• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sop Dit Intelkam Polda Metro Jaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Sop Dit Intelkam Polda Metro Jaya"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

POLRI DAERAH METRO JAYA DIREKTORAT INTELKAM

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN JARINGAN INTELIJEN

I. PENDAHULUAN.

1. Umum.

a. Pembentukan dan Pembinaan jaringan merupakan sub sistem dari penyelidikan yang berperan untuk mengumpulkan bahan keterangan secara tertutup, dibentuk dengan sasaran tertentu berdasarkan skala prioritas dari satuan tingkat Polsek sebagai basis deteksi, sampai dengan tingkat Mabes Polri sebagai perumus.

b. Upaya pembentukan dan pembinaan jaringan dalam rangka pengumpulan bahan keterangan secara tertutup yang dilakukan selama ini, belum memenuhi harapan sesuai dengan kualitas dan kuantitas suatu produk yang disajikan untuk kebutuhan pimpinan. c. Tututan tugas Intelijen keamanan dalam pengumpulan bahan keterangan secara

tertutup memerlukan jaringan yang kuat, terbentuk dan di bina pada setiap wilayah, Strata dan sektor sesuai dengan skala prioritas sehingga diperlukan suatu pedoman yaitu langkah-langkah pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen yang tepat dan terarah untuk mencapai sasaran.

2. Dasar.

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Surat Keputusan Kapolri No.Pol : Skep/8/I/2008 tanggal 23 Januari 2008 tentang

pedoman pelaksanaan pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen. 3. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud.

Pembuatan Standart Operasional Prosedure (SOP) untuk memberikan gambaran tentang Pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen, sebagai pedoman atau langkah - langkah dalam pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen yang tepat dan terarah untuk mencapai sasaran.

b. Tujuan.

Sebagai pedoman dan langkah-langkah bagi setiap personel Intelijen Polri dalam rangka membentuk dan membina jaringan Intelijen.

4. Ruang Lingkup.

Ruang lingkup Standart Operasional Prosedure (SOP) Pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen meliputi proses perekrutan sampai dengan pemutusan hubungan jaringan.

(2)

2 5. Tata Urut.

I. PENDAHULUAN.

II. PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN JARINGAN. III. PENGGUNAAN/PEMANFAATAN JARINGAN. IV. PENGAKHIRAN JARINGAN.

V. PENUTUP.

II. PEMBENTUKAN DAN PEMBINAAN JARINGAN. 1. PEMBENTUKAN JARINGAN.

a. Sasaran.

Sasaran Pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen dapat dilihat dari : 1) Stratifikasi Sosialnya

a) Masyarakat golongan atas; b) Masyarakat golongan menengah; c) Masyarakat golongan bawah. 2) Berdasarkan Sifatnya

a) Teritorial/Zona

(Pusat,Propinsi,Kab/Kotamadya,Kecamatan,Kelurahan/Desa,RT/RW) b) Sektoral

(1) Golongan ( Bangsa/warga negara,agama/aliran kepercayaan); (2) Kelompok ( Orpol,Ormas dan perkumpulan sosial);

(3) Profesi(Ulama/tokohmasyarakat,pengusaha,Cendekiawan,pemuda/ mahasiswa,TNI-Polri-PNS,Buruh,petani,nelayan,Residivist)

b. Persyaratan.

1) Akses.

Seorang calon jaringan dapat mempunyai akses langsung ke bahan keterangan atau dapat membantu untuk memperoleh bahan keterangan.

2) Intelektualitas.

Adalah batas pendidikan dan pengetahuan profesional calon di bidang lapangan tugas.

3) Kualitas karakter.

Terdapat batas kemampuan manusia yang dapat membatasi keefektivan calon atau menjadikan calon tidak cocok untuk diberitugas sebagai jaringan.

c. Taktik

1) Desepsi.

Taktik untuk dapat melakukan pendekatan terhadap sasaran yang sudah ditetapkan dengan cara mengalihkan perhatian.

(3)

3 2) Samaran.

a) Penggunaan nama samaran (cover name) oleh seorang anggota Intelijen yang akan melakukan perekrutan.

b) Menggunakan Pekerjaan samaran (cover job) sesuai dengan lingkungan sasaran.

c) Menggunakan cerita samaran (cover story) sementara sebelum dilakukan perekrutan terhadap calon jaringan.

d. Langkah-langkah pembentukan jaringan.

1) Persiapan.

Mengadakan pengamatan,analisis serta menentukan sasaran pembentukan jaringan,yang kemudian akan dapat menentukan kuantitas dan kualitas sasaran pembentukan dan pembinaan jaringan.

2) Pemilihan (Spotting).

Melakukan penelitian secara umum terhadap akses, Intelektualitas, kwalitas karakter, latar belakang dan motif-motif calon jaringan disesuaikan dengan jenis dan kebutuhan bahan keterangan.

Dalam pencarian dan penelitian perlu diperhatikan dan dicatat tentang biodata terutama mengenai :

a) Nama lengkap; b) Alamat lengkap;

c) Titik kekuatan/keahliannya;

d) Titik-titik kelemahan/perbuatan yang tercela;

e) Hubungan kekeluargaan sifat pribadinya/karakter (hobbi, temperamen / watak);

f) Pandangan hidupnya, keadaan ekonomi status sosialnya; g) Kontak-kontak personel (kerabat kerja/handai taulan);

h) Pekerjaan dan alamat serta untuk kepentingan apa yang bersangkutan dapat dimanfaatkan;

i) Pendidikan/pengetahuan;

j) Latar belakang kehidupanya yang dapat membahayakan tugas - tugas rahasia;

k) Kehidupan dimasa lampau, kedudukan dimana calon bekerja (track record) l) Motif – motif calon jaringan.

3) Investigasi.

Melakukan pengusutan dan penyelidikan pendalaman terhadap hasil pencarian (spoting) dari beberapa sumber.

4) Penilaian

Melakukan penilaian terhadap semua data yang ada untuk menentukan apakah / Calon...

(4)

4

calon tersebut dapat dijadikan jaringan atau tidak, apakah calon jaringan memiliki kemampuan dan persyaratan serta motif - motif seperti yang ditunjukan pada saat spotting.

5) Perekrutan.

Merupakan proses puncak dalam pembentukan jaringan, yang dilaksanakan dengan memperhitungkan resiko yang mungkin dapat terjadi karena kurangnya ketajaman analisa dan penilaian pada tahap sebelumnya.

6) Pelatihan.

Pelatihan agen meliputi tehnik mencari dan mendapatkan bahan keterangan, taktik - taktik yang harus digunakan, sistem komunikasi, sistem pangamanan baket, resiko - resiko yang dihadapi dan cara - cara menghindari resiko dan alternatif dalam menghadapi permasalahan.

7) Uji coba.

Kegiatan uji coba calon jaringan untuk mengetahui kemampuan calon jaringan dan menyusupkannya (penetrasi) ke sasaran, uji coba dilakukan beberapa kali untuk menentukan calon jaringan dapat melanjutkan kerjasama atau tidak. 8) Tidakan.

Penggunaan jaringan untuk mendapatkan bahan keterangan yang dibutuhkan sebagai pembuatan produk dan kemudian diserahkan kepada pimpinan. Kegiatan ini tidak terlepas dari pengawasan dan pengendalian anggota Intelijen yakni Principal Agent (PA).

e. Hal - hal yang perlu diperhatikan.

1) Setiap personil yang membentuk jaringan harus mekukan persiapan - persiapan,menguasai teknik dan taktik;

2) Hal yang sangat prinsip adalah antara jaringan yang satu dengan yang lainya tidak saling mengenal (sistem cut out);

3) Surat jaringan tidak dapat diketahui kecuali oleh agen Intelijen; 4) Mengetahui benar apa motif - motif calon jaringan mau bekerja sama;

5) Penggunaan atau pemanfaatan jaringan harus tepat waktu, tepat sasaran sesuai kemampuan jaringan.

B. PEMBINAAN JARINGAN. a. Sasaran.

1) Aspek fisik yang diberikan kepada jaringan, adalah : a) Menyiapkan bantuan sarana (transport); b) Bantuan alat tulis sesuai kebutuhan;

(5)

5

c) Memberikan nomor - nomor telapon guna kelancaran pengiriman informasi; d) Imbalan yang wajar (materiil/kesejahteraan)

2) Aspek non fisik.

a) Menanamkan kesadaran dan tanggung jawab;

b) Memberikan petunjuk - petunjuk taktis/teknis terbatas tentang cara melaksanakan tugas.

b. Pembinaan.

Pembinaan terhadap jaringan :

1) Mengharuskan jaringan Intelijen membuat laporan lisan maupun tulisan setiap kegiatan;

2) Mengadakan pertemuan - pertemuan yang diprogramkan maupun insidentil; 3) Melakukan pengawasan tingkah laku dilingkungan tempat tinggal, lingkungan

perkerjaan dan pergaulan di masyarakat.

c. Pengawasan

1) Melalui sumber lain;

2) Membandingkan dengan sumber lain; 3) Melalui debriefing;

4) Pemeriksaan sekuritas; 5) Penjejakan fisik.

d. Hal - hal yang perlu diperhatikan.

1) Data identitas jaringan hanya dipegang oleh agen;

2) Dalam membrikan materiil/kesejahteraan tidak diketahui siapapun; 3) Hindari pemberian/peminjaman pakaian, barang inventaris/fasilitas dinas; 4) Pengarahan secara lisan hindari melalui telephon;

5) Janji harus dipenuhi oleh kedua belah pihak.

III. PENGGUNAAN/PEMANFAATAN JARINGAN.

Jaringan yang sudah dibentuk dan dibina dapat digunakan untuk pengumpulan bahan keterangan yang berkaitan dengan bidang Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial - Budaya dan bidang Keamanan.

