• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN PURWAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN PURWAKARTA."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No. Daftar : 242 /AP/S/2013

KONTRIBUSI KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA NEGERI SE-KABUPATEN PURWAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Administrasi Pendidikan

Oleh HERLINA

0907430

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

KONTRIBUSI KEMAMPUAN

SUPERVISI KEPALA SEKOLAH

TERHADAP KINERJA MENGAJAR

GURU DI SMP NEGERI

SE-KABUPATEN PURWAKARTA

Oleh Herlina

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Herlina 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

(4)

i

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kabupaten Purwakarta”. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini menyangkut kurang intensitasnya interaksi formal maupun informal kepala sekolah dengan guru yang disebabkan kepala sekolah yang terlalu disibukan oleh kegiatan yang bersifat administratif dan pembangunan. Akibatnya, pelaksanaan supervisi yang dilakukan kepala sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja mengajar guru terganggu.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai kontribusi kemampuan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode angket tertutup yang didukung dengan metode dokumentasi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 614 orang yaitu guru-guru yang ada di 30 sekolah yang mewakili 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Purwakarta, dan untuk sampel berjumlah 85 orang guru.

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus Weight Means

Score (WMS), gambaran umum variabel X (kemampuan supervisi kepala

sekolah) berada pada kategori baik dengan skor rata-rata 4,009. Sementara gambaran umum variabel Y (kinerja mengjar guru) berada pada kategori sangat baik, dengan skor rata-rata 4,35. Korelasi variabel X dan Y memiliki hubungan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari hasil koefisien korelasi sebesar 0,41 yang ada pada kategori cukup kuat dan signifikan, dengan koefisien determinasi sebesar 17,20%, serta hasil analisis regresi yaitu Ỷ = 27,05 + 0,397 X yang bersifat signifikan dan linier.

(5)

ii

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ABSTRACT

The study is titled "Contribution Capabilities on Performance Supervising Principal Teaching Teachers in Junior High School as Purwakarta Regency". The problems addressed in this study concerns its intensity is less formal and informal interaction with the principal due to the principal teachers were too preoccupied by the activities of an administrative nature and development. As a result, the implementation of principal supervision undertaken in order to improve the performance of teachers teaching troubled.

The purpose of this study was to obtain an overview of the supervision of the principal contribution to the ability of teachers to teach performance in SMP Se-Purwakarta. This study uses descriptive quantitative approach. Data was collected by questionnaire covered a method supported with documentation. The population numbered 614 people ie teachers in 30 schools representing 17 districts in Purwakarta district, and for the total sample of 85 teachers. Based on calculations using the formula Weight Means Score (WMS), an overview of the variable X (ability to supervise principals) are in both categories with an average score of 4,009. While an overview of variable Y (performance of teachers teaching) are in very good category, with an average score of 4.35. Correlation of variables X and Y have a significant relationship. It can be seen from the correlation coefficient is 0.41 that of the category is quite strong and significant, with a coefficient of determination of 17.20%, and the results of the regression analysis is Y = 27.05 + 0.397 X that is both significant and linear.

(6)

vi

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Tujuan Umum ... Error! Bookmark not defined.

2. Tujuan Khusus ... Error! Bookmark not defined.

D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Struktur Organisasi Skripsi ... Error! Bookmark not defined.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,Error! Bookmark not defined.

DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

A. KAJIAN TEORI ... Error! Bookmark not defined.

1. Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah .. Error! Bookmark not defined.

(7)

vii

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Konsep Dasar Supervisi ... Error! Bookmark not defined.

1) Pengertian ... Error! Bookmark not defined.

2) Aspek dan tujuan ... Error! Bookmark not defined.

3) Peran Supervisor ... Error! Bookmark not defined.

c. Konsep kepala sekolah... Error! Bookmark not defined.

d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor .... Error! Bookmark not defined.

1) Keterampilan yang harus dimiliki... Error! Bookmark not defined.

2) Kegiatan yang dilakukan ... Error! Bookmark not defined.

e. Kemampuan Supervisi Kepala SekolahError! Bookmark not defined.

2. Kinerja Mengajar Guru ... Error! Bookmark not defined.

a. Konsep Kinerja ... Error! Bookmark not defined.

1) Pengertian Kinerja ... Error! Bookmark not defined.

2) Penilaian Kinerja... Error! Bookmark not defined.

b. Konsep Mengajar ... Error! Bookmark not defined.

c. Konsep Guru ... Error! Bookmark not defined.

d. Kinerja mengajar guru ... Error! Bookmark not defined.

3. Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja

Mengajar Guru ... Error! Bookmark not defined.

B. KERANGKA BERFIKIR ... Error! Bookmark not defined.

C. HIPOTESIS PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian .... Error! Bookmark not defined.

(8)

viii

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Populasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

3. Sampel Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Desain Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.

1. Metode Deskriptif ... Error! Bookmark not defined.

2. Pendekatan Kuantitatif ... Error! Bookmark not defined.

3. Study Kepustakaan ... Error! Bookmark not defined.

D. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined.

1. Kemampuan Surpervisi Kepala Sekolah . Error! Bookmark not defined.

2. Kinerja Mengajar Guru ... Error! Bookmark not defined.

E. Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

F. Proses Pengembangan Instrumen ... Error! Bookmark not defined.

1. Validitas ... Error! Bookmark not defined.

2. Reabilitas ... Error! Bookmark not defined.

G. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined.

1. Kuesioner (angket) ... Error! Bookmark not defined.

H. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

1. Seleksi data ... Error! Bookmark not defined.

2. Perhitungan Kecendrungan Umum Skor Responden Berdasarkan

Perhitungan Rata-Rata (Weight Means Score)Error! Bookmark not defined.

3. Menghitung Skor Mentah Menjadi Skor Baku untuk Setiap Variabel

Error! Bookmark not defined.

4. Uji Normalitas Distribusi Data ... Error! Bookmark not defined.

(9)

ix

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Seleksi Data ... Error! Bookmark not defined.

2. Klasifikasi Data ... Error! Bookmark not defined.

3. Hasil Pengolahan Data ... Error! Bookmark not defined.

a. Hasil Perhitungan Kecenderungan UmumError! Bookmark not defined.

