• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Fungsi Sosial Lembaga Agama Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak Pada Keluarga Ekonomi Lemah (Studi Deskriptif pada Gereja Bethel Indonesia di Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Fungsi Sosial Lembaga Agama Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak Pada Keluarga Ekonomi Lemah (Studi Deskriptif pada Gereja Bethel Indonesia di Medan)"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FUNGSI SOSIAL LEMBAGA AGAMA DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ANAK PADA

KELUARGA EKONOMI LEMAH

(Studi Deskriptif pada Gereja Bethel Indonesia di Medan)

SKRIPSI

Oleh :

BERRY L. TOBING 090901039

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

i DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

2.1. Kajian Pustaka ... 7

2.1.1. Fungsi Sosial ... 7

2.1.1.1.Pengertian ... 7

2.1.1.2.Teori Fungsi Sosial... 8

2.1.2. Kelembagaan... 9

2.1.2.1.Pengertian ... 9

2.1.2.2.Aspek Kelembagaan... 12

2.1.2.3.Jenis-jenis Kelembagaan... 13

(3)

2.1.2.5.Teori Kelembagaan ... 16

2.1.3. Lembaga Sosial ... 17

2.1.3.1.Pengertian ... 17

2.1.3.2.Ciri-cciri Lembaga Sosial ... 18

2.1.3.3.Tujuan Lembaga Sosial... 19

2.1.3.4. Fungsi Lembaga Sosial ... 19

2.1.3.5.Jenis-jenis Lembaga Sosial ... 20

2.1.4. Gereja Sebagai Lembaga Sosial ... 23

2.1.5. Diakonia ... 25

2.1.5.1.Pengertian ... 25

2.1.5.2.Bentuk-bentuk Diakonia Dalam Gereja ... 28

2.1.5.3.Tujuan Diakonia... 29

2.1.5.4. Pemberdayaan Fungsi Sosial Gereja ... 30

2.2. Fungsi Gereja ... 32

2.3. Kemiskinan ... 35

2.3.1. Pengertian ... 35

2.3.2. Ciri-ciri Kemiskinan ... 36

(4)

iii

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

3.1. Jenis Penelitian ... 38

3.2. Lokasi Penelitian ... 39

3.3. Populasi dan Sampel ... 39

3.3.1. Populasi ... 39

3.3.2. Sampel ... 40

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5. Analisa Data ... 41

3.6. Jadwal Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1. Hasil Penelitian ... 43

4.1.1. Gambaran Umum GBI Medan Plaza ... 43

4.1.2. Visi Gereja Lokal ... 45

4.1.3. Visi Departemen Anak ... 45

4.1.4. Misi ... 46

4.1.5. Program kerja ... 46

4.2. Deskripsi Responden ... 47

4.2.1. Jenis Kelamin ... 47

(5)

4.2.3. Pendidikan ... 48

4.3. Deskripsi Jawaban Responden... 49

4.3.1. Fungsi Edukatif oleh Lembaga Gereja ... 48

4.3.2. Fungsi Penyelamatan oleh Lembaga Gereja ... 52

4.3.3. Fungsi Pengawasan Sosial (Social Control) oleh Lembaga Gereja ... 56

4.3.4. Fungsi Memupuk Persaudaraan oleh Lembaga Gereja ... 59

4.3.5. Fungsi Transformatif oleh Lembaga Gereja ... 62

4.4. Pembahasan ... 64

4.4.1. Fungsi Edukatif oleh Lembaga Gereja ... 64

4.4.2. Fungsi Penyelamatan oleh Lembaga Gereja ... 65

4.4.3. Fungsi Pengawasan Sosial (Social Control) oleh Lembaga Gereja ... 66

4.4.4. Fungsi Memupuk Persaudaraan oleh Lembaga Gereja ... 70

4.4.5. Fungsi Transformatif oleh Lembaga Gereja ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

5.1. Kesimpulan ... 69

5.2. Saran ... 70

(6)

v ABSTRAK

ANALISIS FUNGSI SOSIAL LEMBAGA AGAMA DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ANAK PADA

KELUARGA EKONOMI LEMAH

(Studi Deskriptif pada Gereja Bethel Indonesia di Medan)

Kemiskinan menurut Departemen Sosial (dalam Suharto, 2004) adalah “suatu keadaan serba kekurangan yang di alami oleh seseorang atau sekelompok orang di luar keinginan yang bersangkutan sebagai kejadian yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan atau kemampuan yang dimilikinya. peran institusi sosial diantaranya diyakini mempunyai program pemberdayaan untuk mengentaskan kemiskinan adalah gereja. Gereja adalah salah satu institusi agama

Tujuan penelitian ini adalah analisis fungsi sosial lembaga agama dalam meningkatkan pendidikan anak pada keluarga ekonomi lemah (Studi Deskriptif pada Gereja Bethel Indonesia di Medan. Populasi penelitian adalah seluruh Staf Departemen Diakonia dan pengurus Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia di Medan). Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif

Hasil dari penelitian ini adalah Fungsi Edukatif oleh Lembaga Gereja ,Fungsi Penyelamat oleh Lembaga Gereja, Fungsi Pengawasan Sosial (Social Control) oleh Lembaga Gereja, Fungsi Memupuk Persaudaraan oleh Lembaga Gereja. Disarankan Perlu mempertahankan fungsi sosial gereja bagi kelompok masyarakat secara umum Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa gereja sebagai lermbaga sosial sangat berfungsi dalam sangat berfungsi dalam meningkatkan pendidikan anak pada keluarga ekonomi lemah. Perlu mengembangakan strategi dan inovasi yang diperlukan untuk meningkatkan fungsi sosial gereja.

(7)

ABSTRACT

SOCIAL FUNCTION ANALYSIS OF RELIGIOUS INSTITUTIONS IN IMPROVING EDUCATION IN CHILDREN

WEAK ECONOMY FAMILY

( Descriptive Study on Indonesian Bethel Church in Medan)

Poverty according to the Ministry of Social Affairs ( under Suharto , 2004) is " a state of deprivation experienced by a person or group of people outside the desire concerned as events that can not be avoided by the strength or ability. the role of social institutions of which is believed to have empowerment programs to alleviate poverty is the church . The Church is one of the religious institutions.

The purpose of this research is the analysis of the social function of religious institutions in improving the education of children in low-income families ( Descriptive Study on Indonesian Bethel Church in Medan.Populasi study were all Diakonia Department staff and administrators Shelter Children Relief Indonesia Indonesian Bethel Church in field). This type of research is a descriptive study

The results of this study by the Institute of Educational Functions of the Church , Church Functions Rescue by Institutions , Social Monitoring Function ( Social Control ) by the Institute of Church , Function Nurturing Brotherhood by Church Institute . Suggested Need to maintain the social function of the church for the community in general conclusion from this study is that the church as a social lermbaga very functional in a very functional in improving the education of children in low-income families . Need to develop the strategy and innovation needed to improve the social function of the church .

(8)

v ABSTRAK

ANALISIS FUNGSI SOSIAL LEMBAGA AGAMA DALAM MENINGKATKAN PENDIDIKAN ANAK PADA

KELUARGA EKONOMI LEMAH

(Studi Deskriptif pada Gereja Bethel Indonesia di Medan)

Kemiskinan menurut Departemen Sosial (dalam Suharto, 2004) adalah “suatu keadaan serba kekurangan yang di alami oleh seseorang atau sekelompok orang di luar keinginan yang bersangkutan sebagai kejadian yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan atau kemampuan yang dimilikinya. peran institusi sosial diantaranya diyakini mempunyai program pemberdayaan untuk mengentaskan kemiskinan adalah gereja. Gereja adalah salah satu institusi agama

Tujuan penelitian ini adalah analisis fungsi sosial lembaga agama dalam meningkatkan pendidikan anak pada keluarga ekonomi lemah (Studi Deskriptif pada Gereja Bethel Indonesia di Medan. Populasi penelitian adalah seluruh Staf Departemen Diakonia dan pengurus Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia di Medan). Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif

Hasil dari penelitian ini adalah Fungsi Edukatif oleh Lembaga Gereja ,Fungsi Penyelamat oleh Lembaga Gereja, Fungsi Pengawasan Sosial (Social Control) oleh Lembaga Gereja, Fungsi Memupuk Persaudaraan oleh Lembaga Gereja. Disarankan Perlu mempertahankan fungsi sosial gereja bagi kelompok masyarakat secara umum Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa gereja sebagai lermbaga sosial sangat berfungsi dalam sangat berfungsi dalam meningkatkan pendidikan anak pada keluarga ekonomi lemah. Perlu mengembangakan strategi dan inovasi yang diperlukan untuk meningkatkan fungsi sosial gereja.

