• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

Diterbitkan Oleh:

Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum

PEDOMAN TEKNIS

PPMK

Peningkatan Penghidupan Masyarakat

berbasis Komunitas

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan) dilaksanakan dengan tujuan mencapai keberlanjutan perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin melalui proses pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan pengokohan

kelembagaan masyarakat di tingkat basis yang disebut Badan Keswadayaan Masyarakat/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM).

Dalam upaya mewujudkan tujuan tersebut salah satu komponen program yang dilaksanakan adalah Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK). PPMK merupakan kelanjutan intervensi PNPM Mandiri Perkotaan dari phase BERDAYA menuju MANDIRI.

Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK) difokuskan untuk memperkuat dan mengembangkan KSM sebagai wadah masyarakat miskin dalam meningkatkan pendapatannya secara berkesinambungan melalui pengembangan usaha ekonomi produktif dan kreatif.

Buku Pedoman Teknis ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan PNPM Mandiri Perkotaan dan masyarakat sehinggga program PPMK dapat berjalan secara efektif dan optimal dalam mendukung upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin sesuai amanat UUD’45.

Semoga bermanfaat, Jakarta, Agustus 2012

Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

Kementerian Pekerjaan Umum

(6)

I.

PENDAHULUAN | 1

1.1 LATAR BELAKANG 1 1.2 DASAR PEMIKIRAN 2 1.3 TUJUAN 5 1.4 PRINSIP DASAR 5 1.5 KELUARAN 5 1.6 STRATEGI 5

II.

KETENTUAN

UMUM

7

2.1 JENIS-JENIS KEGIATAN DALAM PPMK 8

2.1.1. Jenis Kegiatan Pelayanan Sosial melalui pengembangan kapasitas KSM 8 2.1.2. Jenis Kegiatan Pelayanan Infrastruktur Produktif melalui kegiatan

prasarana pengembangan penghidupan masyarakat 8 2.1.3. Jenis Kegiatan Pelayanan Ekonomi melalui dana bergulir bagi KSM 9

2.2 SASARAN 9

2.2.1. Sasaran Penerima Manfaat 9

2.2.2. Sasaran Lokasi 9

2.3 KOMPONEN PROGRAM 10

2.3.1. Komponen Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui penguatan

kapasitas kelembagaan dan usaha KSM 10

2.3.2. Komponen Kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PPMK 11 2.3.3. Komponen Kegiatan Bantuan Teknis 14

III.

TAHAPAN

PELAKSANAAN

17

3.1 TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN DI TINGKAT MASYARAKAT 18

3.1.1. Prinsip Pelaksanaan Kegiatan di Tingkat Masyarakat 18

3.1.2. Tahapan Kegiatan di Tingkat Masyarakat 18

IV.

MANAJEMEN

DAN

PENGORGANISASIAN

19

4.1 MANAJEMEN PENDAMPINGAN 20

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

(7)

4.1.1. Tim Pusat 20

4.1.2. Tingkat Provinsi 20

4.1.3. Tingkat Kota/Kabupaten 20 4.1.4. Tingkat Kelurahan 21

4.2 PENGEMBANGAN KAPASITAS 22

4.3. PENGELOLAAN PINJAMAN MODAL USAHA PPMK OLEH UPK-BKM 23

4.3.1 Peminjam 23

4.3.2 Tabungan 24

4.3.3 Besar Pinjaman/Pembiayaan 25

4.3.4 Jasa Pinjaman 25

4.3.5 Jangka Waktu Pinjaman dan Frekuensi Pinjaman 26 4.3.6 Angsuran Pinjaman 26

4.4. MONITORING DAN EVALUASI 27

4.4.1. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi PPMK 27 4.4.2. Monitoring Pelaksanaan Kegiatan PPMK 27 4.4.3. Monitoring Capaian Indikator Dampak dan Hasil Kegiatan PPMK 28

4.4.4. Monitoring Lainnya 28

4.4.5. Mekanisme Evaluasi 28

V.

PENUTUP

28

LAMPIRAN |

Lampiran I: Tabel Indikator Capaian Hasil Kegiatan PPMK 30 Lampiran II: Tabel Output dari setiap Komponen Program 32 Lampiran III: Tabel Sasaran, Tujuan dan Kegiatan Pengembangan Kapasitas 33 Lampiran IV: Tahapan Kegiatan di Tingkat Masyarakat Secara Rinci 38

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL |

Gambar 1.1 Proses Transformasi Sosial Melalui Intervensi

PNPM Mandiri Perkotaan 2 Gambar 1.2 Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Penghidupan 3 Gambar 2.1 Pemberdayaan Masyarakat dalam kerangka

memperkuat siklus Program di Tingkat Masyarakat 10 Gambar 2.2 Bantuan Teknis Kegiatan PPMK 15 Gambar 3.1 Tahapan Kegiatan PPMK di Tingkat Masyarakat 18 Tabel 2.1 Persyaratan Penyaluran dan Pencairan BLM PPMK 12

(8)

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

A. Askot CD : Asisten Korkot Pengembangan Masyarakat (Community Development)

Askot MK : Asisten Korkot Manajemen Keuangan B. BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat

BLM : Bantuan Langsung Masyarakat D. DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah E. EGM : Expert Group Meeting

F. Fasilitator : Tenaga Pengembangan Masyarakat

FKA-BKM : Forum Komunikasi Antar BKM Tingkat Kota/Kabupaten K. KA : Konsultan Advisory

KAK : Kerangka Acuan Kerja

KBK : Komunitas Belajar Kelurahan KBP : Komunitas Belajar Perkotaan

KBIK : Komunitas Belajar Internal Konsultan KMP : Konsultan Manajemen Pusat

KMW : Konsultan Manajemen Wilayah Korkot : Koordinator Kota

KPPN : Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara

KPK-D : Komite Penanggulangan Kemiskinan di Daerah (Tingkat Provinsi atau Kota/Kabupaten)

KSM : Kelompok Swadaya Masyarakat KUBE : Kelompok Usaha Bersama

L. LKM : Lembaga Keswadayaan Masyarakat, merupakan nama generik yang dahulu dinamakan BKM

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

M. Musrenbang : Musyawarah Perencanaan Pembangunan Monev : Monitoring dan Evaluasi

P. PBL : Penataan Bangunan dan Lingkungan PERT : Pengelolaan Ekonomi Rumah Tangga Pemda : Pemerintah Daerah

Pemanas : Pemandu Nasional

PJM : Perencanaan Jangka Menengah PJ : Penanggung Jawab

PJOK : Penanggung Jawab Operasional Kegiatan Pej.PK : Pejabat Pembuat Komitmen

PNPMMP : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan PMU : Program Management Unit

PPMK : Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas PP-BLM : Permohonan Pembayaran Bantuan Langsung Masyarakat PS2 : Pemetaan Swadaya (Daftar Warga Miskin)

(9)

R. Relawan : Warga setempat yang peduli membantu warga miskin di wilayahnya

tanpa pamrih

Renta : Rencana Tahunan

RPD : Rencana Penggunaan Dana RT/RW : Rukun Tetangga/Rukun Warga RWT : Rembug Warga Tahunan

S. SATKER-PIP : Satuan Kerja Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan SDM : Sumber Daya Manusia

SIM : Sistem Informasi Manajemen SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah SK : Surat Keputusan

SNVT : Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu SOP : Standard Operational Procedures

SPKD : Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPP : Surat Perjanjian Pinjaman

SPPB : Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan T. TA : Technical Assisstance

TKPKD : Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

TKPP : Tim Koordinasi Pelaksanaan P2KP (tngkat Provinsi dan Kota/kabupaten) Tridaya : Pemberdayaan Lingkungan, Pemberdayaan sosial dan Pemberdayaan

Ekonomi

TOR : Term of Reference

TOT : Training of Trainer

U. UP : Unit Pengelola yang dibentuk BKM UPK : Unit Pengelola Keuangan

UPL : Unit Pengelola Lingkungan UPS : Unit Pengelola Sosial

(10)
(11)

1.1 LATAR BELAKANG

PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan dengan tujuan mencapai keberlanjutan perbaikan

kesejahteraan masyarakat miskin melalui proses pemberdayaan masyarakat, yang dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan pengokohan kelembagaan masyarakat di tingkat basis yang disebut Badan Keswadayaan Masyarakat/Lembaga Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM). BKM/ LKM tersebut diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhannya, sekaligus menjadi lokomotif upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan.

Intervensi PNPM Perkotaan yang dilakukan terdiri dari transformasi sosial masyarakat dari Miskin menjadi Berdaya, kemudian menuju Mandiri dan pada akhirnya tercapai tatanan masyarakat Madani. Saat ini, PNPM Mandiri Perkotaan berhasil membangun pondasi masyarakat berdaya melalui perubahan sikap/perilaku/cara pandang masyarakat yang bertumpu pada nilai-nilai universal.

Sejalan dengan kebijakan Tim Pengendali PNPM Mandiri Perkotaan, tahun 2012-2014 merupakan phase kemandirian, yang difokuskan pada upaya membangun kemandirian masyarakat. Strategi phase kemandirian meiliputi: (1) Memperkuat kelembagaan masyarakat (BKM & UP-UP), (2) Melaksanakan Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK), dan (3) Mengembangkan Program Kawasan Permukiman Produktif, melalui Neighbourhood Development. Dengan demikian, PPMK merupakan salah satu komponen program PNPM Mandiri Perkotaan pada phase kemandirian.

Kegiatan PPMK merupakan salah satu pengembangan konsep TRIDAYA khususnya melalui peningkatan penghidupan warga miskin dan perempuan yang terhimpun dalam KSM. Strategi pelaksanaan PPMK melalui proses pendampingan dan fasilitasi.

