• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA TINDAK TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DAN PENGAMANAN

PELAKSANAAN PROGRAM

SIKLUS PENDAMPING TINGKAT KOTA / KABUPATEN

D.   PEMANTAUAN  DAN  EVALUASI

3.4. RENCANA TINDAK TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK DAN PENGAMANAN

3.4.1. Penerapan Di Tataran Kelurahan/Masyarakat a) Transparansi

Pada dasarnya transparansi ini merupakan kewajiban yang dipercaya, yang dalam hal ini adalah BKM/LKM untuk menunjukkan kepada warga bahwa anggota BKM/LKM masih tetap seperti saat dipilih. Artinya tidak berubah masih tetap mempertahankan nilai-nilai yang menyebabkan mereka dipilih dan tidak menyimpangkan kepercayaan yang diberikan kepada mereka. Oleh sebab itu BKM/LKM wajib menyebarluaskan keputusan-keputusan yang telah ditetapkan, PJM dan Renta Pronangkis, perkembangan organisasi dan kegiatan BKM/LKM/UP-UP, laporan keuangan, KSM dgn anggota KSM yang memperoleh pinjaman beserta besarnya pinjaman dan perkembangan angsuran, serta informasi-informasi lain terkait dengan penangulangan kemiskinan di kelurahan/ desa tsb, dengan cara:

• Penempelan melalui papan-papan informasi di tempat-tempat yang strategis, minimal di 5 lokasi, dengan ukuran dan bentuk yang mudah dilihat dan dibaca oleh semua warga. Jenis papan informasi yang diperlukan adalah papan informasi kegiatan program, yang berisi informasi BKM/LKM dan informasi KSM, informasi kegiatan pembangunan, kegiatan sosial, dengan muatan/isi yang bervariasi sesuai perkembangan dll;

• Pertemuan-pertemuan rutin dengan KSM, panitia dan masyarakat; • Penyebarluasan melalui surat kepada KSM-KSM dan masyarakat • Pembuatan dan penyebarluasan media warga, leaflet atau buletin, dll

• Melakukan audit tahunan BKM/LKM dan hasilnya disebar luaskan ke masyarakat melalui rapat tahunan pertanggung jawaban BKM/LKM (lihat akuntabilitas) • BKM/LKM, UP-UP serta pelaku PNPM MP di tingkat kelurahan/desa harus

bersifat terbuka memberikan informasi dan data-data yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pemeriksaan oleh OC/KMW, perangkat pemerintah, unsur masyarakat dan atau pemantau independen yang dapat dilakukan setiap saat serta audit independen yang dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun.

• Laporan triwulanan kepada Forum Relawan

b) Akuntabilitas

Selain wajib menerapkan prinsip transparansi dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan kegiatan serta keuangan, juga wajib dilaksanakan berdasarkan prinsip

akuntabilitas. Penerapan prinsip akuntabilitas harus ditaati secara konsisten oleh semua pelaku PNPM MP, tanpa terkecuali.

Akuntabilitas ini pada dasarnya dapat diterapkan dengan memberikan akses kepada semua pihak yang berkepentingan untuk melakukan audit, bertanya dan atau menggugat pertanggunganjawaban para pengambil keputusan, termasuk ditataran masyarakat. Oleh sebab itu unit pengambilan keputusan seperti BKM/LKM harus melaksanakan proses pengambilan keputusan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalnya Pedoman PNPM MP, Keppres, AD/ART, dsb

Untuk tataran masyarakat antara lain dapat dilakukan sebagai berikut :

c) Konsultasi Publik

Dalam hal BKM/LKM mengambil keputusan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat banyak (misalnya; Peta Kemiskinan, Pronangkis, Pencairan dana BLM, KSM penerima manfaat dll), maka keputusan yang ditetapkan oleh BKM/LKM harus dikonsultasikan ke masyarakat melalui penyebarluasan dan penempelan keputusan tersebut di tempat-tempat strategis.

Maksimal dua minggu setelah pelaksanaan konsultasi publik, BKM/LKM mengadakan rapat evaluasi keputusan untuk ditetapkan sebagai keputusan yang mengikat atau disempurnakan terlebih dahulu sebelum ditetapkan, berdasarkan masukan masyarakat yang telah diterima.

d) Rapat Koordinasi Triwulan BKM/LKM dengan Masyarakat

Anggota-anggota BKM/LKM wajib mengadakan pertemuan koordinasi triwulanan atau sesuai ketentuan AD/ART dengan mengundang seluruh gugus tugas (UP-UP), KSM, dan Forum Relawan (sbg unsure masyarakat) untuk menyampaikan perkembangan kegiatan, membahas permasalahan serta merencanakan kegiatan triwulan berikutnya.

