UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN
INDEKS KEPUASAN WAJIB PAJAK TERHADAP SISTEMPELAYANAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA MEDAN
TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh:
SANTY PUTRI SAKINA 112101056
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMEN KEUANGAN LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR
NAMA : SANTY PUTRI SAKINA
NIM : 112101056
PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN
JUDUL : INDEKS KEPUASAAN WAJIB PAJAK TERHADAP
SISTEM PELAYANAN PADA KANTOR
PELAYANAN PAJAK MADYA MEDAN Tanggal : ... 2014 DOSEN PEMBIMBING
Yasmin Chairunisa Muchtar, SP, M.B.A NIP.
Tanggal : ... 2014 KETUA PROGRAM STUDI DIPLOMA III MANAJEMENKEUANGAN
Dr. Yeni Absah, SE, M.Si. NIP. 197411232000122001
Tanggal : ... 2014 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat – Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Indeks
Kepuasan Wajib Pajak Terhadap Sistem Pelayanan Pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Medan” tepat pada waktunya. Tugas akhir ini disusun guna memenuhi
salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III
Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.
Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis tidak terlepas dari bantuan dan
dorongan dari banyak pihak. Untuk kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac.Ak, CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis USU.
2. Ibu Dr.Yeni Absah, S.E, M.Si, selaku Ketua Program Studi Dipoma III
Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU.
3. Ibu Yasmin Chairunisa Muchtar, S.P., M.B.A, selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dalam
penyusunan tugas akhir ini.
4. Bapak Oding Rifaldi, selaku Kepala Kantor Pelayanan Pajak Madya
Medan, Ibu Nurmayani, selaku Kepala Sub Bagian Umum KPP Madya
Medan, dan seluruh pegawai KPP Madya Medan yang telah memberi ilmu
5. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, khususnya
Program StudiKeuangan yang telah memberikan bekal ilmu selama
penulis mengikuti pendidikan.
6. Kedua orang tua, Ayah (Imam Santoso) dan Mama (Dra. Tetty Martini)
serta adik saya (Nadya Manjasari dan M. Hafiz Alghafar) yang telah
memberikan materi dan dorongan semangat sehingga penulis mampu
menyelesaikan pendidikan dengan baik.
7. Terkhusus buat sahabat-sahabatku (Laila Safitri, Natashya Situmorang,
Ade Ariani, Devi Hamdani) yang telah membantu, memberikan semangat,
dukungan dan doa selama ini.
8. Teman-teman stambuk 2011 D-III Manajemen Keuangan FEB USU.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan tugas akhir ini,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam rangka
penyempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap tugas akhir ini dapat
bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.
Medan, 2014
Penulis
DAFTAR ISI
B. Struktur Organisasi KPP Madya Medan... 10
C. Uraian Pekerjaan KPP Madya Medan... 13
D. Kinerja Usaha Terkini KPP Madya Medan... 17
BAB III PEMBAHASAN A. Pajak... 19
B. Wajib Pajak... 20
C. Kepuasan Pelanggan... 22
D. Indeks Kepuasan Masyarakat... 23
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
2.1 Perincian Jumlah Pegawai Pada KPP Madya Medan... 13
2.2 Realisasi Target Perencanaan Penerimaan Pajak KPP Madya Medan... 17
3.1 Jumlah Wajib Pajak Pada KPP Madya Medan... 22
3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 32
3.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 33
3.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 33
3.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Usaha... 34
3.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Jadi WP... 35
3.7 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Tangible... 37
3.8 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Reliability... 39
3.9 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Responsiveness... 41
3.10 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Assurance... 43
3.11 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Empathy... 45
3.12 Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan GAP... 47
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Judul Halaman
2.1 Logo Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Soemitro, dalam (Mardiasmo, 2002: 1) definisi pajak adalah
iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprstasi) yang
langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat
pada pengeretian pajak (Mardiasmo, 2002: 1), adalah:
1. Pemungutan pajak didasarkan pada Undang-undang dan dapat dipaksakan.
Ini berarti masyarakat tidak diberi pilihan untuk membayar atau tidak
membayar. Suka tidak suka, rela tidak rela, masyarakat yang berdasarkan
Undang-undang Perpajakan dikenakan kewajiban perpajkaan harus
membayar pajak.
2. Dengan tidak mendapat kontra-prestasi langsung. Ini berarti masyarakat
yang dikenakan kewajiban perpajakan tidak mendapat imbalan langsung
terhadap pemberiannya.
Pelayanan merupakan ukuran yang menjadi indikator meningkat atau
menurunnya jumlah wajib pajak dan pendapatan pajak yang akan di peroleh
Negara. Cara ini bisa dipandang cukup jitu untuk menjaring masyarakat untuk
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah melalui sikap pelayanan.
tetapi juga pelayanan oleh seluruh instansi atau aparatur pemerintah. Oleh karena
pajak yang masuk juga diperuntukkan untuk menggaji seluruh aparatur
pemerintah termasuk para polisi dan tentara yang menjaga keamanan. Masyarakat
harus paham bahwa membayar pajak tidak memperoleh imbalan yang langsung.
Oleh karena itu, bentuk lain berupa pelayanan yang baik yang harus diberikan
kepada masyarakat. (Richard Burton:2009:5)
Yang dimaksud dengan pelayanan, adalah suatu aktivitas atau serangkaian
aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai
akibat adanya interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang
disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk
memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan. (Ratminto & Atik Septi
Winarsih, 2005: 2)
Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) dimaksudkan sebagai tempat pelayanan
perpajakan yang terintegrasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dengan
menggunakan Sistem Informasi Perpajakan atau Sistem Administrasi Perpajakan
Terpadu.
Pada tanggal 3 Februari 2003 Direktorat Jendral Pajak telah mengeluarkan
Keputusan Nomor Kep.27/Pj/2003 tentang TPT pada Kantor Pelayanan Pajak
Keputusan Direktur Jendral Pajak tersebut mempunyai dasar pertimbangan
sebagai berikut:
1. Meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak dengan menetapkan suatu
tempat pelayanan yang terpadu untuk setiap Kantor Pelayanan Pajak,
sehingga dapat memberikan pelayanan kepada Wajib Pajak tanpa harus
2. Memudahkan pengawasan terhadap proses pelayanan yang diberikan
kepada Wajib Pajak.
Sistem aplikasi dan informasi perpajakan yang ada pada Direktorat
Jenderal Pajak terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
1. Sistem informasi perpajakan yaitu sistem informasi dalam administrasi
perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, kecuali Kanwil Wajib
Pajak Besar dan KPP Wajib Pajak Besar dengan menggunakan perangkat
keras dan perangkat lunak yang berhubungan dalam satu jaringan kerja.
2. Sistem administrasi perpajakan terpadu yaitu sistem informasi administrasi
perpajakan yang diterapkan pada KPP Wajib Pajak Besar, Kanwil Wajib
Pajak Besar, dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak yang perangkat
keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan jaringan kerja.
Dengan sistem inilah pelayanan prima kepada Wajib Pajak menjadi
semakin nyata. (Waluyo:2008:48).
Dalam hubungan dengan keinginan pelanggan, dikatakan terjadi pelayanan
kepuasan pelanggan (customer satisfaction) manakala terjadi pemenuhan
kebutuhan (pelayanan) dengan keinginan pelanggan tidak lepas dari organisasi
yang efektif. Artinya, tanpa didukung dengan sistem organisasi yang efektif, tidak
mungkin terjadi pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan. Oleh karena itu,
yang dimaksud dengan kepuasan pelanggan adalah efektivitas dari sistem
organisasi yang keberhasilannya dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
KPP Madya Medan adalah kantor pajak yang beroperasi di kota Medan.
