STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SEPEDA MOTOR
YAMAHA DAN TINDAKAN MEMBELI
(Studi Korelasional Strategi Komunikasi Pemasaran Sepeda Motor Yamaha Terhadap Tindakan Membeli Pada Konsumen PT. ALFA SCORPII
Cabang Setia Budi)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Departemen Ilmu Komunikasi
Diajukan Oleh :
ISMAIL MATONDANG
070922022
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI EKSTENSION
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama : ISMAIL MATONDANG
Nim : 070922022
Departemen : Ilmu Komunikasi
Judul : STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SEPEDA MOTOR
YAMAHA DAN TINDAKAN MEMBELI
(Studi Korelasional Strategi Komunikasi Pemasaran Sepeda Motor
Terhadap Tindakan Membeli Pada Konsumen PT. ALFA SCORPII
Cabang Setia Budi Medan)
Medan, Juni 2009
Dosen Pembimbing, Ketua Departemen,
Drs. Safrin, M.Si Drs. Amir Purba, M.A
NIP.131.654.105 NIP.131.654.104
Dekan FISIP USU,
ABSTRAKSI
Skripsi ini mengambil judul Strategi Komunikasi Pemasaran Sepeda MotorYamaha dan Tindakan Membeli (Studi Korelasional Strategi Komunikasi Pemasaran Sepeda Motor Yamaha Terhadap Tindakan Membeli Pada Konsumen PT. ALFA SCORPII Cabang Setia Budi Medan). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui tentang daya tarik komunikasi pemasaran sepeda motor Yamaha, untuk mengetahui tindakan membeli konsumen terhadap produk Yamaha dan untuk mengetahui sejauh mana strategi komunikasi pemasaran sepeda motor Yamaha mempengaruhi tindakan membeli konsumen PT.ALFA SCORPII Cabang Setia Budi. Untuk membahas penelitian ini, maka teori-teori yang dipergunakan dan dianggap relevan dalam membahas penelitian ini yaitu : teori komunikasi, pemasaran dan komunikasi pemasaran, strategi komunikasi pemasaran, merek dan ekuitas merek dan teori AIDDA.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode korelasional yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi variabel lainnya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 450 orang sejak bulan Maret. Menurut Arikunto (1998: 120), apabila subjeknya kurang 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau lebih. Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut, maka peneliti mengambil 20% dari jumlah populasi sehingga diperoleh sebanyak 90 orang responden.
Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data dari literatur serta sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh melalui pemberian sejumlah pertanyaan kepada responden berupa kuesioner.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala anugerah dan rahmat-NYA
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan skripsi ini, guna melengkapi syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Universitas Sumatera Utara. Adapun judul
skripsi penulis adalah “Strategi Komunikasi Pemasaran Sepeda Motor Yamaha Dan
Tindakan Membeli”.
Skripsi ini merupakan masterpiece (mahakarya) kedua setelah sebelumnya
penulis menamatkan kuliah di jurusan bahasa Jepang (D-III) USU. Sangat banyak
hal-ha yang dikorbankan baik tenaga, pikiran, waktu, materi bahkan perasaan demi
kesempurnaan skripsi ini. Apalagi ditengah-tengah jadwal yang sangat padat serta
pikiran yang selalu buyar karena kondisi perasaan tak menentu, penulis berusaha
memaksimalkan menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktu yang diinginkan.
Penulis sadar dalam penyusun skripsi ini banyak dibantu oleh pihak-pihak
tertentu baik berupa bimbingan, kritik, saran bahkan pengarahan. Oleh karena itu,
penulis pada kesempatan ini menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT yang dapat
membalasnya. Terimakasih saya ucapkan kepada :
1. Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Drs. Amir Purba, M.A, selaku Ketua Jurusan Program Studi Ilmu Komunikasi
3. Bapak Drs. Safrin, M.A, selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar memberikan
bimbingan selama proses penyusunan skripsi ini, terimakasih untuk segala nasehat,
kesempatan dan saran-saran yang diberikan untuk penulis.
4. Bapak dan Ibu dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis selama
ini.
5. Untuk staf Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara : Kak Icut, Kak Ros, Kak Maya yang ikut mempelajar pengerjaan
skripsi.
6. Ayahanda tercinta H. Kamaluddin Matondang, semoga engkau sangat bangga
kepada anakmu yang paling besar ini dan sebagai contoh buat adek-adekkku, serta
Ibunda yang paling cantik dan manis Hj. Rosmawati Siregar yang telah
membesarkan, mendidik, dan mengurus diriku dengan cucuran keringat dan air mata
kesediahan.
7. Keluargaku (keluarga matondang) yaitu : Adekku Siti, Ardiansyah, Diah Sari, Mas
IJi dan Adekku yang paling ganteng, pintar n Supel Azis Malpo, serta abangku
Syarmadan dan Rudi yang telah memberikan dukungan baik moral serta dan materil
selama ini.
8. Buat teman-temanku yang gaul abis di jurusan Ilmu Komunikasi Ekstension ’07
yang selalu menemani saat-saat di kampus : FranS, GonDel, MaMit, QiPut, RobiN,
PoltaK, bang Dede serta seluruh teman-temanku yang tak bias disebutkan
Terimakasih banyak untuk semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan
dari semua pihak, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi yang
cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Medan, Juni 2009
Penulis,
ISMAIL MATONDANG
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah ... 1
I.5.2. Pemasaran dan Komunikasi Pemasaran ... 10
I.5.3. Strategi Komunikasi Pemasaran ... 11
I.5.4. Merek dan Ekuitas Merek ... 12
I.11. Sistematika Penulisan ... 21
II.5.3. Gaya Hidup (Life Style) ... 65
II.5.4. Teori AIDDA ... 66
BAB III METODOLOGI PENELITIAN III.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 69
III.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT. ALFA SCORPII ... 69
III.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 70
III.1.3. Struktur Organisasi ... 71
III.1.4. Spesifikasi Sepeda Motor ... 71
III.2. Waktu Penelitian... ... 72
III.6. Teknik Pengambilan Sampling ... 74
III.7. Teknik Pengumpulan Data ... 74
III.8. Teknik Analisa Data ... 75
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data ... 78
IV.2.4 Inventarisasi Variabel ... 80
IV.2.5 Tabulasi Data ... 80
IV.3. Analisa Tabel Tunggal ... 80
IV.3.1. Karakteristik Responden ... 80
IV.3.2. Strategi Komunikasi Pemasaran Sepeda Motor Yamaha ... 84
IV.3.3. Tindakan Membeli ... 96
IV.4. Analisa Tabel Silang ... 106
IV.5. Uji Hipotesa ... 113
IV.6. Pembahasan ... 117
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V.1. Kesimpulan ... 119
V.2. Saran ... 120
DAFTAR TABEL
Tabel IV.6 Pernah atau Tidaknya Responden Mendengar/Melihat Pemasaran Sepeda Motor Yamaha ... 84
Tabel IV.7 Tagline “Semakin di Depan) itu sudah menarik ... 84
Tabel IV.8 Mendengar/Melihat Responden Tentang Iklan Sepeda Motor Yamaha ... 85
Tabel IV.9 Pernah atau Tidaknya Responden Melihat/Mendengar Iklan Sepeda Motor Yamaha Dalam Sehari ... 89
Tabel IV.10 Penggunaan Media Cetak dan Media Elektronik Dalam Menyampaikan Isi Pean Iklan Tersebut Sudah Efektif ... 89