(9)

ABSTRACT

SOCIAL FUNCTION ANALYSIS OF RELIGIOUS INSTITUTIONS IN IMPROVING EDUCATION IN CHILDREN

WEAK ECONOMY FAMILY

( Descriptive Study on Indonesian Bethel Church in Medan)

Poverty according to the Ministry of Social Affairs ( under Suharto , 2004) is " a state of deprivation experienced by a person or group of people outside the desire concerned as events that can not be avoided by the strength or ability. the role of social institutions of which is believed to have empowerment programs to alleviate poverty is the church . The Church is one of the religious institutions.

The purpose of this research is the analysis of the social function of religious institutions in improving the education of children in low-income families ( Descriptive Study on Indonesian Bethel Church in Medan.Populasi study were all Diakonia Department staff and administrators Shelter Children Relief Indonesia Indonesian Bethel Church in field). This type of research is a descriptive study

The results of this study by the Institute of Educational Functions of the Church , Church Functions Rescue by Institutions , Social Monitoring Function ( Social Control ) by the Institute of Church , Function Nurturing Brotherhood by Church Institute . Suggested Need to maintain the social function of the church for the community in general conclusion from this study is that the church as a social lermbaga very functional in a very functional in improving the education of children in low-income families . Need to develop the strategy and innovation needed to improve the social function of the church .

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Kemiskinan menurut Departemen Sosial (dalam Suharto, 2004) adalah “suatu keadaan serba kekurangan yang di alami oleh seseorang atau sekelompok orang di luar keinginan yang bersangkutan sebagai kejadian yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan atau kemampuan yang dimilikinya”. Kondisi yang

serba kekurangan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang sangat kompleks, yang berinteraksi satu sama lain sehingga menghasilkan kondisi- kondisi baru yang menyebabkan kemiskinan.

(11)

2

walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita.

Akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar karena kegiatannya dalam belajar dan berusaha. Semua hasilnya akan menjadi buah keberhasilan dalam kesabaran dan kerendahan hati dalam menerima cobaan hidupnya. Sebaliknya keluarga yang kaya raya, pendidikan yang salah dapat membawa akibat tidak baik bagi perkembangan anak. Salah satunya pendidikan yang salah dari keluarga kaya adalah orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang - senang dan berfoya - foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar, hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak. Selain itu hal yang dapat mengganggu belajar anak adalah sikap ketidakadilan orang tua terhadap anak. Ketidak adilan orang tua yang tidak merata terhadap anak dapat berupa perbedaan dalam pemberian fasilitas terhadap anak maupun perbedaan kasih sayang. Bagi anak yang merasa diperlakukan tidak adil dapat menyebabkan kekecewaan anak pada orang tuanya dan akan merasa iri dengan saudaranya. Dalam hubungan ini biasanya anak akan melakukan protes terhadap orang tuannya dalam bentuk hasil belajar yang buruk.

(12)

dan tidak menghiraukan belajarnya. Anak bertindak sedemikian rupa karena merasa tidak memiliki perhatian lebih dari orang tuannya. Walaupun dalam keluarga kaya anak memiliki fasilitas yang lengkap seperti buku, alat tulis, tempat belajar, penerangan dan lain - lain bahkan orang tua memilihkan sekolah yang berkualitas bagi anak mereka. Tapi semua itu percuma apabila anak kurang perhatian dari orang tuanya. Anak malas belajar dan akhirnya nilainya jatuh. Dan ketika nilai jatuh orang tua hanya bisa memarahi anak karena tidak belajar.

Komersialisasi lembaga pendidikan yang berdampak pada tingginya biaya pendidikan, membuat warga miskin tidak lagi bisa menjangkau seperti uang gedung, laboratorium, uang seragam dan biaya - biaya lainnya yang tidak realistis. Sementara birokrat pendidikan dan guru - guru mumpunyai kcenderungan hanya berorientasi mengejar karir hingga pekerjaan mulai yang diembankan sebatas melaksanakan tugas harian semata.

Apabila praktik – praktik pungutan yang ada disekolah - sekolah dibiarkan dan tidak ditertibkan, maka akan bertambah banyak anak - anak yang tidak bersekolah karena tidak mampu menjangkau biaya sekolah yang tinggi. Dan hanya anak - anak orang kaya saja yang akan memperoleh pendidikan dari tingkat bawah sampai tingkat yang tinggi. Akibat dari itu semua, negeri ini akan dihuni golongan kaya dan terdidik yang akan membentuk kelas tersendiri dalam masyarakat. Di lain pihak akan terdapat keluarga miskin dan tidak terdidik yang merupakan golongan terbesar dinegeri ini, yang akan menjadikan kesenjangan sosial.

(13)

4

mutu pendidikan di Indonesia antara lain: Human Development Indeks (HDI) 2001 Indonesia menduduki posisi 112 dari 117 negara. Laporan Bank Dunia (1998) tentang hasil tes membaca murid kelas IV SD, Indonesia berada pada tingkat terendah di Asia Timur dengan rata-rata 51,7%. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa para siswa di Indonesia hanya mampu memahami 30% dari materi bacaan, dan mengalami kesulitan menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran (Supriadi, 2003).

Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya mutu pendidikan, diantaranya kebijakan sistem pendidikan nasional, kurikulum pendidikan, sarana dan prasarana pendidikan, anggaran pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan. faktor ekonomi yang terwujud dalam biaya pendidikan merupakan faktor (komponen masukan) instrumental yang sangat penting dalam penyelengaraan pendidikan (di sekolah). Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan–baik tujuan-tujuan yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif - biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan (di sekolah) tidak akan berjalan. (Depdiknas, 2001).

(14)

pendidikan itu kemudian hanya bisa diakses oleh mereka-mereka yang memiliki tingkat ekonomi di atas rata-rata, sementara masyarakat yang termasuk golongan ekonomi lemah, pendidikan merupakan suatu hal yang sangat pantastis dan begitu eksklusif. Kondisi ini pada akhirnya memaksa mereka untuk berhenti sekolah dan mencari pekerjaan yang bisa membantu mereka untuk tetap survive.

Pembangunan nasional yang dilaksanakan dewasa ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD RI 1945. Dalam usaha mencapai tujuan tersebut, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah. Upaya pembangunan yang dilakukan selama ini, dengan berbagai bentuk dan variasinya, pada dasarnya dilakukan guna meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

Pendidikan merupakan suatu proses yang mampu membudayakan suatu masyarakat ke arah sistem berpikir menurut acuan norma dan budaya tertentu yang relevan dengan tuntutan zaman. Pendidikan menjadikan masyarakat lebih efektif dan efisien, menciptakan perubahan serta pembaharuan. Pendidikan memiliki fungsi pengembangan personal dan sosial. Melalui proses pendidikan akan menjadikan seseorang semakin memiliki makna, baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat yang akan mengantarkannya menjadi sumber daya manusia yang kompetitif.

(15)

anak-6

anak yang terlantar dipelihara oleh Negara; (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan; (3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak; (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

UU No. 25 tahun 2000 juga telah menyebutkan bahwa tantangan utama dalam jangka pendek untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin tersebut melalui pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan dan pengembangan usaha ekonomi produktif, serta penyediaan jaminan dan perlindungan sosial. Perlu dilakukan penanggulangan kemiskinan secara komprehensif dan terpadu agar terjadi perbaikan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin.

Pemerintah Indonesia telah melakukan kebijakan-kebijakan yang diantaranya menurut Prasetyo (2012) :

1. Bantuan Langsung Tunai (BLT)

Program Bantuan Langsung Tunai yang merupakan kompensasi yang diberikan usai penghapusan subsidi minyak tanah dan program konversi bahan bakar gas.

2. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok

Fokus program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras.

(16)

Fokus program ini bertujuan mendorong terciptanya dan terfasilitasinya kesempatan berusaha yang lebih luas dan berkualitas bagi masyarakat/keluarga miskin.

4. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan.

5. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar.

Fokus program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar.

6. Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi masyarakat miskin.

Fokus ini bertujuan melindungi penduduk miskin dari kemungkinan ketidakmampuan menghadapi guncangan sosial dan ekonomi.

7. Membangun Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)

(17)

8

naik dari 1,75% (Maret 2013) menjadi 1,89%. Kemudian Indeks Keparahan Kemiskinan naik dari 0,43% (Biro Pusat Statistik, 2014).