Dengan memberikan pelayanan yang baik maka akan mendatangkan kepuasan
Madya Medan adalah Wajib Pajak badan. Oleh karena itu, maka peneliti ingin
melihat dan mengetahui lebih jelas sejauh mana sistem pelayanan wajib pajak
pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan Timur. Untuk itu peneliti
menetapkan judul Tugas Akhir ini adalah “Indeks Kepuasan Wajib Pajak
Terhadap Sistem Pelayanan Kantor Pelayanan Wajib Pajak Madya Medan”.
B. Perumusan Masalah
Dari uraian diatas permasalahan yang dapat dirumuskan dari penulisan
tugas akhir ini untuk mengetahui “Berapakah nilai indeks Kepuasan Wajib Pajak
Terhadap Sistem Pelayanan yang diberlakukan di Kantor Pelayanan Pajak Madya
Medan”.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah memahamidan mengetahui
kepuasan yang dirasakan wajib pajak terhadap sistem pelayanan pada KPP Madya
Medan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk lebih menyempurnakan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh
selama masa perkuliahan dan membandingkan dengan kenyataan yang terjadi di
lapangan, diharapkan juga dapat melatih kemampuan menganalisis dan berfikir
sistematis.
2. Bagi Perushaaan
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi
tentang indeks kepuasan wajib pajak terhadap sistem pelayanan pada KPP Madya
3. Bagi Pihak Lain
Sebagai sumber atau acuan penyusunan tugas-tugas yang ada serta dapat
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27
Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat
Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya
lainnya. Berdasarkan Pasal 1 ayat (4) Peraturan Dirjen Pajak Nomor
PER-48/PJ/2007 tanggal 5 Maret 2007 tentang Tata Cara Pemindahan Wajib Pajak Ke
Kantor Pelayanan Pajak Madya, saat mulai operasi (SMO) kantor adalah tanggal 9
April 2007 dengan wilayah kerja meliputi Sumatera Utara dan sekitarnya. KPP
Madya mengelola Wajib Pajak besar jenis badan dalam skala regional (lingkup
Kantor Wilayah). Jenis pajak yang dikelola oleh KPP Madya sama dengan pajak
yang dikelola oleh KPP Wajib Pajak Besar, yaitu Pajak Penghasilan (PPh), Pajak
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), dan
Bea Materai. Di KPP Madya tidak ada kegiatan ekstensifikasi dan jumlah Wajib
Pajak-nya juga sudah tetap sekitar 200-500 Wajib Pajak yang berasal dari seluruh
KPP Pratama di lingkup Kantor Wilayah sesuai dengan ketetapan Direktorat
Jenderal Pajak.
Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 161/KMK.1/2007
tanggal 21 Maret 2007 tentang Kode Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Dan Kantor Pelayanan Pajak, kode KPP Madya Medan adalah 123. KPP Madya
Medan pertama kali beralamat di Gedung Graha Niaga II lantai 1-6 Jalan Putri
2012, KPP Madya Medan beralamat di Gedung Kantor Wilayah Direktorat
Jendral Pajak Sumatera Utara I lantai 2 Jalan Suka Mulia Nomor 17 A, Kelurahan
Aur, Kecamatan Medan Maimun Kode Pos 20151.
Untuk melaksanakan dan menjalankan oprasional kantor, telah diangkat
dan ditetapkan Kepala KPP Madya Medan yang pertama yaitu Bapak Lamban
Subeqi Purnomo (Keputusan Menteri Keuangan Nomor 60/KM.01/UP.11/2007
tanggal 30 Januari 2007 tentang Mutasi Para Pejabat Eselon III Di Lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak Departemen Keuangan) serta diangkat dan ditetapkan
para Pejabat Eselon IV (Kepala Subbag dan Kepala Seksi) dengan Keputusan
Direktur Jendral Pajak Nomor KEP-51/PJ/UP.53/2003 tanggal 28 Pebruari 2003
tentang Mutasi Para Pejabat Eselon IV di Lingkungan Direktorat Jendral Pajak
Departemen Keuangan. Dan saat ini jabatan Kepala Kantor KPP Madya Medan
dijabat oleh Bapak Muslim Gunanta sejak awal tahun 2012.
Untuk Membantu oprasional Eselon III dan IV diangkat Account
Representatif (AR) dan para pelaksana Kantor KPP Madya Medan. KPP Madya
Medan sebagai kantor pelayanan pajak modern sudah melakukan perubahan
fungsi pemeriksaan yang mana pemeriksaan pajak harus dilakukan oleh tenaga
fungsional pemeriksa sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
331/KMK.1/UP.11/2007 dan Nomor KMK.24/SJ.4/UP.9.1/2007 telah ditetapkan
dan diangkat para pejabat fungsional pemeriksa pajak untuk KPP Madya Medan.
Logo dan Makna Logo
Dalam menentukan logo, tentu saja instansi yang bersangkutan memiliki
pertimbangan-pertimbangan khusus, terlebih lagi instansi pemerintahan seperti
(KemenKeu).Setiap logo tentunya memiliki makna tersendiri begitu juga dengan
logo KemenKeu yang diusung KPP Madya Medan.
Gambar 2.1 Logo Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan
Sumber: KPP Madya Medan (2014)
Keterangan Umum :
Motto : Negara Dana Rakca
Bentuk : Segi Lima
Tata : Biru kehitam-hitaman, kuning emas, putih dan hijau
Makna :
a) Padi dan Kapas melambangkan cita-cita upaya kita untuk mengisi
kesejahteraan bangsa dan sekaligus diberi arti sebagai tanggal lahirnya
Negara Republik Indonesia
b) Sayap melembangkan daya upaya menghimpun, mengarahkan,
mengamankan keuangan Negara
Arti Keseluruhan
Makna dari lambang tersebut adalah ungkapan sesuatu daya yang
mempersatukan dan menyerasikan dalam gerakan kerja, untuk melaksanakan
tugas Kementrian Keuangan.
Visi dan Misi Pajak Visi
Menjadi Institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi
perpajakan modern yang efektif, efisien, dan dipercaya masyarakat dengan
integritas dan profosionalisme yang tinggi.
Misi
Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-Undang
Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang
efektif dan efisien.
Tugas Dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 merupakan dasar
pelaksanaan tugas dan fungsi KPP Madya Medan untuk menjalankan kebijakan
dan pelayanan di bidang perpajakan kepada Wajib Pajak yang telah ditetapkan.
KPP Madya Medan mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,
pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak
Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan Pajak Tidak
Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan
62/PMK.01/2009). Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Madya Medan
menyelenggarakan fungsi: (Pasal 55 Peraturan Menteri Keuangan Nomor
62/PMK.01/2009)
1. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi
perpajakan, dan penyajian informasi perpajakan;
2. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
3. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan surat pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;
4. Penyuluhan perpajakan;
5. Pelaksanaan registrasi wajib pajak;
6. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;
7. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;
8. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak;
9. Pelaksanaan konsultasi perpajakan; Universitas Sumatera Utara
10.Pelaksanaan intensifikasi;
11.Pembetulan ketetapan pajak;
12.Pelaksanaan administrasi kantor
B. Struktur Organisasi KPP Madya Medan
Struktur organisasi adalah bagan yang menggambarkan sistematis
mengenai penetapan wewenang, tugas, dan fungsi masing-masing subbagian dan
seksi.Tujuan dibentuknya struktur organisasi tersebut adalah untuk membina
keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan teratur dan penuh
tanggung jawab, sehingga rencana kerja dapat terlaksana dengan baik untuk
Adapun struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak
Madya Medan adalah struktur organisasi linier dan staf yang berada dibawah
seorang koordinasi Kepala Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera
Utara, dimana seluruh pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil dibawah naungan
Departemen Keuangan Republik Indonesia.
