• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Ekonomi Lemah (Studi Deskriptif Penggunaan Dana Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Ekonomi Lemah (Studi Deskriptif Penggunaan Dana Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat di Kota Medan)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LEMAH

(Studi Deskriptif Penggunaan Dana Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat di Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S-1)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

BURHAN EFENDI

NIM 080901005

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

NAMA : BURHAN EFENDI

NIM : 080901005

DEPARTEMEN : SOSIOLOGI

JUDUL :PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI LEMAH (Studi Deskriptif Penggunaan Dana Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat di Kota Medan)

Medan, 2012

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Dra.Lina Sudarwati M.Si) (Dra.Lina Sudarwati M.Si)

NIP. 196603181989032001 NIP. 196603181989032001

Dekan FISIP USU

(Prof.DR. Badarrudin M.si)

(3)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan didepan panitia penguji skripsi Departemen

Sosiologi pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 20 Januari 2012

Pukul : 14.30 WIB

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

TIM PENGUJI

Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, M.Si (...)

(NIP: 196805251992031002)

Penguji I : Dra.Lina Sudarwati M.Si (...)

(NIP: 196603181989032001)

Penguji II : Dra.Rosmiani, M.A (...)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan hidayah serta

karunia dan nikmat-Nya, terutama nikmat kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam kepada Rasulullah

Muhammad SAW, contoh tauladan dalam kehidupan ini. Semoga penulis dan

pengikutnya beliau lainnya mendapat syafa`atnya kelak dihari kemudian. Amin

Skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dapat

meyelesaikan studi di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul :PEMANFAATAN

MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LEMAH (Studi Deskriptif Penggunaan Dana Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat di Kota Medan)

Dengan ketulusan hati penulis ingin menghanturkan terima kasih kepada

kedua orang tua, keluarga besar Bahrumsyah, abang dan kakak, pimpinan

universitas, pimpinan fakultas, pimpinan departemen, dosen dan staf pengajar,

informan, kerabat organisasi lokal dan kawan-kawan yang merupakan bagian dari

sejarah perjalanan penulis selama menjadi mahasiswa yang menuntut ilmu sosial

di Universitas Sumatera Utara, Adapun Mereka adalah

1. Kedua orang tua tercinta yang bukan sekedar membesarkan saja, namun

memberikan semangat menjalani hidup dengan moral yang baik, kerja

keras dan mandiri, kepada (ayah) Bahrumsyah dan Umi (Ibu) Painah

engkau bagaikan karang dilautan yang salalu tegar dan tabah membina

keluarga dengan enam anakmu. Semoga keteladanan ini dapat

(5)

unde Banun yang memberikan bekal Interpreneurship engkau sosok

perempuan yang pernah ku temui atas kegigihan mencari nafkah dalam

hidup ini, abah (abang) Ilham Syahputra, Agus Salim terima kasih atas

semua masukan moral, spiritual, dan materi yang engkau berikan kepada

adinda. Kakak Ramayani, Popy, Deby yang telah memberikan dan tidak

bosan-bosan memberikan arahan yang baik pada adikmu dan (istri/suami)

kakak lela, kakak Ika, Srimutiara dan abang Arman, Amri, Robert , dan

anak-anakku Febiyola Mawaddah, Fauzan, Dinda, Keysa, Aura, Jelita,

Febriansyah, Ruby Anugerah, Dipkah semoga diberikan kesehatan selalu

oleh Allah SWT untuk kita semua.

2. Bapak Dekan FISIP USU Prof.Dr. Badaruddin, M.si, beserta segenap Staf

dan jajaranya;

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP

USU dan selaku dosen pembibing skripsi ini, dimana tengah-tengah

kesibukan sebagai ketua departemen beliau masih sabar membimbing

untuk arah yang lebih baik, semoga ilmu yang ibu berikan kepada penulis

menjadi modal hidup penulis untuk menjalani hidup ini yang lebih baik

lagi dan penulis selalu berdoa semoga keluarga ibu selalu berada keadaan

sehat selalu.

4. Bapak Drs, T. Ilham Saladin selaku Sekretaris Departemen Sosiologi

Fisip USU

5. Bapak/ibu Dosen dan staf Pengajar Departemen Sosiologi Fisip USU,

Bapak Junjungan S.B.P, Bapak Sismudjito, Ibu Rosmiani, Ibu Ria

(6)

Marhaine, Bapak Muba Simanihuruk, Ibu Harmona Daulay dan Asisten

dosen bang ilham, kakak devi, kakak Anastasia, kakak Arimbi, bang Jonny

Marbun S.sos (terimakasih atas ilmunya dilapangan penulis tidak pernah

melupakan hal itu) semoga ilmu yang disampaikan kepada penulis dapat

menjadikan bekal nantinya penulis terapkan dan amalkan ditengah-tengah

masyarakat

6. Terima kasih kepada Bapak Drs. Edward M.Sp selaku ketua BKM

Mushollah dan staf jajaranya yang telah mempercayai kami untuk

mengelolah dan menjaga Mushollah FISIP USU, & Bapak Drs. A.Manan,

M.Sp yang sabar telah menerima keluh kesah kami selama dimushollah

semoga kebaikan bapak kami hargai dalam perjalanan hidup ini.

7. Seluruh /ibu dosen, staf pengajar dan pegawai Departemen Sosiologi

FISIP USU dan Dosen di luar FISIP USU yang pernah menjadi Dosen

Pengasuh Mata Kuliah yang diajarkan;

8. Terindah dan teristimewa kepada kawan-kawan seperjuangan Angkatan

2008. Erlangga (semoga pilihanmu menjadi yang terbaik) Anggre

wirawan, Rudi (alun), Reza (hancurkan penghianat), Dicky, Putra, Rizal,

Gio, Arman, Okta, Syahrul, John Purba, Bresman, Reni, frina, Judika,

Dessie, Ricat,Wistin, Riama, Mitha, Evalina, Dian, Salmen, Belman,

Heberlin, Sylvia, Amos Pasaribu, Irma, Esty, Lucie, Satya Mitra, Frisilia,

Roby, Raja, Sondang, Alfat (Teori Sangkar Burung), Fitri, Ririn,

Mayliana, Elfi, Putri, Ahmed, Nari, Ayu, Dani, Hendra, Vera, Lenni,

Roinal, Gusnimar, Yuacep, Khodijah, Silky, Yudis, Ruth, Sugi (Makasih

(7)

udah bantui bahasa inggris), Zulfikar, Vanny, Ratih, Poibe, Okta virna,

Santi, Roy, For Love the Best Frends.

9. Buat terkhusus teman-teman team mangrove Agre, Jhon Pardamean,

Dicky Eko, Penulis Sendiri, Esty, Silky, Sugi, Rina, Kharisma, Elfi, Sri

Ramadhani, Lucie, Mitha, semoga kita tidak bercerai berai dalam

menghadapi kebenaran.

10. “Lubuk Rumah” Mushollah FISIP USU. Kakanda Rajab Polpoke Manise

Ambon (Jepo) kapan burhan main-main ke Ambon ya, Kakanda Jaka

(ngejrek),Bang Buyamin, Kakanda Suyadi, Kakanda Syaipul, Kakanda

Buyak, Kakanda Rais, Kakanda Afwan, Kakanda dedek, Kakanda Mirza,

Kakanda Zulkarnain.

11. Buat Ikatan Mahasiswa Sosiologi (IMASI) dalam pengurusannya, semoga

tahun-ketahun semakin baik.

12. Buat Organisasi intra kampus UKMI As-siyasah didalam pengurusan

seperti Prie (si tampan dari sorik marapi), Alim, Khadapi, Tamma, Ardhi,

Bang Reza , Bang Arif, Bang Mulya,Syahid, Bima, Saddam dan Akhwat

yang lainya.

13. Buat Organisasi Ekstra Kampus HMI,GMNI,KAMMI,FMN FISIP USU

tetap jaya dalam membangun tatanan bangsa ini.

14. Buat elemen kampus yang telah berpartisipasi dalam keamanan,

kebersihan yaitu Buat ibu, bapak yang pagi-pagi sekali sudah

membersihkan halaman kampus ini, buat nenek yang tidak kenal lelah

membersihkankan ruangan mahasiswa yang pulang sampai larut malam,

(8)

gerbang dan parkir seperti bang sukron dan teman-teman lainnya dan jaga

malam bang Hendro, Budi dll. Makasih kita saling percaya, sehingga ini

menjadikan modal sosial penulis dengan keterbatasan Finansial untuk

tinggal dikampus FISIP. Kami tau, kami bagian dari kalian yang tidak

dapat terpisahkan dan teritegritas dalam kemajuan FISIP USU.

