• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Sosial Budaya Terhadap Diabetes Mellitus pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Sosial Budaya Terhadap Diabetes Mellitus pada Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP DIABETES MELLITUS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

GUNUNGTUA KECAMATAN PADANG BOLAK KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

FITRI HAIRANI MANURUNG

NIM :101000007

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

GAMBARAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP DIABETES MELLITUS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

GUNUNGTUA KECAMATAN PADANG BOLAK KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA

TAHUN 2014

Skripsi ini Diajukan Sebagai

Salah Satu SyaratUntuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

FITRI HAIRANI MANURUNG

NIM :101000007

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

GAMBARAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP DIABETES

MELLITUS PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS GUNUNGTUA KECAMATAN PADANG BOLAK KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2014” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Juli 2015

(4)
(5)

ABSTRAK

Gambaran sosial budaya terhdap diabetes mellitus pada masyarakat adalah mengambarkan cara hidup masyarakat yang perwujudannya tampak pada tingkah laku penderita diabtes mellitus.

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriftif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap diabetes mellitus pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang lawas Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes mellitu yang berobat ke puskesmas Gunungtua sebanyak 54 orang. Sampel dalam penelitian ini seluruh jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 54 orang. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat.

Hasil penelitian ini adalah pengetahuan responden dalam pengaturan pola makan adalah sedang yaitu 21 orang (38,9) dan buruk 19 orang (35,2), sikap terhadap pola makan adalah sedang yaitu 34 orang (63,0) dan baik 13 orang (24,1), tindakan terhadap pola makan adalah baik yaitu 32 (59,3) dan buruk 22 orang (40,7). Pengetahuan aktifitas fisik adalah baik yaitu 23 orang (42,6) dan sedang 19 orang (35,2), sikap terhadap aktifitas fisik adalah sedang yaitu 41 orang (75,9) dan baik 8 orang (14,8), tindakan terhadap aktifitas fisik adalah baik yaitu 50 orang (92,6) dan buruk 4 orang (7,14).

(6)

ABSTRACT

Socio-cultural overview of diabetes mellitus in society is to describe the way of life the people who appear on behavioral manifestations diabtes mellitus patients.

This research is research that is descriptive with quantitative approach which aims to determine the socio-cultural overview of diabetes mellitus in society in Puskesmas Gunung Tua, Padang Bolak District, Padang Lawas Utara Sub-district. The population in this study were all patients with diabetes mellitus who went to the puskesmas Gunungtua as many as 54 people. The sample in this study the entire amount of people with diabetes mellitus are 54 people. The analysis used was a univariate analysis.

The result of this research is the knowledge of the respondents in setting the pattern of eating is moderate namely 21 people (38,9), and bad 19 people ( 35,2 ) , attitudes toward diet which is currently 34 people ( 63,0 ) and good 13 people ( 24.1 ) , the action of the diet is good that 32 people ( 59.3 ) and bad 22 people ( 40.7 .) Knowledge of physical activity is good that 23 people ( 42,6 ) and moderate 19 people ( 35,2 ) , attitudes toward physical activity is moderate at 41 people ( 75,9 ) and good 8 people ( 14,8 ) , action against activities physical is good that 50 people ( 92.6 ) and bad that 4 people ( 7,14 ) .

(7)

DAFTAR RIWAYAT PENULIS

Nama : FITRI HAIRANI MANURUNG

Tempat/tanggal lahir : Gunungtua, 13April 1992

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Anak Ke : 1 (Satu)

Nama Orang Tua : Harun Manurung SH (Ayah)

Masrifahanum Dalimunthe (Ibu)

Alamat Rumah : Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Tahun 1999 – 2005 : SD Negeri 2 Padang Bolak

2. Tahun 2005 – 2007 : SMP Negeri 3 Padang Bolak

3. Tahun 2007 – 2010 : SMA Negeri 1 Padang Bolak

4. Tahun 2010 – 2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT serta shalawat

salam bagi Rasulallah SAW atau segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang berjudul

GAMBARAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP DIABETES MELLITUS

PADA MASYARAKAT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

GUNUNGTUA KECAMATAN PADANG BOLAK KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2014” Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes selaku dosen pembimbing I dan bapak Namora Lumongga Lubis, Msc. PhD selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan juga dukungan berbagai pihak, baik moril maupun materil. Untuk itu, disampaikan rasa terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

3. Bapak dr.Taufik Ashar, MKM dan Drs. Tukiman, MKM selaku Dosen

Penguji yang telah meberikan kritik dan saran serta motivasi untuk

perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Albiner Siagian,prof.Dr.,Ir.,Msi selaku Dosen Pembimbing

Akademik.

5. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara khususnya Departemen PKIP, ibu Lita Sri Andayani, M.Kes, ibu dr. Linda T. Maas, M.PH, bapak Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi. MKM, bapak Edy Syahrial, MS dan bapak Warsito yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya.

6. dr.Herlina Sonera Batubara, selaku kepala puskesmas Gunungtua

Kecamatan Padang Bolak, atas dukungan dan bantuan selama penulis

mengadakan penelitian.

7. Teristimewa kepada kedua orangtua terkasih Ayahanda Harun Manurung SH dan Ibunda Masrifa Hanum Dalimunthe serta Adik tersayang Yuni Permatasari Amkeb, Hardi kosim, Aisyah Badriah, Rizki Usnandar dan Nauf Alfariz yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, cinta, perhatian, semangat, dukungan moral, spritual dan juga material selama ini

8. Sahabat- Sahabat penulis ( Hera,elza, Nency, Rahmat Syahputra, Hafny,

(10)

9. Dan tak lupa pula penulis ucapkan banyak terima kasih untuk

teman-temanku Nila Sari Siregar SKM, Firi Maihana Harahap SKM, Shella

Monika SKM, Ade Inggardha SKM, Desi Ratna Sari SKM, Melda Hayani SKM, Rini Riakardia SKM. Serta lainnya yang tak bisa disebutakn satu

pertasu di FKM USU atas doa bantuan dan semangatnya yang telah diberikan kepada penulis.

10. Seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak

memberikan bantuan dan dorongan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan menuju yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Medan, Juli 2015 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1. Tujuan Umum ... 6

