BAB II
WELL COMPLETION
2.1. DASAR TEORI
Setelah pemboran mencapai target pemboran (formasi produktif), maka sumur perlu dipersiapkan untuk dikomplesi. Persiapan sumur untuk dikomplesi bertujuan untuk memproduksikan fluida hidrokarbon ke permukaan. Komplesi sumur demikian dikenal dengan istilah Well Completion.
Komplesi sumur meliputi bagian tahapan operasi produksi, yaitu :
1. Tahap pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi (production casing).
2. Tahap perforasi dan atau pemasangan pipa liner. 3. Tahap penimbaan (swabbing) sumur.
2.1.1. Metoda Well Completion.
Kriteria umum untuk klasifikasi metode well completion didasarkan pada beberapa faktor, yaitu :
• Down-hole completion atau formation completion, yaitu membuat hubungan antar formasi produktif dengan tiga metoda, yaitu :
1) Open-hole completion (komplesi sumur dengan formasi produktif terbuka).
2) Cased-hole completion atau perforated completion (komplesi sumur dengan formasi produktif dipasang casing dan diperforasi).
3) Sand exclussion completion (problem kepasiran).
• Tubing completion (komplesi pipa produksi) yaitu merencanakan pemasangan atau pemilihan pipa produksi (tubing), yaitu meliputi metoda natural flow dan artificial lift.
• Well-head completion yaitu meliputi komplesi X-mastree, casing head, dan tubing head.
Pada metoda ini, pipa selubung produksi hanya dipasang hingga di atas zone produktif ( zona produktif terbuka). Metoda komplesi ini diterapkan jika formasi produktif kompak, dan keuntungannya adalah didapatkan lubang sumur secara maksimum, kerusakan/skin akibat perforasi dapat dieliminir, mudah dipasang screen, liner, gravel packing dan mudah diperdalam apabila diperlukan. Kerugian metoda ini adalah sulit menempatkan casing produksi pada horison yang tepat diatas zona produktif, sukarnya pengontrolan bila produksi air atau gas berlebihan dan sukarnya menentukan zona stimulasi.
2.1.1.2. Conventional Perforated Completion
Pada tipe komplesi ini, casing produksi disemen hingga zona produktif, kemudian dilakukan perforasi. Komplesi ini sangat umum dipakai, terutama apabila formasi perlu penahan atau pada formasi yang kurang kompak.
Keuntungan metoda ini, produksi air atau gas yang berlebihan mudah dikontrol, stimulasi mudah dilakukan, mudah dilakukan penyesuaian untuk konfigurasi multiple completion jika diperlukan. Kerugian metoda ini, diperlukan biaya untuk perforasi dan kerusakan (damage) akibat perforasi.
2.1.1.3. Sand Exclusion Types.
Akibat telepasnya pasir dari formasi dan terproduksi bersama fluida, dapat menyebabkan abrasi pada alat-alat produksi dan kerugian lain, maka untuk mengatasi adanya kepasiran diperlukan cara pencegahan pada sistem komplesinya, yaitu dengan menggunakan :
1. Slotted atau screen liner.
2. Menutup permukaan formasi dengan gravel dan ditahan dengan screen (gravel) packing system.
2.1.1.3.1. Slotted atau Screen Liner.
Cara ini dapat diterapkan baik pada open-hole maupun cased-hole, yaitu dengan menempatkan slot atau screen didepan formasi. Terdapat tiga bentuk/macam screen :
a. Horizontal slotted screen. b. Vertical slotted screen. c. Wire wrapped screen.
Untuk pemasangan liner, mud cake harus dibersihkan terlebih dahulu dari zona produktif untuk mencegah terjadinya penyumbatan (plugging) dengan menggunakan fluida bebas clay aktif pada fluida komplesinya atau dengan air garam.
2.1.1.3.2. Gravel Packing
Gravel pack juga dapat dikerjakan baik pada open hole maupun pada cased hole completion. Metoda ini dilakukan baik untuk memperbaiki kegagalan screen liner maupun sebagai metoda komplesi yang dipilih.
Sebelum menempatkan gravel, lubang harus dibersihkan sehingga ruang/gua untuk menempatkan gravel dapat dibuat, kemudian memasukkan screen liner dan pompakan gravel sampai mengisi seluruh ruang atau gua di muka formasi produktif, dengan demikian pasir akan tertahan oleh gravel sehingga fluida produksi bebas dari pasir.