e) Rapat Bulanan Anggota BKM/LKM

Anggota BKM/LKM berkewajiban menyelenggarakan pertemuaan rutin anggota-angota BKM/LKM sekurang-kurangnya satu bulan sekali. Rapat bertujuan selain membahas berbagai masalah dan perkembangan yang ada, juga membahas rencana BKM/LKM untuk bulan berikutnya. Hasil rapat bulanan tersebut disampaikan BKM/LKM kepada KSM, masyarakat dan pemerintah kelurahan/desa.

f) Rapat Tahunan Warga

BKM/LKM wajib menyelenggarakan Rapat Tahunan BKM/LKM yang dilaksanakan minimal satu tahun sekali. Rapat tahunan BKM/LKM tersebut disamping sebagai pertanggung jawaban kegiatan dan keuangan kepada masyarakat (termasuk penyampaian hasil audit) juga dapat sekaligus untuk melakukan penyegaran anggota BKM/LKM, apabila dibutuhkan dan sesuai dengan AD/ART BKM/LKM. Masyarakat, melalui utusan-utusan yang dipilih langsung dari setiap RT/RW, dapat menerima atau menolak pertanggungjawaban anggota BKM/LKM tersebut serta menetapkan untuk memperpanjang atau mengganti anggota BKM/LKM.

RTW sekaligus mengesahkan hasil-hasil review partisipatif dan mengesahkan rencana program tahun berikutnya.

g) Rembug Para-Pihak Terkait di Tingkat Kelurahan/desa

BKM/LKM, pemerintah kelurahan/desa dan kelompok peduli terkait perlu menyelenggarakan rembug para-pihak di tingkat kelurahan/desa yang dilaksanakan untuk mengambil keputusan mengenai program perbaikan pelayanan public (good

governance)

h) Komunitas Belajar Kelurahan/desa

BKM/LKM, melalui UPS, mengkoordinir relawan-relawan setempat, yang terdiri dari orang-orang peduli dan ikhlas, perangkat pemerintah kelurahan/desa dan kelompok peduli setempat, dalam forum kajian reflektif yang disebut dengan Komunitas Belajar Kelurahan/desa (KBK). Fungsi utama KBK adalah turut membantu masyarakat setempat dalam rangka menjaga dan melembagakan penerapan nilai-nilai serta prinsip-prinsip universal, sehingga kontrol sosial masyarakat tetap terbangun dan BKM/LKM serta UP-UP tetap berorientasi pada perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin maupun pembangunan kelurahan/desa di wilayahnya. Pada akhirnya, keberadaan KBK juga sebagai embrio dan pondasi untuk mendorong keberlanjutan PNPM MP oleh masyarakat secara mandiri.

i) Audit dan Pemeriksaan

Dalam rangka pelaksanaan akuntabilitas ini, maka BKM/LKM wajib melakukan audit tahunan termasuk semua unit-unitnya (UP-UP). Audit ini harus dilakukan oleh auditor

indipenden dan hasilnya disebarluaskan kesemua pihak terkait sesuai ketentuan. Disamping itu, BKM/LKM dengan semua unitnya harus terbuka terhadap berbagai pemeriksaan, baik dari manajemen Program, pemerintah maupun masyarakat.

3.4.2. Penerapan Di Tataran Penyelenggara

“Rencana Aksi Tata Kepemerintahan yang Lebih Baik “ ini adalah hasil dari upaya kerjasama antara Bank Dunia dan Pemerintah untuk memetakan risiko korupsi dan mengidentifikasi langkah-langkah yang spesifik untuk mengurangi risiko tersebut. Awalnya BGAP (Better

Governance Action Plan) diadopsi di bawah PNPM MP-III, dan diajarkan untuk semua fasilitator

dan dipublikasikan di website. Sebagian besar strategi utama telah memuaskan dilaksanakan. Karena BGAP yang diterapkan untuk PNPM MP-III tetap relevan, akan tetap diadopsi dalam proyek ini, unsur utama dari BGAP meliputi:

• Meningkatkan keterbukaan dan transparansi, • Pengawasan oleh masyarakat,

• Penanggulangan kolusi, penipuan dan nepotisme, • Mekanisme penanganan pengaduan, dan

• sanksi dan penyelesaian.

Selain itu, langkah-langkah untuk pengungkapan pembayaran konsultan akan diperkuat, termasuk penyebarluasan catatan pembayaran kepada operator utama proyek. BGAP akan dimasukkan dalam Pedoman Pelaksanaan. Ringkasan BGAP tersebut tersaji pada lampiran 4.

a) Penyelenggaraan Transparansi dan Akuntabilitas

Transparansi

Transparansi dalam pelaksanaan PNPM MP pada dasarnya dapat diterapkan dengan membuka akses kepada semua pihak yang berkepentingan ataupun membutuhkan informasi-informasi mengenai PNPM MP; konsep, kebijakan, pengambilan keputusan, perkembangan kegiatan dan keuangan, serta informasi-informasi lainnya dari para pelaku PNPM MP, baik di tingkat proyek, daerah dan masyarakat .

