaskan hal-hal yang biasanya perlu dimasukkan di dalam LARAP dan harus diikuti sebagai pedoman umum dalam penyiapan LARAP. Apabila ada sesuatu yang di dalam daftar tidak sesuai (relevan) dengan situasi proyek, harus dicatat di dalam rencana pemukiman kembali: a. Deskripsi tentang dampak sub-proyek dan analisisnya

· Uraian tentang sub-proyek/program dan batas-batas lokasi sub-proyek/program · Identifikasi (i) komponen sub-proyek/program atau kegiatan-kegiatan yang

menyebabkan pemukiman kembali; (ii) wilayah dampak dari komponen tersebut atau kegiatan-kegiatan; (iii) alternatif-alternatif yang dipertimbangkan untuk menghindarkan atau meminimalkan pemukiman kembali; dan (iv) mekanisme yang dibangun untuk meminimalkan pemukiman kembali sejauh mungkin, selama pelaksanaannya.

· Tujuan utama dari program pemukiman kembali · Temuan-temuan dari kajian sosial-ekonomi · Temuan-temuan dari analisis kerangka hukum · Temuan-temuan dari analisis kerangka kelembagaan

· Definisi tentang orang-orang yang terkena dampak/dipindahkan dan kriteria persyaratan untuk mendapat kompensasi dan bantuan pemukiman kembali lainnya termasuk batas waktu patokan pencacahan penduduk.

b. Metodelogi dan Prosedur-Prosedur

· Metode yang digunakan dalam menilai kerugian untuk menetapkan biaya penggantian; uraian tentang usulan bentuk dan tingkat kompensasi menurut aturan setempat dan sejumlah suplemen tindakan yang dibutuhkan untuk mencapai biaya penggantian yang tepat dari kehilangan asset mereka.

· Sebuah deskripsi tentang strategi konsultasi dan partisipasi dari orang-orang yang dipindahkan maupun penduduk asli setempat di dalam rancangan dan pelaksanaan dari kegiatan-kegiatan pemukiman kembali mencakup;

o Ringkasan dari pendapat dan pandangan yang dikemukakan dan bagaimana hal tersebut tertuang dalam rencana pemukiman kembali.

o Tinjauan dari alternatif-alternatif diajukan dan pilihan yang dibuat oleh orang-orang yang dipindahkan terhadap alternatif-alternatif yang tersedia bagi mereka, termasuk pilihan-pilihan terhadap bentuk-bentuk kompensasi dan bantuan pemukiman kembali, pola memindahkan sebagai kelompok keluarga lepas atau sebagai bagian dari masyarakat yang sudah ada sebelumnya atau kelompok kekerabatan, untuk melestarikan pola organisasi masyarakat dan kekayaan budaya yang ada.

o Melembagakan mekanisme dimana orang-orang yang dipindahkan dapat mengkomunikasikan kepentingan/kebutuhan mereka pada otoritas proyek melalui perencanaan dan pelaksanaannya; dan

o Rencana tindakan untuk menjamin bahwa kelompok-kelompok masyarakat seperti masyarakat tertinggal/rentan, yang tidak memiliki lahan, dan kaum perempuan cukup terwakili.

c. Paket Konpensasi

Uraian paket-paket kompensasi dan aturan pemukiman kembali lainnya, yang akan membantu tiap kategori dari orang-orang yang terkena dampak/dipindahkan sehingga tercapai tujuan Kerangka Kebijakan ini. Kompensasi akan dihitung berdasarkan uraian pada bagian V.

d. Alternatif Relokasi

· Pengaturan kelembagaan dan teknis untuk identifikasi dan penyiapan lahan relokasi, baik perdesaan maupun perkotaan, dimana kombinasi dari potensi produktif, seperti keuntungan lokasi, dan faktor-faktor lain sekurang-kurangnya sebanding dengan keunggulan dari lahan sebelumnya.

· Perkiraan waktu untuk membebaskan dan mengalihkan lahan dan bantuan lainnya.

· Langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah spekulasi lahan dan masuknya orang-orang yang tidak berhak pada lokasi yang dipilih.