Walaupun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh

dari sempurna. Oleh kerenanya, kritik dan saran yang konstruktif tetap

penulis tunggu dari penyempurnaan dikemudian hari.

Medan, 2012

Penulis

Burhan Efendi

(9)

DAFTAR ISI 2.1. Nilai Agama Sebagai Modal Sosial... 13

2.2. Modal Sosial dalam Perspektif Sosiologi ... 15

2.2.1. Trust (Kepercayaan) sebagai Modal Sosial ... 18

2.2.2. Jaringan Sosial Sebagai Modal Sosial ... 20

2.2.3. Pranata Sosial sebagai Modal Sosial ... 22

2.3. Penerapan Modal Sosial dalam Aktivitas Ekonomi... 24

2.4. Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan... 25

2.4.1. Pemberdayaan Masyarakat Sektor Informal... 27

2.5. Pekerjaan Wanita di Bidang Nafkah... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... ... 31

3.2. Lokasi Penelitian ... 32

3.3. Unit Analisis dan Informan Penelitian ... 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5. Interpretasi Data ... 37

(10)

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Sejarah Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)... .... 38

4.1.1. Kantor PKPU Cabang Medan... 40

4.3.1.2. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 47

4.3.1.3. Sejarah Lahir KUBE” Mandiri Utama”... 48

4.3.1.4. Pembina Dan Pendaping KUBE“Mandiri Utama”.. 49

4.4. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 4.4.1. Keadaan Penduduk... ... 51

4.4.2. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... ... 51

4.4.3. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... ... 52

4.4.4. Sejarah Lahirnya KSM “Harapan Mandiri”... ... 53

4.5. Karakteristik Informan 4.5.1. Profil Informan Penelitian... 55

4.5.1.1. Pengurus PKPU... 56

4.5.1.2. Donatur(muzakki) tetap PKPU... 61

4.5.1.3. Kelompok Usaha Bersama(KUBE)... 64

4.5.1.4. Kelompok Swadaya Masyrakat (KSM)... 68

4.6. Strategi Pengumpulan Dana PKPU 4.6.1. Realiasasi Nilai agama Islam Pengumpulan ZIS ... 76

4.6.2. Kepercayaan Muzakki Kepada PKPU... 80

4.6.3. Pemanfaatan Jaringan Sosial PKPU... 81

4.6.4. Keberhasilan PKPU Dalam Pengumpulan ZIS... 86

(11)

4.7.1. Alokasi Dana ZIS PKPU... 91

4.8. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi Lemah 4.8.1. Sistem Perekrutan Pemberdayaan Ekonomi Lemah.... 94

4.8.2. Cara Agar Terbentuknya Kelompok Binaan... 95

4.8.3. Tujuan Pembentukan Kelompok Binaan... 96

4.8.4. Komitmen Pemberdayaan Kelompok Binaan... 97

4.8.5. Perkembangan Kelompok Binaan... 98

4.8.5.1. Mengentaskan Kemiskinan Melalui Pemberdayan.. 99

4.8.5.2. Cara PKPU Meningkatkan Etos Kerja... 101

4.8.6. Model Pemberdyaan Kelompok Binaan PKPU... 103

4.8.6.1. Musyawarah dan Aspiratif Penggunaan Dana... .. 103

4.8.6.2. Pendampingan PKPU Kelompok Binaan... 104

4.8.6.3. Transfer Pengetehuan Melalui Diskusi... 110

4.9. Manfaat Pemberdayaan Bagi Kelompok Binaan 4.9.1. Peningkatan Modal Usaha dan Pengembangan Usaha 111

4.9.2. Peningkatan Pengetahuan Mengelolah Usaha. ... 109

4.9.3. Pengembangan Jaringan Sosial... 119

4.9.4. Kendala PKPU dan Kelompok Binaan... 124

(12)

Daftar Tabel Halaman

Tabel 1. Identifikasi Kriteria Budaya Kerja PKPU………...42 Tabel 2. Kegiatan PKPU………...44 Tabel 3. Struktur Susunan Kepengurusan PKPU...45 Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kelurahan Tanjung Sari...46 Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Tanjung Sari...47

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kelurahan Siti Rejo I...52

(13)

ABSTRAK

Penelitian ini lahir dari pemikiran “mengapa lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dapat eksis dan berkembang ditengah-tengah masyarakat Kota Medan dalam mengoptimalkan dana Zakat, Infaq dan Sedekah”. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) melalui program-program memberdayaan ekonomi lemah perempuan khusus ibu-ibu rumah tangga memanfaatkan energi-energi sosial sebagai dasar / kekuatan untuk bertahan dan berkembang. Energi-energi sosial tersebut yaitu trust (kepercayaan), jaringan sosial, dan pranata yang semuanya merupakan elemen-elemen penting dalam modal sosial. Pemanfaatan modal sosial untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan kelompok binaan ibu-ibu ekonomi lemah yang dibentuk oleh PKPU inilah yang dijadikan fokus penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami permasalahan yang diteliti sehingga dapat memberikan masukan gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala dan gambaran yang akan diteliti. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pemanfaatan modal sosial dalam pemberdayaan ekonomi lemah perempuan yang dibentuk Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) sehingga kelompok binaan dapat eksis dan berkembang sampai saat ini. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Lokasi penelitian adalah di lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dan kelompok binaan PKPU Medan dengan unit analisis dan informan yaitu pengurus PKPU cabang Medan, muzakki tetap PKPU, penanggung jawab program pemberdayaan ekonomi kelompok binaan, pendamping lapangan program pemberdayaan ekonomi kelompok binaan dan orang yang terlibat dalam kelompok binaan. Sedangkan interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap hasil turun lapangan.

(14)

ABSTRAK

Penelitian ini lahir dari pemikiran “mengapa lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dapat eksis dan berkembang ditengah-tengah masyarakat Kota Medan dalam mengoptimalkan dana Zakat, Infaq dan Sedekah”. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) melalui program-program memberdayaan ekonomi lemah perempuan khusus ibu-ibu rumah tangga memanfaatkan energi-energi sosial sebagai dasar / kekuatan untuk bertahan dan berkembang. Energi-energi sosial tersebut yaitu trust (kepercayaan), jaringan sosial, dan pranata yang semuanya merupakan elemen-elemen penting dalam modal sosial. Pemanfaatan modal sosial untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan kelompok binaan ibu-ibu ekonomi lemah yang dibentuk oleh PKPU inilah yang dijadikan fokus penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami permasalahan yang diteliti sehingga dapat memberikan masukan gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala dan gambaran yang akan diteliti. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pemanfaatan modal sosial dalam pemberdayaan ekonomi lemah perempuan yang dibentuk Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) sehingga kelompok binaan dapat eksis dan berkembang sampai saat ini. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Lokasi penelitian adalah di lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dan kelompok binaan PKPU Medan dengan unit analisis dan informan yaitu pengurus PKPU cabang Medan, muzakki tetap PKPU, penanggung jawab program pemberdayaan ekonomi kelompok binaan, pendamping lapangan program pemberdayaan ekonomi kelompok binaan dan orang yang terlibat dalam kelompok binaan. Sedangkan interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap hasil turun lapangan.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Saat ini Indonesia masih dihadapkan pada masalah penting yakni,

persoalan kemiskinan, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan

data angka penduduk miskin di Indonesia per Maret 2011 mencapai 30,02 juta

orang atau 12,49% dari jumlah penduduk

(http://nasional,BPS-angka-kemiskinan-periode-Maret-2011). Data Susenas (Survei Sensus Ekonomi Nasional) tahun

2007 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang dikepalai perempuan

mencapai 13.60% atau sekitar 6 juta rumah tangga yang mencakup lebih dari 30

juta penduduk. Rumah tangga yang dikepalai perempuan umumnya miskin dan

merupakan kelompok termiskin dalam strata sosial ekonomi di Indonesia. Hal ini

sangat terkait dengan kualitas sumberdaya perempuan kepala keluarga yang

rendah.

Menurut Adi Sasono (dalam Asnaini, 2008 :73) kemiskinan rakyat

Indonesia disebabkan oleh faktor luar yaitu sejarah, situasi dan kondisi yang ada,

kemiskinan rakyat Indonesia tidak disebabkan mereka sejak semula tidak

mempunyai faktor-faktor kultural yang dinamis. Mereka terbelakang dan miskin

karena kesempatan tidak diberikan kepada mereka. Mereka miskin oleh karena

kesempatan-kesempatan telah dihancurkan dari mereka. Faktor badaniah yang

mereka punyai merupakan satu-satunya alat untuk memperoleh nafkah, sebagai

akibat kemiskinan. Faktor badaniah ini cenderung untuk lebih mendekati “ampas”

(16)

dan gantung kepada harta produktif. Timbullah hubungan Patron client, dimana

massa miskin menjadi kelas yang tidak dapat berdaya dan praktis menyerah

sepenuhnya “kebaikan hati” pemilik harta produktif. Golongan miskin makin jauh

tertinggal dan akan terus mengalami perlakuan semena-mena dari golongan orang

kaya sehinggga golongan miskin tidak berdaya.