1.3.2. Tujuan Khusus ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Sosial budaya ... 9

2.1.1. Pengertian Sosial Budaya ... 9

2.1.2. Pembagian Budaya ... 10

2.1.3. Unsur-Unsur Kebudayaan ... 11

2.1.4. Wujud Kebudayaan ... 12

2.1.5. Koponen Kebudayaan ... 13

2.1.6. Sistem Sosial Budaya ... 14

2.1.7. Konsep Sosial Budaya ... 15

2.1.8. Persepsi Budaya dan Makanan ... 16

2.2. Definisi Diabetes Melitus ... 16

2.2.1. Jenis-jenis Diabetes Melitus ... 17

2.2.2. Gejala Diabetes Melitus ... 19

2.2.3. Penyebab Diabetes Melitus ... 20

2.2.4. Faktor-faktor Penyebab Diabetes Melitus ... 22

2.3. Upaya Penceghan Diabetes Mellitus... 22

2.4. Pengaturan Pola Makan Diabetes Mellitus ... 25

2.5. Domain Perilaku ... 28

2.5.1. Pengertian Perilaku ... 28

2.5.2. Pengetahuan ... 30

2.5.3. Sikap ... 33

2.5.4. Tindakan atau Praktek ... 35

2.6. Landasan Teori ... 36

2.7. Kerangka Konsep Penelitian ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

(12)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 38

3.2.2. Waktu Penelitian ... 38

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1. Populasi ... 38

3.3.2. Sampel ... 38

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4.1. Data Primer ... 39

3.4.2. Data Sekunder... 39

3.5. Defenisi Operasional ... 39

3.6. Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 40

3.6.1. Aspek Pengukuran ... 40

3.7. Analisa Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

4.1.1. Gamabaran Umum Puskesmas Gunungtua ... 45

4.2. Karakteristik Responden ... 46

4.2.1. Usia Responden ... 46

4.2.2. Jenis Kelamin Responden ... 47

4.2.3. Pendidikan Responden ... 47

4.2.4. Pekerjaan Responden ... 48

4.2.5. Penghasilan Responden ... 49

4.2.6. Riwayat Diabetes Mellitus ... 49

4.3. Pola Makan ... 50

4.3.1. Pengetahuan Pola Makan ... 50

4.3.2.Sikaf Pola Makan ... 52

4.3.3. Tindakan Pola Makan ... 54

4.4. Aktifitas Fisik ... 56

4.4.1.Pengetahuan Aktifitas Fisik ... 56

4.4.2. Sikaf Aktifitas Fisik ... 58

4.4.3. Tindakan Aktifitas Fisik ... 60

BAB V PEMBAHASAN ... 62

5.1. Karakteristik Responden ... 62

5.2. Pola Makan ... 65

5.3. Aktifitas Fisik ... 73

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

6.1. Kesimpulan ... 83

6.2. Saran ... 84

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Responden Penderita Diabtes Mellitus Berdasarkan Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak Kabupaten Padang

Lawas Utara Tahun 2014 ... 46

Tabel 4.2. Distibusi Penderita Diabetes mellitus Berdasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak Kabupaten Padang Lawas

Utara Tahun 2014 ... 47 Tabel 4.3. Distibusi Penderita Diabetes mellitus Berdasarkan

Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak Kabupaten Padang Lawas

Utara Tahun 2014 ... 47

Tabel 4.4. Distibusi Penderita Diabetes mellitus Berdasarkan Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak Kabupaten Padang Lawas

Utara Tahun 2014 ... 48 Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Penghasilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak Kabupaten Padang Lawas

Utara Tahun 2014 ... 49

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak Kabupaten Padang

Lawas Utara Tahun 2014 ... 49 Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Penderita

Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak Kabupaten Padang

Lawas Utara Tahun 2014 ... 50 Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Responden

Penderita Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014 ... 51 Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Sikap Responden Penderita Diabetes

mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak Kabupaten Padang Lawas Utara

(14)

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Responden Penderita Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014 ... 53 Tabel. 4.11. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Penderita

Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak Kabupaten Padang

Lawas Utara Tahun 2014 ... 54

Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Kategori Tindakan Responden Penderita Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014 ... 55 Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Aktifitas Fisik

Responden Penderita Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014 ... 56

Tabel. 4.14. Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Aktifitas Fisik Responden Penderita Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun

2014 ... 57

Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Sikap Aktifitas Fisik Responden Penderita Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014 ... 58 Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Aktifitas Fisik

Responden Penderita Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014 ... 59 Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Tindakan Aktifitas Fisik Responden

Penderita Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak

Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2014 ... 60 Tabel 1.18. Distribusi Frekuensi Kategori Tindakan Aktifitas Fisik

Responden Penderita Diabetes mellitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang bolak

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ... 88

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 93 Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Penelitian Dari Kntor Dinas

Kesehatan Daerah Gunungtua ... 94 Lampiran 4. Surat Balasan Izin Penelitian Dari Puskesmas Gunungtua 95

Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitan

Dari Puskesmas Gunungtua ... 96

(16)

ABSTRAK

Gambaran sosial budaya terhdap diabetes mellitus pada masyarakat adalah mengambarkan cara hidup masyarakat yang perwujudannya tampak pada tingkah laku penderita diabtes mellitus.

Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriftif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran sosial budaya terhadap diabetes mellitus pada masyarakat di wilayah kerja puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang lawas Utara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes mellitu yang berobat ke puskesmas Gunungtua sebanyak 54 orang. Sampel dalam penelitian ini seluruh jumlah penderita diabetes mellitus sebanyak 54 orang. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat.

Hasil penelitian ini adalah pengetahuan responden dalam pengaturan pola makan adalah sedang yaitu 21 orang (38,9) dan buruk 19 orang (35,2), sikap terhadap pola makan adalah sedang yaitu 34 orang (63,0) dan baik 13 orang (24,1), tindakan terhadap pola makan adalah baik yaitu 32 (59,3) dan buruk 22 orang (40,7). Pengetahuan aktifitas fisik adalah baik yaitu 23 orang (42,6) dan sedang 19 orang (35,2), sikap terhadap aktifitas fisik adalah sedang yaitu 41 orang (75,9) dan baik 8 orang (14,8), tindakan terhadap aktifitas fisik adalah baik yaitu 50 orang (92,6) dan buruk 4 orang (7,14).

(17)

ABSTRACT

Socio-cultural overview of diabetes mellitus in society is to describe the way of life the people who appear on behavioral manifestations diabtes mellitus patients.

This research is research that is descriptive with quantitative approach which aims to determine the socio-cultural overview of diabetes mellitus in society in Puskesmas Gunung Tua, Padang Bolak District, Padang Lawas Utara Sub-district. The population in this study were all patients with diabetes mellitus who went to the puskesmas Gunungtua as many as 54 people. The sample in this study the entire amount of people with diabetes mellitus are 54 people. The analysis used was a univariate analysis.

The result of this research is the knowledge of the respondents in setting the pattern of eating is moderate namely 21 people (38,9), and bad 19 people ( 35,2 ) , attitudes toward diet which is currently 34 people ( 63,0 ) and good 13 people ( 24.1 ) , the action of the diet is good that 32 people ( 59.3 ) and bad 22 people ( 40.7 .) Knowledge of physical activity is good that 23 people ( 42,6 ) and moderate 19 people ( 35,2 ) , attitudes toward physical activity is moderate at 41 people ( 75,9 ) and good 8 people ( 14,8 ) , action against activities physical is good that 50 people ( 92.6 ) and bad that 4 people ( 7,14 ) .

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronis yang memerlukan

terapi medis secara berkelajutan. Penyakit ini semakin berkembang dalam jumlah kasus begitu pula dalam hal diagnosis dan terapi. Di kalangan masyarakat luas, penyakit ini lebih dikenal sebagai penyakit gula atau kencing manis dari berbagai

penelitian, terjadi kecenderungan peningkatan prevalensi diabetes mellitus baik di dunia maupun di Indonesia. Diabetes mellitus dapat memicu berbagai penyakit,

sindrom, maupun gejala- gejala penyakit lainnya, antara lain Alzheimer (demensia), ataxia telangiectasia (kegagalan koordinasi otot), sindrom down (keterbelakangan mental), penyakit Huntington, kelainan mitokondria (kelainan

bagian sel tubuh), dan penyakit Parkinson (gangguan saraf) (Susilo, 2011).

