SKRIPSI
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA ANTARA BANK SYARIAH MANDIRI DAN BANK MUAMALAT INDONESIA DENGAN
RASIO CAMELS
Oleh:
EKO SYAFRIADI 0 7 0 5 0 3 0 24
PPROGRAM STUDI STRATA-1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis
Perbandingan Kinerja Antara Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat
Indonesia dengan Rasio CAMELS” adalah benar hasil karya saya sendiri dan
judul dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh mahasiswa
lain dalam konteks penulisan skripsi program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang
diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas dan benar apa adanya. Apabila
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juli 2011 Yang Membuat Pernyataan,
Eko Syafriadi NIM 070503024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan izin Allah SWT akhirnya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu. Skripsi
ini berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Antara Bank Syariah Mandiri dan
Bank Muamalat Indonesia dengan Rasio CAMELS”. Shalawat beriring salam
juga penulis hanturkan kepada Rasulullah SAW, semoga ketauladanan beliau
dapat menjadi contoh bagi kita semua di dunia dan di akhirat.
Adapun tujuan dari disusunnya skripsi ini guna memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara, dan lebih dari itu
sesungguhnya penelititan ini merupakan rangkuman dari proses pembelajaran
yang telah penulis tempuh selama masa perkuliahan.
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan banyak terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara,
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia
Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara,
3. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan,
4. Bapak Abdillah Arif Nst, SE, M.Si, Ak dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak.
Selaku dosen penguji dan pembanding yang telah memberikan banyak arahan
dan masukan kepada penulis dalam penulisan spripsi ini.
5. Ibu dan Ayahanda tercinta yang tak pernah lelah memberikan dukungan dan
doa kepada penulis yang tak terhingga, begitu juga kepada keluarga besar
yang selalu memberikan penulis harapan. Kepada adik-adik, Eri dan Era yang
juga telah mendukung rampungnya skripsi ini. Serta kepada teman-teman
Edi, Rivi, Hendra, Edward, Lia, dan Kasini yang juga telah memberi
dukungan dalam penulisan skripsi ini,
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna disebabkan
keterbatasan penulis baik dalam pengetahuan dan pengulasan skripsi. Oleh karena
itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan sehingga
dapat dijadikan acuan untuk penulisan karya-karya ilmiah selanjutnya. Akhir kata,
penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi bahan bacaan yang bermanfaat
bagi para pembaca.
Medan, Juli 2011 Penulis
ABSTRAK
PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri merupakan perusahaan perbankan yang telah memimpin pasar perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan membuktikan secara empiris tentang perbedaan kinerja keuangan antara PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri selama periode 2007-2009. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparasi.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan dari perusahaan yang diperoleh dari laporan keuangan publikasi bank Bank Indonesia melalui situs www.bi.go.id serta dari situs resmi masing-masing bank. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang didasarkan pada aspek perhitungan tingkat kesehatan bank yang meliputi capital,
asset, earning, dan liquidity. Rasio yang digunakan adalah KPMM mewakili capital; KAP mewakili asset; NOM, ROA, ROE, dan REO mewakili earning; dan
STM yang mewakili liquidity.
Kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio capital,
asset, earning, dan liquidity pada tahun 2007-2008 tergolong sebagai bank yang
yang memiliki rasio capital sangat kuat, kualitas aktiva produktif yang sangat baik, sangat tinggi profitabilitasnya, dan sangat likuid. Sementara pada tahun 2009 tergolong sebagai bank yang memiliki rasio capital sangat kuat, kualitas aktiva produktif yang cukup baik, cukup tinggi profitabilitasnya, dan sangat likuid. Kinerja keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia ditinjau dari rasio capital,
asset, earning, dan liquidity pada tahun 2007-2008 tergolong sebagai bank yang
yang memiliki rasio capital kuat, kualitas aktiva produktif yang baik, tinggi profitabilitasnya, dan kurang likuid. Pada tahun 2009 PT. Bank Muamalat Indonesia tergolong bank yang tinggi rasio capital-nya, kualitas aktiva produktif yang cukup baik, rendah profitabilitasnya, dan likuid. Perbandingan kinerja keuangan antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Muamalat Indonesia menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan PT. Bank Muamalat Indonesia.
ABSTRACT
PT Bank Muamalat Indonesia and PT Bank Syariah Mandiri, a banking company which has been leading the Islamic banking market in Indonesia. This research aims to investigate and prove empirically about the differences between the financial performance of PT. Bank Muamalat Indonesia and PT. Bank Syariah Mandiri during the period 2007-2009. This research is a descriptive comparison.
The data used are secondary data in the form of financial statements of companies that obtained from the bank's published financial statements of Bank Indonesia through www.bi.go.id site as well as from the official websites of each bank. Data analysis was performed using analysis of financial ratios based on aspects of the bank's calculation of the level of health that includes capital, assets, earnings, and liquidity. The ratio used is KPMM representing Capital Adequacy; KAP representing assets; NOM, ROA, ROE, and REO represent earnings, and STM representing liquidity.
The financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri in terms of capital ratios, assets, earnings, and liquidity in the years 2007-2008 is classified as a bank which has a very strong capital ratio, asset quality is very good, very high profitability, and very liquid. While in 2009 classified as a bank which has a very strong capital ratio, asset quality is quite good, quite high profitability, and very liquid. Financial performance. Bank Muamalat Indonesia in terms of capital ratios, assets, earnings, and liquidity in the years 2007-2008 are classified as banks have strong capital ratios, good asset quality, high profitability, and less liquid. In 2009 PT. Bank Muamalat Indonesia is a high bank capitalnya ratio, asset quality is good enough, low profitability, and liquidity. Comparative financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri and PT. Muamalat Bank Indonesia shows that the financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri better than PT. Bank Muamalat Indonesia.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN... i
KATA PENGANTAR... ii
ABSTRAK... iv
ABSTRAC... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... viii
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Perumusan Masalah………... 5
C. Batasan Masalah………. 5
D. Tujuan Penelitian………... 6
E. Manfaat Penelitian………... 7
F. Kerangka Konseptual……….……… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Keuangan Bank Syariah Berdasarkan CAMELS……….. 10
1. Rasio Permodalan ……….………... 11
2. Rasio Kualitas Aktiva ……… 13
3. Rasio Rentabilitas……… 14
4. Rasio Likuiditas……….. 15
B. Laporan Keuangan ……….. 18
1. Pengertian Laporan Keuangan Bank ……… 18
2. Jenis laporan keuangan bank syariah……….. 18
C. Analsis Laporan Keuangan……….. 20
1. Pengertian ………. …… 20
2. Tujuan analisis laporan keuangan……….. 20
3. Analisis rasio keuangan……….. 21
E. Pengertian Bank Syariah……….. 24
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu………. 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian………... 28
B. Jenis dan Sumber Data………. ……… 28
C. Metode Pengumpulan Data……….. 29
D. Defenisi Operasional Variabel……….. 29
E. Tekhnik Analisis Data……….. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian………. 39
1. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri………….. 39
2. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia……… 41
B. Deskripsi Data………. 44
C. Analisis Rasio Keuangan………. 46
1. PT. Bank Syariah Mandri……….. 46
2. PT. Bank Muamalat Indonesia……….. 67
D. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan ………. 86
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……… 90
B. Keterbatasan Penelitian………. 93
C. Saran………. 93
DAFTAR PUSTAKA………. 96
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 1.1 Dana pihak ketiga……….. 2
Tabel 1.2 Pembiayaan……… 2
Tabel 1.3 Asset……….. 2
Tabel 1.4 Aktiva Bank Umum Syariah………. 3
Tabel 1.5 Batasan Masalah……… 6
Tabel 2.1 Kriteria Penentuan Peringkat CAMELS……….. 17
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu………..26
Tabel 4.1 Data keuangan Bank Muamalat 2007-2009……… 45
Tabel 4.2 Data Keuangan Bank Mandiri Syariah 2007-2009………. 45
Tebel 4.3 Perhitungan rasio KPMM Bank Syariah Mandiri………... 48
Tabel 4.4 Pertumbuhan rasio KPMM Bank Syariah Mandiri………. 49
Tabel 4.5 Peritungan Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Bank Syariah Mandiri……….. 52
Tabel 4.6 Pertumbuhan rasio KAP Bank Syariah Mandiri………….. 53
Tabel 4.7 Rasio NOM Bank Syariah Mandiri………. 56
Tabel 4.8 Rasio Penunjang Rentabilitas Bank Syariah Mandiri……. 58
Tabel 4.9 Pertumbuhan rasio Rentabilitas Bank Syariah Mandiri….. 63
Tabel 4.10 Perhitungan rasio STM Bank Syariah Mandiri…………... 65
Tabel 4.11 Pertumbuhan rasio STM Bank Syariah Mandiri…………. 66
Tabel 4.12 Perhitungan rasio KPMM Bank Muamalat Indonesia…… 68
Tebel 4.13 Pertumbuhan rasio KPMM Bank Muamalat Indonesia….. 70
Tabel 4.14 Peritungan Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Bank Muamalat Indonesia……….. 72
Tabel 4.15 Pertumbuhan rasio KAP Bank Muamalat Indonesia…….. 74
Tabel 4.17 Rasio Penunjang Rentabilitas Bank Muamalat
Indonesia………. 79
Tabel 4.18 Pertumbuhan rasio rentabilitas Bank Muamalat
Indonesia………. 83
Tebel 4.19 Perhitungan rasio STM Bank Muamalat
Indonesia……… 85
Tabel 4.20 Pertumbuhan rasio STM Bank Muamalat
Indonesia………. 87
Tabel 4.21 Perbandingan Rasio KPMM Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri………. 88
Tabel 4.22 Perbandingan Rasio KAP Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri………. 89
Tebel 4.23 Perbandingan Rasio Rentabilitas Bank Muamalat
Indonesia dan Bank Syariah Mandiri………. 90
Table 4.24 Perbandingan Rasio Likuiditas Bank Mumalat
DAFTAR GAMBAR
NOMOR JUDUL HALAMAN
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual……… 9
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran I Aktiva Produktif……… 98
Lampiran II Komponen Laba-Rugi……….. 99
Lampiran III Aktiva dan Kewajiban lancar………... 101
Lampiran IV Rata-rata aktiva produktif……… 102
Lampiran V Rata-rata total aktiva………... 103
Lampiran VI Rata-rata modal disetor………... 104
ABSTRAK
PT Bank Muamalat Indonesia dan PT Bank Syariah Mandiri merupakan perusahaan perbankan yang telah memimpin pasar perbankan syariah di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan membuktikan secara empiris tentang perbedaan kinerja keuangan antara PT. Bank Muamalat Indonesia dan PT. Bank Syariah Mandiri selama periode 2007-2009. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparasi.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa laporan keuangan dari perusahaan yang diperoleh dari laporan keuangan publikasi bank Bank Indonesia melalui situs www.bi.go.id serta dari situs resmi masing-masing bank. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis rasio keuangan yang didasarkan pada aspek perhitungan tingkat kesehatan bank yang meliputi capital,
asset, earning, dan liquidity. Rasio yang digunakan adalah KPMM mewakili capital; KAP mewakili asset; NOM, ROA, ROE, dan REO mewakili earning; dan
STM yang mewakili liquidity.
Kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri ditinjau dari rasio capital,
asset, earning, dan liquidity pada tahun 2007-2008 tergolong sebagai bank yang
yang memiliki rasio capital sangat kuat, kualitas aktiva produktif yang sangat baik, sangat tinggi profitabilitasnya, dan sangat likuid. Sementara pada tahun 2009 tergolong sebagai bank yang memiliki rasio capital sangat kuat, kualitas aktiva produktif yang cukup baik, cukup tinggi profitabilitasnya, dan sangat likuid. Kinerja keuangan PT. Bank Muamalat Indonesia ditinjau dari rasio capital,
asset, earning, dan liquidity pada tahun 2007-2008 tergolong sebagai bank yang
yang memiliki rasio capital kuat, kualitas aktiva produktif yang baik, tinggi profitabilitasnya, dan kurang likuid. Pada tahun 2009 PT. Bank Muamalat Indonesia tergolong bank yang tinggi rasio capital-nya, kualitas aktiva produktif yang cukup baik, rendah profitabilitasnya, dan likuid. Perbandingan kinerja keuangan antara PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Muamalat Indonesia menunjukkan bahwa kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri lebih baik dibandingkan PT. Bank Muamalat Indonesia.
ABSTRACT
PT Bank Muamalat Indonesia and PT Bank Syariah Mandiri, a banking company which has been leading the Islamic banking market in Indonesia. This research aims to investigate and prove empirically about the differences between the financial performance of PT. Bank Muamalat Indonesia and PT. Bank Syariah Mandiri during the period 2007-2009. This research is a descriptive comparison.
The data used are secondary data in the form of financial statements of companies that obtained from the bank's published financial statements of Bank Indonesia through www.bi.go.id site as well as from the official websites of each bank. Data analysis was performed using analysis of financial ratios based on aspects of the bank's calculation of the level of health that includes capital, assets, earnings, and liquidity. The ratio used is KPMM representing Capital Adequacy; KAP representing assets; NOM, ROA, ROE, and REO represent earnings, and STM representing liquidity.
The financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri in terms of capital ratios, assets, earnings, and liquidity in the years 2007-2008 is classified as a bank which has a very strong capital ratio, asset quality is very good, very high profitability, and very liquid. While in 2009 classified as a bank which has a very strong capital ratio, asset quality is quite good, quite high profitability, and very liquid. Financial performance. Bank Muamalat Indonesia in terms of capital ratios, assets, earnings, and liquidity in the years 2007-2008 are classified as banks have strong capital ratios, good asset quality, high profitability, and less liquid. In 2009 PT. Bank Muamalat Indonesia is a high bank capitalnya ratio, asset quality is good enough, low profitability, and liquidity. Comparative financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri and PT. Muamalat Bank Indonesia shows that the financial performance of PT. Bank Syariah Mandiri better than PT. Bank Muamalat Indonesia.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Lahirnya fatwa Majelis Ulama Indonesia yang telah menfatwakan haram
atas bunga bank menyebabkan lahirnya bank Syariah di Indonesia yang mampu
menjawab kebutuhan lembaga keuangan yang bebas dari hal yang diharamkan
masyarakat muslim di Indonesia khususnya riba. Bank syariah seperti halnya bank
konvensional juga terdiri dari dua jenis yaitu bank umum syariah (BUS) dan bank
pembiayaan rakyat syariah (BPRS). BUS adalah bank syariah yang kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran sedangkan BPRS adalah bank
syariah yang dalam melaksanakan kegiatan usahanya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Saat ini, bank yang menjalankan kegiatan tidak
berdasarkan syariah dapat membuka cabang yang dalam prinsip penerapannya
menggunakan prinsip syariah dengan seiring perkembangan dunia perbankan,
sehingga di dalam bank tersebut terdapat dua sistem yakni sistem syariah dan
sistem konvensional atau biasa dikenal dual banking system. Bank konvensional
yang membuka usaha syariah dinamakan Unit Usaha Syariah (UUS).
