• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI IKLIM SEKOLAH DAN KEMAMPUAN MENGENAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMP SE-KABUPATEN SUMEDANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI IKLIM SEKOLAH DAN KEMAMPUAN MENGENAL KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU SMP SE-KABUPATEN SUMEDANG."

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Kegunaan Penelitian ... 12

F. Kerangka Berpikir ... 12

1. Depinisi Opresional ... 12

2. Paradigma Penelitian ... 14

G. Asumsi Penelitian ... 15

H. Hipotesis Penelitian ... 16

I. Metode Penelitian ... 16

BAB II LANDASAN TEORI ... 18

(2)

1. Pengertian Kinerja Mengajar Guru ... 19

2. Sistem Penilaian Kinerja Mengajar Guru ... 27

B. Iklim Sekolah ... 47

1. Pengertian Iklim Sekolah ... 48

2. Peranan Iklim Sekolah ... 54

2. Sistem Penilaian Iklim Sekolah ... 55

C. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah ... 56

1. Pengertian Manajerial Kepala Sekolah ... 57

2. Kepala Sekolah sebagai Pemimpin dan Manajer ... 67

D. Hubungan Iklim Sekolah dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah Kinerja Mengajar Guru ... 73

1. Tugas dan Peranan Kepala Sekolah ... 74

2. Pentingnya Motivasi Mengajar bagi Guru ... 78

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 85

A. Metode Penelitian ... 85

B. Penetapan Lokasi Penelitian ... 86

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 86

1. Populasi Penelitian ... 86

2. Sampel Penelitian ... 91

D. Oprasional Variabel ... 93

E. Teknik Pengumpulan Data ... 109

(3)

1. Uji Normalitas ... 117

2. Uji Korelasi ... 118

3. Uji Linieritas Regresi ... 118

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 119

A. Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 119

B. Analisis Data dan Pembahasan Hasil Penelitian ... …… 136

1. Hasil Uji Normalitas ... 136

2. Hasil Uji Korelasi ... 139

3. Hasil Uji Linieritas Regresi ... 146

C. Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis ... …… 147

1. Konstribusi Iklim Sekolah dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SMPN Akreditasi A ... 147

2. Konstribusi Iklim Sekolah dan Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah terhadap Kinerja Mengajar Guru SMPN Akreditasi B ... 149

D. Pembahasan Hasil Penelitian……… 159

1. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap Guru PNS SMPN Akreditasi A se Kabupaten Sumedang ... 151

2. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap Guru PNS SMPN Akreditasi B se Kabupaten Sumedang ... 152

(4)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI ... 161

A. Kesimpulan ... 161

B. Implikasi ... 161

C. Rekomendasi ... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 165

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Model Siklus Belajar ... 23

2.2 Perbandingan antara Manager dan Pemimpin... 68

3.1 Data Guru SMPN se-Kabupaten Sumedang Tahun 2009 ... 87

3.2 Rekapitulasi Guru PNS SMPN Akreditasi A se-Kabupaten Sumedang ... 89

3.3 Rekapitulasi Guru PNS SMPN Akreditasi B se-Kabupaten Sumedang ... 89

3.4 Rekapitulasi Hasil Akreditasi dan Guru PNS SMPN se-Kabupaten Sumedang ... 90

3.5 Sampel Guru PNS SMPN se-Kabupaten Sumedang ... 92

3.6 Sampel Guru PNS SMPN Akreditasi A se-Kabupaten Sumedang ... 92

3.7 Sampel Guru PNS SMPN Akreditasi B se-Kabupaten Sumedang ... 93

3.8 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kinerja Mengajar Guru ... 94

3.9 Kisi-kisi Instrumen Variabel Iklim Sekolah ... 97

3.10 Kisi-kisi Instrumen Variabel Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah ... 104

3.11 Kriteria Skor Variabel X1, X2 dan Variabel Y ... 111

(6)

3.13 Hasil Analisis Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Kinerja

Mengajar Guru ... 113 3.14 Hasil Analisis Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Iklim

Sekolah ... 114 3.15 Hasil Analisis Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah ... 115

4.1a Statistik Variabel Iklim SMPN Strata Akreditasi A (X1) ... 120 4.1b Statistik Variabel Iklim SMPN Strata Akreditasi A (X1)... 121 4.2a Statistik Variabel Kemampuan Manajerial Kepala

