• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Thn 1999

Judul Analisis tingkat pendapatan petani tambak dan nelayan serta faktorfaktor yang mempengaruhi nya di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh

Peneliti Salim

Variabel a. Variabel dependen: Pendapatan petani tambak dan nelayan b. Variabel independen: -Untuk petani tambak: Luas lahan, Modal, Pengalaman, Tenaga kerja. -Untuk nelayan: Jarak tempuh melaut, Modal, Pengalaman, Jumlah perahu, Tenaga kerja

Hasil - Untuk petani tambak: Semua variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen dengan R2 sebesar 99,8 persen. Variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen adalah luas lahan, modal, dan pengalaman masingmasing pada taraf signifikansi 99 persen dan hipotesisnya diterima. Sedangkan variabel tenaga kerja tidak berpengaruh baik pada derajat kepercayaan 99%, 95%, 90% atau pada α = 1%, 5% atau 10% dan hipotesisnya ditolak. - Untuk nelayan: semua variabel independen dapat mempengaruhi variabel dependen dengan R2 sebesar 98,7%. Variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen adalah pengalaman dan jumlah perahu masing-masing pada taraf signifikansi 95%, dan 99% dan hipotesisnya diterima.

Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 2.1 Thn Judul Peneliti

Variabel 2006 Adnan

-Variabel dependen: pendapatan nelayan. Variabel independen: nelayan perahu tradisional, nelayan perahu motor tempel dan nelayan kapal motor.

Hubungan Program Motorisasi Terhadap Peningkatan Produksi Dan Pendapatan nelayan

Hasil Sedangkan variabel jarak melaut, modal dan tenaga kerja tidak berpengaruh baik pada derajat kepercayaan 99%, 95%, 90% atau pada α = 1%, 5% atau 10% dan hipotesisnya ditolak. Perubahan teknologi berpengaruh positif terhadap tingkat hasil tangkapan nelayan. Hal ini terlihat dari besarnya konstanta untuk jenis teknologi tradisional, jenis teknologi motor tempel, dan jenis teknologi kapal motor, masing-masing sebesar 16.087 untuk perahu tradisional, 16.568 untuk perahu motor tempel serta 16.699 untuk kapal motor. Semakin tinggi nilai konstanta atau koefisien teknis, semakin tinggi hasil tangkapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi hasil

tangkapan ikan paling besar dicapai oleh kapal motor, perahu motor tempel, dan terakhir diikuti perahu tradisional. kedua, rata-rata pendapatan bersih perbulan untuk nelayan yang menggunakan perahu tradisional sebesar Rp. 1.238.384,-, nelayan yang menggunakan perahu motor tempel sebesar Rp. 2.355.693,-,

(4)

Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 2.1 Thn Judul Peneliti

Variabel 1995 Rangkuti

Variabel dependen: pendapatan nelayan perahu motor dan nelayan perahu layar. Variabel independen: Biaya melaut, status perahu, pengalaman dan pendidikan.

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan

Hasil dan Rp. 6.850.099,-, adalah pendapatan bersih rata-rata perbulan nelayan menggunakan kapal motor. Hal tersebut menunjukkan bahwa antara pendapatan nelayan yang memakai perahu

tradisional dengan perahu motor tempel terdapat perbedaan yang nyata. Demikian pula, antara perahu motor tempel dengan kapal motor. Lebih lanjut disimpulkan bahwa antara teknologi memberikan perbedaan pendapatan bersih perbulan yang diterima oleh nelayan. Bahwa faktor dominan mempengaruhi pendapatan nelayan perahu motor adalah biaya melaut, status perahu, pengalaman dan pendidikan. Namun faktor yang paling dominan dalam menentukan pendapatan nelayan perahu motor adalah faktor biaya melaut. Dimana semakin besar biaya melaut, maka

pendapatan yang diperoleh juga semakin besar. Faktor ini juga yang paling dominan mempengaruhi pendapatan nelayan perahu layar.

Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.1 Thn Judul 2006 Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruh Pendapatan Usaha nelayan di Kabupaten Asahan

1998

Produktivitas dan pendapatan buruh nelayan di Jawa dan Madura Peneliti Sasmita

Variabel a. Variabel dependen: pendapatan usaha nelayan b. Variabel independen: modal kerja, tenaga kerja, waktu melaut (jam kerja), dan pengalaman

Masyhuri

independen: modal kerja, tenaga kerja, waktu melaut (jam kerja), dan pengalaman Variabel dependen: pendapatan buruh nelayan -Variabel independen: Produktivitas buruh nelayan.