Selain itu, instansi ini juga mengukur jumlah penduduk miskin perkotaan di Sumatera Utara sebanyak 654.100 orang. Angka itu hampir berimbang dengan di pedesaan sebanyak 685.100 orang. Secara total kemiskinan di Sumut per Maret 2013 mengalami penurunan dibandingkan posisi September 2012 maupun secara 'year on year' atau Maret 20112. Maret 2013 jumlah penduduk miskin di Sumut tinggal 1.339.200 jiwa dari sebanyak 1.378.400 jiwa di September 2012 dan 1.407.200 jiwa pada Maret 2012. (Biro Pusat Statistik, 2014)..

Peran pemerintah di negara berkembang seringkali dibatasi oleh berbagai isu krusial seperti aspek kebijakan, ketersediaan dana operasional, keterbatasan kapasitas lembaga dan sumberdaya pemerintahan, akses sosial, teknis pelaksanaan program dan jaringan pendukung keberlanjutan program pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas pendidikan ( Sumbung, dkk. 2012).

Adapun peran institusi sosial diantaranya diyakini mempunyai program pemberdayaan untuk mengentaskan kemiskinan adalah gereja. Gereja adalah salah satu institusi agama. Fungsi rumah ibadat antar agama yang berbeda juga berbeda, sejalan dengan pandangan agama dan masyarakat umum yang bersangkutan terhadap pengertian atau cakupan ibadat. Pandangan masyarakat umum masih menganggap rumah ibadat adalah rumah suci dan hanya dipakai untuk beribadat atau melakukan pemujaan kepada Tuhan (Bustanuddin, 2003).

(18)

penolong,. Diakonia dalam bahasa Ibrani disebut syeret yang artinya melayani. Dan dalam terjemahan bahasa Yunani, kata diakonia disebutkan diakonia (pelayanan), diakonein (melayani), dan diakonos (pelayan) (Noordegraaf, A. 2004).

Gereja memiliki peran yang sangat penting mewakili negara, orangtua maupun masyarakat untuk membantu anak-anak yatim piatu, anak-anak terlantar dan kurang mampu dalam memberikan pembinaan dan pendidikan kepada anak-anak tersebut. Ketika ditemukan orangtua yang tidak mampu menjamin tumbuh kembang anak secara wajar, lembaga panti asuhan itulah di antaranya yang diharapkan memberikan pembinaan, pemeliharaan, perawatan, pendidikan dan kesehatan kepada anak tersebut (Lishatini, 2007).

(19)

10

Berdasarkan latar belakang diatas, Penulis merencanakan untuk memaparkan fungsi sosial gereja terhadap anak miskin di Medan dengan judul tulisan : “Analisis Fungsi Sosial Lembaga Agama Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak Pada Keluarga Ekonomi Lemah (Studi Deskriptif pada

Gereja Bethel Indonesia di Medan).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang masalah, penulis mengemukakan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di latar belakang masalah, penulis mengemukakan pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana implementasi fungsi sosial Gereja Bethel Indonesia sebagai Lembaga Agama Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak Pada Keluarga Ekonomi Lemah (Studi Deskriptif pada Gereja Bethel Indonesia di Medan).

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fungsi sosial gereja Dalam Meningkatkan Pendidikan Anak Pada Keluarga Ekonomi Lemah.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

(20)
(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1.Kajian Pustaka 2.1.1. Fungsi Sosial 2.1.1.1.Pengertian

Istilah fungsi sosil mengacu pada cara-cara bertiingkah laku atau melakukan tugas-tugas kehidupan dalam memenuhi kebutuhan hidup individu , orang seorang maupun sebagai keluarga, kolektif, masyarakat., organisasi dsb. Pelaksanaan fungsi sosial dapat dievaluasi / dinilai apakah memenuhi kebutuhan dan membantu mencapai kesejahteraan bagi orang ybs, dan bagi masyarakat, apakah normal dapat diterima masyarakat sesuai dengan norma sosial. Untuk dapat berfungsi sosial secara baik ada tiga faktor penting yang saling berkaitan untuk dilaksanakan yaitu (Husain, 2011):

1. Faktor status sosial yaitu kedudukan seseorang dalam suatu kehidupan bersama , dalam keluarga, kelompok, organisasi atau masyarakat yaitu seseorang yang diberi kedudukan agar melakukan tugas - tugas yang pokok sebagai suatu tanggung jawab atas kewajibannya ( kompetensi ). Misalnya seorang berstatus sebagai : Ketua , Ayah, Mahasiswa, Pegawai, dsb.

(22)

3. masyarakat ) Misalnya Ayah harus berperan sebagai pencari nafkah bagi keluarga, Ibu berperan sebagai pengurus rumah tangga dan mengasuh anak, Anak berperan sebagai pembantu mengurus adik-adiknya yang kesekolah , dsb. Penampilan peranan sosial secara efektif menyangkut penyediaan sumber dan pelakasanan tugas sehingga individu dan atau kelompok, seperti keluarga, mampu mempertahankan diri, tumbuh dan berkembang, menyenangi dan menikmati kehidupan . Penampilan peran ini dinilai baik oleh orang yang bersangkutan maupun dinilai normal oleh masyarakat dilingkungannya

4. Faktor norma sosial yaitu hukum, peraturan , nilai-nilai masyarakat, adat istiadat, agama, yang menjadi patokan apakah status sosial sudah diperankan sudah dilaksanakan sebagaiman mestinya , dengan normal, wajar, dapat diterima oleh masyarakat , bermanfaat bagi orang – orang dalam kehidupan bermasyarakat. Pekerja Sosial dapat mengadakan evaluasi dan intervensi pelaksanaan fungsi yang dilakukan orang secara individu maupun sebagai kelompok.

2.1.1.2.Teori Fungsi Sosial

(23)

14

bagian atau elemen bersifat fungsional terhadap bagian atau elemen yang lain. sebaliknya jika tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan sendirinya (George Ritzer, 2010:21). Teori ini juga menjelaskan bahwa struktur sosial dan institusi sosial berhubungan denganfungsi dari fakta-fakta sosial. MenurutRobert K Merton penganut teori ini, berpendapat bahwa obyek analisa sosiologi adalahfakta sosial seperti: peranan sosial, pola-pola institusional, proses sosial, organisasikelompok, pengendalian sosial dan lain-lain (George Ritzer, 2010)

2.1.2.Kelembagaan 2.1.2.1.Pengertian

Djogo, et al (2003) mengemukakan bahwa kelembagaan adalah “suatu tatanan dan pola hubungan antara anggota masyarakat atau organisasi yang saling mengikat yang dapat menentukan bentuk hubungan antar manusia atau antar organisasi yang diwadahi dalam suatu organisasi atau jaringan dan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal maupun informal untuk pengendalian perilaku sosial serta insentif untuk bekerjasama dan mencapai tujuan bersama.

(24)

Aturan – aturan tersebut diciptakan manusia untuk membuat tatanan (order) yang baik dan mengurangi ketidakpastian di dalam proses pertukaran (Arsyad, 2010),

Menurut Pratama (2012) kelembagaan, institusi, pada umumnya lebih di arahkan kepda organisasi, wadah atau pranata. Organisasi berfungsi sebagai wadah atau tempat, sedangkan pengertian lembaga mencakup juga aturan main, etika , kode etik, sikap dan tingkah laku seseorang atau suatu organisasi atau suatu system.

Kelembagaan berasal dari kata lembaga, yang berarti aturan dalam organisasi atau kelompok masyarakat untuk membantu anggotanya agar dapat berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu lembaga juga dapat diartikan sebagai aturan dalam sebuah kelompok sosial yang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik dan ekonomi (Pratama, 2012).

(25)

16

rules) dan kegiatan kolektif (collective action) untuk mewujudkan kepentingan umum atau bersama. Kelembagaan menurut beberapa ahli, sebagian dilihat dari kode etik dan aturan main. Sedangkan sebagian lagi dilihat pada organisasi dengan struktur, fungsi dan menejemennya. Saat ini kelembagaan biasanya dipadukan antara organisasi dengan aturan main. Kelembagaan merupakan suatu unit sosialn yang berusaha untuk mencapai tujuan tertentu dan menyebabkan lembaga tunduk pada kebutuhan tersebut.

Kelembagaan adalah suatu jaringan yang terdiri dari sejumlah orang dan lembaga untuk tujuan tertentu, memiliki aturan dan norma, serta memiliki struktur. Dalam konteks kelembagaan ada tiga kata kunci, yaitu: norma, perilaku, kondisi dan hubungan sosial. Signifikansi ketiga kata kunci tersebut dicerminkan dalam perilaku dan tindakan, baik dalam tindakan tindakan individu, maupun dalam tindakan kolektif. Setiap keputusan yang diambil selalu akan terkait atau dibatasi oleh norma dan pranata sosial masyarakat dan lingkungannya. Kondisi demikian menunjukkan bahwa proses pengambilan keputusan dalam masyarakat merupakan suatu tindakan berbasis kondisi komunitas (community-based action) yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu celah masuk (entry-point) upaya diseminasi teknologi.