Diabetes mellitus yang dikenal sebagai non communicable disease adalah salah satu penyakit yang paling sering di derita dan penyakit kronik yang serius di Indonesia saat ini. Setengah dari jumlah kasus diabetes mellitus tidak terdiagnosa karena pada umumnya diabetes tidak di sertai gejala sampai terjadinya

komplikasi. Penyakit tidak menular seperti diabetes mellitus semakin hari semakin meningkat, dapat di lihat dari meningkatnya frekuensi kejadian penyakit

tersebut di masyarakat (Soegondo, 2013).

WHO pada September 2012 menjelaskan bahwa jumlah penderita diabetes mellitus di dunia mencapai 347 juta orang dan lebih dari 80% kematian akibat

(19)

Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes Federation) diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk Indonesia berusia diatas 20

tahun dengan asumsi prevalensi Diabetes mellitus sebesar 4,6% akan didapatkan 8,2 juta pasien menderita diabetes mellitus. Ditambah lagi hasil penelitian yang

dilakukan oleh Litbang Depkes 2008 di seluruh provinsi menunjukkan bahwa prevalensi nasional untuk toleransi glukosa tertanggu (TGT) adalah sebesar 10,25% dan untuk Diabetes mellitus adalah sebesar 5,7% (1,5% terdiri dari pasien

diabetes yang sudah terdiangnosa sebelumnya, sedangkan sisanya 4,2% baru ketahuan diabetes (Soegondo, 2013).

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia jumlahnya sangat luar biasa. Pada tahun 2000 jumlah penderita 8.400.000 jiwa, pada tahun 2003 jumlah penderita 13.797.470 jiwa dan

diperkirakan tahun 2030 jumlah penderita bisa mencapai 21.300.000 jiwa. Data jumlah penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2005 sekitar 24 juta orang.

Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat pada tahun yang akan datang (Soegondo, 2009).

Di Indonesia menurut survei prevalensi penyakit diabetes mellitus di

kota-kota besar mencapai 0,26% pada usia 6-20 tahun, 1,43% pada usia diatas 20 tahun, 4,16% pada usia 40 tahun keatas. Sedangkan di pedesaan, pada usia diatas

(20)

Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan Data Surveilans Terpadu Penyakit (STP) tahun 2008 terlihat jumlah kasus yang paling banyak adalah

penyakit Diabetes mellitus dengan jumlah kasus 1.717 pasien rawat jalan yang dirawat di rumah sakit dan puskesmas Kabupaten/Kota. Untuk rawat jalan

penyakit Diabetes mellitus ini mencapai 918 pasien yang dirawat di 123 rumah sakit dan 998 pasien yang dirawat di 487 puskesmas yang ada di 28 Kabupaten/Kota seluruh Sumatera Utara. Sedangkan pada tahun 2009 mencapai

108 pasien yang dirawat di rumah sakit dan 934 pasien dirawat di puskesmas selama Januari hingga Juni 2009. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa

penderita Diabetes mellitus di Sumatera Utara masih sangat tinggi (Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2008).

Salah satu penyakit degeneratif dengan sifat kronis adalah diabetes mellitus

yang dalam perjalanannya akan terus meningkat baik prevalensinya maupun keadaan penyakit itu mulai dari tingkat awal atau yang berisiko diabetes mellitus

sampai pada tingkat lanjut atau terjadi komplikasi (Soegondo, 2009).

Diabetes mellitus dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang seperti penyakit kardiovaskuler (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama

dialisis), serangan janyung, stoke, kerusakan retina yang dapat sembuh hingga infeksi sehingga harus di amputasi serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan

impotensi dan gengren dengan resiko amputasi.komplikasi yang lebih serius umum bila control kadar gula darah buruk. Bahkan saraf yang paling mengerikan adalah kematian. Komplikasi-komplikasi disebabkan oleh kerusakan pembuluh

(21)

tidak semua penderita diabetes mengalami masalah-masalah jangka panjang ini (Saptarini, 2014).

Walaupun penyakit diabetes termasuk kategori penyakit degeneratif (karena fator keturunan), namun dewasa ini banyak orang menderita penyakit diabetes

karena konsumsi makanan yang tidak terkontrol alias pola makan yang tidak sehat. Karenanya, kini penyakit ini tidak hanya diderita oleh warga kota, tetapi juga menjangkiti orang-orang desa ( Wijaya, 2014).

Penyakit degeneratif merupakan penyakit yang sangat terkait dengan pola perilaku, termasuk pola makan dan aktivitas fisik. Kecendrungan untuk

mengkonsumsi makanan tidak seimbang, kaya lemak dan energi, tetapi rendah vitamin, mineral dan serat diketahui merupakan salah satu penyebabnya. Pola hidup santai (Sedentary life style) dan aktivitas fisik rendah yang saling bertolak,

turut memperburuk seseorang menderita penyakit degeneratif (Rimbawan, 2004). IDF (International Diabetes Federation) memperkirakan adanya kenaikan

8,2 juta penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2020 mendatang. Dari jumlah sekarang sebanyak 5,6 juta orang. Penambahan tersebut dinilai cukup drastis dan sesuai dengan kecenderungan yang terjadi di banyak negara. Penderita

Diabetes mellitus di seluruh dunia pada tahun 2025 akan berkisar 333 juta orang (Soegondo, 2009).

Secara epidemiologis diabetes seringkali tidak terdeteksi mulai terjadinya diabetes adalah 7 tahun sebelum diagnosis ditegakkan, sehingga morbiditas dan mortalitas dini terjadi pada kasus yang yang tidak terdeteksi. Faktor resiko yang

(22)

banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak tubuh, kurangnya aktivitas jasmani dan hiperinsulinemia (Soegondo, 2013).

Meningkatnya diabetes mellitus ini diduga adanya hubungan dengan yang gaya hidup yang berubah sesuai dengan meningkatnya kemakmuran, pendapatan

per kapita, serta perubahan gaya hidup terutama di kota- kota besar. Pola makan di kota-kota telah bergeser dari pola makanan tradisional yang banyak mengandung karbohidrat dan serat dari sayuran, ke pola makan yang modren yang

begitu instan, dengan komposisi makana yang terlau banyak mengandung protein, lemak, gula, garam dan mengandung sedikit serat. Komposisi makana

seperti ini terutama pada makanan siap santap akhir- akhir ini yang sangat digemari.

Disamping itu cara hidup yang semakin sibuk dari pagi sampai sore bahkan

kadang-kadang sampai malam hari duduk di belakang meja menyebankan tidak ada kesempatan untuk bereaksi berolah raga. Pola hidup beresiko seperti inilah

yang menyebabkan prevalensi diabetes mellitus semakin meningkat.

