• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH SEMINAR UMUM. STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.) PADA TANAMAN TOMAT (Solanum Lycopersicum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH SEMINAR UMUM. STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.) PADA TANAMAN TOMAT (Solanum Lycopersicum"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH SEMINAR UMUM STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT NEMATODA

spp.) PADA TANAMAN TOMAT (

Nama NIM

Dosen Pembimbing

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

MAKALAH SEMINAR UMUM

STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT NEMATODA PURU AKAR ( spp.) PADA TANAMAN TOMAT (Solanum Lycopersicum

Disusun oleh:

: Wulan Dwi Prasasti : 09/281779/PN/11599

Dosen Pembimbing : Dr. Rudi Hari Murti, S.P., M.P.

PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

AKAR (Meloidogyne Solanum Lycopersicum L.)

Wulan Dwi Prasasti 599

Dr. Rudi Hari Murti, S.P., M.P.

(2)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

HalamanPengesahan... ii

Daftar Isi ………...…... iii

DaftarGambar... iv INTISARI... 1 I. PENDAHULUAN ………...…………... 1 A. LatarBelakang ... 1 B. Tujuan... 1 C. Kegunaan... 1 II. PEMBAHASAN 1. Nematoda puru akar 1.1. Arti penting nematoda puru akar (Meloidogyne spp.)... 3

1.2. Biologi (Meloidogyne spp.)... 3

1.3. Gejala kerusakan yang disebabkan nematoda puru akar pada tomat... 3

2. Strategi pengendalian nematoda puru akar pada tomat 2.1. Pengendalian secara teknik budidaya 2.1.a. Pola tanam tumpang sari... 5

2.1.b.Sterilisasi tanah dan perlakuan panas pada bahan tanam... 5

2.1.c.Penggenangan lahan... 5

2.1.d.Penambahan bahan organik... 6

2.1.e.Penggunaan tanaman resisten dan varietas tahan... 6-7 2.2. Pengendalian secara biologi 2.2.a. Penggunaan agen hayati... 7-8 2.2.b. Pestisida nabati... 8

2.3. Pengedalian secara kimiawi... 8-9 III. PENUTUP A.Kesimpulan... 10

B.Saran... 10

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN (DAFTAR PERTANYAAN)... 13

(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Biologi Meloidogyne spp... 3 Gambar 2. Gejala kerusakan pada akar tanaman tomat yang terserang Meloidogyne spp. 4 Gambar 3. Tanaman tomat yang terserang Meloidogyne spp ... 8

(4)

STRATEGI PENGENDALIAN PENYAKIT NEMATODA PURU AKAR (Meloidogyne spp.) PADA TANAMAN TOMAT (Solanum Lycopersicum L.)

INTISARI

Hasil rata-rata tomat di Indonesia masih rendah, yaitu 5,36 t/ha lebih rendah dibandingkan dengan Thailand, Taiwan, dan Belanda. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, dan salah satunya disebabkan oleh Meloidogyne spp. Serangan nematoda parasit dapat mengurangi produksi tomat dunia 20,20%/tahun. Nematoda puru akar Meloydogyne sp., merupakan salah satu jenis nematoda endoparasit yang penting di dunia. Nematoda ini bersifat parasit obligat dan tersebar luas baik pada daerah yang beriklim tropis maupun pada daerah yang beriklim subtropis. Nematoda ini memiliki kisaran inang yang luas. Bersifat polifag dan menyerang lebih dari 2000 spesies tumbuhan (Sastrahidayat,1990). Berbagai usaha pengendalian telah dilakukan diantaranya pengaturan pola tanam, penggunaan varietas unggul, penggunaan tanaman perangkap, solarisasi tanah, pemanfaatan agen pengendali hayati, sampai dengan penggunaan pestisida (nematisida). Pengendalian terhadap nematoda yang paling cepat adalah dengan menggunakan nematisida sintetik tetapi harganya mahal dan berpotensi mencemari lingkungan serta beresiko terjadinya resistensi nematoda. Pengendalian yang paling ramah lingkungan adalah dengan menggunakan varietas tahan terhadap nematoda. Ketahanan tomat terhadap nematoda dikendalikan oleh gen dominan tunggal Mi. Kultivar tomat tahan nematoda adalah GM 2.

