• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Prinsip Dasar Well Log 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab II Prinsip Dasar Well Log 2"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BA

BAB II

B II

PRINSIP DASAR WELL LOGGING

PRINSIP DASAR WELL LOGGING

I.

I. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Well Logging adalah kegiatan merekam karakteristik batuan sebagai fungsi kedalaman. Well Logging adalah kegiatan merekam karakteristik batuan sebagai fungsi kedalaman. Ada dua macam

Ada dua macam pencatatan yang dibedakan menurut waktu pengambilan pencatatan yang dibedakan menurut waktu pengambilan data, yaitu :data, yaitu : a.

a. Selama kegiatan pengeboran berjalan.Selama kegiatan pengeboran berjalan. 1.

1. Mud Mud Logging Logging atau atau Log Log Mekanis, Mekanis, media media pengantarnya adalah pengantarnya adalah lumpur.(bab lumpur.(bab 3)3) 2.

2. Log WLog While hile Drilling Drilling (LWD), (LWD), tidak akan tidak akan dibahas dibahas dalam dalam buku ini.buku ini.  b.

 b. Pencatatan setelah kegiatan pengeboran dihentikan pada target tertentu, dilakukanPencatatan setelah kegiatan pengeboran dihentikan pada target tertentu, dilakukan dengan media kabel, disebut

dengan media kabel, disebut“wireline log”“wireline log”..

Data-data yang didapat antara lain : resistivitas, porositas, lapisan permeabel, mud cake Data-data yang didapat antara lain : resistivitas, porositas, lapisan permeabel, mud cake  pada dinding

 pada dinding sumur, sifat radio sumur, sifat radio aktif, sifat rambat aktif, sifat rambat suara, temperatur dan suara, temperatur dan tekanan formasi,tekanan formasi, tekanan jenis fluida dalam formasi, lithologi, parameter drilling dll..

tekanan jenis fluida dalam formasi, lithologi, parameter drilling dll..

 Tujuan Utama Well Logging Tujuan Utama Well Logging Tujuan utama

Tujuan utama well loggingwell logging  adalah mencari kandungan migas yang bisa diproduksikan  adalah mencari kandungan migas yang bisa diproduksikan secara ekonomis di dalam batuan.

secara ekonomis di dalam batuan.

Dari hasil well logging dapat dilakukan : Dari hasil well logging dapat dilakukan :

1.

1. Evaluasi Evaluasi formasi formasi 4. 4. Analisa Analisa Kualitas Kualitas semensemen 2.

2. Korelasi Korelasi antar antar sumur sumur 5. 5. Pemeriksaan Pemeriksaan dan dan pemantauan pemantauan reservoirreservoir 3.

3. Deteksi Deteksi daerah daerah dengan dengan tekanan tekanan 6. 6. Analisa Analisa MekanikaMekanika  berlebihan

 berlebihan 7. 7. Pemetaan ReservoirPemetaan Reservoir

1.

1. Evaluasi formasiEvaluasi formasi

Sifat petrofisik batuan seperti porositas, permeabilitas, dan resistivitas adalah data yang Sifat petrofisik batuan seperti porositas, permeabilitas, dan resistivitas adalah data yang dapat direkam oleh log, yang kemudian dikorelasikan dengan hasil analisis di dapat direkam oleh log, yang kemudian dikorelasikan dengan hasil analisis di laboratorium. Well logging tidak hanya merekam sifat fisik tetapi juga sifat kimia dari laboratorium. Well logging tidak hanya merekam sifat fisik tetapi juga sifat kimia dari  batuan sedimen dan fluida yang dikandungnya.

(2)

Misalnya, SiO

Misalnya, SiO22 (Silikat) unsur utama dari sandstone, CaCO (Silikat) unsur utama dari sandstone, CaCO33 (kalsium karbonat) terbaca(kalsium karbonat) terbaca oleh log sebagai limestone. Shale adalah sedimen yang berbutir sangat halus yang oleh log sebagai limestone. Shale adalah sedimen yang berbutir sangat halus yang terbentuk akibat konsolidasi clay dan silt.

terbentuk akibat konsolidasi clay dan silt.

Shale yang mengandung radioaktif, mudah terbaca oleh log gamma ray. Untuk formasi Shale yang mengandung radioaktif, mudah terbaca oleh log gamma ray. Untuk formasi yang bersih, well log dapat membedakan air dan minyak di reservoir. Juga dapat yang bersih, well log dapat membedakan air dan minyak di reservoir. Juga dapat menentukan densitas hidrokarbon di sekitar sumur selama di bawah 0.7 g/cc

menentukan densitas hidrokarbon di sekitar sumur selama di bawah 0.7 g/cc

2.

2. Korelasi sumurKorelasi sumur

Sumur yang akan dibor, perlu diperkirakan sifat fisik batuan dan fluida yang terkandung Sumur yang akan dibor, perlu diperkirakan sifat fisik batuan dan fluida yang terkandung di dalamnya berdasarkan korelasi sumur tersebut dengan data logging dari beberapa di dalamnya berdasarkan korelasi sumur tersebut dengan data logging dari beberapa sumur di sekitarnya. Sehingga dapat diketahui kondisi geologi dari reservoir tersebut sumur di sekitarnya. Sehingga dapat diketahui kondisi geologi dari reservoir tersebut yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan pengeboran

yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan pengeboran..

3.

3. Deteksi daerah dengan tekanan yang berlebihanDeteksi daerah dengan tekanan yang berlebihan

Log yang paling umum digunakan untuk mendeteksi zona tekanan abnormal adalah log Log yang paling umum digunakan untuk mendeteksi zona tekanan abnormal adalah log resistivitas, akustik, dan densitas. Log lain seperti log neutron, bisa digunakan tetapi resistivitas, akustik, dan densitas. Log lain seperti log neutron, bisa digunakan tetapi kurang sensitif.

kurang sensitif. Deteksi zona tDeteksi zona tekanan abnormal ekanan abnormal ditunjukan adanya lapisan ditunjukan adanya lapisan shale padashale pada log. Di bawah tekanan kompaksi yang normal, porositas shale akan berkurang terhadap log. Di bawah tekanan kompaksi yang normal, porositas shale akan berkurang terhadap kedalaman, akibat peningkatan tekanan over burden secara bertahap.

kedalaman, akibat peningkatan tekanan over burden secara bertahap.

Peningkatan porositas shale dalam zone bertekanan tinggi ditunjukkan oleh peningkatan Peningkatan porositas shale dalam zone bertekanan tinggi ditunjukkan oleh peningkatan  porositas nyata dari shale pada log.

 porositas nyata dari shale pada log.

 Resistivita

 Resistivitas s shaleshale  biasanya meningkat jika kedalaman bertambah, tetapi pada zona  biasanya meningkat jika kedalaman bertambah, tetapi pada zona  bertekanan tinggi justru resistivitas shale berkurang. Semakin besar penurunan resistivitas  bertekanan tinggi justru resistivitas shale berkurang. Semakin besar penurunan resistivitas

shale semakin besar pula peningkatan tekanan abnormal. shale semakin besar pula peningkatan tekanan abnormal.