Berdasarkan SK. Menkeu RI No.162/KMK.01/1997 tanggal 10 April 1997
tentang peningkatan KPP tipe B menjadi tipe A, sehingga dengan adanya surat
keputusan itu KPP tipe B tidak ada lagi di Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal
Sumatera bagian Utara (Sumbagut).
Berdasarkan SK.Menkeu RI No.94/KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994
tentang sususan organisasi Departemen Keuangan, maka tipe A terdiri dari Kepala
Kantor Pelayanan Pajak MadyaMedan, membawahi 1 sub bagian, 8 seksi, 1
kantor penyuluhan ditambah kelompok tenaga fungsional (yang berada diluar
struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak)
1. Sub Bagian Umum
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
3. Seksi Pelayanan
4. Seksi Penagihan
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV
Gambar 2.2
Struktur
Organisasi
Pada KPP
Madya medan
Sumber: KPP Madya
Medan (2014)
Tabel
2.1 Perincian
jumlah pegawai pada
No Seksi /Bagian Jumlah Pegawai
1. Kepala Kantor 1 Orang
2. Sub Bagian Umum 8 Orang
3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 4 Orang
4. Seksi Pelayanan 10 Orang
5. Seksi Penagihan 5 Orang
6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal 5 Orang
7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I 9 Orang
8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II 9 Orang
9. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III 9 Orang
10. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV 10 Orang
11. Kelompok Jabatan Fungsional 40 Orang
Jumlah 110 Orang
Sumber: KPP Madya Medan (2014)
C. Uraian Pekerjaan di KPP Madya Medan
(Pasal 57 Peraturan Menteri Keuangan Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009
tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak)
1. Subbagian Umum
Bagian ini mengelola semua kebutuhan kantor dan karyawan yang
meliputi urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha dan rumah tangga seperti
yang berhubungan dengan kegiatan pengadaan, pemeliharaan, dan perbaikan
sarana/prasarana kantor.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Bertugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data;
pengamatan potensi perpajakan; penyajian informasi perpajakan; perekaman
dokumen perpajakan; pelayanan dukungan teknis komputer (pengelolaan akses
dan keamanan sistem komputer); pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filing;
penyiapan, pencetakan, dan pengiriman laporan kinerja; serta melakukan urusan
penatausahaan, pemeliharaan dan pengawasan Relational Data Base Management
System (RDBMS).
3. Seksi Pelayanan
Bertugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
pengadministrasian dokumen dan kearsipan berkas perpajakan; penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) beserta surat-surat lainnya dari Wajib
Pajak seperti Surat Setoran Pajak, Surat Perintah Membayar Kelebihan
Pajak/Surat Perintah Membayar Imbalan Bunga yang diuangkan, Putusan
Keberatan dan Banding; penyuluhan ketentuan formal perpajakan; pelaksanaan
registrasi Wajib Pajak; melakukan kerjasama perpajakan; serta melakukan
pelayanan terhadap Wajib Pajak.
4. Seksi Penagihan
Bertugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak; penundaan dan
angsuran tunggakan pajak; penagihan aktif seperti penerbitan dan penyampaian
pajak; Melakukan penyitaan dan pelelangan; serta penyimpanan
dokumen-dokumen penagihan.
5. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
Bertugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan; pengawasan
pelaksanaan aturan pemeriksaan; pengelolaan administrasi kegiatan sebelum
maupun setelah pemeriksaan perpajakan (penerbitan dan penyaluran Surat
Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) hingga pengimputan hasil pemeriksaan ke
dalam Sistem Informasi Manajemen Pemeriksaan Pajak [SIMP]); pemantauan
pengendalian interen; pengelolaan resiko; kepatuhan terhadap kode etik dan
disiplin; tindak lanjut hasil pengawasan serta penyusunan rekomendasi perbaikan
proses bisnis.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon)
Terdapat 4 (empat) Seksi Pengawasan dan Konsultasi, yaitu:
a. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I menangani Wajib Pajak yang bergerak
di bidang Jasa.
b. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II menangani Wajib Pajak yang
bergerak di bidang Industri Non Kelapa sawit dan Karet.
c. Seksi Pengawasan Konsultasi III menangani Wajib Pajak yang bergerak di
bidang Perkebunan.
d. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV menangani Wajib Pajak yang
bergerak di bidang Perdagangan Non Kelapa sawit dan Karet.
Masing-masing mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan Wajib Pajak; pelayanan penyelesaian hak Wajib Pajak;
penyusunan profil Wajib Pajak; analisis kinerja Wajib Pajak; rekonsiliasi data
Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi; usulan pembetulan ketetapan
pajak; evaluasi hasil banding; pemantauan proses administrasi perpajakan
(workflow); penerbitan, pembetulan dan penyimpanan produk-produk hukum;
pengawasan terhadap penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan;
penyelesaian permohonan surat keterangan yang diperlukan Wajib Pajak; serta
melakukan pemuktahiran data Wajib Pajak dalam membuat company profile.
7. Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak
Bertugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional
masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 67
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009).Sesuai dengan Pasal 68
ayat (1-4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009, Kelompok
Jabatan Fungsional terdiri dari sejumlah jabatan fungsional yang terbagi dalam 4
(empat) kelompok sesuai dengan bidang keahliannya dan setiap kelompok
tersebut dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk oleh setiap
Kepala KPP Madya.Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan kebutuhan
dan beban kerja.Untuk jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal melaksanakan tugasnya
Pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak di KPP Madya Medan melakukan
pemeriksaan pajak menggunakan Teknik Audit Berbasis Komputer (TABK)
untuk mendapatkan kualitas hasil pemeriksaan yang optimal dan mempercepat
D. Kinerja Usaha Terkini KPP Madya Medan
Setiap intansi tentu mempunyai visi dan misi yang harus dijalankan sesuai dengan tujuan intasi,dibutuhkan waktu yang tidak singkat untuk mencapai tujuan itu.Begitu juga pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, instansi ini terus berupaya agar tujuan KPP Madya Medan DJP Sumut I yang telah digariskan dan disusun berdasarkan UU dapat terlaksana sesuai peraturan yang ada.Dalam mewujudkan itu semua karena membutuhkan kerja keras yang tinggi, disiplin dan loyalitas dalam bekerja. Pastinya untuk mendorong mencapai hasil yang maksimal diperlukan kinerja yang bermutu dengan tenaga ahli dan profesional yang terlatih di bidang-bidangnya.
Tabel 2.2 Realisasi Target Perencanaan Penerimaan Pajak KPP MADYA MEDAN
No Tahun Rencana Realisasi Pencapaian Pertumbuhan
1 2010 5.075.190.439.722 4.351.125.569.722 85.73% -
2 2011 5.548.019.557.654 4.537.648.410.388 81.79% 4.29%
3 2012 6.415.510.280.000 6.070.182.943.818 94.62% 33.77%
4 2013 7.728.312.200.000 6.676.429.630.022 86.39% 9.99%
Sumber : KPP Madya Medan (2014) Keterangan :
a) Pada tahun 2010 rencana pencapaian hasil peningkatan pajak yang ditargetkan
sebesar Rp. 5.075.190.439.722 dan realisasi peningkatan yang berhasil di tahun ini adalah sebesatr Rp. 4.351.125.569.722 atau dengan persentase sebesar 85,73% dari rencana pendapatan yang ditargetkan.
b) Capaian realisasi penerimaan pajak pada tahun 2011 adalah sebesar
sebelumnya yang hanya sebesar 4.351.125.567.722 atau dengan persentase sebesar 81,79% dari rencana dengan tingkat pertumbuhan 4,29%.
c) Realisasi penerimaan pajak yang berhasil dicapai pada tahun 2012 adalah sebesar
Rp. 6.070.182.943.818 dengan rencana pendapatan sebesar Rp. 6.415.510.280.000 atau sebesar 94,62%. Penerimaan pajak yang diperoleh pada tahun ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp.4.537.648.410.388 dengan pencapaian tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu 33,77%.
d) Pada tahun 2013 realisasi penerimaan pajak yang berhasil ditingkatkan adalah
sebesar Rp.6.676.429.630.022 dan target yang ditetapkan sebesar Rp. 7/728.312.200.000, itu berarti realisasi dicapai ditahun ini adalah 86,39% dengan tingkat pertumbuhan 9,99%.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pajak
Menurut Soemitro, dalam (Mardiasmo,2002:1) definisi pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaraan umum.