2.1.2. Perforasi
Pembuatan lubang menembus casing dan semen sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur, disebut perforasi.
2.1.2.1. Perforator
Untuk melakukan perforasi, digunakan perforator yang dibedakan atas dua tipe perforator :
a. Bullet/Gun perforator. b. Shape charge/Jet perforator. 2.1.2.1.1. Bullet/Gun perforator
Komponen utama dari bullet perforator meliputi :
a. Fluid seal disk : pengaman agar fluida sumur tidak masuk ke dalam alat.
b. Gun barrel. Badan gun dimana disekrupkan dan untuk menempatkan sumbu (ignitor) dan propellant (peluru) dengan shear disk didasarnya, untuk memegang bullet ditempatnya sampai tekanan maksimum dicapai karena terbakarnya powder.
c. Electric Wire : kawat listrik yang meneruskan arus untuk pengontrolan pembakaran powder charge.
d. Gun body terdiri dari silinder panjang terbuat dari besi yang dilengkapi dengan suatu alat kontrol untuk penembakan. Sejumlah gun/susunan gun ditempatkan dengan interval tertentu dan diturunkan kedalam sumur dengan menggunakan kawat ( electric wire-line cable) dimana kerja gun dikontrol dari permukaan melalui wireline untuk melepaskan peluru (penembakan) baik secara sendiri maupun serentak. 2.1.2.1.2. Jet Perforator
Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan gun perforator, bukannya gaya powder yang melepas bullet tetapi powder yang eksplosif diarahkan oleh bentuk powder chargenya menjadi suatu arus yang berkekuatan tinggi yang dapat menembus casing, semen, dan formasi.
2.1.2.2. Kondisi Kerja Perforasi 2.1.2.2.1. Conventional Overbalance
Merupakan kondisi kerja di dalam sumur dimana tekanan formasi dikontrol oleh fluida/lumpur komplesi atau dengan kata lain bahwa tekanan hidrostatik lumpur (Ph) lebih besar dibandingkan tekanan formasi (Pf), sehingga memungkinkan dilakukan perforasi, pemasangan tubing dan perlengkapan sumur lainnya.
Cara overbalance ini, umumnya digunakan pada : a. Komplesi multizona.
b. Komplesi gravel-pack (cased-hole). c. Komplesi dengan menggunakan liner. d. Komplesi pada casing intermidiate.
Masalah/problem yang sering timbul dengan teknik overbalance ini adalah :
a. Terjadinya kerusakan formasi (damage) yang lebih besar, akibat reaksi antara lumpur komplesi dengan mineral-mineral batuan formasi.
b. Penyumbatan oleh bullet/charge dan runtuhan batuan. c. Sulit mengontrol terjadinya mud-loss dan atau kick.
d. Clean-up sukar dilakukan. 2.1.2.2.2. Underbalance
Merupakan kebalikan dari overbalance, dimana tekanan hidrostatik lumpur komplesi lebih kecil dibandingkan tekanan formasi. Cara ini sangat cocok digunakan untuk formasi yang sensitif/reaktif dan umumnya lebih baik dibandingkan overbalance, karena :
a. Dengan Ph < Pf, memungkinkan terjadinya aliran balik : dari formasi ke sumur, sehingga hancuran hasil perforasi (debris) dapat segera terangkat keluar dan tidak menyumbat hasil perforasi.
b. Tidak memungkinkan terjadinya mud-loss dan skin akibat reaksi antara lumpur dengan mineral batuan.
c. Clean-up lebih cepat dan efektif. 2.1.2.3. Teknik/Cara Perforasi
Berdasarkan cara menurunkan gun ke dalam sumur, ada dua teknik perforasi, yaitu :
a. Teknik perforasi dengan wireline (wireline conveyed perforation). b. Teknik perforasi dengan tubing (tubing conveyed perforation). 2.1.2.3.1. Wireline Conveyed Perforation
Pada sistem ini gun diturunkan ke dalam sumur dengan menggunakan wireline (kawat listrik).
a. Wireline conveyed perforation
Biasanya menggunakan gun berdiameter besar. Kondisi kerja perforasi dengan teknik ini adalah overbalance, sehingga tidak terjadi aliran setelah perforasi dan menara pemboran dengan blow out preventer (BOP) masih tetap terpasang untuk penyelesaian sumur lebih lanjut.
b. Wireline conveyed tubing gun
Gun berdiameter kecil dimasukkan kedalam sumur melalui X-mastree dan tubing string, setelah tubing dan packer terpasang diatas interval perforasi. Penyalaan gun dilakukan pada kondisi underbalance dan untuk operasi ini,
umumnya tidak diperlukan menara pemboran tetapi cukup dengan lubricator (alat kontrol tekanan) atau snubbing unit.