 Interval

 Interval transit transit timetime  (log akustik) menurun terhadap kedalaman pada kondisi tekanan  (log akustik) menurun terhadap kedalaman pada kondisi tekanan normal, tetapi pada tekanan abnormal,

normal, tetapi pada tekanan abnormal, interval transit timeinterval transit time  meningkat terhadap  meningkat terhadap kedalaman. Semakin besar tekanan abnormal semakin besar pula

kedalaman. Semakin besar tekanan abnormal semakin besar pula interval transit time.interval transit time.  Densitas

 Densitas shaleshale  meningkat jika terkompaksi. Tekanan abnormal menghasilkan  meningkat jika terkompaksi. Tekanan abnormal menghasilkan  peningkatan porositas shale yang mencolok dan penurunan densitas shale.

 peningkatan porositas shale yang mencolok dan penurunan densitas shale.

4.

4. Analisa MekanikaAnalisa Mekanika

Mekanika batuan dalam hal ini berkaitan dengan rekahan (fracture). Mekanika batuan dalam hal ini berkaitan dengan rekahan (fracture).

(3)

Misalnya, SiO

Misalnya, SiO22 (Silikat) unsur utama dari sandstone, CaCO (Silikat) unsur utama dari sandstone, CaCO33 (kalsium karbonat) terbaca(kalsium karbonat) terbaca oleh log sebagai limestone. Shale adalah sedimen yang berbutir sangat halus yang oleh log sebagai limestone. Shale adalah sedimen yang berbutir sangat halus yang terbentuk akibat konsolidasi clay dan silt.

terbentuk akibat konsolidasi clay dan silt.

Shale yang mengandung radioaktif, mudah terbaca oleh log gamma ray. Untuk formasi Shale yang mengandung radioaktif, mudah terbaca oleh log gamma ray. Untuk formasi yang bersih, well log dapat membedakan air dan minyak di reservoir. Juga dapat yang bersih, well log dapat membedakan air dan minyak di reservoir. Juga dapat menentukan densitas hidrokarbon di sekitar sumur selama di bawah 0.7 g/cc

menentukan densitas hidrokarbon di sekitar sumur selama di bawah 0.7 g/cc

2.

2. Korelasi sumurKorelasi sumur

Sumur yang akan dibor, perlu diperkirakan sifat fisik batuan dan fluida yang terkandung Sumur yang akan dibor, perlu diperkirakan sifat fisik batuan dan fluida yang terkandung di dalamnya berdasarkan korelasi sumur tersebut dengan data logging dari beberapa di dalamnya berdasarkan korelasi sumur tersebut dengan data logging dari beberapa sumur di sekitarnya. Sehingga dapat diketahui kondisi geologi dari reservoir tersebut sumur di sekitarnya. Sehingga dapat diketahui kondisi geologi dari reservoir tersebut yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan pengeboran

yang sangat dibutuhkan dalam perencanaan pengeboran..

3.

3. Deteksi daerah dengan tekanan yang berlebihanDeteksi daerah dengan tekanan yang berlebihan

Log yang paling umum digunakan untuk mendeteksi zona tekanan abnormal adalah log Log yang paling umum digunakan untuk mendeteksi zona tekanan abnormal adalah log resistivitas, akustik, dan densitas. Log lain seperti log neutron, bisa digunakan tetapi resistivitas, akustik, dan densitas. Log lain seperti log neutron, bisa digunakan tetapi kurang sensitif.

kurang sensitif. Deteksi zona tDeteksi zona tekanan abnormal ekanan abnormal ditunjukan adanya lapisan ditunjukan adanya lapisan shale padashale pada log. Di bawah tekanan kompaksi yang normal, porositas shale akan berkurang terhadap log. Di bawah tekanan kompaksi yang normal, porositas shale akan berkurang terhadap kedalaman, akibat peningkatan tekanan over burden secara bertahap.

kedalaman, akibat peningkatan tekanan over burden secara bertahap.

Peningkatan porositas shale dalam zone bertekanan tinggi ditunjukkan oleh peningkatan Peningkatan porositas shale dalam zone bertekanan tinggi ditunjukkan oleh peningkatan  porositas nyata dari shale pada log.

 porositas nyata dari shale pada log.

 Resistivita

 Resistivitas s shaleshale  biasanya meningkat jika kedalaman bertambah, tetapi pada zona  biasanya meningkat jika kedalaman bertambah, tetapi pada zona  bertekanan tinggi justru resistivitas shale berkurang. Semakin besar penurunan resistivitas  bertekanan tinggi justru resistivitas shale berkurang. Semakin besar penurunan resistivitas

shale semakin besar pula peningkatan tekanan abnormal. shale semakin besar pula peningkatan tekanan abnormal.

 Interval

 Interval transit transit timetime  (log akustik) menurun terhadap kedalaman pada kondisi tekanan  (log akustik) menurun terhadap kedalaman pada kondisi tekanan normal, tetapi pada tekanan abnormal,

normal, tetapi pada tekanan abnormal, interval transit timeinterval transit time  meningkat terhadap  meningkat terhadap kedalaman. Semakin besar tekanan abnormal semakin besar pula

kedalaman. Semakin besar tekanan abnormal semakin besar pula interval transit time.interval transit time.  Densitas

 Densitas shaleshale  meningkat jika terkompaksi. Tekanan abnormal menghasilkan  meningkat jika terkompaksi. Tekanan abnormal menghasilkan  peningkatan porositas shale yang mencolok dan penurunan densitas shale.

 peningkatan porositas shale yang mencolok dan penurunan densitas shale.

4.

4. Analisa MekanikaAnalisa Mekanika

Mekanika batuan dalam hal ini berkaitan dengan rekahan (fracture). Mekanika batuan dalam hal ini berkaitan dengan rekahan (fracture).

(4)

Rekahan amat penting untuk meningkatkan produksi karena rekahan memiliki Rekahan amat penting untuk meningkatkan produksi karena rekahan memiliki  permeabilitas

 permeabilitas yang yang sangat sangat besar besar yang yang dapat dapat mengalirkan mengalirkan minyak minyak dan dan gas gas dalam dalam jumlahjumlah yang besar. Berdasarkan pengalaman di lapangan, rekahan dapat meningkatkan porositas yang besar. Berdasarkan pengalaman di lapangan, rekahan dapat meningkatkan porositas formasi 0.5 s.d. 1.5

formasi 0.5 s.d. 1.5 %. %. Deteksi rekahan dengan well logs Deteksi rekahan dengan well logs umumnya dilakukan oleh logumumnya dilakukan oleh log akustik. Log amplitudo akustik biasanya disertakan dengan acoustic velocity log akustik. Log amplitudo akustik biasanya disertakan dengan acoustic velocity log sehingga peningkatan porositas, perubahan litologi dan lapisan shale dapat diidentifikasi. sehingga peningkatan porositas, perubahan litologi dan lapisan shale dapat diidentifikasi. Menurunnya amplitudo akustik dengan sendirinya bukanlah indikasi positif adanya Menurunnya amplitudo akustik dengan sendirinya bukanlah indikasi positif adanya rekahan. Amplitudo akustik menurun jika melewati lapisan shale, perubahan bentuk rekahan. Amplitudo akustik menurun jika melewati lapisan shale, perubahan bentuk litologi, atau ketika porositas meningkat. Indikasi positif adanya fracture adalah litologi, atau ketika porositas meningkat. Indikasi positif adanya fracture adalah

menurunnya

menurunnya amplitudo akustik secara signifikan dimana travel time tidak berubah.amplitudo akustik secara signifikan dimana travel time tidak berubah.

5.