Tabel IV.11 Mengerti/Tidaknya Responden Dengan Isi Pesan Yang Didengar/Dilihat Tentang Sepeda Motor Yamaha ... 90
Tabel IV.12 Setuju atau Tidaknya PT. ALFA SCORPII Cabang Setia Budi Membuat Undian Berhadiah dan Potongan Harga (Diskon) ... 91
Tabel IV.13 Pernah atau Tidaknya Mendapatkan Potongan-Potongan Atau Bonus Saat Pembelian Sepeda Motor Yamaha ... 91
Tabel IV.14 Pernah atau Tidaknya Marketing PT. ALFA SCORPII Cabang Setia Budi Melakukan Persuasi Terhadap Konsumen Agar Membeli ... 92
Tabel IV.15 Pernah Atau Tidaknya Ditawarkan Sepeda Motor Yamaha Secara Langsung di Tempat Anda Bekerja ... 93
Tabel IV.16 Pernah Atau Tidaknya Melihat/Mendengar Produk Yamaha Mengadakan Bakti Sosial di Tempat Tinggal ... 93
Tabel IV.17 Kegiatan Promosi Sepeda Motor Yamaha Menarik Perhatian.... 94
Tabel IV.18 Kuata atau Tidaknya Kualitas Sepeda Motor Yamaha ... 94
Tabel IV.19 Menarik atau Tidaknya Tampilan Bentuk (Style) Sepeda Motor Yamaha ... 95
Tabel IV.20 Mahal atau Tidaknya Harga Sepeda Motor Yamaha ... 95
Motor Yamaha ... 96
Tabel IV.23 Produk Yang Ditawarkan Oleh Yamaha Menjadi Perhatian Untuk Membeli ... 97
Tabel IV.24 Setuju atau Tidaknya Sepeda Motor Yamaha Identik Dengan Merek Sepeda Motor Lain Buatan Jepang ... 97
Tabel IV.25 Merasa Tertarik atau Tidaknya Dengan Produk Yamaha ... 98
Tabel IV.26 Tertarik atau Tidaknya Promosi-Promosi Yang Ditawarkan Oleh PT. ALFA SCORPII Cabang Setia Budi ... 98
Tabel IV.27 Membuat Responden Tertarik atau Tidaknya Pada Produk Yamaha ... 99
Tabel IV.28 Bersrat/Berkeinginan atau Tidaknya Untuk Membeli Produk Sepeda Motor Yamaha ... 101
Tabel IV.29 Termotivasi atau Tidaknya Untuk Melakukan Pembelian Karena Pengaruh Dari Strategi Pemasaran dan Bahan Pertimbangan Dengan Sepeda Motor Lainnya ... 102
Tabel IV.30 Yakin atau Tidaknya Dengan Produk Yamaha Dapat Memenuhi Kebutuhan Transportasi Sehari-Hari ... 103
Tabel IV.31 Responden Merasa Kebutuhan Transportasi Sehari-Hari Dengan Harga Murah Akan Terjangkau ... 103
Tabel IV.32 Benar atau Tidaknya Mengambil Keputusan Membeli Karena Dorongan Dari Teman-Teman ... 103
Tabel IV.33 Responden Telah Melakukan Tindakan Pembelian Sepeda Motor Yamaha ... 104
Tabel IV.34 Responden Bertindak atau Tidaknya Membeli Sepeda Motor Yamaha Dengan Produk Yamaha Terus-Menerus ... 105
Tabel IV.35 Saran/Kritikan Responden Untuk Meningkatkan Kinerja Kerja PT. ALFA SCORPII Cabang Setia Budi Terhadap Produk Yamaha Mengenai Sepeda Motor ... 106
Tabel IV.36 Menarik/Tidaknya Tagline “Semakin Di Depan” Dengan Perhatian Responden Saat Melihat/Mendengar Iklan Sepeda Motor Yamaha ... 108
Tabel IV.37 Penggunaan Media Cetak dan Media Elektronik Dalam Menyampaikan Isi Pesan Iklan Tersebut Dengan Tertarik Pada Promosi ... 109
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Model Teoritis ... 16
Gambar II.1 Unsur-Unsur Komunikasi ... 23
Gambar II.2 Skema Komunikasi ... 26
Gambar II.3 Model Proses Komunikasi Pemasaran ... 31
Gambar II.4 Empat Komponen Bauran Pemasaran ... 35
Gambar II.5 Skema Bauran Pemasaran ... 43
LAMPIRAN
1. Biodata
2. Kuesioner
3. Tabel Fotran Cobol
4. Surat Penelitian
5. Surat Keterangan Penelitian
ABSTRAKSI
Skripsi ini mengambil judul Strategi Komunikasi Pemasaran Sepeda MotorYamaha dan Tindakan Membeli (Studi Korelasional Strategi Komunikasi Pemasaran Sepeda Motor Yamaha Terhadap Tindakan Membeli Pada Konsumen PT. ALFA SCORPII Cabang Setia Budi Medan). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mengetahui tentang daya tarik komunikasi pemasaran sepeda motor Yamaha, untuk mengetahui tindakan membeli konsumen terhadap produk Yamaha dan untuk mengetahui sejauh mana strategi komunikasi pemasaran sepeda motor Yamaha mempengaruhi tindakan membeli konsumen PT.ALFA SCORPII Cabang Setia Budi. Untuk membahas penelitian ini, maka teori-teori yang dipergunakan dan dianggap relevan dalam membahas penelitian ini yaitu : teori komunikasi, pemasaran dan komunikasi pemasaran, strategi komunikasi pemasaran, merek dan ekuitas merek dan teori AIDDA.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode korelasional yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti sejauh mana variasi pada suatu variabel berhubungan dengan variasi variabel lainnya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 450 orang sejak bulan Maret. Menurut Arikunto (1998: 120), apabila subjeknya kurang 100 lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya lebih besar dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau lebih. Untuk menentukan jumlah sampel dari populasi tersebut, maka peneliti mengambil 20% dari jumlah populasi sehingga diperoleh sebanyak 90 orang responden.
Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel pada penelitian ini adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui dua cara, antara lain melalui data sekunder yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data-data dari literatur serta sumber bacaan yang dianggap relevan dan mendukung penelitian ini. Sedangkan data primer yaitu data yang diperoleh melalui pemberian sejumlah pertanyaan kepada responden berupa kuesioner.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Masalah
Dalam perjalanan setiap peradaban unsur yang paling penting adalah kemajauan
teknologi, terutama teknologi otomotif. Tidak bisa dibayangkan bagaimana teknologi
otomotif telah mengubah kehidupan manusia, apalagi yang namanya sepeda motor. Di
antara beragam alat transportasi sekarang, sepeda motor menempati peran utama dalam
sendi kehidupan masyarakat. Untuk menunjang pembangunan dan memenuhi
kebutuhan saat ini, Yamaha memutuskan untuk beroperasi di Indonesia tanggal 6 Juli
1974.
Riset menunjukkan pasar di Indonesia telah lama diperhitungkan sebagai salah
satu pasar terbesar di dunia. Peluang Yamaha untuk mendominasi pasar di masa depan
terbentang luas, karena Yamaha mengutamakan kualitas, kesempurnaan produk, inovasi
tanpa henti, termasuk aspek pelayanan pada konsumen.
Menapak usia 35 tahun, Yamaha Indonesia bertekad untuk memberikan yang
terbaik kepada setiap dealer dan konsumen agar menjadi "Semakin Di Depan".
Investasi dalam fasilitas manufaktur dan fasilitas pendukung yang terus dikembangkan,
membuktikan tingginya komitmen kami untuk mencapai sasaran :
a. Fasilitas produksi seluas lebih dari 300.000 m2
b. Lebih dari 6000 teknisi dan Staff yang terlatih
c. Tiga jalur perakitan yang beroperasi selama 24 jam
e. Dukungan fasilitas penunjang yang lengkap, misalnya: penelitian dan
pengembangan, pelatihan khusus dan fasilitas penunjang modern
f. Inventaris suku cadang yang besar dan lengkap
Yamaha Indonesia memiliki komitmen untuk menyumbangkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat. Selain mendukung berbagai program sosial juga menyediakan
kursus/pelatihan kepada mahasiswa mengenai teknik sepeda motor. Dengan fasilitas
yang sama kami juga memberikan pelatihan teknik kepada individu perorangan di luar
perusahaan Yamaha, berupa bimbingan bagi mereka yang berminat untuk menjalankan
usaha kecil pelayanan dan perawatan sepeda motor (bengkel).
PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI) berhasil memenuhi kuota target
penjualannya selama tahun 2007 sebanyak 1.880.000 unit. Bahkan jumlah tersebut
tercapai sebelum tutu buku tahun 2007. Dengan sukses ini, perusahaan yang telah
menjual sepeda motor sejak 33 tahun lalu ini mampu membuktikan kekuatannya dalam
persaingan industri automotif Indonesia, khususnya sepeda motor. Yamaha berhasil
mencapai puncak prestasi sebagai pemimpin pasar pada tahun 2007. Ini sebuah bukti
kerja keras semua pihak. Angka ini berhasil dilampaui dengan komposisi kontribusi
Tabel I.1. Penjualan Kendaraan Bermotor Roda Dua
Merek Tahun 2005 Tahun 2006 Tahun 2007
Unit % Unit % Unit %
Honda 2,648,190 52.19 2,340,168 52.85 2,141,041 45.67
Yamaha 1,224,595 24.13 1,458,561 32.94 1,833,506 39.11
Suzuki 1,091,962 21.52 569,041 12.85 637,031 13.59
Kawasaki 74,128 1.46 33,686 0.76 38,314 0.82
Other 35,329 0.70 26,379 0.60 38,397 0.82
Total 5,074,204 100 4,427,835 100 4,688,263 100
Sumber:
Memasuki awal semester II, pasar sepeda motor domestik kembali mengalami
pergeseran. Yamaha berhasil merebut posisi puncak penjualan pada Juli dari Honda
dengan selisih angka telak sekitar 17.000 unit. Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis
dari beberapa anggota Asosiasi Industri Sepeda motor Indonesia (AISI), total penjualan
Yamaha pada Juli tercatat mencapai 161.016 unit, sedangkan Honda hanya 143.233
unit.
Dengan demikian terdapat selisih angka penjualan 17.783 unit. Selisih angka
penjualan antara Honda dan Yamaha pada Juli tersebut merupakan yang terbesar sejak
kedua produsen motor papan atas ini terlibat saling kejar dalam perolehan penjualan
bulanan sejak awal tahun ini. AISI memang belum secara resmi merilis laporan
penjualan untuk Juli, termasuk penjualan lima anggota lainnya yaitu Suzuki, Kawasaki,
Kanzen, Kymco, dan Piaggio. Secara akumulatif, penjualan sepeda motor selama
semester I/2007 mencapai 2.128.387 unit atau naik sekitar 16,34% dibandingkan
mengungguli Honda dalam perolehan penjualan sepeda motor di Indonesia pada Maret
2007.
Peristiwa ini merupakan yang pertama terjadi sepanjang sejarah industri
kendaraan roda dua negeri ini, di mana Yamaha unggul atas Honda dengan selisih
angka penjualan 9.108 unit. Honda berhasil kembali merebut posisi puncak pasar motor
domestik pada bulan berikutnya dengan mengantongi selisih 9.025 unit. Namun, pada
Mei Yamaha kembali melampaui kinerja penjualan Honda dengan selisih angka yang
sangat tipis, yaitu cuma 936 unit. Di penghujung semester I, Honda makin memperbaiki
performa sehingga tetap menjadi jawara di pasar dengan selisih penjualan 4.675 unit
terhadap rivalnya itu.
Selama semester I, Honda masih memimpin pasar motor domestik dengan angka
923.991 unit atau berselisih hanya 29.328 unit terhadap Yamaha yang berhasil melego
894.663 unit. Posisi ketiga diduduki Suzuki dengan angka penjualan 270.136 unit.
Genichi Kawakami adalah anak pertama dari Kaichi Kawakami, Presiden
generasi ketiga perusahaan instrument music dan elektronik Nippon Gakki (saat ini
dikenal sebagai Yamaha Corporation). Genichi menyelesaikan studinya di Takachiho
Higher Commercial School pada bulan Maret 1934. Pada bulan Juli 1937 beliau
bergabung dengan Nippon Gaki, dengan demikian beliau adalah keluarga kawakami
generasi kedua yang bergabung dengan Nippon Gakki Company.
Pada tahun 1953, Genichi memaparkan, “saat perusahaan berjalan dengan baik,
dan mempunyai kondisi keuangan yang baik, saya merasakan kebutuhan untuk mencari
area bisnis kita yang selanjutnya. Oleh sebab itu saya melakukan riset”. Ia mulai
kendaraan multifungsi roda tiga, dan sepeda motor. Pasar dan faktor persainganlah yang
pada akhirnya membuat beliau berfokus pada pasar sepeda motor.
Yamaha yakin akan segera menjadi pusat ekspor CBU, mesin dan komponen ke
negara lain. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita harus meningkatkan kinerja dalam
aktifitas produksi dan penjualan secara domestik maupun global. Untuk menjadi
"Semakin Di Depan", Yamaha harus unggul dalam kompetisi produk, kualitas, layanan,
serta layanan pasca penjualan. Sehingga citra Yamaha sebagai motor yang nyaman
dikendarai dan memberi perasaan bangga dapat terbentuk. Dalam menghasilkan target
penjualan tahun demi tahun Yamaha selalu membuat strategi-strategi bagaimana
caranya meningkatkan penjualan. Hal ini dibuktikan dengan penganugerahan Sertifikat
ISO 9001 pada bulan Agustus 2001 yang lalu.
Untuk menjangkau negara yang terdiri lebih dari 13.000 pulau, tentunya
membutuhkan jaringan kerja Dealer dan Sub-Dealer yang terpadu. Untuk memastikan
bahwa konsumen kami di seluruh pelosok Nusantara dapat menikmati standar kualitas
yang sama untuk setiap produk dan pelayanan, maka kami telah menunjuk pihak-pihak
yang profesional dan dapat diandalkan sebagai mitra kerja. Melalui jaringan lebih
dari 800 Dealer, kami menyediakan dukungan pelayanan yang lengkap, termasuk jasa
perawatan dan penyediaan suku cadang.
a. Lebih dari 800 Dealer di Indonesia
b. Layanan jasa perawatan dan suku cadang yang lengkap
c. Lebih dari 140.000 jenis suku cadang
Oleh karena itu, para marketing harus meningkatkan kinerja kerja lagi agar dapat
mencapai target sesuai yang diinginkan perusahaaan. Dengan melakukan tindakan yang
fokus utama dalam layanan untuk dapat mempertahankan keberadaannya dipasar yang
begitu kompetitif ini.
Berdasarkan hal tersebut peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian di
salah satu dealer di kota Medan untuk menggali lebih jauh bagaimana peranan
marketing dalam pemasaran produk Yamaha, khususnya di PT. ALFA SCORPII
Cabang Setia Budi di kota Medan, terhadap keputusan konsumen membeli produk
sepeda motor Yamaha. Peneliti memilih PT. ALFA SCORPII Cabang Setia Budi karena
dealer ini cabang II dari PT. ALFA SCORPII Central Yamaha Kota Medan dan
termasuk distributor sepeda motor Yamaha Medan, Nangroe Aceh Darussalam, Riau
dan Kepulauan Riau. Maka, peneliti melakukan penelitian ini mengenai strategi
komunikasi pemasaran sepeda motor Yamaha dan tindakan membeli kosumen di PT.
ALFA SCORPII Cabang Setia Budi.
I.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat
dikemukakan perumusan masalah (research question) adalah, sebagai berikut:
“Sejauhmanakah pengaruh strategi komunikasi pemasaran sepeda motor Yamaha
terhadap tindakan membeli konsumen di PT. ALFA SCORPII Cabang Setia Budi?”
I.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari salah pengertian dan memperjelas masalah yang dibahas
dalam penelitian, maka peneliti merasa perlu melakukan pembatasan masalah yang
a. Penelitian ini bersifat menjelaskan hubungan antara strategi komunikasi
pemasaran sepeda motor Yamaha dengan tindakan membeli konsumen PT.
ALFA SCORPII Cabang Setia Budi.
b. Penelitian ini berfokus pada strategi komunikasi pemasaran sepeda motor
Yamaha terhadap tindakan membeli kosumen.
c. Objek penelitian merupakan konsumen di PT. ALFA SCORPII Cabang Setia
Budi.
d. Penelitian dilakukan mulai bulan April – Mei 2009.
I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui tentang daya tarik strategi komunikasi pemasaran sepeda
motor Yamaha.
b. Untuk mengetahui tindakan membeli konsumen terhadap produk Yamaha.
c. Untuk mengetahui sejauh mana strategi komunikasi pemasaran sepeda motor
Yamaha mempengaruhi tindakan membeli kosumen PT. ALFA SCORPII
Cabang Setia Budi.