Hasil Modal kerja, tenaga kerja, dan waktu melaut (jam kerja) berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan pendapatan usaha nelayan di Kabupaten Asahan sebesar 60,73 persen. Variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen tersebut masing-masing nyata pada taraf signifikansi 99 persen, 90 persen, dan 95 persen. Sedangkan pengalaman sebagai

(5)

nelayan berpengaruh positif, tetapi tidak signifikan terhadap peningkatan pendapatan usaha nelayan. Namun demikian modal kerja sangat dominan mempengaruhi peningkatan pendapatan usaha nelayan. Pola kepemilikan sarana produksi penangkapan ikan mempunyai pengaruh yang sangat besar pada tingkat perekonomian nelayan. Sistem bagi hasil yang sudah menjadi tradisi dikalangan nelayan, menempatkan kelompok pemilik sarana produksi pada posisi yang sangat menguntungkan, yang mendapat sebahagian besar dari hasil tangkapan. Dalam hal ini, makin strategis posisi

Universitas Sumatera Utara Lanjutan Tabel 2.1 Thn Judul Peneliti

Variabel

Hasil seseorang dalam organisasi kerja nelayan maka makin besar pula pendapatan nelayan. Adapun perbedaan dan persamaan penelitian yang akan dilakukan dengan semua referensi di atas adalah: 1. Referensi Salim, perbedaannya: untuk melihat tingkat pendapatan nelayan menggunakan variabel jumlah perahu. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel lama melaut.

Persamaannya: sama-sama ingin mengetahui tingkat pendapatan kedua sampel (petani tambak dan nelayan) dan melihat perbedaan pendapatan antara kedua sampel. 2. Referensi Adnan,

perbedaannya: melihat tingkat pendapatan nelayan dari variabel teknologi(motorisasi). Sedangkan pada penelitian ini melihat tingkat pendapatan nelayan dari variabel modal, pengalaman, tenaga kerja dan waktu melaut. Persamaannya: sama-sama ingin mengetahui tingkat pendapatan nelayan. 3. Referensi Rangkuti, perbedaannya: melihat tingkat pendapatan nelayan perahu motor dan

nelayan perahu layar dari variabel biaya melaut, status perahu, pengalaman dan tingkat pendidikan. Sedangkan pada penelitian ini melihat tingkat pendapatan nelayan dari variabel modal, pengalaman, tenaga kerja, dan lama melaut. Persamaannya: sama-sama ingin mengetahui tingkat pendapatan nelayan.

Universitas Sumatera Utara

4. Referensi Sasmita, perbedaanya: melihat tingkat pendapatan nelayan yang menggunakan perahu motor berkapasitas ≤5 gross ton (GT), berkekuatan 23-30

daya kuda dan status perahu milik sendiri maupun milik orang lain (toke/pengusaha) . Sedangkan pada penelitian ini melihat tingkat pendapatan nelayan yang mendapat bantuan perahu motor dari pemerintah daerah, yang harus membayar cicilan perahu perbulan dan nantinya status perahu akan menjadi milik dari kelompok nelayan perahu motor tersebut. Persamaannya: sama-sama ingin

mengetahui tingkat pendapatan nelayan yang dipengaruhi oleh variabel modal , pengalaman, tenaga kerja, dan lama melaut (waktu melaut). 5. Referensi Masyuri, perbedaannya: melihat tingkat

pendapatan nelayan dari segi produktivitas nelayan. Sedangkan pada penelitian ini melihat tingkat pendapatan nelayan dari variabel modal, pengalaman, tenaga kerja dan lama melaut. Persamaannya: sama-sama ingin mengetahui tingkat pendapatan nelayan dengan menggunakan sarana produksi. 2.2. Teori Pendapatan Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi

bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun faktor-faktor yang

(6)

faktor produksi dalam hal ini faktor yang terpenting adalah tanah. Kedua, perolehan pekerjaan yaitu perolehan pekerjaan bagi mereka yang tidak mempunyai tanah yang cukup untuk memperoleh kesempatan kerja penuh. Ketiga, laju produksi pedesaan

Universitas Sumatera Utara

dalam hal ini yang terpenting adalah produksi pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut. Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan maupun tahunan. Dewasa ini sumber pendapatan sebagian besar rumah tangga di pedesaan tidak hanya dari satu sumber, melainkan dari beberapa sumber atau dapat dikatakan rumah tangga melakukan diversifikasi pekerjaan atau memiliki aneka ragam sumber pendapatan (Susilowati dkk, 2002). Pendapatan rumah tangga pertanian ditentukan oleh tingkat upah sebagai penerimaan faktor produksi tenaga kerja. Nilai sewa tanah sebagai penerimaan dari penguasaan asset produktif lahan pertanian. Dengan demikian tingkat pendapatan rumah tangga pedesaan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan faktor produksi. Menurut Rahardja dan Manurung (2000), pendapatan adalah total penerimaan (uang dan bukan uang) seseorang atau suatu rumah tangga selama periode tertentu. Menurutnya juga, Pendapatan uang (money income) adalah sejumlah uang yang diterima keluarga pada periode tertentu sebagai balas jasa atas faktor produksi yang diberikan. Masih menurut Rahardja dan Manurung (2001), pendapatan personal adalah bagian pendapatan nasional yang merupakan hak individu-individu dalam perekonomian, sebagai balas jasa keikutsertaan mereka dalam proses produksi. Menurut Dahuri (2003), untuk melihat tingkat pendapatan nelayan juga bisa dilakukan dengan melihat proporsi produksi ikan dengan jumlah nelayan per hari.