2.1.2.3.2. Tubing Conveyed Perforator (TCP).
Gun berdiameter besar dipasang pada ujung bawah tubing atau ujung tail-pipe yang diturunkan kedalam sumur bersama-sama dengan tubing string. Setelah pemasangan X-mastree dan packer, perforasi dilakukan secara mekanik dengan menjatuhkan bar atau go-devil melalui tubing yang akan menghantam firing-head yang ditempatkan di bagian atas perforator. Perforasi dapat dilakukan baik pada kondisi overbalance maupun underbalance dan setelah perforasi dilakukan, gun dibiarkan tetap tergantung atau dijatuhkan ke dasar sumur (rathole).
2.1.3. Swabbing
Swabbing adalah pengisapan fluida sumur/fluida komplesi setelah perforasi pada kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi dari formasi dapat mengalir masuk kedalam sumur dan kemudian diproduksikan ke permukaan. Ada 2 sistem pengisapan fluida yang berbeda pada sumur sebelum diproduksikan, yaitu :
1. Penurunan densitas cairan.
Dengan menginjeksikan lumpur yang mempunyai densitas lebih kecil dari fluida yang berada di sumur, sehingga densitas lumpur baru akan memperkecil tekanan hidrostatik (Ph) fluida sumur, sehingga akan terjadi aliran dari formasi menuju sumur produksi selanjutnya ke permukaan.
2. Penurunan kolom cairan.
Seperti halnya penurunan densitas, untuk tujuan menurunkan tekanan hidrostatik fluida dalam sumur agar lebih kecil dari tekanan formasi, dapat dilakukan dengan dua cara :
a. Pengisapan
Dengan memasukkan karet penghisap (swabb-cup) yang berdiameter persis sama dengan tubing untuk swabbing. Dengan cara menari swab-cup keatas, maka tekanan dibawah swab-swab-cup menjadi kecil sehingga akan terjadi surge dari bawah yang akan mengakibatkan aliran.
b. Timba
Timba dimasukkan melalui tubing, dimana pada saat timba diturunkan, katup pada ujung membuka dan bila ditarik katup tersebut akan menutup. Dengan cara ini, maka suatu saat tekanan formasiakan melebihitekanan hidrostatik kolom lumpur.
2.2. DESKRIPSI ALAT
2.2.1. - Nama Alat : Casing 11 3/8”
- Fungsi : ● Melindungi lubang bor dari pengaruh-pengaruh fluida formasi dan tekanan-tekanan di sekitarnya.
• Melindungi lubang bor dari keguguran
• Memisahkan formasi produktif satu dengan yang lainnya
• Bersama-sama memperkuat dinding lubang bor serta mempermudah operasi produksi nantinya
- Mekanisme : Casing dipasang mulai dari permukaan yang disebut dengan conductor casing. Lalu memasang surface casing, intermediate casing dan yang terakhir pada zona formasi produktif adalah production casing, dimana semakin dalam diameter casing semakin kecil.
Gambar 2.1. Casing 11 3/8”
(http://www.bridgat.com/oil_well_casing_tubing_ with_api_5ct-o64910.html)
- Spesifikasi :
Tabel II-1. Spesifikasi Casing 11 3/8” Casing Size OD (in) Casing coupling OD (in) Nominal Weight (lbs/ft) Inside Diameter ID (in) API Drift ID (in) Roller cone bit size OD (in) Fixed Cutter bit size OD (in) 11-3/4 12.750 42.00 11.084 10.928 10-5/8 10-5/8 11.750 12.750 47.00 11.000 10.884 10-5/8 10-5/8 12.750 54.00 10.880 10.724 10-5/8 10-5/8 12.750 60.00 10.772 10.616 9-7/8 9-7/8
2.2.2. - Nama Alat : Liner
- Fungsi :
Menjaga stabilitas lubang bor di
subsurface, selain itu biasanya
dipasangkan dengan screen untuk
menanggulangi problem kepasiran.
- Mekanisme : Dengan menempatkan liner didepan formasi. Terlebih dahulu mud cake harus dibersihkan untuk mencegah terjadinya penyumbatan (plugging).