SMPN Strata Akreditasi A (X2) ... 122 4.2b Statistik Variabel Kemampuan Manajerial Kepala

SMPN Strata Akreditasi A (X2) ... 123 4.3a Statistik Variabel Kinerja Mengajar Guru

SMPN Strata Akreditasi A (Y) ... 125 4.3b Statistik Variabel Kinerja Mengajar Guru

SMPN Strata Akreditasi A (Y) ... 126 4.4a Statistik Variabel Iklim SMPN Strata Akreditasi B (X1) ... 128 4.4b Statistik Variabel Iklim SMPN Strata Akreditasi B (X1) ... 129 4.5a Statistik Variabel Kemampuan Manajerial Kepala

SMPN Strata Akreditasi B (X2) ... 131 4.5b Statistik Variabel Kemampuan Manajerial Kepala

(7)

4.6a Statistik Variabel Kinerja Mengajar Guru

SMPN Strata Akreditasi B (Y) ... 134 4.6b Statistik Variabel Kinerja Mengajar Guru

SMPN Strata Akreditasi B (Y) ... 134

4.7 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Komogorov-Smirnov Test

SMPN Strata Akreditasi A ... 138 4.8 Hasil Uji Normalitas Berdasarkan Komogorov-Smirnov Test

SMPN Strata Akreditasi B ... 139 4.9 Hasil Uji Korelasi SMPN Strata Akreditasi A ... 140 4.10 Hasil Uji Korelasi Secara Bersama-sama SMPN

Strata Akreditasi A ... 142 4.11 Hasil Uji Korelasi SMPN Strata Akreditasi B ... 143 4.12 Hasil Uji Korelasi Secara Bersama-sama SMPN

Strata Akreditasi B ... 145 4.13 ANOVA (b) SMPN Strata Akreditasi A ... 146 4.14 ANOVA (b) SMPN Strata Akreditasi B ... 146 4.15 Hasil Uji Signifikansi Konstribusi Iklim Sekolah (X1) dan

Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah (X2 ) terhadap Kinerja

Mengajar Guru (Y) pada SMPN Strata Akreditasi A ... 148 4.16 Hasil Uji Regresi Konstribusi Iklim Sekolah (X1) dan Kemampuan

(8)

Manajerial Kepala Sekolah (X2 ) terhadap Kinerja Mengajar Guru (Y) pada SMPN Strata Akreditasi B ... 150 4.18 Hasil Uji Regresi Konstribusi Iklim Sekolah (X1) dan Kemampuan

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Keterkaitan antar Variabel Penelitian ... 15

2.1 Aspek kinerja (Performance) ... 21

3.1 Peta Kabupaten Sumedang ... 86

4.1 Distribusi Data Iklim SMPN Strata Akreditasi A (X1) ... 120

4.2 Histogram Frekuensi Skor Variabel Iklim SMPN Strata Akreditasi A (X1) ... 121

4.3 Distribusi Data Kemampuan Manajerial Kepala SMPN Strata Akreditasi A (X2) ... 123

4.4 Histogram Frekuensi Skor Variabel Kemampuan Manajerial Kepala SMPN Strata Akreditasi A (X2) ... 124

4.5 Distribusi Data Kinerja Mengajar Guru SMPN Strata Akreditasi A (Y) ... 126

4.6 Histogram Frekuensi Skor Variabel Kinerja Mengajar Guru SMPN Strata Akreditasi A (Y) ... 127

4.7 Distribusi Data Iklim SMPN Strata Akreditasi B (X1) ... 129

4.8 Histogram Frekuensi Skor Variabel Iklim SMPN Strata Akreditasi B (X1) ... 130

(10)

4.10 Histogram Frekuensi Skor Variabel Kemampuan Manajerial

Kepala SMPN Strata Akreditasi B (X2) ... 133 4.11 Distribusi Data Kinerja Mengajar Guru SMPN Strata Akreditasi B (Y) ... 134 4. 12 Histogram Frekuensi Skor Variabel Kinerja Mengajar Guru

SMPN Strata Akreditasi B (Y) ... 136 4.13 Model Regresi Memenuhi Asumsi Normalitas SMPN

Strata Akreditasi A ... 137 4.14 Model Regresi Memenuhi Asumsi Normalitas SMPN

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 SK Pengangkatan Pembimbing Tesis Program Magister (S2)