Universitas Sumatera Utara

2.3. Konsep Pendapatan (Income) Pendapatan merupakan konsep aliran (flow concept). Menurut Raharja dan Manurung (2000), ada tiga sumber penerimaan rumah tangga, yaitu: 1) Pendapatan dari gaji dan upah Gaji dan upah adalah balas jasa terhadap kesediaan menjadi tenaga kerja. Besar gaji / upah seseorang secara teoritis sangat tergantung pada produktivitasnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas, yaitu: a) Keahlian (skill), adalah kemampuan teknis yang dimiliki seseorang untuk mampu menangani pekerjaan yang dipercayakan. Makin tinggi jabatan seseorang, keahlian yang dibutuhkan makin tinggi, karena itu gaji atau upahnya makin tinggi. b) Mutu modal manusia (Human capital), adalah kapasitas pengetahuan, keahlian dan kemampuan yang dimiliki seseorang, baik karena bakat bawaan (inborn) maupun hasil pendidikan dan latihan. c) Kondisi kerja (Working conditions), adalah lingkungan dimana seseorang bekerja. Penuh resiko atau tidak. Kondisi kerja dianggap makin berat, bila resiko kegagalan atau kecelakaan kerja makin tinggi. Untuk

pekerjaan yang makin beresiko tinggi, upah atau gaji makin besar, walaupun tingkat keahlian yang dibutuhkan tidak jauh berbeda. 2) Pendapatan dari Aset produktif Aset produktif adalah aset yang memberikan pemasukan atas balas jasa penggunaannya. Ada dua kelompok aset produktif. Pertama, aset finansial (financial assets). Kedua, aset bukan finansial (real assets). 3) Pendapatan dari

pemerintah (transfer payment) Universitas Sumatera Utara

Pendapatan dari pemerintah atau penerimaan transfer (transfer payment) adalah pendapatan yang diterima bukan sebagai balas jasa atas input yang diberikan. Menurut Rosyidi (2002), ada dua pihak yang menggerakkan roda perekonomian, kedua pihak itu ialah swasta di satu pihak, dan pemerintah di pihak lainnya. Didalam perekonomian liberal, maka peranan di dalam perekonomian hampir seluruhnya dimainkan oleh pihak swasta, yakni oleh pihak individu dan pihak business yang menyediakan barang dan jasa yang menjadi pemuas kebutuhan masyarakat, sebagai imbalan bagi

(7)

jasa-jasa produktif yang diterimanya dari masyarakat seperti tenaga, tanah, dan sebagainya. Di pihak lain, dari pihak masyarakat ke pihak bisnis mengalirlah uang dalam bentuk

pembelian-pembelian, sedangkan dari arah yang sebaliknya- dari business ke masyarakat- mengalir pula dalam bentuk upah, gaji, bunga, sewa, dan sebagainya. Demikianlah adanya arus perputaran perekonomian dari saat ke saat di dalam sebuah perekonomian swasta. Selanjutnya pada pendapatan dan

penghasilan adanya arus uang yang mengalir dari pihak dunia usaha kepada masyarakat dalam bentuk upah dan gaji, bunga, sewa, dan laba. Ini adalah bentuk-bentuk pendapatan yang diterima oleh anggota masyarakat. Penghasilan bisa jadi lebih besar dari pada pendapatan, sebab secara teoritis, penghasilan bruto harus dikurangi dengan setiap biaya yang dikorbankan oleh seseorang demi mendapatkan pendapatannya. Arus pendapatan (upah, bunga, sewa, dan laba) itu muncul sebagai akibat adanya jasa-jasa produktif yang mengalir ke arah yang berlawanan dengan arah arus pendapatan yakni, jasa-jasa produktif mengalir dari pihak masyarakat ke pihak business sedangkan Universitas Sumatera Utara

pendapatan mengalir dari business ke masyarakat. Semua ini memberi arti bahwa pendapatan harus didapatkan dari aktivitas produktif. Konsep pendapatan nasional pengertiannya hanyalah sederhana saja, yakni pendapatan nasional tidak lebih daripada penjumlahan semua pendapatan individu. 2.4. Produksi Menurut Rosyidi (2002), bagi kebanyakan orang, produksi diartikan sebagai kegiatan-kegiatan didalam pabrik-pabrik atau kegiatan-kegiatan di lapangan pertanian. Secara lebih luas, setiap proses yang menciptakan nilai atau memperbesar nilai sesuatu barang adalah produksi. Atau dengan

mudah dikatakan bahwa produksi adalah setiap usaha yang menciptakan atau memperbesar daya guna barang. Produksi tidak dapat dilakukan tanpa bahan-bahan yang memungkinkan dilakukannya produksi itu sendiri. Faktor-faktor produksi itu terdiri atas: a) tanah atau sumber daya alam; b) tenaga kerja manusia atau sumber daya manusia; c) modal, dan; d) kecakapan tata laksana atau skill. Sekalipun tidak ada yang tidak penting dari keempat faktor produksi tersebut, namun yang keempat itulah yang terpenting, sebab fungsinya adalah mengorganisasikan ketiga faktor produksi yang lain. Produksi menciptakan pendapatan. Pembuatan barang dan jasa oleh bisnis tentu

memerlukan jasa-jasa produktif dari semua faktor produksi, dan dari situlah munculnya pendapatan, yakni berupa balas jasa untuk semua faktor produksi itu (upah dan gaji, sewa, bunga, dan laba). Universitas Sumatera Utara

Usaha nelayan ataupun usaha petani tambak pada prinsipnya dapat digolongkan sama dengan bentuk perusahaan, dimana untuk memproduksi secara umum diperlukan modal, tenaga kerja, teknologi, dan kekayaan alam (Sukirno, 1985). Bagi nelayan dan petani tambak, produksi ikan yang dihasilkan sama dengan pendapatan.