IV. PENGAKHIRAN JARINGAN. 1. Syarat - syarat pengakhiran :

a. Jaringan membelot kepada pihak lain (lawan), tidak setia dan sangat membahayakan; b. Jaringan bermuka dua (doble faces) yakni bekerja pada pihak sendiri dan pihak lain

(lawan);

c. Apabila jaringan menolak/menarik diri dan tidak mau bekerja sama lagi;

(6)

6

d. Sasaran sudah tidak ada lagi atau bahan keterangan berkurang.

2. Cara melaksanakan pengakhiran :

a. Terhadap jaringan yang membelot ke pihak lain (lawan) yang bermuka dua :

1) Mengidentifikasi kesalahan - kesalahan/penyimpangan yang dilakukan oleh jaringan;

2) Dilakukan Interograsi;

3) Membuat berita acara Interograsi sebagai bahan penindakan;

4) Perbuatan jaringan dengan kasus berat dan mengancam keselamatan negara harus dilakukan tindakan pengamanan sesuai petunjuk pimpinan.

b. Terhadap jaringan yang menolak/menarik diri, cara pemisahannya : 1) Memanggil jaringan kemudian diberikan penjelasan;

2) Memberikan penghargaan materiil maupun ucapan terimakasih; 3) Menghimbau untuk bersedia menjadi jaringan bila diperlukan. c. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1) Saat berhadapan dengan jaringan yang membelot atau bermuka dua, mengamati secara terus menerus perilaku di lapangan/masyarakat kemungkinan sakit hati/balas dendam;

2) Penghargaan tidak dengan surat penghargaan, dimungkinkan disalahgunakan; 3) Persiapkan pengakhiran dengan baik untuk menghindari jaringan bekerjasama

dengan pihak lawan dan pelihara hubungan persahabatan.

V. PENUTUP.

Demikian Standart Operasional Prosedure (SOP) Pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen meliputi proses perekrutan sampai dengan pemutusan hubungan jaringan, dibuat sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas.

(7)

POLRI DAERAH METRO JAYA DIREKTORAT INTELKAM

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP )

PENGGALANGAN

I. PENDAHULUAN

1. UMUM :

a. Dalam rangka prelaksanaan tugas pokok Polri, perlu dilakukan upaya penciptaan kondisi dan situasi yang menguntungkan agar tercapainya tujuan dari tugas poko tersebut. Dengan adanya hal tersebut maka diperlukan kemampuan Penggalangan Intelijen dalam upaya penciptaan kondisi dimaksud.

b. Penggalangan Intelijen pada prinsipnya dilakukan dalam bentuk operasi Intelijen bersifat tertutup yang dilaksanakan dengan berencana dan terarah untuk mencapai tujuan sesuai atas dasar perintah / kebijaksanaan yang digariskan oleh pimpinan karena faktor biaya dan resiko yang cukup besar serta adanya keterbatasan – keterbatasan.

c. Tuntutan tugas Intelijen sesuai kebutuhan kegiatan operasi Penggalangan mempunyai aspek taktis dan strategis dimana akal pikiran lawan atau bakal lawan merupakan sasaran utama baik individual maupun kelompok yang secara psikologis dapat dipengaruhi agar tidak menghambat, mengganggu atau mengacau serta mengancam kepentingan pihak penggalang. Untuk melaksanakan hal tersebut maka pelaksanaan penggalangan Intelijen harus berdasarkan atas sistem teknik dan taktik Intelijen yang berlaku.

2. Dasar. :

a. Undang – Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Surat Keputusan Kapolri No. Pol : Skep/ 993/ XII / 2005 tentang pedoman

Penggalangan Intelijen Keamanan. 3. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud.

Pembuatan Standart Operasional Prosedure (SOP) untuk memberikan gambaran tentang Penggalangan Intelijenyang tepat dan terarah dalam mencapai sasaran. b. Tujuan.

Sebagai pedoman dan langkah – langkah bagi setiap personel Intelijen Polri dalam rangka Penggalangan Intelijen.

4. Ruang Lingkup.

Ruang lingkup Standart Operasional Prosedure (SOP) Penggalangan Intelijen meliputi proses sistem / metoda penggalangan sampai dengan laporan pelaksanaan penggalangan.

/ 5. Tata... 8

(8)

5. Tata Urut.

I. PENDAHULUAN.

II. SISTEM / METODA PENGGALANGAN III. SASARAN PENGGALANGAN

IV. MANAJEMEN PENGGALANGAN V. PENUTUP

II. SISTEM / METODA PENGGALANGAN

1. SIFAT PENGGALANGAN

a. KONSTRUKTIF / PERSUASIF

1) Sasaran langsung dirangsang dengan fakta dan data yang telah disusun secara terarah agar sasaran berfikir sendiri (letthem think).

2) Sasaran dihadapkan kepada berbagai macam problem atau persoalan yang telah disusun, sehingga sasaran dapat membuat keputusan sendiri sesuai dengan keinginan penggalang (Lethem Decide).

b. DESTRUKTIF

Mendorong dan mengarahkan agar sasaran saling menghancurkan (Lethem Fight), dimana masing-masing pihak diprofokasi untuk saling mengadu kekuatan dan saling menghancurkan satu dengan yang lainnya.

2. TEHNIK PENGGALANGAN

a. Perang urat syaraf (Push) atau operasi penggalangan Psikologi

b. Penyebaran desas-desus atau isu ke dalam lingkungan kelompok / organisasi / jaringan kejahatan untuk menimbulkan keragu-raguan loyalitas kelompok

c. Penyebaran gossip untuk menciptakan pengingkaran anggota kelompok / organisasi / jaringan kejahatan terhadap integritas pimpinannya

d. Kontak terselubung dengan anggota kelompok / organisasi / jaringan kejahatan untuk menambah pengaruh / simpati

e. Teror mental terhadap oknum anggota kelompok / organisasi / jaringan yang menentang upaya penegakan hukum dan stabilitas kamtibmas

f. Melakukan penetrasi / penyusupan terhadap lingkungan sasaran

g. Memanfaatkan kelemahan-kelemahan anggota kelompok / organisasi / jaringan kejahatan untuk menambah pengaruh (Soft Approach, Hard Approach, Black Mail) h. Memanfaatkan kelemahan-kelemahan ekonomi anggota kelompok / organisasi / jaringan

kejahatan.

3. TAKTIK PENGGALANGAN

a. Gerakan menarik simpati sasaran . b. Gerakan menekan sasaran. c. Gerakan penyesatan . d. Gerakan memecah belah .

/ e. Gerakan... 9

(9)

e. Gerakan mendorong / merangsang berfikir . f. Gerakan bersifat persuasive.

4. MEDIA PENGGALANGAN a. PERSONIL

1) Face to face (secara terselubung).

2) Melalui oknum yang berpengaruh terhadap pokok / organisasi / jaringan kejahatan.

3) Melalui keluarga atau kawan terdekat sasaran. b. SARANA / ALAT

1) Telephone / Faximile. 2) E-Mail / Internet.

3) Pamflet / plakat / surat kaleng dsb 4) Media cetak dan elektronik c. THEMA PENGGALANGAN

Adalah satu topik masalah yang merupakan garis pengarah terhadap psikologi sasaran d. Syarat Thema :

1) Harus sesuai dengan situasi dan kondisi 2) Harus menunjukkan kebenaran.

3) Tidak menimbulkan hal yang kontradiktif dengan thema yang sudah ada.

Pesan / ide daripada penggalangan harus diperhitungkan untuk dapat diterima sasaran, sehingga secara sadar sasaran mau berbuat sesuai kehendak penggalang. Pesan harus selaras dengan tehnik, taktik, media serta thema yang dipilih.

III. SASARAN PENGGALANGAN

1. MASYARAKAT SELEKTIF 1) Kelompok kejahatan. 2) Organisasi kejahatan. 3) Sindikat kejahatan.

d. Kelompok masyarakat ekstrim.

2. MASYARAKAT UMUM a. Sikap .

b. Emosi .

c. Tingkah laku / Perilaku . d. Kebiasaan .

e. Opini .

f. Persepsi / Visi.

/ IV. MANAJEMEN...

(10)

IV. MANAJEMEN PENGGALANGAN

1. POLA OPERASIONAL PENGGALANGAN

a. SERVICE TYPE OPERATION

Penggalangan dilaksanakan sejalan dengan kegiatan penyelidikan dan pengamanan terhadap sasaran – sasaran tertentu yang potensial dapat mendukung, menciptakan situasi dan kondisi yang menguntungkan pelaksanaan tugas Polri

b. MISSION TYPE OPERATION

Penggalangan dilaksanakan terhadap sasaran tertentu sesuai dengan perintah pimpinan dengan kegiatan operasi Intelijen

2. TAHAP – TAHAP OPERASI PENGGALANGAN a. PERENCANAAN

1) Perumusan Target Operasi (TO) Penggalangan dari Pimpinan 2) Analisa sasaran meliputi :

(a) Apakah sasaran penggalangan adalah tokoh yang berpengaruh dilingkungannya

(b) Apakah sasaran penggalangan terdiri dari sekelompok oarng-orang yang berpengaruh

(c) Apakah sasaran penggalangan merupakan organisasi, sindikat kejahatan, aktifis politik praktis dsb.

3) Pendalaman sasaran

Untuk melengkapi kejelasan sasaran penggalangan terlebih dahulu harus dilaksanakan penyelidikan terhadap sasaran untuk mendapatkan data-data sasaran yang berisi :

(a) Situasi dan kondisi actual di lingkungan dan aktifitas terakhir daripada sasaran.

(b) Biodata dan antecedente orang-orang yang akan dijadikan sasaran penggalangan, termasuk aspek kebiasaan, sikap, emosi, perilaku, motifasi, visi, intelektualitas, hobi, kemampuan dan kelemahannya

(c) Struktur organisasi, fungsi dan peran orang-orang yang terlibat, norma-norma yang berlaku, system komunikasi, pengendalian organisasi dsb. (d) Daerah pengaruh, daerah Operasi daripada sasaran penggalangan 4) Pembuatan rencana Operasi penggalangan.

b. ORGANISASAI PELAKSANA PENGGALANGAN POLDA

1) Sponsor : KAPOLDA

2) Agent Handler : DIR INTELKAM POLDA 3) Principle Agent : KASAT DIT INTELKAM 4) Agent Action : PAMA DIT INTELKAM

/ c. PELAKSANAAN... 11

(11)

c. PELAKSANAAN OPERASI PENGGALANGAN 1) Penyusupan

(a) Penyusupan dilakukan secara klandestin tertutup, sangat rahasia ke daerah sasaran dan selanjutnya diikuti dengan pembentukan jaringan dengan system Sel.