SPs UPI Angkatan 2007 ... 168

2 Surat Permohonan Izin Mengadakan Studi lapangan Penelitian ... 171

3 Surat Izin Penelitian ... 172

4 Kisi-kisi Instrumen Uji Coba Penelitian ... 175

5 Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 189

6 Reliabilitas dan Validitas ... 195

7 Instrumen Penelitian... 212

8 Data Hasil Penelitian terhadap Responden SMPN Akreditasi A dan B ... 226

9 Rekapitulasi Jumlah Data Hasil Penelitian ... 244

10 Frekuensi Responden SMPN Akreditasi A dan B ... 247

11 Analisis Regresi Linier ... 258

12 Uji Normalitas ... 267

13 Analisis Korelasi ... 270

14 Data Interval ... 273

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional (UU No.2 Tahun 1989 Pasal 4) dinyatakan bahwa ”Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”. Keberhasilan tujuan pendidikan nasional tersebut harus memperhatikan komponen pendidikan khususnya sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai peranan sangat penting dalam menentukan keberhasilan sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Oleh karena guru merupakan ujung tombak yang melakukan proses pembelajaran di sekolah, maka mutu, kesejahteraan, keamanan, kenyamanan dan jumlah guru perlu ditingkatkan dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan sekarang dan yang akan datang.

(13)

tanggung jawab SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang, dan prestasi belajar siswa antara satu SMP Negeri dengan SMP Negeri lainnya tidak sama. Ada sekolah yang mempunyai prestasi belajar siswa yang tinggi, ada sekolah yang nilai prestasi berlajar siswanya biasa-biasa saja dan ada juga sekolah yang prestasi belajar siswanya kurang. Sekolah dengan siswa yang berprestasi biasa-biasa dan sekolah dengan siswa berprestasi kurang dituntut untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajarannya. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu sekolah dilakukan dengan cara meningkatan kinerja mengajar guru dengan memperhatikan faktor motivasi dan komunikasi. Kinerja adalah prestasi, hasil kerja atau unjuk kerja. Kinerja mengajar guru mengacu pada tingkah laku saat mengajar di kelas. Tingkah laku merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penciptaan suasana belajar mengajar yang kondusif. Motivasi akan timbul dalam diri guru apabila ada perhatian, kesesuaian, kepercayaan dan kepuasan yang diberikan kepala sekolah, serta komunikasi yang lancar antara guru dan kepala sekolah dan guru dengan guru, akan dapat meningkatkan kinerja mengajarnya.

Akhir-akhir ini permasalahan rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan semakin banyak disoroti berbagai pihak. Hal tersebut membawa dampak ke arah pemikiran apa saja yang perlu dilakukan sehingga pendidikan ke depan lebih bermutu dan efekfif sesuai dengan pola sentralisasi ke desentralisasi. Sorotan ini tentunya sangat menarik untuk disimak dan direnungkan sebagai bentuk partisipasi kita semua dalam ikut serta memecahkan nasional. persoalan pelik di seputar dunia pendidikan.

(14)

meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena dengan sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan di segala bidang sehingga diharapkan bangsa Indonesia dengan sumber daya manusianya dapat bersaing dengan bangsa lain yang lebih maju.

Dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, yang diperlukan bagi pembangunan di segala bidang kehidupan bangsa, terutama mempersiapkan peserta didik menjadi aktor IPTEK yang mampu menampilkan kemampuan dirinya, sebagai sosok manusia Indonesia yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional di bidangnya, sebagaimana tujuan pendidikan nasional, dalam GBHN ”… adalah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif, sehat jasmani dan rohani”, (http://endang 965. wordpress.com/thesis/1-iklim-organisasi-kinerja-guru).

Dengan ketahan dan kemandirian seseorang diharapkan bangsa Indonesia mampu menghadapi tantangan global di segala bidang. Mereka diharapkan bisa (1) meningkatkan nilai tambah, (2) dapat mengarahkan perubahan struktur masyarakat ke arah yang positif, (3) bisa bersaing dalam era globalisasi, dan (4) dapat menghindari penjajahan dalam penguasaan Iptek.http://endang 965.wordpress.com/ thesis/1-iklim-organisasi-kinerja-guru).