Pendampingan dan fasilitasi KSM pada dasarnya menjadi bagian dari proses pembelajaran masyarakat dalam dinamika kelompok. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk memperkokoh ikatan kebersamaan, solidaritas dan kepedulian sesama anggotanya agar mampu memecahkan persoalan-persoalannya secara bersama, memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan bersama.

Pedoman Teknis PPMK ini disusun sebagai panduan bagi seluruh pemangku kepentingan

(stakeholders) PNPM Mandiri Perkotaan dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK

sebagai salah satu strategi penanggulangan kemiskinan melalui peningkatan penghidupan

masyarakat miskin berbasis komunitas.

(12)

1.2 DASAR PEMIKIRAN

Pendampingan masyarakat yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perkotaan mendorong proses

transformasi sosial dari masyarakat TIDAK BERDAYA menuju BERDAYA, MANDIRI dan menuju MADANI. Kondisi sosial masyarakat hasil pendampingan sampai saat ini sudah pada tahap Berdaya menuju Mandiri.

Tahap transformasi ini dicirikan oleh terjadinya kemitraan sinergis antara Pemerintah dengan Masyarakat, yang didukung oleh dunia usaha, dan organisasi masyarakat sipil lainnya (Public Private Partnership/PPP). Pengalaman berbagai program penanggulangan kemiskinan, diperoleh pembelajaran bahwa untuk dapat terjadinya suatu “gerakan bersama” dalam menanggulangi kemiskinan diperlukan keterlibatan semua komponen masyarakat dan pemerintah meliputi pemerintah dan pemerintah daerah, dunia usaha, dan organisasi masyarakat sipil.

Intervensi program PNPM Mandiri Perkotaan dalam mewujudkan transformasi masyarakat dari berdaya menuju mandiri, setidaknya terdiri dari dua hal:

a. Program Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET) yang merupakan kemitraan antara pemerintah daerah dengan masyarakat.

b. Membangun kemitraan dan replikasi program, yang melibatkan berbagai program penanggulangan kemiskinan dibidang sosial (pendidikan, santunan, kesehatan, dll),

Gambar 1.1. Proses Transformasi Sosial Melalui Intervensi PNPM Mandiri Perkotaan

(13)

program perbaikan/pembangunan sarana/prasarana lingkungan permukiman dan Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK).

Program Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK) merupakan intervensi pada pengembangan kegiatan-kegiatan produktif masyarakat yang secara langsung dapat meningkatkan penghidupan masyarakat miskin dengan pendekatan pendampingan KSM. Oleh karena itu pendampingan difokuskan pada penguatan kelembagaan dan pengembangan usaha KSM

Strategi pendampingan penguatan kelembagaan dan pengembangan usaha KSM dalam PPMK dilakukan melalui prinsip pengembangan lima asset sumber penghidupan manusia, yakni :

modal sumberdaya manusia (human capital), modal sosial (social capital), sumberdaya alam

(natural capital), sumberdaya fisik (phisical capital) dan sumberdaya keuangan (financial capital), sebagaimana gambar berikut:

Strategi pelaksanaan pengelolaan sumber penghidupan tersebut, berorientasi pada penguatan “kapasitas kewirausahaan” masyarakat miskin agar mampu mengoptimalkan kreativitas dan inovasi serta semangat kewirausahaannya. Untuk itu dilakukan serangkaian kegiatan penyadaran maupun penguatan kapasitas anggota KSM, sehingga terbangun sumber daya manusia yang tangguh di KSM dampingan tersebut (Human Capital).

Sumber Daya Manusia yang tangguh memerlukan dukungan modal sosial (social capital), melalui proses inklusi dan partisipasi masyarakat. Proses ini memerlukan dukungan stakeholders diantaranya BKM, Unit Pengelola, relawan serta pihak swasta dan pemerintah lokal, sehingga mampu mendukung pengembangan KSM.

(14)

Asset sumberdaya fisik (phisical capital) merupakan bagian penting dalam peningkatan penghidupan masyarakat. Sumberdaya fisik dalam bentuk pengembangan infrastruktur produktif yang mendukung peningkatan penghidupan masyarakat, antara lain kios kerajinan, pasar, tempat pelelangan ikan, sandaran perahu, irigasi sederhana, jalan ke sentra produksi dan lain-lain.

Pengelolaan asset sumber daya alam (natural capital) adalah kemampuan KSM dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam yang ada di sekitarnya sebagai bahan baku, produksi, budidaya yang menunjang keberlanjutan kegiatan produktif untuk meningkatkan penghidupan warga miskin.

Pengelolaan asset sumber daya keuangan (financial capital) pada hakekatnya mengelola

kemampuan KSM dalam pemupukan modal sendiri serta memperluas akses terhadap pelayanan berbagai lembaga keuangan diantaranya UPK-BKM, koperasi, Baitul Mal wa Tanwil (BMT), Lembaga Keuangan Mikro, Perbankan, Pemda, CSR dll.

Melalui integrasi dan pengokohan pilar-pilar peningkatan penghidupan masyarakat di atas, diharapkan dapat menciptakan KSM-KSM Mandiri yang dapat menumbuhkembangkan kegiatan usaha produktif dan kreatif yang berkelanjutan (sustainability) sehingga secara langsung KSM benar-benar berorientasi dan berperan sebagai peningkatan penghidupan masyarakat miskin yang menjadi anggota-anggota KSM tersebut.

1.3 TUJUAN

Menguatkan “kelembagaan dan kegiatan usaha KSM” secara mandiri dan berkesinambungan

yang berorientasi pada peningkatan penghidupan masyarakat miskin (sustainable livelihood)”

Apa itu PPMK ?

• PPMK merupakan salah satu komponen PNPM Perkotaan, yang difokuskan pada penguatan KSM dalam rangka peningkatan penghidupan Masyarakat

• Prinsip Dasar Pengembangan penghidupan masyarakat adalah Penguatan akses masyarakat miskin (KSM) kepada 5 asset sumber penghidupan manusia, yakni modal SDM (human capital), modal sosial (social capital), sumberdaya alam (natural capital), sumberdaya fisik (phisical capital) dan sumberdaya keuangan (financial capital).

• Dalam pengelolaan sumber penghidupan tersebut, PPMK terkait dengan meningkatkan kemampuan KSM dalam mengakses berbagai sumber modal penghidupan.

• Fokus pendampingan penguatan KSM, selain terkait dengan kelancaran modal keuangan, terutama juga berorientasi pada efektivitas kegiatan produktif yang dikembangkan KSM, sehingga dapat berkontribusi positif bagi peningkatan penghidupan anggotanya.

(15)

1.4 PRINSIP DASAR

Secara umum prinsip-prinsip pelaksanaan kegiatan PPMK mengacu pada prinsip-prinsip sebagaimana yang terdapat pada pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan, sedangkan secara khusus prinsip-prinsip dasar PPMK adalah sebagai berikut:

Kemitraan. Semua pihak yang berkepentingan dalam kegiatan PPMK didorong untuk mewujudkan kemitraan dan kerjasama sinergi antar pemangku kepentingan dalam rangka optimalisasi upaya dan manfaat kegiatan bagi warga miskin.

Kewirausahaan. Dalam kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat memerlukan jiwa pelaku usaha yang kuat, kukuh, kreatif dan tidak mudah terguncang dalam menghadapi berbagai persoalan yang menghalangi usahanya, sehingga kegiatan peningkatan penghidupannya dapat lebih produktif, tumbuh dan berkelanjutan.

Kelembagaan. KSM menjadi wahana belajar mengukuhkan pranata social yang memperteguh kebersamaan dalam memperjuangkan tujuan dan kepentingan anggota-anggotanya serta memperkokoh kemandirian KSM dalam mengembangkan kapasitas sosial ekonomi anggotanya.

Kearifan Lokal. Pelaksanaan kegiatan oleh masyarakat didasarkan optimalisasi sumber daya setempat yang ada di wilayahnya maupun sekitarnya, baik sumber daya manusia, sumber daya material, sumber daya produksi dan pasar, sumber daya pendanaan, dan sumber daya lainnya, dalam rangka mendukung usaha yang akan dikembangkannya.

Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin, tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.

1.5 KELUARAN

Keluaran atau hasil yang diharapkan dari kegiatan PPMK adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah KSM yang dapat melaksanakan kegiatan peningkatan penghidupan

masyarakat berorientasi tridaya

2. Meningkatnya jumlah KSM yang dapat mengakses serta bekerjasama dengan berbagai pihak

dalam berbagai program tridaya untuk peningkatan penghidupan masyarakat;

3. Meningkatnya jumlah warga miskin peserta kegiatan PPMK

1.6 STRATEGI

Dalam kerangka mencapai tujuan, PPMK menerapkan 3 (tiga) strategi dasar yang satu sama lain merupakan satu kesatuan, yaitu:

1. Meningkatkan Kapasitas “Kelembagaan KSM”

Kelembagaan KSM mencakup media (wadah) dan pranatanya (prinsip, nilai, aturan dan pengaturannya). KSM dalam PPMK merupakan media proses pembelajaran warga miskin (PS-2) dalam rangka memperkokoh dan mempertangguh nilai-nilai universal dan saling peduli antar anggotanya. KSM juga menjadi wahana belajar memperteguh nilai-nilai musyawarah mufakat dalam proses pengambilan keputusan kelompok, kemandirian dalam mengembangkan kapasitas sosial ekonomi anggota keluarganya serta memperkuat posisi tawar agar dalam

mengembangkan penghidupan para anggota semakin meningkat sehingga kesejahteraan

(16)

Peningkatan kapasitas usaha warga miskin (PS-2) yang terhimpun dalam KSM, dilakukan melalui pendampingan untuk meningkatkan kapasitas kelembagaan KSM, mencakup aspek: manajemen organisasi dan administrasi KSM, tingkat keaktifan pengurus dan para anggotanya, tata kelola dalam mencapai tujuan, nilai dan prinsip dasar serta aturan dan pengaturan KSM.