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat
pada pengertian pajak (Mardiasmo,2002:1), adalah:
1. Pemungutan pajak berdasarkan Undang-undang dan dapat dipaksakan. Ini
berarti masyarakat tidak diberi pilihan untuk membayar atau tidak
membayar. Suka tidak suka, rela tidak rela, masyarakat yang berdasarkan
Undang-undang Perpajakan dikenakan kewajiban perpajakan harus
membayar pajak.
2. Dengan tidak mendapat kontraprestasi lansung. Ini berarti masyarakat
yang dikenakan kewajiban perpajakan tidak mendapat imbalan langsung
terhadap pemberiannya.
(Resmi,2007:3) terdapat dua fungsi pajak yaitu:
1. Fungsi Budgetir (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetir, artinya pajak merupakan salah satu
pemerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun
pembangunan. Upaya tersebut ditempuh dengan cara ekstentifikasi maupun
Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),
pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.
2. Fungsi Regularend (Pengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk
mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan
ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
Manfaat pajak dapat digunakan untuk:
1. Membiayai pengeluaran-pengeluaran negara seperti pengeluaran yang
bersifat self liquiditing (pengeluaran untuk proyek produktif barang
eksport).
2. Membiayai pengeluaran reproduktif (pengeluaran ynag memberikan
keuntungan ekonomis bagi masyarakat seperti pengeluaran uuntuk
pengairan dan pertanian).
3. Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing dan tidak
reproduktif (contohnya adalah pengeluaran untuk pendirian monumen dan
objek rekreasi).
4. Membiayai pengeluaran yang tidak reproduktif (contohnya adalah
pengeluaran untuk membiayai pertahanan negara atau perang).
B. Wajib Pajak
Wajib Pajak (WP) adalah orang pribadi atau badan yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut atau pemotong pajak tertentu
Pada Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan, yang termasuk wajib pajak
adalah badan. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan
kesatuan baik melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha.
Kewajiban Wajib Pajak menurut UU No. 16 Tahun 2000 meliputi:
1. Mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP)
2. Menghitung dan menbayar sendiri pajak dengan benar.
3. Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan (SPT), mengisinya dengan benar
dan memasukkannya sendiri ke Kantor Pelayanan Pajak dalam batas
waktu yang telah ditetapkan.
4. Menyelenggarakan pembukuan/pencatatan.
5. Jika diperiksa, wajib:
a. Memperlihatkan dan/atau memninjamkan buku atau catatan,
dokumen yang menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak.
b. Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat/ruangan guna
memperlancar pemeriksaan.
c. Memberikan keterangan yang diperlukan.
Hak-hak wajib pajak menurut UU No. 16 Tahun 2000, meliputi:
1. Mengajukan surat keberatan dan banding
2. Menerima tanda bukti pemasukan, pembetulan, dan mengajukan
permohonan penundaan pemasukkan SPT.
4. Mengajukan permohonan penghapusan dan pengurangan sanksi serta
pembetulan surat ketetapan yang salah.
5. Memberi kuasa kepada orang lain untuk melaksanakan kewajiban
perpajakan.
Tabel 3.1 Jumlah Wajib Pajak Pada KPP Madya Medan
Wajib Pajak 2011 2012 2013
Orang Pribadi - - -
Badan 1179 1359 1359
Sumber.KPP Madya Medan (2014)
C. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan atau ketidakpuasaan pelanggan adalah respons pelanggan
terhadap evaluasi ketidaksesuaian/diskormmasi yang dirasakan antara harapan
sebelumnya (atau norma kinerja lainnya) dan kinerja aktual produk yang
dirasakan setelah pemakaiannya. ( Nur Nasutin ; 2004 ; 104)
Kepuasan pelanggan merupakan pendorong utama bagi retensi dan
loyalitas pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat dikur dengan berbagai cara antara
lain : umpan balik pasar secara volunter seperti komentar tertentu yang tidak
diminta, survei pelanggan, riset pasar, dan forum diskusi pemantauan online.
Salah satu faktor yang menentukan loyalitas pelanggan adalah kepuasan.
Pelanggan yang merasa puas akan lebih mungkin untuk membeli dan menjadi
pelanggan yang baik. Model konformasi/diskonformasi ekspektasi atau harapan.
Model tersebut mengasumsikan bahwa tingkat kepuasan konsumen atas produk,
berupa barang atau jasa, ditentukan oleh bagaimana baiknya kinerja produk secara
D. Indeks Kepuasan Masyarakat
Indeks kepuasan masyarakat adalah data dan informasi tentang tingkat
kepuasaon masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan
kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur
penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan
kebutuhannya. (Skripsi; Rifqy, 2014)
Berdasarkan prinsip pelayanan sebgaimana telah ditetapkan dalam
Keputusan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara (Men.PAN) yang
bertugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan ke bijakan
di bidang pengawasan dan akuntabilitas aparatur. Men.PAN Nomor :
25/KEP/M.PAN/2/2004, tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasaan
Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, terdapat 14 indikator kriteria
pengukuran kinerja organisasi sebagai berikut:
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;
2. Persyaratan pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis
pelayanannya;
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberi pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung
jawabnya);
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian
pelayanan;
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan
kepada masyarakat;
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah
serta saling menghargai dan menghormati;
10.Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;
11.Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;
12.Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
13.Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman
kepada penerima pelayanan;
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap
resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
E. Pelayanan
Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat
tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi
antara konsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh
perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan
permasalahan konsumen/pelanggan. (Ratminto & Winarsih, 2005: 2)
Pelayanan merupakan ukuran yang menjadi indikator meningkat atau
menurunnya jumlah wajib pajak dan pendapatan pajak yang akan di peroleh
Negara. Cara ini bisa dipandang cukup jitu untuk menjaring masyarakat untuk
memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah melalui sikap pelayanan.
Pelayanan tidak diartikan hanya diberikan pemerintah. Direktorat Jenderal Pajak
tetapi juga pelayanan oleh seluruh instansi atau aparatur pemerintah. Oleh karena
pajak yang masuk juga diperuntukkan untuk menggaji seluruh aparatur
pemerintah termasuk para polisi dan tentara yang menjaga keamanan. Masyarakat
harus paham bahwa membayar pajak tidak memperoleh imbalan yang langsung.
Oleh karena itu, bentuk lain berupa pelayanan yang baik yang harus diberikan
kepada masyarakat. (Burton:2009:5)
Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan
dalam pemasaran adalah model SERVQUAL (Service Quality) yang
dikembangkan Parasuraman, Zeithami, dan Berry. SERVQUAL dibangun atasdua
faktor, yaitu persepsi pelanggan atas layanan yang mereka terima dengan layanan
Service quality didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara
kemauan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh
(Parasuraman dan Lupiyoadi, 2001) pelayanan yang bermutu adalah pelayanan
lebih dari yang diharapkan. Dalam salah satu studi mengenai SERVQUAL oleh
Parasuraman, disampaikan bahwa terdapat lima dimensi SERVQUAL sebagai
berikut (Lupiyoadi, 2001 ; Umar, 2002) :
1. Tangiables, atau bukti fisik yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam
menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal.