(b) Kegiatan penggalangan disamarkan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kecurigaan pihak sasaran, dan apabila penggalang badar / terbuka, kegiatan penggalangan dilanjutkan oleh jaringan dengan kodal dari penggalang melalui komunikasi klandestin.

(c) Penyusupan dilakukan melalui sarana-sarana yang terdapat di daerah / lingkungan sasaran.

2) Pencerai Beraian

(a) Setelah tersusun jaringan pada semua lini sasaran, dilakkan pencerai beraian keutuhan, kesatuan, kekompakan serta kesetiaan pihak sasaran (b) Pencerai beraian dimaksudkan untuk menghancurkan keutuhan sasaran,

sehingga terpecah belah sehingga timbul konflik di dalam tubuh sasaran, yang berakibat lemahnya, menurunnya kewibawaan pimpinan sasaran (c) Dalam keadaan terpecah belah dilakukan penghasutan yang menimbulkan

permusuhan di dalam tubuh sasaran, serta adanya harapan akan munculnya keadaan yang lebih baik dan akan memberikan kelanjutan kelanjutan kehidupan bagi kelompok.

3) Pengingkaran

Dengan memanfaatkan rapuhnya kesetiaan anggota kelompok / organisasi / jaringan terhadap pemimpinnya, loyalitas dan kepatuhan serta kesetiaanya dirubah ke arah pihak penggalang.

4) Pengarahan

Dengan lebih terbukanya kesempatan untuk mengarahkan loyalitas dan kestiaan kepada penggalang, dilakukan penanaman kepercayaan sasaran terdalam, yang dengan teliti dan cermat diupayakan agar secara berlanjut dan meyakinkan, pergerakan kesetiaan / loyalitas sasaran tergalang secara wajar tanpa paksaan. 5) Penggeseran

(a) Apabila kerapuhan anggota sasaran dinilai sudah menggambarkan moment psikologis yang tepat, maka saatnya dilakukan usaha agar para anggota sasaran menghianati pemimpinnya

(b) Dlam tahap penggeseran ini diupayakan menggeser sikap pimpinannya dan diarahkan kepada kepatuhan terhadap penggalang

(c) Penggeseran dilakukan dengan memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :

(12)

12

(1) Mempertimbangkan hasil pencerai beraian dan pengingkaran besarnya dukungan dan perlawanan.

(2) Mencari alasan / thema yang tepat sesuai dengan aspirasi kelompok / organisasi / sindikat kejahatan untuk dijadikan alasan seperti ;

a. Adanya ketidak adilan dalam pembagian hasil kejahatan b. Mengingkari kesetiaan kawan sendiri dsb.

(3) Merencanakan waktu yang tepat sesuai perkembangan psikologi kelompok untuk melakukan penggeseran.

(4) Dilakukan check dan rechek terhadap semua persiapan, dan apabila momentumnya tepat dilakukan penggeseran.

6) Penggabungan

a. Apabila penggeseran telah berhasil maka dilaksanakan penggabungan dan pemanfaatan untuk kepentingan penggalang.

b. Apabila kegiatan penggalangan dinyatakan telah berhasil mencapai sasaran, selanjutnya dilakukan pengawasan yang cermat dan tindakan pengamanan untuk mencegah terjadinya berbagai macam hambatan yang timbul yang akan mengganggu pencapaian tujuan.

1. PENGENDALIAN OPERASI PENGGALANGAN

1. Pengendalian operasi penggalangan dilaksanakan oleh agent handler yang secara rutin melaporkan setiap kegiatan dan hasil penggalangan kepada sponsor.

2. Kegiatan pengendalian terhadap agent action, yang setiap saat melaporkan kegiatan dan hasil yang dicapai kepada agent handler.

3. Kegiatan pengendalian penggalangan terhadap jaringan Intelkam dilakukan. oleh agent action sesuai dengan petunjuk agent handler serta melaporkan hasil penggalangan pada setiap tahapannya.

2. LAPORAN PELAKSANAAN PENGGALANGAN

1. Laporan pelaksanaan penggalangan pada dasarnya berisi tentang pokok – pokok rencana penggalangan – penggalangan.

2. Pelaksanaan penggalangan, hasil yang dicapai serta analisa dan evaluasinya 3. Materi analisa terdiri dari analisa pelaksanaan penggalangan dan analisa

terhadap hasil yang dicapai 4. Materi evaluasi terdiri dari :

a. Efek atau dampak yang timbul setelah dilaksanakannya operasi penggalangan.

b. Sejauh mana operasi penggalangan dapat mempengaruhi keadaan sasaran penggalangan.

c. Daya dan hasil guna pelaksanaan operasi penggalangan.

/ V. PENUTUP... 13

(13)

V. PENUTUP

Demikian Standart Operasional Prosedure (SOP) Penggalangan jaringan Intelijen meliputi proses perekrutan sampai dengan pemutusan hubungan jaringan, dibuat sebagai pertanggung jawaban pelaksanaan tugas.

(14)

POLRI DAERAH METRO JAYA DIREKTORAT INTELKAM

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE (SOP) KEGIATAN PENYELIDIKAN

I. PENDAHULUAN

1. Umum

a. Intelijen merupakan bagian yang sangat menentukan bagi keberhasilan tugas-tugas Kepolisian, karena Intelijen berfungsi menyediakan bahan-bahan keterangan yang diperlukan satuannya untuk ”early warning” dan ”early detection”.

b. Tentunya untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan kegiatan-kegiatan yang menggunakan methoda berkembang disesuaikan dengan hakekat ancaman yang dihadapi dan disertai dengan pelaksana-pelaksana tugas Intelijen yang memiliki kemampuan sesuai dengan kebutuhannya. Adapun salah satu bentuk dari kegiatan-kegiatan tersebut yaitu dengan menggunakan bentuk kegiatan penyelidikan Intelijen.

c. Penyelidikan adalah segala usaha, pekerjaan mengenai pencarian dan pengumpulan yang dilakukan secara berencana dan terarah untuk memperoleh baket yang dibutuhkan mengenai masalah tertentu untuk diolah, dan membuat perkiraan mengenai masalah yang dihadapi, guna memungkinkan menentukan kebijaksanaan perencanaan dan mengambil keputusan/tindakan dengan resiko yang diperhitungkan.

2. Dasar

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Surat keputusan Kapolri Nomor : Skep/37/I/2005 tentang Pedoman Intelijen Keamanan di

Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Pembuatan Standart Operasional Prosedure (SOP) untuk memberikan gambaran tentang pola kegiatan penyelidikan Intelijen, sebagai pedoman atau langkah-langkah dalam kegiatan penyelidikan Intelijen yang tepat dan terarah untuk mencapai sasaran.

b. Tujuan

Sebagai pedoman dan langkah-langkah bagi setiap personel Intelijen Polri dalam rangka kegiatan penyelidikan Intelijen.

(15)

15 4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Standart Operasional Prosedure (SOP) kegiatan penyelidikan Intelijen yang meliputi pelaksanaan penyelidikan, sifat dan bentuk penyelidikan dan pelaksanaan penyelidikan menurut pola operasional Intelpol.

5. Tata Urut

I. PENDAHULUAN

II. PELAKSANAAN PENYELIDIKAN MENURUT PROSES KEGIATAN III. SIFAT DAN BENTUK PENYELIDIKAN

IV. PELAKSANAAN PENYELIDIKAN MENURUT POLA OPERASIONAL INTELPOL V. PENUTUP

II. PELAKSANAAN PENYELIDIKAN MENURUT PROSES KEGIATAN

A. Tahap Perencanaan

Agar penyelidikan dapat mencapai hasil yang diharapkan perlu disusun rencana penyelidikan dengan urutan kegiatan sebagai berikut :

1. Perumusan ”Unsur-Unsur Utama Keterangan” (UUK)

a. UUK merupakan penjabaran daripada kebutuhan Intelijen aktual dari pemakai Intelijen/Kepala (KA) kesatuan atau kepala dari suatu badan.

b. UUK berwujud persoalan-persoalan yang dihadapi oleh KA dalam rangka melaksanakan tugas pokoknya dan ini harus dijawab atau dipecahkan oleh petugas Intelijen.

c. UUK adalah titik tolak bagi usaha-usaha dan kegiatan pencarian dan pengumpulan Bahan Keterangan (Baket).

d. UUK ditentukan/dirumuskan oleh Perwira Intelijen berdasarkan keinginan/permintaan dari KA yang berwenang dalam pengambilan keputusan.

e. UUK memuat pertanyaan-pertanyaan mengenal hal-hal yang belum diketahui atau belum jelas landasnnya, bagi arah dan pedoman dalam pembuatan rencana penyelidikan Intelpol.

2. Analisa Sasaran

Mempelajari secara terperinci dan teliti tentang sasaran penyelidikan termasuk lingkungan daerah dimana sasaran itu berada. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya rintangan/hambatan atau fasilitas-fasilitas yang dapat membantu usaha-usaha penyelidikan yang akan dilaksanakan.

(16)

16 3. Analisa Tugas

Kegiatan menganalisa dan memperinci bahan-bahan keterangan apa yang harus dicari dan dikumpulkan. Kegiatan ini dilakukan untuk membentuk badan-badan pengumpul dan sumber-sumber mana yang paling tepat digunakan menentukan cara melaksanakan penyelidikan yang disesuaikan dengan jenis Baket dan keadaan sasaran, apakah secara tertutup atau terbuka. Selain itu Analisa Tugas diperlukan untuk menentukan jangka waktu, menentukan tempat penyampaian laporan dan menentukan cara bagaimana menggali Baket sebanyak mungkin dari sasaran atau sumber, dalam rangka menyusun Rencana Penyelidikan.