1) Hasil kecenderungan umum variabel X (Kemampuan Supervisi Kepala

Sekolah)... Error! Bookmark not defined.

a) Kondisi Deskriptif Dimensi Kemampuan Merencanakan Program

Supervisi ... Error! Bookmark not defined.

b) Kondisi Deskriptif Dimensi Kemampuan Melaksanakan Program

Supervisi ... Error! Bookmark not defined.

c) Kondisi Deskriptif Dimensi Kemampuan Mengevaluasi Program

Supervisi ... Error! Bookmark not defined.

2) Hasil kecenderungan umum variabel Y (Kinerja mengajar guru)Error!

Bookmark not defined.

a) Kondisi Deskriptif dimensi perencanaan pembelajaran ... Error!

Bookmark not defined.

b) Kondisi deskriptif dimensi melaksanakan pembelajaran ... Error!

Bookmark not defined.

c) Kondisi deskriptif dimensi evaluasi pembelajaranError! Bookmark

not defined.

(10)

x

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Hasil Uji Normalitas Distribusi Data Variabel penelitian... Error!

Bookmark not defined.

1) Distribusi Data Variabel X ... Error! Bookmark not defined.

2) Distribusi Data Variabel Y ... Error! Bookmark not defined.

d. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1) Analisis koefisien korelasi ... Error! Bookmark not defined.

2) Uji Signifikan ... Error! Bookmark not defined.

3) Uji Koefisien Determinasi ... Error! Bookmark not defined.

4) Analisis Regresi ... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

1. Gambaran kemampuan supervisi kepala sekolah di SMP Negeri

se-Kabupaten Purwakarta ... Error! Bookmark not defined.

2. Gambaran Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten

Purwakarta... Error! Bookmark not defined.

3. Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja

Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten PurwakartaError! Bookmark

not defined.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

(11)

xi

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 3.1Data Sekolah dan Guru ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.2 Perhitungan Besaran Sampel ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.3 Indikator Variabel X ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.4 Indikator Variabel Y ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen X ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Y ... Error! Bookmark not defined.

Tabel.3.7 Kriteria Penskoran Berdasarkan Skala LikertError! Bookmark not defined.

Tabel 3.8 Daftar Konsultasi Hasil Perhitungan WMSError! Bookmark not defined.

Tabel 3.9 Kriteria Harga Koefisien Korelasi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1Rekapitulasi Jumlah Angket ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.2 Pemberian Bobot Skor Alternatif JawabanError! Bookmark not defined.

Tabel 4.3 Deskripsi Kecenderungan Skor Variabel X (Kemampuan Supervisi

Kepala Sekolah) ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4 Deskripsi Kecenderungan Skor Variabel X (Kinerja Mengajar Guru)

... Error! Bookmark not defined. Tabel 4.5 Hasil Perubahan Skor Mentah Menjadi Skor BakuError! Bookmark not defined.

Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Variabel X ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Variabel y... Error! Bookmark not defined.

(12)

xii

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

(13)

xiii

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1The ice berg model ... Error! Bookmark not defined.

Gambar. 2.2 Kerangka pikir ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 2.3 Paradigma Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Data Variabel X ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Data Variabel Y ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.2 Grafik Distribusi Data Variabel Y ... Error! Bookmark not defined.

(14)

xiv

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Nama Lampiran Halaman

Lampiran 1 Instrumen Penelitian 139

Lampiran 2 Pengolahan Dan Analisis Data 156

Perhitungan WMS 169

Mengubah Skor Mentah menjadi baku

173

Uji Normalitas Data 178

Uji Hipotesis 183

Analisis Korelasi 185

Uji Signifikan Korelasi 185

Analisis Regresi 186

Analisis Determinasi 187

Lampiran 3 Tabel Statistika 188

Lampiran 4 Korespondensi 193

(15)

1

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam mengukur kemajuan dan berkembangnya suatu bangsa, karena pendidikan merupakan sebuah usaha untuk menciptakan manusia seutuhnya yang mampu menciptakan peradaban yang berkembang juga mampu berinovasi dengan mengembangkan potensi dalam dirinya. Secara teoritik pendidikan dijabarkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 pasal satu yang berbunyi:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara.”

Dari pasal tersebut tersirat bahwa pendidikan merupakan sebuah usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengembangkan potensi manusia sehingga dapat membuat kemajuan bagi suatu bangsa. Pendidikan harus mampu menciptakan manusia-manusia yang berkompetensi yang mampu bersaing secara nasional maupun global.

(16)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sekolah dapat menyusun dan menetapkannya sendiri. Kedua, memiliki kewenangan dalam penerimaan siswa baru sesuai dengan ruang kelas yang tersedia, fasilitas yang dimiliki dan jumlah guru serta staf yang dimiliki. Berdasarkan sumber daya pendukung yang dimilikinya sekolah secara bertanggung jawab harus dapat menentukan jumlah siswa yang diterima, syarat siswa yang akan diterima, dan syarat lain yang terkait dengan mempertimbangkan beberapa ketentuan yang ditetapkan oleh DinaS Pendidikan Kabupaten/Kota.

Ketiga menetapkan kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler yang

diadakan dan dilaksanakan oleh sekolah. Sekolah diberikan kewenangan untuk dapat melaksanakan kurikulum nasional dengan kemungkinan mengurangi atau menambah muatan kurikulum. Empat, pengadaan sarana dan prasarana pendidikan termasuk buku pelajaran yang diberikan sekolah dengan memperhatikan standar dan ketentuan yang ada. Kelima pengahapusan barang dan jasa yang dilakukan dengan mengikuti pedoman yang telah ditetapkan.

Keenam, proses pengajaran dan ppembelajaran di sekolah yang menjadi

kewenangan profesional yang dimiliki oleh lembaga pendidikan. Kepala sekolah dan guru harus dapat merancang proses pengajaran dan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan lancar dan berhasil.

Ketujuh, perwujudan otonomi daerah mengerucut pada kewenangan sekolah

dalam mengatur diri karena itu manajemen sekolah menjadi bagian integral dari proses pengelolaan sekolah dalam mewujudkan tujuan pendidikan dengan bingkai otonomi pendidikan secara keseluruhan.