Produksi (production) merujuk pada transformasi dari berbagai input (tenaga kerja, modal, dan tanah atau sumber daya alam) atau sumber daya menjadi output berupa barang dan jasa. Menurut Soekartawi (2005), faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen adalah faktor produksi yang terpenting diantara faktor produksi yang lain. Hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) biasanya disebut dengan fungsi produksi. Resiko produksi perikanan adalah yang paling besar dalam konteks produkproduk pertanian, karena sebagian besar produk perikanan berasal dari produksi perairan umum yang tunduk pada kaedah general proverty rights dimana mereka yang menguasai akses akan menguasai produksi yang relatif besar. Menurut Daniel (2002), proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan tanaman, ternak, maupun ikan dapat dipenuhi. Persyaratan ini lebih dikenal dengan nama faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari

(8)

empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan skill atau manajemen (pengelolaan). Sebagian para ahli mencantumkan hanya tiga faktor produksi yaitu tanah, modal dan tenaga Universitas Sumatera Utara

kerja. Ketiga faktor produksi tersebut merupakan sesuatu yang harus tersedia, yang akan lebih sempurna kalau syarat kecukupan pun dapat terpenuhi. Menurut Mankiw (2001), Produktivitas merupakan faktor penting. Banyak faktor menentukan produktivitas dalam menangkap ikan,

misalnya, jika memiliki lebih banyak jaring ikan, jika tahu teknik-teknik menangkap ikan yang baik, jika pulaunya memiliki suplai ikan yang banyak, dan jika mampu menemukan tempat terbaik untuk menangkap ikan di sekitar pulau. Masing-masing faktor yang menentukan produktifitas ini kita sebut modal fisik, modal manusia, sumber daya alam, dan pengetahuan teknologis, dapat diaplikasikan terhadap perekonomian yang lebih kompleks dan realistis.

2.5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Samuelson dan Nordhaus (2004), Para ekonom telah menemukan bahwa mesin kemajuan ekonomi harus bertengger di atas empat roda yang sama. Keempat roda, atau empat faktor pertumbuhan itu adalah: 1. Pembentukan modal ( mesin, pabrik, jalan) 2. Sumber daya manusia (penawaran tenaga kerja, pendidikan, disiplin , motivasi) 3.

Teknologi (sains, rekayasa, manajemen, kewirausahaan) 4. Sumber daya alam (tanah, mineral, bahan baker, kualitas lingkungan) Rahardja dan Manurung (2001), faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi adalah: 1. Barang modal (dapat dilakukan melalui investasi)

Universitas Sumatera Utara

2. Tenaga kerja (kualitas SDM terkait dengan kemajuan teknologi produksi) 3. Teknologi (dapat memanfaatkan teknologi madia atau tepat guna secara optimal) 4. Uang (memegang peranan dan fungsi sentral dalam proses produksi) 5. Manajemen (peralatan yang dibutuhkan untuk mengelola perekonomian modern) 6. Kewirausahaan atau Entrepreneurship (diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan dan modernisasi perekonomian) 7. Informasi (pengambilan keputusan dapat lebih cepat dan lebih baik sehingga alokasi sumber daya ekonomi makin efisien) Mankiw (2001), faktor yang menentukan produktivitas dapat diaplikasikan terhadap perekonomian yang lebih kompleks dan realistis. Faktor yang dimaksud adalah: 1. Modal fisik (peralatan dan infra struktur yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa) 2. Modal manusia (pengetahuan dan keahlian-keahlian yang diperoleh pekerja melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman) 3. Sumber daya alam (input-input produksi barang dan jasa yang disediakan oleh alam, sungai dan deposit-deposit mineral) 4. Pengetahuan teknologis (pemahaman masyarakat tentang cara terbaik untuk

memproduksi barang dan jasa)

2.5.1. Modal Menurut Mulyadi (2005), modal usaha nelayan adalah nilai aset (inventaris) tetap/tidak bergerak dalam satu unit penangkap. Pada umumnya, untuk satu unit

Universitas Sumatera Utara

penangkap modal terdiri dari: alat-alat penangkapan (pukat dan lain-lain), boat atau sampan penangkap, alat-alat pengolahan atau pengawet di dalam kapal, dan alat-alat pengangkutan laut (carier). Penilaian modal usaha nelayan dapat dilakukan menurut tiga cara: 1) penilaian didasarkan kepada nilai alat-alat yang baru, yaitu berupa ongkos memperoleh alat-alat tersebut menurut harga yang berlaku sekarang; 2) berdasarkan harga pembelian atau pembuatan alat-alat, jadi berapa investasi awal yang telah dilaksanakan nelayan, bertolak dari sini, dengan memperhitungkan penyusutan tiap tahun, dapat dihitung nilai alat-alat atau modal pada waktu sekarang; 3) dengan menaksir nilai alat pada waktu sekarang, yakni harga yang akan diperoleh apabila alat-alat dijual.