5. Analisa Kualitas semenAnalisa Kualitas semen

Log-log yang berkaitan dengan analisa kualitas semen adalah : Log-log yang berkaitan dengan analisa kualitas semen adalah :

-- Cement Bond Log (CBL)Cement Bond Log (CBL) -- Variable Density Log (VDL)Variable Density Log (VDL) -- Cement Evaluation Log (CEL)Cement Evaluation Log (CEL)

Cement Bond Log

Cement Bond Log (CBL) digunakan untuk mengevaluasi ikatan antara semen dengan(CBL) digunakan untuk mengevaluasi ikatan antara semen dengan casing. Peralatan sonik digunakan untuk pengukuran ini. Sonic merekam amplitudo casing. Peralatan sonik digunakan untuk pengukuran ini. Sonic merekam amplitudo setengah

setengah cyclecycle pertama dari sinyal sonik ke penerima yang berlokasi 3 ft dari transmitter. pertama dari sinyal sonik ke penerima yang berlokasi 3 ft dari transmitter. Amplitudo ini adalah amplitudo maksimum yang tidak mendukung pipa dan minimum Amplitudo ini adalah amplitudo maksimum yang tidak mendukung pipa dan minimum dalam sumur dengan pipa yang tersemenkan. Amplitudo tersebut adalah fungsi dari dalam sumur dengan pipa yang tersemenkan. Amplitudo tersebut adalah fungsi dari ukuran dan ketebalan casing, kekuatan dan ketebalan penyemenan, derajat kekuatan ukuran dan ketebalan casing, kekuatan dan ketebalan penyemenan, derajat kekuatan ikatan semen.

ikatan semen.

Variable Density Log

Variable Density Log  (VDL) digunakan untuk mengevaluasi kekuatan ikatan antara  (VDL) digunakan untuk mengevaluasi kekuatan ikatan antara semen dengan formasi dan semen dengan casing. Amplitudo gelombang sonik terekam semen dengan formasi dan semen dengan casing. Amplitudo gelombang sonik terekam  pada penerima sonic yang berjarak 5 feet dari transmitter.

 pada penerima sonic yang berjarak 5 feet dari transmitter.

Cement Evaluation Log

Cement Evaluation Log  (CEL) digunakan untuk mengevaluasi kekuatan ikatan semen  (CEL) digunakan untuk mengevaluasi kekuatan ikatan semen dengan casing. Perbedaannnya dengan

dengan casing. Perbedaannnya denganCement Bond LogCement Bond Log adalah CEL dapat mendeteksi adalah CEL dapat mendeteksi hadirnya channel. CEL mengukur resonansi ketebalan casing dengan resolusi vertikal hadirnya channel. CEL mengukur resonansi ketebalan casing dengan resolusi vertikal yang sangat baik. Log ini dapat dikalibrasi secara langsung hingga

yang sangat baik. Log ini dapat dikalibrasi secara langsung hingga compressivecompressive strengthstrength

semen sekitar 10.000 psi. semen sekitar 10.000 psi.

(5)

6. Pemeriksaan dan pemantauan reservoir

Misalnya koreksi kedalaman dari data seismik dengan log sonik dan sebagainya

7. Pemetaan reservoir

Dari spontaneous potensial log dan log porositas dapat diketahui ketebalan formasi  produktif yang kemudian dapat dikorelasikan dengan log sumur lain. Hasil korelasi ini

dapat menghasilkan peta korelasi ketebalan lapisan produktif dari suatu reservoir. Apakah bentuknya antiklin atau sinklin, daerah terjadinya sesar, patahan dll. Dengan log resistivitas diperoleh true resistivity yang selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan saturasi minyak formasi produktif yang dapat dikorelasikan dengan data saturasi minyak di sumur lain. Hasilnya didapat peta kesamaan saturasi atau peta iso-saturation. Batasan reservoir dapat ditentukan dari sumur-sumur delineasi.

 Sifat petrofisik batuan dari log

Sifat-sifat petrofisik yang dihasilkan oleh log dan dikorelasikan dengan analisis core di laboratorium antara lain :

1. Porositas : Perbandingan rongga terhadap volume batuan (%). Porositas merupakan representasi dari kemampuan suatu batuan reservoir untuk menyimpan fluida.

Secara matematis porositas didefinisikan sebagai perbandingan ruang kosong terhadap volume keseluruhan dari suatu batuan:

Porositas (%) , φ 

 =

Volume of

 Bulk volum  pores

e x100%

Porositas merupakan fungsi dari banyak faktor lithologi diantaranya heterogenitas  penyemenan, leaching, kandungan lempung, tipe dari lempung (swelling atau

non-swelling), dan sebagainya.

Porositas Primer :

Ruang alami antar butir atau antar kristal yang terbentuk dalam batuan pada saat konsolidasi, kompaksi, dan sementasi pada sedimen yang lepas. Porositas primer dapat  berkurang akibat tekanan overburden dari batuan yang berada di atasnya. Tekanan

overburden ini menekan batuan sehingga pori-pori batuan mengecil dan mengeluarkan sebagian fluida. Proses sementasi butiran batuan juga dapat mengurangi porositas primer. Umumnya batupasir menunjukkan tipe porositas ini. Pada batuan muda, berkurangnya

(6)

 porositas secara eksponensial terhadap kedalaman. Hubungan metematisnya :

cD oe

=

φ 

φ  dimana : φ  = Porositas pada kedalaman, D. c = Konstanta empiris φ o = Porositas perkiraan (umumnya 40 %)

Ømax pada batuan sedimen adalah 40 % dan terendah 0 %. Jika butiran yang mempunyai diameter sama disusun, akan diperoleh Ø dengan range 25.9 % hingga 47,6 % seperti yang terlihat pada gambar 2-1 dan Ø dengan variasi ukuran butir (gambar 2-2). Dalam  batupasir, Ø primer bisa mencapai lebih dari 47%, namun pada umumnya berada pada

rentang 5% hingga 27%. Ø shale juga menurun terhadap kedalaman dengan laju  penurunan yang jauh lebih cepat daripada batu pasir. Di permukaan, lumpur mempunyai

Ø sekitar 40%. Jika tekanan normal, Ø shale pada kedalaman 10.000 kaki mencapai 5%.

Porositas Sekunder :

Ruang dalam batuan yang terjadi setelah batuan terbentuk misalnya akibat proses disolusi, rekahan. Porositas ini akibat pelapukan butiran-butiran batuan oleh asam (contoh pada limestone) yang menyebabkan naiknya porositas, proses sementasi sekunder batuan oleh presipitasi material-material yang larut di air dalam pori batuan, atau air dari sirkulasi yang menyebabkan turunnya porositas.  Leaching  dimulai dari  bagian terlemah pada batuan seperti bedding planes, sepanjang joint, sepanjang rekahan,

kemudian menjalar perlahan keseluruh batuan yang membuat volume pori tambah besar.

Cubic Arrangement of Spheres, 47.6% Poro sit y

Rhombohedral Arr angement of Sph eres, 25.9% Porosi ty

Gambar 2-1. Porositas yang berbeda-beda tergantung susunan butiran batuan (dari Western Atlas).