I.4.2. Manfaat Penelitian
a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya
bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan bagi yang
b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam
bidang teknologi informasi.
c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
pihak-pihak yang berkepentingan.
I.5. Kerangka Teori
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti terlebih dahulu menyusun suatu
kerangka teori. Kerangka teori digunakan untuk memecahkan suatu masalah atau
persoalan yang timbul dan untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti
masalah yang akan diteliti. Kerangka teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk,
definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan hubungan antar konsep (Singarimbun, 2006: 37). Dengan
adanya kerangka teori ini akan semakin mudah peneliti dalam menganalisa masalah
penelitian.
Adapun teori yang dianggap relevan dengan masalah penelitian ini adalah: Teori
Komunikasi, Pemasaran dan Komunikasi Pemasaran, Strategi Komunikasi Pemasaran,
Merek dan Ekuitas Merek dan Teori AIDDA.
I.5.1. Teori Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa inggris communication yang berasal dari
bahasa lain communication dan bersumber dari communis yang berarti sama. Sama
disini maksudnya sama makna. Jika kita mengadakan komunikasi dengan orang lain,
berarti kita sedang mengadakan kesamaan makna dengan orang tersebut (Effendy,
Banyak para ahli yang memberikan pengertian komunikasi, diantara adalah
Menurut Everet M. Rogers (Cangara, 2006: 6), mendefenisikan komunikasi adalah
proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Menurut Carl I. Hovland, medenfenisiskan komunikasi sebagai proses untuk
mengubah tingkah laku, yakni masalah bagaimana caranya agar seseorang atau
sejumlah orang berperilaku tertentu, melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, atau
melakukan tindakan-tindakan tertentu (Effendy, 2002: 49).
Menurut Harold D. Lasswell, menerangkan bahwa cara terbaik dalam
menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan, sebagai berikut: Who Says What
in Which Channel to Whom with What Effect (Siapa mengatakan Apa melalui Saluran
Apa kedapa Siapa dengan Efek Apa). Jawaban bagi pertanyaan paradigmatik Lasswell
merupakan unsure-unsur proses komunikasi yang meliputi komunikator, pesan, media,
komunikan dan efek.
Dalam penelitian ini dapat dijelaskan yang menjadi unsur-unsur komunkasi
menurut paradigma Laswell sebagai berikut:
a. Siapa yang menyampaikan pesan
b. Pesan apa yang disampaikan
c. Media melalui apa pesan disampaikan
d. Kepada siapa disampaikan
e. Apa pengaruh pesan tersebut
Tujuan utama dalam mempelajari komunikasi adalah untuk mengetahui
I.5.2. Pemasaran dan Komunikasi Pemasaran
Menurut Philip Kotler (Kotler, 2002: 4), pemasaran merupakan proses sosial
individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan, penawaran, dan pertukaran yang bebas atas produk dan jasa yang bernilai
dengan orang lain.
Menurut Sunarto, SE. MM (2006: 4), pemasaran adalah proses sosial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain.
Komunikasi pemasaran merupakan uraian dari dua unsur pokok yaitu
komunikasi dan pemasaran. Komunikasi merupakan proses dimana pemikiran dan
pemahaman disampaikan antara individu atau antara organisasi dengan individu.
Singkat kata, komunikasi bukan sekadar berbicara, menulis, berbusana atau melakukan
demonstrasi. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan
penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan pertukaran. Pemasaran adalah penjualan yang dilakukan lewat
sebuah sistem. Jika digabungkan, komunikasi pemasaran mempresentasikan suatu
proses sosial dan manajerial yang membuat suatu kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran (feedback) timbal balik
antara produk dan nilai dengan orang lain (Kotler, 1997: 8).
I.5.3. Strategi Komunikasi Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan
untuk berkembang dan mendapatkan keuntungan. Menurut William J. Stanton,
menyatakan Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli
yang adan maupun pembeli potensial (Swastha, 1997: 5).
Berbagai kegiatan dan upaya dilakukan dalam pemasaran, semuanya itu
dilakukan dalam meningkatkan penjualan yang mengutungkan pihak perusahaan begitu
juga dengan pihak konsumen. Oleh sebab itu, bauran komunikasi pemasaran disebut
juga dengan bauran promosi (promotion mix) merupakan perpaduan khusus, antara lain:
1. Personal selling, penyajian pribadi oleh tenaga penjual perusahaan dengan
tujuan menjual dan membina hubungan dengan pelanggan.
2. Advertising, segala bentuk penyajian dan promosi bukan pribadi mengenai
gagasan, barang atau jasa yang dibayar oleh sponsor.
3. Sales promotion, insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau
penjualan dari suatu produk atau jasa.
4. Publisitas, bentuk komunikasi non-personal dalam bentuk berita atau newstory
from yang berhubungan dengan organisasi tertentu ditransmisi melalui perantara
media massa dan tidak dipungut bayaran sama sekali.
I.5.4. Merek dan Ekuitas Merek
Merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah
logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang
penjual atau kelompok penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari
Ekuitas merek adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang berkaitan
dengan suatu merek, nama dan simbolnya, yang menambah dan mengurangi nilai yang
diberikan oleh sebuah barang atau jasa kepada perusahaan atau para pelanggan
perusahaan (Aaker, 1997: 22-23).
Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, keduanya mesti berhubungan
dengan nama atau symbol sebuah merek. Walau begitu, keduanya bisa dikelompokkan
ke dalam 5 (lima) kategori, yaitu:
1. Loyalitas merek (Brand Loyalty)
2. Kesadaran merek (Brand Awareness)
3. Kesan kualitas (Perceived Quality)
4. Asosiasi-asosiasi merek (Brand Association)
5. Aset-aset merek lainnya (Other Proprierty Brand Assets)
Empat elemen brand equity di luar aset-aset merek lainnya dikenal dengan
elemen-elemen utama dari brand equity. Elemen brand equity yang kelima secara
langsung akan dipengaruhi oleh kualitas dari empat elemen utama tersebut.
Bagi perusahaan, ekuitas merek memiliki potensi untuk menambah nilai dengan
cara, yaitu:
1. Ekuitas merek dapat memperkuatkan program memikat para konsumen baru,
atau merangkul kembali konsumen lama.
2. Empat dimensi ekuitas merek yang terakhir dapat menguatkan loyalitas merek.
Persepsi kualitas, asosiasi merek, dan nama yang terkenal dapat memberikan
3. Ekuitas merek memungkinkan margin yang lebih tinggi dengan menjual produk
pada harga optimum (premium pricing) dan mengurangi ketergantungan pada
promosi.
4. Ekuitas merek dapat memberikan landasan pertumbuhan dengan melakukan
perluasan merek.
5. Ekuitas merek dapat memberikan dorongan bagi saluran distribusi.
I.5.5. Teori AIDDA
Menurut Effendy (1999: 89), AIDDA adalah akronim dari kata-kata Attention
(perhatian), Interest (minat), Desire (hasrat), Descision (keputusan), Action
(tindakan/kegiatan).
Konsep AIDDA ini adalah proses psikologis dari diri khalayak. Berdasarkan
konsep AIDDA agar khalayak membaca dan melakukan action apa yang dianjurkan
pihak penyusun berita atau tajuk artikel, maka pertama-tama mereka harus dibangkitkan
perhatiannya (attention).
Sebuah iklan akan memberikan efek bagi responden yang mendengarkan, atau
menyaksikan sebuah iklan. Adapun efek sebuah iklan menurut Frank Jefkins (1996:
234-235), adalah:
a. Perhatian (Attention)
Suatu iklan berhasil memenangkan perhatian, memecahkan perhatian pembaca
dari berita editorial atau iklan lain bila iklan tersebut menarik pembaca.
