• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

2. Reciprocity adalah derajat individu-individu dalam kominitas tersebut untuk melakukan pertukaran secara timbal balik

2.4. Pekerjaan Wanita di Bidang nafkah

Adanya norma yang cukup kuat bahwa wanita sebagai istri atau ibu rumah tangga, terlibat pula dalam pekerjaan dibidang nafkah, dengan mempunyai dua peranan itu wanita tidak dapat dipisahkan dari kehidupan rumah tangganya dan kehidupan dalam masyarakat luas. Dengan demikian segala usaha untuk meningkatkan penghasilan wanita, berarti pula usaha itu akan meningkatkan pengahsilan rumahtangganya. Untuk ini perlu diperhatikan beberapa pokok seperti berikut:

1) Mengingat waktu luang yang sangat terbatas bagi wanita kerena beban

pekerjaan rumahtangga pendidikan kepada wanita sebaiknya disesuaikan dengan kepentingannya dan memperlihatkan pembagian waktu yang ada (pendidikan fungsional).

2) Pendidikan tersebut memerlukan pemimpin lokal atau kader wanita yang

dipilih dari wilayah itu sendiri yaitu wanita yang mempunyai pengalaman atau pendidikan yang agak lebih, tetapi yang paling penting adalah yang mau memperhatikan sesama warga.

3) Meningkatkan imbalan kerja wanita dalam kegiatan-kegiatan yang ada. Dalam hal ini, bukan hanya pendidikan dan ketrampilan, tetapi juga faktor kekurangan modal yang perlu diatasi, dan berbagai faktor lainnya, misalnya kesulitan dalam penyimpanan dan pemasran hasil produksi.

4) Dalam membantu meningkatkan imbalan kerja wanita dari rumahtangga

pada lapisan yang mampu, sangat diperlukan disamping peningkatan pendidikan wanita tersebut yang lebih beruntung, usaha untuk meningkatkan dirinya dalam manjemen, pemasaran dan membiasakan diri untuk berusaha secara komperatif (Sajogyo 1983 :199)

Dengan demikian, sektor informal memiliki peranan penting dalam memberikan sumbangan bagi pembangunan perkotaan, karena sektor informal mampu menyerap tenaga kerja (terutama masyarakat kelas bawah) yang cukup signifikan sehingga mengurangi problem pengangguran diperkotaan dan meningkatkan penghasilan kaum miskin diperkotaan. Selain itu, sektor informal memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintahan kota. Juga pentingnya hubungan kemitraan dibangun suatu strategis bisnis yang dilakukan oleh duapihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Menurut John L. Mariotti (dalam Hafsah 2000 : 51) dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi samapai target sasaran tercapai. Maka pokok permasalahan dalam pelaksanaan kemitraan adalah upaya pemberdayaan pertisispasi kemitraan yang lemah.

Dalam program pemberdayaan masyarakat harus melihat aktifitas-aktifitas informal yang tidak hanya terbatas pada pekerjaan-pekerjaan dipinggiran kota-kota besar, tetapi bahkan juga meliputi berbagai macam aktifitas ekonomi. Aktifitas-aktifitas informal tersebut merupakan cara melakukan sesuatu yang ditandai dengan: Mudah untuk dimasuki, Bersandar pada sumber daya lokal, Usaha milik sendiri Operasinya dalam skala kecil, Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif, Keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal, dan Tidak terkena secara langsung oleh Regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif yang didalam mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kecil. (www.pondokinfo.com/index.php/pondok-realita/-masyarakat/-sektor-informal-permasalahan-dan-upaya-mengatasinya.html)

Pembangunan sosial merupakan sumber gagasan dari awal konsep pemberdayaan masyarakat, bermaksud membangun keberdayaan yaitu membangun kemampuan manusia dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Dalam pembangunan sosial ditekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat sebagai upaya mengentaskan kemiskinan Menurut Hadiman dan Midgley menyatakan bahwa model pembangunan sosial menekankan pentingnya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok marginal, yakni peningkatan taraf hidup masyarakat yang kurang memiliki kemampuan ekonomi secara berkelanjutan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui:

1. Menumbuhkembangkan potensi diri (produktivitas masyarakat)

yang lemah secara ekonomi sebagai suatu asset tenaga kerja.