(7)

Gambar 2-2. Porositas dipengaruhi variasi ukuran butiran (dari Western Atlas). Dari ke dua jenis porositas tersebut dapat dibagi menjadi:

1. Porositas absolut

Porositas absolut adalah persentase dari ruang kosong terhadap volume bulk  batuan. Porositas absolut merupakan porositas total atau total ruang kosong yang

tersedia dalam batuan. 2. Porositas efektif

Porositas efektif adalah persentase dari volume pori yang berhubungan satu sama lain terhadap volume bulk. Porositas efektif menunjukkan indikasi kemampuan  batuan untuk mengalirkan fluida melalui saluran pori-pori yang berhubungan.

Ini berarti bahwa nilai porositas efektif akan sama atau lebih kecil dari nilai  porositas absolut. Gambar 2-3 adalah contoh porositas efektif dan non efektif.

(8)

Porositas dipengaruhi oleh:

 Ukuran butir : Ukuran butir yang besar memiliki porositas yang lebih tinggi dengan range 0.35 – 0.4 daripada ukuran butir yang kecil.

 Bentuk butir : Bentuk butir yang seragam memiliki porositas lebih tinggi daripada  bentuk butir yang tidak seragam

 Material semen : batuan yang matriksnya tersemen oleh silica atau kalsareus memiliki porositas yang rendah.

2.  Permeabilitas (K): Kemampuan batuan untuk meloloskan fluida (Darcy).

Hukum Darcy yang mendefinisikan aliran fluida dalam media berpori diturunkan secara empiris yaitu:

Q kA P P  L  f 

=

( 1 2) µ  Dimana

Qf = Laju alir fluida, cm3/sec ; A = Luas penampang media berpori, cm2 µ = Viskositas fluida, cps; ∆P = P1 – P2 = Perbedaan tekanan, atm L = Panjang dari media berpori, cm; K = Permeabilitas, Darcy

Gambar 2-4 berikut adalah beberapa variabel yang dapat mempengaruhi permeabilitas vertikal dan horizontal.

Gambar 2-4. Permeabilitas dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran butiran (dari Western Atlas).

(9)

Umumnya semakin besar porositas maka permeabilitas juga semakin besar, meskipun anggapan ini tidak selalu benar.

Permeabilitas Absolut : Kemampuan batuan meloloskan satu jenis fluida yang 100% jenuh oleh fluida tersebut.

Permeabilitas Efektif : Kemampuan batuan meloloskan satu macam fluida bila terdapat dua macam fluida yang immiscible. Permeabilitas efektif lebih kecil daripada permeabilitas absolut.

Permeabilitas Relatif : Perbandingan antara permeabilitas efektif dan absolut. Semakin besar saturasi air maka permeabilitas relatif air akan membesar sebaliknya permeabilitas relatif minyak akan mengecil hingga nol yaitu pada saat Sw = Swc (Critical water saturation).

Laju alir air dan minyak merupakan fungsi dari viskositas dan permeabilitas relatif, seperti pada persamaan berikut :

Qo Qw Kro Krw W  o

=

. . µ 

Permeabilitas fracture dapat dianggap sebagai fungsi dari lebar fracture.

K = 50.000.000 x lebar 2 dimana k = Permeabilitas (Darcy) dan lebar dalam inch. Hubungan permeabilitas dengan porositas :

 Biasanya penambahan porositas diikuti dengan penambahan permeabilitas

 Batuan yang tua dan kompak porositas dan permeabilitasnya kecil

 Dolomitisasi menambah nilai porositas dan permeabilitas

 Permeabilitas dipengaruhi juga oleh besar, bentuk dan hubungan antar butir.

3. Saturasi Air :  Persentase volume pori batuan yang terisi air formasi (%). Biasanya ruang pori tersebut diisi oleh air ataupun minyak dan gas, namun bisa juga kombinasi ketiganya. Umumnya reservoir memiliki saturasi air 20% atau lebih yang berarti 20 % pori-pori diisi oleh air dan 80 % diisi oleh fluida lain. Secara umum reservoir yang dianggap komersil/ekonomis harus memiliki saturasi air lebih kecil dari 60%.

Saturasi Air (S w) =

 Air Formasi yang berada dalam pori ah pori dalam batuan Total juml

(10)

Saturasi Air Irreducible (Sw irr ) : Saturasi air dimana seluruh cairan tertahan dalam  batuan karena tekanan kapiler.

Dalam batuan granular terdapat hubungan antara irreducible water saturation,  porositas, dan permeabilitas (gambar 2-5).

Gambar 2-5. Chart yang menggambarkan hubungan antarairreducible water saturation,  porositas, dan permeabilitas.

Menentukan permeabilitas dengan Gb. 2-5.

1. Tentukan harga porositas pada skala bagian bawah

2. Tarik garis vertikal (porositas) hingga berpotongan dengan garis horizontal (saturasi air)

3. Baca pada garis diagonal kiri (permeabilitas) Menentukan saturasi air dengan Gb. 2-5.

1. Tentukan harga porositas pada skala bagian bawah

2. Tarik garis vertikal (porositas) hingga berpotongan dengan garis diagonal (permeabilitas)

(11)

1.  Resistivitas : Daya tahan batuan terhadap arus(

Air destilisasi mempunyai resistivitas di atas 106 ohm meter, berbeda dengan air yang tersaturasi dengan garam mempunyai resistivitas kurang dari 0.1 oh m meter. Salinitas  pada well logging dinyatakan dalam satuan part per million (ppm). Air laut memiliki

salinitas 30.000 – 35.000 ppm. Larutan garam pada suhu kamar memiliki salinitas sekitar 250.000 ppm atau sekitar 25 % berat.

V = I . r -meter). V  Resistivitas ( ) R r A  L

=

×

I A (r) dimana : L

V = Tegangan Listrik (Volt) I = Arus Listrik (Ampere) R = Resistivitas (

-meter) r = Resistansi (

)

A = Luas (meter 2) L = Panjang (meter)

Resistivitas dari Cairan

Air garam dengan resistivitas = R w (ohm-m)

Arus Listrik Tahanan terukur = R w.

R w turun bila konsentrasi garam dan temperatur naik

Resistivitas dari Batuan Basah

Butiran tak konduktif dicampur air garam dengan resistivitas = R w (ohm-m)

Arus Listrik Tahanan terukur = R w. R o sebanding dengan R w R o = F . R w

F adalah faktor resistivitas formasi

(12)

C = 1000/R

dimana C : Konduktivitas dan R : Resistivitas

Data analisis kimia dari air formasi juga dapat dikonversikan menjadi resistivitas air, meskipun hal ini bukanlah cara yang baik dibandingkan dengan penentuan melalui  pengukuran resistivitas secara langsung. Resistivitas adalah pengukuran dasar dari saturasi fluida reservoir, resistivitas merupakan fungsi dari porositas, jenis fluida, dan  jenis batuan. Hubungan antara resistivitas air (R w) dengan resistivitas batuan basah (R o),

ditunjukkan dengan persamaan :

F = Ro / Rw dimana :

F = Faktor formasi

Tabel 2-1. Perbedaan koefisien dan eksponen yang digunakan untuk menghitung Faktor formasi (F). (mod. after Asquith, 1980)

F = a / φ m Hubungan umum dimana; a = Faktor Tortuosity m = eksponen

φ

 = Porositas

F = 1 / φ 2 untuk karbonat

F = 0.81 /φ 2 untuk batupasir terkonsolidasi

F = 0.62 /φ 2.15 untuk batupasir tak terkonsolidasi (Humble)

F = 1.45 /φ 1.54 untuk pasir umumnya (after Carothers, 1958)