Perhatian mungkin dapat diraih dengan memanfaatkan posisi dalam publikasi,
atau dengan memanfaatkan ukuran atau bentuk iklan itu diletakkan pada posisi
b. Ketertarikan (Interest)
Tidak ada suatu patokan tertentu dalam penggunaan perangkat kreatif ini guna
membuat orang tertarik pada iklan kecuali iklan itu juga berhasil meraih rasa
keterkaitan mereka.
c. Keinginan (Desire)
Pembaca harus dibuat dari sekedar merasa tertarik dan terpikat, mereka harus
didorong untuk menginginkan produk atau jasa yang diiklankan.
d. Keyakinan (Decision)
Iklan akan sangat bagus bila mampu menciptakan untuk membeli, memiliki,
atau menikmati produk atau jasa yang diiklankan. Namun juga perlu
menciptakan iklan yang mampu memunculkan keyakinan bahwa memang layak
untuk melakukan pembelian dan hal itu akan memberikan kepuasan
sebagaimana yang mereka inginkan.
e. Tindakan (Action)
Iklan mampu menimbulkan respon. Iklan cetak bersifat statis dan tidak mudah
untuk membuat pembaca untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan yang
diinginkan.
Pada pentahapan ini mengandung maksud bahwa komunikasi itu hendaknya
dimulai dengan membangkitkan perhatian (attention). Dalam hal ini komunikator harus
dapat menimbulkan daya tarik. Oleh karena itu, iklan harus mempergunakan trik-trik
khusus untuk menimbulkan perhatian calon pembeli (Jefkins, 1996: 82), seperti:
1. Menggunakan headline yang mengarah.
2. Menggunakan slogan yang mudah diingat.
4. Menggunakan huruf tebal.
I.6. Kerangka Konsep
Di dalam suatu penelitian terdapat beberapa variable-variabel yang ditetapkan
dengan jelas oleh seorang peneliti sebelum memulai pengumpulan data. Penentuan
aspek-aspek atau faktor-faktor di dalam setiap variabel itu, berarti semaikn mudah
menetapkan data yang akan dikumpulkan (Nawawi, 2001: 56).
Menurut Suyanto dan Sutinah (2005: 49), konsep adalah suatu makna yang
berada di alam pikiran atau di dunia kepahaman manusia yang dinyatakan kembali
dengan sarana lambang perkataan atau kata-kata.
Jadi, kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan
rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji
kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel-variabel.
Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah, sebagai berikut:
a. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Yaitu variabel yang memberikan pengaruh atau menentukan perubahan pada
variabel berikutnya. Dalam penelitian ini yang dtetapkan menjadi variabel bebas
yaitu strategis komunikasi pemasaran sepeda motor Yamaha.
b. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Yaitu variabel yang dipengaruhi oleh adanya variabel lainya. Dalam penelitian
I.7. Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan
dibentuk suatu model teoritis sebagai berikut:
±
Gambar I.1. Model Teoritis
Keterangan:
X : variabel bebas
Y : variabel terikat
±
: kuat-lemahnya hubunganI.8. Operasional Variabel
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan,
variabel-variabel teoritis tersebut sebagai acuan untuk memecahkan masalah. Agar
vaiabel-variabel teoritis lebih jelas penggunaannya, maka dioperasikan sebagai berikut: Variabel Bebas ( X )
Strategis Komunikasi Pemasaran Sepeda Motor Yamaha
Tabel I.2. Operasional Variabel
Variabel Teoritis Variabel Operasional
1. Variabel Bebas ( X )
Strategis Komunikasi Pemasaran
Sepeda Motor Yamaha
a. Personal Selling
b. Advertising
c. Sales Promotion
d. Publisitas
2. Variabel Terikat ( Y )
Tindakan Membeli
a. Perhatian (Attention)
b. Ketertarikan (Interest)
c. Keinginan (Desire)
d. Keyakinan (Decision)
e. Tindakan (Action)
I.9. Defenisi Operasional
Defenisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberikan cara
mengukur variabel penelitian. Untuk menjelaskan lebih lanjut mengenai variabel yang
akan diteliti adalah, sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (strategis komunikasi pemasaran sepeda motor Yamaha), terdiri
dari:
a. Personal Selling
Bentuk komunikasi antarindividu dimana tenaga penjual/wiraniaga
menginformasikan, mendidik dan melakukan persuasi kepada calon pembeli
b. Advertising
Yang terdiri dari komunikasi massa melalui : surat kabar, majalah, radio,
televisi dan media lain seperti: papan reklame, internet dan lain sebagainya;
atau komunikasi langsung yang didesain khusus untuk pelanggan antarbisnis
maupun pemakai akhir.
c. Sales Promotion
Yang terdiri dari semua kegiatan pemasaran yang mencoba merangsang
terjadinya aksi pembelian suatu produk yang cepat atau terjadinya pembelian
dalam waktu singkat.
d. Publisitas
Seperti halnya iklan, menggambarkan komunikasi massa; namun juga tidak
seperti iklan, perusahaan sponsor tidak mengeluarkan biaya untuk waktu dan
ruang iklan. Biasanya dilakukan dalam bentuk berita atau komentar editorial
mengenai produk atau jasa dari perusahaan yang dimuat dalam media cetak
atau televisi secara gratis.
2. Variabel Terikat (tindakan membeli), terdiri dari:
a. Perhatian (attention)
Konsumen memperhatikan setiap produk yang keluar. Perhatian konsumen
dapat diraih dengan memanfaatkan iklan yang terus-menerus, baik dari segi
frekuensi penayangan maupun peletakan billboard yang strategis.
b. Ketertarikan (Interest)
Tidak ada suatu patokan tertentu dalam penggunaan perangkat kreatif ini
guna membuat orang tertarik pada suatu produk kecuali bahasa konsumen
c. Keinginan (Desire)
Konsumen harus dibuat lebih dari sekedar merasa tertarik, mereka juga harus
didorong untuk menginginkan produk Yamaha
d. Keyakinan (Decision)
Suatu produk sudah sangat bagus bila mampu menciptakan keinginan
konsumen untuk membeli, memiliki atau menikmati produk Yamaha.
Namun perlu juga menciptakan kesadaran yang mampu memunculkan
keyakinan bahwa produk Yamaha memang layak untuk dibeli dan hal itu
akan memberikan kepuasan sebagaimana yang mereka inginkan.
e. Tindakan (Action)
Bagaimana strategi penjualan sepeda motor ini mampu menimbulkan respon
konsumen untuk segera membeli produk Yamaha.
3. Karakteristik responden, terdiri dari:
a. Usia, yaitu umur responden
b. Jenis kelamin, yaitu pria dan wanita
c. Status, yaitu belum nikah atau sudah nikah
d. Pekerjaan, yaitu jenis pekerjaan
e. Penghasilan, yaitu jumlah penghasilan
I.10. Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara atas rumusan permasalahann diajukan.
Harus sesuai dengan teori dalam bidang yang diteliti. Harus mempunyai konsistensi secara logis.
Usahakan bersifat ringkas agar mudah dipahami. Harus dapat diuji.
Harus dapat dihubungkan dengan teknik riset yang ada (Kriyantono, 2006:
30-31)
Adapun hipotesis yang diajukan terhadap rumusan masalah diatas yaitu:
Ho : Tidak terdapat hubungan antara strategi komunikasi pemasaran sepeda
motor Yamaha terhadap tindakan membeli kosumen PT. ALFA SCORPII
Cabang Setia Budi.
Ha : Terdapat hubungan antara strategi komunikasi pemasaran sepeda motor
Yamaha terhadap tindakan membeli kosumen PT. ALFA SCORPII Cabang
Setia Budi.
I.11. Sistematika Penulisan
Sistematika Laporan Penelitian nantinya akan terdiri dari 5 bab sesuai dengan
kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah.
BAB I, berisikan latar belakang masalah, perumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, kerangka konsep, model teoritis,
operasionalisasi variabel, defenisi operasional, hipotesis dan sistematika penulisan.
BAB II, berisikan tentang landasan teori yang terdiri dari ruang lingkup dan
definisi komunikasi, pengertian pemasaran dan komunikasi pemasaran, strategi
BAB III, berisikan tentang metodologi penelitian yang terdiri deskripsi lokasi
penelitian, waktu penelitian populasi dan sampel, metode penelitian, teknik
pengumpulan data dan teknik analisa data.
BAB IV, membahas tentang hasil dan pembahasan yang terdiri dari analisa tabel
tunggal yang memaparkan data-data yang diperoleh selama penelitian dilaksanakan.
Kemudian dilanjutkan dengan analisa tabel silang melalui metode korelasional dan
akhirnya pengujian hipotesa.