2. Meningkatkan kapasitas “kelompok masyarakat miskin” dalam kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat

Kapasitas “kelompok masyarakat miskin” mencakup dimensi moral, intelektual, material dan manajerial. “Kelompok masyarakat miskin” yang terdiri dari kumpulan beberapa rumah tangga pada dasarnya telah memiliki asset berupa : asset keuangan, asset sosial (modal sosial/nilai-nilai kebajikan/jaringan sosial), asset fisik lingkungan, asset sumberdaya manusia maupun asset yang berkaitan dengan akses terhadap sumber daya alam dan informasi.

Peningkatan kapasitas tersebut dimaksudkan untuk memperluas akses terhadap berbagai asset,

diantaranya kebebasan dalam menyalurkan aspirasi dalam proses pengambilan keputusan

pembangunan guna kesinambungan kualitas kehidupan keluarga miskin. Akses pendukung peningkatan ekonomi (usaha) diantaranya berupa peningkatan kapasitas pengetahuan, keterampilan teknis usaha, manajemen ekonomi rumah tangga, perluasan pemasaran serta

kemampuan menyampaikan aspirasi untuk mendorong perlindungan dalam berusaha agar

tingkat resiko kerentanannya berkurang.

3. Meningkatkan pelayanan BKM melalui Unit-Unit Pelaksana untuk masyarakat miskin

Keberadaan BKM serta Unit-Unit Pelaksananya (UPK, UPL dan UPS) dimaksudkan untuk

memperluas dan mempermudah akses pelayanan kepada masyarakat berpenghasilan rendah

dalam meningkatkan penghidupannya. Secara umum layanannya berupa penyediaan akses infratruktur permukiman maupun infrastruktur produktif, akses social dan akses ekonomi, terutama dukungan dana bergulir untuk usaha produktif. Terkait pelaksanaan program PPMK, maka orientasi pelayanan masing-masing unit pada prinsipnya diarahkan pada jenis-jenis kegiatan produktif yang dapat menunjang secara langsung peningkatan penghidupan masyarakat miskin secara berkesinambungan.

(17)

II. KETENTUAN UMUM

2.1 JENIS-JENIS KEGIATAN DALAM PPMK

2.1.1 Jenis Kegiatan Pelayanan Sosial melalui pengembangan kapasitas KSM

Jenis-jenis kegiatan pelayanan sosial bagi KSM dalam pelaksanaan program PPMK, antara lain meliputi pelatihan, sosialisasi, vocational & on the job training, dll.

2.1.2. Jenis Kegiatan Pelayanan Infrastruktur Produktif melalui kegiatan prasarana

pengembangan penghidupan Masyarakat;

Jenis-jenis kegiatan pelayanan Infrastruktur produktif bagi KSM dalam pelaksanaan program PPMK, antara lain meliputi prasarana produksi bata/ paving, showroom, pasar lokal/kios, prasarana limbah usaha, dan prasarana lainnya.

• Kegiatan pelatihan KSM, antara lain melalui Pelatihan manajemen & organisasi kelompok, pelatihan entrepreneurship, pelatihan manajemen usaha, dll

• Kegiatan sosialisasi dan pemasaran KSM, antara lain melalui sosialiasi, pemasaran usaha di media lokal, booklet produk usaha, bazar hasil usaha, pameran/

event, dll

• Kegiatan Vocational & On the job training, antara lain praktek latihan usaha, magang, on the job training, dll);

• Peralatan Produksi, peralatan2 yg menjadi praktek produksi atau kegiatan usaha, menjadi bagian dari kegiatan pelatihan dengan dana kegiatan sosial. Contoh peralatan, al. Mesin Tenun, Mesin Bubut, Alat Cetak Batako, dll

• Dll sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku

Contoh Jenis Kegiatan Pelayanan Sosial dalam

Program PPMK

(18)

2.1.3. Jenis Kegiatan Pelayanan Ekonomi melalui dana bergulir bagi KSM;

Jenis-jenis kegiatan pelayanan ekonomi bagi KSM dalam pelaksanaan program PPMK dilakukan melalui penyediaan dana bergulir bagi KSM-KSM Unggulan (yang telah terseleksi) untuk membiayai kegiatan-kegiatan ekonomi produktif untuk peningkatan penghidupan masyarakat miskin.

• Kegiatan Usaha primer pertanian produktif dan kreatif, antara lain usaha terkait Tanaman pangan, Peternakan, Perikanan, Perkebunan, dll

• Kegiatan ‘usaha pengolahan’ produktif dan kreatif oleh

Home bisnis/industri, antara lain melalui Usaha kerajinan akar rotan tumbuhan , Usaha kerajinan anyam bambu, Usaha kerajinan pengolahan daun, Usaha pengolahan keripik singkong atau kulit singkong, Usaha budidaya jamur merang, Usaha pandai besi, dll

• Kegiatan ‘Usaha jasa’ produktif, antara lain Sablon, Multimedia, Perbengkelan, Las, Rias pengantin, Perawatan kesehatan, dll

• Dll sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.

• Kegiatan Infrastruktur Usaha Produktif, antara lain pembangunan showroom (ruang pamer produk) lokal, kios lokal, pasar lokal/tradisional, tempat pelelangan, jalan ke sentra produksi

• Kegiatan Usaha Infrastruktur, antara lain melalui usaha cetak bata, usaha cetak batako, usaha pembuatan genteng, usaha bengkel, usaha sewa peralatan dll

• Kegiatan Usaha Permukiman, antara lain Pengelolaan Sampah warga, Pengelolaan air minum, pengelolaan sanitasi warga, pengelolaan rumah sehat, Usaha kerajinan dari sampah atau limbahlimbah (kaleng/ botol bekas), Usaha daur ulang kertas dll);

• Manajemen Infrastruktur, Bengkel kontruksi, relawan/

building controller, usaha penyusunan Maket, design, dll.

• Dll sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku.

Contoh Jenis Kegiatan Pelayanan Infrastruktur Produktif

dalam Program PPMK

Contoh Jenis Kegiatan Pelayanan Ekonomi dalam

Program PPMK

(19)

2.2 SASARAN

2.2.1. Sasaran Penerima Manfaat

Penerima manfaat program PPMK adalah KSM-KSM dengan kriteria sbb : 1. Memiliki kegiatan produktif yang berpotensi dikembangkan (prospektif). • Bagi KSM Ekonomi:

Jenis Usaha sektor Jasa maupun produksi, yang prospektif pemasaran tinggi dan melibatkan warga miskin

• Bagi KSM Lingkungan:

Memiliki kegiatan produktif seperti pembuatan batu bata/batako. Berpengalaman membangun sarana produksi atau instalasi lingkungan yang mendukung produksi/ penghidupan (pasar lokal/kios, prasarana limbah usaha, dan prasarana lainnya).

• Bagi KSM Sosial:

Pernah melakukan pelatihan kerja, magang dan tindaklanjut usahanya berkelanjutan 2. Jumlah anggota minimal 5 orang,

3. Minimal 2/3 anggota KSM adalah warga miskin (terdaftar dalam PS-2) 4. Memiliki perangkat organisasi dan administrasi sederhana.

5. Bagi KSM yang memiliki kegiatan dana bergulir pernah mendapat pinjaman dari UPK atau lembaga keuangan lain dengan tingkat pengembalian pinjaman > 90%.

6. Bagi KSM bentukan baru dari warga miskin yang berasal dari beberapa KSM yang memiliki usaha sejenis, aneka usaha atau memiliki potensi untuk membentuk Kelompok Usaha Bersama (KUBE).

2.2.2. Sasaran Lokasi

Sasaran lokasi kegiatan PPMK harus memenuhi kriteria sebagai berikut: 1. Kinerja kelembagaan BKM minimal “Berdaya”

2. Opini audit tahun buku sebelumnya “Wajar Tanpa Pengecualian” 3. Kinerja sekretariat BKM minimal “memadai” selama 3 bulan terakhir.

2.3. KOMPONEN PROGRAM

Kegiatan PPMK terdiri dari 3 (tiga) komponen sebagai berikut:

1. Pemberdayaan masyarakat melalui penguatan kapasitas kelembagaan dan usaha KSM 2. Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PPMK

(20)

2.3.1. Komponen Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui penguatan kapasitas kelembagaan dan usaha KSM

Komponen Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat melalui penguatan kapasitas kelembagaan dan usaha KSM dilakukan dalam kerangka penguatan siklus program di tingkat masyarakat, seperti tergambar dalam siklus berikut ini:

KSM merupakan bagian dari siklus pembelajaran di tingkat masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan. PPMK adalah salah satu komponen PNPM Mandiri Perkotaan yang difokuskan pada penguatan kapasitas kelembagaan dan usaha KSM.

2.3.2. Komponen Kegiatan Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PPMK

Bantuan dana diberikan dalam bentuk dana bantuan langsung masyarakat (BLM) PPMK. BLM PPMK bersifat stimulan dan disediakan untuk memberi akses kepada masyarakat miskin yang tergabung dalam KSM peserta kegiatan PPMK. BLM PPMK dapat digunakan untuk modal kerja, investasi dan penguatan kapasitas untuk mendukung usaha produktif yang layak berdasarkan penilaian UPK dan mendapat persetujuan BKM yang dinyatakan dalam Berita Acara Penetapan KSM Peserta Kegiatan PPMK.

KSM yang berhak menerima pinjaman BLM PPMK adalah KSM yang sudah tidak memiliki pinjaman dari UPK atau lembaga keuangan lainnya.