F = 1.65 /φ 1.33 untuk pasir serpihan (after Carothers, 1958)

F = 1.45 /φ 1.70 untuk pasir gampingan (after Carothers, 1958)

F = 0.85 /φ 2.14 untuk karbonat (after Carothers, 1958)

F = 2.45 /φ 1.08  untuk pasir berumur Pliosen (after Carothers dan Porter, 1970)

F = 1.97 /φ 1.29 untuk pasir berumur Miosen (after Carothers dan Porter, 1970)

F = 1 / φ (2.05-φ ) untuk formasi berbutir bersih (after Sethi, 1979)

(13)

F = 1 / φ m dimana :

m = eksponen sementasi yang bervariasi terhadap ukuran butir, distribusi butir, dan kompleksitas hubungan antar pori (tortuositas)

Archie menggabungkan persamaan faktor formasi dengan persamaan saturasi air sehingga gabungan tersebut dikenal dengan rumus Archie :

S  F R  R w  R w t  n

=

.

dimana n : eksponen saturasi, bergantung pada karakteristik formasi dan fluidanya. Dari uji laboratorium, nilai n berkisar antara 1.8 hingga 2.5. Dalam contoh ini kita memakai n = 2.

Gambar 2-6. Faktor formasi vs Porosity.

(14)

1. Tentukan harga porositas

2. Tarik garis hingga berpotongan dengan garis m 3. Baca titik potong tersebut pada skala Faktor formasi Harga m (eksponen sementasi) untuk batuan :

Tidak tersementasi (uncemented ) < 1.4

Sangat sedikit tersemenkan (very slightly cemented ) 1.4 – 1.6

Sedikit tersemenkan (slightly cemented  ) 1.6 – 1.8

Cukup tersemenkan (moderately cemented ) 1.8 – 2.0

Tersementasi tinggi (highly cemented ), karbonat > 2.0

II. LINGKUNGAN SUMUR

Situasi lubang bor kira-kira adalah sebagai berikut :

Kedalaman yang bervariasi antara 1000 hingga 25000 ft.

Diameter lubang 5” hingga 17”.

Kemiringan lubang berkisar dari 200 hingga 700.

Temperatur dasar lubang antara 1000F – 4000F.

Kadar garam lumpur antara 1000 – 200000 ppm, terkadang mengandung minyak.

Berat lumpur antara 9 – 17 lb/gal.

Tekanan dasar lubang 500 hingga 20000 psi.

Ketebalanmud cake pada formasi permeabel sekitar 0,1” hingga 1”.

Daerah terkontaminasi antara beberapa inchi hingga beberapa ft. dimana kebanyakan cairan telah digantikan oleh cairan pemboran.

Alat-alat logging umumnya berdiameter 3 5/8 inchi dengan panjang 20 – 50 ft. Biasanya merupakan rangkaian dari beberapa alat. Kombinasi yang umum adalah :

DIL-SLS-GR  Dual Induction – Sonic – Gamma Ray

LDL-CNL-NGL  Litho Density – Neutron – Natural Gamma Ray

DLL-MSFL-GR  Dual Laterolog – Micro SFL – Gamma Ray

EPT-ML  Electromagnetic Propagation – Microlog

(15)

Gambar 2-7. Skematik lingkungan sumur bor (dari Western Atlas). dh Diameter lubang

di Diameter Invasi (bagian dalam /

 flushed zone)

d j Diameter Invasi (bagian luar /

invaded zone)

rj  Jari-jari Invaded Zone hmc Ketebalan kerak lumpur R m Resistivitas lumpur

R mc Resitivitas kerak lumpur R mf  Resitivitas filtrat lumpur R xo  ResitivitasFlushed Zone

Sxo Saturasi air padaFlushed Zone R s Resitivitas serpih

R t  Resistivitas Uninvaded zone R w Resistivitas air formasi

(16)

Diameter Lubang  (gambar 2-7) : Ukuran lubang bor diterjemahkan sebagai diameter  bagian luar dari mata bor, tapi diameter lubang dapat lebih besar atau lebih kecil dari diameter mata bor. Karena ; (1) Wash Out   dan/atau runtuhnya serpih dan sementasi batuan porous yang buruk, atau (2) bertambahnya kerak lumpur pada formasi yang porous dan permeabel. Ukuran lubang biasanya berkisar antara 77/8 inch hingga 12 inch. Ukuran lubang bor diukur oleh log caliper.

Lumpur Pemboran  : Sekarang hampir setiap pemboran menggunakan lumpur khusus. Lumpur tersebut membantu memindahkan cutting  dari lubang bor, melicinkan dan mendinginkan mata bor, serta menjaga kelebihan tekanan bor terhadap tekanan formasi. Densitas lumpur dijaga agar tetap tinggi agar tekanan hidrostatik pada kolom lumpur selalu lebih besar daripada tekanan formasi. Perbedaan tekanan ini mendorong sebagian lumpur merembes kedalam formasi. Pada saat terjadi rembesan partikel padat tertahan pada sisi lubang dan membentuk kerak lumpur. Fluida yang masuk ke dalam formasi disebut filtrat lumpur (mud filtrat ).

Zona Invasi ( Invaded Zone) : Zona yang dirembesi oleh filtrat lumpur. Terdiri dari :   Flushed Zone (R xo) jaraknya hanya beberapa inch dari lubang bor, biasanya

zona ini bersih dari air formasi. Jika terdapat minyak, dapat ditentukan derajat serbuan filtrat lumpur dari perbedaan antara saturasi air di zona ini (Sxo) dengan univaded zone (Sw). Biasanya sekitar 70 - 95 % minyak  berpindah; sisanya (residual oil) dapat dihitung dengan Sro = [1.0 - Sxo].   Transition  atau Anulus Zone (R i), zona ini muncul bila fluida formasi dan

filtrat lumpur bercampur. Terjadi antara flushed zone danuninvaded zone.

Kedalaman rembesan filtrat lumpur disebut sebagai diameter rembesan (di  dan d j). Secara umum dapat dikatakan : Jumlah filtrat lumpur yang sama dapat merembes ke dalam formasi dengan porositas rendah ataupun tinggi jika lumpur  pemboran mempunyai jumlah partikel yang sama. Partikel padatan dari lumpur  pemboran membesar dan membentuk sebuah lapisan mudcake yang

(17)

Diameter rembesan dinyatakan dalam inch atau rasio dj/dh. Kedalaman invasi  bergantung dari permeabilitas mudcake dan tidak bergantung pada porositas  batuan.

Zona Tak terinvasi (Uninvaded Zone) (R t): Zona ini tidak tercemar oleh filtrat lumpur. Hanya tersaturasi oleh air formasi, minyak, atau gas.

Saturasi air pada zona ini sangat penting, karena digunakan untuk menentukan saturasi hidrokarbon pada reservoir, dengan menggunakan rumus ;

So = 1.0 - Sw

Dimana: So = Saturasi minyak dan Sw = Saturasi air dalam zona tak terinvasi Perbandingan antara Sw  dengan Sxo  disebut indeks perpindahan hidrokarbon ( Index of Hydrocarbon Moveability).

III. REMBESAN DAN PROFIL RESISTIVITAS

Gambar 2-8. Profil rembesan tipikal untuk tiga versi distribusi fluida sekitar lubang bor (Dari George Asquith dan Charles Gibson).