Gambar 2.2. Liner
- Spesifikasi :
Tabel II-2. Spesifikasi Liner
Size Pipe OD-in Weight Threads ends Liner (lb/ft) OD-in ¾ 1.05 1.14 14 NDT 0.842 ¾ s 1.05 1.48 14 NDT 0.742 1s 4.315 2.18 NU 10 RD 0.957 1 ¼ 1.66 2.3 NU 10 RD 1.38 1 ½ 1.9 2.75 NU 10 RD 1.61
2.2.3. - Nama Alat : Screen
- Fungsi : Mencegah ikut terproduksinya butiran pasir bersamaan dengan fluida hidrokarbon dari formasi produktif kedalam lubang sumur
- Mekanisme : Dengan menempatkan screen didepan formasi. Terlebih dahulu mud cake harus dibersihkan untuk mencegah terjadinya penyumbatan (plugging).
Jenis-jenis screen :
• Horizontal Slotted Screen • Vertical Slotted Screen • Wire Wrapped Screen
Screen memiliki outside diameter yang sama dengan inside diameter tubing, sehingga ketika dimasukkan kedalam tubing akan membutuhkan tenaga dorongan yang relatif cukup besar.
Gambar 2.3. Conventional Screen
(www.jlfiberservices.com/images/Screen-Cylinder-Purple_sm.gif)
- Spesifikasi :
Table II-3. Spesifikasi Conventional Screen Base Pipe OD (inch) Base pipe Weight (lb/ft) Perforations Size (inch) Perforations Hole (per ft) Screen OD (inch) 2.375 4.60 3/8” 48 3.24 2.875 6.40 3/8” 48 3.74 3.500 9.20 3/8” 60 4.35 4.000 9.50 3/8” 60 4.86 4.500 11.60 3/8” 72 5.40 5.000 15.00 3/8” 72 5.90 5.500 17.00 3/8” 84 6.40 6.625 24.00 3/8” 84 7.53 7.000 23.00 3/8” 96 7.93
2.2.4. - Nama Alat : Expandable Screen
- Fungsi : 1. Mengatasi adanya masalah kepasiran pada komplesi sumur.
2. Menyaring fluida formasi yang masuk ke dalam formasi.
- Mekanisme : Dengan menempatkan screen didepan formasi.Terlebih dahulu mud cake harus dibersihkan untuk mencegah terjadinya penyumbatan (plugging). Dengan menggunakan fluida bebas clay aktif pada fluida komplesi atau dengan menggunakan air garam.
Expandable screen memiliki outside diameter yang lebih kecil dari inside diameter tubing, sehingga akan lebih mudah untuk dimasukkan. Kemudian nantinya dengan alat tertentu screen ini akan mengembang sehingga outside diameter akan sama dengan inside diameter tubing. Expandable Screen biasanya digunakan pada sumur horizontal dengan kondisi underbalance.
- Spesifikasi :
Tabel II-4. Spesifikasi Expandable Screen Gambar 2.4. Expandable Screen
(http://images.pennnet.com/articles/os/thm/th_12 2070.jpg)
Size Pipe OD-in Weight Threads ends Line Approx. ship.wt (lbs/ft) (lb/ft) OD-in ¾ 1.05 1.14 14 NDT 0.842 1.7 ¾ s 1.05 1.48 14 NDT 0.742 2.9 1s 4.315 2.18 NU 10 RD 0.957 3.6 1 ¼ 1.66 2.3 NU 10 RD 1.38 4.5 1 ½ 1.9 2.75 NU 10 RD 1.61 5.2 2 1/16 2.063 3.25 19 EU IRD 1.751 6 3 ½ 3.5 9.2 NU 10 RD 2.992 10 4 ½ 4.5 9.5 NU 10 RD 4.09 12.9 5 5 13 SHT CSG 4.494 14.3 6 5/8 6.625 14 SHT CSG 5.921 19.3
2.2.5. - Nama Alat : Gravel Pack
- Fungsi : 1. Mengatasi masalah kepasiran.
- Mekanisme : Sebelum menempatkan gravel, lubang dibersihkan sehingga ruang atau gua untuk menempatkan gravel dapat dibuat. Masukkan screen liner dan pompakan gravel sampai mengisi seluruh ruang atau gua dimuka formasi produktif sehingga pasir akan tertahan dan fluida produksi bebas dari pasir.