Kemudian hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi

Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 menunjukkan bahwa

jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.481.300 orang

atau sebesar 11,33 persen terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Sedangkan di

daerah perkotaan sebanyak 691.100 orang atau 10,75 persen. Selama periode

Maret 2010 - Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sekitar

2.100. Berdasarkan data yang dilansir Bappeda Kota Medan dari Badan Pusat

Statistik (BPS), terhitung per 1 Januari 2011, jumlah warga miskin di Kota Medan

bertambah menjadi 9,92% dari 6,40% pada 2010

(http://nasional,BPS-angka-kemiskinan-periode-Maret-2011).

Kemiskinan dapat dilihat mulai dari ketidakmampuan memenuhi

kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan. Biasanya hal ini ditandai

kemiskinan material dimana seseorang tidak mampu memenuhi standar minimum

kebutuhan pokok untuk dapat hidup layak. Kemiskinan sangat terkait dengan

pendapatan, sangat tergantung dengan tingkat upah sektor pekerjaan. Secara

pelaksanaan, tinggi rendahnya upah yang diterima seorang pekerja dipengaruhi

oleh produktivitasnya. Jika seorang penduduk yang bekerja dengan upah atau

pendapatan rendah harus menanggung anggota kebutuhan keluarga yang besar,

(17)

penduduk miskin. Mau tidak mau untuk meningkatkan pendapatannya seorang ibu

rumah ikut bekerja untuk meningkatkan pengahasilan rumah tangganya dan

bahkan harus menjadi kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,

adapun disebab-sebab mereka harus bekerja diantaranya karena bercerai, suami

meninggal, ditinggal suami tidak ada kabar, suami migrasi ke negara lain, suami

mengalami sakit permanen atau lajang yang bertanggung jawab terhadap keluarga

atau saudara. Faktor lain juga besarnya tingkat pertisipasi angkatan kerja wanita

untuk bekerja, dipasar kerja dipengaruhi oleh faktor umum yakni tingkat

ketergantungan keluarganya hidup pada pihak laki-laki yang tidak memadai

mendorong kaum wanita untuk menawarkan dirinya dipasar kerja.

Disamping faktor umum untuk diatas meningkatkan partisipasi wanita

dalam kegiatan ekonomi secara garis besar dapat disebabkan oleh tiga hal yang

satu sama lain saling berkaitan. Pertama, lapangan kerja produktif yang tersedia

semakin meningkatkan yang sangat erat kaitan dengan pembangunan dan

dukungan penguasaan iptek serta perluasan pasar karena meningkatkan

permintaan terhadap barang dan jasa. Kedua, semakin terbukanya kesempatan

kerja yang jenis pekerjaan lebih sesuai bila dikerjakan oleh wanita dan ketiga

pembangunan secara keseluruhan telah meningkatkan kebutuhan masyarakat baik

material maupun immaterial.

Menurut Goenawan Sumodiningrat, kesenjangan dan kemiskinan

penyebabnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian: pertama, kesenjangan dan

kemiskinan natural yaitu kesenjangan dan kemiskinan yang disebabkan oleh

faktor-faktor alamiah, seperti perbedaan usia, perbedaan tingkat kesehatan,

(18)

kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh perbedaan adat

budaya seperti etika kerja, pola hidup dan sebagainya. Ketiga, kesenjangan dan

kemiskinan struktural yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia,

kemiskinan yang disebabkan kebijakan pemerintah yang pada perekonomian yang

bersifat diskriminatif, kolutif dan koruptif, distribusi pendapatan yang tidak

merata hingga tatanan ekonomi yang timpang dan lain-lain

Jika ini berlangsung secara terus-menerus maka yang terjadi adalah

banyaknya pengangguran, kriminilitas, gizi buruk dan rendahnya angka

pendidikan yang akan menciptakan kebodohan. Tentunya ada upaya usaha-usaha

dilakukan pihak-pihak pemerintah dan lembaga non pemerintah, adapun usaha

yang dilakukan oleh pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan berbasis

pendapatan hari ini di Kota Medan antara lain berupa Bantuan Langsung Tunai

(BLT), Beras Miskin, bantuan untuk kesehatan, dan sejenisnya. Sedangkan

pemikiran Muhammad Yunus “Grameen Bank” dalam upaya pengentasan

kemiskinan adalah keberlanjutan antargenerasi, memfokuskan pinjaman kredit

mikro pada perempuan yang secara ekonomi lemah tanpa agunan. Ada dua misi

dari aksi aftif / solusi, Pertama, pemberdayaan perempuan dengan meningkatkan

posisi tawar mereka, baik di ruang privat maupun publik. Kedua, peningkatan

kualitas hidup anak. Peningkatan ekonomi perempuan berbanding lurus dengan

tingkat pendidikan dan kesehatan anak. Pemberdayaan ekonomi perempuan,

misalnya, dalam memastikan tercukupi kebutuhan dasar agar generasi berikut

(19)

non pemerintahan juga turut berupaya untuk mengurangi kemiskinan baik secara

kemanusiaan maupun agama yaitu dengan lembaga zakat, infaq dan sedekah.

Zakat dipandang sebagai salah satu rukun Islam yang lima, yaitu syahadat,

shalat, zakat, puasa dan haji. Melaksanakannya adalah wajib, dengan begitu telah

dipandang sebagai dosa bagi siapa saja yang meninggalkannya, dan sebaliknya

akan mendapatkan pahala bagi yang menjalankannya. Keputusan Bersama

Menteri dalam Negeri dan Menteri Agama Republik Indonesia No 29 tahun 1991/

47 Tahun 1991.

Kemudian sejak keluarnya UU Pengelolaan Zakat, terdapat 18 LAZ nasional yang

mendapat pengukuhan Menteri Agama. LAZ itu, yakni (1) Dompet Dhuafa, (2)

Yayasan Amanah Takaful, (3) Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), (4) Yayasan

Baitul Maal Muamalat, (5) Yayasan Dana Sosial Al Falah, (6) Yayasan Baitul

Maal Hidayatullah, (7) LAZ Persatuan Islam (PERSIS), (8) Yayasan Baitul Maal

Ummat Islam (BAMUIS) PT BNI (persero) tbk, (9) LAZ Yayasan Bangun

Sejahtera Mitra Umat, (10) LAZ Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, (11) LAZ

Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia, (12) LAZIS Muhammadiyah, (13)

LAZ Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), (14) LAZ Yayasan Dopet Sosial Ummul

Quro (DSUQ), (15) LAZ Baituzzakah Pertamina (BAZMA), (16) LAZ Dompet

Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPUDT), (17) LAZ Nahdlatul Ulama (NU), dan

(18) LAZ Ikatan Persaudaraan Haji (IPHI)

Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah (BAZIS) sangat berguna, karena

untuk mengatur zakat dengan berbagai aspeknya termasuk harta yang dikeluarkan,

(20)

ketundukan kepada Allah SWT, juga memiliki fungsi sosial yang sangat besar dan

merupakan satu diantara pilar ekonomi Islam. Jika zakat ini ditata dengan baik,

baik penerimaan pendistribusian dan pendayagunaanya, akan mampu

mengentaskan masalah kemiskinan khususnya Kota Medan pada saat ini.

Menunaikan zakat termasuk amal ibadah sosial dalam rangka membantu orang-orang miskin dan golongan ekonomi lemah untuk menunjang ekonomi mereka sehingga mampu berdiri sendiri dimasa mendatang dan tabah dalam mempertahankan kewajiban-kewajiban kepada Allah.” Apabila zakat merupakan suatu formula yang paling kuat dan jelas untuk merealisasikan ide keadilan sosial, maka kewajiban zakat meliputi seluruh umat, dan bahwa harta yang harus dikeluarkan itu pada hakekatnya adalah harta umat, dan pemberian kepada fakir kaum miskin. Pembagaian zakat kepada fakir miskin dimaksudkan untuk mengikis habis sumber-sumber kemiskinan dan untuk mampu melenyapkan sebab-sebab kemelaratan, sehingga sama sekali nantinya ia tidak memerlukan bantuan dari zakat lagi bahkan berbalik menjadi pembayar zakat (Qardhawi 1996 : 127).