Perkembangan bank umum syariah di Indonesia cukup pesat, hal ini
terlihat dari kinerja keuangan bank umum syariah yang baik. Beberapa fakta
pesatnya perkembangan pertumbuhan bank umum syariah dapat dilihat dari tabel
Tabel 1.1
Dana pihak ketiga, jumlah dana masyarakat yang ditempatkan di bank umum
Keterangan Des 05 Des 06 Des 07 Des 08 Des 09 Jun 10
Bank Umum 1,127,937 1,287,102 1,510,834 1,753,292 1,950,712 2,096,036
Bank syariah 15,581 19,347 28,011 36,852 52,271 58,078 Market share 1.38% 1.50% 1.85% 2.10% 2.68% 2.77%
Sumber : www.syariahmandiri.co.id (2010)
Tabel 1.2
Pembiayaan, jumlah dana yang disalurkan kepada masyarakat
Pembiayaan Des 05 Des 06 Des 07 Des 08 Des 09 Juni 10
Bank Umum 695,648 792,297 1,002,012 1,307,688 1,437,930 1,586,492 Bank Syariah 12,405 16,113 20,717 26,109 34,452 46,260 Market share
bank syariah
1.78% 2.03% 2.07% 2.00% 2.40% 2.92%
Sumber : www.syariahmandiri.co.id (2010)
Tabel 1.3
Asset, total kekayaan yang dimiliki oleh bank umum syariah
Asset Des 05 Des 06 Des 07 Des 08 Des 09 Juni 10
Bank umum 1,469,827 1,693,850 1,986,501 2,310,557 2,534,106 2,678,265 Bank syariah 20,880 26,722 33,016 49,555 66,090 75,205 Market share
bank syariah
1.42% 1.58% 1.66% 2.14% 2.61% 2.81%
Sumber : www.syariahmandiri.co.id (2010)
Berdasarkan data yang ditampilkan di atas dapat kita lihat bahwa market
share yang dimiliki bank umum syariah terus meningkat dan terus mendapat
perhatian dari masyarakat. Hal ini mendorong terjadinya persaingan yang ketat
baik antara bank umum syariah maupun dengan bank umum konvensional yang
menuntut bank-bank umum syariah untuk memiliki kinerja kuangan yang baik
untuk dapat bersaing dalam memperebutkan pasar perbankan nasional di
Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Bank Indonesia, jumlah bank umum
sebanyak 10 (sepuluh) perusahaan yang sebagian besar adalah unit usaha syariah.
Unit usaha syariah ini merupakan bagian dari bank-bank umum konvesional besar
seperti Bank Mandiri, Bank BCA, dan bank-bank ternama lainnya. Apabila dilihat
dari total asset setiap bank umum syariah tersebut, maka akan terlihat dua bank
umum syariah yang memiliki total asset yang cukup besar bila dibandingkan bank
umum syariah yang lain. Asset kedua bank tersebut berada dalam rentang
Rp10M-Rp30M, seperti yang terlihat dari tabel di bawah ini.
Tabel 1.4
Aktiva Bank Umum Syariah
(per 30 september 2010 dalam jutaan rupiah)
No. Nama Bank Total Asset (Rp)
Bank Devisa
1. Bank Negara Indonesia Syariah 6.088.008
2. Bank Muamalat Indonesia 17.725.347
3. Bank Syariah Mandiri 28.053.984
4. Bank Mega Syariah 4.455.914
Bank Non-Devisa
1. Bank Central Asia Syariah 806.872
2. Bank Rakyat Indonesia Syariah 6.073.535
3. Bank Jabar Banten Syariah 1.644.620
4. Bank Panin Syariah 342.945
5. Bank Syariah Bukopin 2.163.300
6. Bank Victoria Syariah 281.366
Sumber : Bank Indonesia, 2010 (diolah Penulis)
Berdasarkan data yang ditampilkan di atas maka terlihat bahwa hanya
Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri yang memiliki asset di atas
yang lainnya, yakni masing-masing Rp 17.725.347 dan Rp 28.053.984 sehingga
dapat disimpulkan bahwa kedua bank ini adalah bank yang memimpin pangsa
pasar bank syariah di Indonesia. Apabila kita hanya merujuk pada jumlah asset
yang diperoleh bank itu saja maka akan sangat tidak relevan bila kita mengatakan
bahwa bank yang dimaksud sudah berkinerja baik. Total asset tersebut hanya bisa
instrumen yang dapat dijadikan alat untuk mengukur kinerja perusahaan
perbankan yang salah satunya adalah melalui rasio keuangan.
Bank Indonesia sebagai bank sentral sekaligus sebagai bank regulator
tentunya tidak ingin kejadian tahun 1997-1998 terulang kembali, untuk itu Bank
Indonesia semakin memperketat pengaturan dan pengawasannya terhadap
Perbankan Nasional Indonesia dengan selalu menilai kinerja perbankan. Salah
satu penilaian kinerja yang dapat dilakukan adalah kinerja keuangan untuk
mengetahui tingkat kesehatan bank. Tingkat kesehatan bank untuk menilai kinerja
ini banyak menggunakan rasio keuangan sebagai alat hitungnya. Melalui rasio
keuangan yang dihitung dari laporan keuangan bank secara berkala maka dapat
menunjukkan kualitas suatu bank.
Salah satu metode yang lazim dilakukan untuk menilai kinerja bank
syariah adalah peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 yang dalam
penilaiannya menggunakan pendekatan CAMELS (Capital, Asset, Management,
Earning, Liquidity, dan Sensitivity Market Risk). Dalam hal ini penulis tidak
menggunakan aspek management dikarenakan bukan merupakan aspek keuangan
selain itu juga tidak menggunakan aspek Sensitivity Market Risk dikarenakan
keterbatasan data yang diperoleh oleh penulis, mengingat untuk mengukurnya
diperlukan data historis bank yang mana data tersebut tidak tersedia di dalam
laporan kauangan bank. Oleh karena itu penulis membatasi penelitian dengan
hanya menggunakan rasio-rasio dari aspek permodalan (capital), kualitas aktiva
produktif (Asset), rentabilitas (earning), dan likuiditas (liquidity) bank umum
total asset maka Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia merupakan
bank yang sebanding bila dibandingkan bank umum syariah yang lain.
Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti kinerja bank
umum syariah salama periode 2007-2009 yang akan dituangkan dalam bentuk
karya tulis ilmiah skripsi dengan judul “Analisis Perbandingan Kinerja Antara
Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia dengan Rasio CAMELS”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi
rumusan masalah penelitian ini adalah seperti yang disebutkan di bawah ini.
1. Bagaimana kinerja keungan Bank Syariah Mandiri dilihat dari rasio
capital, asset, earning, dan liquidity selama 2007-2009?
2. Bagaimana kinerja keuangan Bank Muamalat Indonesia dilihat dari
rasio capital, asset, earning, dan liquidity selama 2007-2009?
3. Bagaimana perbandingan kinerja keuangan Bank Syariah Mandiri
dan Bank Muamalat Indonesia selama 2007-2009?
C. Batasan Masalah
Mengingat adanya keterbatasan waktu, ilmu, dan kemampuan penulis maka
penulis membuat beberapa batasan masalah pada aspek metode CAMELS.