- Spesifikasi :
Tabel II-5. Spesifikasi Gravel Pack Gambar 2.5. Gravel Pack
Size Thread B×P Maximum OD (in./mm) Fishing OD (in./mm) Minimum ID (in./mm) Maximum Shear Value (lb/kg) Model SS4 4-in. Stroke Model SS12 12-in. Stroke
2-3/8 EU 8rd 3.10 78.74 2.89 73.40 1.98 50.29 43,500 19,731 918220 918243 NU 10rd 918251 918246 2-7/8 EU 8rd 3.71 94.23 3.55 90.17 2.43 61.72 43,500 19,731 1125211 1125682 NU 10rd 1125446 1126786 3-1/2 EU 8rd 4.55 115.57 4.30 109.22 2.98 75.69 63,600 28,848 1125135 1127046 NU 10rd 1126839 1127048 4 NU 8rd 4.80 121.92 4.80 121.92 3.46 87.88 63,600 28,848 1151965 1151986 4-1/2 LTC 5.46 138.68 5.05 128.27 3.91 99.31 63,600 28,848 1152219 1152208 5 LTC 5.88 149.35 5.55 140.97 4.26 108.20 63,600 28,848 1312307 1291447 5-1/2 LTC 6.05 153.67 6.05 153.67 4.67 118.62 63,600 28,848 1312324 1291458
2.2.6. - Nama Alat : Coiled Tubing
- Fungsi : 1. Pembersihan sumur dan kickoff 2. Drill Stem Test
3. Media untuk injeksi fluida untuk stimulasi 4. Untuk memisahkan zona produksi pada squeeze cementing.
- Mekanisme : Penggunaan CT untuk operasi pemboran menggantikan drill pipe konvensional
didasari/didorong oleh tersedianya ukuran CT yang lebih besar (>1 in.), sehingga memungkinkan untuk meneruskan hydraulic horsepower ke downhole
motor melalui fluida pernboran untuk memutar pahat dan sekaligus membersihkan lubang bor.
- Spesifikasi :
Tabel II-6. Spesifikasi Coiled tubing
Maximum Operating Pressure Temp
11/16-in. (17.46-mm) to 15/16-in. (23.81-mm) CHC 5,000 PSI (34,500 kPa) 250°F (121°C) 1-in. (25.40-mm) to 1 1/4-in. (31.75-mm) CHC 6,000 PSI (41,368 kPa) 275°F (135°C) 1 3/8-in. (34.93-mm) to 6 3/8-in. (161.93-mm) CHC 7,500 PSI (51,710 kPa) 275°F (135°C) Gambar 2.6. Coiled Tubing
(http://www.slb.com) Coiled Tubing
2.2.7 - Nama Alat : Bullet/Gun Perforator
- Fungsi : Di gunakan untuk melubangi casing produksi sehingga memberikan ruang untuk mengalirkan fluida dari formasi ke lubang bor.
- Mekanisme : Tenaga yang dihasilkan oleh bullet untuk melubangi casing dapat dikontrol dari permukaan juga dapat di setting sesuai dengan suhu yang diperlukan di bawah permukaan. Komponen dari bullet yaitu :
• Fluid seal disk : pengaman agar fluida sumur tidak masuk ke dalam alat.
• Gun barrel.
• Badan gun dimana barrel diskrupkan dan untuk menempatkan sumbu (ignitor) dan propellant (peluru) dengan shear disk didasarnya, untuk
memegang bullet ditempatnya sampai tekanan maksimum dicapai karena terbakarnya powder. • Electric wire : kawat listrik yang meneruskan arus
unutuk mengontrol pembakaran powder charge.
- Spesifikasi :
Tabel II-7. Spesifikasi Bullet/Gun Perforator
Distance 6”
Mesh Range 0, 10-0, 500
Max Saw Dia 4 ½
Saw ID 4 ½
Casing size Up to 20’ max
Gambar 2.7. Bullet Perforated (cnpc.com.cn)
2.2.8. - Nama Alat : Jet Perforator
- Fungsi : Sebagai pembuat lubang menembus casing sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur.
- Mekanisme : Prinsip kerja jet perforator berbeda dengan gun perforator. Powder yang eksplosif diarahkan oleh bentuk powder chargernya menjadi suatu arus yang berkekuatan tinggi yang dapat menembus casing, semen dan formasi.