Gambar 2.1. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kerangka Memperkuat Siklus Program di Tingkat Masyarakat

(21)

A. Alokasi Pagu BLM PPMK

Besarnya pagu BLM PPMK tiap kelurahan terseleksi adalah maksimal sebesar Rp 100 juta/ BKM. Sebagian dana BLM PPMK sebesar maksimal 5% dapat digunakan untuk kegiatan peningkatan kapasitas mengenai PPMK dan Biaya operasional yang dikelola oleh BKM beserta UP-UP-nya. Sedangkan sisanya disalurkan kepada KSM-KSM prioritas penerima dana PPMK yang ditetapkan dalam rembug BKM sesuai ketentuan yang ditetapkan.

Pada tahap awal, maksimal 5 (lima) KSM peserta PPMK terseleksi memperoleh dana BLM PPMK dengan jumlah dana yang diterima setiap KSM harus ‘sesuai kebutuhan yang tercantum dalam proposal kegiatan’ yang disetujui BKM. Pada tahap berikutnya, minimal 2 (dua) KSM baru peserta PPMK menerima perguliran dana BLM PPMK setiap tahunnya.

Jumlah realisasi dana BLM PPMK untuk setiap KSM sepenuhnya tergantung pada kelayakan proposal masing-masing KSM. Bagi KSM dengan seluruh anggotanya adalah warga miskin yang baru belajar berusaha, dan memiliki kriteria usaha potensial, sebagian dana yang diterima (maksimal 20%) dapat digunakan untuk kegiatan pelatihan ketrampilan produksi (termasuk

modal investasi peralatan) dan sisanya merupakan dana bergulir yang dikembalikan kepada

UPK-BKM. Sedangkan bagi KSM-KSM dan/atau anggota-anggotanya yang telah menjalankan usaha, seluruh dana yang diterima merupakan dana bergulir untuk pengembangan usaha produktif mereka.

BLM PPMK adalah dana pinjaman bergulir yang dikelola oleh UPK-BKM, khusus untuk peningkatan pendapatan masyarakat miskin. BLM PPMK digulirkan dan dimanfaatkan hanya untuk anggota KSM yang masuk kategori miskin (PS-2) setelah mendapat persetujuan BKM. Jumlah dana BLM PPMK yang telah ada di rekening BKM harus diinformasikan secara luas dan transparan kepada semua warga kelurahan dan perangkat kelurahan setempat. Demikian pula jumlah dana BLM PPMK yang telah diterima dan ada di rekening KSM harus diinformasikan secara transparan kepada seluruh anggotanya.

Penyampaian informasi perkembangan perguliran dana BLM PPMK secara berkala disampaikan BKM kepada masyarakat dan perangkat kelurahan setempat, serta disampaikan KSM kepada anggota-anggotanya secara transparan dan akuntabel.

B. Persyaratan Penyaluran dan Pencairan Dana BLM PPMK

Dana BLM disalurkan langsung kepada LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) melalui dua tahap, yakni tahap I 60% dan tahap II 40%, dengan ketentuan sebagai berikut:

(22)

Tahap II (40%)

• Melampirkan rencana penggunaan

dana BLM PPMK tahap II yang telah diverifikasi dan ditandatangani fasilitator

• Melengkapi form dokumen pencairan (Kwitansi, Copy Rek. BKM, Resume Akad Kredit pemanfaatan BLM Tahap 1 ke rekening KSM)

• Proposal/usulan KSM untuk penggunaan dana BLM tahap II telah dinyatakan layak oleh UPK dan disetujui oleh Rapat LKM • Administrasi keuangan, organisasi

dan manajemen KSM telah diverifikasi oleh Fasilitator dengan

hasil minimal memadai

• Dana tahap I di KSM telah dimanfaatkan dan dipertanggung-jawabkan secara teknis dan administrasi minimal 50%

• Melengkapi form dokumen pencairan (Kwitansi, Copy Rek. KSM, dll)

• Disalurkan melalui mekanisme

rembug KSM dihadiri UPK, Pengawas, BKM, relawan, perangkat kelurahan dan fasilitator.

TSyarat Pencairan Syarat Pencairan ke BKM SSyarat Pemanfaatan ke KSM

Tahap I (60%)

• Hasil Seleksi dan Penetapan Lokasi PPMK (Berita Acara Hasil Seleksi Lokasi PPMK dan SK Penetapan Lokasi PPMK).

• BKM/LKM telah melaksanakan sosialisasi PPMK di Tingkat Kelurahan (Berita Acara Sosialisasi) • BKM/LKM menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) dengan pihak pemerintah

yang diwakili Satker setempat dan diverifikasi oleh Senior Fasilitator. • Melengkapi form dokumen

pencairan (PP-BLM, Kwitansi, Copy Rek. BKM/LKM)

• Proposal/usulan KSM peserta kegiatan PPMK telah dinyatakan layak oleh UPK dan disetujui oleh Rapat BKM/LKM.

• Melampirkan rencana penggunaan

dana / RPD BLM tahap I yang telah diverifikasi dan ditandatangani fasilitator.

• KSM menandatangani akad kredit/ SPP (surat perjanjian pinjaman) dengan UPK dan diketahui oleh BKM serta perangkat kelurahan atau fasilitator

• Melengkapi form dokumen pencairan (Kwitansi, Copy Rek. KSM, dll)

• Disalurkan melalui mekanisme

rembug KSM dihadiri UPK, Pengawas, BKM, relawan, perangkat kelurahan dan fasilitator

(23)

C. Penggunaan Dana BLM PPMK

Penggunaan dana BLM PPMK diperuntukkan untuk modal kerja, modal investasi dan peningkatan kapasitas bagi pengembangan usaha produktif dan kreatif masyarakat miskin (PS-2) yang menjadi anggota KSM peserta kegiatan PPMK.

Modal kerja yang dimaksud dalam pedoman ini adalah dana yang diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan operasional usaha seperti bahan baku. Modal investasi adalah dana yang harus di keluarkan di awal, dan biasanya dipakai untuk jangka panjang seperti bangunan, peralatan usaha dan barang-barang lain yang dipakai untuk jangka panjang.

Prospektif kelayakan usaha (analisis pasar, analisis sumber daya, dll) tetap menjadi pertimbangan utama dalam penetapan persetujuan proposal kegiatan PPMK oleh UPK-BKM.

Adapun klasifikasi KSM-KSM (baik ekonomi, infrastruktur dan sosial) peserta kegiatan PPMK yang diprioritaskan untuk didanai BLM PPMK, antara lain sbb:

i. KSM KUBE

ii. KSM Usaha Sejenis iii. KSM Aneka Usaha

Jenis-jenis usaha yang dapat dikembangkan dalam PPMK mengacu pada pelayanan kegiatan ekonomi, sosial dan infrastruktur, dengan memanfaatkan potensi sumber daya lokal. Beberapa contoh jenis-jenis usaha tersebut adalah, tapi tidak terbatas pada;

Usaha primer pertanian produktif dan kreatif diantaranya;

• Tanaman pangan • Peternakan • Perikanan • Perkebunan

Usaha olahan/ home industri, diantaranya;

• Usaha kerajinan akar rotan tumbuhan • Usaha kerajinan dari kaleng/ botol bekas • Usaha daur ulang kertas

• Usaha pengolahan daur ulang sampah • Usaha kerajinan anyam bambu

(24)

• Usaha pengolahan ban bekas

• Usaha olahan bakau/ eceng gondok/ pelapah pisang/ dan sejenisnya • Usaha pengolahan keripik singkong atau kulit singkong

• Usaha budidaya jamur merang • Usaha produksi pangan

• Usaha produksi sabun • Usaha pandai besi, dll

Usaha jasa produktif diantaranya;

• Sablon • Multimedia • Perbengkelan • Las • Pertukangan • Rias pengantin • Perawatan kesehatan, dll D. Negative List

Kegiatan PPMK tidak memperkenankan pemanfaatan BLM PPMK untuk kegiatan yang tidak berkaitan langsung dengan upaya pengembangan penghidupan masyarakat miskin, kegiatan yang bersifat hibah, menimbulkan dampak keresahan sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi pada kepentingan individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta peraturan yang berlaku.

Secara umum beberapa kegiatan yang tidak boleh dibiayai (negative list) dengan dana BLM PPMK, adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan yang berkaitan dengan politik praktis (kampanye, demonstrasi, dll) 2. Kegiatan militer atau semi-militer (pembelian senjata dan sejenisnya) 3. Deposito atau yang berkaitan dengan usaha memupuk bunga bank

4. Kegiatan yang memanfaatkan BLM PPMK sebagai jaminan atau agunan atau garansi, baik yang berhubungan dengan lembaga keuangan dan perbankan maupun pihak ketiga lainnya. 5. Pembebasan lahan

6. Pembangunan rumah ibadah

7. Pembangunan gedung kantor pemerintah atau kantor BKM-UP-KSM

8. Kegiatan-kegiatan yang berdampak negatif terhadap lingkungan, penduduk asli dan kelestarian budaya lokal dan lain-lain yang dilarang dalam safeguard dan

(25)

9. Kegiatan yang bertentangan dengan hukum, nilai agama, tata susila dan kemanusiaan serta tidak sejalan dengan visi, misi, tujuan dan nilai-nilai universal

2.3.3. Komponen Kegiatan Bantuan Teknis

Kegiatan PPMK pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat, yakni dari, oleh dan untuk masyarakat (swakelola). Sebagai pelaku utama kegiatan ini adalah masyarakat miskin, KSM dan UPK peserta kegiatan yang difasilitasi oleh BKM beserta relawan-relawan setempat yang berkoordinasi dengan perangkat pemerintah kelurahan.

Untuk memfasilitasi kegiatan masyarakat, PNPM Mandiri Perkotaan mendukung dengan penyediaan tambahan fasilitator dalam setiap tim fasilitator yang mendapatkan kegiatan PPMK, dengan dukungan operasional dan pengembangan kapasitas sesuai kebutuhan.