Dalam hal ini, semua informasi yang berkaitan dengan kegiatan dan keuangan dana bantuan PNPM MP harus dipublikasikan dan disebarluaskan kepada masyarakat luas serta pihak-pihak lainnya secara terbuka melalui papan-papan informasi dan bulletin di tingkat kelurahan/desa, dan berbagai media yang dimungkinkan cetakan dan elektronik termasuk situs-web. Di sisi lain, PNPM MP juga berupaya mendorong masyarakat luas untuk memahami hak mereka atas segala informasi yang berkaitan dengan pengelolaan

kegiatan serta dana bantuan PNPM MP oleh para pelaku-pelaku PNPM MP.

Penerapan transparansi lebih ditekankan kepada para pelaku yang menerima amat untuk melaksanakan PNPM MP secara konsisten dengan maksud, antara lain; (1) mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan-penyimpangan melalui proses pengendalian diri dan membudayakan integritas para pelaku untuk selalu akuntabel akan apa yang diamatkan kepada mereka, (2) membangun kesadaran masyarakat untuk melakukan kontrol sosial, (3) menghindarkan salah informasi dan salah persepsi, (4) membangun kepercayaan semua pihak (trust building) terhadap pelaksanaan PNPM MP secara keseluruhan, serta (5) agar pelaksanaan PNPM MP dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, prinsip dan nilai PNPM MP.

Transparansi dalam pelaksanaan PNPM MP ini harus dilakukan di semua tataran, antara lain sebagai berikut:

Di tataran penyelenggara proyek

Untuk menjaga agar transparansi pengelolaan proyek ini dapat selalu dijaga, maka di tataran penyelenggara harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:

• Secara periodik PMU/Satker wajib mendiseminasikan proyek PNPM MP secara luas, melalui berbagai media masa, seperti antara lain; radio, televisi dan koran, mengenai apa saja yang disediakan proyek ke masyarakat dan Pemerintah kota/ kabupaten serta sejauh mana pencapaian proyek;

• PMU/Satker wajib mengembangkan dan mengelola situs jaringan internet (Web-site) yang dapat dengan mudah diakses oleh semua pihak yang berkepentingan terhadap proyek PNPM MP dan masyarakat untuk mendapatkan gambaran terkini dari perkembangan PNPM MP; dan

• PMU/Satker juga wajib menyelenggarakan audit proyek baik dari segi finansial dan manajemen yang hasilnya dilaporkan ke semua pihak terkait.

Di tataran daerah

Untuk menjaga transparansi pengelolaan proyek di daerah, maka pemerintah kota/kabupaten, khususnya penanggung jawab anggaran PNPM MP, harus melakukan hal-hal sebagai berikut :

• Secara periodik wajib mendiseminasikan proyek PNPM MP ini secara luas melalui berbagai media masa seperti antara lain; radio, televisi daerah dan koran mengenai apa saja yang ditawarkan oleh proyek ke masyarakat dan sejauh mana pencapaian proyek serta penggunaan Dana BLM;

• Kepada penanggung jawab Dana BLM harus dilakukan audit menjelang akhir tahun anggaran oleh indipenden auditor, baik dari segi finansial maupun

manajemen, yang hasilnya dilaporkan ke semua pihak terkait; dan

• Menjamin pelaksanaan pemeriksaan pengelolaan keuangan proyek yang dilakukan oleh BPKP maupun auditor independen kepada pelaku-pelaku PNPM MP di wilayahnya masing-masing.

Di tataran masyarakat

(Lihat Bagian 3.4.1. di atas dalam buku pedoman ini)

Akuntabilitas

Di tataran proyek dan daerah akuntabilitas ini dapat dibangun dengan meningkatkan tranparansi melalui berbagai media baik media cetak maupun elektronik. Dengan demikian harus disusun secara periodik ada kegiatan menyebar luaskan informasi perkembangan PNPM di nasional maupun di daerah baik di koran, radio, maupun televisi. Disamping itu PMU harus memastikan bahwa berbagai informasi yang harus sampai ke masyarakat luas juga disebar luaskan melalui situs jaringan internet (web site) yang secara periodik (tiap bulan) diperbaharui.

Untuk PMU melalui KMP (Konsultan Manajemen Pusat) mengkonsolidasikan berbagai informasi yang diperlukan, melalui jajaran konsultan sampai dengan fasilitator di lapangan.