(17)

3

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sekolah diwajibkan untuk menerapkan manajemen berbasis sekolah seperti tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20

tahun 2003 pasal 51 ayat 1 yang berbunyi: “Pengelolaan satuan pendidikan

anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis

sekolah/madrasah”. Dari peraturan tersebut jelas bahwa sekolah harus menerapkan prinsip manajemen berbasis sekolah yang transparan, akuntabel dan partisipatif serta inovatif. Manajemen berbasis sekolah adalah sebuah konsep otonomi sekolah, yang menurut Mulyasa (2002), Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan suatu konsep yang menawarkan otonomi pada sekolah untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu, efisiensi, dan pemerataan pendidikan agar dapat mengakomodasi keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah masyarakat dan pemerintah.

Sekolah menengah pertama (disingkat SMP, Bahasa Inggris: junior

high school) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di

Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). SMP berlaku sebagai jembatan antara sekolah dasar dengan sekolah menengah atas. Lulusan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat). Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun. Sekolah menengah Pertama merupakan salah satu dari bentuk pendidikan dasar yang berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.

(18)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pertama merupakan tempat pembentukan siswa untuk menjadi warga negara yang baik dan mulai memperkenalkan menjadi bagian dari masyarakat. Sekolah menengah pertama menjadi salah satu kunci dari ketercapaian keberhasian pendidikan karena di sekolah menengah pertama karakter di sekolah dasar dikembangkan dan diperdalam dengan aplikasi.

Melihat pada pengertian MBS dan pentingnya sekolah menengah pertama diatas, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang inovatif di sekolah, kunci keberhasilan MBS adalah kepala sekolah yang mampu memberdayakan dan menjalin kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah. Kepala sekolah dalam Peraturan Menteri No 28 tahun 2010 menyatakan bahwa:

“Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas

tambahan untuk memimpin taman kanak-kanak/raudhotul athfal (TK/RA), taman kanak-kanak luar biasa (TKLB), sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK), atau sekolah menengah atas luar biasa (SMALB) yang bukan sekolah bertaraf internasional (SBI) atau yang tidak dikembangkan menjadi sekolah

bertaraf internasional (SBI)”.

Dari pengertian diatas, kepala sekolah merupakan guru yang diberi tugas tambahan sehingga secara operasional tetap menjalankan tugas sebagai pendidik dan tugas memimpin sekolah menuju arah yang lebih baik. Setiap kepala sekolah dalam menjalankan tugas dan fungsinya diharapkan memiliki banyak kemampuan mulai dari kemampuan memimpin, kemampuan melakukan supervisi, kemampuan manajerial sampai pada kemampuan kewirausahaan.

(19)

5

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengajar melainkan banyak hal, baik yang terkait dengan kedinasan dan profesinya di sekolah. Seperti mengajar dan membimbing para muridnya, memberikan penilaian belajar peserta didiknya, mempersiapkan administrasi pembelajaran yang diperlukan, dan kegiatan lain yang berkaitan dengan pembelajaran.

Tetapi, dengan banyaknya tugas seorang guru dan pentingnya keberadaan seorang guru, menurut Syaiful Sagala (2009: 11) profesi guru masih dihadapkan pada banyak permasalahan salah satunya adalah sejalan dengan UU No. 14 tahun 2005 pasal 8 yang menyatakan guru wajib memiliki kualifikasi, akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kemudian pasal 9 menyatakan kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.

Selain permasalahan diatas yang dihadapi oleh guru, saat ini banyak guru yang merasa ditinggalkan atau diabaikan oleh murid-muridnya karena berbagai hal (syaiful sagala, 2009: 15), salah satunya adalah guru kurang memahami dan mengerti peralatan dan perlengkapan yang sangat diperlukan dalam suatu penyampaian bahan pelajaran dan sumber belajar yang terbatas. Padahal, menurut Abdul Majid (2007:4) keberhasilan pendidikan terutama implementasi kurikulum sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru, tidak jarang kegagalan implementasi kurikulum disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, keterampilan dan kemampuan guru dalam memahami tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Kondisi tersebut menunjukan bahwa keberhasilan pendidikan dan implementasi kurikulum terletak pada bagaimana pelaksanaannya disekolah, khususnya di kelas dalam kegiatan pembelajaran yang merupakan kunci keberhasilan tersebut.

(20)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

kepala sekolah dalam urusan administrasi umpamanya, menyebabkan ia bingung akan mendahulukan tugas yang mana sehingga ia lebih banyak duduk di belakang meja. Kesibukan lain yang biasanya dilakukan oleh kepala sekolah adalah membuat usulan penambahan ruang belajar, kegiatan MGMP, rapat kepala-kepala sekolah, dan masih banyak lagi hal lainnya sehingga tidak semua guru mendapatkan kesempatan untuk disupervisi. Kesibukan kepala sekolah juga menyebabkan interaksi guru dan kepala sekolah menjadi tidak intensif sehingga pelaksanaan supervisi dalam meningkatkan kinerja mengajar guru dirasakan guru. Hal ini dipertegas oleh Bpk. Asep Mulyana kepala sekolah SMP Negeri 2 Kiarapedes yang diwawancarai penulis, bahwa kepala sekolah terllau sibuk diluar mengurus banyak hal yang seperti rapat kepala sekolah, rapat biaya operasional sekolah, dan masalah administratif lain sehingga pembinaan dari kepala sekolah kepada guru-guru kurang yang mengakibatkan dalam satu tahun kepala sekolah hanya dapat mensupervisi 1-2 guru.

Permasalahan-permasalahan diatas mengindikasi bahwa kemampuan supervisi kepala sekolah kurang dalam melakukan pembinaan guna meningkatkan kinerja mengajar guru. Sehingga penulis mengambil kesimpulan bahwa masalah yang terjadi akibat dari banyaknya tugas pokok kepala sekolah yang selain harus melaksanakan tugas sebagai seorang pendidik juga harus memahami dan menguasai delapan standar ditambah juga dengan tugas sebagai seorang pemimpin yang harus mengelola sekolah.