Sedangkan untuk tingkat kota/kabupaten, pelaku utama adalah pemerintah kota/kab itu sendiri yang digerakkan oleh relawan-relawan kota/kab, pemandu nasional pemda, dan KBP serta TKPK-D, yang difasilitasi oleh Askot MK beserta tim korkot dengan dukungan operasional dan pengembangan kapasitas sesuai kebutuhan.

(26)
(27)

3.1 TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN DI TINGKAT MASYARAKAT

3.1.1 Prinsip Pelaksanaan Kegiatan di Masyarakat

Prinsip utama pelaksanaan kegiatan di tingkat masyarakat adalah proses penyadaran, pemahaman,

pembelajaran dan pelembagaan kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat miskin melalui

pengembangan usaha ekonomi produktif dan kreatif.

Siklus kegiatan masyarakat adalah siklusnya masyarakat, yang menempatkan masyarakat miskin, KSM, relawan-relawan dan UPK-BKM sebagai pelaku utama atau subyek dari pelaksanaan kegiatan. Posisi fasilitator bersama perangkat kelurahan setempat hanya ‘memfasilitasi’ untuk mendorong dan menjamin masyarakat mampu melaksanakan kegiatannya sesuai kaidah pembangunan partisipatif dan ketentuan pelaksanaan kegiatan PPMK.

Melalui upaya mendorong masyarakat sebagai pelaku utama pelaksanaan kegiatan, maka diharapkan proses kegiatan PPMK tetap berjalan berkesinambungan setelah PNPM Mandiri Perkotaan berakhir.

3.1.2. Tahapan Kegiatan di tingkat Masyarakat

Sejalan dengan prinsip di atas, tahapan kegiatan di tingkat masyarakat terdiri dari 4 (empat) tahapan sbb:

a. Tahapan Persiapan Program, serangkaian kegiatan mulai dari seleksi lokasi hingga sosialisasi PPMK tingkat kelurahan kepada seluruh lapisan masyarakat di lokasi terseleksi.

b. Tahapan Perencanaan, serangkaian kegiatan pelatihan tentang orientasi dan perencanaan PPMK bagi KSM, BKM, Pengawas, UPK, relawan dan perangkat kelurahan, serta pelatihan keterampilan usaha bagi anggota KSM.

c. Tahapan Pencairan dan Pemanfaatan BLM, serangkaian kegiatan mulai dari pencairan dana BLM PPMK ke rekening BKM sampai akad kredit UPK-BKM dengan KSM.

d. Tahapan Penguatan dan Pengembangan, serangkaian kegiatan pelatihan dan pendampingan yang mendukung penguatan dan pengembangan keberlanjutan KSM dan UPK-BKM serta penyiapan KSM untuk peserta PPMK selanjutnya.

(28)
(29)

IV. MANAJEMEN DAN

PENGORGANISASIAN

4.1 MANAJEMEN PENDAMPINGAN

Tim Manajemen pelaksana kegiatan Peningkatan Penghidupan Masyarakat berbasis Komunitas (PPMK) secara berjenjang terdiri dari:

4.1.1 Tim Pusat

Tim Pusat terdiri dari; Project Management Unit (PMU), Satuan Kerja Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan, Advisory dan Konsultan Manajemen Pusat (KMP).

Tim Pusat bertanggungjawab dalam merumuskan kebijakan dan desain kegiatan serta pedoman PPMK, KMP mendukung PMU dalam mengendalikan kegiatan PPMK secara Nasional, antara lain; pengembangan kapasitas, pengendalian KMW, penyusunan KAK, pelaporan, manajemen data dll. Dalam pelaksanaannya KMP berkoordinasi dengan Advisory.

4.1.2. Tingkat Provinsi

Tim Provinsi terdiri dari; Satuan Kerja Penataan Bangunan Lingkungan (Satker PBL), Pemerintah Provinsi, dan Konsultan Manajemen Wilayah (KMW). KMW bertanggungjawab dalam mengendalikan kegiatan PPMK di tingkat Provinsi, antara lain; pengembangan kapasitas pendampingan, pengendalian Korkot, pelaporan, manajemen data dll. Dalam pelaksanaannya KMW berkoordinasi dengan Satker PBL dan Pemerintah Provinsi serta bertanggungjawab kepada PMU melalui KMP.

4.1.3. Tingkat Kota/ Kabupaten

Tim Kota/ Kabupaten terdiri dari; Pemerintah Kota/ Kabupaten dan Tim Koordinator Kota (Korkot).

Pemerintah Kota/ Kabupaten

Pemerintah Kota/ Kabupaten antara lain terdiri dari; Walikota/ Bupati, DPRD, SKPD, dan TKPKD

yang antara lain membantu dalam;

1. Memfasilitasi kemitraan pengembangan penghidupan, usaha ekonomi produktif dan kreatif. 2. Memfasilitasi kegiatan promosi produk-produk usaha KSM peserta kegiatan PPMK melalui

berbagai kegiatan, antara lain; bazar, web site, pasar malam, pameran, dsb. 3. Memfasilitasi monitoring kegiatan PPMK di tingkat masyarakat.

(30)

Tim Koordinator Kota (Tim Korkot)

Tim Korkot terdiri dari Koordinator Kota/ Kabupaten yang dibantu oleh beberapa asisten seperti: Asisten Korkot CD, MK, Infrastruktur, Manajemen Data, Urban Planner, Kemitraan. Bilamana di Kota/ Kabupaten tidak terdapat Korkot, maka Kota/ Kabupaten tersebut difasilitasi oleh Askot Mandiri. Adapun ruang lingkup tugas Tim Korkot antara lain;

1. Memperkuat kapasitas TKPKD, KBP, FKA BKM dalam pelaksanaan kegiatan PPMK.

2. Memfasilitasi Pemerintah Kota/ Kabupaten di wilayahnya dalam pelaksanaan kegiatan PPMK. 3. Bertanggungjawab terhadap pengendalian dan pencapaian tujuan, keluaran, serta substansi

dari pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayahnya.

4. Pengendalian, pendampingan dan peningkatan kapasitas Tim Fasilitator dalam pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayahnya.

5. Menjamin tercapainya tujuan, keluaran, serta substansi dari pelaksanaan kegiatan PPMK di tingkat Kota/ Kabupaten.

6. Melaksanakan monitoring, supervisi, dan evaluasi program.

7. Menjamin akurasi data SIM tepat waktu dalam pelaksanaan kegiatan PPMK.

8. Membantu dan memfasilitasi pengembangan pasar usaha serta jaringan usaha yang lebih luas.

9. Menyusun best practices kegiatan PPMK.

10. Melakukan koordinasi dan mediasi (a.l. jejaring, kemitraan, bridging, maupun linkages)

dengan para pemangku kepentingan di daerah, antara lain, Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD), Lembaga perbankan dan non perbankan, Perguruan Tinggi, swasta maupun BUMN/D dan Pemerintah Kelurahan, LSM serta masyarakat kelurahan lainnya termasuk potensi relawan setempat.

11. Tugas-tugas lainnya yang ditetapkan PMU.

4.1.3. Tingkat Kelurahan

Tim Kelurahan terdiri dari; Pemerintah Kelurahan/ Desa dan Tim Fasilitator.

Pemerintah Kelurahan/ Desa

Pemerintah Kelurahan/ Desa antara lain terdiri dari; Lurah/ Kepala Desa, Perangkat Kelurahan/ Desa, kelembagaan, dan tokoh masyarakat, antara lain bertanggungjawab dalam;

1. Berkoordinasi secara intensif dengan BKM, UPK dalam rangka mendukung kegiatan PPMK 2. Mensosialisasikan kegiatan PPMK bersama BKM, UPK kepada masyarakat

3. Memfasilitasi BKM, UPK, dan KSM serta masyarakat untuk menjamin kelancaran kegiatan PPMK

4. Mensinergikan kegiatan kelurahan dengan kegiatan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengembangan ekonomi lokal, usaha ekonomi produktif dan kreatif

5. Monitoring Partisipatif kegiatan PPMK di tingkat masyarakat bersama dengan BKM dan UPK 6. Pemerintah kelurahan memfasilitasi kegiatan promosi produk-produk usaha KSM peserta

kegiatan PPMK melalui berbagai kegiatan, antara lain; bazar, pasar malam, pameran, dsb 7. Pemerintah Kelurahan/ Desa melaksanakan kegiatan lainnya yang mendukung kegiatan

(31)

Tim Fasilitator

Pendampingan kegiatan PPMK dilakukan oleh Tim Fasilitator yang ada sebagai bagian dari pendampingan PNPM Mandiri Perkotaan secara menyeluruh. Tim Fasilitator terdiri dari senior fasilitator, fasiltator ekonomi, fasilitator teknik dan fasilitator sosial serta fasilitator lainnya sesuai dengan kebutuhan. Adapun ruang lingkup tugas Tim Fasiltator antara lain;

1. Memfasiltasi BKM, Pengawas, UPK, KSM, Relawan, pemerintah Kelurahan/ Desa dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayah dampingannya.

2. Bertanggungjawab terhadap pengendalian dan pencapaian tujuan, keluaran, serta substansi dari pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayah dampingannya

3. Pengendalian, pendampingan dan peningkatan kapasitas BKM, Pengawas, UPK, KSM, Relawan, pemerintah Kelurahan/ Desa dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayah dampingannya.

4. Menjamin tercapainya tujuan, keluaran, serta substansi dari pelaksanaan kegiatan PPMK di tingkat masyarakat dampingan.

5. Melaksanakan monitoring, supervisi, dan evaluasi program.

6. Melakukan input data SIM tepat waktu dalam pelaksanaan kegiatan PPMK.

7. Memperkuat kapasitas BKM, Pengawas, UPK, KSM, Relawan, pemerintah Kelurahan/ Desa dan masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PPMK di wilayah dampingannya.