(5)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tomat merupakan komoditas sayuran yang banyak diusahakan secara komersial di Indonesia. Produksi tomat pada tahun 2004 mencapai 626.872 ton dengan luas panen sebesar 52.719 ha (Deptan, 2006). Berbagai faktor pembatas dapat mempengaruhi produktivitas tanaman tomat. Satu diantaranya adalah serangan nematoda parasit tumbuhan, terutama nematoda puru akar (NPA), Meloidogyne spp.. Penurunan hasil pada pertanaman tomat mencapai 24-38 % (Luc et al., 1990).

Meloidogyne spp. merupakan nematoda yang berkembang sangat cepat dan mempunyai daya tekan tinggi terhadap pertumbuhan tanaman dengan gejala khas terlihat pada akar, yaitu berupa bintil-bintil yang disebut dengan puru akar (Whitehead, 1998). Selain terbentuknya gall atau puru pada sistem perakarannya, tanaman yang terserang Meloidogyne spp daunnya mengalami klorosis, tanaman kerdil, daunnya layu dan banyak yang gugur, akar lebih sedikit, dan bila tanaman yang terserang hebat atau parah maka tanaman yang terserang akan mati (Taylor and Sasser, 1978).

Upaya pengendalian nematoda pada umumnya dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan nematisida sintetik. Nematisida yang sering digunakan untuk mengendalikan NPA biasanya berupa fumigan dan non-fumigan (Luc et al., 1990). Penggunaan nematisida dapat menimbulkan dampak negatif terhadap hasil pertanian dan lingkungan, terutama apabila penggunaan nematisida terlalu berlebihan. Oleh karena itu para pakar telah berusaha mencari alternatif pengendalian selain cara kimia. Penelitian pengendalian nematoda non-kimiawi terus dilakukan untuk mendapatkan bahan yang memiliki efek nematisida cukup tinggi namun efek negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin (Mariana, 2007).

B. Tujuan

Mengetahui cara-cara pengendalian penyakit nematoda puru akar yang disebabkan Meloidogyne spp. pada tanaman tomat (Solanum Lycopersicum L.) serta mengetahui kultivar tomat yang tahan terhadap penyakit nematoda puru akar.

C. Kegunaan

Untuk mendapatkan informasi pengendalian nematoda puru akar Meloidogyne spp pada tanaman tomat (Solanum Lycopersicum L.) yang bersifat ramah lingkungan serta mengurangi penggunaan nematisida sintetik.

(6)

II. PEMBAHASAN 1. Nematoda puru akar

1.1. Arti penting nematoda puru akar (Meloidogyne spp)

Menurut Berlinger (1986), lebih dari 60 spesies yang mewakili 19 generasi dari nematoda parasit tanaman yang menyerang tomat, tetapi nematoda yang paling merusak adalah nematoda puru akar (Norman, 1992). Nematoda puru akar adalah parasit obligat yang mampu memakan di dalam akar pada lebih dari 200 spesies tanaman, menyebabkan kerugian pada tanaman terbesar di seluruh dunia (Sasser and Freckman, 1987 cit Roberts, 1995).

Spesies Meloidogyne yang paling sering ditemukan adalah M. Arenaria, M. Hapla, M. Incognita, M. Javanica. Di daerah tropis, penyebaran M. Hapla terbatas pada dataran sedang sampai dataran tinggi; M. Arenaria dapat ditemukan di daerah tropis, subtropis, dan daerah dataran rendah; sedangkan M. Incognita dan M. Javanica dapat melebihi M. Incognita (Luc et al., 1990).