Tabel 1.5 Batasan Masalah
Aspek Rasio yang dipakai
Permodalan (capital) KPMM
Kualitas Aktiva produktif (asset) KAP
Rentabilitas (earning) NOM, ROA, ROE, dan BOPO
Likuiditas (liquidity) STM
Pemilihan Bank Muamalat Indonesia sebagai pembanding kinerja
keuangan Bank Syariah Mandiri didasarkan pada alasan karena (1) Bank
Muamalat Indonesia adalah bank umum syariah pertama yang didirikan di
Indonesia; (2) dan Bank Muamlat Indonesia merupakan bank yang sebanding
dengan Bank Syariah Mandiri, yakni dilihat dari total asset bank-bank umum
syariah yang lain.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan informasi tentang
rasio Capital, kualitas aktiva produktif (asset), Earning, dan Liquidity pada Bank
Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia, serta perbandingan di antara
kedua bank tersebut. Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan di
atas, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan seperti yang akan dijelaskan di
bawah ini.
a. Mengetahui rasio Capital, kualitas aktiva produktif, Earning dan,
Liquidity Bank Syariah Mandiri selama 2007-2009
b. Mengetahui rasio Capital, kualitas aktiva produktif, Earning, dan
c. Mengetahui perbandingan rasio Capital, kualitas aktiva produktif,
Earning, dan Liquidity, antara Bank Syariah Mandiri dan Bank
Muamalat Indonesia selama 2007-2009
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan dan tujuan penelitian, manfaat penelitian ini
adalah sebagai berikut.
a. Sebagai masukkan dan menambah wawasan bagi peneliti tentang
kinerja perbankan syariah di Indonesia.
b. Dapat dijadikan sebagai informasi dan bahan pertimbangan bagi
manajemen bank dalam pengembangan dan memajukan
pengelolaan bank.
c. Dapat memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat dalam
menentukan lembaga keuangan bank yang sehat.
d. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
F. Kerangka Konseptual
Bank syariah adalah badan usaha keuangan yang membutuhkan
kepercayaan masyarakat untuk menjalankan usahanya. Salah satu alat yang dapat
dinilai oleh masyarakat khususnya pemerintah dan Bank Indonesia adalah
mengenai kinerja keuangan. Kinerja keuangan perbankan yang biasa digunakan
dan sesuai dengan peraturan Bank Indonesia adalah penilaian tingkat kesehatan
Penilaian tingkat kesehatan bank dinilai berdasarkan beberapa aspek yaitu
permodalan, kualitas asset, rentabilitas (earning), dan likuiditas. Aspek-aspek
tersebut akan dihitung dan dibandingkan terhadap dua perusahaan yaitu Bank
Syariah mandiri dan Bank Muamalat Indonesia. Perhitungan dan perbandingan
akan didasarkan pada batasan masalah yang telah diuraikan di awal. Pertama-tama
kedua bank yakni Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia dihitung
masing-masing untuk setiap aspek kesehatan bank sehingga akan terlihat hasil dan
kinerja dari kedua bank tersebut. Setelah nilai tersebut diperoleh maka tahap
selanjutnya adalah membandingkan kinerja kedua bank tersebut sehingga
diperoleh tingkat kesehatan dan kinerja mana yang lebih baik.
Gambar 1.1 Kerangka konseptual BANK UMUM
SYARIAH
BANK MUAMALAT INDONESIA
BANK SYARIAH MANDIRI
Kinerja keuangan
• Capital • Asset • Earning • Liquidity
Kinerja keuangan
• Capital • Asset • Earning • Liquidity
Melalui kerangka konseptual ini terlihat bahwa kinerja keuangan kedua
bank dihitung, dinilai serta dianalisis secara terpisah yang kemudian akan
dibandingkan satu sama lainnya. Hasil perbandingan ini akan memperlihatkan
bagaimana kinerja keuangan masing-masing bank serta bank yang mana yang
lebih baik kinerja keuangannya. Melalui hasil perbandingan ini diharapkan akan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kinerja Keuangan Bank Syariah Berdasarkan CAMELS
Kinerja keuangan bank merupakan bagian dari kinerja bank secara
keseluruhan, baik itu perbankan syariah atau konvensional. Kinerja (performance)
bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam
operasionalnya, baik menyangkut dana, teknologi maupun sumber daya manusia.
Berdasarkan dengan apa yang telah disampaikan mengenai kinerja keuangan
maka kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank secara
keseluruhan pada suatu periode tertentu dalam segala aspek yang biasanya diukur
melalui berbagai indikator, misalnya rasio keuangan. Rasio keuangan menurut
Kasmir (2008:104) ”merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada
di dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka
lainnya.”
Lebih lanjut di dalam bukunya, Kasmir (2008:104) mengatakan bahwa
hasil rasio keuangan ini digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu
periode apakah mencapai suatu target seperti yang telah ditetapkan. Kasmir juga
mengatakan, dari kinerja yang dihasilkan ini juga dapat dijadikan sebagai evaluasi
hal-hal yang perlu dilakukan ke depan agar kinerja manajemen dapat ditingkatkan
atau dipertahankan sesuai dengan terget perusahaan. Oleh karena itu, maka
diperlukan analisis atas laporan keuangan melalui analisis rasio keuangan dimana
bank pada periode tertentu, dan dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai
kesehatan bank selama periode keuangan. Tentunya banyak rasio keuangan yang
dapat dihitung dari perusahaan perbankan khususnya perbankan syariah
mengingat bahwa perbankan adalah perusahaan yang sedikit berbeda dengan
perusahaan yang bergerak bukan di sektor keuangan.
Salah satu kinerja keuangan bank adalah penilaian tingkat kesehatan bank.
Menurut Totok dan Sigit (2008:51) ”kesehatan bank dapat diartikan sebagai
kemampuan bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal
dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang
sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku”. Bagi perbankan, hasil akhir
penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam
menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang sedangkan bagi Bank
Indonesia antara lain digunakan sebagai sarana penetapan dan implementasi
strategi pengawassan bank oleh Bank Indonesia. Perhitungan kinerja keuangan
bank syariah yang berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007
Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah, adalah sebagai berikut.
1. Rasio Permodalan (CAPITAL)
Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/ PBI/2007 Tentang Sistem
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah,
”penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal bank
dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur
kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat
dihindari serta dapat juga mengukur kekayaan bank tersebut atau kekayaan
yang dimiliki oleh para pemegang saham. Untuk menghitung rasio
permodalan digunakan rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM). Rumus dari rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
(KPMM) adalah:
M tier 1 merupakan modal inti bank yang terdiri dari modal disetor
dan beberapa komponen modal inti lainnnya misalnya agio saham, laba
tahun-tahun lalu setelah diperhitungkan pajak, serta laba tahun berjalan
setelah pajak. M tier 2 merupakan modal pelengkap yang terdiri dari
misalnya cadangan umum penyisihan penghapusan akiva produktif dan
investasi subordinasi. M tier 3 merupakan modal pelengkap tambahan
seperti modal pelengkap yang tidak digunakan untuk resiko penyaluran
dana. Sedangkan penyertaan merupakan penanaman dana bank dalam
bentuk saham pada perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah
atau transaksi tertentu berdasarkan prinsip syariah yang berakibat bank
memiliki atau akan memiliki saham pada perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan syariah. Semakin besar rasio KPMM maka semakin baik
pula kinerja yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan
meng-cover dirinya dari resiko kerugian gagal bayar dari pembiayaan yang
disalurkan yang akan berdampak pada modal bank yang bersangkutan.