BAB V, sebagai penutup atau bagian akhir skripsi yang berisikan kesimpulan
BAB II
URAIAN TEORITIS
II.1. Defenisi Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communication yang berasal dari
bahasa Latin communicatio dan bersumber dari communis yang berarti sama. Sama di
sini maksudnya sama makna. Jika kita mengadakan komunikasi dengan orang lain,
berarti kita sedang mengadakan kesamaan makna dengan orang tersebut.
Menurut Carl I. Hovland, medenfenisiskan komunikasi sebagai proses untuk
mengubah tingkah laku, yakni masalah bagaimana caranya agar seseorang atau
sejumlah orang berperilaku tertentu, melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, atau
melakukan tindakan-tindakan tertentu (Effendy, 2005: 9-10).
Banyak para ahli yang memberikan pengertian komunikasi, diantara adalah
Menurut Everet M. Rogers (Cangara, 2006: 6), mendefenisikan komunikasi adalah
proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan
maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.
Menurut Harold D. Lasswell, menerangkan bahwa cara terbaik dalam
menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan, sebagai berikut: Who Says What
in Which Channel to Whom with What Effect?
Paradigma di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai
jawaban dari pernyataan yang diajukan itu, yakni:
a. Komunikator (communicator, source, sender)
b. Pesan (Message)
d. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
e. Efek (effect, impact, influence)
Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2005: 10).
II.1.1. Unsur-unsur Komunikasi
Adapun unsur-unsur dalam berkomunikasi, yaitu:
Gambar II.1. Unsur-Unsur Komunikasi
Unsur-unsur komunikasi yang terdapat pada gambar diatas adalah sebagai
berikut:
1. Sender, komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang atau
sejumlah orang.
2. Enconding, penyandian yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk
lambang.
3. Message, pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunkitor. Sender
Media
Response
Receiver
Feedback
Encoding Decoding
4. Media, saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
5. Receiver, komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
6. Response, tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah diterpa
pesan.
7. Feedback, umpan balik yakni tanggapan komunikan apabila tersampaikan
atau disampaikan kepada komunikator.
8. Noise, digunakan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda dengan
pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
Model komunikasi diatas menegaskan faktor-faktor kunci dalam komunikasi
yang efektif. Komunikator harus tahu khalayak mana yang dijadikan sasaran dan
tanggapan apa yang diinginkannya. Ia harus terampil dalam menyandi pesan dengan
memperhitungkan bagaimana komunikan sasaran biasanya mengawasandi pesan.
Komunikator harus mengirimkan pesan melalui media yang efisien dalam mencapai
khalayak sasaran (Effendy, 2005: 18-19).
II.1.2. Ruang Lingkup Komunikasi
Ilmu komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari, menelaah dan meneliti
kegiatan-kegiatan komunikasi manusia yang luas yang ruang lingkupnya dan banyak
dimensinya. Ruang lingkup komunikasi meliputi semua aspek yang berkaitan dengan
hal-hal yang terdapat di dalam komunikasi, mulai dari komponen komunikasi sampai
pada bidan dan komunikasi. Hal ini dapat digambarkan dalam bagan (Effendy, 2005:
1. komunikasi sosial
2. komunikasi organisasi/manajemen 3. komunikasi bisnis
4. komunikasi politik 5. komunikasi internasional 6. komunikasi antarbudaya 7. komunikasi pembangunan 8. komunikasi tradisional Bidang komunikasi
Tujuan komunikasi Bentuk komunikasi Sifat komunikasi
1. komunikasi verbal: - lisan - tuisan
2. komunikasi nonverbal: - kial/isyarat - gambar - lain-lain 3. komunikasi tatap muka
4. komunikasi bermedia
1. komunikasi pribadi
a. komunikasi intrapribadi b. komunikasi antar pribadi 2. komunikasi kelompok
a. komunikasi kelompok kecil b. komunikasi kelompok besar 3. komunikasi massa
a. komunikasi media massa cetak/pers
b. komunikasi media massa elektroniok
1. mengubah sikap
2. mengubah opini/pendapat 3. mengubah perilaku 4. mengubah masyarakat
1. menginformasikan 2. mendidik
3. menghibur 4. mempengaruhi
1. komunikasi informatif 2. komunikasi persuasif 3. komunikasi pervasif 4. komunikasi koersif 5. komunikasi instruktif 6. hubungan manusiawi
1. jurnalisme
a. jurnalismen cetak b. jurnalisme elektronik 2. hubungan masyarakat 3. periklanan
4. propaganda 5. perang urat syarat Fungsi komunikasi
Teknik komunikasi
II.2. Pemasaran dan Komunikasi Pemasaran
II.2.1. Pemasaran
Pemasaran pada dasarnya mencakup segala kegiatan tersebut namun demikian
pemasaran ternyata lebih dari sekedar kegiatan-kegiatan tersebut. Berbagai kegiatan
seperti pembujukan, promosi, publikasi semuanya adalah kegiatan pemasaran. Namun
begitu, pemasaran bukanlah semata-mata kegiatan seperti menjual dan mempromosikan
sesuatu. Pemasaran adalah suatu konsep yang menyangkut suatu sikap mental, suatu
cara berpikir yang membimbing anda melakukan sesuatu yang tidak selalu menjual
benda tetapi juga menjual gagasan-gagasan, karier, tempat (pariwisata, rumah, lokasi
industri), undang-undang, jasa (pengangkutan, penerbangan, pemotongan rambut,
kesehatan), hiburan (pertunjukan, pertandingan-pertandingan) dan kegiatan-kegiatan
nirlaba seperti yayasan-yayasan sosial dan keagamaan (Morissan, 2007: 2-3).
Menurut Sunarto, SE. MM (2006: 4), pemasaran adalah proses sosial yang
didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang bernilai
dengan pihak lain.
Menurut Philip Kotler (Kotler, 2002: 4), pemasaran merupakan proses sosial
individu atau kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui
penciptaan, penawaran, dan pertukaran yang bebas atas produk dan jasa yang bernilai
dengan orang lain.
Asosiasi Pemasaran Amerika atau AMA (The American Marketing Association),
mendefenisikan Proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, harga, promosi dan
distribusi ide, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan individu
Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain. Definisi ini berdasarkan
pada konsep inti, yaitu: kebutuhan, keinginan dan permintaan; produk, nilai, biaya dan
kepuasan; pertukaran, transaksi dan hubungan; pasar, pemasaran dan pemasar.
Adapun tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami pelanggan
sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual dengan sendirinya.
Idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli sehingga yang tinggal
hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia. Sedangkan proses pemasaran terdiri
dari analisa peluang pasar, meneliti dan memilih pasar sasaran, merancang strategi
pemasaran, merancang program pemasaran, dan mengorganisir, melaksanakan serta
mengawasi usaha pemasaran.
Ada lima konsep bersaing yang dijadikan sebagai pedoman organisai melalukan
pemasaran, yaitu: konsep produksi, konsep produk, konsep penjualan dan konsep
pemasaran (Sunarto, 2003: 4-5).
1. Konsep produksi
Konsep produksi mengatakan bahwa konsumen akan lebih menyukai produk
yang tersedia secara luas dan murah. Para manajer perusahaan yang berorientasi
produksi berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi, biaya
yang rendah dan distribusi secara besar-besaran. Konsumen terutama tertarik
pada ketersediaan produk dan harga yang rendah.
2. Konsep produk
Konsep produk konsumen mengatakan konsumen daka menyukai
organisasi ini memuaskan perhatian untuk menghasilkan produk yang unggul
dan meningkatkan kualitasnya. Pembeli mengagumi produk yang dibuat dengan
baik serta dapat menghargai mutu dan kinerja. Perusahaan yang berorientasi
produk sering merancang produk dengan sedikit masukan dari pelanggan.
Organisasi-organisasi itu terlalu sering melihat ke dalam perusahaan ketika
seharusnya melihat ke luar perusahaan.