· Prosedur untuk pemindahan secara fisik di dalam sub-proyek/program, termasuk jadwal untuk penyiapan lahan dan penyerahannya.

· Penataan hukum untuk mengatur hak penguasaan dan pengalihan hak kepada orang-orang yang dipindahkan.

· Rencana untuk penyediaan, atau pendanaan orang-orang yang dipindahkan, penyediaan perumahan, prasarana dan fasilitas pelayanan sosial bagi orang-orang yang dipindahkan (dengan mempertimbangkan keserasian pelayanan dengan penduduk setempat); maupun pengembangan tapak yang perlu dan rancang bangun dari fasilitas-fasilitas tersebut.

· Deskripsi dari batas-batas dari wilayah relokasi; dan penilaian terhadap dampak lingkungan dari usulan pemukiman kembali dan rencana tindakan untuk pencegahan dan pengelolaan dampak lingkungan (terkoordinasi secara tepat dengan penilaian lingkungan dari keseluruhan pemukiman kembali).

· Rencana tindakan untuk mencegah dampak pemukiman kembali ini pada masyarakat setempat yang ada.

e. Pelaksanaan Permukiman Kembali

· Kerangka organisasi untuk pelaksanaan pemukiman kembali, termasuk identifikasi lembaga-lembaga yang bertanggung jawab untuk menyediakan aturan-aturan pemukiman kembali dan penyediaan jasa.

· Jadwal pelaksanaan (implementasi) yang mencakup semua kegiatan pemukiman kembali mulai dari persiapan hingga pelaksanaan, termasuk target waktu pencapaian manfaat yg diharapkan bagi orang yang dipindahkan maupun masyarakat setempat dan pengakhiran dari semua bantuan.

f. Biaya-Biaya

· Rincian biaya untuk paket-paket kompensasi menyeluruh, biaya pemukiman kembali dan semua biaya-biaya yang terkait

· Identifikasi sumber-sumber pendanaan (dana bank tidak dapat digunakan untuk membiayai kompensasi uang tunai untuk pembebasan lahan)

g. Monitoring dan Prosedur Pengaduan

· Penyiapan untuk monitoring dari kegiatan pemukiman kembali oleh Lembaga Pelaksana (PMU), diperkuat dengan pengamat independen yang juga dinilai cukup mampu (capable) oleh Bank Dunia.

· Uraian tentang tata cara pengaduan

6. Harus dilakukan konsultasi secara periodik (reguler) dengan orang-orang yang terkena dampak, dan semua pelaku kunci (stakeholders) termasuk LSM selama perencanaan dan pelaksanaan LARAP.

7. LARAP yang dijelaskan diatas akan dipersiapkan bersama LKM yang mengusulkan sub-proyek/program, dengan bantuan KMW/OC dan selanjutnya dikonsultasikan ke Bank Dunia melalui KMW/OC/KMP. Apabila persetujuan Bank Dunia sudah diperoleh, maka hal ini akan dikeluarkan sebagai surat keputusan (SK) Walikota/Bupati. Apabila SK walikota/bupati tentang hal ini telah dikeluarkan, maka akan disebarluaskan oleh KMW/OC dan dinas terkait kepada orang-orang yang terkena dampak.

8. Persetujuan untuk penandatanganan kontrak dari sub-proyek/program yang perlu LARAP akan dipertimbangkan oleh Bank Dunia setelah diterimanya laporan kemajuan dari KMW/ OC/KMP yang menggambarkan pelaksanaan substansial dari LARAP, termasuk pembebasan semua lahan di lokasi-lokasi kritis.

9. LARAP, termasuk peta-peta terkait dan lampiran-lampiran, akan dipublikasikan di kantor KMP dan kantor KMW/OC terkait, kantor kelurahan/desa yang terkait, dan kantor-kantor BKM/LKM yang terkait.

ANNEX C:

KEBIJAKAN UNTUK PERLAKUAN PENDUDUK ASLI ATAU MASYARAKAT RENTAN TERISOLASI