1.2. Biologi Meloidogyne spp.

(Goeldi, 1892)

Gambar 1. Nematoda Meloidogyne spp (jantan sebelah kiri, betina sebelah kanan)

Sistematika Nematoda Puru Akar (Meloidogine spp), adalah sebagai berikut Kingdom : Animalia, Filum : Aschelmintes, Klass : Nematoda, Sub Klass : Secermentea, Ordo : Tylencida, Famili : Heteroderidae, Sub Famili : Heteroderidaenae, Genus : Meloidogyne. Betina dewasa memiliki bentuk tubuh yang khas, yaitu seperti buah pir, panjang lebih dari 0,5 mm dan lebarnya 0,3-0,4

(7)

mm. Stiletnya lemah, panjang stilet 12-15 µm, melengkung ke arah dorsal. Nematoda betina dewasa mempunyai leher pendek tanpa ekor (Dropkin, 1991). Sedangkan nematoda jantan dewasa berbentuk memanjang bergerak lambat di dalam tanah, panjangnya bervariasi (maksimum 2 mm), stiletnya hampir 2 kali panjang stilet betina, kepalanya tidak berlekuk (Dropkin, 1991).

1.3. Gejala kerusakan yang disebabkan nematoda puru akar pada tomat

(Clemson University, 2011).

Gambar 2.Gejala kerusakan pada akar tanaman tomat yang terserang Meloidogyne spp.

(Holmes, 1994).

Gambar 3. Tanaman tomat yang terserang Meloidogyne spp.

Nematoda puru akar menyerang pada bagian tanaman yang ada di bawah permukaan tanah terutama akar, umbi, dan polong. Gejala pada bagian tanaman tersebut dikenal dengan sebutan puru. Pada akar, serangan nematoda ini menyebabkan berkurangnya volume dan efisiensi fungsi sistem perakaran. Akar yang terserang berat lebih pendek daripada akar yang sehat dengan sedikit akar lateral dan rambut akar. Gangguan pada sistem perakaran ini menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan nutrisi dari dalam tanah sehingga menimbulkan gejala yang tampak seperti malnutrisi dan kekurangan air. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil), daun layu pada siang hari, menguning, gugur dan akhirnya mengurangi jumlah bunga dan buah (Singh and Sitaramaiah,

(8)

1994). Akar tanaman yang terserang nematoda akan menjadi membengkak, atau memanjang dengan besar bervariasi, ini disebabkan karena, adanya nematoda betina, telur, dan larva. Betina yang dewasa akan menimbulkan pembengkakan pada akar tanaman, sedangkan nematoda jantan akan menimbulkan bisul-bisul yang berbau busuk pada akar, ini disebabkan karena adanya air ludah atau kotoran atau Nematoda yang bisa menyebabkan Hipertropi (Sastrahidayat, 1990). 2. Strategi pengendalian nematoda puru akar pada tomat

2.1. Pengendalian secara teknik budidaya 2.1.a. Pola tanam tumpang sari

Secara umum, pola tanam tumpang sari adalah sarana yang sangat efektif untuk mengelola nematoda parasit tanaman. Pola tanam tumpang sari dengan tanaman non-host sering dapat digunakan untuk mencegah populasi nematoda mencapai ambang ekonomis merusak (Wang et al., 2004 cit Peet and Mary, 1996 cit Yepsen, 1984). Tanaman yang dapat ditumpangsarikan dengan tomat untuk mengendalikan populasi nematoda puru akar adalah Tagetes spp, jarak (Ricinus communis), dan wijen (Sesamum indicum). Tanaman Tagetes spp. telah banyak digunakan dalam pengendalian nematoda parasit tumbuhan (Chitwood, 1992 cit Alexander and Waldenmaier, 2002). Tanaman jarak dan wijen sangat efektif menekan populasi Meloidogyne spp. karena mengeluarkan eksudat akar yang toksik terhadap nematoda.

2.1.b. Sterilisasi tanah dan perlakuan panas pada bahan tanam

Temperatur tinggi akan dapat membunuh nematoda. Pada dasarnya nematoda parasit dapat mati pada suhu ± 45ºC. Sterilisasi tanah dapat dilakukan dengan cara pemberian uap panas yang dialirkan melalui pipa-pipa. Cara ini dilakukan pada tanah sebelum disebari biji/benih. Pencelupan bahan tanaman ke dalam air panas ditujukan pada nematoda endoparasit yang menyerang akar atau pada biji tomat sebelum ditebar, suhu yang digunakan antara 50-55ºC, selama ± 15 menit (Elmore et al., 1997).