8. Membantu dan memfasilitasi BKM, Pengawas, UPK, KSM dalam pengembangan pasar usaha serta jaringan usaha yang lebih luas.

9. Peningkatan Kapasitas KSM dan anggota KSM agar mampu membangun kemampuan dan

implementasi akses modal usaha dari berbagai sumber daya dan mobilisasi tabungan dalam

upaya meningkatkan produk dan produktivitasnya.

10.Melaksanakan pemetaan, analisis, dan pelaporan yang dibutuhkan untuk memperkuat implementasi UPK selaku lembaga keuangan mikro dan KSM selaku wadah pengembangan

sosial ekonomi masyarakat utamanya dalam mendukung pengembangan kegiatan

penghidupan warga miskin sebagai usaha ekonomi produktif dan kreatif di kelurahan sasaran. 11.Tugas-tugas lainnya yang ditetapkan PMU.

4.2 PENGEMBANGAN KAPASITAS

Strategi Pengembangan Kapasitas dalam kegiatan PPMK dimaksudkan untuk memperkuat kapasitas penerima manfaat di lokasi sasaran dan pendamping kegiatan PPMK, yang meliputi pengembangan SDM, penguatan organisasi/ kelembagaan dan sistem.

Fokus orientasinya dititikberatkan pada penguatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan penghidupan masyarakat miskin, pengembangan kelembagaan masyarakat (UPK/ BKM dan KSM), peningkatan kapasitas pemda dan peningkatan kapasitas pendamping. Peningkatan kapasitas bukan hanya melalui pendidikan dan pelatihan bagi individu, akan tetapi juga dilakukan peningkatan kapasitas bagi organisasi.

Pengembangan kapasitas di tingkat masyarakat miskin dan KSM diantaranya berupa pelatihan orientasi PPMK, pelatihan perencanaan dan manajemen usaha, pelatihan keterampilan usaha, pelatihan penguatan dan pengembangan KSM, promosi dan kemitraan usaha serta pendampingan oleh fasilitator, relawan, UPK-BKM dan Pemerintah Daerah.

(32)

Pengembangan kapasitas di tingkat pengelola dan pengawas UPK antara lain kegiatan pelatihan orientasi PPMK, pelatihan pengelolaan keuangan dan analisis usaha, pelatihan penguatan dan pengembangan UPK, kemitraan usaha serta pendampingan oleh fasilitator, BKM, relawan dan Pemerintah Daerah.

Pengembangan kapasitas di tingkat BKM, aparat kelurahan dan relawan antara lain kegiatan pelatihan orientasi PPMK, pelatihan perencanaan dan pengelolaan BKM, pelatihan penguatan dan pengembangan BKM, pendampingan oleh fasilitator, relawan dan aparat pemerintah, Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) dan pertemuan Forum Relawan dan BKM.

Pengembangan kapasitas di tingkat fasilitator dan korkot antara lain kegiatan pelatihan dasar PPMK, pelatihan lanjutan, Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK) serta Komunitas Belajar Perkotaan (KBP).

Pengembangan kapasitas di tingkat konsultan (KMP dan KMW) antara lain kegiatan pelatihan orientasi PPMK, TOT PPMK, Expert Group Meeting (EGM), Komunitas Belajar Internal Konsultan (KBIK), rapat koordinasi dan lokakarya serta monitoring supervisi.

Pengembangan kapasitas di tingkat aparat Pemda diantaranya kegiatan pelatihan aparat dan pemandu Pemda, Komunitas Belajar Perkotaan (KBP), revitalisasi TKPKD dan reorientasi SPKD serta lokakarya dan studi banding/tematik.

4.3. PENGELOLAAN PINJAMAN MODAL USAHA PPMK Oleh UPK-BKM

Pengertian pelayanan pengelolan pinjaman modal usaha di kegiatan PPMK adalah pelayanan khusus kepada KSM-KSM yang berorientasi pada pengembangan penghidupan masyarakat miskin melalui kegiatan ekonomi produktif dan kreatif.

Ketentuan-ketentuan pelaksanaan pengelolan pinjaman modal usaha di kegiatan PPMK,

meliputi antara lain;

4.3.1. Peminjam

Penerima manfaat atau peminjam adalah Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang telah memenuhi kriteria peserta kegiatan PPMK. Adapun jenis-jenis KSM kegiatan PPMK yang dapat dikembangkan sebagai penerima manfaat atau peminjam adalah sebagi berikut;

a. KSM KUBE (Kelompok Usaha Bersama) yaitu kumpulan para peminjam/ wirausahawan yang mempunyai satu usaha dan dikelola secara bersama, dengan kriteria antara lain;

• Kelompok usaha yang beranggotakan antara 5 - 15 orang • Penerima manfaat adalah warga miskin berdasarkan PS-2 • Usaha dikelola bersama diantara anggota KSM

• Fokus usaha adalah ekonomi produktif dan kreatif

• Memenuhi kelayakan usaha 5P (harga, produk, pasar, tempat, promosi) • Membutuhkan tambahan modal (modal kerja dan/ atau investasi) • Mempunyai kemauan dan kemampuan mengembalikan pinjaman

(33)

• Mendapat persetujuan keluarga

• Anggota kelompok tidak diperkenankan satu keluarga dalam 2 tingkatan • Harus disepakati oleh seluruh anggota

• Usahanya tidak termasuk negatif list

b. KSM Sejenis yaitu kumpulan para peminjam/ wirausahawan yang mempunyai usaha sejenis dan/ atau saling terkait dengan kriteria antara lain;

• Kelompok usaha yang beranggotakan antara 5 - 15 orang • Penerima manfaat adalah warga miskin berdasarkan PS-2 • Usaha dikelola bersama diantara anggota KSM

• Fokus usaha adalah ekonomi produktif dan kreatif

• Memenuhi kelayakan usaha 5P (harga, produk, pasar, tempat, promosi) • Membutuhkan tambahan modal (modal kerja dan/ atau investasi) • Mempunyai kemauan dan kemampuan mengembalikan pinjaman

• Mendapat persetujuan keluarga

• Anggota kelompok tidak diperkenankan satu keluarga dalam 2 tingkatan • Harus disepakati oleh seluruh anggota

• Usahanya tidak termasuk negatif list

c. KSM Aneka Usaha yaitu kumpulan para peminjam/ wirausahawan yang mempunyai usaha

beraneka ragam dalam satu kelompok dengan kriteria antara lain;

• Kelompok yang beranggotakan minimal 5 – 15 orang • Penerima manfaat adalah warga miskin berdasarkan PS-2 • Usaha dikelola oleh masing-masing anggota KSM

• Fokus usaha yang dikelola beraneka ragam diantara anggota KSM • Fokus usaha adalah ekonomi produktif dan kreatif

• Memenuhi kelayakan usaha 5P (harga, produk, pasar, tempat, promosi • Membutuhkan tambahan modal (modal kerja dan/ atau investasi) • Mempunyai kemauan dan kemampuan mengembalikan pinjaman

• Mendapat persetujuan keluarga

• Anggota kelompok tidak diperkenankan satu keluarga dalam 2 tingkatan • Harus disepakati oleh seluruh anggota

• Usahanya tidak termasuk negatif list

Dari 3 (tiga) jenis pengembangan KSM di atas, prioritas yang diutamakan untuk difasilitasi BLM PPMK adalah KSM KUBE dan KSM sejenis.

4.3.2. Tabungan

Tabungan merupakan salah satu kegiatan ekonomi KSM maupun UPK dalam rangka memperkuat modal sendiri menuju keberlanjutan dan kesejahteraan masyarakat maupun lembaga. Tabungan

juga menjadi salah satu bagian skim yang dikembangkan dalam pengelolaan dana pinjaman

bergulir. Adapun besaran tabungan KSM dalam skim PPMK ditentukan sebesar 15% dari besaran dana pinjaman bergulir yang akan diterima KSM.

(34)

KSM wajib membuka rekening bank dan tabungan anggota KSM dapat dititipkan ke pengurus KSM/ UPK atau di Bank.

Selanjutnya jenis tabungan KSM yang dikembangkan dalam skim PPMK, antara lain;

a. Tabungan Visi adalah tabungan yang disimpan pada saat anggota KSM mulai bergabung dalam suatu kelompok.

b. Tabungan Wajib adalah tabungan yang wajib disimpan secara rutin oleh anggota KSM

c. Tabungan Sukarela adalah tabungan yang disimpan secara sukarela oleh anggota KSM

d. Tabungan Pendidikan, Hari Raya, dll

Dari berbagai jenis tabungan di atas, maka jenis tabungan yang harus ada minimal tabungan visi dan tabungan wajib, sedangkan tabungan sukarela, pendidikan, hari raya dll disarankan tetap ada. Adapun besaran tabungan dan mekanismenya dapat disepakati diantara anggota KSM masing - masing.

4.3.3. Besar Pinjaman/ Pembiayaan

Mempertimbangkan keterbatasan dana BLM PPMK, UPK dalam memberikan pelayanan dana pinjaman bergulir PPMK adalah sesuai dengan kelayakan proposal yang diajukan KSM dengan ketentuan maksimum Rp 30.000.000,- untuk setiap KSM dan maksimum Rp 5.000.000,- untuk setiap anggota KSM.

4.3.4. Jasa Pinjaman

Guna mendorong pertumbuhan KSM di kegiatan PPMK, maka penerapan jasa pinjaman PPMK sebaiknya dipertimbangkan berdasarkan insentif yang diberikan kepada KSM oleh UPK serta memperhitungkan tingkat kesehatan UPK. Adapun jasa pinjaman PPMK sebesar 1% - 3% perbulan dihitung dari pokok pinjaman mula-mula (besar pinjaman yang diterima).