2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (ASSET)
Rasio kualitas aktiva produktif merupakan rasio utama dalam
menghitung kinerja asset bank Rasio ini digunakan untuk mengetahui
kualitas aktiva produktif, yaitu penanaman dana bank dalam bentuk rupiah
atau dalam valuta asing atau dalam bentuk kredit, surat berharga,
penempatan pada bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan
untuk melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasilkan laba
secara maksimal. Selain itu penilaian kualitas asset dimaksudkan untuk
menilai kondisi asset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari
pembiayaan (credit risk) yang akan muncul. Formula atau rumus yang
digunakan untuk menghitung kualitas aktiva produktif (KAP) adalah:
APYD merupakan aktiva produktif yang diklasifikasikan menjadi
beberapa kategori yaitu dalam perhatian khusus (DPK), kurang lancar (KL),
diragukan (D), dan macet (M). Semakin tinggi rasio ini maka kinerja
kualitas aktiva produktif bank semakin baik dan semakin rendah rasio ini
mengindikasikan bahwa kurang mampunya bank dalam mengelola aktiva
3. Rasio Rentabilitas (EARNING)
Rasio rentabilitas bank merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank
dalam suatu periode tertentu. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Net Operating Margin (NOM) sebagai rasio utama
dengan formula perhitungannya adalah:
PO merupakan singkatan dari pendapatan operasional bank dan DBH
merupakan singkatan dari dana bagi hasil. Sedangkan BO merupakan
singkatan dari beban operasional. Selain itu penulis juga menggunakan
beberapa rasio penunjang yaitu Return On Asset (ROA), Return On Equity
(ROE), dan Rasio Efisiensi Operasional (REO), dimana rasio-rasio tersebut
akan saling mendukung dan melengkapi. Rumus untuk masing-masing rasio
adalah:
Rasio REO di atas apabila dilihat lebih seksama maka terlihat memiliki
rasio ini juga merupakan rasio BOPO. Penggunaan rasio ini juga berfungsi
sebagai alat mengukur efisiensi bank dalam menekan biaya dan
menghasilkan laba. Singkatan REO akan tetap penulis gunakan karena
mengacu kepada peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007.
4. Rasio Likuiditas (LIQUIDITY)
Rasio likuiditas bertujuan untuk mengukur seberapa likuid suatu bank
dalam melayani nasabahnya serta untuk mengukur kemampuan bank dalam
menyelesaikan kewajiban jangka pendek. Suatu bank dikatakan likuid
apabila bank dapat memenuhi kewajiban utang lancarnya, dapat membayar
kembali semua simpanan nasabah, serta dapat memenuhi permintaan kredit
yang diajukan tanpa adanya penangguhan. Ada banyak jenis rasio yang
dapat digunakan dalam di dalam rasio likuiditas seperti misalnya rasio cepat
(quick ratio), rasio lancar (current ratio), dan perhitungan modal kerja.
Menurut Warren, Reeve, Fess (2006) “rasio lancar dan rasio cepat adalah
yang paling berguna apabila dianalisis secara bersamaan serta dibandingkan
dengan periode sebelumnya dan dibandingkan dengan perusahaan lainnya
dalam industri sejenis”. Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Short Term Mismatch (STM) sebagai rasio utama dengan rumus:
Apabila dilihat secara seksama maka akan terlihat bahwa rasio STM
current ratio dimana rasio ini biasa digunakan dan secara khusus
diperhatikan oleh para kreditor jangka pendek. Dunia perbankan merupakan
lembaga keuangan dimana lebih banyak menggunakan komponen likuid
(cair) yaitu uang dalam operasionalnya, komponen likuid ini lebih banyak
didanai melalui dana pihak ketiga (DPK) nasabah dalam bentuk pembiayaan
sehingga pemenuhan rasio lancar sangat berperan penting bagi perbankan
dan juga sangat penting untuk pengambilan keputusan manajer di masa
yang akan datang.
Tabel 2.1 akan menampilkan kriteria setiap perhitungan dari setiap
rasio yang digunakan berdasarkan setiap aspek yang dinilai meliputi aspek
Capital, Asset, Earning, dan Liquidity. Setiap kriteria yang diperoleh akan
menggambarkan kondisi dari setiap kinerja keuangan bank sesuai dengan
aspek-aspeknya masing-masing melalui peringkat yang diperolehnya.
Kriteria-kriteria dari setiap aspek Capital, Asset, Earning, dan Liquidity
Capital, Asset, Earning, dan Liquidity tersebut akan dijelaskan pada bab
ketiga dimana kriteria ini bersumber dari Lampiran Surat Edaran No.
9/24/DPbS Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Tabel 2.1 : Kriteria penetapan peringkat
No. Aspek Komponen
rasio
Peingkat
1 2 3 4 5
1. Capital KPMM KPMM≥ 12% 9% ≤KPMM< 12% 8% ≤KPMM<9% 6%<KPMM<8% KPMM≤6%
2. Asset KAP KAP>0,99 0,96<KAP≤0,99 0,93<KAP≤0,96 0,90<KAP≤0,93 KAP≤0,90
3. Earning NOM NOM>3% 2%<NOM≤3% 1,5%<NOM≤2% 1%<NOM≤1,5% NOM≤1%
ROA ROA>1,5% 1,25%<ROA≤1,5% 0,5%<ROA≤1,25% 0%<ROA≤0,5% ROA≤0%
ROE - - - - -
REO REO≤83% 83%<REO≤87% 85%<REO≤87% 87%<REO≤89% REO>89%
4. Liquidity STM STM>25% 29%<STM≤25% 15%<STM≤20% 10%<STM≤15% STM≤10%
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan Bank
Secara umum, laporan keuangan merupakan alat komunikasi yang
berkaitan erat dengan akuntansi. Setiap perusahaan atau organisasi harus membuat
laporan keuangan sebagai alat pertanggungjawaban pengelola atau manajemen
sehingga dapat diambil keputusan-keputusan yang diperlukan oleh para
pengambil keputusan. Djarwanto (2004:5) menuturkan pengertian laporan
keuangan sebagai berikut.
”laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil refleksi dari sekian banyak transaksi yang terjadi dalam suatu perusahaan. Transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa yang bersifat finansial dicatat, digolong-golongkan, dan diringkaskan dengan cara setepat-tepatnya dalam satuan uang, dan kemudian diadakan panafsiran untuk berbagai tujuan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan.”
Seperti halnya perusahaan pada umumnya maka bank syariah juga harus
menyajikan laporan keuangannya untuk kepentingan para pengambil keputusan.
Akan tetapi laporan keuangan bank sedikit berbeda dengan perusahaan lain pada
umumnya, hal ini dikarenakan bank merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang keuangan yang membutuhkan laporan keuangan yang khusus selain
laporan keuangan pada umumnya, agar informasi yang diberikan lebih terperinci.
2. Jenis laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan bank syariah tidak terlalu berbeda dengan laporan
keuangan. Dijelaskan di dalam bukunya Nurhayati (2009) mengatakan bahwa
laporan keuangan entitas syariah terdiri atas:
a. posisi keuangan Entitas Syariah, disajikan sebagai neraca. Laporan ini menyajikan informasi tentang sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Laporan ini berguna untuk memprediksi kemampuan perusahaan di masa yang akan datang.
b. informasi kinerja Entitas Syariah, disajikan dalam laporan laba rugi. Laporan ini diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan.
c. informasi Perubahan Posisi Keuangan Entitas Syariah, yang dapat disusun berdasarkan definisi dana seperti seluruh sumber daya keuangan, modal kerja, asset likuid atau kas. Kerangka ini tidak mendefinisikan dana secara spesifik. Akan tetapi, melalui laporan ini dapat diketahui aktivitas investasi, pendanaan dan operasi selama periode pelaporan.
d. informasi lain, seperti laporan penjelasan tentang pemenuhan fungsi sosial Entitas Syariah. Merupakan informasi yang tidak diatur secara khusus tetapi relevan bagi pengambilan keputusan sebagian besar pengguna laporan keuangan.
e. catatan dan skedul tambahan, merupakan penampung dari informasi tambahan yang relevan termasuk pengungkapan tentang resiko dan ketidakpastian yang mempengaruhi entitas. Informasi tentang segmen industri dan geografi serta perubahan harga terhadap entitas juga dapat disajikan.
