• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Bulango Selatan, SDN 6 Bulango Selatan terletak di Jalan Irigasi Lamayo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Bulango Selatan, SDN 6 Bulango Selatan terletak di Jalan Irigasi Lamayo"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

37 1.1 Deskripsi Hasil Penelitian

1.1.1 Hasil Pengamatan Observasi

SDN 6 Bulango Selatan merupakan salah satu sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Bulango Selatan, SDN 6 Bulango Selatan terletak di Jalan Irigasi Lamayo Tapa Desa Mekar Jaya yang merupakan pemekaran dari Desa Huntu Barat Kecamatan Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Penelitian yang dilakukan yaitu tentang penerapan model STAD dalam menceritakan kembali isi cerita pada siswa kelas V SDN 6 Bulango Selatan kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango.

Penelitian ini dilakukan pada hari senin tanggal 20 Mei 2013. Peneliti mengamati guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Guru memberikan materi tentang menceritakan kembali isi cerita pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif type STAD. Nampak siswa memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru, mereka mengikuti proses pembelajaran dengan baik namun ada beberapa siswa yang hanya bermain saja, tidak mau memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Jika guru bertanya kepada siswa tentang materi menceritakan kembali isi cerita ada beberapa terlihat masih pasif,

(2)

sebagian mau menjawab dan ada pula yang hanya diam mendengarkan apa yang ditanyakan oleh guru.

Guru memberikan contoh kepada siswa tentang bagaimana cara menceritakan kembali isi cerita, mulai dari bagaimana menceritakan kembali isi cerita secara runtut, bercerita secara lancar, bagaimana ekspresi wajah pada saat menceritakan kembali isi cerita, melafalkan kata atau kalimat secara tepat, bagaimana intonasi saat bercerita. Setelah memberikan contoh kepada siswa, guru membentuk siswa dalam kelompok STAD yaitu kelompok yang terdiri dari 4 orang, campuran menurut jenis kelamin, prestasi. Guru membagikan lembar cerita kepada tiap-tiap kelompok dan pada tiap kelompok terebut setiap siswa mendapatkan satu persatu.

Pada saat proses pembelajaran terlihat siwa sangat antusias dengan pelajaran menceritakan kembali isi cerita dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif type STAD. Selanjutnya guru memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk menbaca cerita yang diberikan. Namun peneliti melihat bahwa sebagian besar siswa sangat serius untuk membaca cerita tetapi ada beberapa siswa yang hanya sibuk bermain, tidak mau membaca tugas yang diberikan oleh guru.

Beberapa menit kemudian guru menunjuk siswa satu-persatu yang ada dalam tiap kelompok untuk maju kedepan menceritakan kembali isi cerita. Seteleh semua siswa sudah meceritakan kembali isi cerita peneliti melihat bahwa sebagian besar siswa sudah bisa menceritakan kembali isi cerita dengan baik, mereka sudah bisa menceritakan

(3)

kembali isi cerita secara runtut, isi cerita yang mereka ceritakan kembali sebagian besar sudah sesuai dengan isi cerita yang ada.

Peneliti melihat bahwa masalah yang ada pada saat siswa menceritakan kembali isi cerita mereka hanya sekedar membaca saja tanpa mau memperhatikan intonasinya, ekspresi wajah pada saat bercerita, penggunaan pilihan kata yang masih kurang tepat. Peneliti mengamati pada saat tampil di depan kelas mereka hanya sekedar maju saja yang penting pada saat guru memberikan tugas untuk menceritakan kembali isi cerita di depan kelas mereka sudah tampil. Mereka belum memahami bahwa pada saat menceritakan kembali isi cerita itu bukan hanya isi ceritanya yang sesuai, bercerita secara runtut tetapi hal-hal peting lainya seperti intinasi, gerakan, dan ekspresi pada saat bercerita juga sangat penting.