Sistem sosial budaya yaitu merupakan keseluruhan dari unsure-unsur tata nilai,tata social dan tata laku manusia yang saling berkaitan dan masing-masing

unsur bekerja secara mandiri setra bersama-sama satu sama lain saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup manusia dalam bermasyarakat

(Muhammad, 2008). Berkaitan dengan pengaruh budaya terhadap asupan makan kepada keluarga, menarik untuk disimak pendapat Baliwati (2004) yang menyampaikan bahwa kegiatan ekonomi, sosial dan budaya suatu keluarga, suatu

(23)

kuat dan kekal terhadap apa, kapan, dan bagaimana penduduk makan. Kebudayaan masyarakat dan kebiasaan pangan yang mengikutinya, berkembang

sekitar arti pangan dan penggunaan yang cocok. Pola kebudayaan ini mempengaruhi orang dalam memilih pangan, jenispangan yang harus diproduksi,

pengolahan, penyaluran dan penyajian (Baliwati, dkk, 2004).

Puskesmas Gunungtua memiliki wilayah kerja 38 desa dengan jumlah 3 puskesmas pembantu dan 7 pos kesehtan desa. Wilayah kerja puskesma meliputi :

Aek Jangkang, Batang Baruhar Jae, Batang Baruhar Julu, Batu Sundung, Batu tambun, Bukit Raya Serdang, Garoga, Garonggang, Gunungtua Baru,Gunungtua

Jae, Gunungtua Julu, Gunungtua Tonga, Hajoran, Sidingkat, Sigama Simanosor, Sigama, Pasar Gunungtua, Sigama Ujung Gading, Sungai durian, Sibagasi dan lain-lain.

Menurut survei awal yang saya lakukan di wilayah kerja Puskesma terdapat 54 orang menderita Diabetes mellitus. Maka dari itu, karena tingginya kejadian

Diabetes mellitus di wilayah kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak peneliti ingin mengetahui gambaran sosial budaya terhadap diabetes mellitus pada masyarakat di wilayah kerja puskesma Gunungtua Kecamatan

Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas utara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan sosial budaya terhadap diabetes mellitus masyrakat di Puskesmas

(24)

1.3Tujuan

1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui gambaran sosial budaya terhadap diabetes mellitus pada

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupten Padang Lawas Utara.

1.3.2.Tujuan khusus

a. Mengetahui pola makan masyarakat terhadap diabetes mellitus di Puskesmas

Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupten Padang Lawas Utara.

b. Mengetahui aktivitas fisik masyarakat terhadap diabetes mellitus di Puskesmas

Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupten Padang Lawas Utara.

c. Mengetahui gambaran sosial budaya masyarakat terhadap diabetes mellitus di

Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupten Padang Lawas Utara.

d. Mengetahui gambaran antara kebiasaan aktifitas fisik masyarakat terhadap

Diabetes mellitus di Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupten Padang Lawas Utara.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Dinas Kesehatan Kabupaten

(25)

2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Gunungtua Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara dalam menigkatkan pelayanan

kesehatan bagi masyarakat di wilayah kerjanya.

3. Sebagai acuan bagi pihak lain yang ingin melakukan penelitian ini ataupun

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sosial Budaya

2.1.1. Pengertian Sosial Budaya

Sosial adalah cara tentang bagaimana para individu saling berhubungan (Enda, 2010). Sosial dalam arti masyarakat atau kemasyarakatan berarti segala sesuatu yang bertalian dengan sistem hidup bersama atau atau hidup

bermasyarakat dari orang atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup struktur, organisasi,nilai-nilai Sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya

(Ranjabar, 2006) . Namun jika di lihat dari asal katanya, sosial berasal dari kata

socius” yang berarti segala sesuatu yang lahir, tumbuh dan berkembang dalam

kehidupan secara bersama-sama.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) di artikan sebagai

hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Menurut ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar .

Hal tersebut berarti bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat

yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar,yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks, bererapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan

(27)

berjalan dengan kedua kakinya), juga dirombak olehnya menjadi tindakan berkebudayaan (Koentjaraningrat, 2009).

Budaya, kultur atau kebudayaan adalah cara atau sikap hidup manusia dalam berhubungan secara timbal balik dengan alam dan lingkungan hidupnya

yang didalamnya sudah tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa, dan karya, baik yang fisik materiil maupun yang psikologis, idiil, dan spiritual (Ranjabar, 2006). Kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek

kehidupan manusia bai material maupun non-material. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh

pandangan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks (Setiadi, 2008).

Sosial budaya adalah itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan atau dalam kehidupan

bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu berdasar budi dan pikirannya yang diperuntukkan dalam kehidupan bermasyarakat.

2.1.2 Pembagian Budaya

Menurut pandangan antropologi tradisional, budaya di bagi menjadi dua yaitu: 1. Budaya Material adalah kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan

(28)

2. Budaya Non Material adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari

generasi ke generasi mencakup kepercayaan, pengetahuan, dan nilai (Harianto,

2010).

2.1.3 Unsur-unsur kebudayaan

Para sarjana antropologi yang biasa menanggapi suatu kebudayaan (misalnya kebudayaan batak, kebudayaaan minang kabau) suatu keseluruhan yang teringtegrasi ketika menganalisis membagi keseluruhan itu ke dalam

unsur-unsur besar yang disebut “unsur-unsur-unsur kebudayaan universal” atau cultural

universals. Istilah universal itu menunjukkan bahwa unsur-unsur tadi ada dan bisa didapatkan di dalam semua kebudayaan dari semua bangsa.

Terdapat tujuh unsur di dalam kebudayaan yaitu:

1. Bahasa,

2. Sistem pengetahuan,

3. Organisasi Sosial,

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi,

5. Sistem mata pencaharian hidup, 6. Sistem religi,

7. Kesenian

Tiap-tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam ketiga wujud kebudayaan yaitu wujudnya berupa sistem budaya, berupa sistem

(29)

2.1.4 Wujud Kebudayaan

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak

a. Gagasan (wujud ideal).

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang abstrak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala

atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu

berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

b. Aktivitas (tindakan).

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem

sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi

dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

c. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret

(30)

antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah

kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

2.1.5 Komponen Kebudayaan

Berdasarkan wujudnya tersebut, Budaya memiliki beberapa elemen atau komponen, menurut ahli antropologi Cateora, yaitu :

1. Lembaga Sosial

Lembaga Sosial dan pendidikan memberikan peran yang banyak dalam

kontek berhubungan dan berkomunikasi di alam masyarakat. Sistem Sosial yang terbantuk dalam suatu Negara akan menjadi dasar dan konsep yang berlaku pada tatanan Sosial masyarakat. Contoh Di Indonesia pada kota dan desa dibeberapa

wilayah, wanita tidak perlu sekolah yang tinggi apalagi bekerja pada satu instansi atau perusahaan. Tetapi di kota – kota besar hal tersebut terbalik, wajar seorang

wanita memilik karir.

2. Sistem kepercayaan

Bagaimana masyarakat mengembangkan dan membangun system

kepercayaan atau keyakinan terhadap sesuatu, hal ini akan mempengaruhi system penilaian yang ada dalam masyarakat. Sistem keyakinan ini akan mempengaruhi

(31)

3. Etetika.

Berhubungan dengan seni dan kesenian, music, cerita, dongeng, hikayat,

drama dan tari –tarian, yang berlaku dan berkembang dalam masyarakat. Seperti di Indonesia setiap masyarakatnya memiliki nilai estetika sendiri. Nilai estetika ini

perlu dipahami dalam segala peran, agar pesan yang akan kita sampaikan dapat mencapai tujuan dan efektif.