Di dalam PSAK 101 paragraf 11 juga disebutkan ”laporan keuangan yang lengkap
terdiri dari komponen-komponen berikut ini:
a. neraca;
b. laporan laba rugi; c. laporan arus kas;
d. laporan perubahan ekuitas;
C. Analisis Laporan Keuangan
1. Pengertian
Setelah perusahaan selesai membuat laporan keuangan maka setelah itu
tahap selanjutnya adalah menganalisis laporan keuangan tersebut baik oleh pihak
eksternal maupun pihak internal. Data keuangan perlu disusun dan
disederhanakan kemudian dianalisis dan ditafsirkan sehingga dapat memberikan
informasi yang berarti bagi pihak-pihak yang menaruh perhatian pada perusahaan
yang bersangkutan. Menurut Djarwanto (2004:59) ”analisis laporan keuangan
meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk
mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha, dan kemajuan keuangan
perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan”. Analisis dilakukan dengan
mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana
perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah
perkembangannya.
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan
Tujuan dari analisis laporan keuangan dapat ditinjau dari pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan. Adapun tujuannya Menurut
Djarwanto (2004:3) dapat ditinjau dari pihak yang berkepentingan seperti yang
akan dijelaskan sebagai berikut.
a. Pimpinan Perusahaan
b. Pemilik Perusahaan
dari analisis laporan keuangan pemilik dapat menilai berhasil tidaknya manajemen dalam memimpin perusahaannya. Oleh karena hasil-hasil, stabilitas, serta kelangsungan hidup perusahaan tergantung pada cara kerja atau efisiensi manajemennya, maka jika hasil yang dicapai oleh manajemen tidak memuaskan, maka para pemilik dapat menentukan sikap, misalnya mengganti manajemennya atau menjual saham-sahamnya.
c. Para kreditur
mereka perlu mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan jangka pendek (likuiditas), stabilitas, dan profitabilitas dari perusahaan, sebelum mereka memutuskan untuk memberi atau memperluas kreditnya.
d. Investor
investor memerlukan analisis laporan keuangan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya. Bagi investor yang penting adalah tingkat imbalan hasil dari modal yang telah atau akan ditanam dalam suatu perusahaan.
3. Analisis Rasio Keuangan
Laporan keuangan melaporkan baik posisi perusahaan pada suatu waktu
tertentu operasinya selama beberapa periode yang lalu. Alat analisis yang biasa
digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah rasio keuangan. Rasio
keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur
dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur
laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
Berdasarkan sumber datanya, maka rasio-rasio dapat dibedakan menjadi tiga,
yaitu
a. rasio-rasio neraca (balamce sheet ratios), yaitu rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar, rasio tunai (quick
ratio), rasio modal sendri dengan total aktiva, rasio aktiva tetap
dengan utang jangka panjang, dan lain sebagainnya.
bruto dengan penjualan neto, rasio laba usaha dengan penjalan neto,
operating ratio, dan lain sebagainya.
c. rasio-rasio antar laporan keuangan, yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba-rugi, misalnya rasio penjualan neto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan lain sebagainya (Djarwanto, 2004: 146)
D. Sistem Operasional Bank Syariah
Secara umum sistem operasional bank syariah hampir tidak memiliki
perbedaan dengan bank umum konvensional yakni menghimpun dana dari
masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada masyarakat yang
menyalurkan dana. Hanya saja yang membedakannya adalah pada landasan
operasional dan beberapa mekanisme produk yang harus berdasarkan syariat
Islam.
Sigit dan Totok (2008:156) mengatakan:
”Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan maupun investasi. Cara titipan dan investasi berbeda dengan deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya membungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja nasabah membutuhkan, bank syariah harus dapat memenuhinya. Akibatnya dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan pengendapan dana.”
Rizal Yahya, Martawireja, Abdurahim (2009:57) dalam bukunya sistem
opersional bank umum syariah adalah sebagai berikut :
1. sistem opersional bank syariah dimulai dari kegiatan penghimpunan dana dari masyarakat. Penghimpunan dana dapat dilakukan dengan skema investasi maupu skema titpan. Dalam penghimpunan dana dengan skema investasi dari nasabah pemilik dana (shahibul maal), bank syariah berperan sebagai pengelola dana atau biasa disebut dengan mudharib. Adapun pada penghimpunan dengan skema penitipan, bank syariah berperan sebagai penerima titipan,
pembeli barang, dan penyewa barang atau jasa yang disediakan oleh bank syariah. Pada saat dana disalurkan dalam bentuk investasi, bank syariah berperan sebagai pemilik dana. Pada saat dana disalurkan dalam kegiatan jual beli, bank syariah berperan sebagai penjual dan pada saat disalurkan dalam kegiatan pengadaan objek sewa, berperan sebagai pemberi sewa,
3. dari penyaluran dana kepada berbagai pihak, bank syariah selanjutnya menerima pendapatan berupa bagi hasil dari investasi, margin dari jual beli dan fee dari sewa dan berbagai jenis pendapatan yang diperoleh dari instrumen penyaluran dana lain yang dibolehkan,
4. pendapatan yang diterima dari kegiatan penyaluran selanjutnya dibagikan kepada nasabah pemilik dan atau penitip dana. Penyaluran dana kepada pemilik dana bersifat wajib sesuai dengan porsi bagi hasil yang disepakati. Adapun penyaluran dana kepada nasabah penitip dana bersifat sukarela tanpa ditetapkan di muka sebelumnya dan biasa disebut dengan istilah bonus,
5. selain melaksanakan aktivitas penghimpunan dan penyaluran, bank syariah dalam sistem operasionalnya juga memberikan layanan jasa keuangan seperti jasa ATM, transfer, letter of credit, bank garansi, dan lain sebagainya. Oleh karena jasa tersebut dilakukan tanpa menggunakan dana dari pemilik dana maupun penitip dana, maka pendapatan yang diperoleh dari jasa tersebut dapat dimiliki sepenuhnya oleh bank syariah tanpa harus dibagi.
Selain itu, bank syariah juga diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu
dalam arti wajib membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan
mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat pada
bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat, infaq, sadakah).
Operasional perbankan yang berdasarkan prinsip syariah ini diharapkan
dapat memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam bermuamalah yang
bebas dari praktik yang diharamkan Islam terutama praktik riba. Praktik dan
sistem muamalah Islam diaplikasikan dalam setiap operasional dan
produk-produk perbankan. Produk-produk-produk perbankan syariah dibuat sedemikian rupa
sehingga bagi masyarakat non-muslim juga dapat menggunakan jasa perbankan
Menyalurkan pendapatan menerima pendapatan
Bagi hasil / bonus bagi hasil, margin, fee
Gambar 2.1 : Sistem Operasional Bank Syariah
Sumber : Rizal Yahya, Aji Erlangga Martawireja, Rahim Abdurahim Akuntansi Perbankan Syariah: Teori dan Praktek Kontemporer (2009)
E. Pengertian Bank Syariah
Bank syariah merupakan jenis perbankan yang unik baik dalam landasan
operasional maupun dalam hal produk-pruduk yang ditawarkan kepada para
stabil bila dibandingkan dengan bank konvensional karena bank syariah dinilai
tidak tergantung pada fluktuasi bunga walaupun masih dalam hal perdebatan para
ahli. Berbeda dengan bank konvensional bank syariah tidak menggunakan bunga
sebagai pendapatan utama bank melainkan dengan prinsip bagi hasil yang sesuai
syariah. Hal ini dikarenakan bank syariah, dalam setiap opersionalnya haruslah
berdasarkan prinsip syariah Islam yang mana prinsip bunga yang biasa dilakukan
oleh bank konvensional adalah haram dan tidak sesuai dengan prinsip syariah
Islam.