4. Penentuan Rencana dan Dukungan Logistik

Rencana penyelidikan dibuat dengan memperhitungkan cara pelaksanaan tugas yang akan menggunakan unsur-unsur Intelpol yang terdiri dari :

a. Personil yang dibutuhkan. b. Alat-alat yang dibutuhkan.

c. Methoda (tertutup atau terbuka, dll). d. Dukungan logistik yang diperlukan. e. Pengorganisasian kegiatan.

Selanjutnya rumusan rencana penyelidikan Intelpol tersebut dituangkan dalam bentuk perintah atau permintaan, untuk disampaikan kepada unsur-unsur pelaksana penyelidikan untuk dilaksanakan dan sesudah itu melaporkan hasilnya.

5. Pengawasan Kegiatan

Pada tahap perencanaan ini direncanakan pula pengawasan sebagai usaha pengamanan kegiatan, untuk mengantisipasi apabila pada tahap pengumpulan Baket, muncul hal-hal diluar perencanaan yang dapat menghambat atau menggagalkan pelaksanaan kegiatan. B. Tahap Pengumpulan Bahan Keterangan (Baket)

Tahap ini merupakan pelaksanaan kegiatan penyelidikan, dimana pelaksana mencari dan mengumpulkan bahan-bahan keterangan atau sumber-sumber bahan keterangan, sesuai dengan pengarahan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, yaitu yang diterima pelaksana sebagai perintah atau permintaan.

Pengumpulan bahan keterangan dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, baik bersifat terbuka maupun tertutup, sesuai kondisi sasarannya. Bentuk-bentuk kegiatan pengumpulan bahan keterangan dapat berupa : penelitian, wawancara, interogasi, pengamatan, penggambaran, penjejakan, pembuntutan, pendengaran, penyusupan, penyurupan dan penyadapan.

(17)

17 C. Tahap Pengelolaan Bahan Keterangan

Pengolahan adalah kegiatan-kegiatan untuk menghasilkan produk Intelijen dari bahan-bahan keterangan /informasi yang terkumpul. Adapun proses pengolahan melalui tahap-tahap pencatatan, penilaian, penafsiran dan kesimpulan. Uraiannya adalah sebagai berikut :

1. Pencatatan

Proses pengolahan bahan keterangan dimulai dengan kegiatan pencatatan, yang dilakukan secara sistematis dan kronologis atas bahan-bahan keterangan/informasi, agar dapat mudah dan cepat dipelajari untuk disajikan kembali apabila sewaktu-waktu diperlukan. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan pencatatan adalah : a. Sederhana, mudah dimengerti dan dapat dikerjakan oleh setiap anggota.

b. Mencakup data siapa, apa, dimana, dengan apa, mengapa, bagaimana dan bila mana, yang disingkat dengan SI ADI DEMEN BABI.

c. Dapat dilakukan menurut urutan kronologis atau menurut urutan pokok permasalahan.

d. Pencatatan harus dilaksanakan secara tertib untuk memudahkan penyimpanannya. Dalam pencatatan ini harus disediakan sarana-sarana pencatatan antara lain buku harian, peta situasi dan lembaran kerja.

2. Penilaian

Kegiatan berikutnya berupa proses Penilaian, yaitu penentuan : a. “ukuran kepercayaan” terhadap sumber informasi

b. “ukuran kebenaran” dari isi informasi, dengan menggunakan neraca penilaian Penilaian terhadap sumber bahan keterangan/informasi dilakukan dengan jalan membandingkan bahan yang berasal dari sumber yang sama maupun dari sumber lainnya. Pencatatan secara sistematis terhadap semua bahan keterangan yang diterima, akan membantu mempermudah pekerjaan penilaian dan penafsiran atas bahan keterangan. Dengan pencatatan sistematis tersebut, pekerjaan membandingkan informasi dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu pengalaman Perwira Intelijen dalam menilai sumber dan informasi pada waktu-waktu yang lalu, akan mempermudah pekerjaan penilaian atas informasi-informasi yang diterima.

NERACA PENILAIAN

SUMBER ISI

A. Dipercaya sepenuhnya B. Biasanya dapat dipercaya C. Agak dapat dipercaya

D. Biasanya tak dapat dipercaya E. Tidak dapat dipercaya

F. Kepercayaan tidak dapat dinilai

1. Kebenaran ditegaskan oleh sumber lain.

2. Kebenaran sangat memungkinkan. 3. Mungkin benar.

4. Kebenarannya diragukan. 5. Tidak mungkin benar.

6. Kebenarannya tak dapat dinilai. Contoh : D/2 D = Sumber biasanya tak dapat dipercaya

2 = Isi keterangan sangat mungkin benar.

(18)

18

Tindakan-tindakan dalam melakukan pekerjaan penilaian informasi adalah sebagai berikut : a. Tindakan pertama

Meneliti kegunaan Baket dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1) Apakah Baket/informasi itu memuat unsur-unsur yang diperlukan atau apakah merupakan persoalan-persoalan baru ?

2) Apakah Baket/informasi itu segera berguna ? Kalau ”ya” untuk siapa ? 3) Apakah Baket/informasi itu berguna untuk waktu yang akan datang ?

4) Apakah Baket/informasi itu berguna bagi kesatuan sendiri, kesatuan atasan, kesatuan samping atau kesatuan bawahan ?

Perlakuan terhadap Baket/informasi itu disesuaikan dengan klasifikasi dan urgensinya.

b. Tindakan kedua adalah meneliti kepercayaan terhadap sumber Baket, dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1) Apakah Baket/informasi itu didapat dari tangan pertama ?

2) Apakah sumber Baket/informasi itu sudah dikenal sebelumnya (sudah dikualifikasikan) ?

3) Apakah sumber itu mempunyai cukup pengalaman dan kemampuan untuk mendapatkan informasi serupa itu ?

4) Mengingat faktor waktu, tempat dan keadaan, apakah mungkin untuk mendapatkan Baket/informasi serupa itu ?

b. Tindakan ketiga adalah meneliti kebenaran isi Baket dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1) Apakah yang dilaporkan itu dapat diterima akal ?

2) Apakah Baket itu diyakinkan kebenarannya oleh Baket lainnya dari berbagai sumber lainnya ?

3) Sampai dimana isi Baket itu sesuai dengan isi Baket yang ada ?

4) Apakah ada kemungkinan Baket itu berasal dari satu tangan dan sengaja disampaikan melalui berbagai saluran untuk tujuan-tujuan penyesatan ? Penelitian isi Baket melalui proses pertanyaan-pertanyaan (check list) pada tindakan pertama, kedua dan ketiga tersebut, dimaksudkan untuk memudahkan penentuan kebenaran isi Baket. Tindakan pertama, kedua dan ketiga dimaksud pada hakekatnya dilakukan secara simultan. Selanjutnya perlakuan terhadap Baket dimaksud dilakukan sesuai dengan hasil penelitian tersebut, dihubungkan dengan urgensi dan nilainya.

(19)

19 3. Penafsiran

Kegiatan selanjutnya adalah penafsiran isi Baket yang telah dianalisa dan diinterprestasikan tersebut, untuk menentukan arti dan kegunaan baket dimaksud, dihubungkan dengan baket-baket lainnya yang telah ada.Untuk mengadakan penafsiran diajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

a. Apakah Baket itu memperkuat atau membantah keterangan-keterangan yang didapat sebelumnya ?

4. Apakah Baket itu memberikan suatu kepastian tentang kesimpulan-kesimpulan mengenai sasaran ?

Kemudian juga dilakukan penafsiran dengan cara mempersamakan, mencocokkan dan membandingkan baket yang baru diterima dengan baket-baket yang telah ada. Penafsiran ini dapat dilakukan secara logika melalui 3 tahap, yang kadang-kadang dilakukan secara simultan, yaitu tahap pengertian (terbentuknya ide konsep), tahap keputusan dan tahap penalaran atau menarik kesimpulan.

Tahap menarik kesimpulan tersebut dapat dilakukan dengan langsung atau tidak langsung (induktif, deduktif dan kumulatif). Tahap menarik kesimpulan secara deduktif terdiri dari tahap-tahap analisa, integrasi dan konklusi sebagai berikut :

a. Tahap analisa adalah kegiatan untuk menguraikan dan menganalisa persoalan-persoalan yang ada, dengan memilah-milah masalah yang penting, membanding-bandingkan serta memonitor informasi yang sudah dinilai, untuk memilih informasi yang ada hubungannya dengan tugas dan operasi. Dengan mengajukan pertanyaan 5W + 1H terhadap suatu informasi, berarti sudah dilakukan analisa, sehingga sudah didapat identifikasi masalah pokok. Perlu diingat kegiatan analisa membutuhkan pikiran yang sehat dan pengetahuan yang menyeluruh mengenai prinsip-prinsip tugas atau operasi Kepolisian, karakteristik daerah operasi dan masyarakat setempat. Perlu diingat kegiatan analisa membutuhkan pikiran yang sehat dan pengetahuan yang menyeluruh mengenai prinsip-prinsip tugas atau operasi Kepolisian, karakteristik daerah operasi dan masyarakat setempat. Perlu diingat pula bahwa faktor ”bagaimana” dan ”mengapa” seringkali sifatnya subjektif karena petugas tidak langsung melihat.

b. Tahap Integrasi, dalam tahap ini diadakan kegiatan menghubung-hubungkan unsur-unsur yang masih terpisah dalam tahap analisa, dengan informasi-informasi lainnya yang telah diketahui sebelumnya. Dengan kegiatan ini terbentuk suatu gambaran yang logis dan hypotesa tentang kegiatan-kegiatan lawan dan tentang karakteristik daerah operasi yang dapat mempengaruhi tugas Kepolisian. Kegiatan integrasi ini memerlukan pengumpulan sejumlah besar informasi tambahan sehingga merupakan suatu proses mental yang bisa selesai dalam beberapa saat, atau bisa juga memerlukan banyak waktu.