(26)

milik, organisasi, insentif. Kelembagaan lokal dan area aktifitasnya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu kategori sektor publik (administrasi lokal dan pemerintah lokal), kategori sektor suka rela (organisasi keanggotaan dan koperasi), organisasi swasta (organisasi jasa dan bisnis swasta).

Berdasarkan beberapa teori diatas dapat diketahui pengertian kelembagaan adalah suatu pola hubungan antara anggota masyarakat yang saling mengikat, diwadahi dalam suatu jaringan atau organisasi dengan ditentukan oleh faktor-faktor pembatas dan pengikat berupa norma, kode etik aturan formal dan nono-formal untuk bekerjasama demi mencapai tujuan yang diinginkan.

2.1.2.2.Aspek Kelembagaan

Kelembagaan berisikan dua aspek penting yaitu (Yudha, 2012) : a. Aspek kelembagaan

Aspek kelembagaan meliputi perilaku atau perilaku social dimana inti kajiannya adalah tentang nilai (value), norma (norm), custom, mores, folkways, usage, kepercayaan, gagasan, doktrin, keinginan, kebutuhan, orientasi dan lain-lain. Bentuk perubahan social dalam aspek kelembagaan bersifat kultural dan proses perubahannya membutuhkan waktu yang lama. b. Aspek keorganisasian

(27)

18

perubahan social dalam aspek keorganisasian bersifat structural dan berlangsung relatif cepat.

2.1.2.3.Jenis-jenis Kelembagaan

a. Jenis-jenis lembaga pemasyarakatan dibagi atas berbagai tipe sesuai dengan berbagai sudut pengamatan (Yudha, 2012) :

b. Dari sudut perkembangannya kelembagaan terdiri dari Criscive Institution and Enacted Institution. Yang pertama merupakan lembaga yang tumbuh dari kebiasaan masyarakat. Sementara yang kedua dilahirkan dengan sengaja untuk memenuhi kebutuhan manusia.

c. Dari sudut sistem nilai kelembagaan masyarakat dibagi menjadi dua yakni Basic institution and Subsidiary Institution. Yang pertama merupakan lembaga yang memegang peranan penting dalam mempertahankan tata tertib masyarakat sementara yang kedua kurang penting karena hanya jadi pelengkap.

d. Dari sudut penerimaan masyarakat, terdiri dari dua yaitu Sanctioned Institution and unsanctioned Institution. Yang pertama merupakan kelompok yang dikehendaki seperti sekolah dll, sementara yang kedua ditolak meski kehadirannya akan selalu ada. Lembaga ini berupa pesantren sekolah, lembaga ekonomi lain dan juga lembaga kejahatan.

(28)

f. Dari sudut fungsinya dibedakan atas dua yaitu Operatif Institutional and regulatif Institutional. Yang pertama berfungsi untuk mencapai tujuan, sementara yang kedua untuk mengawasi tata kelakuan nilai yang ada di masyarakat.

Lembaga dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu lembaga formal dan non-formal (Pratama, 2012).

a. Lembaga formal

Lembaga formal adalah kumpulan dua orang atau lebih yang memiliki hubungan kerja rasional dan mempunyai tujuan bersama, biasaya mempunyai struktur organisasi yang jelas, contohnya perseroan terbatas, sekolah, pertain politik, badan pemerintah, dan sebagainya.

b. Lembaga non-formal

(29)

20

di dalam di lakukan secara terstruktur atau memiliki struktur organisasi yang lengkap dan terumuskan.

2.1.2.4. Peran Kelembagaan

Kelembagaan merupakan salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam pembangunan di Indonesia. Banyak masalah-masalah pertanian dan kehutanan yang hanya dapat dipecahkan oleh suatu lembaga. Sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan teknologi yang dipayungi oleh suatu kelembagaan merupakan faktor penggerak sebagai satu kesatuan sistem dalam pembangunan pertanian dan kehutanan (Yohanes, et al. dalam Setiana, 2012).

Kelembagaan dalam hal ini bukan hanya menyangkut kelembagaan usaha tani, tetapi juga peranan kelembagaan-kelembagaan penunjang dalam pengembangan pertanian yag dapat mendukung pembangunan dan usaha agribisnis. Lebih jauh lagi pentingnya lembaga di pedesaan dalam pembangunan pertanian dan kehutanan diuraikan sbb. (Yohanes, et al. dalam Setiana, 2012) a. Banyak masalah-masalah pertanian hanya dapat dipecahkan oleh suatu

lembaga.

b. Suatu organisasi atau lembaga dapat memberi kontribusi pada usaha-usaha pertanian terkait dengan penyebaran dan pengembangan teknologi. Dalam jangka panjang, kemampuan masyarakat petani untuk bekerjasama, sama pentingnya dengan perolehan pengetahuan teknis.

(30)

Peran Kelembagaan membuat orang atau anggota masyarakat saling mendukung dan bisa berproduksi atau menghasilkan sesuatu karena ada keamanan, jaminan akan penguasaan atas sumberdaya alam yang didukung oleh peraturan dan penegakan hukum serta insentif untuk mentaati aturan atau menjalankan institusi.

2.1.2.5.Teori Kelembagaan

Teori kelembagaan merupakan suatu visi yang meliputi beberapa pendekatan lain, bahkan beberapa bidang ilmu pengetahuan lain sperti sosiologi dan ekonomi. Institusionalisme baru mempunyai banyak aspek dan variasi. Misalnya, institusionalisme baru sosiologi, institusionalisme baru ekonomi,dan sebagainya. Disebut institusional baru karena ia merupakan penyimpangan dari institusionalisme lama. Institusionalisme baru melihat institusi negara sebagai hal yang dapat diperbaiki ke arah suatu tujuan tertentu, seperti misalnya membangun masyarakat yang lebih makmur. Usaha itu perlu ada semacam rencana yang secara praktis menetukan langkah-langkah untuk tercapainya tujuan itu.

Intitusionalisme baru sebenarnya dipicu oleh pendekatan behavioralis yang melihat politik dan kebijakan publik sebagai hasil dari perilaku kelompok besar atau massa, dan pemerintah sebagai institusi yang hanya mencerminkan kegiatan masa itu. Bentuk dan sifat institusi ditentukan oleh aktor serta pilihannya. Dengan demikian kedudukan sentral dari institusi-institusi dalam membentuk kebijakan publik dinomorduakan.

(31)

22

yang diutamakan oleh pendekatan behavioralis. Pendekatan institusionalisme baru menjelasskan bagaimana organisasi institusi itu, apa tanggung jawab dari setiap peran dan bagaimana peran dan institusi berinteraksi.

Dapat dikatakan bahwa suatu institusi adalah organisasi adalah organisasi yang tertata melalui pola perilaku yang diatur oleh peraturan yang telah diterima sebagai standar. Institusi adalah peraturan-peraturan yang stabil, yang memungkinkan orang yang sebenarnya hanya mementingkan diri sendiriuntuk bekerjasama dengan orang lainuntuk tujuan bersama (Fitrianti, 2012)

Institusi-institusi memengaruhi dan menentukan cara para aktor berusaha mencapai tujuannya. Intitusi menentukan, siapa aktor yang sah, jumlah aktor,siapa menentukan tindakan.intitusi memberik stabilitas, sebabtidak tidak dapat diubah begitu saja. Intitusi mempunyai kekuasaan yang sedikit banyak otonom dan para aktor yang ingin mengubah institusi tertentu akan mempertimbangkan akibat-akibat yang sering tidak dapat diramalkan

2.1.3.Lembaga Sosial 2.1.3.1.Pengertian

(32)

Lembaga sosial atau dikenal juga sebagai lembaga kemasyarakatan salah satu jenis lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dan prosedur dalam melakukan hubungan antar manusia saat mereka menjalani kehidupan bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan keteraturan hidup.