2. Menyediakan dan memberikan pelayanan social, khususnya

pelayanan yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan produktivitas dan partisipasi social dalam kehidupan masyarakatnya (Suharto, 2005 :5).

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan data yang diperoleh peneliti, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kelompok binaan bentukan PKPU adalah kelompok binaan yang didirikan

dan dikelola oleh kelompok binaan ibu-ibu rumah tangga dibawah pengawasan pendamping lapangan PKPU, dalam operasionalnya kelompok binaan PKPU dijalankan berdasarkan syariah Islam.

2. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) mempunyai jaringan sosial keagamaan

dan kekerabatan sosial yang kuat pengajian khususnya ibu-ibu rumah tangga. Jaringan sosial yang terbangun tersebut sangat menunjang eksistansi dan perkembangan kelompok binaan.

3. Kepercayaan, jaringan sosial, nilai keagamaan merupakan modal sosial

yang dimiliki oleh PKPU sebagai Modal sosial tersebut sebagai faktor utama dalam mendukung eksistansi dan perkembangan kelompok binaan terhadap penyaluran zakat.

4. Modal sosial PKPU telah ada sejak awal hadir di wilayah Kota Medan. Bahkan modal sosial tersebutlah yang melatarbelakangi berdirinya kelompok binaan PKPU. Seiring dengan proses dan waktu yang terus berjalan, modal sosial PKPU semakin bertambah kuat. Hal tersebut dikerenakan pengurus / pengelola PKPU senantiasa menjaga dan memeliharanya, yang semua itu tak lepas dari kerja keras pengurus /

pengelola maupun kelompok binaan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.

5. Trust atau kepercayaan yang ada di tubuh PKPU merupakan faktor utama

keberhasilan pengurus / pengelola dalam menghimpun ZIS dari para muzakki sebagia wadah penghimpunan dana. Semua informan percaya dan yakin bahwa pengurus / pengelola PKPU adalah orang-orang yang amanah dan dapat dipercaya dalam menjalankan kewajiban di lembaga PKPU. Sehingga mereka turut bergabung dan mau membayar ZIS ke PKPU.

6. Jaringan sosial yang dimiliki PKPU dan kelompok binaan merupakan

jaringan sosial yang terbangun atas dasar adanya ikatan emosional organisasi, religi, dan kekerabatan yang telah berakar lama diantara mereka semua. Jaringan sosial tersebut menjadi modal sosial PKPU dan kelompok binaa dalam menjaga dan meningkatkan hubungan sosial-ekonomi. Hal tersebut dimanfaatkan pengurus / pengelola PKPU untuk menjaga eksistensi dan perkembangan PKPU dan kelompok binaan.

7. Nilai keagamaan yang ada di PKPU juga merupakan modal sosial yang

dimanfaatkan oleh pengurus / pengelola dalam menjaga eksistensi dan perkembangan PKPU dalam pengumpulan ZIS. Nilai-nilai tersebut telah mampu membangun solidaritas dan loyalitas anggota dan juga pengurus / pengelola PKPU sendiri.

8. Terjadinya perkembangan pemberdayaan ekonomi lemah PKPU, unit usaha

jumlah anggota kelompok binaan, dan memberikan efek keberlanjutan terhadap kelompok binaan agar lebih mandiri.

9. Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dapat tetap eksis dan berkembang sampai saat ini karena adanya kekuatan modal sosial yang ia miliki. Perkembangan PKPU seiring dengan modal sosial yang dimilikinya, artinya semakin berkembang dan kuat modal sosial maka akan semakin berkembang dan kuat pula PKPU itu sendiri.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama penelitian, maka peneliti memiliki beberapa saran, yaitu :

1. Hendaknya lembaga Amil, infaq dan Sedekah yang dibentuk oleh

pemerintah dan swasta lebih serius lagi yang sifat pada pemberdayaan masyarakat, khusus di Kota Medan.

2. Bagi PKPU dengan modal sosial yang terbangun agar lebih meningkatkan

lagi potensi-potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada pada pengurus/pengelola PKPU dalam memaksimalkan Zakat, Infaq dan Sedekah.

3. Bagi pemerintahan Kota Medan di harapkan lebih serius lagi dan

mendukung kegiatan-kegiatan pemberdayaan perempuan, khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga yang sekiranya nanti dapat meningkatkan taraf kesejahteraan hidup khusus masyarakat di kota Medan

Dokumen terkait