Hal-hal berikut perlu diperhatikan ketika membuat hypotesa :

1) Untuk menyusun analisa yang baik, maka pembuatan hypotesa memerlukan pemikiran yang sehat dan pengetahuan latar belakang yang menyeluruh.

(20)

20

2) Pada saat membuat hypotesa, seorang staf intel harus menempatkan dirinya sebagai komandan dan sebagai lawan, sehingga bisa membuat hypotesa dari dua sudut pandang yang berlawanan. Berikutnya hypotesa yang sudah dibuat harus dianalisa dan diuji dengan melakukan verifikasi untuk memastikan ada-tidak adanya indikasi-indikasi dalam batas waktu dan cara/alat yang tersedia. c. Tahap Konklusi, tahap membuat kesimpulan yang harus memberikan nilai penting

dan arti dari informasi yang diolah, kemudian juga harus ada hubungannya dengan situasi lawan dan daerah operasi.

5. Kesimpulan : Produk Intelpol

Kegiatan terakhir dari proses pengolahan Baket adalah membuat kesimpulan dari keseluruhan Baket yang telah melalui proses-proses pencatatan sampai penafsiran sebagaimana diuraikan sebelum ini, untuk dituangkan menjadi produk-produk Intelijen Kepolisian (Intelpol). Produk-produk Intelpol terdiri dari Memo Intelijen, Laporan Atensia, Laporan Khusus, Laporan Harian Khusus dan Laporan Penugasan. Kemudian produk-produk Intelpol berisi laporan peristiwa/kejadian selama jangka waktu tertentu dibuat secara periodik (berkala) berupa Laporan Harian, Laporan Mingguan, Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan Tahunan.

Produk Intelpol berisi suatu persoalan khusus yang berguna bagi pengguna, harus segera disampaikan tepat pada waktunya kepada pihak pengguna. Setiap laporan/produk Intelpol sekurang-kurangnya harus memenuhi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dengan urutan yang lazim disingkat SI ADI DEMEN BABI, terdiri dari :

a. Siapa (pelaku-pelaku dan atau yang terlibat dalam persoalan/kejadian) ? b. Apa peristiwa/kejadian yang dilaporkan ?

c. Di mana tempat kejadian ?

d. Dengan alat apa peristiwa/kejadian itu dilaksanakan ? e. Mengapa peristiwa/kejadian itu dilakukan ?

f. Bagaimana peristiwa itu terjadi ? g. Bilamana peristiwa itu terjadi ? h. Bagaimana peristiwa itu terjadi ? 6. Tahap Penyajian, Penggunaan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian produk Intel adalah penyajian, cara dan bentuk penyajian suatu produk Intel disesuaikan dengan urgensinya, tingkat kerahasiaannya, kecepatan, ketepatan dan keamanan. Produk Intel yang telah dibuat sesuai dengan permintaan/perintah/keperluan, harus sampai tepat pada waktunya dan kepada alamat pengguna. Untuk itu penyajian kepada pengguna disesuaikan dengan kebutuhan yaitu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

(21)

21

a. Apakah produk Intel itu memuat isi yang perlu segera disampaikan dan untuk siapa?

b. Apakah produk Intel tersebut hanya berguna di kemudian hari ?

c. Apakah produk Intel tersebut hanya berguna untuk kesatuan atasan, samping atau bawahan ?

Kemudian untuk menjaga keberhasilan dan keamanan, maka penyajian/penyampaian produk Intel tertentu dapat dilakukan melalui :

a. Kurir (life drop).

b. Alat-alat (benda mati) tertentu (dead drop). c. Sarana komunikasi yang bersifat rahasia (sandi).

III. SIFAT DAN BENTUK PENYELIDIKAN

A. Penyelidikan yang bersifat terbuka

Yaitu penyelidikan yang dilakukan dengan cara terbuka dan mengutamakan sumber terbuka, terdiri dari cara-cara sebagai berikut :

1. Penelitian (research)

Yaitu menghimpun data tentang suatu hal yang dilakukan dengan mempelajari kepustakaan, pemberitaan-pemberitaan umum (surat kabar, majalah, TV, radio), terbitan-terbitan Pemerintah, Swasta, dan lain-lain.

2. Wawancara (interview)

Yaitu cara mendapatkan keterangan melalui pembicaraan atau tanya jawab langsung dengan sasaran. Dalam wawancara ini pihak yang ditanya pada umumnya menyadari bahwa ia berhadapan dengan orang yang sedang mencari keterangan informasi. Ia bebas dalam memberikan jawaban, tanpa tekanan atau paksaan.

3. Interogasi (interogation)

Yaitu suatu cara mendapatkan keterangan melalui pembicaraan dan tanya-jawab langsung, yang dikontrol oleh si-penanya, yang ditanya biasanya menyadari bahwa dia sedang di interogasi dan berada di bawah penguasaan pihak interogator.

B. Penyelidikan yang bersifat tertutup

Giat tersebut dilakukan tanpa diketahui oleh sasaran, untuk mendapatkan bahan-bahan keterangan yang tidak mungkin diperoleh dengan penyelidikan cara terbuka dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Pengamatan (observing)

(22)

22

Adalah suatu cara untuk mendapatkan bahan keterangan dan gambaran keadaan lingkungan dengan menggunakan panca indera secara lengkap, disertai pengetahuan dan/atau pengarahan tentang fokus pengamatan, sesuai dengan kebutuhan Intelpol. 2. Penggambaran (describing)

Adalah penuangan hasil pengamatan ke dalam bentuk laporan, dilengkapi dengan foto-foto atau data-data terinci tentang keadaan medan yang diamati, sehingga dapat mengenal kembali apa yang telah diamati.

3. Penjejakan (surveillance)

Adalah suatu cara mendapatkan bahan keterangan dengan mengikuti/memperhatikan jejak-jejak dari sasaran, atau apa yang dilakukan oleh sasaran. Jadi tidak secara langsung terhadap sasaran tetapi terhadap jejak-jejak dari sasaran.

4. Pembuntutan (tailing)

Adalah suatu cara mendapat bahan keterangan dengan langsung mengikuti/memperhatikan sasaran, termasuk apa-apa yang sedang dilakukannya, tanpa diketahui oleh sasaran.

5. Pendengaran (monitoring)

Adalah suatu cara mendapatkan bahan keterangan dengan mendengarkan sasaran (obyek), secara langsung atau tidak langsung. Pendengaran langsung adalah mendapatkan bahan keterangan dengan mendengarkan secara langsung dari sasaran (sumber baket) pada waktunya. Pendengaran tidak langsung adalah mendapatkan bahan keterangan dari sasaran dengan mendengarkan secra tidak langsung, tapi melalui benda maupun orang lain.

6. Penyusupan (penetrating)

Adalah suatu cara mendapatkan bahan keterangan dengan menyusupkan jaringan penyelidikan, baik yang dilakukan agen-agen Polisi maupun informan ke dalam sasaran penyelidikan.

7. Penyurupan (surreptition entry)

Adalah suatu cara mendapatkan bahan keterangan dengan memasuki suatu tempat/ruangan/bangunan tanpa diketahui oleh anggota lain dan meninggalkan tempat tanpa meninggalkan bekas.

8. Penyadapan (taping)

Adalah cara mendapatkan bahan keterangan dengan melakukan penyadapan sistem komunikasi pihak sasaran, yang dilakukan secara rahasia (clandestin), tanpa diketahui oleh sasaran atau pihak-pihak lain.

(23)

23 C. Sasaran Penyelidikan Intelpol

Pada umumnya sasaran penyelidikan Intelpol diarahkan untuk menemukan dan mengindentifisir hakekat ancaman yang terdiri dari ancaman faktual, faktor korelatif kriminogen dan police hazard dalam bidang-bidang :

1. Kriminalitas

Sasaran penyelidikan Intelpol dalam bidang kriminalitas adalah : a. Kejahatan-kejahatan yang berkadar ancaman tinggi.

b. Kejahatan-kejahatan terhadap keamanan negara.

c. Kejahatan-kejahatan tertentu dimana terdapat jaringan-jaringan atap organisasi daripada pelaku kejahatan tersebut.

Khusus mengenai kejahatan-kejahatan yang berkadar ancaman tinggi, sasaran penyelidikannya antara lain curas, penyalahgunaan senpi dan bahan peledak, pembakaran, pencurian kawat telepon, penyalahgunaan Narkotika, kejahatan uang palsu, penyelundupan, kejahatan perbankan, kenakalan remaja, kecelakaan lalulintas dan lain-lain. Dalam pelaksanaan penyelidikan di bidang Kriminalitas, perlu perhatian khusu terhadap :

a. Perkembangan bentuk-bentuk baru kriminalitas (new mension crime). b. Bentuk-bentuk kejahatan yang bersifat internasional (internasional crime).

c. Bentuk-bentuk kejahatan terorganisir (organized crime) serta jaringan-jaringannya. Disamping itu agar diperhatikan secara khusus kemungkinan terdapatnya latar belakang SUBVERSI dari bentuk-bentuk kejahatan, untuk menyelidiki apakah merupakan kejahatan-kejahatan terhadap negara seperti Subversi dan Terorisme :

a. Subversi Dalam Negeri : sisa-sisa G30S/PKI, kegiatan ekstrim kiri/kanan, kegiatan separatis dan lain-lain.

b. Subversi Luar Negeri : yang berasal dari negara super power, potential super power, major power dan kemungkinan subversi dari sementara negara Timur Tengah dalam rangka subversi Komunis, Liberalisme dan Agama.

2. Kegiatan Masyarakat dan Pembangunan Nasional

Di bidang ini sasaran penyelidikan Intelpol adalah berusaha mengadakan deteksi dan identifisir faktor-faktor korelatif kriminogen di bidang pembangunan Ipoleksosbud Hankam termasuk kegiatan-kegiatan masyarakat. Tujuannya adalah untuk mendapatkan bahan keterangan mengenai gejolak/gelagat perkembangan kehidupan dalam masyarakat serta dampak dari pembangunan nasional itu sendiri.