Penentuan besaran jasa BLM PPMK berdasarkan musyawarah BKM/ LKM dengan masyarakat sedangkan UPK melaksanakan kebijakan/ keputusan yang sudah disepakati bersama akan tetapi agar besaran jasa yang ditentukan tidak salah perhitungan, maka Pengawas dan UPK dapat memberikan masukan kepada BKM/ LKM serta masyarakat, dengan harapan agar jasa pinjaman yang ditetapkan minimal harus dapat meningkatkan penghidupan KSM dan UPK mampu menutup semua biayanya seperti biaya dana (kalau ada), biaya operasional UPK, biaya resiko pinjaman, memelihara nilai modal awal (inflasi), serta tingkat keuntungan tertentu yang dapat digunakan untuk : Pemupukan modal, BOP BKM/ LKM, Dana Lingkungan dan Dana Sosial dll.

Contoh : Perhitungan untuk menentukan besarnya jasa pinjaman • Insentif KSM 0,5% per tahun • Biaya dana (= suku bunga simpanan) 0% per tahun • Biaya operasional UPK 5,5% per tahun

(35)

• Biaya resiko pinjaman macet 5% per tahun

• Keuntungan yang diharapkan 10% per tahun

Jumlah 21% per tahun

Agar bisa menutup biaya-biaya yang mencapai 21% tersebut, maka jasa pinjaman harus ditentukan minimal sebesar 24% setahun atau 2 % perbulan dihitung dari pokok pinjaman mula-mula. Mengingat dalam pembayarannya kemungkinan akan terjadi tunggakan misalnya 10%, maka jasa 24% tersebut hanya akan diterima riil sebesar 90% x 24 % = 21,6%.

Semakin kecil tingkat jasa pinjaman dan semakin besar tunggakan, akan semakin kecil jasa riil yang diperoleh UPK. Dampaknya adalah tingkat keuntungan akan semakin kecil, dan akumulasi/ pemupukan modal semakin kecil. Apabila keuntungan yang diperoleh negatif, berarti terjadi dekapitalisasi atau pengurangan modal awal (dana BLM) yang lama kelamaan akan habis, yang berarti kegiatan pelayanan UPK tidak bisa berkelanjutan (sustainable). Demikian sebaliknya Untuk itu senantiasa relawan, UPK, Pengawas, LKM bersama fasilitator melakukan dampingan secara intensif kepada para KSM dalam kegiatan PPMK, baik dari sisi organisasi, usaha, administrasi, pembukuan dsb agar para KSM yang menjadi sasaran dalam kegiatan PPMK tumbuh dan berkembang secara berkelanjutan.

Penentuan besar dan perlakuan jasa pinjaman dalam pengelolaan dana PPMK dapat menggunakan 3 cara, yaitu berdasarkan Jasa Pinjaman Tetap (Flat), Jasa Pinjaman Menurun (Efektif), dan Jasa Pinjaman Annuitas (Tahunan).

Khusus bagi UPK yang akan menerapkan pinjaman menurun (efektif) maka perlu dipastikan kinerja UPK Tanpa PAR (Portfolio at Risk) masuk kategori “Sangat Baik” selama 6 bulan berturut-turut serta sudah teruji kemampuan dan keterampilannya dalam pembukuan.

4.3.5. Jangka Waktu Pinjaman dan Frekuensi Pinjaman

Jangka waktu pinjaman KSM disesuaikan dengan kondisi usaha peminjam berdasarkan kelayakan usaha dan kemampuan membayar kembali. Jangka waktu pinjaman maksimal 2 tahun. Dengan jangka waktu tersebut diharapkan proses pembelajaran kepada KSM dalam kegiatan PPMK dapat tercapai. Adapun frekuensi pinjaman masing-masing peminjam ditetapkan oleh UPK/ BKM dengan mempertimbangkan perkembangan usaha KSM dan keberlanjutan perguliran dana BLM PPMK. Untuk selanjutnya diharapkan KSM bisa menjalin kemitraan dengan pihak lain atau dengan Lembaga Keuangan lain. Disamping itu BKM/ LKM diharapkan memfasilitasi KSM dengan mengupayakan channelling atau mencarikan pinjaman/ pembiayaan ke Lembaga Keuangan lainnya.

4.3.6. Angsuran Pinjaman

Angsuran pinjaman KSM dapat dilakukan berdasarkan perputaran dan kemampuan usaha KSM, yaitu pembayaran angsurannya dengan cara harian, mingguan, bulanan, atau musiman seperti peternakan, perikanan, pertanian, perkebunan dsb. Meskipun pembayaran angsuran pinjaman juga diperkenankan musiman namun penggunaan dana BLM PPMK tersebut maksimal sebesar 50% dari modal awal dengan tujuan agar kebutuhan KSM terlayani dalam meningkatkan penghidupannya dan UPK tetap hidup sehat/survive. Apabila terjadi jumlah pembayaran

(36)

pinjaman yang tidak mencukupi untuk membayar keseluruhan jumlah angsuran pokok dan jasa, maka prioritas pembayaran dilakukan menurut urutannya: jasa pinjaman, pokok pinjaman yang tertunggak, baru untuk pokok saat pembayaran.

4.4. MONITORING DAN EVALUASI

4.4.1. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi PPMK

Monitoring dan evaluasi merupakan bagian penting dalam suatu manajemen penyelenggaraan program. Monitoring pada dasarnya adalah upaya untuk menjamin agar seluruh kegiatan dapat terlaksana sesuai rencana, strategi dan metodologi yang telah ditetapkan sehingga akan menghasilkan kinerja, output dan outcome yang diharapkan. Sedangkan evaluasi secara prinsip adalah mengukur tingkat keberhasilan yang dicapai berdasarkan ketentuan indikator kinerja yang telah ditetapkan.

Untuk itu pelaksanaan monitoring kegiatan PPMK dilakukan oleh seluruh pelaku sesuai dengan fungsi dan tugas masing-masing, yaitu:

• Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah (Provinsi dan kota/kabupaten)

• Konsultan, baik di tingkat Pusat oleh KMP, tingkat KMW, Korkot, Askot, sampai fasilitator • Kelompok Peduli di tingkat Provinsi maupun Kota/ Kabupaten

• Lembaga Donor,dan • Masyarakat.

4.4.2. Monitoring Pelaksanaan Kegiatan PPMK

Dalam rangka menjamin kualitas mutu pelaksanaan program PPMK ini prinsip utama yang harus dipegang adalah monitoring harus dilaksanakan secara rutin dan terintegrasi bersama dengan seluruh pelaku sesuai dengan tugas pokok fungsi masing-masing. Monitoring dilakukan berdasarkan tahapan sebagai berikut :

1. Monitoring Tahap Persiapan Program

Dilaksanakan untuk memastikan bahwa seluruh langkah-langkah persiapan telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman PPMK. Monitoring pada tahap persiapan kegiatan PPMK dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut:

a. Proses seleksi ditingkat Kelurahan sampai dengan penetapan lokasi di tingkat Pusat b. Sosialisasi

• Penyiapan pedoman, POB dll.

• Diseminasi seluruh perangkat aturan dan kebijakan, pedoman, manual, POB dan instrumen kepada pelaku terkait.

2.Monitoring Tahap Perencanaan

(37)

sesuai dengan pedoman PPMK. Monitoring pada tahap perencanaan di kegiatan PPMK dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut :

a. Pelatihan Orientasi dan Perencanaan PPMK bagi KSM, BKM, Pengawas, UPK, Relawan, Perangkat Kelurahan, dll (TOR, pedoman, modul, peserta dsb).

b. Pendampingan KSM dalam penyusunan proposal usaha. c. Penilaian kelayakan proposal KSM oleh UPK-BKM.

3. Monitoring Tahap Pencairan dan Pemanfaatan BLM

Dilaksanakan untuk memastikan bahwa seluruh langkah-langkah pada tahapan pencairan dan pemanfaatan BLM sesuai dengan pedoman PPMK. Monitoring pada tahap pencairan dan pemanfaatan BLM di kegiatan PPMK dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut :

a. Pencairan dana BLM PPMK ke Rek BKM. b. Akad Kredit UPK-BKM dengan KSM.

4. Monitoring Tahap Penguatan dan Pengembangan

Dilaksanakan untuk memastikan bahwa seluruh langkah-langkah pada tahapan penguatan dan pengembangan sesuai dengan pedoman PPMK. Monitoring pada tahap penguatan dan pengembangan di kegiatan PPMK dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut :

a. Pelatihan dan Pendampingan KSM dan UPK-BKM. b. Pengembangan keberlanjutan KSM dan UPK-BKM.

4.4.3. Monitoring Capaian Indikator Dampak dan Hasil Kegiatan PPMK

Monitoring yang dilakukan secara berkala dalam rangka mengidentifikasi perkembangan capaian indikator dampak dan hasil dari kegiatan PPMK. Monitoring dilakukan berdasarkan data-data SIM, laporan KMW atau sumber data sekunder lainnya.

4.4.4. Monitoring Lainnya

Monitoring lainnya dilakukan untuk mengetahui perkembangan yang terkait dengan rencana, jadwal, personil, strategi dan metodologi pada setiap tahapan yang telah ditetapkan. Hal ini dilakukan guna menjamin terwujudnya kinerja penyelenggaraan program yang baik. Monitoring pada setiap tahapan PPMK diharapkan dapat menghasilkan antara lain:

1. Dapat diketahuinya apakah kebijakan, konsep, indikator di PPMK dalam pelaksanaannya sesuai di lapangan.

2. Kendala dan permasalahan yang mungkin timbul selama pelaksanaan program.

3.Tindakan-tindakan korektif yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan.

Monitoring pelaku dan stakeholder lainnya untuk mengidentifikasi kinerja pelaku maupun

stakeholders lain dalam pelaksanaan kegiatan PPMK.