Setidaknya ada tiga tujuan zakat yang terkandung dalam pernyataan

Qardhowi diatas yaitu menciptakan keadilan sosial, mengangkat derajat ekonomi

orang-orang yang lemah dan membuat mustahik menjadi muzakki. Jika

sumber-sumber zakat dimanfaatkan sebagai modal dalam proses produksi, orientasi

kegiatan masyarakat selalu kearah produktif, berguna dan berhasil guna, dan

memandang jauh kedepan dengan pengorbanan yang dilakukan saat ini. Sehingga

akan tercipta masyarakat yang berjiwa produktif, bukan masyarakat yang berjiwa

konsumer.

Pos Keadilan Peduli Umat merupakan salah satu lembaga swasta yang

bergerak di bidang kemanusiaan nasional, sumber dananya berasal dari zakat,

infaq, sedekah dan Manajemen corporate yang sifat independen, berbeda dengan

BAZ bentukan pemerintah yang dana dibantu oleh pemerintah. Terlihat jelas

bahwa lembaga swasta yang mengelolah zakat, infaq dan sedekah harus mencari

(21)

survive dan bertahan di masyarakat. Agar tetap bertahan setiap lembaga haruslah

memiliki trust (kepercayaan), jaringan sosial dan norma sosial. Salah satu untuk

membangun relasi sosial tersebut lembaga PKPU membuat beberapa program

salah satunya adalah program pemberdayaan ekonomi pada kelompok binaan ibu

rumah tangga.

Ada juga ibu-ibu rumah tangga kelompok binaan yang ingin membuka

usaha. Namun masih terkendala kekurangan modal, karena ibu-ibu yang ikut

pada kelompok binaan kebanyakan masih tinggal di rumah sewa dan juga harus

memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak, kebutuhan rumah tangga. Dari sini

PKPU mencoba memberdayakan ibu-ibu rumah tangga ekonomi lemah agar bisa

meningkatkan pendapatan ekonomi secara produktif dan mandiri.

Berdasarkan uraian diatas, maka dengan ini peneliti ingin mengetahui

bagaimana pemanfaatan modal sosial PKPU dalam mengelolah zakat, infaq dan

sedekah dalam memberdayakan ibu-ibu rumah tangga kelompok binaan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi

perumusan masalah adalah

1. Bagaimana upaya pengumpulan dan pengelolahan yang dilakukan

BAZIS Pos Keadilan Peduli Umat untuk perberdayaan ekonomi lemah

di Kota Medan?

2. Bagaimana pelaksanaan dan manfaat program ekonomi PKPU bagi

kelompok binaan ibu rumah tangga Kel. Tanjung Sari Kec. Medan

(22)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengumpulan dan pengelolahan

yang dilakukan BAZIS Pos Keadilan Peduli Umat untuk perberdayaan

ekonomi lemah di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan dan manfaat program ekonomi PKPU

bagi kelompok binaan ibu rumah tangga Kel. Tanjung Sari Kec. Medan

Selayang dan Kel. Sitirejo I Kec. Medan Kota.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Meningkatkan kemampuan, pengetahuan serta wawasan peneliti mengenai

modal sosial yang dimiliki BAZIS PKPU dan hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan kontribusi pada studi institusi sosial, sosiologi ekonomi,

pengembangan masyarakat dan pada pihak-pihak yang bersangkutan yang

memerlukan, untuk menggali data yang belum diteliti.

1.4.2. Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini bisa menjadi model terhadap modal sosial secara

efektif terhadap suatu pelaksanaan kelompok binaan dimasyarakat baik bagi

pejabat yang bersangkutan, lembaga, masyarakat, pemerintah dalam membuat

program-program upaya pemberdayaan Kota Medan guna efisiensi dan

(23)

1.5. Defenisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah defenisi konsep sangat diperlukan untuk

mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalah

pahaman konsep yang dipakai, maka harus ada batasan-batasan makna dan arti

tentang yang dipakai dalam penelitian.

Batasan konsep-konsep dalam penelitian ini yaitu:

1. Pemanfaatan modal sosial adalah proses investasi sosial, yang meliputi

sumberdaya sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai dan norma serta

kekuatan menggerakkan, dalam struktur hubungan sosial untuk mencapai

tujuan individual atau kelompok secara efesien dan efektif dengan kapital

lainnya (Damsar, 2009 :211).

2. Pemberdayaan ekonomi adalah upaya menyerasikan kesejahteraan material,

maka upaya-upaya kearah peningkatan kapasitas dan keterampilan

masyarakat miskin atau pengangguran perlu mendapat porsi khusus

termasuk upaya untuk mengembangkan peluang usaha dan akses ke

sumberdaya kunci untuk peningkatan pendapatan, dengan tetap

memperhatikan dampak lingkungan fisik dan sosial. (Dinas PU-P2KP,

2005).

3. Kondisi sosial ekonomi adalah dimana kondisi terpenuhinya kebutuhan

material dan non-material. Kondisi ini terjadi manakala kehidupan manusia

aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan,

(24)

memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam

kehidupannya (Suharto, 2005).

4. Kelompok masyarakat ekonomi lemah perempuan adalah keluarga atau ibu

rumah tangga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum

mereka tetapi belum memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis seperti

interaksi keluarga, intaraksi bertetangga dan pekerjaan-pekerjaan yang

menentukan standar kehidupan yang baik (BKKBN, 2006).

5. Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah (BAZIS) merupakan satu lembaga

Islam yang paling efektif dan strategis dalam mengumpulkan dana dari

orang kaya untuk memberdayakan masyarakat miskin di Kota Medan

6. Muzakki adalah orang yang menginfaqkan hartanya guna nantinya

membawa manfaat bagi orang banyak.

7. Mustahik adalah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab (memerdekakan

budak), gharim (orang-orang yang berhutang) sabilillah dan ibnu sabil (QS.

At-Taubah :60), yang dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang

paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo,

penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesatren, anak

terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan korban

bencana alam.

8. Zakat berarti pertumbuhan; pertambahan dan penyucian, sebuah harta yang

dikeluarkan oleh manusia dari hak-hak yang harus dikeluarkan dengan

harapan untuk memperoleh berkah, menyucikan jiwa, dan menghasilkan

(25)

9. Infaq adalah sebuah kewajiban yang lahir karena adanya tuntutan untuk

mengeluarkan zakat, baik kerena baru saja mengeluarkan zakat ataupun

sebelum sempurnya haul (waktu setahun).

10. Sedekah adalah harta yang dikeluarkan dengan maksud untuk

mendekatkan diri kepada tuhan diri yang bersifat sunat (sebuah anjuran

jika dilakukan akan mendapat ganjaran pahala)

11. Bantuan pinjaman adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang atau

sekelompok dengan syarat tertentu tanpa menggunakan bunga uang yang

dikembalikan dengan kesepakatan bersama antara lembaga PKPU dengan

kelompok binaan.

12. Kelompok binaan adalah suatu jenis kegiatan bentuk program PKPU

dibidang ekonomi yang memberdayakan masyarakat, seperti para

pedagang, nelayan yang biasanya ditujukan kepada ibu-ibu rumah tangga

guna meningkatkan kualitas taraf hidup.

13. Mitra usaha dagang adalah sebuah bentuk kerjasama antara pihak

kelompok binaan program ekonomi PKPU dengan masyarakat, yang

mencoba memberikan arahan dan bantuan didalam perkembangan

peningkatan usaha dagang baik dari segi pinjaman modal maupun

kendala-kendala produksinya.

14. Bantuan produktif adalah pemberian itu bukan hanya sebagai pemberian

yang akan habis begitu saja (bantuan konsumtif), akan tetapi bisa

digunakan sebagai modal usaha, dagang, pendidikan (bantuan produktif)

(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Nilai Agama sebagai Modal Sosial

Kedekatan kepada Tuhan merupakan bentuk realisasi sebagai hamba yang

dekat kepadaNya, untuk mewujudkan tindakan tersebut perlu upaya dan

pelaksanaan apa yang diajarkan. Salah satu bentuk implementasi sebagai bentuk

kecintaan kepada TuhanNya, diri, dan orang lain adalah membantu sesama

muslim yang sedang membutuhkan dan orang-orang yang paling tidak berdaya

secara ekonomi merupakan kewajiban bagi umat islam untuk saling membantu

dalam mengurangi kemiskinan. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran :

Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhoan Allah dan mereka itulah orang-orang beruntung ( Ar-Rum: 38).

Sebagai kewajiban yang wajib (mesti) dilakukan, karena di dalam setiap

harta si kaya memang terdapat orang miskin. Kemudian si kaya hendaklah bijak

dalam menyalurkan hartanya dan kemudian simiskin dapat diberdayakan untuk

bangkit dari kemiskinan bukan mengharapkan belas kasihan saja. Nilai-nilai ini

dapat diterapkan dalam kehidupan yang menjadi pedoman bagi umat.