2.1.c. Penggenangan lahan

Penggenangan lahan (flooding) sebelum tanam merupakan tindakan yang efektif untuk menekan populasi nematoda dalam tanah. Penggenangan lahan dapat menyebabkan terjadinya kekurangan oksigen dalam tanah. Kekurangan oksigen akan menyebabkan penurunan aktivitas, reproduksi dan penetasan telur nematoda sehingga penggenangan dapat menurunkan jumlah

(9)

nematoda dalam tanah (Taylor and Sasser, 1978). Semakin lama penggenangan maka jumlah nematoda dalam tanah juga semakin sedikit. 2.1.d. Penambahan bahan organik

Penambahan bahan organik ke dalam tanah meningkatkan daya tanah menahan air dan kesuburan tanah, sehingga pertumbuhan tanaman meningkat dan tanaman lebih tahan terhadap serangan nematoda. Kegiatan musuh-musuh alami nematoda khususnya jamur dan invertebrata predator terpacu, sementara senyawa kimia yang bersifat racun terhadap nematoda (seperti ammonia, nitrit, hidrogen sulfida dan asam-asam organik) di lepas ke dalam tanah selama proses dekomposisi (Sayre, 1980).

2.1.e. Penggunaan tanaman resisten/varietas tahan

Ketahanan tanaman tomat terhadap nematoda merupakan kemampuan untuk menghambat atau mencegah perbanyakan nematoda. Menurut Luc et al. (2005) kultivar yang resiten/tahan menghasilkan hasil panenan yang lebih baik dibandingkan kultivar rentan. Tanaman tahan di sistem tanaman tahunan dapat mengurangi atau menekan populasi nematoda di tanah sampai ke tingkat yang tidak menimbulkan kerusakan pada tanaman berikutnya (Roberts, 1993).

Nematoda puru akar merupakan salah satu patogen utama tomat di seluruh dunia dan memperkecil produksi buah (Sikora and Fernandez, 2005). Ketahanan tanaman merupakan salah satu cara yang paling ramah lingkungan dan ekonomis dalam mengendalikan patogen, namun beberapa gen resistensi telah diidentifikasi dan efektivitas mereka dapat bervariasi, tergantung pada lingkungan (Roberts, 1995).

Resistensi terhadap nematoda puru akar diamati awalnya dalam beberapa aksesi dari tomat liar spesies Lycopersicon Peruvianum (Bailey, 1941), dan kemudian terbukti karena gen dominan tunggal bernama Mi (Gilbert and Mc Guire, 1956). Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa gen ini mengontrol tiga spesies utama Meloidogyne arenaria, M.incognita dan M.javanica (Barham and Winstead, 1957).

Milligan et al. (1998), melaporkan bahwa gen Mi ditemukan 50 tahun yang lalu di sebuah aksesi L. Peruvianum,. kerabat liar dari tomat yang tumbuh di wilayah pesisir barat Amerika Selatan. Resistensi ini dipindahkan dan dinyatakan dalam tanaman F1 yang berasal dari persilangan antara L. Peruvianum PI 128.657 dan L. esculentum yang dibuat oleh Smith (1944).

(10)

Williamson and Hussey (1996) menunjukkan bahwa gen Mi terletak pada lengan pendek pada kromosom keenam (Zhong et al., 1999).

Mekanisme resistensi dari gen Mi dalam menanggapi gangguan oleh nematoda bengkak akar adalah melalui pertahanan nekrotik (pertahanan melalui hipersensitivitas) di lokasi infeksi untuk menjaga pertumbuhan tanaman dari perkembangan nematoda lebih lanjut (Castagnone, 2006). Nekrosis sel yang terdapat disekitar tempat serangan larva dapat merusak akar-akar tanaman inang dan nematoda mati tanpa menimbulkan kerusakan lain. Selanjutnya Dropkin (1980) mengemukakan bahwa kultivar tanaman memperlihatkan respon nekrotik yang cepat pada suhu 29ºC atau lebih rendah, akan tetapi pada suhu 30 ºC atau lebih maka keadaan tersebut tidak terjadi. Selain suhu, pematahan resistensi dapat pula terjadi akibat penanaman berulang varietas resisten pada tempat yang sama. Idowu (1983) melaporkan bahwa tomat varietas Roma VFN yang sebelumnya diketahui resisten terhadap NBA kemudian kehilangan resistensinya, hal ini karena varietas tersebut ditanam secara berulang-ulang pada lahan yang sama.