2. Reliability, atau keandalan yaittu kemampuan perusahaan untuk
memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan
terpercaya.
3. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu kemauan untuk membantu
dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan,
dengan penyampaian informasi yang jelas.
4. Assurance, arau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan,
kesopansantunan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk
menumbuhkan rasa percaya pelanggan kepada perusahaan.
5. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
yang diberikan kepada para pelanggan dengan upaya memahami keinginan
konsumen.
Instrumen SERVQUAL bermanfaat dalam melakukan analisis gap. Karena
biasanya layanan/jasa bersifat intangible, kesenjangan komunikasi dan
atas kualitas layanan. Gap-gap yang biasanya terjadi dan berpengaruh terhadap
kualitas layanan meliputi :
a) Gap antara ekspektasi pelanggan dan persepsi manajemen (knowledge gap). Gap ini terjadi karena ada perbedaan antara ekspektasi pelanggan aktual dan pemahaman atau persepsi manajemen terhadap
ekspektasi pelanggan
b) Gap antara persepsi manajemen terhadap ekspektasikonsumen dan spesifikasi kualitas layanan (standards gap). Sekalipun manajemen mampu memahami keinginan pelanggan dengan baik, kadangkala
penerjemahannya ke dalam spesifikasi kualitas layanan masih bermasalah.
Dengan kata lain, spesifikasi kualitas layanan tidak konsisten dengan
persepsi manajemen terhadap ekspektasi kualitas.
c) Gap antara spesifikasi kualitas layanan dan penyampaian layanan (delivery gap). Gap ini berarti bahwa spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh kinerja dalam proses produksi dan penyampaian layanan.
d) Gap antara penyampaian layanan dan komunikasi eksternal (communication gap). Gap ini berarti bahwa janji-janji yang disampaikan melalui aktivitas komunikasi pemasaran tidak konsisten dengan layanan
yang diberikan kepada para pelanggan.
e) Gap antara persepsi terhadap layanan yang diterima dan layanan yang diharapkan (service gap). Gap ini berarti bahwa layanan yang di persepsikan tidak konsisten dengan layanan yang diharapkan. Gap ini bisa
menimbulkan sejumlah konsekuensi negatif, seperti kualitas buruk
tular yang negatif; dampak negatif terhadap citra lokal; dan kehilangan
pelanggan. Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja/prestasi
perusahaan berdasarkan kriteria/ukuran yang berbeda, atau bisa juga
mereka keliru menginterpretasikan kualitas layanan bersangkutan.
Dalam buku (Burton:2009:5) Sistem aplikasi dan informasi perpajakan
yang ada pada Direktorat Jenderal Pajak terdiri dari hal-hal sebagai berikut:
1. Sistem informasi perpajakan yaitu sistem informasi dalam administrasi
perpajakan di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, kecuali Kanwil Wajib
Pajak Besar dan KPP Wajib Pajak Besar dengan menggunakan perangkat
keras dan perangkat lunak yang berhubungan dalam satu jaringan kerja.
2. Sistem administrasi perpajakan terpadu yaitu sistem informasi administrasi
perpajakan yang diterapkan pada KPP Wajib Pajak Besar, Kanwil Wajib
Pajak Besar, dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak yang perangkat
keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan jaringan kerja.
Dengan sistem inilah pelayanan prima kepada Wajib Pajak menjadi
semakin nyata. (Waluyo:2008:48).
F. Fasilitas Pelayanan
Adapun fasilitas pelayanan perpajakan yang ada pada Kantor Pelayanan
Pajak Madya Medan dan siap dimanfaatkan oleh masyarakat adalah sebagai
berikut:
1. Tempat Pelayanan Terpadu
Untuk meningkatkan pelayanan terhadp Wajib Pajak, dibentuk tempat
pelayanan terpadu, seperti penerimaan dokumen atau laporan perpajkan yang
Tempat ini disebut sebgai Tempat Pelayanan Terpadu (TPT), yakni tempat
pelayanan perpajakan yang terintegrasi di Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan
dengan menggunakan sistem komputer. Adanya TPT juga untuk memudahkan
pengawasan terhadap proses pelayanan yang diberikan kepada Wajib Pajak.
2. Account Representative (AR)
Account Representative (AR) bertugas untuk melaksanakan tugas- tugas
pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban oleh Wajib Pajak dan melayani
penyelesaian hak Wajib Pajak, juga untuk konsultasi jika Wajib Pajak
memerlukan informasi atau hal lainnya terkait dengan hak dan kewajiban
perpajakan. Account Representative (AR) bertugas disetiap seksi pengawasan dan
konsultasi yang mempunyai tugas:
a. Melakukan pengawasan kepatuhan perpajakan wajib Pajak melalui
pemanfaatan data dan Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SAPT)
atau Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP)
b. Bimbingan atau himbauan dan konsultasi teknis perpajakan kepada Wajib
Pajak
c. Analisis kinerja Wajib Pajak, rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka
ekstensifikasi.
d. Memonitor penyelesaian pemeriksaan pajak dan proses keberatan
e. Melakukan evaluasi hasil banding berdasarkan ketentuan yang berlaku
f. Membantu Wajib Pajak dalam memperoleh penegasan dan konfirmasi
masalah perpajakan
g. Melakukan pemuktahiran data Wajib Pajak dan membuat company profile
i. Menyelesaikan surat keterangan permohonan yang diperlukan Wajib
Pajak.
3. Help Desk
Untuk menghilangkan kebingungan dan kesulitan yang terkadang dialami
oleh masyarakat atau Wajib Pajak dengan suatu kantor pajak, serta agar mudah
untuk memperoleh segala informasi yang dibutuhkan mengenai perpajakan, maka
di setiap Kantor Pelayanan Pajak telah disediakan help desk yang terdapat pada
lobby Kantor Pelayanan Pajak. Secara khusus, fasilitas help desk dengan teknologi
tax knowledge base, menyangkut :
a. Peraturan pajak yang komprehensif dan terkini
b. Dikompilasi sesuai standart Q&A, flowchart, dan penjelasan singkat
c. Tersedia dalam komputer, sehingga mudah unutk di akses
d. Diharapkan mampu untuk menjawab berbagai permasalahan mengenai
pajak.
4. Media Informasi Pajak
Untuk memenuhi kebutuhan Wajib Pajak tentang informasi dan peraturan
perpajakan, serta ketentuan praktis mengenai persyaratan, formulir, dan hal
lainnya di Kantor Pelayanan Pajak disediakan sarana atau medianya, yakni Media
Informasi Pajak dengan bentuk touch screen. Wajib Pajak dapat mengakses segala
sesuatu hal yang berhubungan dengan pajak yang dibutuhkan secara gratis di
G. Analisis Data
1. Analisis Data Responden
a) Karakteristik responden berdasarkan usia
Tabel 3.2
Karakteristik responden berdasarkan usia
Usia Jumalah responden %
20 – 25 3 orang 10,0
26 – 30 14 orang 46,7
31 – 35 11 orang 36,7
36 – 40 1 orang 3,3
>40 1 orang 3,3
Jumlah 30 orang 100
Sumber: Hasil Penelitian (Juni, 2014) diolah
Pada Tabel 3.2 dapat dilihat bahwa mayoritas usia responden yang diteliti
dalam penelitian adalah wajib pajak yang usia 26 – 30 tahun yaitu sebanyak 14
orang sebesar 46,7%. Hal ini disebabkan pada usia tersebut wajib pajak dinilai
lebih cenderung patuh terhadap kewajiban perpajakannya, dikarenakan lebih
b) Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 3.3
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin Jumlah responden %
Laki – laki 13 orang 43,3
Perempuan 17 orang 56,7
Jumlah 30 orang 100
Sumber : Hasil Penelitian (Juni, 2014) diolah
Pada Tabel 3.3 dapat dilihat bahwa mayoritas jenis kelamin responden
yang diteliti dalam penelitian adalah wajib pajak berjenis kelamin perempuan
yaitu sebanyak 17 orang atau sebesar 56,7%. Hal ini disebabkan karena jenis
kelamin perempuan lebih peduli atau patuh terhadap sanksi perpajakan.
c) Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel 3.4
Karekteristik respondenoritas berdasarkan tingkat pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah responden %
SMU 4 orang 13,3
D III 8 orang 26,7
S1 17 orang 56,7
S2 1 orang 3,3
Jumlah 30 orang 100
Sumber : Hasil Penelitian (Juni, 2014) diolah
Pada Tabel 3.4 dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat pendidikan
responden yang diteliti dalam penelitian adalah S1 yaitu sebanyak 17 orang
sebesar 56,7%. Hal ini disebabkan karena wajib pajak yang berasal dari karyawan
d) Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha
Tabel 3.5
Karakteristik responden berdasarkan jenis usaha
Jenis Usaha Jumlah Responden %
Perusahaan jasa 12 orang 40,0
Perusahaan Perkebunan 5 orang 16,7
Perusahaan Industri 12 orang 40,0
Lainnya 1 orang 3,3
Jumlah 30 orang 100
Sumber : Hasil Penelitian (Juni, 2014) diolah
Pada Tabel 3.5 dapat dilihat bahwa mayoritas jenis usaha responden yang
diteliti dalam penelitian adalah perusahaan jasa sebanyak 12 orang sebesar 40,0%
dan perusahaan Industri sebanyak 12 orang sebesar 40,0%.
e) Karakteristik responden berdasarkan lama menjadi wajib pajak
Tabel 3.6
Karakteristik responden berdasarkan lama menjadi wajib pajak
Lama menjadi wajib
Pada Tabel 3.6 dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan lama
menjadi wajib pajak di dominasi oleh responden 6 – 10 tahun sebanyak 18 orang
sebesar 60,0%.
2. Analisis Deskriptif Variabel
Dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala likert untuk
mengetahui tanggapan responden tentang Indeks Kepuasan Wajib Pajak Terhadap
Sistem Pelayanan Pada KPP Madya Medan.
a) Pernyataan tentang tangible (kontak fisik)
Tabel 3.7
Distribusi jawaban responden terhadap Tangibel
No Frekuensi Kinerja Frekuensi Harapan
5 % 4 % 3 % 2 % 1 % 5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
1 18 60,0 5 16,7 7 23,3 - - - - 19 63,3 11 36,7 - - - -
2 22 73,3 5 16,7 3 10,0 - - - - 21 70,0 9 30,0 - - - -
3 17 56,7 4 13,3 9 30,0 - - - - 16 53,3 13 43,3 1 3,3 - - - -
4 18 60,0 8 26,7 4 13,3 - - - - 16 53,3 13 43,3 1 3,3 - - - -
Sumber : Hasil penelitian (Juni, 2014) diolah
1) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan pelayanan media informasi, komunikasi dan teknologi pada
KPP Madya Medan. Terdapat 7 orang menyatakan cukup baik, 5 orang
menyatakan baik, dan 18 orang menyatakan sangat baik. Responden yang
menyatakan sangat baik memiliki alasan bahwa KPP Madya Medan sudah
memaksimalkan pelayanan berupa media informasi dan komunikasi
dengan jelas, dan harapan ara responden petugas dapat memberikan
2) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan peralatan dan perlengkapan pada KPP Madya Medan.
Terdapat 3 orang menyatakan cukup baik, 5 orang menyatakan baik, dan
22 orang menyatakan sangat baik. Responden yang menyatakan sangat
baik memiliki alasan bahwa KPP Madya Medan sudah menyediakan
peralatan dan perlengkapan sesuai kebutuhan, dan harapan responden
peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan bisa lebih baik
3) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan lingkungan pada KPP Madya Medan. Terdapat 9 orang
menyatakan cukup baik, 4 orang menyatakan baik, dan 17 orang
menyatakan sangat baik. Responden yang menyatakan sangat baik
memiliki alasan bahwa lingkungan pada KPP Madya Medan kurang sudah
nyaman, dan harapan responden lingkungan KPP Madya Medan harus
lebih terjaga lagi.
4) Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan penataan lay out pada KPP Madya Medan. Terdapat 4 orang
menyatakan cukup baik, 8 orang menyatakan baik, dan 18 menyatakan
sangat baik. Responden yang menyatakan sangat baik memiliki alasan
bahwa penataan tempat pada KPP Madya Medan sudah sangat bagus, dan
harapan responden lay out pada KPP Madya Medan harus ditata kembali
5) Pernyataan tentang reability (keandalan)
Tabel 3.8
Distribusi jawaban responden terhadap reability
No Frekuensi Kinerja Frekuensi Harapan
5 % 4 % 3 % 2 % 1 % 5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
Sumber : Hasil penelitian (Juni, 2014) diolah
1) Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan petugas yang memberikan pelayanan tanggap dan ahli.
Terdapat 4 orang menyatakan cukup baik, 5 orang menyatakan baik, dan
21 menyatakan sangat baik. Responden yang menyatakan sangat baik
memiliki alasan bahwa petugas dalam melayani wajib pajak mengerti apa
yang diinginkan responden, dan harapan responden petugas harus bisa
lebih tanggap lagi dalam melayani keluhan responden.
2) Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan petugas yang memberikan pelayanan disiplin. Terdapat 7
orang menyatakan cukup baik, 4 orang menyatakan baik, dan 19
menyatakan sangat baik. Responden yang menyatakan sangat baik
memiliki alasan bahwa petugas yang melayani mereka disiplin, dan
3) Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan petugas yang memberikan pelayanan adil. Terdapat 5 orang
menyatakan cukup baik, 15 orang menyatakan baik, dan 10 menyatakan
sangat baik. Responden yang menyatakan baik memiliki alasan bahwa
pelayanan pada KPP Madya Medan sudah adil, dan harapan responden
petugas bisa lebih adil lagi dalam memberikan pelayanan.
4) Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanannya sesuai.
Terdapat 8 orang menyatakan cukup baik, 7 orang menyatakan baik, dan
15 menyatakan sangat baik. Responden yang menyatakan sangat baik
memiliki alasan bahwa persyaratan dengan jenis pelayanan sudah sesuai
dengan yang mereka harapkan.
5) Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan
sesuai. Terdapat 8 orang menyatakan cukup baik, 7 orang menyatakan
baik, dan 15 orang menyatakan sangat baik. Responden yang menyatakan
sangat baik memiliki alasan bahwa biaya sudah sesuai dengan yang telah
ditetapkan, dan harapan responden kedepannya petugas bisa lebih teliti
lagi.
6) Berdasarkan Tabel 3.8 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan petugas memberikan kepastian jadwal pelayanan. Terdapat 1
orang menyatakan cukup baik, 12 orang menyatakan baik, dan 17
menyatakan sangat baik. Dari responden yang menyatakan cukup baik
Madya Medan sudah diterapkan dengan baik, dan harapkan responden
kedepannya akan menjadi lebih baik lagi.