4. Bahasa.

Bahasa merupakan alat pengatar dalam berkomunikasi, bahasa untuk setiap walayah, bagian dan Negara memiliki perbedaan yang sangat komplek.

Dalam ilmu komunikasi bahasa merupakan komponen komunikasi yang sulit dipahami. Bahasa memiliki sidat unik dan komplek, yang hanya dapat dimengerti oleh pengguna bahasa tersebu. Jadi keunikan dan kekomplekan bahasa ini harus

dipelajari dan dipahami agar komunikasi lebih baik dan efektif dengan memperoleh nilai empati dan simpati dari orang lain.

2.1.6. Sistem Sosial Budaya

Pengertian sistem menurut Tatang M. Amirin “Sistem berasal dari bahasa

Yunani yang berarti :

a. Suatu hubungan yang tersusun atas sebagian bagian.

b. Hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen komponen

secara teratur.

Jadi, systema itu mengandung arti Sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan (Ranjabar,

(32)

Sosial berarti segala sesuatu yang beralian dengan sistem hidup bersama atau hidup bermasyaakat dari orang atau sekelompok orang yang di dalamnya

sudah tercakup struktur, organisasi, nila-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya. Budaya berarti cara atau sikap hidup manusia dalam hubungannya

secara timbal balik dengan alam dan lingkungan hidupnya yang didalamnya tercakup pula segala hasil dari cipta, rasa, karsa, dan karya, baik yang fisik materil maupun yang psikologis, adil, dan spiritual.

Sistem budaya merupakan komponen dari kebudayaan yang bersifat abstrak dan terdiri dari pikiran-pikiran, gagasan, konsep serta keyakinan. Dengan

demikian sistem kebudayaan merupakan bagian dari kebudayaan yang dalam bahasa Indonesia lebih sering disebut sebagai adat istiadat (Koentjoaraningrat, 2010). Dalam arti lain, sistem sosial budaya merupakan konsep untuk menelaah

asumsi-asumsi dasar dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, sistem sosial budaya yaitu merupakan keseluruhan dari unsur-unsur tata nilai,tata sosial dan

tata laku manusia yang saling berkaitan dan masing-masing unsur bekerja secara mandiri setra bersama-sama satu sama lain saling mendukung untuk mencapai tujuan hidup manusia dalam bermasyarakat (Muhammad, 2008).

2.1.7. Konsep Sosial Budaya

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, dan adat-istiadat (menurut EB. Tylor). Sedangkan Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemadi adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi sebagai :

(33)

b. Kebutuhan makan dan minum. c. Pakaian dan perhiasan.

Serta mempunyai kepribadian yaitu organisasi faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosialisasi yang mendasari perilaku individu (Syafrudin, 2009).

2.1.8. Persepsi Budaya dan Makanan

Dalam catatan antopologi peradaban manusia dibedakan berdasarkan mata pencahariaan masyarakat. Tahap pertama ( gelombang hidup pertama) ditandai

dengan adanya peradaban manusia yang didominasi oleh tradisi memburu dan meramu. Pola mengkonsumsi manusia pada masa itu dengan makan makana hasil

ramuan bahan tumbuhan yang dikumpulkan dari hutan dan /atau memakan hasil hutan ( hewan atau tumbuhan ) yang diburu dan kemudian di bakar.

Setelah berevolusi mata pencaharian manusia sudah bukan lagi berburu

dan meramu,melaikan sudah bercocok tanam. Setiap masyarakat memiliki persepsi yang berbeda mengenai benda yang di konsumsi. Perbedaan persepsi ini,

sangat dipengaruhi oleh nilai dan budaya yang berlaku di masyarakat.

Pola makan masyarakat modern cenderung mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food). Hal ini mereka lakukan karena tingginya jam kerja atau tingginya

kompetensi hidup yang membutuhkan kerja keras. Padahal dibalik pola makan tersebut, misalnya hasil olahan siap santap, memiliki kadungan garam yang sangat

tinggi dan lemak (Sudarma, 2008).

2.2. Definisi Diabetes mellitus

Diabetes mellitus adalah suatu gangguan dari pankreas, organ yang biasanya

(34)

menghasilkan atau terlalu sedikit memproduksi insulin atau bila kerja insulin tidak normal. Kecenderungan untuk menderita diabetes tergantung faktor keturunan

tersebut, maka makan terlalu banyak zat gula, kelebihan berat badan, tekanan batin, dan bahkan kehamilan bisa menjadi faktor pencetus timbulnya diabetes.

Diabetes tidak bisa disembuhkan, tetapi bisa dikontrol dengan pengobatan seumur hidup.

Setiap makanan yang kita santap akan diubah menjadi energi oleh tubuh.

Dalam lambung dan usus, makanan diuraikan menjadi beberapa elemen dasarnya, termasuk salah satunya adalah jenis gula, yaitu glukosa. Jika terdapat gula, maka

pankreas menghasilkan insulin, yang membantu mengalirkan gula ke dalam sel-sel tubuh. Kemudian gula tersebut dapat diserap dengan baik dalam tubuh dan dibakar untuk menghasilkan energi. Ketika seseorang menderita diabetes maka

pankeas orang tersebut tidak dapat menghasilkan cukup insulin untuk menyerap gula yang diperoleh dari makanan. Hal inilah yang menyebabkan kadar gula

dalam menjadi tinggi akibat timbunan gula dari makanan yang tidak dapat diserap dengan baik dan dibakar menjadi energi. Penyebab lain adalah insulin yang cacat atau tubuh dapat memanfaatkan insulin dengan baik (Saftarini, 2014).

2.2.1 Jenis-jenis Diabetes mellitus Diabetes mellitus Tipe I

Diabetes tipe I biasanya mengenai anak-anak dan remaja, Diabetes

mellitus tipe I adalah hasil dari kegagalan tubuh dalam memproduksi insulin. Diperkirakan ada sekitar 5 hingga 10% penderita diabetes didiangnosa menderita diabetes tipe I, hampir semua penderita diabetes tipe I harus melakukan

(35)

masuk dalam kategori penyakit yang tidak dapat dicegah, termasuk dengan cara diet atau olah raga. Saat ini, diabetes tipe I hanya dapat diobati dengan metode

suntik insulin dan memantau tingkat glukosa dengan ketat menggunakan alat monitor penguji darah ( Sutanto, 2010).

Faktor penyebab diabetes tipe I adalah infeksi virus atau reaksi auto-imun (rusaknya sistem kekebalan tubuh) yang merusak sel-sel penghasil insulin, yaitu sel-B pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh karena itu, pada tipe ini pancreas

sama sekali tidak dapat mengahasilkan insulin.

Biasanya, gejala dan tanda-tanda pada diabetes tipe I muncul secara

mendadak. Tiba-tiba cepat mereka haus, sering kencing ( anak-anak jadi sering ngompol), badan mengurus, dan lemah. Apabila insulin tidak segera diberika, penderita bisa cepat tidak sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis

atau koma diebetik. (kurniadi, 2014).