(24)

24

a. Faktor Korelatif Kriminogen dalam bidang Sosial Politik, antara lain : 1) Sikap dan perilaku masyarakat dalam melaksanakan politik praktis. 2) Pertumbuhan dan perkembangan Ormas dan Orpol dalam massyarakat. 3) Perkembangan kegiatan politik praktis dalam masyarakat dan sikap serta

tanggapan yang timbul terhadap kebijaksanaan-kebijaksanaan Pemerintah di bidang kehidupan politik.

4) Kegiatan politik dari tokoh-tokoh masyarakat.

5) Kegiatan dan sikap politik golongan-golongan ekstrim yang ada.

6) Kegiatan pemuda/mahasiswa yang bertendensi politik dalam bentuk kegiatan politik terselubung.

7) Sikap dan tanggapan negatif dari kelompok pemuda/mahasiswa terhadap kebijakan Pemerintah.

b. Faktor Korelatif Kriminogen dalam bidang Sosial Ekonomi, antara lain : 1) Masalah hambatan dan kebocoran dalam pembangunan.

2) Masalah golongan ekonomi lemah dan golongan ekonomi kuat, masalah pengusaha pribumi dan non pribumi, serta masalah modal asing dan dalam negeri.

3) Masalah pangan yang meliputi pengadaan, penyimpanan dan distribusi, terutama yang menyangkut 9 bahan pokok.

4) Masalah perdagangan dan pendistribusian. 5) Masalah pertambangan.

6) Berbagai macam tindak pidana dalam bidang ekonomi seperti masalah uang palsu, penyelundupan, korupsi, spekulasi dan manipulasi.

7) Berbagai macam tindak pidana dalam bidang ekonomi yang merupakan kerawanan-kerawanan dan dapat menimbulkan keresahan masyarakat. c. Faktor Korelatif Kriminogen dalam bidang Sosial Budaya, antara lain :

1) Masalah kependudukan.

2) Masalah pendidikan dan pengajaran serta kerawanan-kerawanannya. 3) Masalah aliran kepercayaan dan masalah kerukunan umat beragama.

(25)

25

4) Masalah yang menyangkut suku, agama, ras dan antar golongan. 5) Masalah peburuhan/lapangan kerja.

6) Masalah kebudayaan asing yang negatif bagi mental masyarakat. 7) Masalah kehidupan generasi remaja.

8) Kegiatan media massa seperti film dan pers.

9) Masalah kelestarian benda bersejarah dan kelestarian alam. 10) Masalah kesadaran hukum masyarakat.

11) Masalah bencana alam. 12) Masalah penyakit masyarakat. 13) Masalah perkembangan pariwisata.

14) Masalah-masalah lain dalam bidang Sosial Budaya yang menimbulkan kerawanan dan dapat menimbulkan keresahan dalam masyarakat.

d. Kegiatan-kegiatan masyarakat yang harus diperhatikan dalam penyelidikan Intelpol: 1) Semua kegiatan masyarakat yang memerlukan/dilindungi izin maupun jenis

kegiatan lainnya dari masyarakat. 2) Kegiatan tokoh-tokoh/pelaku kejahatan.

3) Kemungkinan timbulnya/tumbuhnya aliran kepercayaan yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengacaukan persatuan dan kesatuan bangsa.

D. Tujuan Penyelidikan Intelpol

Tujuan Penyelidikan Intelpol adalah untuk mendapatkan bahwa bahan keterangan yang mempunyai kegunaan-kegunaan untuk :

1. Kegunaan Taktis

Penyelidikan diadakan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah bahan-bahan keterangan yang akan digunakan untuk kepentingan taktis yaitu :

a. Untuk menetukan tindakan-tindakan yang akan diambil dengan resiko yang diperhitungkan.

b. Untuk menentukan cara bagaimana mempergunakan sarana-sarana yang ada pada Polri secara berdayaguna dan berhasilguna dalam batas waktu tertentu.

(26)

26 2. Kegunaan Strategis

Penyelidikan diadakan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah bahan-bahan keterangan yang akan digunakan untuk kepentingan strategis. Pelaksanaan penyelidikan dilakukan secara terus-menerus terhadap gejolak/peristiwa/permasalahan tertentu di bidang Ipoleksosbudkam, yang dinilai mempunyai pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap kestabilan Kamtibmas. Selanjutnya hasil penyelidikan tersebut digunakan sebagai ”early warning” (peringatan dini) oleh Pimpinan untuk menetapkan tindakan/kebijaksanaan.

3. Kegunaan Operasi

Dalam hal ini penyelidikan Intelpol berusaha memperoleh segala hal tentang obyek operasi, yang akan digunakan untuk menunjang perencanaan, pelaksanaan dan administrasi operasi. Bahan-bahan keterangan yang diperoleh dalam penyelidikan-penyelidikan Intelpol Strategis, Taktis dan Operasional dapat dipergunakan secara timbalbalik.

IV. PELAKSANAAN PENYELIDIKAN MENURUT POLA OPERASIONAL INTELPOL

Pola Umum Operasional Intelpol terdiri dari : A. “ Service Type Of Operation “ (STO) B. “ Mission Type of Operation “ (MTO) Uraian masing-masing adalah sebagai berikut : A. Service Type Of Operation (STO)

Pelaksanaan penyelidikan diarahkan kepada pengumpulan bahan keterangan, dimulai dengan : 1. Jalur formal Struktural, yang meliputi jalur kesatuan, baik dari kesatuan bawah ke

kesatuan atas, maupun dari kesatuan atas ke kesatuan bawah. 2. Sumber terbuka dan sumber tertutup, yaitu :

a. Jaringan diatas permukaan, yaitu meliputi pemberitaan umum yang ada diperpustakaan dan instansi pemerintah/swasta.

b. Jaringan dibawah permukaan, yang meliputi agen bergerak, Agen Tertanam, Perwira Pengamat Wilayah (Pamatwil), jaringan informan dan agen dalam serta intern Polri.

c. Jalur koordinasi intelijen, yaitu meliputi :

Unsur-unsur intelijen dalam instansi (Tertentu) pemerintah, yang dapat bermanfaat dalam pertukaran informasi dan usah konsultasi terhadap suatu sasaran.

(27)

27 B. Mission Type of Operation (MTO)

Penyelidikan dilaksanakan dengan mengadakan penelitian dan pengembangan terhadap ancaman yang dihadapi, berupa ancaman factual yang berkadar tinggi. Penyelidikan dilaksanakan oleh unit operasional Intelpol. Dalam pelaksanaan penyelidikan dengan pola MTO ini harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pola Dasar Pelaksanaan Operasional Unit Intelpol 7 (tujuh) langkah dengan urutan : a. Tugas dalam bentuk TO/UUK

b. Perencanaan Tugas (Rengas) c. Penjabaran Tugas (Bargas) d. Persiapan Pelaksanaan e. Pelaksanaan Kegiatan f. Debriefing

g. Pelaporan

2. Pelaksanaan operasional melalui koordinasi antara unit-unit operasional Intelpol secara vertical.

3. Pelaksanaan operasional melalui koordinasi antara unit-unit operasional Intelpol secara horizontal.

4. Pelaksanaan penyelidikan menurut oragan tingkat pelakasana. Artinya penyelidikan yang diadakan Intelpol diselenggarakan oleh setiap badan pelaksana fungsi Intelpol pada semua eselon jajaran polri.

Disamping kegiatan penyelidikan dilakukan sesuai dengan kewenangan daerah di mana unsur intelpol tersebut berada. Sehubung dengan hal tersebut di atas, perlu diperhatikan pola umum apa yang dipakai dalam sebuah pelaksanaan penyelidikan Intelpol, apakah STO dan MTO. Dalam STO, pelaksanaan penyelidikan Intelpol dilaksanakan oleh pengemban fungsi intelpol dari tingkat Polres sampai tingkat Mabes Polri. Ditingkat Polres misalnya dilaksanakan dengan “back up – operation” dari atas (Polda) atau dari satuan samping. Sesuai dengan tingkatnya maka pelaksanaan penyelidikan Intelpol adalah sebagai berikut :

1. Pada tingkat Mabes Polri, penyelidikan dilakukan oleh badan Intelijen Keamanan dengan jangkauan obyek terutama yang bertujuan strategis dan berlingkup nasional.

2. Pada tingkat Polda, penyelidikan dilakukan oleh Dit. Intelpampol dengan jangkauan yang betujuan taktis/strategis dan berlingkup daerah.

3. Pada tingkat Polres/Polwil/Polresta/Poltabes, penyelidikan dilakukan oleh unsur-unsur Intelpol dengan jangkauan terutama adalah sasaran yang bertujuan taktis dan berlingkup local.

4. Pada tingkat Polsek, di mana Polsek adalah basis deteksi, penyelidikan dilakukan oleh setiap anggota Polsek dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas Kepolisian.

(28)

28

Penyelidikan dilakukan pada sasaran-sasaran taktis di daerah wewenang masing-masing Polsek, terhadap setiap peristiwa/masalah yang terjadi dalam kehidupan masyarakat setempat. Penyelidikan Intelpol yang dilaksanakan pada tingkat Polsek adalah penyelidikan yang sangat dasar, yaitu menghimpun data intelijen Dasar, dengan cara pengenalan dan penguasaan data wilayah, menghimpun dan melaporkan pada kesempatan pertama kepada Polres, setiap peristiwa menonjol yang terjadi pada setiap wilayahnya, baik kriminil (pidana) maupun non kriminil (Kegiatan yang menonjol di bidang kemasyarakatan/Ipoleksosbud Hankam). Polsek merupakan unsur terdepan segenap jajaran Polri dalam menghadapi dan melayani masyarakat, karena itu setiap anggota Polsek pada umumnya adalah pengemban fungsi-fungsi teknis profesional Polri yang selengkapnya yaitu :

1. Fungsi Teknis Bimmaspol. 2. Fungsi Teknis Samaptapol. 3. Fungsi Teknis Resersepol. 4. Fungsi Teknis Intelpol.

Berkaitan dengan fungsi teknis Intelpol pada Polsek, maka keterbatasan kemampuan yang bersifat spesialis di Polsek-Polsek dalam bidang fungsi profesional ini, menyebabkan terbatasnya pula kemampuan Polsek melaksanakan fungsi-fungsi Intelpol. Disamping hal-hal diatas dalam penyelidikan dari tingkat Mabes sampai tingkat Polsek, perlu pula ditambahkan hal-hal sebagai berikut :

1. Pada tingkat Mabes, Polda, Polwil/Polres, pelaksanaan penyelidikan Intelpol juga dibantu oleh para Perwira Pengamat Wilayah (Pamatwil) yang dibentuk dan disesuaikan dengan kebutuhan/kemampuan.