7) Pernyataan tentang responsiveness (ketanggapan)
Tabel 3.9
Distribusi jawaban responden terhadap responsiveness
No Frekuensi Kinerja Frekuensi Harapan
5 % 4 % 3 % 2 % 1 % 5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
1 23 76,7 4 26,3 3 10,0 - - - - 18 60,0 11 36,7 - - - -
2 14 46,7 8 26,7 8 26,7 - - - - 18 60,0 12 40,0 1 3,3 - - - -
3 18 60,0 9 30,0 3 10,0 - - - - 19 63,3 11 36,7 - - - -
Sumber : Hasil penelitian (Juni, 2014) diolah
1) Berdasarkan Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan pelayanan di KPP Madya Medan cepat. Terdapat 3 orang
menyatakan cukup baik, 4 orang menyatakan baik, dan 23 menyatakan
sangat baik. Dari jumlah responden diatas menunjukkan bahwa proses
pelayanan pada KPP Madya Medan tidak membutuhkan waktu lama atau
bisa dikatakan pelayanannya cepat., dan harapan responden kedepannya
pelayanan bisa terus cepat dan petugas tidak harus cepat menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari responden tetapi harus lebih teliti.
2) Berdasarkan Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan pelayanan petugas dalam keluhan wajib pajak. Terdapat 8
orang menyatakan cukup baik, 8 orang menyatakan baik, dan 14
menyatakan sangat baik. Responden yang menyatakan sangat baik
memiliki alasan bahwa petugas yang memberikan pelayanan sudah
memperhatikan keluhan-keluhan dari wajib pajak, dan harapan responden
3) Berdasarkan Tabel 3.9 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan pelayanan petugas dalam memberikan informasi tentang
pajak. Terdapat 3 orang menyatakan cukup baik , 9 orang menyatakan
baik, dan 18 menyatakan sangat baik. Dari jawaban responden tersebut
dapat dibuat kesimpulan bahwa petugas sudah memberikan informasi
mengenai pajak dengan jelas, dan harapan kedepannya petugas harus
meningkatkan informasi mengenai pajak dengan cara yang mudah
dimengerti responden.
4) Pernyataan tentang assurance (jaminan)
Tabel 3.10
Distribusi jawaban responden terhadap assurance
No Frekuensi Kinerja Frekuensi Harapan
5 % 4 % 3 % 2 % 1 % 5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
1 20 66,7 7 23,3 3 10,0 - - - - 18 60,0 12 40,0 - - - -
2 17 56,7 8 26,7 5 16,7 - - - - 14 46,7 16 53,3 - - - -
3 15 50,0 9 30,0 6 20,0 - - - - 18 60,0 12 40,0 - - - -
4 11 36,7 12 40,0 7 23,3 - - - - 16 53,3 14 46,7 - - - -
Sumber : Hasil penelitian (Juni, 2014) diolah
1) Berdasarkan Tabel 3.10 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan petugas yang memberikan pelayanan bertanggung jawab.
Terdapat 3 orang menyatakan cukup baik, 7 orang menyatakan baik, dan
20 menyatakan sangat baik. Dari jawaban responden tersebut dapat dibuat
kesimpulan bahwa petugas pelayanan bertanggungjawab dengan apa yang
mereka lakukan, dan harapan responden kedepannya petugas harus
meningkatkan tanggungjawabnya lagi dalam memberikan pelayanan
2) Berdasarkan Tabel 3.10 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan petugas yang memberikan pelayanan sopan. Terdapat 5 orang
menyatakan cukup baik, 8 orang menyatakan baik, dan 17 menyatakan
sangat baik. Responden yang menyatakan sangat baik memiliki alasan
bahwa petugas pelayanan memberikan pelayanan dengan sopan dan
harapan responden kedepannya petugas bisa lebih sopan dan ramah lagi.
3) Berdasarkan Tabel 3.10 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan prosedur pelayanan di KPP ini mudah. Terdapat 6 orang
menyatakan cukup baik, 9 orang menyatakan baik, dan 15 menyatakan
sangat baik. Responden yang menyatakan sangat baik memiliki alasan
bahwa pelayanan pada KPP Madya Medan mudah dan dapat dimengerti,
dan harapan kedepannya harus lebih ditingkatkan lagi.
4) Berdasarkan Tabel 3.10 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan kesabaran petugas dalam memberikan pelayanan. Terdapat 7
orang menyatakan cukup baik, 12 orang menyatakan baik, dan 11
menyatakan sangat baik. Responden yang menyatakan sangat baik
memiliki alasan bahwa petugas harus lebih sabar dalam memberikan
pelayanan terhadap wajib pajak, dan harapan kedepannya petugas dapat
meningkatkan kesabaran dalam memberikan pelayanan kepada wajib
b) Pernyataan tentang empathy
Tabel 3.11
Distribusi jawaban responden terhadap empathy
No Frekuensi Kinerja Frekuensi Harapan
5 % 4 % 3 % 2 % 1 % 5 % 4 % 3 % 2 % 1 %
1 15 50,0 3 10,0 12 40,0 - - - - 11 36,7 18 60,0 1 3,3 - - - -
2 19 63,3 5 16,7 6 20,0 - - - - 19 63,3 10 33,3 1 3,3 - - - -
3 14 46,7 8 26,7 8 26,7 - - - - 16 53,3 14 46,7 - - - -
Sumber : Hasil penelitian (Juni, 2014) diolah
1) Berdasarkan Tabel 3.11 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan petugas yang memberikan pelayanan ramah. Terdapat 12
orang menyatakan cukup baik, 3 orang menyatakan baik, dan 15
menyatakan sangat baik. Responden yang menyatakan cukup baik
memiliki alasan bahwa petugas cukup ramah dalam memberikan
pelayanan, dan harapan kedepannya petugas bisa lebih ramah lagi kepada
responden.
2) Berdasarkan Tabel 3.11 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan petugas yang memberikan pelayanan memahami kebutuhan
wajib pajak. Terdapat 6 orang menyatakan cukup baik, 5 orang
menyatakan baik, dan 19 menyatakan sangat baik. Dari jawaban
responden dapat di buat kesimpulan petugas memahami kebutuhan
responden dan harapan kedepannya harus ditingkatkan lagi agar petugas
benar-benar memahami kebutuhan mereka.
3) Berdasarkan Tabel 3.11 dapat dilihat bahwa distribusi responden yang
menyatakan pelayanan petugas KPP Madya Medan dalam keamanan dan
menyatakan baik, dan 14 menyatakan sangat baik. Responden yang
menyatakan cukup baik memiliki alasan bahwa pelayanan sudah sangat
nyaman, dan harapan kedepannya pelayanan pada KPP ini harus
q18 15 3 12 0 0 11 18 1 0 0 4.10 4.33 -0.23
Empathy (item
18-20) 4.24 4.49 -0.24
q19 19 5 6 0 0 19 10 1 0 0 4.43 4.60 -0.17 q20 14 8 8 0 0 16 14 0 0 0 4.20 4.53 -0.33
1) Berdasarkan Tabel 3.12 dapat dilihat bahwa skor SERVQUAL terendah
terjadi pada dimensi empati sebesar -0,24. Hal ini menunjukkan bahwa
petugas sudah cukup memahami masalah para wajib pajak dan
memberikan perhatian personal kepada wajib pajak agar wajib pajak
merasa nyaman.
2) Berdasarkan Tabel 3.12 dapat dilihat bahwa skor SERVQUAL terendah
kedua terjadi pada dimensi jaminan sebesar -0,2. Hal ini menunjukkan
pengetahunan dan kesopanan petugas serta kemampuan mereka dalam
memnumbuhkan rasa percaya diri dan keyakinan wajib pajak masih
kurang.