(15)

oleh para menteri pendidikan 9 negara berependuduk terbesar di New Delhi yang memuat enam peran pendidikan, yaitu : (1) ikut menggalang perdamaian dan ketertiban dunia, (2) mempersiapkan pribadi sebagai warga negara dan masyarakat, (3) pendidikan yang merata dan menyeluruh, (4) menanamkan dasar-dasar pembangunan yang berkelanjutan dan pelestarian lingkungan, (5) mempersiapkan tenaga kerja untuk pembangunan ekonomi, sehingga pendidikan perlu dikaitkan dengan kebutuhan dunia kerja, dan (6) berorientasi pada penguasaan dan pengembangan Iptek (http://endang 965.wordpress.com/thesis/1-iklim-organisasi-kinerja-guru).

(16)

Menyaksikan kenyataan tersebut telah tergambar betapa pentingnya suatu pendidikan yang harus dimiliki seseorang, sehingga tidak terpuruk pada keadaan dunia yang semakin berat dan penuh tantangan. Sebagaimana kita ketahui pendidikan pada hakekatnya proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik, yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Hal ini menuntut upaya pelaksanaan pendidikan yang berkualitas dari semua jenis dan jenjang pendidikan.

Prioritas upaya peningkatan mutu pendidikan, pada dasarnya dititikberatkan pada tiga faktor utama :

1. Mutu dan jumlah sumber daya pendidikan untuk mendukung proses belajar mengajar.

2. Mutu proses belajar mengajar dalam konteks pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran peserta didik.

3. Mutu keluaran pendidikan, dalam artian pengetahuan, sikap dan keterampilan para peserta didik.

Mutu pendidikan yang telah dikaji secara makro, menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan, ditinjau dari segi pengelolaan sumber-sumber pendidikan, baik yang berasal dari dalam sekolah maupun dari luar sekolah, sehingga diharapkan “…budaya mutu tertanam di sanubari semua warga sekolah, sehingga setiap perilaku selalu didasari oleh profesionalisme.” (http://endang965. wordpress.com/thesis/1-iklim-organisasi-kinerja-guru).

(17)

output yang bermutu hanya bisa dihasilkan melalui proses yang bermutu, proses yang bermutu dipengaruhi oleh faktor mutu input baik instrumen input, environmental input, maupun input kemampuan dasar siswa, kepemimpinan dan kinerja guru.

Pada era mutu ini, manajemen pendidikan sudah saatnya menyediakan suatu kondisi yang dapat menumbuhkembangkan kreativitas dan inovasi pada satuan pendidikan sebagai gugus yang terdepan tempat terjadinya pengalaman pembelajaran. Pembinaan kualitas pendidikan harus terjadi pada tingkat manajemen persekolahan (mikro). Karena itu sistem pembinaan harus dimulai pada manajemen ditingkat mikro yang dapat mengembangkan partisipasi tenaga kependidikan di sekolah, serta dapat menciptakan iklim organisasi yang kondusif.

Manajemen pendidikan yang bermutu tidak terlepas dari kemampuan kepala sekolah. Kepala Sekolah sebagai pimpinan di unit kerjanya harus disertai dengan beberapa kualifikasi yang melekat pada tugas dan fungsinya, yaitu profesiosnalisasi dalam pekerjaannya, sebagaimana dikemukakan Sanusi, “…bahwa usaha peningkatan kemampuan manajerial sekolah harus didukung oleh profesionalisasi pekerjaan administrasi sekolah yang membuat para pejabatnya benar-benar menjadi administrator karir (http://endang965.wordpres.com/thesis/1-iklim-organisasi-kinerja -guru).

(18)

dari peran seorang kepala sekolahnya. Pada umumnya sekolah tersebut dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang efektif (http://endang 965. word press. com/ thesis/1-iklim-organisasi-kinerja-guru). Sehingga kepemimpinan kepala sekolah mengarah kepada kepemimpinan situasional.

Menurut Thoha (1999) perilaku tugas dan hubungan yang merupakan titik pusat konsep kepemimpinan situasional:

1. Perilaku Tugas ialah suatu perilaku seorang pemimpin untuk mengatur dan merumuskan peran-peran dari anggota-anggota kelompok atau para pengikut; menerangkan kegiatan yang harus dikerjakan oleh masing-masing anggota, kapan dilakukan, dimana melaksanakannya, dan bagaimana tugas-tugas itu harus dicapai. Selanjutnya disipati oleh usaha-usaha menciptakan pola organisasi yang mantap, jalur komunikasi yang jelas, dan cara-cara melakukan jenis pekerjaan yang harus dicapai.