Gambar 2.8. Jet Perforator
- Spesifikasi :
Tabel II-8. Spesifikasi Jet Perforator
Capacity 16 Spindles, straight & undercut machines. Slot center to center
Distance 6”
Mesh Range 0, 10-0, 500
Max Saw Dia 4 ½
Saw ID 4 ½
Casing size Up to 20’ max
- Fungsi : Untuk melubangi casing, tubing, dan formasi agar terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke lubang sumur.
- Mekanisme : Tenaga pendorong menggunakan udara yang termampatkan. Prinsip kerjanya mirip dengan accumulator di sistem BOP yakni hidrolis akibat efek dari liquid dan udara yang termampatkan. Tenaga yang dibutuhkan untuk melubangi steel casing setebal 0,450 inch(maksimum) adalah 80 -90 psi
- Spesifikasi :
Gambar 2.9. Hydraulic Perforator
(http://www.americawestdrillingsupply.com/product s2/AirPerforators.as)
Tabel II-9. Spesifikasi Hydraulic Perforator --- --- Range 50 m 100 m 150 m 200 m 250 m 300 m 350 m 400 m 450 m 500 m --- --- 50 m Zero X +2,3 +1,8 -2,1 -9,4 -20,5 -35,9 -56,3 -82,2 -113,6 - 100 m Zero -1,2 X -1,7 -6,8 -15,3 -27,5 -44,1 -65,7 -92,7 -125,3 - 150 m Zero -0,6 +1,2 X -4,4 -12,4 -24,0 -40,0 -61,0 -87,5 -119,5 - 200 m Zero +0,5 +3,4 +3,3 X -6,9 -17,4 -32,3 -52,2 -77,5 -108,4 - 250 m Zero +1,9 +6,1 +7,4 +5,5 X -9,2 -22,7 -41,2 -65,2 -94,7 - 300 m Zero +3,4 +9,2 +12,0 +11,6 +7,6 X -12,0 -29,0 -51,5 -79,5 - 350 m Zero +5,1 +12,6 +17,1 +18,4 +16,2 +10,3 X -15,3 -36,1 -62,4 - 400 m Zero +7,0 +16,4 +22,9 +26,1 +25,8 +21,8 +13,4 X -18,8 -43,2 - 450 m Zero +9,1 +20,6 +29,2 +34,5 +36,2 +34,3 +28,0 +16,7 X -22,3 - 500 m Zero +11,4 +25,1 +35,9 +43,4 +47,4 +47,7 +43,7 +34,6 +20,1 X
--- --- 219 m PB Zero +1,0 +4,4 +4,8 +2,0 ---4,4 ---14,4 ---28,8 -48,2 -73,1 -103,5 --- ---Velocity m/s 958,5 916,1 875,1 835,4 796,4 754,5 713,7 674,3 636,1 599,1 -Energy Joule 4138,7 3781,3 3450,5 3144,2 2857,7 2564,4 2294,9 2048,5 1823,0 1617,0 -Deflection cm 0,6 2,1 4,7 8,6 13,8 20,2 28,3 38,3 50,2 63,7 -Correction MOA/m/s 0,086 0,158 0,240 0,332 0,426 0,518 0,621 0,737 0,858 0,980 -Time s 0,051 0,104 0,160 0,219 0,280 0,345 0,412 0,485 0,561 0,641
2.2.10. - Nama Alat : Swab Cup
- Fungsi : Untuk menghisap fluida sumur/fluida komplesi setelah perforasi dilakukan, sehingga fluida produksi dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam sumur dan kemudian diproduksikan ke permukaan.
- Mekanisme : Ukuran yang sama dengan diamater dalam tubing ketika dinaikk-turunkan akan menyebabkan perubahan tekanan. Ketika swab cup ditarik kearah atas menjauhi dasar sumur maka akan menimbukan ruang kosong yang tekanannya lebih rendah dari tekanan formasi(ruang vakum). Akibat tekanan yang lebih rendah tersebut maka fluida reservoir mulai mengalir ke dalam dasar sumur.
Gambar 2.10. Swab Cup (www.dewriteservice_swab.ca)
Spesifikasi :
Tabel II-10. Spesifikasi Swab Cup
2.3. PEMBAHASAN
Suatu sumur pemboran siap untuk dikomplesi apabila pemboran telah mencapai formasi produktif. Komplesi ini bertujuan untuk memproduksikan hidrokarbon ke permukaan. Adapun tipe komplesi itu terutama tergantung pada karakteristik dan konfigurasi antara formasi produktif dengan formasi di atasnya dan di bawahnya, tekanan formasi, jenis fluida dan metode produksi.