Menurut Gidden (Damsar, 2009 :188-190) dalam masyarakat pramodern

ditemukan empat lingkungan yang menumbuh kembangkan kepercayaan dalam

sebuah nilai yaitu

1. Hubungan kekerabatan menyediakan suatu mata rantai hubungan

(27)

yang dapat diandalkan yang secara prinsip dan umum dilakukan,

membentuk media pengorganisasian relasi kepercayaan, seperti

sistem kekerabatan matrilineal yang bermula dari dari hubungan

semade, seperut, senenek, seninik, sekaum dan sesuku telah menjadi

perekat hubungan sesama satu kerabat dan sebagai jembatan yang

menghubungi dengan kelompok, terutama kelompok luar. Hubungan

kekerabatan Minangkabau yang menjadi perekat dan jembatan

relasional tersebut, pada giliranya, menerbitkan bibit kepercayaan,

baik antara sesama kerabat maupun dengan kelompok luar.

2. Komunitas masyarakat lokal memberikan lingkungan yang baik bagi

tumbuh kembangnya kepercayaan dimasyarakat pra-modern.

Menurut Gidden komunitas lokal tidak dikaitkan dengan romatisme

budaya, tetapi lebih kepada arti penting dari relasi lokal yang diatur

dalam konteks tempat, dimana tempat belum ditransformasikan oleh

relasi ruang waktu yang berjarak. Oleh kerenanya komunitas lokal

sebagai tempat yang menyedikan suatu milieu yang bersahabat.

Kembali pada contoh masyarakat pada Minangkabau, salain jaringan

kekerabatan matrienial juga jaringan komunitas lokal yang dapat

konteks bagi tumbuh kembang kepercayaan seperti jaringan

sedusun, sekampung, sejorong, senagari, selunak dan minangkabau

merupakan jaringan komunikasi masyarakat lokal yang ditarik dari

komunitas terkecil sampai terbesar pada setting masyarakat

(28)

3. Kosmologi religius merupakan bentuk kepercayaan dan praktik ritual

yang menyediakan interpretasi provindential atas kehidupan dan

alam. Kosmologi religius menyediakan interpretasi moral dan

praktik bagi kehidupan sosial dan kehidupan pribadi dan bagi dunia

alam. Yang mengiterpretasikan lingkungan yang aman bagi

pemeluknya.

4. Tradisi, juga dapat menjadi lingkungan bagi perkembangan

kepercayaan masyarakat. Tradisi merupakan sarana untuk,

mangaitkan masa kini dengan masa depan, berorientasi kepada masa

lalu dan waktu yang dapat berulang. Tradisi adalah rutinitas, namun

dia adalah rutinitas yang penuh makna secara intrinsik, ketimbang

hanya sekedar perilaku kosong yang hanya berorientasi kapada

kebiasaan semata. Makna aktivitas rutin berada di dalam

penghormatan atau pemujaan yang melekat dalam tradisi dan dalam

kaitan antara tradisi dan ritual.

2.2. Modal Sosial dalam Perspektif Sosiologi

Modal sosial bisa dikatakan sebagai sumber daya sosial yang dimiliki oleh

masyarakat. Sebagai sumberdaya, modal sosial memberi kekuatan atau daya

dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat. Sebenarnya dalam

kehidupan manusia dikenal beberapa jenis modal, yaitu: natural capital, human

capital, physical capital dan financial capital. Modal sosial akan mendorong

(29)

Konsep modal sosial yang dijadikan fokus kajian, pertama kali

dikemukakan oleh Coleman (Portes, 2000 :2) yang mendefenisikan sebagai

aspek-aspek dari struktur hubungan antar individu yang memungkinkan mereka

menciptakan nilai-nilai baru. Putnam menyebutkan bahwa modal sosial tersebut

mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial, seperti kepercayaan

(trust), norma-norma (norms) dan jaringan (network) yang dapat meningkatkan

efisiensi dalam suatu masyarakat (Lubis, 2001).

Lubis (Badaruddin, 2005 :31) menjelaskan bahwa modal sosial adalah

sumber daya yang berintikan elemen-elemen pokok yang mencakup :

1. Saling percaya (trust), adalah kecenderungan untuk menempati yang

telah dikatakan baik secara lisan dikatakan baik secara lisan maupun

tulisan. Adanya sifat kepercayaan ini merupakan landasan utama bagi

seseorang untuk menyerahkan sesuatu kepada orang lain, dengan

keyakinan bahwa yang bersangkutan akan menempati janji atau

memenuhi kewajiban. Hal ini meliputi adanya kejujuran (honesty),

kewajaran (fairness), sikap egaliter (egalitarisme), toleransi (tolerance)

dan kemurahan hati (generosity).

Dengan saling mempercayai antara yang menunaikan pembayaran

zakat dengan penyelenggara atau badan yang mengurus (dalam hal ini

BAZIS), karena dengan disetorkannya zakat berarti kewajiban hukum

telah selesai dan tinggal kewajiban BAZIS untuk menyalurkan sesuai

dengan sasaran. Untuk elemen Trust bekerja, pihak BAZIS harus

berjuang sekuat tenaga melaui prinsip pengelolahan menurut manajemen

(30)

2. Jaringan sosial (network), yang meliputi adanya partisipasi

(participatoins), pertukaran timbal balik (reciprocity), solidaritas yaitu

kesediaan untuk secara ikut menanggung suatu kensekuensi sebagai

wujud adanya rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah,

kerjasama (collaboration) dan keadilan (equity).

Fungsi jembatan yang menghubungkan antara BAZIS dengan

stekholder (umat islam) dan pemerintah membentuk kekuatan, potensi

dalam upaya mengumpulkan dana. Dan pihak BAZIS juga dapat

memahami bagaimana kemampuan didalam peran lembaga, mustahik

dan muzakki dalam mengoptimalkan dana yang ada.

3. Pranata (institusion), yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama

(shared value) toleransi, kesedian untuk memberikan konsensi atau

kelonggaran, baik dalam bentuk materi maupun non-materi sepanjang

tidak berkenan dengan hal-hal yang bersifat prinsipil, norma-norma dan

saksi saksi (norm and sanction ) dan aturan aturan (rules).

Dalam pelaksanaannya bahwa proses pembayaran zakat bukanlah

untuk kepentingan badan yang mengurus, baik amil tradisional maupun

BAZ. Akan tetapi adalah akibat logis dari keimanan seseorang. Oleh

kerena itu program penyuluhan yang dilakukan pengurus BAZ pada

dasarnya adalah sebagai suatu upaya meningkatkan kembali akan

kesadaran budaya masing-masing.

Alejandro Portes (2000) menyebutkan bahwa modal sosial ini sebenarnya

(31)

memiliki dan modal sosial dalam arti kolektif. Menurutnya seorang individu bisa

juga memiliki modal sosial yang berguna bagi aktualisasi dirinya, begitu juga

dengan kelompok masyarakat juga memiliki modal sosial yang dapat dipakai

dalam mengoptimalkan potensi terbaiknya.

Sama seperti pengertian dari modal fisik dan modal manusia, modal sosial

mengacu pada organisasi sosial dengan jaringan sosial, norma-norma, dan

kepercayaan sosial yang dapat menjembatani terciptanya kerjasama dalam

komunitas sehingga terjalin kerjasama yang saling menguntungkan (Putnam,

1995 :2).

2.2.1. Trust (Kepercayaan) sebagai Modal Sosial

Menurut Fukuyama berpendapat trust (kepercayaan) merupakan dasar

dalam sebuah tatanan sosial “komunitas-komunitas tergantung pada kepercayaan

timbal balik akan muncul secara spontan”. Trust (kepercayaan) merupakan salah

satu unsur dari modal sosial. Trust (kepercayaan) menjadi unsur yang paling

penting dalam modal sosial yang merupakan perekat bagi langgengnya hubungan

dalam kelompok masyarakat. Dengan menjaga suatu kepercayaan orang-orang

bisa bekerjasama secara efektif (Field, 2005 :91).

Defenisi kepercayaan (trust) dalam Oxford English Dictionary dijelaskan

sebagai confidence in yang berarti yakin pada dan reliance on yang bermakna

percaya atas beberapa kualitas atau atribut sesuatu atau seseorang, kebenaran

suatu pernyataan (Damsar, 2009 :185).

Kepercayaan pada dasarnya terikat, bukan kepada resiko, namun kepada

(32)

ditengah-tengah berbagai akibat yang serba mungkin, apakah dia berhubungan

dengan tindakan individu atau dengan beroperasinya sistem. Didefenisikan

sebagai keyakinan akan realibilitas seseorang atau sistem, terkait dengan berbagai

hasil atau peristiwa, dimana keyakinan itu mengekspresikan suatu iman (faith)

terhadap integritas atau cinta kasih orang lain atau terhadap ketetapan prinsip

abstrak (pengetahaun tehnis) (Giddens, 2005 :44).