Perawatan Diabetes mellitus tipe I harus berlanjut terus. Perawatan tidak

akan mempengaruhi aktivitas-aktivitas normal bila kesadaran yang cukup, perawatan yang tepat, dan kedisiplinan dalam pemeriksaan dan pengobatan dijalanka. Tingkat glukosa rata-rata untuk pasien Diabetes mellitus tipe I harus

sedekat mungkin ke angka normal(80-120 mg/dL, 4-6 mmol/L (Susilo,2011). Diabetes Tipe II

(36)

berkembang sangat lambat, biasanya sampai bertahun-tahun. Oleh karena itu, gejala dan tanda-tandanya seringkali tidak jelas . penderita diabetes tipe 2

biasanya memiliki riwayat keturunan diabetes (kurniadi, 2014).

Diabetes mellitus adalah suatu kondisi, dimana kadar gula di dalam darah

lebih tinggi dari biasa/normal (normal: 60 mg/dl sampai dengan 145 mg/dl), ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel. Ini terjadi karena tidak terdapat atau kekurangan atau resisten terhadap insulin.

2.2.2 Gejala Diabetes mellitus

Gejala umum Diabetes mellitus adalah poliuria atau sering buang air kecil

dan polidipsia atau meningkatkan rasa haus sehingga mengakibatkan pada menigkatan asupan cairan. Gejala dapat berkembang dengan cepat, dalam beberapa minggu atau bulan pada biabetes tipe 1, terutama pada anak-anak.

Sementara gejala diabetes tipe 2 biaanya berkembang jauh lebih lambat. Diabetes tipe 1 juga dapat menyebakan berat badan menurun meski tidak begitu signifikan

dan tidak menimbulkan kelelahan mental. Semua gejala diatas, kecuali penuruna berat badan juga dapat terjadi pada diabetes tipe 2. Pada pasien diabetes yang tidak mengkontrol kadar gula darah dengan baik, penuruna berat badan yang

signifikan mungkin dialami pada tahap awal serangan diabetes. Langkah deteksi akhir gejala Diabetes mellitus adalah dengan melakukan tes kadar gula darah.

Pada awalnya, penderita diabetes tipe 1 akan mengalami kondisi ketoasidosis (DKA), yaitu suatu keadaan ekstrim yang ditandai dengan aroma aseton pada napas penderita. Hal tersebut dikenal dengan pernapasan kussmaul,

(37)

kesadaran dan memberi efek lesu pada penderita. Kasus DKA yang parah bisa menyebabkan koma dan tidak menutup kemungkinan akan berujung pada

kematian. Anda perlu mengetahui bahwa kondisi ketoasidosis diabetikum merupakan suatu keadaan darurat medis yang membutuhkan perawatan segera di

rumah sakit (sutanto,2010).

2.2.3 Penyebab Diabetes mellitus

Diabetes mellitus yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit

kencing manis adalah kelainan metabolisme yang disebabkan oleh banyak faktor, dengan sintoma berupa hiperglisemia kronis yang gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak dan protein, sebagai berikut:

1. Defisiensi sekresi hormon insulin, aktivitas insulin, atau keduanya. 2. Defisiensi transporter glukosa.

3. Atau keduanya.

a. Penyebab diabetes tipe 1

Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat menghasilkan cukup insulin, karena kekurangan insulin menyebabkan glukosa tetap ada di dalam aliran darah dan tidak dapat digunakan sebagai energi. Penyebab terbanyak dari kehilanagan

sel beta pada diabetes tipe 1 adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas. Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh

adanya infeksi pada tubuh.

Berikut beberapa penyebab pankeas tidak dapat menghasilkan cukup insulin pada penderita diabetes tipe 1, antara lain karena:

(38)

2. Autoimunitas. adanya virus atau zat kimia

b. Penyebab diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 disebabkan karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh mutasi pada banyak gen, termasuk mengekspresikan disfusi sel B, gangguan

sekresi hormon insulin, resistansi sel terhadap insulin yang disebabkan oleh disfungsi glut10 dengan kofaktor hormon resistin yang menyebabkan sel jaringan, terutama pada hati menjadi kurang peka terhadap insulin serta RBP4 yang

menekan penyerapan glukosa oleh otot lurik namun meningkatkan sekresi gula darah oleh hati.

Terjadinya diabetes tipe 2 karena insulin yang dihasilkan oleh pankreas tidak mencukupi untuk mengikat gula yang ada dalam darah akibat pola makan atau gaya hidup yang tidak sehat. Berikut ini beberapa penyebab utama diabetes

tipe 2

1. Faktor keturunan

2. Kurang berolahraga 3. Kegemukan atau obesitas 4. Kurangya aktifitas fisik

5. Umur 6. Gaya hidup

7. Pola makan

8. Adanya virus atau bakteri human coxsackievirus 9. Adanya penyakit lain seperti hipertensi

(39)

11. Kurang tidur yang menyebakan metabolisme tubuh terganggu

Pada umunya, penyebab diabtes tipe 2 karena gaya hidup yang tidak sehat.

Hal ini membuat metabolisme dalam tubuh yang tidak sempurna sehingga membuat insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik. Hormon insulin

dapat diserap oleh lemak yang ada dalam tubuh. Sehingga pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat bisa membuat tubuh kekurangan insulin (Saptarini, 2014).

2.2.4 Faktor-faktor Penyebab Diabetes mellitus

Ada banyak faktor yang memicu terjadinya diabetes. Semakin cepat kondisi diabetes diketahui dan ditangani akan mencegah komplikasi yang terjadi (Nabil,

2009). Faktor-faktor yang dapat dianggap sebagai penyebab diabetes antara lain kelainan sel beta pankreas, berkisar dari hilangnya sel beta sampai kegagalan sel beta melepas insulin. Faktor lingkungan yang mengubah fungsi sel beta, antara

lain adanya infeksi, pola diet, umur, obesitas, kegemukan, kehamilan, gangguan sistem imunitas, kelainan insulin.

2.3. Upaya Pencegahan Diabetes mellitus

Jumlah penderita diabetes mellitus tiap tahun semakin meningkat (prevalensinya menunjukkan peningkatan per tahun) dan besarnya biaya

pengobatan serta perawatan penderita diabetes mellitus, terutama akibat-akibat yang ditimbulkannya. Jika telah terjadi komplikasi, usaha untuk menyembuhkan

(40)

Usaha pencegahan pada penyakit diabetes mellitus terdiri dari : pencegahan primordial yaitu pencegahan kepada orang-orang yang masih sehat agar tidak

memilki faktor resiko untuk terjadinya diabetes mellitus, pencegahan primer yaitu pencegahan kepada mereka yang belum terkena diabetes mellitus namun memiliki

faktor resiko yang tinggi dan berpotensi untuk terjadinya diabetes mellitus agar tidak timbul penyakit diabetes mellitus, pencegahan sekunder yaitu mencegah agar tidak terjadi komplikasi walaupun sudah terjadi penyakit, dan pencegahan

tersier yaitu usaha mencegah agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun sudah terjadi komplikasi (Soegondo, 2009).