2.1.3.2.Ciri-ciri Lembaga Sosial

Menurut Gillin (Ary, 2010) ciri-ciri umum lembaga sosial yaitu:

a. Suatu organisasi pola-pola pemikiran dan pola perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya. Lembaga sosial terdiri atas adat istiadat, tata kelakuan, kebiasaan-kebiasaan dan unsur-unsur kebudayaan lainnya.

b. Suatu tingkat kekekalan tertentu yang merupakan ciri dari semua lembaga masyarakat. Sistem-sistem kepercayaan dan aneka tindakan, baru akan menjadi bagian lembaga kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama. Misalnya, suatu sistem pendidikan tertentu akan dapat diterapkan seluruhnya setelah mengalamai masa percobaan.

c. Lembaga sosial mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin saja tujuan tersebut tidak sesuai atau sejalan dengan fungsi lembaga yang bersangkutan apabila dipandang dari sudut kebudayaan secara keseluruhan. d. Mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

lembaga yang bersangkutan, seperti bangunan, peralatan dan mesin. Bentuk serta penggunaan alat-alat tersebut biasanya berbeda antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

(33)

24

tujuan dan fungsi lembaga yang bersangkutan. Contohnya setiap angkatan bersenjata mempunyai panji-panji, dan perguruan tinggi atau sekolah mempunyai lambang masing-masing.

f. Mempunyai tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku dan lain-lain. Tradisi tersebut merupakn dasar bagi lembaga itu.

2.1.3.2.Tujuan Lembaga Sosial

Lembaga sosial dibentuk oleh masyarakat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, diantaranya (Ary, 2010) :

a. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat yang bersangkutan.

b. Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.

c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (social control) artinya sistem pengawasan dari masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.

2.1.3.4.Fungsi Lembaga Sosial

Secara umum fungsi lembaga sosial dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu (Ary, 2010):

a. Fungsi manifes (nyata)

(34)

dalam masyarakat. Lembaga ekonomi berfungsi mengatur sistem produksi, distribusi, dan konsumsi barang yang dibutuhkan oleh anggota masyarakat. b. Fungsi laten

Fungsi laten adalah fungsi lembaga sosial yang tidak disadari dan bukan menjadi tujuan utama banyak orang. Dengan kata lain, fungsi laten adalah fungsi yang tidak tampak di permukaan dan tidak diharapkan masyarakat, tetapi ada. Contoh dalam lembaga keluarga perkawinan dijadikan sarana untuk menutup rasa malu dari anggapan yang mengatakan bahwa orang yang tidak menikah berarti tidak laku. Dalam lembaga politik pemilu dijadikan sarana untuk mendapat kekuasaan semata karena dengan ekuasaan seseorang dapat menumpuk kekakayaan sebanyak-banyaknya.

2.1.3.5. Jenis-Jenis Lembaga Sosial

Kebutuhan manusia baik sebagai individu maupun kelompok sangat beranekaragam. Untuk itu bentuk lembaga juga bermacam-macam sesuai dengan fungsinya dalam memenuhi kebutuhan manusia yang beranekaragam tersebut.terdapat beberapa lembaga sosial pokok yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat seperti lembaga keluarga, lembaga ekonomi, lembaga pendidikan, lembaga politik, dan lembaga agama.

a. Lembaga Keluarga

(35)

26

b. Lembaga Ekonomi

Lembaga ekonomi adalah lembaga-lembaga berkisar pada lapangan produksi, distribusi, konsumsi (pemakaian) barang-barang dan jasa yang diperlukan bagi kelangsungan hidup masyarakat. Setiap pemenuhan kebutuhan tudak selamanya dapat dihasilkan masyarakat sendiri, adakalanya memerlukan masyarakat lain yang memiliki barang-barang yang dibutuhkan maka timbullah proses tukar menukar barang-barang kebutuhan tersebut, prosesnya dimulai dari sistem barter, kemudian menggunakan uang sebagai alat tukar yang sah, sesuai dengan harga yang disepakati.

c. Lembaga Politik

(36)

rakyat dan kesejahteraan umum dari berbagai tekanan dan dorongan pihak yang ingin mengacaukan.

d. Lembaga Pendidikan

Pendidikan sebenarnya hampir sama dengan proses sosialisasi terhadap anak, tetapi pendidikan sekolah selain proses sosialisasi juga mentransfer pengetahuan dasar dari setiap bidang ilmu atau menyosialisasikan kebudayaan kepada warga masyarakat terutama generasi muda, dengan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu pendidikan mempunyai tugas mempertahankan atau melakukan pelestarian terhadap sistem nilai-nilai yang berlaku, dan pendidikan dituntut dapat berperan penuh dalam mempercepat perubahan sosial. Nilai dan budaya diturunkan dari generasi ke generasi melalui pendidikan sekolah, berarti sekolah berbagai pranata formal adalh tempat untuk menyosialisasikan warisan nilai budaya, disamping pengetahuan kepada anak didik.

e. Lembaga Agama

Hubungan antara manusia maupun hubungan manusia dengan TuhanNya, dapat dikaji melalui sisiologi agama. Agama menurut sosiologi adalah suatu jenis sistem sosial yang dibuat oleh penganut – penganutnya yang berporos kepada kekuatan non empiris yang dipercayainya dan didayagunakan untuk mencapai keselamatan bagi diri mereka dan masyarakat luas pada umumnya.

Berdasarkan definisi agama tersebut maka diuraikan pengertiannya satu per satu meliputi berikut ini :

(37)

28

b. Agama berporos pada kekuatan – kekuatan non – empiris. Ungkapan ini hendak mengatakan bahwa agama memiliki ciri khas yang berurusan dengan dunia luar yang dihuni oleh kekuatan – kekuatan yang lebih tinggi daripada kekuatan manusia dan dipercayai sebagia arwah, roh, dan kekuatan supranatural.

c. Manusia mendayagunakan kekuatan – kekuatan tersebut untuk kepentingan dirinya sendiri. Yang dimaksud dengan kepentingan (keselamatan) ialah keselamatan di dunia sekarang ini dan keselamatan di alam lain (akhirat) yang dimasuki manusia sesudah kematiannya.

2.1.4. Gereja sebagai Lembaga Sosial

(38)

Sebagai institusi sosial, gereja memiliki:

a. sejarah dan struktur tertentu serta sepertangkat rumusan kepercayaan b. visi dan misi

c. tujuan

Sebagai lembaga sosial, Fungsi Gereja dapat diketahui dari sejauh mana Pendekatan Pelayanan Gereja sebagai Lembaga Sosial terhadap masyarakat (Wiyanto, 2008).

J. C. Sikkel pernah mengatakan bahwa “The church can live without

buildings, without diakonea the church dies”. Secara teologis ini berarti , bahwa diakonia adalah nafas gereja. Ia baru menjadi gereja bila ia melakukan diakonia (Patola, 2007).

Berbicara tentang kiprah pelayanan gereja dalam pemberdayaan anggotanya, bahkan sampai menyentuh kepentingan masyarakat luas, serta membangun kua- litas kehidupan manusia yang lebih baik, dapat digolongkan dalam tiga model pendekatan pelayanan karitatif, reformatif dan transformatif.

Institusi Sosial adalah suatu perkumpulan yang dilembangakan oleh undang-undang, adat atau kebiasaan atau juga dapat berarti perkumpulan, paguyuban, organisasi sosial yang berkenaan dengan masyarakat.

Perbedaan gereja dengan institusi sosial adalah gereja bersifat rohani dan institusi sosial bersifat duniawi.Persamaan gereja dan institusi sosial

a. Memiliki keanggotaan yang teratur b. Ada pengurus

(39)

30

e. Memiliki visi, misi, program kerja, angenda rapat 2.1.5.Diakonia

2.1.5.1.Pengertian

Secara harafiah, kata diakonia berarti memberi pertolongan atau pelayanan. Dalam bahasa Ibrani pertolongan, penolong, ezer dalam Kej. 2:18, 20; Mzm. 121:1. Diakonia dalam bahasa Ibrani disebut syeret yang artinya melayani. Dan dalam terjemahan bahasa Yunani, kata diakonia disebutkan diakonia (pelayanan), diakonein (melayani), dan diakonos (pelayan) ( Noordegraaf, 2004).

Pengertian diakonia sendiri diambil dari bahasa Yunani “Diakonein.”

Diakonein berarti melayani meja, melayani kebutuhan-kebutuhan fisik. Secara luas pada zaman itu diartikan menyiapkan makanan sebagai korban kepada dewa -dewi. Pada perkembangannya diakonia diartikan melayani dalam arti umum atau melayani kebutuhan jemaat. Diakonia adalah tindakan dari diakonein, sedangkan diakonos adalah orang yang melakukan diakonia (Surbakti, 2010).

(40)

memperdulikan orang Israel dan menyatakan keselamatan serta penebusan. Pembebasan ini bertujuan supaya bangsa yang sudah dibebaskan melayani Allah dalam kebebasannya dan menjawab kasih-Nya dengan belas kasih (Sihombing, 2013).