4. Analisis berdasarkan Customer Satisfaction Index (CSI)
Menurut (Irawan, 2004) terdapat empat langkah dalam perhitungan CSI, yaitu :
(1) Menentukan Mean Importance Score(MIS) dan Mean Satisfaction Score
(MSS)
Nilai ini berasal dari rata rata tingkat kepentingan dan kinerja tiap
responden :
MIS = dan MSS =
Dimana :
n = jumlah responden
Y = nilai kepentingan atribut ke-ᵢ
(2) Membuat Weight Factor (WF)
Bobot ini merupakan presentasi nilai MIS per atribut terhadap total MIS
seluruh atribut.
WF = x 100%
Di mana :
P = jumlah atribut kepentingan
(3) Membuat Weight Score (WS)
Bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor (WF) dengan
rata-rata tingkat kepuasan (Mean Satisfaction Score = MSS)
WSᵢ = WFᵢ x MSSᵢ
Di mana :
ᵢ = atribut bauran pemasaran ke-ᵢ
(4) Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI)
Dalam penelitian ini terdapat beberapa definisi operasional yang dapat
dijelaskan. Definisi tersebut adalah :
Kriteria CSI (Customer Satisfaction Index)
Nilai Indek (%) Kriteria Customer Service Index
81,00 – 100,00 Sangat Puas
66,00 – 80,99 Puas
51,00 – 65,99 Cukup Puas
35,00 – 50,99 Kurang Puas
0,00 – 34,99 Tidak Puas
Tabel 3.13
Dalam penelitian ini, tingkat kepuasan wajib pajak (customer satisfaction
index (CSI)) KPP Madya Medan sebesar 87% . Nilai CSI sebesar ini berada pada
kategori sangat puas . Hal ini mengindikasikan bahwa wajib pajak sangat puas
terhadap kinerja KPP Madya Medan selama ini. Dengan demikian walaupun
wajib pajak merasa sangat puas dengan kinerja dan pelayanan KPP Madya
Medan namun terus ditingkatkan.
H. Pembahasan
Menurut Garvin (Tjiptono ; 2011 ; 170 ) kualitas produk terdiri atas
delapan dimensi berikut satu sama lainnya bisa berkaitan erat:
a) Kinerja (Performance), yakni efesiensi pencapaian tujuan utama sebuah
produk.
b) Fitur (Features), yakni atribut produk yang melengkapi kinerja dasar
sebuah produk.
c) Reliabilitas (Reliability), yakni kemampuan sebuah produk untuk tetap
berfungsi secara konsisten selama usia desainnya.
d) Kesesuaian dengan spesifikasi (Conformance to specification), yakni
sejauh mana karakteristik desain dengan operasi sebuah produk memenuhi
standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
e) Daya tahan (Durability), yakni berkaitan dengan tingkat kemampuan
sebuah produk mentolerir tekanan, stress atau trauma tanpa mengalami
kerusakan berarti.
f) Servicebility, yakni kemudahan mereparasi sebuah produk.
h) Persepsi kualitas (Perceived quality), yakni citra dan reputasi sebuah
produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.
Walaupun dimensi-dimensi yang dikemukakan Garvin banyak dikutip,
bukan berati klasifikasi tersebut paling lengkap. Salah satu kritik terhadap tipologi
Garvin adalah bahwa dimensi-dimensi tersebut cenderung lebih sesuai untuk
menilai kulaitas produk fisik dibanding jasa/layanan. Yang paling banyak diacu
dalam pengukuran kinerja layanan/jasa adalah dimensi kualitas layanan versi
Parasuraman, Zeithaml dan Berry.
Dalam riset awalnya, Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1985) mmeneliti
sejumlah industri jasa dan berhasil mengidentifikasi sepuluh dimensi pokook
kualitas layanan: reabilitas, responsivitas atau daya tanggap, kompetensi, akses,
kesopanan(cortesy), komunikasi, kreadibilitas, keamanan, kemampuan memahami
pelanggan, dan bukti fisik (tangibles).
Dalam riset berikutnya di tahun 1988, mereka menemukan adanya
overlapping diantara beberapa dimensi diatas. Oleh sebab itu, mereka
menyederhanakannya menjadi:
a) Reabilitas (Reability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
menyampaikan layanan yang dijanjikan secara akurat sejak pertama kali.
b) Daya tanggap (Responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan
kemampuan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan
merespon permintaan mereka dengan segera.
c) Jaminan (Assurance), berkaitan dengan pengetahuan dan kesopanan
karyawan serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya
d) Empati (Empathy), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para
pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta
memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam
operasi yang nyaman.
e) Bukti fisik (Tangibles), berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas
layanan, peralatan/perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas sebelumnya, maka
kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Berdasarkan analisis dengan menggunakan instrumen SERVQUAL yaitu
Gap terhadap wajib pajak dengan skor SERVQUAL pada 5 dimensi
tersebut sebesar -0,08 sampai -0,24. Hal ini menunjukkan bahwa wajib
pajak puas terhadap pelayanan pada KPP Madya Medan.
2. Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode Customer Satisfaction
Index (CSI) yang telah dibahas sebelumnya makas kesimpulan yang di
peroleh dalam penelitian ini adalah wajib pajak pada KPP Madya Medan
sangat puas terhadap kinerja pelayanan selama ini, hal ini dapat dilihat dari
nilai Indeks Kepuasan Wajib Pajaksebesar 87%.
B. Saran
Mengacu pada pembahasan dan kesimpulan diatas, maka terdapat
beberapa saran dari peneliti untuk meningkatkan kinerja pelayanan KPP Madya
Medan, hal ini dilakukan agar para wajib pajak yang ada di KPP Madya Medan
dapat lebih puas. Saran-saran tersebut adalah:
1. Peningkatan pelayanan pada dimensi empathy (memahami masalah dan
bertindak demi kepentingan wajib pajak) dan assurance (pengetahuan dan
2. keyakinan wajib pajak) agar setiap wajib pajak yang terdaftar pada KPP
Madya Medan merasa puas dengan pelayanan yang diberikan.
3. Skor SERVQUAL pada dimensi Reliability (kemampuan petugas untuk
menyampaikan layanan yang dijanjikan secara akurat) sebesar -0,08 harus
tetap dipertahankan agar wajib pajak tetap merasa sangat puas dengan
pelayanan pada KPP Madya Medan.
4. Nilai indeks kepuasan wajib pajak yang menunjukkan 87% dengan kriteria
sangat puas menunjukkan bahwa sistem pelayanan yang diberikan kepada
wajib pajak pada KPP Madya Medan harus tetap dipertahankan, agar
wajib pajak selalu merasa puas dengan semua pelayanan yang ada di KPP
DAFTAR PUSTAKA
Burton, Richard. 2009. Kajian Aktual Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat
Irawan, H. 2004. Indonesian Customer Satisfaction: Membedah Strategi Kepuasan Pelanggan Merek Pemenang ICSA, Jakarta : PT Alex Media Komputindo
Nasution, M. Nur. 2004. Manajemen Jasa Terpadu: Total Service Management.Bogor Selatan: Ghalia Indonesia
Mardiasmo. 2002. Perpajakan. Yogyakarta: Andi
Resmi, Siti. 2007. Perpajakan dan Teori Khusus. Edisi Kedua. Yogyakarta:Salemba Empat
Ratminto, dan Septi, Atik. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:Pustaka Pelajat
Situmorang, Syafrizal Helmi danLufti, Muslich. 2012. Analisis Data: Untuk Riset.Medan: Usu Press
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta
Tjiptono, Fandy. 2011. Service Management: Mewujudkan Pelayanan Prima.Yogyakarta: Andi
Skripsi
Rifki, Rendi. 2014. Pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat TerhadapPelayanan Pemerintah Di Kecamatan Medan marelan Dan Kecamatan
Medan Labuhan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Rosa, Erlida. 2009. Analisis Tingkat Kepuasan Nasabah Terhadap Pelayanan PT