(9)

Menurut Soekartawi (2002), modal dalam usaha tani dapat diklasifikasikan sebagai bentuk kekayaan baik berupa uang maupun barang yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu baik secara

langsung maupun tidak langsung dalam suatu proses produksi. Dengan demikian pembentukan modal mempunyai tujuan yaitu: a) untuk menunjang pembentukan modal lebih lanjut; dan b) untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha tani. Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), modal adalah salah satu dari tiga faktor produksi yang utama. Dua lainnya, tanah dan tenaga kerja, sering disebut faktorfaktor produksi primer. Yang berarti penawarannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor non ekonomi, seperti tingkat kesuburan dan geografi Negara. Dalam contohnya dengan perikanan, dengan menggunakan alat pancing ikan (yang merupakan peralatan modal)

Universitas Sumatera Utara

waktu menangkap ikan menjadi lebih produktif dalam kaitannya dengan ikan yang ditangkap perhari. Menurut Suadi (2006), peningkatan efisiensi penggunaan modal dan pengelolaan yang efektif pada sumber daya ikan, dapat meningkatkan pendapatan nelayan.

2.5.2. Pengalaman Tenaga Kerja Menurut Rangkuti (1995), pengalaman adalah seseorang yang telah menekuni pekerjaannya selama beberapa tahun. Seseorang nelayan yang telah menekuni

pekerjaannya 15 sampai 30 tahun, dapat dianggap nelayan yang berpengalaman dan dapat dijadikan pawang. Menurut Buwono (1993), pada usaha pertambakan, penerapan pemeliharaan intensif bukan hanya pada segi teknis pemeliharaannya, tetapi sistem pengelolaannya juga baik dari sumber daya manusianya maupun permodalannya perlu diusahakan secara intensif. Sumber daya manusia, khususnya teknisi dan staf ahli, merupakan salah satu kunci penting dalam pengembangan

perusahaan, karena menentukan tinggi rendahnya produksi yang dipelihara dan berperanan penting dalam menerapkan strategi pemeliharaan yang berwawasan lingkungan. Untuk mencapai sasaran tersebut di atas, setiap personil industri per-udangan perlu menambah pengetahuan dan

ketrampilan yang berkaitan dengan masalah pemeliharaan Udang, baik teknis pemeliharaan, teknis pemilihan lahan yang cocok, teknis pengelolaan permodalan maupun cara pencegahan masalah penyakit di tambak.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Samuelson dan Nordhaus (2004), input tenaga kerja terdiri dari kuantitas tenaga kerja dan ketrampilan angkatan kerja. Kualitas input tenaga kerja, yaitu keterampilan, pengetahuan, dan disiplin angkatan kerja, adalah satu-satunya unsur penting dari pertumbuhan ekonomi. Barang-barang modal, dapat digunakan dan dirawat secara efektif hanya oleh tenaga-tenaga kerja yang trampil dan terlatih. Menurut Rosyidi (2002), kecakapan (skill) yang menjadi faktor produksi disebut orang dengan sebutan entrepreneurship. Jelas sekali entrepreneurship ini merupakan faktor

produksi yang intangible (tak dapat diraba), tetapi sekalipun demikian tak syak lagi peranannya justru amat menentukan. Entrepreneurship atau skill ini adalah amat penting peranannya

sehubungan dengan hasil yang akan dihasilkannya dan juga merupakan faktor produksi yang justru paling menentukan didalam perkembangan perekonomian masyarakat. Faktor penentu produktivitas dari modal manusia merupakan istilah ekonom untuk pengetahuan dan keahlian yang diperoleh pekerja melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Modal manusia meliputi keahlian-keahlian yang diperoleh, juga pelatihan-pelatihan kerja (Mankiw, 2001). Masih menurut Gitosudarmo (1999), akibat bertambahnya pengalaman didalam mengerjakan suatu pekerjaan atau memproduksikan suatu barang, dapat menurunkan rata-rata ongkos per satuan barang. Hal ini adalah logis karena dengan bertambahnya pengalaman seseorang didalam mengerjakan pekerjaan itu, tentu saja akan diperoleh pelajaran untuk melakukannya dengan lebih baik serta lebih efisien. Kekeliruan yang telah diperbuatnya dapat diketahui dan untuk selanjutnya tidak diulang lagi terhadap

(10)

Universitas Sumatera Utara

kesalahan yang sama. Jadi, apabila pengalaman kerja meningkat dan mencapai dua kali lipat dari semua maka akan terdapat suatu penurunan biaya produksi per unit yang cukup berarti besarnya. Menurut Ahyari (1999), terdapat empat klasifikasi tenaga kerja yaitu: a) tenaga kerja ahli dan

terlatih; b) tenaga kerja ahli tetapi belum terlatih; c) tenaga kerja tidak ahli tetapi terlatih; d) tenaga kerja tidak ahli dan tidak terlatih. Dimaksudkan dengan tenaga kerja ahli merupakan tenaga kerja dengan bekal pendidikan formal tertentu atau

pendidikan ahli yang lain. Sedangkan yang dimaksud dengan tenaga kerja terlatih merupakan tenaga kerja yang telah mempunyai pengalaman kerja tertentu dalam jangka waktu tertentu pula (misalnya lima tahun).