Kinerja mengajar sendiri diambil dari dua suku kata yaitu kinerja yang

menurut A.A Anwar Prabu (2009:9) adalah “hasil kerja secara kuantitas dan

kualitas yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai dengan

tanggung jawab yang diberikan kepadanya”, sedangkan mengajar menurut

(21)

7

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kinerja mengajar guru dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya adalah kepemimpinan kepala sekolah sebagai seorang manajer yang harus dapat memantau keberlangsungan proses belajar dan pembelajaran di sekolah. Seperti dikatakan oleh Mulyasa (2012: 82) kepala sekolah diharapkan dapat membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program pembelajaran serta melakukan pengawasan pelaksanaannya. Kepala sekolah sebagai seorang supervisor di sekolah harus bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian program pembelajaran di sekolah.

Supervisi sendiri menurut Kimbal Willes (1961:8) dalam Dadang Suhardan (2010: 38) menyatakan bahwa supervisi pendidikan merupakan usaha untuk membantu menciptakan situasi belajar mengajar ke arah yang lebih baik. Tujuan konkret dari supervisi pendidikan menurut Piet A sihertian dan Frans Mataheru (1981: 24) adalah:

1. Membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan 2. Membantu guru-guru dalam membimbing pengalaman belajar mengajar

murid-murid

3. Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar

4. Membantu guru-guru dalam menggunakan metode dan alat pelajaran modern

5. Memnatu guruguru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid 6. Membantu guru-guru dalam hal menilai kemajuan murid dan hasil

pekerjaan guru itu sendiri

7. Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka

8. Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya

(22)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

10.Membantu guru-guru agar waktu dan tenaga guru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.

Kepala sekolah dalam kedudukannya sebagai seorang supervisor berkewajiban membina guru-guru agar menjadi pendidik dan pengajar yang baik. Bagi guru yang sudah baik agar dapat dipertahankan kualitasnya dan bagi guru yang belum baik dapat dikembangkan menjadi lebih baik. Sementara itu, semua guru baik yang sudah kompeten maupun yang masih lemah harus diupayakan agar tidak ketinggalan dalam proses pembelajaran maupun materi yang diajarkan (Made Pidarta, 2009:18).

Kepala sekolah sebagai seorang supervisor adalah memantau dan mengawasi ruang lingkup semua penilaian yang disiapkan oleh guru. Kemudian kepala sekolah menjamin bahwa semua penilaian dilakukan berdasarkan teori sehingga ada jaminan yang tinggi bahwa evaluasi hasil belajar yang dilakukan oleh guru mempunyai tingkat objektivitas yang tinggi (Sagala, 2010:137). Untuk mengatasi berbagai kesulitan guru dalam melaksanakan program pengajaran sebagai upaya melakukan perbaikan terus menerus, maka kepala sekolah sebagai supervisor memberi bimbingan baik dalam bentuk bimbingan langsung, on the job training, maupun workshop (Sagala, 2010:135).

(23)

9

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah.

Wahyuni pada tahun 2012 dalam skripsinya yang berjudul “kontribusi peranan kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kinerja mengajar guru pada SD Negeri di Kecamatan Jintinyuat Kabupaten

Indramayu” menyimpulkan bahwa adanya kontribusi yang positif antara peran

kepala sekolah sebagai supervisor dalam meningkatkan kinerja mengajar guru pada SD Negeri di Kecamatan Jintinyuat Kabupaten Indramayu.

Kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah akan berpengaruh terhadap kinerja mengajar guru, guru yang mendapatkan supervisi baik berupa pembinaan, pembimbingan oleh kepala sekolah akan bekerja dengan baik yang mengakibatkan produktivitasnya meningkat tetapi jika guru merasa tidak diperhatikan dengan tidak adanya kegiatan supervisi dari kepala sekolah maka guru akan mengalami kesulitan dalam melakukan tugasnya sehingga produktivitasnya menurun.

Melihat pada peliknya permasalahan dan saling ketergantungannya kepala sekolah dan guru yang menjadi dua komponen yang saling berkaitan penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta”.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

(24)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

disupervisi. Kesibukan kepala sekolah juga menyebabkan interaksi guru dan kepala sekolah menjadi tidak intensif sehingga pelaksanaan supervisi dalam meningkatkan kinerja mengajar guru dirasakan guru. Hal ini dipertegas oleh Bpk. Asep Mulyana kepala sekolah SMP Negeri 2 Kiarapedes yang diwawancarai penulis, bahwa kepala sekolah terllau sibuk diluar mengurus banyak hal yang seperti rapat kepala sekolah, rapat biaya operasional sekolah, dan masalah administratif lain sehingga pembinaan dari kepala sekolah kepada guru-guru kurang yang mengakibatkan dalam satu tahun kepala sekolah hanya dapat mensupervisi 1-2 guru.

Rumusan masalah berhubungan dengan cakupan atau ruang lingkup masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Mohammad Ali (1987: 36)

berpendapat bahwa “rumusan masalah pada hakekatnya merupakan

generalisasi deskripsi ruang lingkup masalah penelitian dalam pembatasan dimensi variabel yang tercakup didalamnya.” Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran kemampuan supervisi kepala sekolah di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta?

2. Bagaimana gambaran kinerja mengajar guru di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta?

3. Seberapa besar kontribusi kemampuan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran atau harapan yang akan dicapai dengan penyelenggaraan penelitian ini. Dengan kata lain bahwa tujuan penelitian merupakan arah yang akan dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Adapun tujuan penelitian yang diharapkan terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

(25)

11

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sekolah terhadap kinerja mengajar guru di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta, melalui proses pengumpulan, pengolahan, dan analisi data dengan cara atau prosedur tertentu.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai kemampuan supervisi kepala sekolah di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta. 2. Untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai kinerja mengajar

guru di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta.

3. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kemampuan supervisi kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan ilmu Administrasi Pendidikan khususnya mengenai kekepalasekolahan, supervisi dan keguruan.