4.4.5. Mekanisme Evaluasi

(38)

pelaksanaan kegiatan PPMK. Instrumen evaluasi disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk dilakukan secara individual maupun secara kolektif. Instrumen evaluasi disusun oleh KMP melalui proses need assesment dengan mempertimbangkan indikator output dan outcome Program PPMK.

Hasil evaluasi selanjutnya akan dibahas oleh seluruh pelaku dalam suatu rapat koordinasi sebagai bahan dasar untuk melakukan tindakan korektif, perbaikan percepatan atau perubahan strategi dan langkah-langkah yang dianggap perlu untuk dilakukan.

V. PENUTUP

Pedoman Teknis ini diterbitkan sebagai panduan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam berpartisipasi mensukseskan program Peningkatan Penghidupan Masyarakat Berbasis Komunitas (PPMK) PNPM Mandiri Perkotaan.

(39)
(40)
(41)

LAMPIRAN I

Tabel Indikator Capaian Hasil Kegiatan PPMK

Tujuan

Indikator Dampak

Kegunaan dari Informasi

Dampak

Menguatkan “kelembagaan

dan kegiatan usaha

KSM” secara mandiri dan

berkesinambungan yang berorientasi pada peningkatan penghidupan masyarakat miskin (sustainable livelihood)

a. Minimal 80% warga

miskin di lokasi kegiatan

mengetahui informasi kegiatan PPMK

b. Minimal 30% warga miskin (PS-2) di lokasi kegiatan PPMK dapat mengakses

dana keuangan mikro untuk

kegiatan PPMK

c. Penurunan jumlah warga miskin (PS-2) minimal 10% di 70% kelurahan sasaran kegiatan PPMK.

d. Volume perdagangan di

lokasi program meningkat

10%

e. Tenaga kerja terampil dan kegiatan usaha produktif meningkat 10%

Menetapkan apakah kegiatan

PPMK memberikan dampak

secara umum pada perbaikan ekonomi dan penghidupan

masyarakat miskin. Diukur 2

tahun setelah pelaksanaan

PPMK di kelurahan tersebut.

1 tahun setelah program

selesai

2 tahun setelah program

selesai

Keluaran

Indikator Hasil

Kegunaan Pemantauan

Hasil

1.Meningkatnya jumlah KSM

yang dapat melaksanakan kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat berorientasi tridaya

a. Minimal terdapat 5 KSM

yang mengusulkan kegiatan pengembangan kapasitas

terkait PPMK

b. Minimal terdapat 5 KSM di setiap kelurahan peserta yang melaksanakan

pe-ngembangan kapasitas

mengenai PPMK

c. Minimal terdapat 5 proposal kegiatan KSM

untuk pengajuan kegiatan

PPMK d. Maksimal 5 proposal kegiatan KSM disetujui untuk melaksanakan kegiatan PPMK e. Minimal 90% KSM

penerima keuangan mikro

PPMK dapat melaksanakan

kegiatan sesuai proposal

• 1 tahun setelah KSM melaksanakan kegiatan • Menetapkan apakah kemanfaatan kegiatan PPMK terhadap KSM-KSM berkelanjutan

(42)

Keluaran

Indikator Hasil

Kegunaan

Pemantauan Hasil

2. M e n i n g k a t n y a jumlah KSM yang

dapat meng akses serta bekerjasama dengan berbagai pihak dalam berbagai program tridaya untuk p e n i n g k a t a n p e n g h i d u p a n masyarakat

a. Minimal terdapat 50% KSM di setiap

kelurahan peserta yang melaksanakan kerjasama pengembangan kapasitas dalam kegiatan usaha

b. Minimal terdapat 50% KSM di setiap

kelurahan mampu mengakses program

pengembangan usaha dengan pihak lain.

• Menilai akses dan

keberlanjutan KSM peserta kegiatan PPMK dalam pengembangan usaha 3. M e n i n g k a t n y a jumlah warga miskin peserta kegiatan PPMK

a. Minimal 50% warga miskin yang terdaftar di PS-2 menjadi anggota KSM-KSM yang melaksanakan kegiatan PPMK b. Minimal 50% tingkat kehadiran warga miskin yang menjadi anggota KSM dalam pertemuan-pertemuan perencanaan dan pengambilan keputusan di KSM c. Minimal 30% pengurus KSM peserta

kegiatan PPMK adalah warga miskin yang terdaftar di PS-2

d. Minimal 30% pengurus KSM peserta kegiatan PPMK adalah kaum perempuan e. Minimal 50% warga miskin yang

menjadi anggota KSM peserta kegiatan

memperoleh kredit mikro kegiatan

PPMK

f. Minimal 30% anggota KSM penerima manfaat program PPMK adalah kaum

perempuan

g. Minimal 30% warga miskin meningkat pendapatanya di minimal 70% KSM peserta kegiatan PPMK.

h. Minimal 10% warga miskin yang menjadi anggota KSM di 70% kelurahan sasaran kegiatan PPMK telah keluar dari data PS-2 setelah 2 tahun mengikuti kegiatan PPMK

i. Minimal 70% anggota KSM memiliki

tabungan

• Menilai akses dan

manfaat masyarakat miskin dalam KSM peserta kegiatan PPMK • Menilai dampak k e s e j a h t e r a a n masyarakat miskin dalam KSM peserta kegiatan PPMK

(43)

LAMPIRAN II

Tabel Output Dari Setiap Komponen Program

Komponen

Pelaku

Jenis Kegiatan

Output

Pemberdayaan Masyarakat • Konsultan • Fasilitator • BKM • Relawan • Sosialisasi • Pendampingan tinjauan partisipatif. • Penguatan kapasitas kelembagaan • Penguatan keterampilan usaha • Teridentifikasi KSM Calon Peserta • Teridentifikasi Jenis Usaha KSM • Teridentifikasi lembaga diklat,

pasar dan asosiasi usaha • Meningkatnya jumlah anggota BKM yang dilatih • Meningkatnya jumlah pengelola

UPK yang dilatih dan

didampingi

• Meningkatnya

jumlah anggota KSM

yang didampingi dan

dilatih • Tersusunnya

Proposal KSM yang

layak didanai

Bantuan Langsung

Masyarakat • KSM Usaha ekonomi produktif dan kreatif

• Cairnya dana BLM PPMK dalam 2 tahap (60% dan 40%) • Tersalurkannya BLM ke KSM

Bantuan Teknis • Team Faskel • Korkot • Konsultan • K e l o m p o k peduli Pendampingan dan Pelatihan • Meningkatnya jumlah tim pendamping yang dilatih. • Teridentifkasinya kelompok peduli dan perannya dalam mendukung pengembangan usaha KSM

(44)

LAMPIRAN III

Tabel Sasaran, Tujuan dan Kegiatan Pengembangan Kapasitas

No

Sasaran

Peningkatan

kapasitas

Tujuan

Kegiatan

1 KSM • M e n i n g k a t n y a pengetahuan pengelolaan

pelayanan UPK yang

berhubungan dengan peningkatan usaha ekonomi

produktif dan kreatif

• Meningkatnya keterampilan dan kecakapan dalam

pengelolaan pelayanan UPK

yang berhubungan dengan

usaha ekonomi produktif dan kreatif

1.Pelatihan orientasi PPMK

a.Konsep dan implementasi PPMK.

b.Pemetaan kelembagaan dan usaha KSM (self assessment)

2.Pelatihan perencanaan usaha PPMK

a.Manajemen usaha (pem-bukuan usaha, kelayakan usaha, perencanaan usaha, produksi, pemasaran, dll) b.Teknis penyusunan proposal

usaha.

c.Organisasi kelompok (AD/ ART, struktur kepengurusan,

administrasi kelompok dll)

3. Pelatihan Keterampilan Khusus

(vocational and on the job training).

4.Pelatihan Penguatan dan Pengembangan KSM

a.Jaringan usaha b.Kemitraan

c.Pengembangan KSM

ber-kelanjutan

5. Pendampingan oleh fasilitator, relawan, UPK/ Pengawas/ BKM, aparat pemerintah.

6. Komunitas Belajar Kelurahan (KBK)

2 Pengelola dan

Pengawas UPK • Terwujudnya perilaku dalam pengelolaan perubahan

pelayanan untuk mening-katkan penghidupan ma-syarakat miskin.

1.Pelatihan orientasi PPMK

a.Konsep dan implementasi PPMK.

b.Pemetaan kelembagaan dan usaha UPK (self assessment)

Gambar

Gambar  1.2  Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Penghidupan    3 Gambar  2.1  Pemberdayaan Masyarakat dalam kerangka
Gambar 1.1. Proses Transformasi Sosial Melalui Intervensi  PNPM Mandiri Perkotaan
Gambar 1.2. Prinsip Dasar Pengelolaan Sumber Penghidupan
Gambar 2.1. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Kerangka Memperkuat  Siklus Program di Tingkat Masyarakat
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di SMAS Taman Mulia Sungai Raya, penggunaan metode mengajar guru pada mata pelajaran sosiologi masih

1) Konflik dalam diri individu yaitu setiap individu mempunyai keinginan, cita- cita dan harapan, namun tidak semua keinginan dan harapan dapat dipenuhi sehingga menimbulkan

[r]

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Hak Bebas Royalti Non Eksklusif

“Implikasi hukum lelang hak tanggungan tanpa melalui restrukturisasi kredit bahwa Restrukturisasi kredit didasarkan atas Pera- turan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/

Simbol atau gambar – gambar kecil yang terdapat pada desktop yang digunakan sebagai jalan pintas (ShortCut) untuk menjalankan sebuah program aplikasi

Mengambil seluruh tindakan legislatif, administratif dan tindakan lain yang penting untuk menjamin akses yang adil, tanpa diskriminasi berdasarkan orientasi seksual atau

Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) secar parsial exterior, general interior, store layout, dan interior display berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen pada Toserba