Menurut Zucker (Damsar, 2009 :18) memberikan batasan kepercayaan

sebagai perangkat harapan yang di miliki bersama-sama oleh semua yang berada

dalam pertukaran. Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia untuk

bekerjasama. Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau didasarkan atas adanya

saling percaya diantara sesama pihak yang terlibat. Kepercayaan meningkatkan

toleransi terhadap ketidakpastian. Ketika pesanan suatu barang misalnya, belum

datang dari mitra dagang, maka kepercayaan yang dimiliki akan menetralisir

ketedakpastian tersebut, yang mana pesanan selalu tepat waktu datangnya.

Penetralan merupakan suatu bentuk toleransi yang dilakukan ketidakpastian.

Kepercayaan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang

mengandung harapan yang menguntungkan salah satu belah pihak malalui

interaksi social (Lawang, 2004 :36). Selanjutnya Lawang menyimpulkan inti

konsep kepercayaan sebagai berikut:

1. Hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan

ini adalah institusi, yang dalam pengertian ini diwakili orang.

2. Harapan yang ada akan tergantung dalam hubungan itu, yang kalau

(33)

3. Interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu berwujud

(Damsar, 2009 :186)

2.2.2. Jaringan Sosial Sebagai Modal Sosial

Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antara

banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan

kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainya. mengatakan

bahwa satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur

mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor (pelaku) mungkin saja

individu tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan dan masyarakat. Hubungan

dapat terjadi struktur sosial skala luas maupun ditingkat yang lebih mikroskopik

(Ritzer, Daugleas. 2004 :383).

Granoveter melukiskan hubungan ditingkat mikro itu seperti tindakan

yang “melekat” dalam hubungan pribadi konkrit dan dalam hubungan struktur

(jaringan) hubungan itu. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor

(individu atau kolektifitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang

bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi) akibatnya adalah bahwa sistem yang

berstruktur cenderung terstratifikasi komponen tertentu dan tergantung pada

komponen yang lain. Jaringan sosial dihubungkan dengan bagaimana individu

terkait satu dengan yang lainya dan bagaimana ikatan aplikasi melayani baik

sebagai pelicin untuk memperoleh sesuatu yang dikerjakan maupun sebagai

perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial (Damsar,

(34)

Kedhusin (Rudito, Famiola, 2008 :147) menjelaskan bahwa ada tiga

jaringan sosial adalah

1. Jaringan individu (ego centric) adalah sebuah jaringan yang

berhubungan dengan model tunggal atau individu, contohnya teman

baik saya. Dalam hal ini ada satu titik Point yang akan menjadi sentral

pengamatan.

2. Sedangkan jaringan sosial (social-centric) digambarkan dalam model

dan batasan analisisnya, seperti jaringan antar mahasiswa dalam

sebuah kelas, jaringan pekerja dan manajemen dalam sebuah pabrik

atau tempat kerja. Jadi jaringan dibentuk dengan model jaringan

tertutup dan yang paling penting jaringan ini mempelajari dan cari

struktur dari jaringan yang ada dalam batasan wilayah yang sudah

ditentukan tersebut.

3. Jaringan terbuka (open System) batasan tidak dianggap penting.

Sebagai contoh, jaringan elit politik, jaringan antar perusahaan,

jaringan antar mahasiswa dan lain-lain.

Ada empat bentuk kekuatan yang dapat dilihat dari suatu jaringan sosial yaitu:

1. Intensity adalah kekuatan hubungan dapat diukur dari derajat atau

frekuensi kontak individu dalam kominiti tersebut pada waktu

tertentu.

2. Reciprocity adalah derajat individu-individu dalam kominitas

(35)

3. Kejelasan terhadap pengharapan dari hubungan yang terjalin antar

individu dalam komuniti yang diamati

4. Multiplexity adalah derajat jenis banyak peran yang dilakoni oleh

individu dalam komoniti atau pranata (Rudito, Famiola. 2008 :49).

2.2.3. Pranata Sosial sebagai Modal Sosial

Menurut Koenjaraningrat, Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan

dan hubungan yang terpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi

kompleks- komplek kebutuhan khusus dalam kehidupan bermasyarakat (Soerjono,

1990 :217). Defenisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan, atau

norma-norma untuk memenuhi kebutuhan. Pranata merupakan elemen inti yang tidak

bisa dilepaskan dari konsepsi modal sosial. Pranata merupakan pendorong bagi

terciptanya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

Fukuyama menunjuk pada serangkaian nilai atau norma informal yang

dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok memungkinkan

terjalinnya kerjasama diantara mereka (Lawang, 2004 :180). Norma-norma akan

berperan dalam mengontrol bentuk hubungan antara individu pada suatu entitas

sosial tertentu. Aturan-aturan tersebut biasanya tidak tertulis, namun demikian

dipahami oleh setiap individu dalam konteks hubungan sosial ekonomi.

Aturan-aturan tersebut misalnya, bagaimana cara menghormati dan manghargai orang

lain, norma untuk tidak mencurigai orang lain, norma untuk selalu bekerjasama

dengan orang lain, merupakan contoh norma yang ada. Norma dan aturan yang

(36)

serta merangsang berlangsungnya kohesifitas sosial yang hidup dan kuat

(Hasbullah, 2006 :13).

Menurut Summer (Soerjono, 1990 :219) ada tiga fungsi dari pranata, yaitu:

1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana mereka

harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi

masalah-masalah dalam masyarakat terutama menyangkut kebutuhan.

2. Menjaga kebutuhan masyarakat

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem

pengendalian sosial

Norma dan nilai-nilai yang ada pada suatu masyarakat merupakan unsur

yang terkandung dalam pranata sosial. Norma dan nilai-nilai mempunyai sanksi

sosial. Dalam rumusan Robert D. Putnam (1995), modal sosial menunjuk pada

ciri-ciri organisasi sosial yang terbentuk jaringan-jaringan horizontal yang

didalamnya berisi norma-norma yang memfasilitasi koordinasi, kerjasama dan

saling mengendalikan yang manfaatnya bisa dirasakan bersama anggota

organisasi.

2.3. Penerapan Modal Sosial dalam Aktivitas Institusi Ekonomi.

James Coleman (Fukuyama, 2002 :12) Mendefenisikan Social capital

yakni kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama

dalam berbagai kelompok dan organisasi. Teori tentang modal sosial menyatakan

bahwa jaringan hubungan merupakan sebuah sumber daya yang dapat digunakan

(37)

dalam bentuk istimewa yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, akses

informasi, ketersedian peluang, dan status sosial.

Kemampuan masyarakat untuk dapat saling bekerjasama tidak terlepas

dari adanya peran modal sosial yang mereka miliki. Hakikat modal adalah

hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat.

Dengan membangun suatu hubungan satu sama lain, dan memelihara agar terjalin

terus, tujuan bersama akan dapat tercapai. Modal sosial bukan milik individual,

melainkan sebagai hasil dari hubungan sosial antara individu. Modal sosial

menjadi hal yang sangat vital dibutuhkan dalam perkembangan ekonomi. Francis

Fukuyama menunjukan hasi-hasil studi di berbagai negara bahwa modal sosial

yang kuat akan merangsang pertumbuhan diberbagai sektor ekonomi, karena

adanya tingkat rasa percaya yang tinggi dan keeratanya hubungan dalam jaringan

yang luas tumbuh antar sesama pelaku ekonomi. Ia mendefenisikan modal sosial

adalah segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan

bersama atas dasar kebersamaan dan didalamnya diikat oleh nilai-nilai yang akan

manjadi resep kunci bagi keberhasilan pembangunan disegala bidang ekonomi

dan demokrasi (Hasbullah, 2006 :8).

Sikap partisipatif, sikap saling memperlihatkan, saling memberi dan

menerima saling percaya mempercayai dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma

yang mendukungnya merupakan beberapa nilai dan unsur modal sosial.

Nilai-nilai sosial yang positif dapat dilihat dari besarnya tingkat kepercayaan dalam

(38)

2.3. Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan

Pemberdayaan yang dalam bahasa Inggris “empowerment” bermakna

pemberian kekuasaan karena power bukan sekadar daya, tetapi juga kekuasaan,

sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa.

Pemberdayaan adalah “proses menjadi” bukan sebuah “proses instan”. Sebagai

proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran,

pengakapasitasan dan pendayaan. Hikmat menyatakan bahwa pemberdayaan

masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga

peningkatan harkat martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, serta

terpeliharanya budaya setempat (Hikmat, 2001).

Suharto berpendapat bahwa pemberdayaan adalah proses dan tujuan.

Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat

kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk

individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka

pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau

mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat

fisik ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu

menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam

kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya

(39)

2.3.1. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan Sektor Informal Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan ini

merupakan prinsip pembangunan berpusat pada rakyat. Perlunya restrukturisasi

dalam system pembangunan sosial pada tingkat mikro (masyarakat lokal), mikro

(kelembagaan) dan makro (kebijakan) untuk mendukung prinsip pembangunan

yang berpihak pada rakyat (Adimihardja dan Hikmat, 2003).

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat

seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat, agar mampu

mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan. Menurut Hikmat, konsep

pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan

dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan

masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat

yang sekarang dalam kondisi tidak mampu melepaskan diri dari perangkap

kemiskinan dan ketidak berdayaan (Hikmat, 2001: 3).

Arus migrasi desa-kota yang cukup besar tidak semuanya terserap disektor

industri modern dikota, karena keterbatasan sektor industri modern dan tidak

semua migran memiliki skill atau kemampuan untuk masuk kesektor industri

modern tersebut. Hal ini mengakibatkan para migran yang tidak dapat masuk

kesektor industri modern lebih memilih sektor informal yang relatif mudah untuk

dimasuki. Agar tetap dapat bertahan hidup (survive), para migran yang tinggal

dikota melakukan aktifitas-aktifitas informal (baik yang sah dan tidak sah) sebagai

sumber mata pencaharian mereka. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan

daripada menjadi pengangguran yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki

(40)

Beberapa jenis “pekerjaan” yang termasuk di dalam sektor informal, salah

satunya adalah pedagang kaki lima, seperti warung nasi, penjual rokok, penjual

Koran dan majalah, penjual makanan kecil dan minuman, dan lain-lainnya.

Mereka dapat dijumpai di pinggir-pinggir jalan di pusat-pusat kota yang ramai

akan pengunjung. Mereka menyediakan barang-barang kebutuhan bagi golongan

ekonomi menengah ke bawah dengan harga yang dijangkau oleh golongan

tersebut. Tetapi, tidak jarang mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas

juga ikut menyerbu sektor informal.

2.4. Pekerjaan Wanita di Bidang nafkah

Adanya norma yang cukup kuat bahwa wanita sebagai istri atau ibu rumah

tangga, terlibat pula dalam pekerjaan dibidang nafkah, dengan mempunyai dua

peranan itu wanita tidak dapat dipisahkan dari kehidupan rumah tangganya dan

kehidupan dalam masyarakat luas. Dengan demikian segala usaha untuk

meningkatkan penghasilan wanita, berarti pula usaha itu akan meningkatkan

pengahsilan rumahtangganya. Untuk ini perlu diperhatikan beberapa pokok seperti

berikut:

1) Mengingat waktu luang yang sangat terbatas bagi wanita kerena beban

pekerjaan rumahtangga pendidikan kepada wanita sebaiknya disesuaikan

dengan kepentingannya dan memperlihatkan pembagian waktu yang ada

(pendidikan fungsional).

2) Pendidikan tersebut memerlukan pemimpin lokal atau kader wanita yang

dipilih dari wilayah itu sendiri yaitu wanita yang mempunyai pengalaman

atau pendidikan yang agak lebih, tetapi yang paling penting adalah yang

(41)

3) Meningkatkan imbalan kerja wanita dalam kegiatan-kegiatan yang ada.

Dalam hal ini, bukan hanya pendidikan dan ketrampilan, tetapi juga faktor

kekurangan modal yang perlu diatasi, dan berbagai faktor lainnya,

misalnya kesulitan dalam penyimpanan dan pemasran hasil produksi.

4) Dalam membantu meningkatkan imbalan kerja wanita dari rumahtangga

pada lapisan yang mampu, sangat diperlukan disamping peningkatan

pendidikan wanita tersebut yang lebih beruntung, usaha untuk

meningkatkan dirinya dalam manjemen, pemasaran dan membiasakan diri

untuk berusaha secara komperatif (Sajogyo 1983 :199)

Dengan demikian, sektor informal memiliki peranan penting dalam

memberikan sumbangan bagi pembangunan perkotaan, karena sektor informal

mampu menyerap tenaga kerja (terutama masyarakat kelas bawah) yang cukup

signifikan sehingga mengurangi problem pengangguran diperkotaan dan

meningkatkan penghasilan kaum miskin diperkotaan. Selain itu, sektor informal

memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintahan kota. Juga pentingnya

hubungan kemitraan dibangun suatu strategis bisnis yang dilakukan oleh duapihak

atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan

prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Menurut John L. Mariotti

(dalam Hafsah 2000 : 51) dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui

posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi,

melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi samapai target sasaran

tercapai. Maka pokok permasalahan dalam pelaksanaan kemitraan adalah upaya

(42)

Dalam program pemberdayaan masyarakat harus melihat aktifitas-aktifitas

informal yang tidak hanya terbatas pada pekerjaan-pekerjaan dipinggiran

kota-kota besar, tetapi bahkan juga meliputi berbagai macam aktifitas ekonomi.

Aktifitas-aktifitas informal tersebut merupakan cara melakukan sesuatu yang

ditandai dengan: Mudah untuk dimasuki, Bersandar pada sumber daya lokal,

Usaha milik sendiri Operasinya dalam skala kecil, Padat karya dan teknologinya

bersifat adaptif, Keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal, dan

Tidak terkena secara langsung oleh Regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif

yang didalam mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kecil.

(www.pondokinfo.com/index.php/pondok-realita/-masyarakat/-sektor-informal-permasalahan-dan-upaya-mengatasinya.html)

Pembangunan sosial merupakan sumber gagasan dari awal konsep

pemberdayaan masyarakat, bermaksud membangun keberdayaan yaitu

membangun kemampuan manusia dalam mengatasi permasalahan hidupnya.

Dalam pembangunan sosial ditekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat

sebagai upaya mengentaskan kemiskinan Menurut Hadiman dan Midgley

menyatakan bahwa model pembangunan sosial menekankan pentingnya

pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok marginal, yakni

peningkatan taraf hidup masyarakat yang kurang memiliki kemampuan ekonomi

secara berkelanjutan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui:

1. Menumbuhkembangkan potensi diri (produktivitas masyarakat)

yang lemah secara ekonomi sebagai suatu asset tenaga kerja.

2. Menyediakan dan memberikan pelayanan social, khususnya

(43)

pelayanan yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan

produktivitas dan partisipasi social dalam kehidupan

(44)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan data yang diperoleh peneliti, maka dapat

ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kelompok binaan bentukan PKPU adalah kelompok binaan yang didirikan

dan dikelola oleh kelompok binaan ibu-ibu rumah tangga dibawah

pengawasan pendamping lapangan PKPU, dalam operasionalnya kelompok

binaan PKPU dijalankan berdasarkan syariah Islam.

2. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) mempunyai jaringan sosial keagamaan

dan kekerabatan sosial yang kuat pengajian khususnya ibu-ibu rumah

tangga. Jaringan sosial yang terbangun tersebut sangat menunjang

eksistansi dan perkembangan kelompok binaan.

3. Kepercayaan, jaringan sosial, nilai keagamaan merupakan modal sosial

yang dimiliki oleh PKPU sebagai Modal sosial tersebut sebagai faktor

utama dalam mendukung eksistansi dan perkembangan kelompok binaan

terhadap penyaluran zakat.

4. Modal sosial PKPU telah ada sejak awal hadir di wilayah Kota Medan.

Bahkan modal sosial tersebutlah yang melatarbelakangi berdirinya

kelompok binaan PKPU. Seiring dengan proses dan waktu yang terus

berjalan, modal sosial PKPU semakin bertambah kuat. Hal tersebut

dikerenakan pengurus / pengelola PKPU senantiasa menjaga dan

(45)

pengelola maupun kelompok binaan dalam menjalankan tugas dan

kewajibannya.

5. Trust atau kepercayaan yang ada di tubuh PKPU merupakan faktor utama

keberhasilan pengurus / pengelola dalam menghimpun ZIS dari para

muzakki sebagia wadah penghimpunan dana. Semua informan percaya dan

yakin bahwa pengurus / pengelola PKPU adalah orang-orang yang amanah

dan dapat dipercaya dalam menjalankan kewajiban di lembaga PKPU.

Sehingga mereka turut bergabung dan mau membayar ZIS ke PKPU.

6. Jaringan sosial yang dimiliki PKPU dan kelompok binaan merupakan

jaringan sosial yang terbangun atas dasar adanya ikatan emosional

organisasi, religi, dan kekerabatan yang telah berakar lama diantara mereka

semua. Jaringan sosial tersebut menjadi modal sosial PKPU dan kelompok

binaa dalam menjaga dan meningkatkan hubungan sosial-ekonomi. Hal

tersebut dimanfaatkan pengurus / pengelola PKPU untuk menjaga

eksistensi dan perkembangan PKPU dan kelompok binaan.