(18)

Dari gambar 2-8, Secara ideal ada tiga tipe invasi dari distribusi fluida dalam lubang bor,  bagaimana distribusi rembesan pada invaded   dan uninvaded zone  dan hubungannya

dengan relatif resistivitas.

Step Profile, Filtrat lumpur terdistribusi seperti silinder disekitar lobang bor. Bentuk silinder tersebut secara mendadak curam bila kontak dengan uninvaded zone, diameter silinder digambarkan sebagai d j. Dalam invaded zone pori-pori terisi oleh filtrat lumpur, pada uninvaded zone terisi oleh air formasi atau hirdokarbon. Pada contoh ini uninvaded zone diisi 100% air (tidak ada hidrokarbon) sehingga resistivitasnya rendah. Resistivitas pada invaded zone = R xo, dan pada uninvaded

 zone = R o  (bila berkaitan dengan air formasi) atau R t  (bila berkaitan dengan hidrokarbon)

Transition Profile, Ini merupakan model yang paling realistis. Distribusi masih berupa silinder, tapi invasi filtrat lumpur berkurang secara berangsur (gradasi), agak curam, menyambung dengan zona transisi disebelah luar dari zona invaded. Pada

Flushed Zone (R xo) pori-pori terisi filtrat lumpur (R mf ) dan memberikan harga resistivitas yang tinggi. Pada Transition Zone (R i) pori-pori terisi filtrat lumpur (R mf ), air formasi (R w) dan, jika ada, sisa hidrokarbon. Pada Uninvaded Zone (R o)  pori terisi air formasi (R w), dan jika ada, hidrokarbon (R t) (pada diagram ini hidrokarbon tidak muncul sehingga harga resistivitas padauninvaded zone rendah).

Annulus Profile, menggambarkan distribusi sementara fluida jika operasi logging dihentikan sementara waktu (tidak akan terekam pada log).  Annulus profile

menggambarkan adanya fluida yang muncul antara invaded   dan uninvaded zone

dan merupakan tanda keberadaan hidrokarbon. Profil ini hanya dapat dideteksi oleh log induksi (ILD atau ILM) segera setelah sumur di bor dan memberikan harga resistivitas tinggi. Pada saat filtrat lumpur masuk ke dalam zona tersebut, air formasi terdorong keluar, kemudian air formasi yang keluar tersebut membentuk cincin (annular ring) pada batas invaded zone, profil ini hanya dapat terjadi pada

(19)

Pada Flushed Zone (R xo) pori terisi filtrat lumpur (R mf ) dan hidrokarbon sisa (RH), sehingga harga resistivitas tinggi.

Pada Transition Zone (R i) pori terisi campuran antara filtrat lumpur (R mf ), air formasi (R w) dan hidrokarbon sisa (RH).

Diluar itu adalah  Annulus Zone  dimana pori terisi air formasi (R w), dan hidrokarbon. Pada waktu profil annulus muncul, terjadi penurunan harga resistivitas secara tiba-tiba pada batas luar invaded zone, dikarenakan konsentrasi air formasi yang tinggi. Air formasi didorong keluar oleh rembesan filtrat lumpur ke annulus  zone. Hal ini menyebabkan absennya hidrokarbon secara sementara, dan pada

gilirannya mendorong kembali air formasi. Diluarannulus zone terdapat Uninvaded  Zone (R o) dimana pori terisi air formasi (R w), dan hidrokarbon. Harga Resistivitas sebenarnya (R t) akan lebih tinggi dari harga R o, karena hidrokarbon memiliki harga resistivitas yang lebih tinggi daripada air asin.

Gambar berikut ini memperlihatkan perbedaan penggunaan fresh dan salt drilling mud.

1.WBZ

Gambar 2-9. Potongan melintang dan profil resistivitas melalui permeable water bearing  formation (Dari George Asquith dan Charles Gibson)

(20)

Pemboran memasuki water bearing zone.(Gb. 2-9)  Sw >> 60%

 Fresh water drilling muds : R mf > R w, karena kandungan garam yang beragam. Rumus umum yang dipakai pada  fresh water drilling muds  adalah R mf  > 3R w. R xo mempunyai kandungan filtrat lumpur yang tinggi sehingga memiliki resistivitas yang tinggi juga, menjauhi lubang bor, resistivitas dariinvaded zone (R i) berkurang dengan berkurangnya filtrat lumpur (R mf ) dan bertambahnya air formasi (R w). Pada

uninvaded zone R t = R o bila formasi 100% tersaturasi oleh air formasi. Secara umum dapat disimpulkan R xo > R i >> R t pada water bearing zone

Salt water drilling muds : karena R mf 

 R w, maka tidak ada perbedaan yang besar antara

 flushed zone, invaded zone, dan uninvaded zone (R xo = R i = R t) semuanya mempunyai harga resistivitas yang rendah.

2. OBZ

Gambar 2-10. Potongan melintang dan profil resistivitas melalui lapisan permeable oil bearing (Dari George Asquith dan Charles Gibson).

(21)

Pemboran memasuki hydrokarbon bearing zone.(Gb.2-10)  Sw << 60 %

 Fresh water drilling muds : Karena R mf  dan RH >> R w, resistivitas Flushed Zone (R xo)  juga memiliki harga yang tinggi (karena ada mud filtrat dan sisa hidrokarbon).

Menjauhi lubang bor (invaded zone) dimana terdapat campuran antara filtrat lumpur, air formasi dan hidrokarbon sisa, resitivitasnya masih tinggi. Pada  beberapa kasus bisa terjadi R i

 R xo.

Kehadiran hidrokarbon pada uninvaded zone  menyebabkan formasi memiliki resistivitas yang tinggi daripada uninvaded zone hanya diisi oleh air formasi (R w), sehingga (R t > R o). Resistivitas pada zona ini umumnya lebih kecil daripada flushed

 zone (R xo) daninvaded zone (R i).

Jika annulus muncul dalam invaded zone  harga resistivitasnya (R i) akan sedikit lebih kecil daripada R t.

Secara umum dapat disimpulkan R xo > R i > R t atau R xo > R i < R t

Salt water drilling muds : Karena R mf 

R w dan kandungan hidrokarbon sedikit, maka resistivitas flushed zone akan rendah. Menjauhi lubang bor, dimana makin banyak hidrokarbon yang bercampur filtrat lumpur dalam inveded zone, maka resistivitas (R i) akan meningkat. Resistivitas pada uninvaded zone  akan lebih tinggi daripada saat formasi 100 % tersaturasi oleh air formasi (R t > R o) karena hidrokarbon lebih

resistant  daripada air asin.

Resistivitas pada uninvaded zone lebih besar daripadainvaded zone R t > R i > R xo

IV. BEBERAPA INFORMASI DASAR YANG DIBUTUHKAN DALAM

INTERPRETASI LOG

Pada analisa log dibutuhkan informasi mengenai ;

Litologi (berhubungan dengan porositas, faktor formasi)

Log porositas membutuhkan konstanta matriks sebelum porositas dihitung.

Batuan yang mengandung hidrokarbon (hydrocarbon bearing rock ) umumnya  berupa batupasir atau karbonat. Formasi yang hanya berisi pasir atau karbonat

disebut dengan formasi bersih (clean formation), formasi ini relatif mudah diinterpretasikan. Namun bila mengandung lempung atau serpih (shale) maka formasi tersebut disebut dengan shaly formation  dan reservoir jenis ini sulit untuk

(22)

diinterpretasikan. Karena ukuran lempung yang sangat halus dan dapat mengikat air sehingga tidak dapat mengalir, adanya air ini akan mempengaruhi pembacaan log.