3. Konsep penjualan
Konsep penjualan berkeyakinan bahwa para konsumen dan perusahaan bisnis,
jika dibiarkan, tidak akan secara teratur membeli cukup banyak produk yang
ditawarkan oleh organisasi tertentu. Oleh karena itu, organisasi tersebut harus
melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini
mengasumsikan bahwa perusahaan memiliki banyak sekali alat penjualan dan
promosi yang efektif untuk merangsang lebih banyak pembelian.
4. Konsep pemasaran
Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai tujuan organisasi
yang ditetapkan adalah perusahaan tersebut harus menjadi lebih efektif
dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan dan
mengkomunikasikan nilai kepada pasar sasaran yang dipilih.
Konsep pemasaran berdiri diatas empat pilar, yaitu: pasar sasaran, kebutuhan
pelanggan, pemasaran terpadu dan kemampuan menghasilkan laba. Keempatnya
dikontraskan dengan orientasi penjualan. Konsep penjualan mempunyai
perspektif dari dalam ke luar. Konsep itu dimulai dari pabrik, berfokus pada
produk yang ada dan menuntut penjualan dan promosi dengan cara keras untuk
dalam. Konsep itu dimulai dari pasar yang didefenisikan dengan baik, berfokus
kebutuhan pelanggan, mengkordinasikan aktivitas yang mempengaruhi
pelanggan dan menghasilkan laba dengan memuaskan pelanggan.
II.2.2. Komunikasi Pemasaran
Komunikasi pemasaran merupakan uraian dari dua unsur pokok yaitu
komunikasi dan pemasaran. Komunikasi merupakan proses dimana pemikiran dan
pemahaman disampaikan antara individu atau antara organisasi dengan individu.
Singkat kata, komunikasi bukan sekadar berbicara, menulis, berbusana atau melakukan
demonstrasi. Pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan-kegiatan
penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan pertukaran. Pemasaran adalah penjualan yang dilakukan lewat
sebuah sistem. Jika digabungkan, komunikasi pemasaran mempresentasikan suatu
proses sosial dan manajerial yang membuat suatu kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran (feedback) timbal balik
antara produk dan nilai dengan orang lain (Kotler, 1997: 8).
Komunikasi pemasaran (Marketing Communication) adalah segenap elamen dan
teknik yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan pasar, yakni mulai dari pembuatan
kartu nama, label atau merek dagang, pegemasan produk, sampai pada periklanan,
penyelenggaran kegiatan-kegiatan humas dan penyediaan pelayanan purna jual (Jefkins,
II.2.3. Proses Komunikasi Pemasaran
`
Gambar II.3. Model Proses Komunikasi Pemasaran
Ada tiga unsur pokok dalam sruktur proses komunikasi pemasran sebagaimana
yang tergambar pada gambar diatas: (Tjiptono, 2002: 219-220)
1. Pelaku Komunikasi
Terdiri atas pengirim (sender) atau komunikator yang menyampaikan pesan
dan penerima (receiver) atau komunikan pesan. Dalam konteks ini, komunikatornya
adalah produsen perusahaan, sedangkan komunikannya adalah khalayak.
2. Material Komunikasi
Ada beberapa material komunikasi pemasaran yang penting, sebagai berikut:
a. Gagasan, yaitu materi pokok yang hendak disampaikan pengirim
b. Pesan (message), yaitu himpunan berbagai simbol (oral, verbal, atau
non-verbal) dari suatu gagasan. Pesan hanya dapat dikomunikasikan melalui
suaut media Gagasan
Media
Response Pemahaman
Feedback
Encode Decode
Noise Message
Encode Penerima Pengirim
Decode
c. Media, yaitu pembawa pesan komunikasi. Pilihan media komunikasi
pemasaran bisa bersifat personal maupun non-personal. Media personal
dapat dipilih dari tenaga penganjur (konsultan), tenaga profesional, atau dari
masyarakat umum. Media non-personal meliputi media massa (radio,
televisi, internet, koran, majalah, tabloid dsb) kondisi lingkungan (ruangan,
gedung) ataupun peristiwa tertentu (hari-hari besar)
d. Response, yaitu reaksi pemahaman atas pesan yang diterima oleh penerima
e. Feed-back, yaitu pesan umpan balik dari sebagian atau keseluruhan respon
yang dikirim kembali oleh penerima
f. Gangguan (noise), yaitu segala sesuatu yang dapat menghambat proses
kelancaran proses komunikasi.
3. Proses Komunikasi
Proses penyampaian pesan maupun pengiriman kembali respon akan
memerlukan dua kegiatan yaitu: encoding dan deconding.
a. Encoding, adalah proses merancang atau mengubah gagasan secara simbolik
menjadi suatu pesan untuk disampaikan kepada penerima.
b. Decoding, adalah proses menguraikan arti atau mengartikan simbol sehingga
pesan yang diterima dapat dipahami.
Komunikasi pemasaran meliputi tiga tujuan utama, yaitu menyebarkan informasi
(komunikasi informatif), mempengaruhi untuk melakukan pembelian atau menarik
konsumen (konsumen persuasif) dan mengingatkan khalayak untuk melakukan
pembelian ulang (komunikasi mengingatkan kembali).
Respon atau tanggapan konsumen sebagai komunikan meliputi :
2) Efek afeksi, yaitu memberikan pengaruh untuk melakukan sesuatu. Yang
diharapkan adalah realisasi pembelian.
3) Efek konatif atau perilaku, yaitu membentuk pola khalayak menjadi perilaku
selanjutnya, yang diharapkan adalah pembelian ulang (Tjiptono, 2002: 219-220).
II.3. Strategi Komunikasi Pemasaran
Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen
(management) untuk mencapai suatu tujuan. Demikianlah pula strategi komunikasi
merupakan paduan dari perencanaan komunikasi (communication planning) dan
manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan
(Effendy, 1993: 309).
Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta
jalan yang hanya menunjukkan arah saja, tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik
operasionalnya yang dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa
berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi. Brennan (Effendy, 1993:
309), mengetengahkan sebuah formula sebagai landasan bagi strategi komunikasi yaitu
tanggapan yang diperoleh dari sejumlah komunikan.
Untuk mencapai tujuan pemasaran seperti menimbulkan citra baik perusahaan,
mendekatkan merek dan perusahaan pada konsumennya, serta peningkatan penjualan
diperlukan komunikasi. Tujuan komunikasi yaitu mengubah sikap, opini atau
pandangan, dan perilaku (to change the attitude, opinion and behavior), sehingga timbul
pada komunikan efek kognitif, efek afektif dan efek konatif atau behavioral. Untuk
mendapatkan perubahan atau peningkatan yang diinginkan setiap produsen dalam
Strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana
merupakan produk dari suatu perencanaan (planning) yang pada akhirnya perencanaan
adalah suatu fungsi dasar dari proses manajemen (Ruslan, 2001: 114).
Strategi adalah menetapkan arah kepada “manajemen” dalam orang tentang
sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang
memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan di dalam
pasar. Definisi strategi mengandung dua komponen yaitu: Future intentions atau tujuan
jangka panjang dan competitive advantage atau keunggulan bersaing (Dirgantoro, 2001:
6).
Pemasaran memfasilitasi proses pertukaran dan pengembangan hubungan
dengan konsumen dengan cara mengamati secara cermat kebutuhan dan keinginan
konsumen yang dilanjutkan dengan mengembangkan suatu produk (product) yang
memuaskan kebutuhan konsumen dan menawarkan produk tersebut pada harga (price)
tertentu serta mendistribusikannya agar tersedia di tempat-tempat (place) yang menjadi
pasar bagi produk bersangkutan. Untuk itu perlu dilaksanakan suatu promosi
(promotion) atau komunikasi guna menciptakan kesadaran dan ketertarikan konsumen
kepada produk bersangkutan. Proses ini disebut dengan Marketing Mix atau bauran
pemasaran yang terdiri atas elemen-elemen yaitu: product, price, place (distribution)
Gambar II.4. Empat Komponen Bauran Pemasaran
Empat P menggambarkan pandangan penjual tentang alat pemasaran yang
digunakan untuk mempengaruhi pembeli. Sudut pandang pembeli, alat pemasaran
dirancang memberikan manfaat bagi pelanggan.