Ketahanan dari tanaman inang dapat diidentifikasi berdasarkan jumlah nematoda betina atau skor masa telur dan skor puru yang tercatat pada akar yang terinfeksi (Cousin and Walker, 2002 cit Murti et al.,2012). Aksesi GM 2 merupakan tanaman terpilih yang tahan terhadap serangan nematoda. Intensitas terbentuknya gall/puru (skor puru) pada akar yang terinfeksi, pada GM 2 tercatat sangat rendah. Sedangkan aksesi lainnya menunjukkan intensitas terbentuknya gall/puru (skor puru) yang tinggi (Riyandri, 2002 cit Murti et al., 2012).

Secara umum, pengendalian secara teknik budidaya memiliki kelebihan yaitu ramah lingkungan. Sedangkan kelemahannya adalah rumit (untuk perakitan varietas tahan serta perlakuan panas pada bahan tanam) dan membutuhkan waktu yang relatif lama (untuk pergiliran tanaman dengan tanaman perangkap).

2.2. Pengendalian secara biologi 2.2.a. Penggunaan agen hayati

Beberapa penelitian pengendalian Meloidogyne spp. secara hayati membuktikan bahwa beberapa agen hayati dapat mengendalikan populasi nematoda hingga di bawah ambang kendali. Mankau dan Prasad (1977) melaporkan bahwa Bacillus penetrans efektif menekan populasi

(11)

Meloidogynespp. hingga di bawah 50%. Spora B. Penetrans menempel pada kutikula larva, betina, dewasa dan telur Meloidogyne spp. dan memparasit hingga nematoda tersebut mati. Mikroorganisme lain yang efektif sebagai musuh alami Meloidogyne spp. yaitu Dactilella sp., Dactylaria sp., Artrobotrys sp., dan Botrytis sp. Akhir-akhir ini banyak penelitian ditujukan pada fungi oportunistik untuk mengendalikan nematoda. Fungi tersebut antara lain Fusarium, Verticillium, Aspergillus, Penicillium dan Paecilomyces. Mekanisme pengendalian diduga akibat pengaruh toksin yang dihasilkan fungi yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan nematoda parasit. Namun peneliti lain membuktikan bahwa fungi oportunistik dapat mengkolonisasi nematoda betina sebelum nematoda tersebut bertelur (Sayre, 1971).

2.2.b. Pestisida nabati

Berbagai jenis tanaman yang mengandung senyawa toksik terhadap nematoda sangat potensial untuk dikembangkan sebagai pestisida nabati. Di antara tanaman tersebut adalah mimba, tagetes (T. Erecta, T. minuta), srikaya, jarak, serai wangi, serai dapur, lempuyang pahit, lempuyang wangi, dan lempuyang gajah (Grainge dan Ahmed, 1988 cit Alam dan Jairajpuri, 1990 cit Mustika, 2005). Kandungan bahan aktif mimba terutama adalah azadirachtin (Schmuterrer, 1995). Bungkil jarak mengandung senyawa aktif ricin yang sangat beracun terhadap nematoda. Ekstrak biji mimba dan ekstrak bungkil jarak sangat efektif untuk mengurangi populasi nematoda (Mustika dan Harni, 2001 cit Mustika, 2005). Srikaya mengandung bahan aktif nematisida utama asimisin dan anonin (Mustika, 1999 cit Mustika, 2005), sedangkan tagetes mengandung senyawa thio-penic (Gommers 1973 cit Mustika, 2005).

Pengendalian secara biologi memiliki kelebihan yaitu ramah lingkungan, tidak membahayakan bagi tanaman, serta ekonomis. Sedangkan kelemahannya adalah tingkat keberhasilannya dipengaruhi oleh lingkungan.