2. Pada tingkat Polres maupun Polsek, tidak tertutup kemungkinan timbulnya masalah-masalah yang bersifat strategis.

V. PENUTUP

Demikian Standart Operasional Prosedure (SOP) kegiatan penyelidikan Intelijen yang meliputi pelaksanaan penyelidikan, sifat dan bentuk penyelidikan dan pelaksanaan penyelidikan menurut pola operasional Intelpol., dibuat sebagai pertanggung jawaban dalam setiap pelaksanaan tugas.

(29)

POLRI DAERAH METRO JAYA DIREKTORAT INTELKAM SUBDIT I / BIDANG POLITIK

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) SUBDIT I / BIDANG POLITIK

I. PENDAHULUAN

1. UMUM

a. Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok Polri, perlu dilakukan upaya penciptaan kondisi dan situasi yang menguntungkan agar tercapainya tujuan dari tugas pokok tersebut. Dengan adanya hal tersebut maka diperlukan kemampuan Penggalangan Intelijen dalam upaya penciptaan kondisi dimaksud.

b. Penggalangan Intelijen pada prinsipnya dilakukan dalam bentuk operasi Intelijen bersifat tertutup yang dilaksanakan dengan berencana dan terarah untuk mencapai tujuan sesuai atas dasar perintah / kebijaksanaan yang digariskan oleh pimpinan karena faktor biaya dan resiko yang cukup besar serta adanya keterbatasan – keterbatasan.

c. Tuntutan tugas Intelijen sesuai kebutuhan kegiatan operasi Penggalangan mempunyai aspek taktis dan strategis dimana akal pikiran lawan atau bakal lawan merupakan sasaran utama baik individual maupun kelompok yang secara psikologis dapat dipengaruhi agar tidak menghambat, mengganggu atau mengacau serta mengancam kepentingan pihak penggalang. Untuk melaksanakan hal tersebut maka pelaksanaan penggalangan Intelijen harus berdasarkan atas sistem teknik dan taktik Intelijen yang berlaku.

2. DASAR

a. Undang – Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

b. Surat Keputusan Kapolri No. Pol : Skep/ 993/ XII / 2005 tentang pedoman Penggalangan Intelijen Keamanan.

3. MAKSUD DAN TUJUAN a. Maksud.

Pembuatan Standart Operasional Prosedure (SOP) untuk memberikan gambaran manajemen dan Starnadr Operasional Subdit I dengan bidang Politik.

b. Tujuan.

Sebagai pedoman dan langkah – langkah bagi setiap personel Intelijen Polri dalam rangka penyelidikan pengamanan dan penggalangan Intelijen.

(30)

30 4. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Standart Operasional Prosedure (SOP) Penggalangan Intelijen meliputi kegiatan operasional bidang politik, baik dilingkungan Pemerintah maupun masyarakat wilayah hukum Polda Metro Jaya.

5. TATA URUT

I. PENDAHULUAN.

II. MANAJEMEN STANDART OPERASIONAL PROSEDURE (SOP) III. BIDANG SASARAN TUGAS

IV. PENUTUP

II. MANAJEMEN STANDART OPERASIONAL PROSEDURE (SOP)

A. TUGAS POKOK

1. Melaksanakan pembinaan etika profesi dan pembinaan kemampuan personil dalam rangka mendukung tugas pembinaan dan operasional Subdit I Direktorat Intelkam Polda Metro Jaya.

2. Mewujudkan integritas perorangan dan unit dengan melakukan penilaian dan evaluasi perilaku kinerja serta pemberian reward and punishment sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Melaksanakan tugas operasional Intelkam meliputi deteksi dini, penyelidikan, pengaman,

penggalangan, Pembentukan dan Pembinaan Jaringan dalam rangka pengamanan kebijakan pimpinan serta kegiatan pembangunan dibidang politik yang berdampak kontijensi di wilayah hokum Polda Metro Jaya.

4. Menyusun serta menyajikan hasil analisis Intelkam dalam berbagai jenis produk yang berkualitas guna membantu kelancaran dan keberhasilan tugas pimpinan Polda Metro Jaya. 5. Memantapkan dokumentasi dan sistem pelaporan intelijen yang cepat dan tepat baik lisan

dan tulisan terhadap setiap perkembangan fungsi intelijen. B. TANGGUNG JAWAB

1. KASUBDIT I

1. Menyiapkan dan merumuskan kebijakan pelaksana fungsi Subdit I dalam rangka menyusun program kerja Dit Intelkam sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas Subdit I.

2. Merumuskan dan menyiapkan program kegiatan berdasarkan program kerja Dit Intelkam serta mengarahkan, melaksanakan, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaannya.

3. Menyelengarakan kegiatan operasional Intelijen yang meliputi kegiatan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan dengan lebih memfokuskan terhadap kebijakan Pemerintah maupun terhadap segala bantuk-bentuk penyimpangan di Bidang Politik yang dapat meresahkan masyarakat.

(31)

31

4. Menerima UUK dari Dir Intelkam Polda Metro Jaya serta menyiapkan/menentukan UUK/TO di Bidang Politik kepada Para Kanit sekaligus memberikan bimbingan maupun pengendalian teknis atas pelaksanaan fungsi Subdit I di Lingkungan Intelijen Keamanan.

5. Menyusun dan menyiapkan produk Intelijen Khusus/insidentil yang berkaitan dengan Subdit I.

6. Melaksanakan survei staf yang berkaitan dengan fungsi Subdit I di lingkungan Intelijen Keamanan sesuai kedudukan serta batas wewenang dan tanggung jawabnya, menentukan kebijakan dan mengambil keputusan dalam rangka memimpin Subdit I guna menjamin terselenggaranya tugas Subdit I.

7. Membina moril disiplin, tata tertib dan kesadaran hukum di Lingkungan Subdit I.

8. Mengadakan koordinasi dan kerjasama dengan badan-badan/kesatuan di dalam maupun luar Polri untuk kelancaran pelaksanaan tugas

9. Melaksanakan tugas-tugas lainnya sesuai Perintah Pimpinan. C. KEPALA UNIT (KANIT)

a. Memimpin pelaksanaan kegiatan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan serta mengendalikan Anggota Unit sesuai lingkup tugasnya.

b. Menyusun rencana tugas berdasarkan penugasan dan pengarahan pimpinan (UUK / TO) berkaitan dengan perkembangan situasi yang sesuai dengan lingkup bidang tugasnya.

c. Memimpin dan mengkoordinasikan Unit dalam rangka memberikan back up operasional kepada Satuan Intelijen di Kewilayahan, yang berkaitan dengan bidang permasalahannya.

d. Mengkoordinasikan, membimbing dan mengarahkan Unit dalam penyusunan dan penjabaran tugas serta laporan hasil kegiatan.

e. Mengadakan koordinasi dan kerjasama atas perintah/petunjuk dan arahan Kasubdit I dengan badan/instanti/satuan dalam maupun di luar lingkungan polri untuk kelancaran pelaksanaan tugas.

f. Membuat produk Intel Khusus/Insidentil sesuai bidang tugasnya (Laporan Penugasan). g. Melaksanakan tugas-tugas lainnya sesuai perintah pimpinan.

h. Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai Kanit bertanggung jawab kepada Kasubdit I. D. PERWIRA UNIT (PANIT)

a. Membuat penjabaran tugas berdasarkan rencana tugas.

b. Melaksanakan tugas-tugas lapangan sesuai dengan teknik dan takik Intelijen serta menggunakan sarana dan peralatan yang ada.

c. Melaksanakan lidik, pam dan gal terhadap bentuk-bentuk penyimpangan yang berkaitan dengan bidang tugsnya.

d. Menyelenggarakan komunikasi antar Anggota Unit. e. Mengikuti briefing dan debriefing dari Kanit.

f. Membuat Laporan Informasi / data operasional.

g. Dalam pelaksanaan tugas sebagai Panit bertanggung jawab kepada Kanit. E. BINTARA UNIT (BANIT)

a. Melaksanakan tugas-tugas administrasi di Lingkungan Subdit I.

b. Menyimpan / mengarsipkan surat-surat dinas sesuai dengan permasalahannya.

(32)

32

c. Mengerjakan pengetikan surat-surat dinas di Lingkungan Subdit I serta mendistribusikannya.

d. Mengirim surat-surat dalam lingkungan Dit Intelkam.

e. Melaksanakan tugas-tugas lainnya sesuai perintah Pimpinan. f. Mengikuti briefing dan debriefing dari Kanit.

g. Membuat Laporan Informasi / data operasional.

h. Melaksanakan Lidik, Pam dan Gal terhadap bentuk penyimpangan yang berkaitan dengan bidang tugasnya.

i. Melaksanakan komunikasi antar anggota Unit.

j. Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai Banit bertanggung jawab kepada Kanit. F. BINTARA UMUM (BANUM)

1). Secara umum membantu pelaksanaan tugas Kasubdit I 2). Melaksanakan tugas Khusus di bidang administrasi :

a) Surat menyurat

b) Dokumentasi termasuk ketatalaksanaan perkantoran c) Kearsipan

3). Mengkoordinir petugas pengetik dalam melaksanakan tugasnya 4). Melaksanakan tugas – tugas sesuai dengan perintah pimpinan 5). Melaporkan dan bertanggung jawab atas tugasnya kepada Kasubdit I.