1. Product (produk)
Mc Carty mendefenisikan mengenai produk yaitu segala sesuatu dapat
ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau
dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan dan keinginan pasar yang
bersangkutan. Kotler juga mendefenisikan bahwa yang dinamakan produk mencakup
barang fisik, orang tempat dan ide-ide. Secara konseptual, produk adalah pemahaman
subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk
mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen,
sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar (Simamora,
2001: 139-140). - Syarat kredit
Place (tempat):
- Saluran - Pemasaran - Cakupan pasar - Lokasi - Persediaan - Transportasi Promotion:
- Personal selling - Advertising - Sales Promotion - Publisitas
- Public Relations
Product:
Klasifikasi Produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang, sebagai
berikut:
1. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan kedalam dua
kelompok utama, yaitu: (Tjiptono, 2002: 98)
1) Barang
Barang merupakan produk yang bersifat fisik, sehingga bisa dilihat, diraba,
disentuh, dirasa, dipegang, disimpan, dipindahkan dan perlakuan fisik lainnya. Ditinjau
dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu:
a. Barang tidak tahan lama (nondurable goods)
Barang tidak tahan lama adalah berwujud yang biasanya habis di
konsumsi dalam satu atau beberapa kali pemakaian. Dengan kata lain, umur
ekonomisnya dalam kondisi pemakaian normal kurang dari satu tahun.
b. Barang tahan lama (durable goods)
Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya bisa
bertahan lama dengan banyak pemakaian (umur ekonomisnya untuk pemakaian
normal adalah satu tahun atau lebih)
2) Jasa
Jasa merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual.
2. Berdasarkan siapa yang membeli dan motif pembeliannya
1) Produk konsumen
Produk konsumen adalah produk-produk yang dibeli konsumen akhir, baik
berupa individu, rumah tangga, untuk memenuhi kebutuhan personal.
a. Convenience product adalah produk-produk yang pembeliannya sering,
harus ada segera dan usaha konsumen membanding-bandingkan produk
sebelum memperoleh produk yang sesuai rendah. Convenience product
dikelompokan menjadi:
- Staples adalah barang yang dibeli konsumen secara rutin, misalnya:
sabun mandi dan pasta gigi.
- Impulse goods merupakan barang yang dibeli tanpa perencanaan terlebih
dahulu ataupun usaha-usaha mencarinya, misalnya: permen dan coklat.
- Emergency goods merupakan barang yang dibeli bila suatu kebutuhan di
rasa konsumen sangat mendensak, misalnya: payung dan jas hujan pada
waktu musim hujan.
b. Shopping product adalah barang kalau dalam pembeliannya, pembeli
membanding-bandingkan karakteristik produk dengan produk lain dalam hal
harga, kualitas, desain dan gaya sebelum keputusan. Produk ini dapat
dikelompokkan menjadi:
- Homogenous shopping goods adalah produk yang oleh konsumen
dianggap serupa dalam hal kualitas tetapi cukup berbeda dalam hal
harga, contohnya: tape recorder, televisi dan mesin cuci.
- Heterogenous shopping goods adalah produk yang aspek
karakteristiknya dianggap lebih penting oleh konsumen daripada aspek
harganya, contohnya: perlengkapan rumah tangga da pakaian.
c. Speciality adalah barang yang memiliki karakteristik unik atau yang
pembeliannya diasosiasikan dengan grup pembeli yang eksklusif dan harga
d. Unsought product adalah barang-barang yang belum dikenal oleh pembeli
atau yang sudah dikenal tetapi tidak pernah memikikrkan untuk membelinya
walaupun memiliki kemampuan untuk membeli. Produk ini dikelompokkan
menjadi:
- Regularly unsought products adalah produk yang sebetulnya sudah ada
dan diketahui konsumen, tetapi tidak terpikirkan untuk membeli,
contohnya: batu nisan dan tanaha kuburan.
- New sought products adalah produk yang benar-benar baru dan sama
sekali belum diketahui konsumen.
2) Produk industri
Produk industri adalah produk yang dibeli oleh organisasi dan diperuntukkan
untuk dijual kembali atau untuk mendukung proses produksi dan operasionalisasi
organisasi.
Ada lima keputusan yang diambil dalam pengelolaan produk yang sering disebut
dengan atribut produk. Atribut produk adalah unsur-unsur produk yan dipandang
penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian. Atribut
produk meliputi: (Tjiptono, 2002: 103-108)
a. Merek
Merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol, lambang, desain, warna,
gerak atau kombinasi atribut-atribut produk lainnya yang diharapkan dapat
memberikan identitas dan diferensiasi terhadap produk pesaing.
Pengemasan merupakan proses yang berkaitan dengan perancangan dan
pembuatan wadah atau pembungkus untuk suatu produk. Tujuan dari
pengemasan ini adalah:
- Sebagai pelindung isi
- Untuk memudahkan dalam penggunaan
- Bermanfaat dalam pemakaian ulang
- Memberikan daya tarik
- Sebagai identitas produk
- Distribusi
- Sebagai cermin inovasi poduk
c. Pemberian label
Pemberian label berkaitan erat dengan pengemasan. Label merupakan bagian
dari suatu produk yang menyampaikan informasi mengenai produk dan penjual.
d. Layanan pelengkap
Layanan ini adalah inisiatif dari perusahaan untuk memuaskan konsumen.
e. Jaminan (garansi)
Jaminan adalah janji yang merupakan kewajiban produsen atas produknya
kepada konsumen, dimana para konsumen akan diberi ganti rugi apabila produk
ternyata tidak berfungsi sebagaimana yang diharapkan atau dijanjikan.
2. Price (harga)
Menurut Kotler, mengemukan harga adalah nilai yang dipertukarkan konsumen
untuk suatu manfaat atas pengkonsumsikan, penggunaan, atau kepemilikan barang dan
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para
pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan inormasi.
a. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli
untuk memutuskan cara memperoleh manfaat tertinggi yang diharapkan
berdasarkan daya belinya.
b. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen
mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas (Simamora, 2001: 169).
3. Promotion (promosi)
Menurut Evans dan Berman (Simamora: 2001: 285), promosi adalah segala
bentuk komunikasi yang digunakan untuk menginformasikan, membujuk atau
mengingatkan orang-orang tentang produk yang dihasilkan organisasi, individu ataupun
rumah tangga.
Kegiatan promosi terdiri dari empat variable yaitu: periklanan, penjualan
personal, public relations, publisitas dan promosi penjualan. Keempat bagian promosi
ini digabung kedalam satu ramuan yang dikenal dengan istilah bauran promosi atau
Promotional Mix.
a. Periklanan, yaitu bentuk persentase dan promosi nonpribadi tentang ide,
barang dan jasa yang dibayar oleh sponsor tertentu.
b. Penjualan personal, yaitu komunikasi langsung antara penjual dan calon
pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon pelanggan dan
membentuk pemahaman pelanggan terhadap produk sehingga mereka
c. Public relations, yaitu upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan
untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakian dan sikap berbagai kelompok
terhadap perusahaan tersebut.
d. Publisitas, yaitu bentuk penyajian dan penyebaran ide, barang dan jasa
secara nonpersonal, yang mana orang atau organisasi yang diuntungkan tidak
membayar untuk itu.
e. Promosi penjualan, yaitu bentuk persuasi langsung melalui penggunaan
berbagai insentif yang dapat diatut untuk merangsang pembelian produk
dengan segera dan/atau meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan
(Tjiptono, 2002: 222).
4. Place (tempat)
Berbicara tentang tempat berkaitan dengan saluran pendistribusian barang.
Secara garis besar pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang
berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen
kepada konsumen sehingga penggunaanya sesuai dengan kebutuhan.
Menurut David A. Revzan (Angipora, 1999: 191), saluran distribusi merupakan
suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara sampai pada
pemakai. Pengertian distribusi yang dikemukakan tersebut masih bersifat sempit karena
istilah barang sering diartikan sebagai suatu bentuk fisik akibatnya lebih cenderung
menggambarkan pemindahan jasa-jasa atau kombinasi antara barang dan jasa.
Dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas distribusi, perusahaan kerap kali harus
bekerjasama dengan berbagai perantara dan saluran distribusi untuk menawarkan
produknya ke pasar. Tujuan penggunaan perantara adalah memanfaatkan tingkat kontak