Untuk melengkapi penelitian ini agar lebih jelas maka peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa dan guru kelas V. Wawancara pertama dilakukan dengan siswa kelas V, dari hasil wawancara diperoleh hasil bahwa sebagian besar dari mereka menyukai pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menceritakan kembali isi cerita, mereka juga senang dengan model pembelajaran kooperatif type STAD yang diberikan oleh guru. Mereka mengatakan bahwa menceritakan kembali isi cerita itu menyenangkan apalagi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif type STAD. Setelah dilakukan penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD sebagian besar siswa semakin antusias untuk belajar Bahasa Indonesia khususnya pada materi menceritakan kembali isi cerita, walaupun menyenangkan,namun mereka juga

(4)

masih mendapatkan kesulitan untuk menceritakan kembali isi cerita. Kesulitan yang mereka alami yaitu mereka belum bisah menyesuaikan intonasi pada saat bercerita, dan ekspresi wajahpun belum sesuai dengan isi cerita yang mereka bacakan. Selain itu penggunaan pilihan kata banyak yang masih kurang tepat.

Selanjutnya pada wawancara kedua peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas V yang berinisial N. S. Beliau mengatakan bahwa siswa senang dengan pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada materi menceritakan kembali isi cerita. Terlebih dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD pada saat pembelajaran siswa terlihat bersemangat karena dalam model pembelajaran kooperatif type STAD mereka diajarkan untuk bekerja kelompok, dan dalam kelompok itu harus saling membantu. Bila dalam kelompok tersebut ada yang belum mengerti tentang materi mereka saling bertanya kepada teman sekelompok yang sudah mengerti. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD pada materi menceritakan kembali isi cerita masih bervariasi. Ada yang sudah bisa, kurang bisa dan ada juga yang belum bisa.

Dengan adanya penelitian ini, peneliti dapat mengumpulkan data seakurat mungkin tentang penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD dalam menceritakan kembali isi cerita pada siswa kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Selain itu peneliti juga dapat mengetahui apa saja yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD dalam menceritakan kembali isi cerita.

(5)

1.1.2 Hasil Temuan Penelitian 1.1.2.1 Temuan Umum

Secara umum peneliti dapat menggambarkan penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD dalam menceritakan kembali isi cerita bahwa guru sudah bisa menerapkan model pembelajaran kooperatif type STAD dengan baik, membagi siswa kedalam kelompok secara heterogen yaitu campuran menurut prestasi, jenis kelamin dan suku. Olehnya dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif type STAD guru sudah bisa menguasai kelas dan sebagian besar siswa senang dengan penerepan model pembelajaran kooperatif type STAD.

Dalam proses pembelajaran terutama pada materi menceritakan kembali isi cerita, dalam kelompok STAD mereka bisa saling bertukar pendapat dengan teman. Dalam kelompok tersebut proses interaksi dengan teman akan lebih muda, mereka bisa saling membantu, setiap siswa yang sudah mengerti memberikan penjelasan atau memberitahu kepada siswa yang belum mengerti dalam kelompok STAD tersebut.

Selain itu ada beberapa kelebihan dan kekurangan juga dalam penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD. Yang pertama yaitu kelebihan dari model pembelajaran kooperatif type STAD, kelebihan-kelebihan model pembelajaran kooperatif type STAD yaitu : Dalam sebuah kelompok tersebut bisa melatih siswa untuk berbicara, dalam kelompok siswa juga bisa saling bekerjasama untuk memecahkan masalah, dan dengan kerja kelompok juga bisa menghindari kemungkinan siswa yang lain mendapatkan nilai rendah. Disamping mempunyai kelebihan, dalam penerapan

(6)

model pembelajaran kooperatif type STAD juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu : siswa dalam kelompok ada pula yang hanya bercerita, ribut dan tidak mau memperhatikan penjelasan guru, siswa yang berprestasi rendah akan lebih santai karena ia berharap ada kelompok yang akan mengerjakan tugas,( lihat lampiran 2 dan lampiran 7 )