Norma l Casing Size (inch) Weight (lb/ft) STANDART I.D (inch) Capacit y (Bbl per 1000 ft) Type 'J' Type 'JS' Part No. O.D. (inch) I.D. (inch) Part No. O.D. (inch) I.D. (inch) 4 1/2 9.5 4.090 16.2 45597 4.060 2.435 61495 4.062 2.435 11.6 4.000 15.5 45597 4.060 2.435 61495 4.062 2.435 12.6 3.958 15.2 45597 4.060 2.435 61495 4.062 2.435 13.5 3.920 14.9 - - - -4 3/-4 16.0 4.082 16.2 45597 4.060 2.435 - - -5 1/2 13.0 5.044 24.7 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435 14.0 5.012 24.7 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435 15.0 4.974 24.0 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435 15.5 4.950 23.8 45829 5.010 2.435 61495 5.010 2.435 17.0 4.892 23.2 52384 4.838 2.435 - - -20.0 4.778 22.2 52384 4.838 2.435 - - -5 3/4 22.5 4.990 24.2 45829 4.950 2.435 - - -7 17.0 6.538 41.5 45831 6.520 2.435 - - -20.0 6.456 40.5 45831 6.520 2.435 - -
-Setelah pemasangan dan penyemenan pipa selubung produksi, kemudian dilakukan perforasi. Perforasi adalah pembuatan lubang menembus casing dan semen sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur. Umumnya penggunaan bullet perforator dapat digunakan pada sumur dengan temperatur tinggi hingga 400 0 F.
Untuk melakukan perforasi, digunakan 2 macam alat, yaitu Bullet /Gun Perforator, dan Jet Perforator. Pada formasi yang sangat kompak, Gun Perforator sangat cocok digunakan dari pada Jet Perforator, karena Bullet Perforator menggunakan propellant (peluru), tetapi hal ini sangat besar kemungkinannya mengakibatkan kerusakan formasi. Dibandingkan dengan Jet Perforator, alat ini menggunakan Powder Charge berkekuatan tinggi, sehingga kemungkinan kerusakan formasi sangat kecil, tetapi pada tahap perforasi menggunakan alat ini sangat susah mengatur interval perforasinya. Dengan demikian, masing – masing alat ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing – masing tergantung keperluan.
Jika perforasi telah dilakukan maka tahap selanjutnya adalah swabbing. Alat Swabbing yaitu cup rubber dimasukkan ke dalam tubing. Saat swab-cup ditarik ke atas, maka tekanan di bawah swab-swab-cup menjadi kecil sehingga akan terjadi surgedari bawah yang akan mengakibatkan aliran. Swabbing perlu dilakukan agar fluida produksi dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam sumur.
2.4. KESIMPULAN
1. Tahapan dari operasi pemboran setelah mencapai target formasi produktif adalah komplesi sumur (well completion) di mana bertujuan untuk memproduksikan fluida hidrokarbon ke permukaan.
Adapun tahapan dari komplesi sumur meliputi :
b. Tahap perforasi serta pemasangan pipa liner
c. Tahap penimbaan (swabbing) sumur setelah perforasi pada kondisi overbalance dilakukan, dengan tujuan agar fluida produksi dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam sumur dan selanjutnya diproduksikan ke permukaan.
2. Klasifikasi metode well completion didasarkan pada beberapa factor yaitu :
a. Down hole completion atau formation completion. Dibagi atas tiga metode, yaitu :
• Open-hole completion
• Cased-hole completion atau perforated completion • Sand exclussion completion
b. Tubing completion c. Well-head completion
3. Perforasi merupakan pembuatan lubang menembus casing dan semen sehingga terjadi komunikasi antara formasi dengan sumur yang mengakibatkan fluida formasi dapat mengalir ke dalam sumur. Perforasi dapat dilakukan dengan perforator yang dapat dibedakan atas : a. Bullet/Gun perforator
b. Shape Charge/Jet Perforator
4. Swabbing adalah pengisapan fluida sumur /fluida komplesi setelah perforasi pada kondisi overbalance dilakukan, sehingga fluida produksi dari formasi dapat mengalir masuk ke dalam sumur dan kemudian diproduksikan ke permukaan.