7. Nilai keagamaan yang ada di PKPU juga merupakan modal sosial yang

dimanfaatkan oleh pengurus / pengelola dalam menjaga eksistensi dan

perkembangan PKPU dalam pengumpulan ZIS. Nilai-nilai tersebut telah

mampu membangun solidaritas dan loyalitas anggota dan juga pengurus /

pengelola PKPU sendiri.

8. Terjadinya perkembangan pemberdayaan ekonomi lemah PKPU, unit usaha

jumlah anggota kelompok binaan, dan memberikan efek keberlanjutan

(46)

9. Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dapat tetap eksis dan

berkembang sampai saat ini karena adanya kekuatan modal sosial yang ia

miliki. Perkembangan PKPU seiring dengan modal sosial yang dimilikinya,

artinya semakin berkembang dan kuat modal sosial maka akan semakin

berkembang dan kuat pula PKPU itu sendiri.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama penelitian, maka

peneliti memiliki beberapa saran, yaitu :

1. Hendaknya lembaga Amil, infaq dan Sedekah yang dibentuk oleh

pemerintah dan swasta lebih serius lagi yang sifat pada pemberdayaan

masyarakat, khusus di Kota Medan.

2. Bagi PKPU dengan modal sosial yang terbangun agar lebih meningkatkan

lagi potensi-potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada pada

pengurus/pengelola PKPU dalam memaksimalkan Zakat, Infaq dan

Sedekah.

3. Bagi pemerintahan Kota Medan di harapkan lebih serius lagi dan

mendukung kegiatan-kegiatan pemberdayaan perempuan, khususnya bagi

ibu-ibu rumah tangga yang sekiranya nanti dapat meningkatkan taraf

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Kusnaka dan Hikmat, R. Harry. 2003. Particapatory Research

Appraisal: Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat. Bandung,

Humaniora.

Arraiyyah, Hamdar. 2007. Meneropong Fenomena Kemiskinan Telaah Perspektif

Al-

Quran Jakarta: Pustaka Pelajar.

Asnaini. 2008. Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta

:Pustaka Pelajar.

Badaruddin. 2008. Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap

masyarakat melalui pemanfaatan potensi modal sosial. Medan: USU Press

Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Manajemen PT. Raja Grafindo

Persada

---. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi Jakarta : Kencana Prenada Media

Group.

Danandjaja. 2005. Metode Penelitian Sosial. Medan :USU Press

Dinas PU. 2005. Buku Pedoman Umum Program Penanggulangan Kemiskinan di

Perkotaan (P2KP) 2005. Info Ringkas P2KP – 3. Edisi, Oktober 2005

Effendi, Tajuddin, Noer,1993. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan

Kemiskinan. Tiara Wacana, Yogyakarta.

Field, John. 2005. Modal Sosial. Medan : Bina Medan Perintis.

Fukuyama, Francis. 2002. Trust Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran.

Qalam:Yogyakarta

George, Ritzer-Goodman J. Daugleas. 2003 . Teori Sosiologi Medern , Jakarta

:Kencana

Giddens, A. 2005. Konsekuensi-konsekuensi Modernitas.Yogyakarta: Kreasi

Wacana

Ginting, Paham. 2005. Tekhnik Penelitian Sosial. Medan : USU Press

Hafsah Jafar, Mohammad. 1999. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi.

Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.

Hasbullah, Jousari. 2006. Sosial Capital (menuju keunggulan Budaya Manusia

(48)

Hikmat, R. Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung:

Humaniora Utama Press (HUP).

Lubis, Zulkifli, B. dan Fikarwin Zuska, Resistensi, Persitensi dan Model

Transmisi Modal Sosial Dalam Pengelolahan Sumber Daya Milik

Bersama, Laporan Penelitian, Kantor Menteri Negara Riset dan Tehnologi

Republik Indonesia, 2001.

Lawang, R. M. Z. 2004. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologi suatu

Pengantar. Depok. UI Press

Narbuko & Acmadi. 2004. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara : Jakarta

Portes, Alenjandro. The Two Meaning of Social Capital, Sociological Forum, Vol

15, No.1, 2001.

Putnam, Robert D. Bowling Alone: America Declining Social Capital, New York,

Journal of Democracy, Januari 1995.

Rudito, Famiola. 2008. Metode Pemetaan Sosial. Rekayasa Sains :Bandung

Sajogyo, Pudjiwati. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat

Desa. Cv Rajawali: Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :Rajawali Press.

Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji

Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung, Alfabeta.

Qardawi, Yusuf. 1996. Hukum Zakat studi komparatif mengenai status dan

filsafat zakat berdasarkan Qur’an dan Hadist.. Bogor: Pustaka Litera

Antar Nusa/ Pustaka Mizan.

Sumber Lain BKKBN, 2006.

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Mujamma’Khadim asy-Syarifain al Malik Fahd li

thiba’at al Mush-haf asy-Syarif.

Website online

……,2010.Penduduk Miskin Kota Medan (online).

(http.www.Waspada.ci.id/indeks. Php) diakses 20 september Pukul 14:00

(49)

……,2011.BPS Infaq dan Sedekah Kota Medan (Online).

http.www.geogle.com/search) dikases 10 Maret 2011 pukul 08.30 wib.

……,2011. Lembaga zakat di Indonesia (online).http.www.org.id html) diakses 4

juni 2011 pukul 21.30 wib

……,2011.Realitas Sektor Informal Permasalahan dan Upaya Mengatasinya

(online).http. www.com ideks) diakses 13 juni 2011 pukul 20.30 wib.

……,2011. angka-kemiskinan-periode-Maret-2011 (online).http. www.com ideks)

diakses 3 November 2011 pukul 10.30 wib.

...,2011. Pemikiran Muhammad Yunus- Grameen Bank (online).

(50)

Draft Interview ( Daftar Wawancara)

Pengurus Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat Cabang Medan bertempat Jl. Setia Budi Medan Block cc. No.5 Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Sunggal.

Profil Informan

a) Nama :

b) Tempat/ Tgl Lahir :

c) Jabatan/ Kedudukan :

d) Alamat :

1) Sudah berapa lama PKPU berdiri?

2) Apa latar belakang didirikan PKPU ?

3) Apa yang menjadi prinsip dasar PKPU?

4) Bagaimana menurut anda lembaga PKPU dengan lembaga kemanusiaan

lainya?

5) Apa saja norma-norma dan nilai-nilai yang harus dijalankan PKPU?

6) Apakah Visi dan Misi PKPU ke depan ?

7) Dari mana sumber dana PKPU diperoleh?

8) Dari golongan masyarakat mana yang banyak menjadi muzakki jika dilihat

dari latar belakang pendidikan dan status ekonomi?

9) Bagaimana kriteria orang yang akan menjadi muzakki?

10)Bagaimana tata pelaksanaan tentang penggunaan dana zakat, infaq dan

sedekah?

11)Upaya apa yang dilakukan PKPU sebagai badan Amil yang menghimpun

dana

dari masyarakat?

12)Bagaimana cara PKPU mencari donatur (penyumbang dana) untuk

menjalankan program-programnya?

13)Bagaimana PKPU membangun Trust (kepercayaan) terhadap donatur,

masyarakat, dan lingkungan sekitarnya?

14) Bagaimana jaringan yang dibangun untuk menarik minat menjadi Muzakki

(orang yang menginfaqkan harta)?

15) Sosialisasi apa yang dilakukan dalam memperkenalkan keberadaan PKPU

pada masyarakat umum?

Referensi

Dokumen terkait

Saya memiliki persepsi yang berbeda dengan teman yang berasal dari tempat saya merantau... Saya senang ketika bertemu dengan

Namun pada era modern ini, sejalan dengan perkembangan pembangunan fisik kota dan pusat- pusat industri, serta berkembangnya transportasi, maka, kualitas udara pun

Halaman ini menampilkan informasi berupa tips yang berguna untuk pengendara yang sedang terkena musibah ban bocor. Terdapat juga tombol bagian kanan atas yang apabila

dengan aoroka borlaJtu poratu ron Ia in yon# dikocaX dongan nama H#gXc*ont op do B orgorli jko Rochttr?ordoring untuk flu- kum Acara Pordata daa fieglea en t op

Whether the overall mean scores from the first factor of the scale “Opinions about the Quality of the Vision and Mission of the Company” showed a significant difference according

PEMANFAAT (Jiwa/Ha)

[r]

a) Tidak mempunyai tujuan yang jelas. Jika tujuan belajar sudah jelas, maka siswa cenderung menaruh minat terhadap belajar sebab belajar merupakan suatu kebutuhan. Dengan