1.1.3 Temuan Khusus

Pada penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengamat yang meneliti bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD dalam menceritakan kembali isi cerita di kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari beberapa prosedur pengumpulan data ada beberapa hal yang dilakukan guru dalam rangka menerapkan model pembelajaran kooperatif type STAD dalam menceritakan kembali isi cerita. ( lihat lampiran 3, 4, 5, dan 6 )

A. Hasil Wawancara Dan Angket

Dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, menurut Ibu N.S“ Saya memberikan model pembelajaran untuk menambah semangat siswa dalam belajar , serta memberikan arahan kepada semua siswa apabila menggalami kesulitan dalam proses pembelajaran,” (Wawancara, 20 Mei 2013). Sesuai dengan hasil angket yang diperoleh dari siswa bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung tidak setiap hari guru menerapkan model dalam pembelajaran guru hanya kadang-kadang menggunakan

(7)

model dalam proses pembelajaran. Guru juga memberikan solusi kepada siswa apabila mengalami kesulitan pada proses pembelajaran meski tidak semua siswa berani bertanya kepada guru apabila mengalami kesulitan, dan jika pada saat pembelajaran guru mererapkan model siswa mendapatkan kemudahan dalam proses belajar. (Angket: 1, 2, 3 dan 8)

Sementara perannya sebagai pengelola kelas menurut Ibu N.S “ saya sebagai wali kelas selalu berupaya untuk memberikan serta mengajarkan yang terbaik kepada siswa agar mengerti dan memahami materi pelajaran khususnya tentang bagaimana cara menceritakan kembali isi cerita dengan baik” (Wawancara, 20 Mei 2013). Sesuai dengan hasil angket siswa bahwa pada saat proses pembelajaran berlangsung tidak semua siswa memusatkan perhatiannya pada materi pelajaran yang diberikan oleh guru sebagian siswa hanya sibuk bercerita dan bermain makanya pada saat mengevaluasi tidak semua siswa bisa memahami materi yang disampaikan. (Angket : 5 dan 9)

Peran sebagai motivator menurut Ibu N.S “ sebelum pelajaran dimulai saya meransang pemahaman siswa dengan memberikan apersespsi serta menanyakan kepada siswa tentang materi yang diajarkan sebelumnya” (Wawancara, 20 Mei 2013). Sesuai dengan hasil angket yang diperoleh bahwa sebelum memulai pelajaran guru memberikan ransangan pemahaman awal sehubungan dengan materi yang disajikan, serta memberiksn kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi yang belum dimengerti dan cara guru menyajikan materi menceritakan kembali isi cerita sudah mulai bisa membangkitkan motifasi belajar untuk siswa. (Angket: 6, 10, dan 12)

(8)

Dalam perannya sebagai demonstrator menurut Ibu N.S “ siswa antusias dan senag pada saat guru menerapkan model pembelajaran kooperatif type STAD dan guru memberikan contoh tentang bagaimana cara memceritakan kembali isi cerita yang benar” (Wawancara, 20 Mei 2013). Pada hasil angket guru menggunakan buku cetak pada proses pembelajaran, dan siswa senang dengan materi menceritakan kembali isi cerita namun masih ada beberapa siswa yang belum terlalu paham dan masih mengalami kesulitan pada saat menceritakan kembali isi cerita, itu dikarenakan karenah sebagian besar siswa belum paham tentang bagaimana cara menceritakan kembali isi cerita dengan baik dan benar. (Angket: 7, 14, 15 ).

Sebagai inisiator menurut ibu N.S “ Saya membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar dengan memberikan arahan kepada siswa, mendekati mereka serta memotifasinya terutama bagi siswa yang mempunyai kesulitan belajar” (Wawancara, 20 Mei 2013). Masih dengan peran sebagai inisiator menurut Ibu Novi “ setelah pembelajaran selasai saya memberikan evaluasi kepada mereka dan memberikan pekerjaan rumah agar mereka bisah belajar di rumah”

Hasil wawancara tentang guru sebagai inisiator sesuai dengan hasil angket yang menyatakan bahwa selesai memberikan materi guru memberikan evaluasi kepada siswa, serta sesuai hasil angket yang ada bahwa guru selalu memberikan solusi kepada siswa jika mengalami kesulitan, dan guru juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti, baik bertanya kepada guru atau kepada sesama teman.(Angket : 4, 8, 11, dan 12).