III. BIDANG DAN SASARAN TUGAS

A. SURAT MENYURAT 1. SURAT MASUK

a. Setiap surat yang masuk dimasukkan dalam buku register kemudian diberikan ke Kasubdit.

b. Surat didisposisi oleh Kasubdit.

c. Kemudian surat akan ditindaklanjuti sesuai disposisi Kasubdit, yaitu : 1) File surat.

2) Membuat surat/produk (Lap atensia, Telin dan Infosus).

3) Mengirim pada alamat yang dimaksud (sesuai dengan distribusi). 2. PRODUK INTELIJEN YANG MASUK

a. Produk LI masuk ke Kasubdit untuk disposisi. b. Kemudian ditindaklanjuti sesuai disposisi Kasubdi. c. Masukkan dalam BHI, Bank Data, Telming/Telbul. d. Dibuat produk Telin, Atensia, Infosus.

e. Dibuat UUK dan Sprin dari surat atau LI tersebut. f. Dibuat Fooding Intelijen ke Satker lain.

g. Pengiriman produk sesuai dengan distribusi. 3. LAPGAS DARI UNIT

a. LIDIK

(33)

33

1) Pembuatan UUK sesuai dengan permintaan Mabes Polri atau dari Kliping koran, surat, maupun dari LI anggota.

2) Pembuatan Sprin lidik. 3) Pelaksanaan Lidik. 4) Pembuatan Lapgas.

5) Lapgas dari unit di masukkan ke Kasubdit.

6) Kemudian dari Lapgas (UUK) tersebut dibuat resume tanda tangan Kasubdit untuk dikirim ke Dir Intelkam dan Wadir Intelkam Polda Metro Jaya.

7) Pengiriman lapgas sesuai distribusi. b. PENGAMANAN

1) Pembuatan Sprin. 2) Pelaksanaan Pam. 3) Pembuatan Lapgas.

4) Lapgas dari unit di masukkan ke Kasubdit.

5) Kemudian dari Lapgas tersebut dibuat resume tanda tangan Kasubdit untuk dikirim ke Dir Intelkam dan Wadir Intelkam Polda Metro Jaya.

6) Pengiriman lapgas sesuai dengan distribusi. c. PENGGALANGAN

1) Pembuatan Sprin. 2) Pelaksanaan Gal. 3) Pembuatan Lapgas.

4) Lapgas dari unit di masukkan ke Kasubdit.

5) Kemudian dari Lapgas tersebut dibuat resume tanda tangan Kasubdit untuk dikirim ke Dir Intelkam dan Wadir Intelkam Polda Metro Jaya.

6) Pengiriman lapgas sesuai dengan distribusi. 4. SURAT KELUAR

a. Semua surat keluar internal Dir di tandatangani oleh Kasubdit.

b. Surat keluar internal Polda Metro Jaya ditandatangani oleh Dir Intelkam Polda Metro Jaya.

c. Penomeran surat internal Subdit diambil di Subdit. d. Penomeran surat internal Dir diambil di Tata Usaha. B. PEMBUATAN TUKJAR

1. Kanit melakukan lidik untuk tentukan sasaran tukjar 2. Kanit mengajukan sasaran binjar ke Kasubdit 3. Kasubdit Membuat UUK dan Sprin tandatangani Dir

4. Kemudian mengajukan UUK dan Sprin disertai rencana kebutuhan anggaran Tukjar yang ditandatangani Kasubdit ke Bensat

5. Bensat menyerahkan uang tukjar ke Unit dengan tanda terima Kasubdit dan tanda tangan unit

6. Unit melakukan tukjar sesuai waktu yang telah ditentukan 7. Melakukan tukjar melalui tahapan :

a. Pengamatan dan analisa b. Pencarian (spotting)

(34)

34 c. Pemilihan (selection)

d. Pendekatan (approach) e. Pelamaran (recruitment) f. Uji coba (testing)

g. Menetapkan jaringan

8. Unit membuat laporan tukjar ke Kasubdit

9. Laporan tukjar dibuat resume ditandatangani Kasubdit untuk di kirim ke Dir Intelkam dan didistribusikan ke Bensat

C. PEMBUATAN BINJAR

1. Kanit melakukan lidik terhadap sasaran binjar 2. Kanit mengajukan sasaran binjar ke Kasubdit 3. Membuat UUK dan Sprin tandatangani Dir

4. Mengajukan UUK dan Sprin disertai rencana kebutuhan anggaran binjar yang ditandatangani Kasubdit ke Bensat

5. Bensat menyerahkan uang binjar ke Unit dengan tanda terima Kasubdit dan tanda tangan unit

6. Unit melakukan binjar sesuai waktu yang telah ditentukan 7. Unit melakukan harus memperhatikan hal hal berikut :

a. Pembinaan harus terus menerus dilakukan karena adanya kelemahan jaringan yang dapat mempengaruhi hasil

b. Bentuk pembinaan

c. Hindari penggunaan inventaris/fasilitas dinas d. Barang – barang dinas

e. Semua janji harus benar – benar dipenuhi kedua belah pihak 8. Unit membuat laporan binjar ke Kasubdit

9. Laporan binjar dibuat resume ditandatangani Kasubdit untuk di kirim ke Dir Intelkam dan ditribusi Bensat

D. TUGAS POKOK MASING – MASING UNIT OPSNAL 1) Unit A Subdit I :

Melaksanakan monitor terhadap setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Tinggi Negara khususnya pada lembaga Yudikatif, antara lain :

a) Mahkamah Konstitusi

b) Komisi Pemberantasan Korupsi c) Mahkamah Agung

d) Dll 2) Unit B Subdit I :

Melaksanakan monitor terhadap setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Lembaga Tinggi Negara khususnya pada lembaga Legislatif, antara lain :

a) Dewan Perwakilan Rakyat b) Dewan Perwakilan Daerah c) Majelis Permusyawaratan Rakyat

(35)

35 3) Unit C Subdit I :

Melaksanakan monitor terhadap setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Eksekutif dan Legislatif Daerah di wilayah Hukum Polda Metro Jaya, antara lain :

a) Pemda dan DPRD Provinsi DKI Jakarta b) Pemda dan DPRD Kota Bekasi

c) Pemda dan DPRD Kabupaten Bekasi d) Pemda dan DPRD Kota Tangerang

e) Pemda dan DPRD Kota Tangerang Selatan f) Pemda dan DPRD Kabupaten Tangerang 4) Unit D Subdit I :

Melaksanakan monitor terhadap setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Partai Politik, Lembaga Penyelenggara dan Pengawas Pemilu.

5) Unit E Subdit I :

Melaksanakan monitor terhadap pelaksanaan Pemilukada di wilayah Hukum Polda Metro Jaya, antara lain :

a) Pemilukada Gubernur dan Wakil Gubernur b) Pemilukada Walikota dan Wakil Walikota c) Pemilukada Bupati dan Wakil Bupati 6) Unit F Subdit I :

Melaksanakan lidik dan monitor terhadap setiap kegiatan LSM yang kontra terhadap Pemerintahan SBY-BOEDIONO, antara lain :

a) Petisi 28 / Doekoen Coffe b) RAKBER / Guntur 49 c) Dll

IV. PENUTUP

Demikian Standart Operasional Prosedure (SOP) Intelijen bidang politik yang meliputi kegiatan operasional meliputi Ruang lingkup Standart Operasional Prosedure (SOP) Penggalangan Intelijen meliputi kegiatan operasional bidang politik, baik dilingkungan Pemerintah maupun masyarakat wilayah hukum Polda Metro Jaya

(36)

POLRI DAERAH METRO JAYA DIREKTORAT INTELKAM SUBDIT II / BIDANG EKONOMI

STANDART OPERASIONAL PROSEDURE ( SOP ) SUBDIT II / BIDANG EKONOMI

I. PENDAHULUAN.

1. Umum.

a. Intelijen Keamanan merupakan salah satu fungsi operasional Polri yang bertugas dan bertanggung jawab untuk melakukan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan terhadap segala bentuk ancaman dan gangguan yang akan mempengaruhi situasi dan kondisi keamanan.

b. Sub Direktorat bertugas menyelenggarakan kegiatan operasional Intelijen keamanan guna terlaksananya deteksi dini (early detection), peringatan dini (early warning), dan deteksi aksi termasuk pengumpulan biodata tokoh formal dan informal organisasi sosial masyarakat, politik dan pemerintahan,ekonomi serta pengawasan dan pengamanan orang asing dan bahan peledak dan kegiatan sosial atau politik masyarakat.

c. Sub Direktorat II bidang Ekonomi merupakan bagian dari Direktorat Intelijen Keamanan Polda Metro Jaya yang kegiatan di fokuskan pada bidang ekonomi yang meliputi segala usaha, pekerjaan, kegiatan atau tindakan untuk melakukan penyelidikan, pengamanan dan penggalangan pada bidang ekonomi sehingga mampu melakukan identifikasi kerawanan di bidang Ekonomi sehingga dapat melakukan antisipasi untuk mencegah terjadinya potensi gangguan, ambang gangguan dan gangguan nyata pada bidang ekonomi di wilayah Polda Metro Jaya.

2. Dasar.

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Surat Keputusan Kapolri No.Pol : Skep/8/I/2008 tanggal 23 Januari 2008 tentang

pedoman pelaksanaan pembentukan dan pembinaan jaringan Intelijen.

c. Peraturan Kapolri Nomor : 22 Tahun 2010 tanggal 28 September 2010 tentang susunan organisasi dan tata kerja pada tingkat Kepolisian Daerah.

3. Maksud dan Tujuan. a. Maksud.

Pembuatan Standart Operasional Prosedure (SOP) untuk memberikan gambaran tentang kegiatan operasional Subdit II bidang Ekonomi.

c. Tujuan.

Sebagai pedoman dan langkah-langkah bagi setiap personel Intelijen Polri dalam rangka kegiatan operasional khususnya Subdit II bidang Ekonomi.

Referensi

Dokumen terkait