2.5.3. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam proses

produksi untuk menghasilkan barang maupun jasa disamping faktor produksi modal, teknologi, dan sumber daya alam. Tenaga kerja adalah orang yang melaksanakan dan menggerakkan segala kegiatan, menggunakan peralatan maupun teknologi dalam menghasilkan barang dan jasa yang bernilai ekonomi untuk memenuhi kebutuhan manusia. Skala usaha akan mempengaruhi besar kecilnya tenaga kerja yang dibutuhkan dan juga membutuhkan tenaga kerja yang mempunyai keahlian (terampil) Menurut Nopirin (2000), penggunaan tenaga kerja sebagai variabel dalam proses produksi lebih ditentukan oleh pasar tenaga kerja, dalam hal ini dipengaruhi oleh upah tenaga kerja serta harga outputnya.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Soekartawi (1993), Besar kecilnya tenaga yang dipakai oleh suatu usaha pertanian akan sangat tergantung dari tersedianya modal. Dalam batas-batas tertentu, maka dengan cukup

tersedianya modal, maka tidak ada alasan untuk tidak mempergunakan tenaga kerja dalam jumlah yang diperlukan. Setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan kapasitas kapal motor yang dioperasikan sehingga akan mengurangi biaya melaut yang diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat, karena tambahan tenaga kerja tersebut tidak profesional (Masyhuri, 1999). Faktor tenaga kerja tidak hanya cukup dilihat dari segi jumlahnya saja, melainkan juga harus diperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut. Dengan adanya perbaikan kualitas tenaga kerja, maka batas penurunan produksi total karena pertambahan jumlah tenaga kerja akan dapat ditunda sampai jumlah tenaga kerja yang lebih besar. Pekerja adalah mereka yang sungguh-sungguh bekerja atau melakukan kegiatan produksi dalam suatu perekonomian dan mendapatkan upah sebagai balas jasa mereka (Suparmoko dkk, 2000).

2.5.4. Lama Melaut (jam kerja) Dari berbagai faktor produksi yang dikenal, capital dan labor merupakan dua faktor produksi yang terpenting. Capital adalah seperangkat peralatan yang digunakan oleh pekerja. Labor adalah waktu yang dihabiskan untuk bekerja.

Universitas Sumatera Utara

Fungsi produksi mencerminkan teknologi yang ada karena secara implisit menunjukkan cara mengubah capital dan labor menjadi output. Jika ditemukan cara produksi yang lebih baik, akan diperoleh lebih banyak output dari penggunaan capital dan labor yang jumlahnya sama. Dengan berubahnya waktu terjadi perubahan dalam supply faktor produksi maupun teknologi, output yang dihasilkan juga akan berubah. Semakin meningkat kuantitas labor dan capital akan semakin banyak

(11)

output yang dihasilkan (Herlambang dkk, 2002). Masih menurut Herlambang dkk (2002),

perusahaan menghasilkan lebih banyak output jika memiliki lebih banyak mesin atau jika pekerjanya bekerja lebih lama. Dari sisi jam kerja, rumah tangga tani memanfaatkan waktu siang, sedangkan rumah tangga nelayan dalam penangkapan ikan pada umumnya malam hari, kecuali nelayan yang mengusahakan budi daya ikan laut dan jenis produk lainnya. Ketergantungan hidup nelayan terhadap musim sangat tinggi, karena tidak setiap saat nelayan bisa turun melaut, terutama pada musim ombak yang bisa berlangsung sampai lebih dari satu bulan. Akibatnya, hasil tangkapan menjadi terbatas. Selain itu rendahnya teknologi penangkapan yang dimiliki nelayan serta masih banyaknya nelayan yang belum memiliki peralatan tangkap, semakin memojokkan nelayan dalam kondisi kemiskinannya. Menurut Miller dan Roger (2000), produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksud konsep arus (flow concept) disini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat-tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya

Universitas Sumatera Utara

sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya. Pemakaian sumber daya dalam suatu proses produksi juga diukur sebagai arus. Modal dihitung sebagai sediaan jasa, katakanlah mesin, per jam; jadi bukan dihitung sebagai jumlah mesinnya secara fisik. Menurut Masyhuri (1999), Pada umumnya penangkapan ikan lepas pantai yang dilakukan dalam waktu yang lebih lama dan lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan ikan mempunyai banyak kemungkinan memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih banyak dan tentu memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan penangkapan ikan dekat pantai. Istilah produktivitas (productivity) mengacu kepada kuantitas barang dan jasa yang bisa dihasilkan seorang pekerja per-jam kerja (Mankiw, 2001).