(9)

Peran sebagai fasilitator dalam hal ini penggunaan model dalam pembelajaran menurut Ibu N.S “ pada proses pembelajaran saya menggunakan model namun tidak setiap hari hanya disesuaikan dengan materi pelajaran yang ada ” (Wawancara, 20 Mei 2013). Pada hasil angket bahwa pada materi menceritakan kembali isi cerita guru biasanya tidak selalu menggunakan model pembelajaran. (Angket: 2).

Peneliti telah menemukan gambaran secara khusus bahwa guru telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjalankan perannya sebagai guru. Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif type STAD untuk membantu siswa dalam memaksimalkan pemahamannya tentang materi menceritakan kembali isi cerita di kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan kabupaten Bone Bolango.

Selanjutnya pada kegiatan penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD yang dilakukan oleh guru peneliti melihat bahwa semua langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif type STAD guru lakukan semua dengan baik, mulai dari membentuk kelompok yang anggotanya sampai dengan 4 orang secara heterogen, kemudian menjelaskan materi, setelah itu guru memberikan tugas kepada tiap kelompok, untuk menguji kemampuan individu guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa, selanjutnya memberikan evaluasi dan kesimpulan. ( tabel kegiatan ada pada lampiran 7 ).

Pada hasil observasi siswa menceritakan kembali isi cerita akan dipaparkan satu persatu mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD dalam menceritakan kembali isi cerita pada siswa kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kecamatan

(10)

Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango, ( tabel kegiatan ada pada lampiran 1) yaitu sebagai berikut:

B. Hasil Observasi Kegiatan Siswa

1. A. Y. Pada penelitian ini ia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita, peneliti mengamati bahwa isi cerita yang diceritakan kembali sudah sesuai, dia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita secara runtut, namun pada saat bercerita ia terlihat masih ragu-ragu, ekspresi wajah pada saat bercerita, kata/kalimat yang dilafalkan, dan intonasi pada saat bercerita sudah terlihat cukup baik walaupun masih ada sedikit yang kurang dan penggunaan pilihan kata yang tepat sudah cukup baik. Dari semua aspek yang sudah diuraikan diatas ia tergolong siswa yang baik sehingga mendapatkan nilai 79. Dan merupakan siswa yang bisa menceritakan kembali isi cerita

2. A. I. M. Pada penelitian ini ia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa isi cerita yang diceritakan kembali sudah sesuai, dalam menceritakan kembali isi cerita secara runtut ia tergolong baik karena cara dia bercerita sudah mulai sesuai dengan isi cerita , namun dia terlihat masih ragu-ragu, ekspresi wajah pada saat bercerita, kata/kalimat yang dilafalkan, intonasi, dan penggunaan pilihan kata yang tepat sudah cukup baik. Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong siswa yang baik sehingga mendapatkan nilai 79. Dan merupakan siswa yang bisa menceritakan kembali isi cerita

(11)

3. A.G. Pada penelitian ini ia masih kurang bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa isi cerita yang diceritakan kembali masih tergolong cukup baik, karena dia belum bisa menceritakan kembali isi cerita secara runtut, pada saat tampil di depan kelas dia kelihatan masih agak gugup, pada saat bercerita ia terlihat masih ragu-ragu, ekspresi wajahnya pada saat bercerita belum sesuai dengan isi cerita, namun kata/kalimat yang dia dilafalkan sudah cukup baik, intonasi pada saat bercerita dan penggunaan pilihan kata yang tepat sudah cukup baik. Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong siswa yang kurang bisa sehingga mendapatkan nilai 66. Dan merupakan siswa yang kurang bisa menceritakan kembali isi cerita