Dalam kebudayaan Yunani, kata diakonein dan diakonos memiliki arti yang luas dan tidak dapat diterjemahkan hanya dengna memakai bahasa Indonesia saja. Itu dapat merujuk kepada beberapa arti, yaitu (Sihombing, 2013):

a. Diakonia berarti suatu pekerjaan yang hina sifatnya, yang hanya dilakukan budak belian.

b. Diakonia adalah kewajiban para budak belian, yang harus dilakukannya tanpa pamrih. Itu berarti bahwa pelaku diakonia itu dituntut kesediaannya menanggung penderitaan demi pemuasan hati tuannya.

c. Diakonia adalah kesediaan memberikan tenaga pengolahan pertanian, peternakan, bongkar muat barang ke dalam kapal, bahkan menjadi tenga pendayung kapal layar.

Salah satu dari tri tugas gereja adalah diakonia (selebihnya marturia dan koinonia). Secara singkat, diakonia dapat berarti melayani. Tentu tidaklah sulit bagi orang Kristen menemukan atau mendengar kata melayani atau pelayanan. Tanya saja kepada pendeta yang akan bertugas berkhotbah pada hari Minggu – kalau tidak salah – beliau akan menjawab “pelayanan”. Atau kepada mahasiswa teologi yang diberikan tugas pada kebaktian kampus-kalau tidak salah juga-baliau akan menjawab “melayani”.

(41)

32

berdiakonia memiliki makna yang dalam dan cukup menantang untuk dilakukan orang-orang Kristen. Dalam perspektif Perjanjian Baru, diakonia mendapat posisi penting sampai-sampai orang yang melaksanakan diakonia tersebut pun harus dipilih dan tugasnya pun diberikan khusus. Selain itu, masalah yang timbul juga adalah, mengapa ada beberapa Gereja yang tidak mempunyai diaken untuk mengerjakan tugas diakonia Gereja itu sendiri atau tugas itu dilimpahkan kepada para Penatua atau pendeta sendiri. Syarat-syarat untuk menjadi diaken (orang yang mengerjakan diakonia/ pelaku diakonia) harus ditetapkan (lih. Kis. 6:1-7).

Pelayanan diakonia sebenarnya tidak hanya dilakukan institusi gereja. Lembaga Swadaya Masyarakata (LSM) sudah amat akrab dengan pemberdayaan masyarakat, tanpa membedakan agama, golongan, suku. Bagi institusi gereja praktik berdiakonia dilakukan sebagai suatu "panggilan iman" untuk mewujudkan tatanan dunia yang lebih baik, damai sejahtera dapat dialami umat manusia, dibebaskan dari penderitaan, kelaparan dan mereka mendapatkan hak hidup yang layak.

Dari semua kata di atas yang artinya saling berkaitan, kelompok kata diakonein mempunyai nuansa khusus, mengenai pelayanan antarsesama yang sangat pribadi sifatnya. Kata-kata tersebut di atas di sana-sini menunjukkan arti diakonal. Ada hubungan antara liturgi dan diakonia, sementara therapeuo dalam arti perawatan orang sakit erat kaitannya dengan apa yang dimaksudkan dengan diakonia.

2.1.5.2.Bentuk-bentuk Diakonia Dalam Gereja

(42)

a. Diakonia Karitatif.

Diakonia karitatif mengandung pengertian perbuatan dorongan belas kasihan yang bersifat kedermawanan atau pemberian secara sukarela. Motivasi perbuatan karitatif pada dasarnya adalah dorongan prikemanusiaan yang bersifat naluriah semata-mata. Pelayanan gereja terutama pada tindakan-tindakan karitatif atau amal berdasar pada Mat. 25:31-36. Model ini merupakan model yang dilakukan secara langsung, misalnya orang lapar diberikan makanan (roti). Diakonia ini didukung dan dipraktikkan oleh instansi gereja karena dianggap dapat memberikan manfaat langsung yang segera dapat dilihat dan tidak ada risiko sebab didukung oleh penguasa. Diakonia jenis ini merupakan produk dan perkembangan dari industrialisaasi di Eropa dan Amaerika Utara pada abad ke-19

b. Diakonia Reformatif atau Pembangunan.

(43)

34

c. Diakonia Transformatif.

Dalam perspektif ini, diakonia dimengerti sebagai tindakan Gereja melayani umat manusia secara dimensional (roh, jiwa dan tubuh) dan juga multi-sektoral (ekonomi, politik, cultural, hukum dan agama). Diakonia bukan lagi sekedar tindakan-tindakan amal (walaupun perlu dan tetap dilakukan) yang dilakukan oleh Gereja melainkan tindakan-tindakan transformatif yang membawa manusia dengan sistem dan struktur kehidupannya yang menandakan datangnya Kerajaan Allah. Diakonia ini bukan hanya berarti memberi makan, minum, pakaian dan lain-lain, tetapi bagaimana bersama masyarakat memperjuangkan hak-hak hidup. Diakonia transformatif atau pembebasan boleh digambarkan dengan gambar mata terbuka. Artinya, diakonia ini adalah pelayanan mencelikkan mata yang buta dan memampukan kaki seseorang untuk kuat berjalan sendiri.

2.1.5.3.Tujuan Diakonia

(44)

diakonia mempunyai fungsi kritis dalam jemaat maupun di dalam masyarakat (Sihombing, 2013)

2.1.5.4. Pemberdayaan Fungsi Sosial Gereja

Tinjauan norma-norma atau pendapat bagaimana semestinya orang bertindak merupakan suatu pokok bahasan terpenting saat membicarakan lembaga sosial. Hal itu karena dalam memenuhi kebutuhan masyarakat melalui lembaga -lembaga sosial yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri ada tuntutan bahwa prosedurnya harus sesuai dengan norma yang diakui bersama.

Dengan memerhatikan jenis norma yang menjadi landasan lembaga sosial, maka dapat dijelaskan pola perilaku, pendukung, dan peralatan yang dipergunakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sehubungan dengan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka lembaga sosial secara umum mempunyai fungsi berikut ini.

a. Memberikan pedoman bagi anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku di masyarakat, terutama yang menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok manusia.

(45)

36

c. Memberikan pedoman kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial (kontrol sosial). Kontrol sosial dalam suatu lembaga sosial dapat dilakukan melalui berikut ini.

Pemberdayaan Fungsi sosial gereja yang dilakukan bersifat kompleks, artinya bahwa gereja sebagai lembaga agama memiliki fungsi dan tanggungjawab antara lain ::

1. Pelayanan /Bimbingan Mental

Bimbingan mental ini dilakukan secara intensif oleh pihak gereja kepada para penghuni Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia di Medan.. Bagian ini merupakan bagian yang sangat penting guna menumbuhkan rasa percaya diri serta spiritualitas penghuni Rumah Singgah. Karena pada dasarnya mereka memiliki semangat dan rasa percaya diri yang selama ini tersimpan jauh di dalam dirinya. Selain itu mereka juga mempunyai potensi yang cukup besar, hanya saja belum memiliki penyaluran atau sarana penghantar dalam memanfaatkan potensi-potensi tersebut.

2. Pelayanan/Bimbingan Kesehatan

(46)

3. Pelayanan/Bimbingan Ketertiban

Bimbingan ketertiban ini diisi oleh departemen Diakonia Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia di Medan), dengan tujuan memberikan pengarahan tentang tata tertib lalu lintas, serta peraturan di jalan raya, sehingga para Rumah Singgah tidak lagi berkeliaran dijalan raya, karena keberadaan mereka di jalanan sangat mengganggu keamanan serta ketertiban lalu lintas.

4. Pelayanan/Bimbingan Keagamaan

Bimbingan keagamaan dilakukan secara intensif oleh pihak departemen Diakonia Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia di Medan, guna untuk menguatkan kembali keimanan..mereka diberikan pembinaan setiap hari selasa oleh gereja Betani dan Gereja persatuan masyarakat kota.

2.2.Fungsi Gereja dalam Pemberdayaan Agama dalam Masyarakat

Dalam hal fungsi, masyarakat dan agama itu berperan dalam mengatasi persoalan-persoalan yang timbul di masyarakat yang tidak dapat dipecahakan secara empiris karena adanya keterbatasan kemampuan dan ketidakpastian. Oleh karena itu, diharapkan agama menjalankan fungsinya sehingga masyarakat merasa sejahtera, aman, stabil, dan sebagainya. Agama dalam masyarakat bisa difungsikan sebagai berikut (Bennydaniarsa, 2011) :

1. Fungsi Edukatif

(47)

38

2. Fungsi Penyelamatan

Bahwa setiap manusia menginginkan keselamatan baik dalam hidup sekarang ini maupun sesudah mati. Jaminan keselamatan ini hanya bisa mereka temukan dalam agama. Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang

sakral” dan “makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. Agama sanggup mendamaikan kembali manusia yang salah dengan Tuhan dengan jalan pengampunan dan Penyucian batin.