2.5.5. Luas Lahan Pesatnya jumlah perusahaan pertambakan yang terhampar di Indonesia tak lepas dari ketersediaan lahan pertambakan dan potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang memungkinkan dikembangkan usaha budi daya (Buwono, 1993). Menurut Soekartawi (2002), pentingnya faktor produksi tanah, bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga dari segi lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan dan topografi. Masih menurut Daniel (2002), luas penguasaan lahan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun usaha tani dan usaha pertanian. Dalam usaha tani misalnya pemilikan atau penguasaan lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin sempit lahan usaha, semakin tidak efisien

Universitas Sumatera Utara

usaha tani yang dilakukan. Kecuali bila suatu usaha tani dijalankan dengan tertib dan administrasi yang baik serta teknologi yang tepat. Tingkat efisiensi sebenarnya terletak pada penerapan

teknologi. Karena pada luasan yang lebih sempit, penerapan teknologi cenderung berlebihan (hal ini erat hubungannya dengan konversi luas lahan ke hektar), dan menjadikan usaha tidak efisien. Menurut Rosyidi (2002), yang dimaksud dengan tanah bukanlah sekedar tanah untuk ditanami atau untuk di tinggali saja, tetapi termasuk pula didalamnya segala sumber daya alam. Istilah tanah maksudnya adalah segala sesuatu yang bisa menjadi faktor produksi, yang antara lain meliputi: a) tenaga penumbuh dari pada tanah, baik untuk pertanian, perikanan, maupun pertambangan; b) ikan dan mineral, baik ikan dan mineral darat (sungai, danau, tambak, kuala, dan sebagainya) maupun ikan dan mineral laut.

2.6. Nelayan dan Petani Tambak Pada dasarnya wilayah pesisir dimanfaatkan oleh masyarakat Nelayan dan petani tambak. Nelayan berbeda dengan petani tambak. Perbedaan yang mendasar adalah nelayan memanfaatkan wilayah pesisir sebagai tempat bekerja, sedangkan petani tambak mengelola daerah rawa, sungai, sawah, dan sejenisnya untuk mengelola ikan dan produk perikanan

(12)

lainnya (Elfrindi dalam mulyadi, 2005) Petani tambak tidak tergantung dengan musim ikan karena petani tambak yang komersial biasanya mengelola perikanan dengan siklus tertentu, sedangkan nelayan sangat tergantung dengan cuaca dan musim. Sungguhpun keduanya menghasilkan ikan, Universitas Sumatera Utara

namun ikan dari petani tambak biasanya dibudidayakan sehingga sangat tergantung pada bibit, makanan, perawatan, dan lainnya. Sementara itu, nelayan tidak ikut dalam proses budi daya, kecuali secara natural mereka berupa menangkap ikan yang sudah terbudi daya dengan sendirinya

mengikuti ekosistem kelautan. Gabungan antara nelayan pantai dengan petani tambak lazim dikenal dengan rumah tangga perikanan. Dalam konteks nelayan, nelayan tradisional diartikan sebagai orang yang bergerak di sektor kelautan dengan menggunakan perahu layar tanpa motor, sedangkan mereka yang menggunakan mesin atau perahu motor merupakan nelayan modern. Dalam konteks rumah tangga nelayan, persoalannya jauh lebih kompleks bila dibandingkan dengan rumah tangga konvensional. Walaupun dalam sensus sektor perikanan merupakan subsektor dari pertanian, keberadaan rumah tangga nelayan memiliki ciri khusus bila dibandingkan dengan rumah tangga tani. Perbedaan yang muncul dari kedua rumah tangga ini antara lain: 1) Rumah tangga tani dan petani tambak mengandalkan tanah yang terbatas sebagai salah satu faktor produksi, sementara rumah tangga nelayan menggunakan wilayah pesisir sebagai suatu faktor produksi, 2) Pada rumah tangga tani lahan terbatas penggunaannya, sedangkan laut bagi rumah tangga nelayan adalah tidak terbatas yang dibatasi oleh batas-batas teritorial administrasi, 3) Petani dalam proses produksinya terikat dengan musim, sementara rumah tangga nelayan sarat dengan siklus bulan (Mashuri dalam Mulyadi, 2005) Menurut Dahuri (2003), nelayan dikategorikan sebagai tenaga kerja yang melakukan aktivitas produksinya dengan cara berburu ikan dilaut atau melaut. Umumnya

Universitas Sumatera Utara

mereka memiliki alat produksi utama seperti kapal, pancing, jaring, bagan, dan lain-lain.

Berdasarkan teknik dan alat-alat penangkapannya, nelayan tradisional adalah nelayan yang masih mempertahankan cara penangkapannya dengan menggunakan kapal tanpa motor (KTM), tanpa inovasi teknologi, tanpa dukungan modal yang kuat, tanpa kelembagaan usaha yang mapan, cendrung bersifat subsistem, dan secara goneologi telah menekuni aktifitas tersebut secara turun temurun. Berbeda halnya dengan nelayan modern, teknik penangkapannya mengadopsi

perkembangan teknologi, seperti kapal motor hingga ke teknologi citra satelit misalnya. Dukungan modal dan kelembagaan usahanya mapan, serta ciri-ciri subsistem telah hilang. Usaha

penangkapannya ditujukan semata-mata untuk meraih profit secara maksimal. Sementara,