4. A. M. Pada penelitian ini ia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa isi cerita yang diceritakan kembali sudah sesuai dengan isi cerita yang ada, pada saat menceritakan kembali isi cerita dia bercerita secara runtut. Cara ia berceritapun sudah tergolong baik karena pada saat tampil didepan kelas ia terlihat sudah cukup percaya diri terlihat ekspresi wajah pada saat bercerita sudah agak sesuai dengan isi cerita yang ada. Cara dia melafalkan kata/kalimat sudah baik, dia sudah bisa menyesuaikan intonasi sesuai dengan isi cerita, dan penggunaan pilihan kata yang dia ucapkan sudah cukup baik. Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong siswa yang baik sehingga mendapatkan nilai 83. Dan merupakan siswa yang bisa menceritakan kembali isi cerita.

(12)

5. A. B.Pada penelitian ini ia belum bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa dia belum bisa menyesuaikan isi cerita yang dia ceritakan kembali, apalagi bercerita secara runtut dia belum bisa karena pada saat tampil didepan kelas ia hanya diam, saat bercerita ia terlihat masih ragu-ragu, terlihat gugup dan tidak berani, ekspresi wajah pada saat bercerita kelihatan baik karena tidak dibuat-buat, namun mulai dari kata/kalimat yang dilafalkan, intonasi pada saat bercerita dan penggunaan pilihan kata yang tepat masih kurang baik. Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong belum bisa sehingga mendapatkan nilai 50. Dan merupakan siswa yang belum bisa menceritakan kembali isi cerita.

6. A.R.H.Pada penelitian ini ia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa isi cerita yang diceritakan kembali sudah sesuai dengan isi cerita yang ada dia bisa menceritakan kembali isi cerita secara runtut, ekspresi wajah pada saat bercerita sudah cukup baik, kata/kalimat yang dilafalkan, intonasi pada saat bercerita, dan penggunaan pilihan kata yang tepat pun sudah cukup baik.dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong siswa yang bisa sehingga mendapatkan nilai 83. Dan merupakan siswa yang bisa menceritakan kembali isi cerita.

7. H.B. A. Pada penelitian ini ia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa cara dia bercerita sudah sesuai dengan isi cerita yang ada, dia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita secara runtut dan ekspresi wajah pada saat bercerita sudah sesuai. Pada saat tampil di depan kelas dia bercerita menggunakan

(13)

pilihan kata/kalimat yang sesuai dengan isi cerita, intonasi pada saat bercerita, dan penggunaan pilihan kata yang tepat pun sudah cukup baik. Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong bisa sehingga mendapatkan nilai 83. Dan merupakan siswa yang bisa menceritakan kembali isi cerita.

8. M.I.A.Pada penelitian ini ia belum bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati pada saat dia bercerita belum sesuai dengan isi cerita yang ada dan belum bisa bercerita secara runtut pada saat bercerita di depan kelas dia masih sering berhenti, terlihat masih mengingat-ingat isi cerita dan hanya diam, pada saat bercerita ia terlihat masih ragu-ragu, terlihat gugup dan tidak berani, ekspresi wajah pada saat bercerita sudah agak baik karena tidak dibuat-buat, tetapi kata/kalimat yang dilafalkan, intonasi pada saat bercerita dan penggunaan pilihan kata yang tepat masih kurang baik.Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong siswa yang belum mampu sehingga mendapatkan nilai 50. Dan merupakan siswa yang belum bisa menceritakan kembali isi cerita

9. M.D.Pada penelitian ini ia belum bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa pada saat tampil di depan kelas dia belum bisa bercerita secara runtut makanya isi cerita yang diceritakan kembali belum sesai. Dia terlihat lebih banyak diam di depan kelas tidak mau bercerita hanya melihat kesana-kemari, ekspresi wajah pada saat bercerita, kata/kalimat yang dilafalkan, intonasi pada saat bercerita dan penggunaan pilihan kata yang tepat masih kurang baik.Dari semua