2.3. Pengendalian secara kimiawi

Khususnya di Indonesia nematoda puru akar pada umumnya dikendalikan dengan penggunaan nematisida Furadan 3 G (Mulyadi,1980). Penggunaan pestisida kimia harus merupakan alternatif terakhir apabila tehnik pengendalian yang lain dinilai tidak berhasil dan harus dilakukan secara bijaksana, dengan penggunaan nematisida secara bijaksana, adalah (1) Nematisida yang digunakan adalah jenis yang terdaftar dan atau diizinkan oleh Yang dimaksud Menteri

(12)

Pertanian, (2) memenuhi kriteria 6 tepat, yaitu tepat jenis, mutu, waktu, sasaran (nematoda dan tanamannya), dosis dan konsentrasinya, serta cara dan alat aplikasinya (3) Tidak membahayakan manusia dan lingkungan (Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura, 1996).

Pengendalian secara kimia dengan menggunakan nematisida memiliki kelebihan yaitu dapat membunuh nematoda dalam waktu yang cepat, tetapi kelemahannya nematisida itu akan meninggalkan residu pada tanaman serta berdampak buruk bagi lingkungan.

(13)

III. PENUTUP A. Kesimpulan

1. Strategi pengendalian penyakit nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) dapat dilakukan secara teknik budidaya (pergiliran tanaman dan tanaman perangkap, sterilisasi tanah dan perlakuan panas pada bahan tanam, penggenangan lahan, penambahan bahan organik, penggunaan tanaman resisten/varietas tahan), pengendalian biologi (penggunaan agen hayati dan pestisida nabati), serta pengendalian secara kimiawi dengan menggunakan pestisida kimia.

2. Aksesi tanaman tomat tahan nematoda yang telah diidentifikasi di Indonesia adalah tomat GM 2 dengan gen resisten dominan tunggal Mi.

B. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, yaitu persilangan antara galur-galur terpilih tomat untuk mendapatkan varietas tomat yang memiliki ketahanan terhadap serangan penyakit nematoda puru akar.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, S.A. and Waldenmaier C.M. 2002. Suppresion of Pratylenchus penetrans populations in potato and tomato using African marigolds. Journal of Nematology 34 : 130-134.

Atherton, J.G and Rudich, J. (eds). Chapman and Hall, London. 391-432 page.

Bailey, D.M. (1941). The seedling test method for root-knot nematode resistance. Proceedings of the American Society for Horticultural Sciences 38 : 573-575.

Barham, W.S. and Winstead, N.N. (1957).Inheritance of resistance to root-knot nematodes in tomatoes. Proceedings of the American Society for Horticultural Sciences 69 : 372– 377.

Berlinger, M. J. (1986). Pest in the tomato crop: A scientific basis for improvement.

Castagnone, Sereno. P. (2006). Genetic variability and adaptive evolution in parthenogenetic root-knot nematodes. Heredity. 96 : 282-289.

Deptan (Departemen Pertanian). 2006. Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2001-2005. <http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/2006/produksisayuran.htm>. Diakses pada tanggal 4 November 2012.

Deptan (Departemen Pertanian). 2006. Produksi Tomat menurut Provinsi Tahun 2001-2005. <http://www.deptan.go.id/infoeksekutif/horti/2006/produksitomat1.htm>. Diakses pada tanggal 4 November 2012.

Dirjen Tanaman Pangan dan Hortikultura. 1996. Kebijaksanaan Pengelolaan Nematoda pada Tanaman Pangan dan Hortikultura. Makalah pada Seminar Perhimpunan Nematologi Indonesia, Jember. 12 hal.

Dropkin, V. H. 1980. Introduction to Plant Nematology. A Willey Interscence Publication, New York. 293 page.

Dropkin, V.H. 1991. Pengantar Nematologi Tumbuhan. (Introduction to Plant Nematology, alih bahasa oleh Supratoyo). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Elmore, C. L., Stapleton, J. J., Bell, C. E. and DeVay, J. E. 1997. Soil Solarization: A nonpesticidal method for controlling diseases, nematodes and weeds. Univ.Calif. Agric. Nat. Res, Oakland.

Gilbert, J. C, (1974). The efficacy of nematode resistant tomato cultivars to Meloidogyne javanica under green house conditions. Proceedings of the American Society for Horticultural Sciences 18 : 209-219.