2. Perilaku hubungan ialah suatu perilaku seorang pemimpin yang ingin memelihara hubungan-hubungan antar pribadi di antara dirinya dengan anggota-anggota kelompok atau para pengikut dengan cara membuka lebar-lebar jalur-jalur komunikasi, mendelegasikan tanggung jawab, dan memberikan kesempatan pada para bawahan untuk menggunakan potensinya. Hal semacam ini disifati oleh dukungan sosioemosional, kesetiakawanan, dan kepercayaan bersama (http:// endang 965. word press.com/thesis/1-iklim-organisasi-kinerja-guru).

(19)

belajar dengan tenang, tekun, penuh kejujuran dan keikhlasan serta tanggung jawab. Apabila gambaran tersebut terjadi, maka pada akhirnya akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dan peningkatan mutu pendidikan.

Keberhasilan proses belajar mengajar dapat berhasil, dipengaruhi pula oleh hubungan antar manusia di dalam organisasi atau sekolah, seperti halnya hubungan kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru serta para siswa yang harmonis. Sehingga dengan hubungan yang harmonis tersebut dapat mewujudkan iklim organisasi sekolah yang mendukung terhadap keberhasilan proses belajar mengajar dan pencapaian tujuan pendidikan.

Dalam dunia pendidikan, guru mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sangat tinggi, yaitu sebagai komponen terdepan yang berperan langsung dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga perlu memiliki semangat kerja dan kemampuan profesional. Kemampuan guru dapat terlihat dalam cara pengelolaan kelas, penguasaan kurikulu, penggunaan metode dan teknik pembelajaran, pembuatan administrasi dan evaluasi.

Prestasi kerja guru dalam organisasi pendidikan perlu mendapat perhatian dan perlu mendapat dukungan oleh semua komponen, seperti kemampuan organisasi, iklim organisasi, serta perilaku dan gaya kepemimpinan kepala sekolah.

Kinerja mengajar guru yang efektif dipengaruhi oleh beberapa sumber : 1. Sumber individu itu sendiri, diantaranya intelektual, psikologis, fisiologis,

(20)

2. Sumber dari dalam organisasi diantaranya sistem organisasi, peranan organisasi, kelompok dalam organisasi, perilaku yang berhubungan dengan pengawasan , iklim organisasi.

3. Sumber dari lingkungan eksternal organisasi, diantaranya keluarga, kondisi ekonomi, kondisi hukum, nilai-nilai sosial, peranan kerja, perubahan teknologi, dan perkumpulan-perkumpulan (http://endang 965.word press.com/ thesis/1-iklim-organisasi-kinerja-guru).

Efektif atau tidaknya kinerja guru perlu mendapat perhatian semua pihak, terutama kepala sekolah sebagai pengelola pendidikan hendaknya berupaya untuk meningkatkan prestasi kerja guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah adalah salah seorang penentu keberhasilan mutu pendidikan. Sebagaimana dikemukakan Kartini Kartono, “Pemimpin selalu menjadi fokus dari semua gerakan aktivitas usaha dan perubahan menuju pada kemajuan organisasi. Pemimpin merupakan agen primer untuk menentukan struktur kelompok/organisasi yang dibinanya. Pemimpin merupakan inisiator, motivator, stimulator, dinamistor dan inovator dalam organisasinya”, (http://endang965.wordpress.com/thesis/1-iklim-organisasi-kiner ja-guru). Keberhasilan pendidikan di sekolah sangat tergantung kepada ke mampuan manajerial kepada sekolah yang memegang peranan penting dalam berbagai kegiatan di sekolah.

(21)

di sekolah serta memberdayakan masyarakat untuk mendukung tercapainya tujuan sekolah.

Dalam hubungannya dengan potensi di sekolah yang beragam, kepemimpinan kepala sekolah cenderung bersifat situasional. Kepala sekolah perlu membaca situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kopemimpinannya sehingga berjalan secara efektif. Kepaia sekolah perlu juga memperhatikan faktor kondisi, waktu dan ruang untuk menentukan gaya kepemimpinan yang tepat, karena gaya kepemimpinan di suatu sekolah mungkin berbeda dengan di sekolah karena lain.

Sejalan dengan uraian di atas, maka kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan perlu berupaya mengelola sekolah sebaik mungkin agar terwujud iklim organisasi yang kondusif, sehingga pada akhirnya berdampak positif kepada kinerja mengajar guru.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah : "Bagaimana konstribusi iklim sekolah dan manajerial kepala sekolah dengan kinerja mengajar guru".