(14)

aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong belum bisa sehingga mendapatkan nilai 45. Dan merupakan siswa yang belum bisa menceritakan kembali isi cerita 10. M.S. Pada penelitian ini ia belum bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti

mengamati bahwa pada saat tampil di depan kelas terlihat dia hanya bermain saja/tidak serius makanya isi cerita yang diceritakan kembali belum sesuai apalagi bercerita secara runtut. pada saat tampil didepan kelas ia hanya melihat kesana-kemari, sering melihat kebawa dan memarahi teman-teman yang ada di depannya. kata/kalimat yang dilafalkan, intonasi pada saat bercerita dan penggunaan pilihan kata yang tepat masih kurang baik.Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong belum bisa sehingga mendapatkan nilai 50. Dan merupakan siswa yang belum bisa menceritakan kembali isi cerita

11. M.A.Pada penelitian ini ia belum bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa isi cerita yang diceritakan kembali belum sesuai dengan isi cerita yang ada, apalagi bercerita secara runtut masih kurang, pada saat tampil di depan kelas ia terlihat masih gugup, malu-malu dan bercerita tersendat-sendat, ekspresi wajah pada saat bercerita, kata/kalimat yang dilafalkan, intonasi pada saat bercerita dan penggunaan pilihan kata masih belum tepat.Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong belum bisa sehingga mendapatkan nilai 45. Dan merupakan siswa yang belum bisa dalam menceritakan kembali isi cerita

12. N.N.N.Pada penelitian ini ia masih kurang bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa pada saat tampil di depan kelas isi cerita yang dia

(15)

ceritakan kembali sudah agak sesuai walaupun masih ada kata-kata yang dia hilangkan. Pada saat tampil di depan kelas ia bercerita masih tersendat-sendat, terlihat masih ragu-ragu, gugup dan tidak berani, ekspresi wajah pada saat bercerita, kata/kalimat yang dilafalkan, sudah cukup baik, tetapi intonasi pada saat bercerita belum tepat, namun pada saat bercerita ia menggunakan pilihan kata yang baik sesuai isi cerita. Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong belum bisa sehingga mendapatkan nilai 62. Dan merupakan siswa yang kurang bisa dalam menceritakan kembali isi cerita

13. R.A.Pada penelitian ini ia sudah cukup bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa isi cerita yang diceritakan kembali sudah cukup sesuai, dalam menceritakan kembali isi cerita secara runtut ia sudah cukup baik, walaupun masih sedikit tersendat-sendat, terlihat masih ragu-ragu, gugup dan tidak berani, ekspresi wajah pada saat bercerita terlihat sudah cukup baik, kata/kalimat yang dilafalkan sudah cukup baik, tetapi intonasi pada saat bercerita masih kurang, penggunaan pilihan kata yang tepat sudah cukup baik.Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong kurang bisa sehingga mendapatkan nilai 66. Dan merupakan siswa yang kurang bisa dalam menceritakan kembali isi cerita

14. A.F.H. Pada penelitian ini ia sudah cukup bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa pada saat bercerita sudah sesuai dengan isi cerita yang ada, namun belum bisa bercerita secra runtut, ekspresi wajah pada saat bercerita terlihat sudah mulai sesuai dengan isi cerita yang diceritakan. kata/kalimat yang

(16)

dilafalkan sudah sesuai tetapi intonasi pada saat bercerita masih kurang, penggunaan pilihan kata sudah sesuai. Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong kurang bisa sehingga mendapatkan nilai 79.dan merupakan siswa yang kurang bisa dalam menceritakan kembali isi cerita

15. A.R.A.H.Pada penelitian ini ia bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa pada saat tampil di depan kelas dia terlihat percaya diri, dia bisah menceritakan kembali isi cerita sesuai isi cerita yang ada dan diceritakan secara runtut. ekspresi wajah pada saat bercerita terlihat sudah cukup baik dan tidak dibuat-buat, cara dia melafalkan kata/kalimat sudah sesuai, tetapi intonasi pada saat bercerita belum sepenuhnya sesuai dengan isi cerita. Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong kurang bisa sehingga mendapatkan nilai 83. Dan merupakan siswa yang kurang bisa dalam menceritakan kembali isi cerita.