3. Fungsi Pengawasan sosial (social control) Fungsi agama sebagai kontrol sosial yaitu :

a. Agama meneguhkan kaidah-kaidah susila dari adat yang dipandang baik bagi kehidupan moral warga masyarakat.

b. Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral ( yang dianggap baik ) dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hukum Negara modern.

4. Fungsi Memupuk Persaudaraan

Kesatuan persaudaraan berdasarkan kesatuan sosiologis ialah kesatuan manusia-manusia yang didirikan atas unsur kesamaan.

a. Kesatuan persaudaraan berdasarkan ideologi yang sama, seperti liberalism, komunisme, dan sosialisme.

(48)

c. Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan dalam satu intimitas yang terdalam dengan sesuatu yang tertinggi yang dipercayai bersama 5. Fungsi Transformatif.

Fungsi transformatif disini diartikan dengan mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.

Sedangkan menurut Thomas F. O’Dea menuliskan enam fungsi agama dan masyarakat yaitu:

a. Sebagai pendukung, pelipur lara, dan perekonsiliasi.

b. Sarana hubungan transendental melalui pemujaan dan upacara c. Ibadat.

d. Penguat norma-norma dan nilai-nilai yang sudah ada. e. Pengoreksi fungsi yang sudah ada.

f. Pemberi identitas diri. g. Pendewasaan agama.

(49)

40

2.3.Kemiskinan 2.3.1.Pengertian

Suatu situasi atau kondisi yang dialami oleh seseorang atau kelompok orang yang gtidak mampu menyelenggarakan sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. (Parwoto,2011)

Keadaan serba kekurangan harta benda dan benda berharga yang diderita oleh seseorang atau sekelompok orang yang hidup dalam lingkungan serba miskin atau serba kekurangan modal, uang, pengetahuan, kekuatan sosial, fisik, hokum, maupun akses terhadap fasilitas pelayanan umum, kesempatan kerja dan berusaha. ( Suparlan, 2000).

Kemiskinan mempunyai banyak sisi ekonomi sosial politik. (Harris-White, 2005). Secara ekonomi penduduk miskin tidak memiliki apa-apa (giving-nothing), secara sosial tidak memiliki apa-apa (being-nothing), dan secara politik mereka tidak memperoleh hak kecuali korban pembangunan (having no rights and being wrong) karena multidimensi, kemiskinan itu ibarat kecantikan yang didefinisikan berbeda oleh orang yang melihatnya.

(50)

ketakutan dan kecurigaan serta sikap apatif dan fatalistik, dan (5) ketidakmampuan membebaskan diri dari mental dan budaya miskin serta senantiasa merasa mempunyai martabat dan harga diri yang rendah.

2.3.2. Ciri-ciri kemiskinan

Ciri-ciri kemiskinan menurut rumah tangga miskin di Indonesia berdasarkan hasil penelitian oleh Tjiptohedjanto dalam Yuanita Harahap (2006) adalah sebagai berikut:

a. Pada umumnya memiliki jumlah anggota rumah tangga yang besar. b. Kepala rumah tangga merupakan pekerja rumah tangga.

c. Tingkat pendidikan kepala dan anggota rumah tangga rendah. d. Sering berubah pekerjaan.

e. Sebagian besar mereka yang telah bekerja namun masih menerima tambahan pekerjaan lain bila ditawarkan.

f. Sumber penghasilan pertama dari sektor pertanian

2.3.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemiskinan menurut para Ahli.

Setiap permasalahan timbul pasti karna ada faktor yang mengiringinya yang menyebabkan timbulnya sebuah permasalahan, begitu juga dengan masalah kemiskinan yang dihadapi oleh negara indonesia.

Kartasasmita dalam Rahmawati (2006) mengemukakan bahwa, kondisi kemiskinan dapat disebabkan oleh sekurang-kurangnya empat penyebab, diantaranya yaitu :

1. Rendahnya Taraf Pendidikan

(51)

42

Taraf pendidikan yang rendah juga membatasi kemampuan seseorang untuk mencari dan memanfaatkan peluang.

2. Rendahnya Derajat Kesehatan

Taraf kesehatan dan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik, daya pikir dan prakarsa.

3. Terbatasnya Lapangan Kerja

Selain kondisi kemiskinan dan kesehatan yang rendah, kemiskinan juga diperberat oleh terbatasnya lapangan pekerjaan. Selama ada lapangan kerja atau kegiatan usaha, selama itu pula ada harapan untuk memutuskan lingkaran kemiskinan.

4. Kondisi Keterisolasian

Banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terpencil sehingga sulit atau tidak dapat terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan gerak kemajuan yang dinikmati

(52)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dimana pengertian penelitian deskriptif menurut Sugiyono (2008) adalah sebagai berikut:

“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Jadi, penelitian dengan metode deskriptif merupakan penelitian yang akan mendeskripsikan atau menguraikan permasalahan yang berkaitan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri.

Metode deskriptif dapat disimpulkan sebagai sebuah metode yang bertujuan untuk melukiskan atau menggambarkan keadaan di lapangan secara sistematis dengan fakta-fakta dengan interpretasi yang tepat dan data yang slaing berhubungan, serta bukan hanya untuk mencari kebenaran mutlak tetapi pada hakekatnya mencarai pemahaman observasi.

(53)

44

3.2.Lokasi Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Gereja Bethel Indonesia di Jalan Iskandar Muda No 321, Medan. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini adalah dikarenakan di Gereja ini memiliki perhatian dan pembinaan bagi anak sesuai dengan fungsi sosial gereja.

3.3.Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi

Menurut Sugiyono (2008) pengertian populasi adalah sebagai berikut: “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas;obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dankemudian ditarik kesimpulannya”.

(54)
[image:54.595.114.514.91.246.2]

45

Tabel 3.1 Data Populasi

No. Populasi Jumlah (orang)

1. Staf Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia

4

2. Jemaat Gereja Bethel Indonesia 32

3. Staf Departemen Diakonia 30

Jumlah 66

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti (Suharsimi Arikunto, 2010). Pengambilan sampel untuk penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2010), jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih dari 100 orang dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Berdasarkan ketentuan di atas dimana jumlah populasi adalah 66 orang (di bawah 100) maka seluruh populasi dijadikan sampel yaitu 66 orang.

Dengan demikian jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 66 orang. 3.4.Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, digunakan tekhnik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Kuisioner

Menurut Arikunto (2006), Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya”.

(55)

46

sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis,2008). Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioer, daftar pertanyaannya dibuat secara berstruktur dengan bentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions).

2. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2002)

Dalam hal ini penulis mencari dan mempelajari dokumen-dokumen yang berhubungan dengan fokus permasalahan yang diteliti yaitu dokumen-dokumen kebijakan/aturan resmi yang diterapkan oleh Staff Departmen Diakonia dan Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia.

3.5. Analisa data

Menghitung persentase jawaban responden dalam bentuk tabel tunggal melalui distribusi frekuensi dan persentase.dengan menggunakan rumus :

P = f/N x 100% P : Persentase f. : Frekuensi data

(56)
[image:56.595.108.507.150.429.2]

47 3.6.Jadwal Penelitian

Tabel 2.1.Jadwal Penelitian No. Rincian Kegiatan Bulan / Tahun

Mei-2015 Juni-2015 Juli 2015 I II III IV I II III IV I II III IV 1. Pengajuan Judul

2. ACC Judul 3. Pengajuan

proposal 4. ACC Proposal 5. Sidang Proposal 6. Pengumpulan

Data

(57)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1.Gambaran Umum

Berdirinya GBI di kota Medan tidak terlepas dari peranan Marini Ishak, yang merupakan salah satu dari pengerja GBI pusat yang berada di Jakarta. Berawal dari sebuah ide dengan mengungkapkan kerinduan hatinya dengan menghadap kepada pembina/ Gembala Sidang GBI pusat yakni Pdt. Ir. Niko Njotorahardjo, dalam menyampaikan sebuah saran upaya membangun/ membuka cabang gereja GBI untuk wilayah kota Medan.

(58)

Suatu peristiwa yang sering diacu sebagai awal kemunculan gerakan Kharismatik ini ialah peristiwa yang terjadi di lingkungan Gereja Episkopal di sekitar kota Los Angeles-California, pada tahun 1959. Dalam peristiwa tersebut sepasang suami-istri yang masih muda, John dan Joan Baker, menerima Baptisan Roh disertai tanda berbahasa lidah, setelah bersentuhan dengan kalangan Pentakostal. Segera menyusul 10 orang lagi, lalu mereka berhimpun mengadakan kebaktian sendiri. Peristiwa ini (Baptisan Roh) kemudian dialami pula oleh jemaat-jemaat Episkopal di sekitarnya, dan mengakibatkan api kharismatik menyulut kobaran di mana -mana.