2. Secara praktis, sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi peningkatan kemampuan supervisi kepala sekolah dan peningkatan kinerja mengajar guru di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Secara umum skripsi ini terdiri dari lembar pengesahaan skripsi, lembar pernyataan, abstrak, kata pengantar, ucapan terima kasih, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar dan lima bab inti serta lampiran pendukung, mulai dari pendahuluan pada bab satu sampai penutup pada bab lima dan lampiran pendukung, secara ringkas lima bab inti dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

(26)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam BAB ini, membahas mengenai latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan peneltian baik tujuan secara umum maupun secara khusus, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praktis sampai pada struktur oragnisasi skripsi.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Dalam BAB ini, membahas mengenai kajian pustaka yang berisi teori dari berbagai ahli mengenai kemampuan kerja dan prestasi kerja, hubungan antara kemampuan kerja dan prestasi kerja kepala sekolah, kerangka pemikiran sampai pada hipotesis penelitian.

3. BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab in, membahas mengenai metode yang digunakan dalam penelitian, mulai dari lokasi penelitian, pendekatan yang digunakan, definisi operasional, instrumen, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, sampai pada analisis data yang diperoleh.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini, terdiri dari dua hal utama yaitu pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian dan melakukan pembahasan atau analisis terhadap temuan tersebut.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(27)

74

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat pelaksanaan dilakukannya penelitian. Sejalan dengan permasalahan yang menjadi kajian penulis, maka penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kabupaten Purwakarta.

Alasan peneliti mengambil lokasi penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kabupaten Purwakarta, dikarenakan:

a. Sekolah Menengah Pertama merupakan sebuah sekolah lanjutan dari sekolah dasar tapi masih termasuk ke dalam pendidikan dasar dimana anak-anak atau siswa mengalami transisi dari anak-anak menjadi remaja oleh karena itu guru sebagai ujung tombak pendidikan harus mampu melakukan inovasi dalam kegiatan belajar mengajar baik itu dalam pemilihan metode ataupun teknik mengajar.

b. Permasalahan selanjutnya adalah dari eksternal yaitu pemimpin atau kepala sekolah yang memiliki tugas untuk melakukan pembimbingan dan pembinaan terhadap guru untuk dpaat membantu guru meningkatkan kinerjanya, seperti yang dikatakan oleh Bpk. Asep Mulyana kepala sekolah SMP Negeri 2 Kiarapedes yang diwawancarai penulis, bahwa salah satu permasalahan dari kinerja mengajar guru adalah kurangnya pembinaan dari kepala sekolah yang mengakibatkan guru kurang mendapatkan arahan dan bimbingan.

(28)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan objek yang dijadikan sumber data yang diperlukan dalam penelitian. Sugiyono (2009: 117) mengatakan “Populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Menurut Riduwan (2011: 54) populasi merupakan subjek dan objek yang berada pada suatu wilayah yang memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru di di SMP Negeri Se-Kabupaten Purwakarta, dengan perwakilan tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Purwakarta dan sekolah akreditasi A dan B saja, maka didapat populasi sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data Sekolah dan Guru

No Kecamatan Sekolah Jumlah Guru

1. Babakan Cikao SMPN 1 Babakan

Cikao 38

2. SMPN 2 Babakan

Cikao 16

3. Bojong SMPN 2 Bojong 14

4. SMPN 1 Bojong 19

5. Bungursari SMPN 1 Bungursari 18

6. Campaka SMPN 1 Campaka 21

7. SMPN 2 Campaka 15

8. Cibatu SMPN 1 Cibatu 14

9. Darangdan SMPN 1 Darangdan 18

10. SMPN 2 Darangdan 21

11. SMPN 3 Darangdan 21

12. Jatiluhur SMPN 1 Jatiluhur 19

(29)

76

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

14. SMPN 1 Kiarapedes 18

15. Maniis SMPN 1 Maniis 21

16. Pasawahan SMPN 1 Pasawahan 21

17. SMPN 2 Pasawahan 18

18. Plered SMPN 1 Plered 21

19. Pondoksalam SMPN 1 Pondoksalam 18 20. Purwakarta SMPN 1 Purwakarta 38

21. SMPN 2 Purwakarta 36

22. SMPN 7 Purwakarta 34

23. SMPN 8 Purwakarta 28

24. Sukasari SMPN 1 Sukasari 18

25. Sukatani SMPN 1 Sukatani 28

26. SMPN 2 Sukatani 18

27. Tegalwaru SMPN 1 Tegalwaru 21

28. SMPN 3 Tegalwaru 17

29. Wanayasa SMPN 2 Wanayasa 16

30. SMPN 1 Wanayasa 37

Jumlah 614

3. Sampel Penelitian

Menurut Riduwan (2011: 56), sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Karena tidak semua data atau informasi akan diproses dan tidak semua orang atau benda akan diteliti melainkan cukup menggunakan sampel yang mewakilinya. Berkaitan dengan mutu sampling, Nasution (Riduwan, 2011: 57) mengatakan bahwa “mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahan”.

Adapun untuk mencari sampel dari guru diambil sampel dengan

(30)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu dimana:

n = jumlah sampel

N = Jumlah Populasi

d2 = presisi yang ditetapkan (0.1)

Maka:

dibulatkan menjadi 85

Berdasarkan pada perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang

ditetapkan penelitian ini yaitu sebanyak 85 orang guru. Adapun untuk

menentukan sampel dari masing-masing sekolah digunakan rumus

Stratified Random Sampling (Akdon, 2008: 108), yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

= Jumlah sampel menurut stratum n = Jumlah sampel seluruhnya

= Jumlah populasi secara stratum N = Jumlah populasi seluruhnya

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rinciannya sebagai berikut:

(31)

78

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.2 Perhitungan Besaran Sampel