16. A.P.N.W. Pada penelitian ini ia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa isi cerita yang diceritakan kembali sudah sesuai dengan isi cerita yang ada dan menceritakannya secara runtut. Pada saat bercerita di depan kelas dia tidak lagi kelihatan gugup, dia suda mulai bisa menyesuaikan ekspresi wajah dengan cerita yang dia ceritakan, kata/kalimat yang dilafalkan, intonasi pada saat bercerita juga sudah cukup baik, dan penggunaan pilihan kata yang tepat pun pada saat bercerita sudah cukup baik.dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong bisa sehingga mendapatkan nilai 83.Dan merupakan siswa yang bisa menceritakan kembali isi cerita.

(17)

17. E.A. Pada penelitian ini ia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa isi cerita yang diceritakan kembali sudah baik, dia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita secara runtut. Pada saat bercerita dia tidak lagi kelihatan gugup dia sudah cukup berani tampil di depan kelas. Ekspresinya pada saat bercerita sudah mulai sesuai dengan isi cerita yang ada, kata/kalimat yang dilafalkan, penggunaan pilihan kata yang tepat juga sudah cukup baik , tetapi intonasi pada saat bercerita belum terlalu sesuai. Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong bisa sehingga mendapatkan nilai 79. Dan merupakan siswa yang bisa menceritakan kembali isi cerita.

18. H.N.Pada penelitian ini ia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa pada saat ia bercerita sudah sesuai dengan isi cerita yang ada dan menceritakan secara runtut. Pada saat tampil di depan kelas dia tidak lagi gugup, gerakan pada saat bercerita tidak dibuat-buat, dan dia sudah beranani tampil di depan. Namun ekspresi wajahnya pada saat bercerita masih kurang atau belum sesuai dengan isi cerita, kata/kalimat yang dilafalkan sudah baik, intonasi pada saat bercerita, dan penggunaan pilihan kata yang tepat sudah baik.Dari semua aspek yang sudah diuraikan diatas ia tergolong kurang bisa sehingga mendapatkan nilai 79 Dan merupakan siswa yang bisa/baik dalam menceritakan kembali isi cerita

19. S.U. Pada penelitian ini ia sudah cukup bisa menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa dia sudah bisa menceritakan kembali isi cerita sesuai isi cerita yang ada walaupun belum secara runtut, karena pada saat bercerita dia terlihat

(18)

masih takut-takut. Ekspresi wajahnya pada saat bercerita tidak dibuat-buat, kata/kalimat yang dilafalkan sesuai dengan isi cerita, pada saat ia bercerita intonasinya terlihat sudah mulai sesuai, dan penggunaan pilihan kata yang tepat sudah cukup baik.Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong kurang bisa sehingga mendapatkan nilai 66. Dan merupakan siswa yang kurang bisa dalam menceritakan kembali isi cerita

20. U.S.N. Pada penelitian ini ia sudah baik menceritakan kembali isi cerita. Peneliti mengamati bahwa pada saat tampil di depan kelas ia bercerita secara lancar sesuai isi cerita yang ada dan diceritakan secara runtut, dan gerakannya pun tidak dibuat-buat, tetapi ekspresi wajah pada saat bercerita ia masih kurang baik terlihat ia masih malu-malu, pada saat bercerita kata/kalimat yang dilafalkan, pilihan kata yang tepat sudah sesuai dengan isi cerita, tetapi intonasi pada saat bercerita masih kurang. Dari semua aspek yang sudah diuraikan di atas ia tergolong baik/bisa sehingga mendapatkan nilai 87.dan merupakan siswa yang bisa/baik menceritakan kembali isi cerita.