pembudidaya ikan adalah tenaga kerja perikanan yang menyandarkan teknik produksinya kepada kegiatan budidaya, dan jenis komoditi produksinya adalah jenis-jenis ikan budidaya ekonomis penting, seperti udang, bandeng, ikan mas, gurami, ikan hias atau komoditi lainnya, seperti rumput laut dan lain-lain. Kecendrungan pola sosial atas dasar perbedaan pola dan teknik produksi dan perbedaan kepemilikan alat produksi terjadi pula di kegiatan budidaya perikanan. Aktivitas produksi budidaya dapat digolongkan ke dalam kegiatan budidaya tambak, kolam, karamba, dan sawah. 2.7. Struktur Sosial Ekonomi Masyarakat Pesisir Menurut Imron dalam Mulyadi (2005), Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya. Mereka umumnya tinggal di pesisir pantai,

Universitas Sumatera Utara

(13)

rakyat selain penangkapan adalah melalui usaha-usaha budi daya yang memanfaatkan kawasan pesisir sebagai lahan bagi usaha perikanan budi daya, baik budi daya perikanan berbasis lahan di darat (land-based aquaculture) maupun di laut (marinebased aquaculture). Jenis budi daya lahan di darat diwakili oleh pertambakan yang sangat umum dipakai sebagai tempat membesarkan ikan bandeng (chanos chanos) dan udang (misalnya penaeus monodom). Jenis komoditi lain yang juga dibudidayakan di pertambakan adalah kepiting bakau, ikan belanak dan kakap putih. Pemanfaatan sumberdaya perikanan masih dalam kategori rendah. Hal ini terjadi karena produksi perikanan nelayan masih banyak dengan perahu tanpa motor dan petani ikan dengan sistem budi daya

tradisional. Sementara itu, akselerasi peningkatan ekonomi mereka lemah, akibat kurangnya akses pada informasi, teknologi, dan modal yang diberikan. Nelayan dan petani ikan (petani tambak) sebagian masih merupakan penduduk miskin. Ini terlihat dari kinerja pembangunan perikanan masih jauh dari harapan. Kemiskinan nelayan cenderung dialami oleh nelayan perorangan dan buruh nelayan. Karena kedua jenis kelompok itu jumlahnya mayoritas, citra tentang kemiskinan melekat pada kehidupan nelayan. Dalam banyak hal nelayan membentuk masyarakatnya sendiri dan juga sering terasing karena mereka harus hidup di sepanjang tepi danau, sungai atau laut.

Keterasingan relatif ini semakin besar karena nelayan semakin terpisah dari masyarakat daratan ketika menangkap ikan sehingga nelayan sering dipandang sebagai orang terpencil dari masyarakat. Tempat tinggal dan keterasingan sosial mempengaruhi variabel

Universitas Sumatera Utara

sosial budaya yang akhirnya mempengaruhi pembangunan. Hal ini ikut mendukung rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar nelayan (Pollnac dalam Mulyadi, 2005). Menurut Poernomo dan Prasetyono (2002), sebagian besar nelayan (83%) masih hidup miskin dan berusaha dengan cara tradisional dengan menggunakan armada penangkapan sangat sederhana, sehingga hasil

tangkapannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jika dilihat dari kepemilikan kapal yang dimiliki seperti piramida, menunjukkan sangat melebar kebawah. Kapal tidak bermotor berjumlah 64%, kapal bermotor tempel 21%, sedangkan kapal motor berjumlah hanya 15%.

Pendapatan nelayan yang menggunakan perahu tanpa motor sekitar Rp 885.000,- per tahun (70% dari hasil penangkapan ikan, 30% dari sumber pendapatan lain). Sedangkan pendapatan nelayan motor tempel sebesar Rp 1.180.000,- per tahun (73% dari hasil ikan, 27% dari sumber lain), nelayan kapal motor berpendapatan Rp 1.918.000,- per tahun (78% dari usaha ikan, 22% dari sumber lain). Sumber lain berasal dari usaha tani, upah sebagai buruh, usaha pengolahan, perdagangan,

pengangkutan dan lainnya. Universitas Sumatera Utara

(14)

Referensi

Dokumen terkait

siswa menunjukkan hasil kompetensi kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, hal itu menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan sehingga terdapat

Rumah tangga nelayan yang masuk dalam kriteria rawan pangan sebesar 23,33%, besarnya persentase rumah tangga nelayan yang berada pada tingkat rawan pangan ini

ESIA menyajikan penilaian potensi risiko dan dampak lingkungan dan sosial dari proyek pembangkit listrik tenaga air Upper Cisokan Pumped Storage (UCPS).. Dokumen ESIA

pengujian Hasil yang diharapkan Hasil yang diperoleh Kesimpulan Melakukan aktivitas pada aplikasi IbuKreatif dengan mengumpulkan lebih dari 3000 poin dan mencantumkan

Dalam kaitan ini, perusahaan transnasional harus/wajib, sejauh diizinkan oleh ketentuan hukum nasional yang relevan, peraturan, praktik administrasi dan kebijakan dari

Menyusun prosedur kerja yang benar merupakan salah satu keuntungan dari menerapkan Job Safety Analysis (JSA), yang meliputi mempelajari dan melaporkan setiap langkah