Berdasarkan Teknik Proportionate Stratified Random Sampling

No Sekolah Ni Sampel

1. SMPN 1 Babakan Cikao 38 5

2. SMPN 2 Babakan Cikao 16 2

3. SMPN 2 Bojong 14 2

4. SMPN 1 Bojong 19 2

5. SMPN 1 Bungursari 18 2

6. SMPN 1 Campaka 21 3

7. SMPN 1 Cibatu 15 2

8. SMPN 1 Darangdan 14 2

9. SMPN 2 Darangdan 18 2

10. SMPN 3 Darangdan 21 3

11. SMPN 1 Jatiluhur 21 3

12. SMPN 2 Kiarapedes 19 3

13. SMPN 1 Kiarapedes 17 2

14. SMPN 1 Maniis 18 2

15. SMPN 2 Maniis 21 3

16. SMPN 1 Pasawahan 21 3

17. SMPN 2 Pasawahan 18 2

18. SMPN 1 Plered 21 3

19. SMPN 1 Pondoksalam 18 2

20. SMPN 1 Purwakarta 38 5

21. SMPN 2 Purwakarta 36 4

22. SMPN 7 Purwakarta 34 4

23. SMPN 8 Purwakarta 28 4

24. SMPN 1 Sukasari 18 2

25. SMPN 1 Sukatani 28 4

(32)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

27. SMPN 1 Tegalwaru 21 3

28. SMPN 2 Tegalwaru 17 2

29. SMPN 2 Wanayasa 16 2

30. SMPN 1 Wanayasa 37 5

Jumlah 614 85

B. Desain Penelitian

Desain penelitian menurut Suchman (Moh Nazir, 1999:99) adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Menurut moh Nazir (1999:99), pengertian desain penelitian secara sempit hanya mengenai pengumpulan dan analisa data saja. Dari pengertian yang lebih luas, desain penelitian menurut moh Nazir (1999: 99-100) mencakup proses-proses berikut:

1. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian

2. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelumnya

3. Menformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifkasi dari tujuan, luas jangkau (scope) dan hipotesa untuk diuji.

4. Membangun penyelidikan atau percobaan

5. Memilih serta definisi terhadap pengukuran variabel-variabel 6. Memilih prosedur dan teknik sampling yang digunakan 7. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data

8. Membuat coding, serta mengadakan editing, dalam procesing data

9. Menganalisa data serta memilih prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi serta inferensi statistik

10.Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitan, diskusi, serta interpretasi data, generalisasi kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa saran dan kerja penelitian yang akan datang.

(33)

80

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian dipersiapkan. Pada tahap ini semua hal-hal yang berhubungan dengan penelitian dipersiapkan atau diadakan, seperti pemilihan judul, perumusan masalah dan hipotesis; (2) tahap pelaksanaan penelitian yaitu tahap dimana sebuah penelitian sedang dilaksanakan atau diadakan. Pada tahap ini, proses pengumpulan data atau informasi, analisis data dan penarikan kesimpulan dilakukan; dan (3) tahap penulisan laporan penelitian yaitu tahap dimana sebuah penelitian telah selesai dilaksankan. Pada tahap ini, hasil dari sebuah peelitian dibuat dalam bentuk laporan.

C. Metode Penelitian

“Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu” (Sugiyono, 2010: 3). Dalam sumber yang sama dikemukakan bahwa terdapat empat kata kunci atau karakteristik kunci dari metode penelitian yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti penelitian berdasarkan ciri-ciri keilmuan meliputi rasional (kegiatan penelitian masuk akal atau dapat diterima oleh penalaran manusia); empiris berarti penelitian yang dilakukan dapat diamati oleh indera manusia; sistematis berarti penelitian dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan atau langkah yang logis.

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data tujuan dan kegunaan tertentu. Seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad Winarno (1990: 131) yaitu:

Metode merupakan suatu cara yang utama yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan dan situasi penyelidikan.

(34)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1. Metode Deskriptif

Metode Deskriptif menurut Moh Nazir (1999: 63) adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Menurut Whitney (Nazir, 1999:63) metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat seta situasi-situasi tertentu, termasuk didalamnya tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan atau proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

2. Pendekatan Kuantitatif

Metode deskriptif adalah suatu kegiatan penelitian dengan cara menganalisis kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, sehingga mampu memberikan gambaran mengenai hal-hal yang ditelitinya. Seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad Winarno (1990: 135) yaitu:

Metode penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk memecahkan sekaligus menjawab permasalahan yang terjadi pada masa sekarang. Dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi dan analisis atau pengolahan data, membuat kesimpulan dan laporan dengan tujuan untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskripsi situasi.

Pendekatan kuantitatif dikemukakan oleh Arikunto (1997: 86) yaitu : “Pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam meneliti dengan

(35)

82

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

(scientific inquiry) yang didasari oleh filsafat positivisme logikal (logical

positivism) yang beroperasi dengan aturan-aturan yang ketat mengenai

logika, kebenaran, hukum-hukum, dan prediksi”. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur tiap-tiap variabel yang ada dalam penelitian sehingga diketahui tingkat keterhubungan melalui teknik perhitungan statistik

3. Study Kepustakaan

Study Kepustakaan menurut Moh Nazir (1999: 111) adalah survey yang dilakukan dengan menelusuri litelatur yang ada serta menelaahnya secara tekun. Studi kepustakaan disebut juga biblografi. Menurut Surakhmad Winarno (1990: 144) menyatakan bahwa:

Penyelidikan biblografis tidak dapat diabaikan, sebab disinilah penyelidik berusaha menemukan keterangan mengenai segala sesuatu yang relevan dalam masalahnya, yakni teori yang dipakai, pendapat para ahli mengenai aspek-aspek itu, penyelidikan yang sedang berjalan atau masalah-masalah yang disarankan oleh para ahli.

(36)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu D. Definisi Operasional

1. Kemampuan Surpervisi Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas pengembangan program supervisi untuk kegiatan ekstra kurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, laboratorium, dan ujian. Kemampuan melaksanakan program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstra kurikuler. Sedangkan kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja tanag kependidikan dan pemanfaatan hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah (Mulyasa, 2009: 111). Sedangkan yang dimaksud dengan kemampuan supervisi kepala sekolah dalam peneltian ini adalah segenap pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepala sekolah untuk membimbing, membina dan membantu guru dalam mengatasi berbagai kesulitan melaksanakan program pengajaran sebagai upaya melakukan perbaikan terus menerus yang direliasasikan dalam kemampuan merencanakan, kemampuan melaksanakan dan kemampuan mengevaluasi program supervisi.