Berdasarkan Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah, telah disebutkan di dalam pasal 1 bahwa perbankan syariah adalah:
”segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya”. Lebih lanjut di dalam UU No. 21 tahun 2008
disebutkan pengertian mengenai bank syariah : ”Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri
atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”. Dalam
perkembangannya bank konvensional dapat membuka cabang dengan membuka
unit usaha syariah yang berbeda dengan bank konvensional yang dikenal dengan
unit usaha syariah.
Unit usaha syariah ini merupakan sebutan bagi bank konvensional yang
menerapkan dual banking system yakni dalam penerapan sistem perbankan
syariah bank yang bersangkutan juga membuka perbankan yang berprinsip
menerapkan prinsip syariah dalam operasionalnya tanpa merubah prinsip
operasional bank induknya dimana pada akhir periode laporan keuangan anak
perusahaan tersebut akan dikonsolidasikan dengan laporan bank induk.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil Penelitian
SUMARTI (2007) ANALISIS KINERJA Earning, dan Liquidity
Selama 2004-2006 nilai CAR, KAP, PPAP dan BOPO BSM dikatakan sehat, namun untuk ROA selama 2005-2006 telihat kurang sehat, Nilai cash ratio pada tahun 2004 dan 2005 dapat dikatakan sehat, sedangkan tahun 2006 dikatakan kurang sehat, untuk LDR pada tahun 2004, 2005, dan 2006 sebesar 92,50%, 83,09%, dan 94,38% ≤ 94,75%, sehingga
Penelitian ini lebih merujuk kepada penelitian Isna (2008) dimana
penelitian tersebut dilakukan dengan teknik analisis laporan keuangan komperatif
atau perbandingan. Akan tetapi hal yang membedakan penelitian penulis dengan
penelitian Isna adalah penulis menggunakan peraturan yang baru tentang bank
syariah yakni penilaian tingkat kesehatan bank melalui peraturan Bank Indonesia
No. 9/1/PBI/2007. Selain itu hal lain yang membedakan adalah perusahaan yang
menjadi pembanding adalah perusahaan Bank Muamalat Indonesia dan bukan
Bank Rakyat Indonesia selaku bank konvensional. Sedangkan dalam penelitian
Sumarti (2007) hanya mengunakan satu perusahaan saja sebagai objek penelitian
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian ini meliputi menganalisis kinerja keuangan
Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia serta membandingkannya.
Selain itu penulis menggunakan metode deskriptif, dimana tujuan penelitian
deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi/gambaran, atau lukisan fenomena
secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki dan menurut tingkat penjelasannya
tergolong ke dalam penelitian komparatif. Penelitian ini menurut analisis datanya
termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menganalisis data yang
berbentuk angka.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Menurut
Umar (2003:6),”Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih
lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, dan sebagainya, sehingga
lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.” Data tersebut dapat diperoleh di
situs resmi Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat Indonesia serta dari situs
Bank Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data laporan
keuangan publikasi bank Bank Indonesia dan beberapa laporan keuangan bank
lainnya yang dipublikasikan oleh kedua Bank Syariah dari tahun 2007 sampai
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua
tahap, yaitu studi pustaka dan studi dokumentasi. Untuk tahap pertama yakni studi
pustaka, data dikumpulkan dari jurnal ekonomi dan buku-buku yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Metode pengumpulan data tahap dua melalui studi
dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data berupa laporan keuangan bank baik
yang dipublikasi oleh bank yang bersangkutan maupun yang dipublikasi oleh
Bank Indonesia melalui laporan publikasi bank Bank Indonesia di situs
www.bi.go.id.
D. Defenisi Operasional Variabel
Berikut akan dijelaskan mengenai perhitungan rasio keuangan :
1. Rasio Permodalan
Keterangan :
KPMM : Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
M tier1 : Modal inti
M tier2 : Modal Pelengkap
M tier3 : Modal Pelengkap Tambahan
Penyertaan : Penanaman dana bank dalam bentuk saham pada
perusahaan yang bergerak di bidang keuangan syariah
yang berakibat bank memiliki atau akan memiliki
saham pada perusahaan yang bergerak dibidang
keuangan syariah.
ATMR : Aktiva tertimbang menurut risiko
Kriterian penilaian peringkat :
Peringkat 1 = KPMM ≥ 12%
Peringkat 2 = 9% ≤ KPMM < 12%
Peringkat 3 = 8% ≤ KPMM < 9%
Peringkat 4 = 6% < KPMM < 8%
Peringkat 5 = KPMM ≤ 6%
Kriteria penetapan peringkat faktor permodalan berdasarkan
lampiran SE No 9/24/DPbs:
a. peringkat 1, mencerminkan tingkat modal secara signifikan berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang.
b. peringkat 2, mencerminkan tingkat modal berada lebih tinggi dari ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan tetap berada di tingkat ini serta membaik dari tingkat saat ini untuk 12 (dua belas) bulan mendatang. c. peringkat 3, mencerminkan tingkat modal berada sedikit di
atas atau sesuai dengan ketentuan KPMM yang berlaku dan di perkirakan tetap berada pada tingkat ini selama 12 (dua belas) bulan mendatang
d. peringkat 4, mencerminkan tingkat modal sedikit berada di bawah ketentuan KPMM yang berlaku dan diperkirakan mengalami perbaikan dalam 6 (enan) bulan mendatang e. peringkat 5, mencerminkan tingkat modal berada lebih
Tujuan dari perhitungan rasio ini adalah mengukur kecukupan modal
bank dalam menyerap kerugian dan pemenuhan ketentuan KPMM
yang berlaku.
2. Rasio kualitas aktiva produktif
Keterangan :
a. APYD : aktiva produktif yang diklasifikasikan, meliputi:
i. 25% dari aktiva produktif yang digolongkan Dalam
Perhatian Khusus
ii. 50% dari aktiva produktif yang digolongkan
Kurang Lancar
iii. 75% dari aktiva produktif yang digolongkan
Diragukan
iv. 100% dari aktiva produktif yang digolongkan
Macet
b. Aktiva Produktif : Penanaman bank dalam bentuk
kredit, surat berharga, penyertaan dan penanaman lainnya
yang dimaksudkan untuk memperoleh penghasilan.
Kriteria penilaian peringkat :
Peringkat 1 = KAP > 0,99
Peringkat 2 = 0,96 < KAP ≤ 0,99
Peringkat 4 = 0,90 < KAP ≤ 0,93
Peringkat 5 = KAP ≤ 0,90
Kriteria penetapan peringkat faktor kualitas aktiva produktif
berdasarkan lampiran SE No. 9/24/DPbs :
a. peringkat 1, mencerminkan kualitas asset sangat baik dengan risiko portofolio yang sangat minimal. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiyaan dan pengelolaan risiko dari pembiayaan telah dilaksanakan dengan sangat baik dan sesuai dangan skala usaha bank, serta sangat mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat dan didokumentasikan dan diadministrasikan dengan sangat baik.
b. peringkat 2, mencerminkan kualitas asset baik namun terdapat kelemahan yang tidak signifikan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan resiko dari pembiayaan telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan skala usaha bank, serta mendukung kegiatan operasional yang aman dan sehat dan didokumentasikan dan diadministrasikan dengan baik.
c. peringkat 3, mencerminakan kualitas asset cukup baik namun diperkirakan akan mengalami penurunan apabila tidak dilakukan perbaikan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan risiko dari pembiayaan telah dilakukan dengan cukup baik dan sesuai dengan skala usaha bank, namum masih terdapat kelemahan yang tidak signifikan dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan cukup baik.
e. peringkat 5, mencerminkan kualitas asset yang kurang baik dan diperkirakan kelangsungan hidup bank sulit untuk diselamatkan. Kebijakan dan prosedur pemberian pembiayaan dan pengelolaan risiko pembiayaan dilaksanakan dengan tidak baik dan atau tidak sesuai dengan skala usaha bank, serta terdapat kelemahan yang sangat signifikan dan kelangsungan usaha bank sulit untuk dapat diselamatkan dan atau didokumentasikan dan diadministrasikan dengan tidak baik.