Adapun pokok-pokok penting yang menjadi ciri-ciri gereja kaharismatik adalah( Aritonang,1996)

a. Pujian. Hasil pertama dari kedatangan Roh Kudus lewat Baptisan Roh adalah luapan pujian dari lubuk hati orang percaya. Hasilnya, orang percaya memiliki kemampuan baru memuliakan Allah, sebagaimana nampak dalam lagu-lagu pujian Kharismatik yang spontan dan – pada sebagian – dilambangkan oleh pemberian karunia berbahasa lidah.

(59)

50

c. Karunia-karunia Roh. Hal yang paling banyak disebut sebagai ciri Kharismatik adalah karunia-karunia Roh yang didaftarkan antara lain dalam I Korintus 12:8-10. Kendati daftar ini memuat sembilan charismata, namun karunia yang paling utama dan paling banyak dibicarakan adalah glossolalia (bahasa lidah), nubuat dan penyembuhan.

d. Kuasa Rohani. Unsur ini merangkumi seluruh aspek pandangan dan praktek gerakan Kharismatik. Kuasa Rohani yang mendampingi Baptisan Roh mewujud-nyata dalam kemampuan memuji Allah, menginjili, mengusir dan mengalahkan si jahat, serta mempraktekkan karunia-karunia Roh.

Gereja Bethel Indonesia ini memiliki jemaat sekira 35.000 jiwa, yang dimulai dari jemaat yang berjumlah 119 jiwa. Sebagai suatu institusi yang memiliki fungsi sosial dalam hal strategi pelayanan terutama pelayanan bagi pemulihan anak-anak, pada tanggal 1 November 2003. Gereja Bethel Indonesia membuka pelayanan kemasyarakatan dimana gereja ini mempunyai Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia, seperti; membantu korban bencana alam, memberi makan fakir miskin, membangun rumah singgah dan lain-lain. Adapun saat ini alamat Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia di jalan Lau Kawar No. 10 Medan.

4.1.2.Visi Gereja Lokal

Adapun yang menjadi visi dan misi gereja lokal adalah : Yesaya 54:2-3

(60)

4.1.3.Visi Departemen Anak

Adapun yang menjadi visi departemen Anak adalah : “ Worship Generation / Generasi Penyembah”

Mazmur 8:3

“Dari mulutbayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kau letakkan dasar kekuatan karena lawan-Mu,untuk membungkam musuh dan pendendam.” Dengan doa, pujian dan penyembahan kita akan bergerak sebagai tentara Allah yang dahsyat di akhir zaman untuk menuai anak-anak. Dan bukan hanya anak-anak saja, bahkan setiap keluarga bagi kemuliaan Tuhan.

Banyak anak-anak kecil yang terluka dan tertolak oleh orang tuanya dan hal ini membuka celah bagi si jahat untuk masuk, mencuri, membunuh, dan membinasakan. Namun pada akhir zaman Tuhan akan memulihkan hubungan keluarga antara anak dan orang tua.

4.1.4.Misi

Adapun yang menjadi misi departemen Anak adalah : Mazmur 127:4

“Seperti anak-anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak pada masa muda.”Untuk menjadikan anak-anak sebagai anak panah yang akan dilesatkan pada tujuan ilahi, diperlukan para pahlawan yang memiliki kemampuan untuk menggunakan panah dengan tepat juga. Oleh sebab itu, Departemen Anak memberikan pelatihan dan training kepada setiap guru sekolah minggu dan memperlengkapi dengan berbagai pelatihan dengan tujuan untuk melayani anak-anak sekolah minggu sehingga mencapai visi yang diberikan oleh Tuhan bagi gereja.

4.1.5.Program kerja

Program kerja yang telah direncanakan dan dipersiapkan adalah :

a. Memperlengkapi setiap guru-guru sekolah minggu dalam pelatihan/training

(61)

52

c. Mengadakan ibadah fellowship GSM (Retreat-Field Trip-DLL)

d. Bekerja sama dengan departemen lain dalam pelayanan atau event di gbi rayon IV (diakonia-Kemanusiaan-bakti sosial)

e. membuka pos pi anak

f. Celebration di setiap akhir bulan (perayaan ulang tahun & event khusus) g. Mengadakan presentasi/performance anak di ibadah raya pada event

khusus- Mengadakan seminar atau workshop guru-Anak-orang tua.

4.1.6.Struktur organisasi

Adapun struktur organisasi gereja GBI Rayon IV Medan Plaza adalah sebagai berikut :

[image:61.595.117.473.381.633.2]

STRUKTUR ORGANISASI GBI Rayon IV Medan Plaza

Gambar 4.1.Struktur Organisasi GBI Rayon IV Medan Plaza

Gembala Sidang

Wakil Gembala Sidang

Dep. Pemuda dan Anak

Dep. Wanita

(WBI)

Dep. Pembinaan

Sekretaris

Dep. Diklat

Dep. Visi -Misi

Dep. Doa

(62)

4.1.7.Hubungan Gereja dengan Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia

Keterkaitan antara gereja dengan Rumah Singgah Pemulihan Anak Indonesia Gereja Bethel Indonesia sebagai bagian dari gambar di bawah ini :

Ketua Umum + Sakum + Wk. Sakum + Bendahara Kabid Marturia, Kabid Koinonia, Kabid Diakonia, Kabid Personalia & SDM, Kabid Dana & Usaha +

Anggota

KONVEN K P P

Biro Hukum & Harta Benda Biro PPP Budaya Biro Teologi a & Lit-Bang

Biro Teologi a & Lit-Bang Biro Sekre-tariat Biro Ke-uangan Biro Olku-mene Biro Humas & Infor-masi M A R T U R I A PI KELUAR PI KEDALAM MASS MEDIA DIALOG ANTAR IMAN WISATA ROHANI K O I N O N I A IBU PEMUDA

KA - KR

PEMBINAAN KATEGORI PROFESI D I A K O N I A Y PAB

Y A P O S

YAYASAN KESEHATAN RETREAT* ) PASTORAL COUNSELING YAYASAN PENDIDIKAN LANSIA P E R S O N A L I A D A N S D M Adm. Personalia Pengadaan dan Analisa Pembinaan D A N A D A N U S A H A Pengadaan Dana dan Usaha Percetakan Abdi Karya

P P W G *)

Retreat Centre *)

(63)

54

4.2.Deskripsi Responden 4.2.1.Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil analisa diperoleh gambaran bahwa jenis kelamin responden terbesar adalah pada kelompok laki-laki yaitu 25 orang atau 37,9%, dan perempuan 41 orang atau 62,1 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden adalah laki-laki.

4.2.2.Umur

Berdasarkan analisa diperoleh gambaran diperoleh gambaran bahwa umur responden terbesar adalah pada kelompok 1

Gambar

Tabel 3.1 Data Populasi
Tabel 2.1.Jadwal Penelitian
Gambar 4.1.Struktur Organisasi  GBI Rayon IV Medan Plaza
Tabel 4.1. Fungsi Edukatif oleh Lembaga Gereja
+6

Referensi

Dokumen terkait

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan, menganalisis, dan menafsirkan data dari informan penelitian, yaitu Latar Belakang Sosial Ekonomi Keluarga dan

Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pemanfaatan modal sosial dalam pemberdayaan ekonomi lemah perempuan yang dibentuk Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) sehingga

Hans Marpaung : Deskripsi Tari Tamborin Dan Musik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia (GBI) Tanjung Sari Medan, 2009... Hans Marpaung : Deskripsi Tari Tamborin

OPTIMALISASI FUNGSI LEMBAGA SOSIAL DI KOTA BANDUNG DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PENYANDANG DISABILITAS NETRA: Studi deskriptif di PSBN Wyata Guna Bandung.. Universitas

Perubahan yang tampak nyata dalam masyarakat khususnya dalam keluarga adalah fungsi-fungsi dari lembaga keluarga itu sendiri yang mulai beralih pada lembaga sosial

Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan hubungan antara fungsi sosial dan fungsi bisnis sehingga didapatkan sebuah pola kinerja lembaga keuangan mikro syariah yang

Bentuk-bentuk Fungsi Sosial Pada Tindakan Ekonomi Pelaku Lembaga Keuangan Mikro Syariah. Bentuk Fungsi

Agama, Sosial Budaya, Cinta dan Kasih Sayang, Perlindungan, Reproduksi, Sosialisasi dan Pendidikan, Ekonomi dan Lingkungan.  Delapan fungsi keluarga merupakan