Tabel 3.3 Indikator Variabel X

Variabel Indikator Sub indikator

Kemampuan supervisi

(37)

84

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu melaksanakan program supervisi

- menganalisis PBM

- melakukan pembinaan dan bimbingan

Kinerja mengajar guru dapat dilihat pada saat melakukan pembelajaran di kelas dan perencanaan yang dilakukan sebelumnya baik berupa program semesteran maupun persiapan pengajaran (Mulyasa, 2005: 99). Tetapi, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kinerja mengajar guru adalah unjuk kerja guru dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan tugas pokok dan tanggung jawabnya yang berhubungan dengan proses belajar mengajar mulai dari perencanaan sampai pada evaluasi. Dalam melakukan penelitian ini, kinerja mengajar guru diukur dengan cara yang dikembangkan dalam pendekatan proses dengan teknik job centered yang fokus penilaian tidak lagi ditujukan pada trait atau ciri-ciri kepribadian, tetapi pada baik buruknya pelaksanaan tugas oleh seseorang pegawai. Kinerja mengajar guru diukur melalui sikap dan perilakunya dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawab. Penilaian ini tidak menitikberatkan pada kuantitas dan kualitas hasil yang dicapai melainkan bagaimana tugas-tugas dilaksanakan. Adapun indikatornya dapat dilihat dari bagaimana tugas-tugas mengajar dilaksanakan, terlihat dari perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.

Tabel 3.4 Indikator Variabel Y

(38)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Kinerja Mengajar

(39)

86

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, yang secara spesifik berhubungan dengan variabel penelitian. Alat ukur atau instrumen yang digunakan harus berdasarkan pada karakteristik sumber data dari variabel yang diteliti, sehingga mempermudah peneliti dalam memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Akdon (2008: 130), mengemukakan bahwa : “Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur

nilai variabel yang akan diteliti”.

Kisi-kisi instrumen penelitian sangat dibutuhkan untuk mempermudah penyusunan instrumen penelitian, karena akan terlihat dimensi dan indikator dari masing-masing variabel yang selanjutnya dijabarkan dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan sebagai instrumen penelitian.

F. Proses Pengembangan Instrumen

1. Validitas

(40)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

konstruk selesai maka diteruskan degan uji instrument. Instrumen yang telah disetujui oleh ahli tersebut diujicobakan pada sampel dari populasi yang diambil. Setelah data didapat dan ditabulasikan, maka pengujian validitas konstruksi dilakukan deNgan analisis faktor, yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Pearson

Product moment, sebagai berikut:

Dimana:

rhitung = koefisien korelasi ∑ Xi = jumlah skor item

∑ Yi = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden

Selanjutnya dihitung dengan uji-t dengan rumus:

Dimana:

t = nilai thitung

r = koefisien kerelasi hasil thitung n = jumlah responden

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n -2) kaidah keputusannya: jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya

Jika thitung < ttabel berati tidak valid

Jika instrumen itu valid, maka dilihat kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0, 600 sampai dengan 0, 799 : tinggi

Antara 0, 400 sampai dengan 0, 599 : cukup tinggi Antara 0, 200 sampai dengan 0, 399 : rendah

∑ ∑ ∑

(41)

88

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Antara 0, 000 sampai dengan 0, 199 : sangat rendah (tidak valid) Setelah melakukan penyebaran angket pada dua sekolah yaitu SMP Negeri 1 Lembang dan SMP Negeri 3 Lembang didapat data sebanyak 10 angket, sehingga didapat hasil uji validitas sebagai berikut:

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen X

(42)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

31 0,81 1,860 3,959 Valid

32 0,70 1,860 2,794 Valid

Setelah dilakukan uji validitas terhadap angket variabel X (kemampuan supervisi kepala sekolah), dapat disimpulkan bahwa dari 32 item yang diujikan, 32 item dinyatakan memiliki validitas konstruksi yang baik.

Tabel 3.6 Hasil Uji Validitas Instrumen Y

(43)

90

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

28 0,56 1,860 1,889 Valid

29 0,86 1,860 4,857 Valid

30 0,61 1,860 2,154 Valid

31 0,82 1,860 4,111 Valid

32 0,97 1,860 11,075 Valid

Setelah dilakukan uji validitas terhadap angket variabel Y (kinerja mengajar guru), dapat disimpulkan bahwa dari 32 item yang diujikan, 32 item dinyatakan memiliki validitas konstruksi yang baik.

2. Reabilitas

Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto. 2006: 178). Pada penelitian ini pengujian uji reabilitas dilakukan dengan menggunakan metode Alpha yaitu dengan menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran. Rumus yang digunakan sebagaimana dikemukakan Akdon (2008: 161) sebagai berikut:

Keterangan:

= Nilai Reliabilitas

= Jumlah varians skor tiap-tiap item = Varians total

= Jumlah item

Dalam implementasinya penulis melakukan uji reliabilitas dengan menggunakan bantuan Microsoft Office Excel 2007. Hasil dari nilai reliabilitas ( ) dikonsultasikan dengan nilai tabel r product moment dengan dk = N – 1 = 10 – 1 = 9, signifikansi 5% maka diperoleh = 0,666. Selanjutnya untuk menentukan reliabilitas tidaknya instrumen didasarkan pada ujicoba hipotesa dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika > berarti Reliabel dan

(44)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2) Jika < berarti Tidak Reliabel

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan bantuan

Microsoft Office Excel 2007 reliabilitas masing-masing variabel adalah

sebagai berikut:

1) Hasil uji reliabilitas variabel X (kemampuan supervisi kepala sekolah)

[ ] [ ∑ ]

[ ] [ ]

Dari hasil perhitungan reliabilitas variabel X diperoleh = 0,975 sedangkan = 0,666. Karena > maka semua data yang dianalisis dengan menggunakan metode Alpha adalah Reliabel.

2) Hasil uji reliabilitas variabel Y (kinerja mengajar guru)

[ ] [ ∑ ]

[ ] [ ]

Dari hasil perhitungan reliabilitas variabel Y diperoleh = 0,951 sedangkan = 0,666. Karena > maka semua data yang dianalisis dengan menggunakan metode Alpha adalah Reliabel.