1. Pencegahan Primordial

Pencegahan primordial dilakukan dalam mencegah munculnya faktor predisposisi/resiko terhadap penyakit diabetes mellitus. Sasaran dari pencegahan

primordial adalah orang-orang yang masih sehat dan belum memiliki resiko yang tinggi agar tidak memiliki faktor resiko yang tinggi untuk penyakit diaetes

mellitus. Edukasi sangat penting peranannya dalam upaya pencegahan primordial. Tindakan yang perlu dilakukan seperti penyuluhan mengenai pengaturan gaya hidup, pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola makan sehat, menjaga badan agar

tidak terlalu gemuk dan menghindari obat yang bersifat diabetagenik (PERKENI, 2002).

2. Pencegahan Primer

Sasaran dari pencegahan primer adalah orang-orang yang termasuk kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum terkena diaetes mellitus, tetapi

(41)

ini harus mengenal faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya diaetes mellitus dan upaya untuk mengeliminasi faktor-faktor tersebut (PERKENI, 2002).

Pada pengelolaan diaetes mellitus, penyuluhan menjadi sangat penting fungsinya untuk mencapai tujuan tersebut. Materi penyuluhan dapat berupa : apa

itu diaetes mellitus, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya diaetes mellitus, usaha untuk mengurangi faktor-faktor tersebut, penatalaksanaan diaetes mellitus berupa edukasi, perencanaan makan, latihan jasmani, dan intervensi

farmakologis (Hiswani dan Bahri, 2005).

3. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang ditujukan untuk pendeteksian dini diabetes mellitus serta penanganan segera dan

efektif. Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang

beresiko tinggi untuk mengembangkan atau memperparah penyakit (Noer, 1996). Memberikan pengobatan penyakit sejak awal sedapat mungkin dilakukan untuk mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi menahun. Edukasi dan

pengelolaan diabetes mellitus memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien berobat (PERKENI, 2002).

4. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah semua upaya untuk mencegah kecacatan akibat komplikasi. Kegiatan yang dilakukan antara lain mencegah perubahan dari

(42)

bagi penderita yang mengalami kecacatan. Sebagai contoh, acetosal dosis rendah (80-325 mg) dapat dianjurkan untuk diberikan secara rutin bagi pasien diabetes

mellitus yang sudah mempunyai penyakit makroangiopati (Hoffman, 1996). Dalam upaya ini diperlukan kerjasama yang baik antara pasien pasien

dengan dokter mauupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang terkait dengan komplikasinya. Penyuluhan juga sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan penyakit diabetes mellitus.

Dalam penyuluhan ini yang perlu disuluhkan mengenai :

a. Maksud, tujuan, dan cara pengobatan komplikasi kronik diabetes

b. Upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan

c. Kesabaran dan ketakwaan untuk dapat menerima dan memanfaatkan keadaan hidup dengan komplikasi kronik (Hiswani, 2005).

Pelayanan kesehatan yang holistik dan terintegrasi antar disiplin terkait juga sangat diperlukan, terutama di rumah sakit rujukan, baik dengan para ahli sesama

disiplin ilmu seperti konsultan penyakit jantung dan ginjal, maupun para ahli disiplin lain seperti dari bagian mata, bedah ortopedi, bedah vaskuler, radiologi, rehabilitasi, medis, gizi, pediatri dan sebagainya (PERKENI, 2002).

2.4. Pengaturan Pola Makan Penderita Diabates Mellitus

Pola makan adalah pola makan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang seimbang adalah makanan yang tidak mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai

(43)

pola makan dapat diartikan sebagai suatu cara untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah

dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan

sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya (Bustan, 2002).

Pengaturan makan merupakan pilar utama dalam pengelolaan diabetes

mellitus, namun penderita diabetes mellitus sering memperoleh sumber informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut seperti penderita tidak

lagi menikmati makanan kesukaan mereka, sebenarnya anjuran makan pada penderita diabetes mellitus sama dengan anjuran makan sehat umumnya yaitu makan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing

penderita Diabetes mellitus (Bustan, 2002). Pengaturan diet pada penderita diabetes melitus merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksanaan

diabetes mellitus yaitu mencakup pengaturan dalam : 1. Jumlah Makanan

Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes mellitus harus sesuai untuk

mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal. Komposisi energi dari karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25%

yaitu :

a. Makanan sumber karbohidrat sebanyak 3-8 porsi (1 porsi nasi=100 gram) b. 2-3 porsi sayur (1 porsi=satu gelas sayur masak yang sudah ditiriskan)

(44)

d. 2-3 porsi protein hewani (1 porsi setara 50 gram daging sapi)

e. 2-3 porsi protein nabati (1 porsi setara dua potong sedang tempe/50 gr)

f.Gula maksimal 12 sendok teh atau 48 gram per hari (World Health Organization/WHO, 2009).

Dalam mengatur jumlah makanan juga dapat dilakukan dengan cara praktis yaitu untuk mengisi separuh piring dengan sayur, seperempatnya dengan nasi dan sisanya dengan lauk setiap kali makan.

2. Jenis Bahan Makanan

Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus harus makan

makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi penderita diabetes mellitus untuk mengetahui efek dari makanan pada

glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar.

Yang terpenting adalah tidak terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga tidak terlalu banyak makan makanan yang memperparah penyakit diabetes

mellitus.

Makan aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber

zat pembangun serta zat pengatur. Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya seperti : roti, mie, kentang, dan lain-lain. Makanan sumber zat pembangun

(45)

seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu, keju, dan lain-lain. Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral.

Makanan sumber zat pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan.

3. Jadwal Makan

Jadwal makan yang dianjurkan bagi penderita diabetes mellitus adalah enam kali makan dalam sehari. Dengan ketentuan tiga kali makan besar dan tiga kali makan kecil. Hal ini dimaksudkan agar lambung tidak kosong dan asupan gula

dalam tubuh stabil tidak melonjak drastis dan tidak juga turun sangat rendah. Jadwal makan yang dianjurkan adalah :

1. Makan besar I (sarapan pagi) : pukul 07.00 2. Makan kecil I (snack) : pukul 10.00

3. Makan besar II (makan siang) : pukul 13.00

4. Makan kecil II (snack) : pukul 16.00

5. Makan besar III (makan malam) : pukul 19.00

6. Makan kecil III (snack) : pukul 22.00

Penderita diabetes mellitus harus mentaati jadwal makan secara teratur, karena keterlambatan yang terjadi akan mengakibatkan hipoglikemia (penurunan kadar

gula darah) yang ditandai dengan timbulnya pusing, mual, dan pingsan pada penderita diabetes mellitus (Fox C, 2011).

2.5 Domain Perilaku 2.5.1 Pengertian Perilaku

(46)

mahluk hidup yang bersangkutan) oleh sebab itu semua mahlik hidup baik tumbuh – tumbuhan sampai dengan manusia berperilaku, oleh karena mereka

mempunyai aktifitas masing – masing (Notoatmodjo, 2007).