Idowu, A. A. 1983. Observation on root-knot nematodes in fecting resistant tomato variety Roma VFN in northern Nigeria. Tropical Pest Management 29.

(15)

Irfandri. 1999. Pengaruh Lama Penggenangan terhadap Perkembangbiakan Nematoda Bengkak Akar (Meloidogyne spp.) pada Tanaman Tomat. Jurnal Natur Indonesia 11 (1) : 75-79.

Luc, M., Sikora R.A., and Bridge J. 1990. Plant Parasitic Nematodes in Subtropical and Tropical Agriculture. CAB International, Wallingfors.

Luc, M., Sikora, R.A. and Bridge, J. (2005). Plant parasitic nematodes in subtropical and tropical agriculture. 2nd edition. CABI publishing. 6-61 page.

Mankau, R and N. Prasad. 1977. Infectivity of Bacillus penetrans in Plant Paracitic Nematodes. J. Nematol. 9: 40-45

Mariana, Maya. 2007. Potensi Cerbera odollam Gaertn Untuk Pengendalian Nematoda Puru Akar Meloidogyne spp. Pada Tanaman Tomat. Skripsi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Milligan, S. B., Bodeau, J., Yaghoobi, J., Kaloshian, I., Zabel, P. and Willamson, V.M. 1998. The root-knot nematode resistance gene Mi from tomato is a member of the leucine zipper, nucleotide binding leucine-rich repeat family of plant genes. The Plant Cell 10 : 1307-1319.

Mulyadi,1989. Kemungkinanpenggunaanjamurdalampengendalian nematode parasittanaman.ProsidingKongresNasional X dan Seminar IlmiahPerhimpunanFitophatologyIndonesia,Denpasar.Bali .Hal 343

Murti, R. H., Fardatun M., Tata Rina W. P., dan Siwi I. 2012. Early Step of Tomato Breeding Resist to Root-Knot Nematode. Agrivita Journal 3.

Mustika, Ika. 2005. Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Jurnal Perspektif 4 : 20-32.

Norman, J.C. 1992. Tropical vegetable crops. Arthur H. Stockwell Ltd. Ilfracombe, Great Britain. 52-77 page.

Rick, C. M., and Fobes, J. F. 1974. Association of an allozyme with nematode resistance. Tomato Genetics Cooperative 24:25

Roberts, P.A. 1993. The future of nematology ; integration of new and improved management strategies. Journal of Nematology 25 : 383-394.

Roberts, P.A. 1995. Conceptual and practical aspects of variability in root-knot nematodes related to host plant resistance. Annual Review of Phytopathology 33 : 199–221.

Rodriguez, Kabana.R. 1992. Cropping systems for the management of phytonematodes. Nematology From Molecule to Ecosystem. In Gommers F.J. and Maas PW Th. (Eds). Proceed. Second International Nematology Congress, 11-17 August 1990, Veldhoven, The Netherlands. Page 219-233.

(16)

Sayre, 1971.Biotic Influences in Soil Environment.Chap. 9 pp. 235-256.In B.M. Zuckerman, W.F. Mai and R.A. Rohde. (Eds) Plant Paracitic Nematodes.Vol.I. 345 pp. Academic Press, New York.

Sayre, R.M. 1980. Promising organism for biological control of nematodes. Plant Disease 64 : 527-532

Sikora, R. A. and Fernandez, E. 2005. Nematode parasites of vegetables. Plant parasitic nematodes in subtropical and tropical agriculture. 2nd edition. CABI publishing. 319-392 page.

Singh RS, Sitaramaiah K. 1994. Plant Pathogens: The Plant Parasitic Nematodes. International Science Publisher, New York.

Smith, P. G. 1944. Embryo culture of a tomato species hybrid .California Agriculture 40 : 24-26.

Taylor, A.L. and J.N. Sasser. 1978. Biologi, identification and control of root knot nematodes (Meloidogyne spp) International Carolina Meloidogyne Project. Printed by Nor Carolina State University Graphics. 107 page.

Whitehead, A.G. 1998. Plant Nematode Control. CAB International, London.