G. Teknik Pengumpulan Data

(45)

92

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dokumentasi dan lainnya sehingga peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan tergantung dari masalah yang dihadapinya (Riduwan, 2011:69). 1. Kuesioner (angket)

Angket menurut Riduwan (2011:71) adalah daftar petanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan dari penyebaran angket menurut Riduwan (2011:71) ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden tanpa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Likert yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan mengggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan kedalam dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel, kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Sehingga indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden (Riduwan, 2011:87) .

Tabel.3.7 Kriteria Penskoran Berdasarkan Skala Likert

Skor Variabel X Variabel Y

Skor 5 Selalu (SL) Selalu (SL)

Skor 4 Sering (SR) Sering (SR)

(46)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Adapun cara untuk mengisi instrumen dalam penelitian ini adalah dengan cara checklist (√), dimana responden memberikan tanda checklist (√) pada alternatif jawaban yang dipilih pada setiap item-item pernyataan. Instrumen ini digunakan menjadi alat pengumpulan data penelitian dengan teknik angket, karena angket digunakan untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden yang jumlahnya cukup banyak.

H. Analisis Data

Data yang terkumpul tidak akan memberikan banyak makna jika data tersebut disajikan dalam bentuk data mentah, tidak dianalisis. “Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena dengan dilakukan analisis, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian (Nazir, 1999: 346)”. Dengan melakukan analisis data, dapat diperoleh kesimpulan atas generalisasi masalah yang diteliti, baik berupa implikasi-implikasi maupun rekomendasi untuk kebijakan selanjutnya. Adapun tahapan analisis data, sebagai berikut :

1. Seleksi data

Seleksi angket dilakukan setelah data terkumpul. Proses seleksi angket merupakan kegiatan awal atau persiapan dalam analisis data, yaitu peneliti memeriksa kelengkapan angket yang telah terkumpul setelah disebarkan. Kegiatan ini penting dilakukan untuk meyakinkan bahwa data-data yang telah terkumpul siap untuk diolah lebih lanjut. Adapun langkah-langkah dalam tahap seleksi angket, sebagai berikut :

a. Memeriksa apakah data semua angket dari responden telah terkumpul b. Memeriksa apakah semua pertanyaan/pernyataan dijawab sesuai

petunjuk yang diberikan

(47)

94

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Perhitungan Kecendrungan Umum Skor Responden Berdasarkan Perhitungan Rata-Rata (Weight Means Score)

Adapun rumus dari Adapun rumus WMS (Weight Means Score) adalah sebagai berikut:

Keterangan:

̅ = Rata-rata skor responden

= Jumlah Skor dari jawaban responden = Jumlah Responden

Langkah-langkah yang ditetapkan dalam pengolahan data dengan menggunakan rumus WMS ini adalah sebagai berikut:

a. Memberi bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban dengan menggunkan skala Likert.

b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif pilihan jawaban yang dipilih.

c. Menjumlahkan jawaban responden untuk setiap item dan langsung dikaitkan dengan bobot alternatif jawaban itu sendiri.

d. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap item pada masing-masing kolom.

e. Menentukan kriteria untuk setiap item dengan menggunakan tabel konsultasi hasil perhitungan WMS di bawah ini:

Tabel 3.8 Daftar Konsultasi Hasil Perhitungan WMS

Rentang

Nilai Kriteria

Penafsiran

Variabel X Variabel Y

(48)

Herlina, 2013

Kontribusi Kemampuan Supervisi Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru di SMP Negeri se-Kabupaten Purwakarta

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

0,01 – 1,00 Sangat Rendah Tidak Pernah (TP) Tidak Pernah (TP) f. Mencocokan hasil perhitungan setiap variabel dengan kriteria

masing-masing untuk menentukan dimana letak kedudukan setiap variabel atau dengan kata lain mengetahuai arah kecenderungan masing-masing variabel

3. Menghitung Skor Mentah Menjadi Skor Baku untuk Setiap Variabel

Untuk mengubah skor mentah menjadi skor baku dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

= Skor baku yang dicari

= Data skor dari masing-masing responden ̅ = Skor rata-rata

= Standar defiasi

Untuk menggunakan skor mentah menjadi skor baku, terlebih dahulu perlu diketahui hal-hal sebagai berikut:

a. Mencari skor terbesar dan terkecil

b. Mencari rentang (R), yaitu skor tertinggi (ST) dikurangi skor terendah (SR)

c. Mencari banyak kelas (BK), dengan menggunakan rumus Sturgess.

d. Mencari nilai panjang kelas (i), yaitu rentang (R) dibagi banyak kelas interval (BK)

Gambar

Gambaran kemampuan supervisi kepala sekolah di SMP Negeri se-
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian .......................... Error! Bookmark not defined.
Tabel Statistika
Tabel 3.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru di Madrasah Aliyah

HUBUNGAN KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DAN PELAKSANAAN SUPERVISI PENGAJARAN DENGAN.. KINERJA GURU SMP NEGERI SE- KECAMATAN

PENGARUH SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI BERPRESTASI GURU TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI KECAMATAN KERTASARI KABUPATEN BANDUNG.. Universitas Pendidikan Indonesia

Untuk melibatkan siswa sebagai responden penelitian variabel iklim seko - lah, dan kemampuan manajerial kepala sekolah, serta kinerja mengajar guru SMPN se-Kabupaten

Untuk menguji pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dan Motivasi Berprestasi Guru terhadap Kinerja Mengajar Guru di SD Negeri yang berada di wilayah UPTD TK dan SD Dinas

1) Supervisi kepala sekolah pada SMA Negeri se-Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau, yang diukur melalui (1) supervisi individual dan (2) supervisi kelompok

Pembahasan tentang supervisi akademik kepala sekolah dan kompensasi terhadap kinerja mengajar guru SD di kota Sukabumi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari

Menurt Sahertian menegaskan bahwa tujuan supervisi kunjungan kelas adalah menolong guru-guru dalam hal pemecahan kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi. Dalam