# Batupasir

Porositas batupasir umumnya < 40%. Jika porositas pada gas bearing zone  < 7% atau pada oil bearing zone < 8%, biasanya pemeabilitas sangat rendah hingga tidak ada yang dapat diproduksi. 9% adalah batas terrendah untuk produksi.

Jika permeabilitas rendah, saturasi air akan tinggi, dan jika harga Sw melebihi 60%,  pada kebanyakan kasus pasir tersebut tidak produktif.

# Karbonat

Porositas karbonat umumnya juga < 40%. Tapi karbonat dapat berproduksi jika  porositasnya > 4%. Hubungan saturasi air – porositas pada karbonat lebih variatif,  pada satu kasus karbonat dapat berproduksi pada Sw  = 70%, pada kasus lain  berproduksi pada Sw = 30%, namun pada kebanyakan lapangan batasan saturasi air  pada karbonat = 50%.

Temperatur Formasi (berhubungan dengan resistivitas)

Temperatur formasi didapatkan dengan persamaan linier regresi; T  f  = gG .D + T  o

dimana : D = kedalaman. gG = kemiringan (gradien geothermal). Tf = temperatur To = konstanta (temperatur permukaan) Atau dengan Chart pada Gambar 2-11

Apabila diketahui: Temperatur permukaan, BHT, TD, Kedalaman formasi Maka prosedur pengerjaan :

1. Cari titik BHT pada temperatur permukaan (bagian bawah chart)

2. Tarik garis vertikal hingga berpotongan dengan TD (garis horizontal),  perpotongan ini menunjukkan gradien temperatur (garis diagonal).

3. Ikuti garis gradien hingga kedalaman formasi.

4. Temperatur formasi dapat dibaca pada skala dibagian bawah titik perpotongan gradien temperatur dengan kedalaman formasi.

(23)

Gambar 2-11. Chart untuk menentukan temperatur formasi (Tf ) dari kedalaman.

 Misalkan diketahui : Gradien temperatur, Kedalaman formasi, Temperatur permukaan Maka prosedur pengerjaan :

1. Tentukan kedalaman

2. Tarik garis hingga berpotongan dengan garis diagonal (gradien) 3. Tarik garis ke skala temperatur dan baca harga temperatur

CONTOH SOAL

Diketahui : Kedalaman total, TD = 10.000 feet. Temperatur permukaan = 80oF Bottom Hole Temperature, BHT = 200oF

Ditanya : Tentukan temperatur formasi pada kedalaman 7000 feet !

Jawab : Tarik garis vertikal keatas dari BHT = 200 oF berpotongan dengan TD 10.000 ft, sehingga didapat gradien geothermal = 1.2 oF /100 ft. Ikuti garis gradien geothermal tersebut hingga kedalaman formasi 7000 ft, lalu baca skala bagian

(24)

 bawah titik perpotongan gradien temperatur dengan kedalaman formasi. Di  peroleh temperatur formasi = 164oF Atau dapat juga menggunakan persamaan:

T  f  = gG.D + T o= 1.2 oF /100 ft x (7000 ft) + 80oF = 164oF

Kepala log ( Log Header)

Merupakan Sumber data lainnya yang memuat berbagai informasi tentang sumur.

Gambar 2-12. Tipikal Kepala log. Informasi yang ada seperti harga Resistivitas (R m, R mf ) sangat berguna dalam interpretasi log dan perhitungannya (Dari George Asquith dan

(25)

Data yang dapat diambil dari kepala log : 1. Well Name

2. Field Name

3. Rig Name and Location

Latitude

Longitude

Elevation 4. Datum

5. Log Measured from 6. Drilling Measured from 7. Logging Date

8. Run Number 9. Depth Driller 10. Depth Logger

11. Bottom Logged Interval 12. Top Logged Interval

13. Casing Driller / Depth 14. Casing Logger

15. Bit Size

16. Fluid Type / Fluid Level 17. Density / Viscosity 18.  pH / Fluid Loss 19. Source of Sample 20. R m @ Measured Temperature 21. R mf  @ Measured Temperature 22. R mc @ Measured Temperature 23. R m at Borehole Temperature 24. Source R mf dan R mc

25. Time since Circulation

26. Max Recordable Temperature (BHT)

Informasi-informasi yang diperoleh dari kepala log berguna dalam menjawab pertanyaan- pertanyaan mengapa instrumen logging tidak dapat mencapai kedalaman yang diinginkan

(26)
(27)

Skala logaritmik pada log umumnya dipakai untuk data resistivitas dan menempati 1 atau 2 track. Data log lain direkam secara linear. Track I biasanya digunakan untuk kurva kontrol seperti SP, GR,calliper , tetapi dapat juga digunakan untuk informasi interprestasi

quick-look. Data-data penting untuk  Log Headers  seperti ukuran lubang pada tiap kedalaman dan ke- dalaman total sumur direkam pada log pemboran. Bottom Hole Temperature  didapat dari pembacaan temperatur maksimum yang terbaca pada termometer dari tiap logging yang di-run.

Ada tiga macam skala yang dipakai pada log : Kolom

1 2 3

Penerapan Umum

Linier Linier Linier Log Porositas

Linier Logaritmik Linier Log Sonik – Induksi Linier Logaritmik Logaritmik DLL-MSFL

SP Caliper  Bit Size ILD ILM SFLU

t Cable Tension

Log Gamma Ray

SP Caliper  Bit Size LLd LLs MSFL DLL – MSFL

Caliper Litologi (PEF)

∆ρ

 (DRHO) Log Litodensitas-Netron

 Bit Size

φ

 N (NPHI)

ρ

B (RHOB)

Tidak ada logging yang dapat mengukur porositas, saturasi, permeabilitas atau jenis fluida secara langsung. Log-log tidak mengidentifikasikan warna batuan ataupun tekstur  batuan. Akan tetapi, sejumlah rekaman logging merespon sifat-sifat yang dapat dikorelasikan dengan karakteristik batuan dan fluida. Tabel 2-2 adalah daftar

(28)

instrumen-instrumen logging yang dapat dipakai untuk mengkorelasi karakteristik batuan dan fluida formasi.

Tabel 2-2. Instrumen Log untuk korelasi karakteristik batuan dan fluida Instrumen Log yang paling

 baik digunakan

Instrumen Log yang cukup baik digunakan

Komposisi Batuan

Gamma Ray

Spectral Gamma Ray Bulk Density

Photoelectric Capture Inelastic Gamma Ray Caliper

Spontaneous Potential  Neutron Hydrogen Index

Acoustic Transit Time Dielectric Propagation Dielectric Attenuation Pulsed Neutron Capture Microresistivity

Tekstur Acoustic Transit Time Resistivity

Caliper

Spontaneous Potential  Neutron Hydrogen Index

Acoustic Attenuation Bulk Density

Pulsed Neutron Capture Inelastic Gamma Ray Dielectric Propagation Microresistivity

Struktur Internal Microresistivity Resistivity

Spontaneous Potential Dielectric Propagation Acoustic Attenuation

Fluida Resistivity

 Neutron Hydrogen Index Bulk Density

Spontaneous Potential Pulsed Neutron Capture Inelastic Gamma Ray Acoustic Attenuation Dielectric Propagation Dielectric Attenuation Temperature

(29)
(30)
(31)

V. PERHITUNGAN GRADIEN TEMPERATUR DAN TEMPERATUR

FORMASI

Gradien Temperatur

Anggap

BHT = 2500F; Total kedalaman = 15000 ft; Temperatur permukaan = 700F ingat gG = (BHT – T o)/T  D = (250-70)/15000 = 0.0120F/ft. Temperatur Formasi Anggap gG = gradien temperatur = 0.0120F/ft,= 1.2oF/100ft. D = kedalaman formasi = 8000 ft T o = temperatur permukaan = 700 F ingat T  f  = gG.D + T o = (0.012 x 8000) + 70 = 1660 pada 8000 ft

Setelah temperatur formasi dihitung, resistivitas dari perbedaan fluida (R m, R mf , atau R w) dapat dikoreksi ke temperatur formasi.