3. Rasio Rentabilitas
•
Keterangan :
NOM : Net Operating Margin
PO : Pendapatan Operasional
DBH : Dana Bagi Hasil
BO : Biaya Operasional
Rata-rata Aktiva Produktif : merupakan rata-rata aktiva produktif 12
bulan terakhir.
Kriteria Penilaian Peringkat :
Peringkat 1 = NOM > 3%
Peringkat 2 = 2% < NOM ≤ 3%
Peringkat 3 = 1,5% < NOM ≤ 2%
Peringkat 4 = 1% < NOM ≤ 1,5%
Kriteria penetapan peringkat faktor earning atau rentabilitas
berdasarkan lampiran SE No. 9/24/DPbs.
a. peringkat 1, mencerminkan kemampuan rentabilitas sangat tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. peringkat 2, mencerminkan kemampuan rentabilitas tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. peringkat 3, mencerminkan kemampuan rentabilitas cukup tinggi untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. peringkat 4, mencerminkan kemampuan rentabilitas rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distributio) belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku
e. peringkat 5, mencerminkan kemampuan rentabilitas sangat rendah untuk mengantisipasi potensi kerugian dan meningkatkan modal. Penerapan prinsip akuntansi, pengakuan pendapatan, pengakuan biaya dan pembagian keuntungan (profit distribution) tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
•
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1 = ROA > 1,5%
Peringkat 3 = 0,5%<ROA≤1,25%
Peringkat 4 = 0%<ROA≤0,5%
Peringkat 5 = ROA ≤ 0%
Semakin besar ROA (return on asset), berarti semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank dari segi penggunaan aktiva
yang dimiliki bank begitu juga sebaliknya dimana semakin kecil rasio
ini maka tingkat keuntungan bank dalam mengelola aktiva semakin
sedikit.
•
Apabila terjadi kenaikan dalam rasio ini (return on equity), berarti
terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang barsangkutan. Kenaikan
ini akan menyebabkan naiknya harga saham bank, yang akan
membuat para pemegang saham bank dan para investor di pasar modal
ini membeli saham bank tersebut.
•
Kriteria penilaian peringkat:
Peringkat 1 = REO≤83%
Peringkat 2 = 83%<REO≤87%
Peringkat 3 = 85%<REO≤87%
Peringkat 4 = 87%<REO≤89%
Semakin kecil rasio biaya (beban) operasionalnya akan lebih baik,
karena bank yang bersangkutan dapat menutup biaya (beban)
operasionalnya dengan pendapatan operasionalnya dan begitu juga
sebaliknnya apabila rasio ini semakin besar maka berarti kinerja bank
yang semakin tidak efisien kerena tidak mampu menutupi biaya
opersional melalui pendapatan operasional.
4. Rasio Likuiditas
Keterangan :
STM : Short Term Mismatch
Aktiva Jangka Pendek : Aktiva yang likuid kurang dari 3 bulan
selain kas, SWBI, dan Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN)
Kewajiban Jangka Pendek : kewajiban likuid kurang dari 3 bulan
Bila dilihat dari rumus STM yang ditunjuknan yang ada terllihat
bahwa terdapat kesamaan dengan rumus current ratio, namum penulis
tetap menggunakan rasio STM sebagai alat ukur karena merujuk pada
peraturan Bank Indonesia.
Kriteria Penilaian perinkat :
Peringkat 1 = STM > 25%
Peringkat 3 = 15% < STM ≤ 20%
Peringkat 4 = 10% < STM ≤ 15%
Peringkat 5 = STM ≤ 10%
Kriteria penetapan peringkat faktor likuiditas berdasarkan lampiran
SE No. 9/24/DPbs:
a. peringkat 1, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas sangat kuat.
b. peringkat 2, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas kuat.
c. peringkat 3, mencerminkan kemampuan likuditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas memadai,
d. peringkat 4, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas lemah.
e. peringkat 5, mencerminkan kemampuan likuiditas bank untuk mengantisipasi kebutuhan likuiditas dan penerapan manajemen resiko likuiditas sangat lemah.
E. Teknik Analisis Data
Tehnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
rasio keuangan. Analisis rasio keuangan yang berkaitan dengan kinerja tingkat
kesehatan bank. Analisis ini didasarkan pada data yang bersifat kuantitatif yaitu
data yang berupa angka-angka yang terdapat pada laporan keuangan perusahaan
dan juga laporan yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Langkah-langkah analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Menghitung dan menganalisis laporan keuangan perusahaan
perbankan dengan menggunakan rasio keuangan yang terdiri dari rasio
capital, kualitas aktiva produktif, earning (rentabilitas), dan liquidity,
2. Melakukan analisis internal dengan cara membandingkan rasio
keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Muamalat
Indonesia dari tahun ke tahun secara keseluruhan (time saries).
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui kinerja keuangan pada
masing-masing bank dari tahun ke tahun berikutnya sehingga dapat
diketahui tendensi perubahan (fluktuasi) atau pertumbuhannya.
Formula yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan kinerja bank
adalah sebagai berikut:
Keterangan :
= rasio tahun sekarang
rasio tahun sebelumnya
3. Melakukan analilsis eksternal dengan membandingkan rasio keuangan
PT. Bank Syariah Mandiri dengan PT. Bank Muamalat Indonesia pada
periode yang sama. Rasio keuangan pada masing-masing bank
digunakan sebagai tolok ukur untuk menilai kinerja keuangan kedua
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
1. Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri
Kehadiran Bank Syariah Mandiri berawal ketika krisis ekonomi yang
melanda Indonesia pada tahun 1997-1998. Salah satu bank konvensional, PT
Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahtraan Pegawai
(YPKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota juga terkena dampak krisis.
BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger
dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing. Pada saat yang
bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank
Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank
baru bernama PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk. pada tanggal 13 Juli 1999.
Kebijakan tersebut menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri sebagai
pemilik mayoritas dari BSB.
Lahirnya UU No. 10 tahun 1998 yang memberikan peluang bank umum
untuk melayani transaksi syariah (dual banking system) membuat bank Mandiri
melakukan konsolidasi serta membentuk tim pengembangan perbankan syariah.
Tim pengembangan perbankan syariah memandang bahwa pemberlakuan UU
tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank
Susila Bakti dari Bank Konvensional menjadi bank Syariah. Oleh karena itu, tim
pengembangan perbankan syariah segera mempersiapkan system dan
menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank
Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam akta notaries Sutjipto, SH. No 23
tanggal 8 september 1999.
Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan
oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernut BI No. 1/24/KEP.BI/1999,
25 Oktober 1999. Selanjutnnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernut Senior
Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi
PT Bank Syariah Mandiri (BSM). Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal
tersebut, PT Bank Syariah Madiri secara resmi mulai beropasi sejak senin tanggal
25 Rajab 1420H atau tanggal 1 Nopember 1999.
Adapun visi dan misi yang diemban oleh PT Bank Syariah Mandiri adalah:
VISI,
Menjadi Bank terpercaya pilihan mitra usaha
MISI,
a. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan
b. Mengutamakan penghimpunan dana konsumer dan penyaluaran
pembiayaan pada segmen UMKM
c. Merekrut dan mengembankan pegawai professional dalam lingkungan
kerja yang sehat
d. Mengembangkan nilai-nilai sysriah universal
e. Menyelenggarakan operasional bank sesuai dengan standar perbankan
yang sehat