Jadi pada pembahasan tersebut, peneliti mendapatkan data yaitu siswa yang tergolong baik dalam menceritakan kembali isi cerita berjumlah 11 siswa, yang cukup bisa menceritakan kembali isi cerita ada 4 orang dan siswa yang tidak bisa menceritakan kembali isi cerita ada 5 orang, ( ada pada tabel lampiran 1 )

1.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan di atas dapat disimpulkan dari hasil observasi terlihat bahwa siswa senag dengan materi menceritakan kembali isi cerita

(19)

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif type STAD dilihat dari sebagian besar siswa sudah bisa menceritakan kembali isi cerita walaupun masih ada beberapa yang belum bisa. Kemudian dari hasil wawancara dan angket terlihat bahwa guru telah berupaya semaksimal mungkin untuk menjalankan perannya sebagai guru mulai dari mengajarkan materi dengan mengunakan model-model pembelajaran, memberikan rangsangan kepada siswa sebelum belajar, membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar, serta memberikan evaluasi setelah pembelajaran selesai. Dari hasil angket peneliti melihat bahwa siswa senag dengan materi yang diberikan oleh guru terutama materi menceritakan kembali isi cerita dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif type STAD, kemudia pada saat proses pembelajaran siswa yang mengalami kesulitan belajar diberikan bimbingan dan solusi oleh guru, siswa yang belum paham bisa bertanya kepada guru atau teman. Selain itu dari hasil angket pada saat proses pembelajaran berlangsung tidak semua siswa memusatkan perhatiannya kepada guru, ada beberapa siswa yang hanya sibuk bermain dan bercerita itulah yang mengakibatkan mereka pada saat tampil di depan kelas tidak bisa menceritakan kembali isi cerita. Selain itu dilihat dari hasil pengamatan peneliti dalam penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD ada beberapa kelabihan dan kekurangan yang peneliti temukan pada saat penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD. Kelebihan dan kekurangan tersebut yaitu:

(20)

Adapun kelebihan yang ada pada penerepan model pembelajaran kooperatif type STAD yaitu : (1) Dalam proses pembelajaran berlangsung bisa meningkatkan kecakapan individu, (2) Bisa melatih siswa untuk bisa bicara dalam kelompok, (3) Dalam kelompok tersebut mereka itu menjadi satu, (4) Dalam kelompok yang terdiri dari beberapa orang ini bisa membantu siswa satu sama lain untuk mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas, (5) Dalam sebuah kelompok juga bisa menghindari kemungkinan siswa yang lain mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya, (6) Belajar dalam bentuk kelompok juga menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama-sama. (7) Dalam belajar berkelompok bisa menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya dan, (8) Dalam kelompok juga tidak akan timbul rasa dendam dengan teman.

1.2.2 Kekurangan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Type STAD

Adapun kekurangan yana ada dalam penerapan model pembelajaran kooperatif type STAD yaitu: (1) Dalam kelompok tersebut siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang lainnya, (2) Dalam kelompok juga terkadang ada siswa yang hanya tergantung pada siswa yang bisa dikatakan mampu sehingga siswa yang lambat berfikir tidak dapat berlatih belajar mandiri, (3) Apabila guru sedang lengah siswa menggunakan kesempatan dalam berkelompok itu untuk bercerita dan rebut.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: Adakah pengaruh biaya kualitas yang meliputi biaya pencegahan, biaya penilaian, biaya kegagalan internal dan biaya kegagalan

Variabel-variabel yang diukur pada pengujian pompa adalah temperatur sisi atas evaporator (T1), temperatur sisi dibawah pemanas spirtus (T2), temperatur sisi uap (T3),

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbandingan efektivitas strategi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap profitabilitas perusahaan dalam

Temperatur udara dengan variasi ketinggian 100 cm memiliki temperatur udara yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan temperatur udara pada ketinggian 50 cm. Temperatur udara

Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

Lalu pendapatan interkoneksi berkontribusi sebesar Rp 2,23 triliun atau turun dari Rp 2,38 triliun, pendapatan jaringan Rp 479 miliar atau turun dari Rp 587 miliar pada semester