 RTF = R temp x (Temp + 6.77)/(T  f  +6.77)

dimana :

 RTF = Resistivitas dari temperatur formasi

 R temp = Resistivitas dari suatu temperatur selain temperatur formasi

Temp = Temperatur pada resistivitas yang diukur T  f  = Temperatur formasi

Misalnya T formasi = 1660F dan R w = 0.4 @ 700, maka R w @ 1660 adalah : R w166 = 0.4 x (70 + 6.77)/(166 + 6.77) = 0.18

R m, R mf , R mc, dan temperatur pada pengukuran dibaca pada kepala log (gambar 2-13). R w didapat dari analisa contoh air DST, air sumur produksi, atau pada katalog resistivitas air. Juga dapat ditentukan dari log SP, atau dapat dihitung dalam zona air (Sw=100%) dengan metoda resistivitas air semu.

Tabel 2-3. Daftar persamaan dasar yang dipakai dalam evaluasi log.  Porositas φ 

 =

t t  t t  ma  f ma Sonic Log

(32)

φ   ρ ρ   ρ ρ 

=

ma b ma f  Density log φ 

=

φ  D

+

φ N  2 2

2  Neutron - Density Log

 Faktor Formasi

F = a / φ m Umum

F = 1 / φ 2 Karbonat

F = 0.81 / φ 2 Batupasir terkonsolidasi

F = 0.62 / φ 2.15 Pasir tak terkonsolidasi  Resistivitas Air Formasi

SSP = -K x log(Rmf  /Rw)  Rwe →  Rw  R  R F  w

=

0 Saturasi Air

S wn=F x (Rw /Rt )  pada Uninvaded Zone

S  xon= F x (Rmf  /R xo)  pada Flushed Zone

S   R R  R R w  xo t  mf w

=

 ⎛ 

⎝ 

⎜⎜

 ⎞

 ⎠

⎟⎟

metoda perbandingan saturasi air

n : eksponen saturasi, antara 1.8 – 2.5, umumnya menggunakan harga 2 Volume Air Bulk

 BVW =φ  x S w

Permeabilitas

K e=[250x(φ 3 /S w irr )]2 minyak, K e = dalam millidarcies

(33)

VI. PERHITUNGAN SATURASI AIR

Untuk menghitung saturasi air, akan dibahas pada BAB V.

VII. PENENTUAN HYDROCARBON-IN-PLACE

Untuk menentukan volume minyak atau gas in-place tanpa memperhatikan ekspansi,  penyusutan, tekanan, temperatur, ataupunrecovery factor , biasanya tidak dihitung jumlah hidrokarbon yang memiliki batasan harga porositas ataupun saturasi air yang mungkin  berproduksi. Jumlah hidrokarbon tidak akan berubah dan tidak berpengaruh terhadap  produksi.

Penentuan hidrokarbon secara volumetrik dari sebuah sumur memerlukan data ketebalan (h), porositas (

φ

), Saturasi air (Sw), dan estimasi daerah pengurasan (drainage area). Juga dianggap karakteristik reservoir konstan, maka volume hidrokarbon adalah :

V = A.c. (h .(1-Swi  ).i i

= A.c.{ h1(1-Sw1 )Ø1 + h 2(1-Sw 2 )Ø 2 + h 3(1-Sw 3 )Ø 3 + - - - }

dimana : A = Daerah pengurasan (acre)

c = konstanta (43560 jika V dihitung dalam ft3 dan 7758 jika dalam barrel) h = ketebalan lapisan (ft)

i = 1,2,3 … dst layer reservoir yang mempunyai karakteristik berbeda. Untuk menghitung porositas atau saturasi air rata-rata digunakan persamaan

(

)

( )

=

i i i avg h h φ  φ    dan

(

)

( )

=

i i i avg h h Sw Sw Contoh

Suatu reservoir mempunyai tiga zone atau zone dengan perbedaan Sw dan Ø Zone Sw% Ø h(ft) A (area) = 40 acre

1 25 22 4 B = 7758 ( Dlm barrel)

2 33 27 6 Hitung volume reservoir volumetric dan 3 20 29 10 harga rata-rata Sw & Ø.

V = 40 x 7758 {4 x (1-0.25) x 0.22 + 6 x (1-0.33) x 0.27 + 10 x ( 1-0.20) x 0.29} = 1,261,450 bbls.

Øavg = (22x4 +27x6 + 29x10) : (4 + 6 + 10) = 27 % Swavg = (25x4 +33x6 + 20x10) : (4 + 6 + 10) = 25 %

Gambar

Gambar 2-1. Porositas yang berbeda-beda tergantung susunan butiran batuan (dari Western Atlas).
Gambar 2-3. Porositas efektif, non-efektif, dan total (dari Western Atlas).
Gambar  2-4  berikut  adalah  beberapa  variabel  yang  dapat  mempengaruhi  permeabilitas vertikal dan horizontal.
Gambar 2-5. Chart yang menggambarkan hubungan antara irreducible water saturation ,  porositas, dan permeabilitas.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Macam dan perubahan volume dari material di suatu lokasi perlu diketahui, sebab pada dasarnya tiap macam tanah atau batuan memiliki sifat fisik dan mineral yang

Reservoir adalah lapisan yang tersusun dari batuan yang memiliki sifat permeablea. dan porositas tinggi yang berperan untuk menyimpan fluida yaitu uap dan

mempunyai kandungan filtrat lumpur yang tinggi sehingga memiliki resistivitas yang tinggi juga, menjauhi lubang bor, resistivitas dari invaded zone (R i ) berkurang.

Monitoring sumur panas bumi Mataloko meliputi pengamatan sifat fisis sumur berupa tekanan dan temperatur fluida di kepala sumur, analisis sifat fisis dan kimia fluida sumur,

Contohnya batuan dengan resistivitas rendah dapat di interpretasikan bahwa batuan tersebut mengandung material konduktif, contohnya mineral logam, atau dapat juga mengandung

Batuan dengan resistivitas rendah dapat diinterpretasikan bahwa batuan tersebut mengandung material konduktif (mineral logam) atau mengandung fluida (air) yang

Sifat-sifat fisik yang harus diperhatikan pada batuan metamorf antara lain tekstur pada batuan metamorf digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu kristaloblastik yaitu tekstur

Pada kerangka saturasi akan menghitung efek subtitusi dari fluida yang menggunakan property kerangka batuan meliputi persamaaan gasmann untuk menghitung batuan yang