Menurut skinner (1938) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon

atau perilaku seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Notoatmodjo, 2007). Glanz (1988) menyatakan perilaku itu dipandang sebagai sesuatu yang dipengaruhi oleh dan sedang dipengaruhi oleh tingkatan-tingkatan yang

berkelanjutan dari pengaruh yaitu faktor dalam diri seseorang aau individu, faktor antara seseorang dengan yang lainnya, faktor institusi/organisasi, faktor

masyarakat dan faktor kebijakan publik.

Menurut Stokols (1997) perilaku keduanya pengaruhi oleh lingkungan sosial (Glanz, 2002). Periaku merupakan hasil dari pada segala macam

pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono,1997).

Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, ranah atau kawasan yaitu kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotorik (psychomotorik). Teoti Bloom ini dimodifikasi untuk pengukurn

hasil pendidikan kesehatan yakni pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktik/tindakan (practice) ( Notoatmodjo, 2007).

Menurut skiner dan Notoatmodjo perilaku merupakan respon seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme

(47)

organisme, responden) skiner membedakannya dengan dua respon (Notoatmodjo, 2007).

2.5.2 Pengetahuan A. Definisi pengetahuan

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar

menjawab pertanyaan “what” yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan

terhadap suatu objek tertentu . pengindraan terjadi melalui panca indra penglihatan , pendengaran penciuman, rasa dan raba yang sekian besar

dipengaruhi oleh mata dan telinga.(Notoatmodjo, 2010).

B. Tingkat pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2010) pengetahuan yang tercukup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat , yaitu :

a) Tahu (know).

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termaksud didalam adalah mengingat kembali (recall) terhadap

suatu yang bersifat spsifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima oleh karena itu ,”tahu” ini merupakan tingkat

pengetahuan yang paling rendah. b) Memahami (comprehension).

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahiu dan dapat mengintreprestasikan matri tersebut dengan benar orang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan menyebutkan contoh menyimpulkan meramalkan dan sebagainya

(48)

c) Aplikasi ( application).

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya). Aplikasidi sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hokum – hokum , rumusan metode

perinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d) Analisis (analiysis).

Analis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen – komponen , tetapi masih didalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.

e) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru

dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formasi – formasi yang ada.

f) Evaluasi (evalution)

Evaluasi ini biasanya dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilain terhadap suatu materi atau objek penilain – penilain itu berdasarkan

suatu karekteria yang telah ada.

C. faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan

faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut yaitu: 1. Faktor intrinstik / internal

(49)

Pendidikan adalah usaha sadr dan terancana untuk mewujudkan suasana belajar dan peruses pembelajaran agar tidak mengembangkan potensi dirinya untuk

memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan

masyarakat, pendidikan meliputi pembelajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan pertimbangan dan kebijakan.

b. Minat.

Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai suatu minat merupakan kekuatan diri

dalam diri sendiri untuk menambah pengetahuan. c. Intelegensi.

Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan intelegensi dimana

seseorang dapat bertindak secara tepat , cepat dan mudah dalam pengambilan keputusan seseorang yang memiliki intelegensi yang rendah akan bertingkah

laku lambat dalam mengambil keputusan. 2. Faktor Eksternal

a. Media masa.

Dengan majunya teknologi akan tersedianya pula dengan bermacam – macam media masa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat.

b. Pengalaman.

(50)

c. Sosial .

Sosial budaya adalah hal hal yang kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan – kemampuan serta kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya dan cipta

masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa kurang mengetahui beberap tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan dan diman hal ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu penelitian.

d. Lingkungan.

Lingkunagn dimana kita hidup dan berdasarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pengetahuan seseorang. e. Penyuluhan.

Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melaui metode

penyuluhan dan pengetahuan bertambah seseorang akan berubah perilakunya.

f. Informasi.

Informasi merupakan pemberitahuan secara kongnitif baru bagi penambahan pengetahuan. Pemberian informasi adalah untuk menggugah

kesadaran seseorang terhadap suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan (azwar 2007)

2.5.3. Sikap

(51)

namun hanya dapat ditafsirkan. Sikap mempunyai tiga komponen pokok yang bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude), yaitu :

1. Kepercayaan, ide, dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak

Sikap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

1. Sikap dibentuk dan diperoleh sepanjang perkembangan seseorang dalam

hubungannya dengan objek tertentu.

2. Sikap dapat berubah sesuai dengan keadaan dan syarat-syarat tertentu terhadap

suatu kelompok.

3. Sikap dapat berupa suatu hal tertentu tetapi dapat juga kumpulan dari hal-hal

tersebut.

4. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dari segi-segi perasaan (Notoatmodjo

2003)

Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap juga terdiri dari berbagai tingkatan yakni:

1. Menerima (Receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (Responding), diartikan sebagai memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (Valuing), diartikan sebagai mengajak orang lain untuk

(52)

4. Bertanggung jawab (Responsible), bertanggung jawab atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya dengan segala risiko(Notoatmodjo, 2007).

2.5.4 Tindakan atau Praktek (practice) perilaku

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support)

dari pihak lain (Notoatmodjo, 2007). Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang

terhadap stimulus bentuk nyata atau terbuka (Notoatmodjo, 2003). Tindakan memiliki 4 tingkatan yaitu :

1. Persepsi (Perception)

Persepsi adalah mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

2. Respon Terpimpin (Guided Response)

Respon terpimpin adalah dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai.

3. Mekanisme (Mechanism)

Mekanisme adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu melakukan sesuatu

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Responden Penderita Diabtes Mellitus Berdasarkan Usia
Tabel 4.2 Distibusi Penderita Diabetes mellitus Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.4. Distibusi Penderita Diabetes mellitus Berdasarkan Pekerjaan Di
Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Penghasilan Di
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Dikti bahwa lulusan S1,S2, dan S3 harus memiliki tulisan dalam jurnal lokal, nasional terakreditasi, atau internasional maka

Quantification results of the flow cytometric (FCM) of the effects of mucoxin application on the proliferation of T47D cells of each exposure hour group are presented in Table 1..

Pada faktor pemasakan, hasil uji lanjut DMRT menunjukkan bahwa semua perlakuan, baik control (tempe mentah), pemasakan dengan penggorengan (P2), maupun pemasakan dengan

Semua partisipan, P1, P2, P3, P4 dan P5 mengungkapakn bahwa mereka setuju dengan selalu memakai kondom saat melayani pelanggannya karena takut dengan penyakit – penyakit yang

Kawasan wisata ini terdiri dari beberapa lokasi antara lain: 1) lokasi Perpustakaan Bung Karno yang merupakan Perpustakaan Riwayat Perjuangan Bung

Multimedia audio yang dibangun dan dibuat oleh para programmer pada umumnya menggunakan bahasa yang sulit pada setiap komponen dan button yang digunakan, maka dari itu penulis

Memiliki NPWP dan Telah melunasi kewajiban perpajakan tahun pajak terakhir (SPT Tahunan) Tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak setempat sesuai

Tujuan penulis melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana yaitu untuk menjadi tenaga ahli dibidang kependidikan, khususnya pada bidang studi Biologi untuk meningkatkan