Williamson, V.M. and Hussey, R.S, 1996. Nematode pathogenesis and resistance in plants. Plant Cell 8 : 1735–45.

Yepsen, R. B. Jr. 1984. The Encyclopedia of Natural Insect and Disease Control. Rev.( eds). Rodale Press, Emmaus, PA. 267–271 page.

Zhong, X., Bodeau, J., Franz, Williamson, V. M., Van Kammen, A., De jong, and Zabel. P. 1999. Meiotic pachytene chromosomes of tomato locates the root-knot nematode resistance gene Mi-1 and the acid phosphatase gene Aps-1 near the junction of euchromatin and pericentromeric heterochromatin of chromosome arms 6S and 6L, respectively .Theoretical and Applied Genetics 98:365-370.

(17)

DAFTAR PERTANYAAN

1. Pertanyaan dari Septin : Pengendalian yang paling efektif bagi petani itu apa, selain nematisida?

Jawaban : pengendalian efektif yaitu dengan menggunakan varietas/kultivar tahan, penggunaan kultivar tahan akan menghasilkan tanaman yang lebih baik, dapat meningkatkan produktivitas, ekonomis, serta ramah lingkungan. Tetapi apabila kultivar tahan belum tersedia, maka dicari alternatif pengendalian lainnya yang mungkin dilakukan oleh petani, misalnya dengan pengendalian biologi. Pengendalian biologi seperti penggunaan agensia hayati merupakan pengendalian yang bersifat ramah lingkungan juga, serta mudah dilakukan oleh petani, ataupun juga bisa dilakukan dengan menggunakan sarana yang ada, misalkan dengan penggenangan lahan. Apabila ada air yang berlebih, bisa digunakan untuk menggenangi lahan.

2. Pertanyaan dari Jessica : tomat biasa ditanam di daerah dataran tinggi. Apakah nematoda puru akar bisa menyerang varietas yang sama di dataran rendah ? apakah ada pengaruh pada akar adventif?

Jawaban : ada 4 spesies nematoda yang paling sering ditemukan yaitu M. Arenaria, M. Hapla, M. Incognita, M. Javanica. Di daerah tropis, penyebaran M. Hapla terbatas pada dataran sedang sampai dataran tinggi dan M. Arenaria dapat ditemukan di daerah tropis, subtropis, dan daerah dataran rendah. Penyebaran dari nematoda Meloidogyne spp. luas, baik di daerah dataran rendah maupun tinggi, melalui air. Biasanya bisa muncul nematoda dari air, walaupun sudah dilakukan sterilisasi pada lahan. Keduanya sama-sama mempengaruhi pertumbuhan akar adventif/akar lateral serta mengurangi jumlah akar lateralnya, sehingga selanjutnya dapat mempengaruhi penyerapan air dan unsur hara dari akar ke bagian tanaman lainnya.

Gambar

Gambar 1. Nematoda Meloidogyne spp (jantan sebelah kiri, betina sebelah  kanan)
Gambar 2.Gejala kerusakan pada akar tanaman tomat yang terserang  Meloidogyne spp.

Referensi

Dokumen terkait

Kepada Perusahaan yang bersangkutan diharapkan hadir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Pokja dan apabila saudara tidak hadir dalam batas waktu

• Kata benda yang dibentuk dari kata kerja.. dengan menambahkan – ing

Menyampaikan Dokumen Kualifikasi asli dan fotocopynya 1 (satu) rangkap yang telah saudara sampaikan pada Formulir Isian Kualifikasi Elektronik pada SPSE

Simple past dengan past perfect tense. After the teacher had explained

[r]

Frasa Benda Bola Sepak bola Rumah Sebuah rumah Gadis Gadis cantik Kursi Beberapa kursi Kata Frasa Benda Kata Frasa Benda Kata Frasa Benda Kata Frasa Benda... Noun

Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar FT4 dalam serum dengan kejadian tirotoksikosis pada wanita dewasa di daerah ekses yodium.. Diakses

Setelah itu dilakukan instalasi sistem pada komputer server yang akan digunakan untuk konfigurasi sistem dan komputer client yang akan digunakan untuk pengujian