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

(22)

2. Konstribusi kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru PNS SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang.

C. Rumusan Masalah

Berdasar pada identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Seberapa besar konstribusi iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang ?

2. Seberapa besar konstribusi kemampuan manajerial kepala sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang ?

3. Seberapa besar konstribusi iklim sekolah dan kemampuan manajerial kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis menentukan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Memahami dan menganalisis besarnya konstribusi iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang.

2. Memahami dan menganalisis besarnya konstribusi iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang.

(23)

jar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang.

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini akan berguna, baik bagi penulis maupun bagi lembaga pendidikan dan praktisi pendidikan.

Bagi penulis, hasil penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan terutama yang berhubungan dengan pengaruh iklim sekolah dan manajerial kepala sekolah secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang. Peningkatan wawasan yang berhubungan dengan hal tersebut akan meningkatkan kinerja penulis di bidang disiplin ilmu dan profesi penulis sebagai tenaga pendidik.

Bila hasil penelatian ini signifikan, akan memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan, terutama dalam hal pembinaan karier pegawai yang memperhatikan prestasi kerja guru. Pembinaan dapat dilakukan terhadap lingkungan kerja dan kepala sekolah dalam menentukan kebijakan, karena akan berakibat terhadap kanerja mengajar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang.

F. Kerangka Berpikir

1. Definisi Oprasional

(24)

Kinerja mengajar guru sesuai pendapat Natawijaya (1999: 22), bahwa: ”Kinerja guru adalah seperangkat prilaku nyata yang ditunjukan guru pada waktu dia memberikan pelajaran kepada siswanya”. Karena kinerja guru berkaitan dengan mengajar atau pembelajran, maka kinerja mengajar guru adalah hasil yang dicapai oleh guru dalam memberikan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermamfaat bagi siswa sesuai perkembangan berpikirnya. Prinsip utama dalam proses pembelajaran sesuai dengan pendapat Eggen dalam Indrawati (2005: 800), bahwa: “Prinsip utama dalam setiap kegiatan mengajar adalah adanya kegiatan perencanaan, dan implementasi”.

b. Iklim Sekolah

Menurut Fisher & Fraser (1990) bahwa:”iklimsekolah didefinisikan sebagai seperangkat atribut yang memberi warna atau karakter, spirit, ethos, suasana bathin, dari setiap sekolah”. Berdasarkan pendapat di atas dan para ahli lainnya maka iklim sekolah (school climate) adalah suasana yang timbul dan mempengaruhi proses pembelajaran di suatu sekolah. Iklim sekolah yang kondusif bercirikan situasi dan kondisi sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan yang menjadi prasyarat bagi proses pembelajaran untuk mencapai tujuan.

c. Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

(25)

sebagai manajer menurut Fred Luthans dalam Feiberg, H. J. (1998) mencakup:” (1) Cultural flexibility, (2) Comunication skill, (3) Human resources development skills, (4) creativity, dan (5) self management of learning”.

2. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan sesuai dengan tujuannya, penelitian merupakan penelitian kuantitatif. Sejalan dengan pendapat Husein Umar (2007: 3), bahwa:”Penelitian kuantitatif disusun untuk membangun/ memperoleh ilmu pengetahuan keras (hard science) yang berbasis obyektovitas kontrol yang beroperasi dengan aturan-aturan ketat, termasuk mengenai logoka, kebenaran, hukum-hukum, aksioma, dan prediksi. Peneliti harus mendefinisikan variabel penelitian, mengembangkan instrumen, mengumpulkan data, melakukan analisis atas temuan, melakukan generalisasi dengan cara pengukuran yang sangat hati-hati”.

(26)

Gambar 1.1

Keterkaitan Antar Variabel Penelitian

G. Asumsi Penelitian

Asumsi atau anggapan dasar dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Seorang guru harus memiliki kemampuan atau kompetensi professional, kompetensi personal, dan kompetensi sosial (Udin Syaefudin Sa’ud, 2008). 2. Mengajar jelas (clarity teaching) merupakan kemampuan guru untuk

menyelenggarakan pembelajaran, yang dapat membantu siswa sampai pada suatu pemahaman yang jelas tentang materi, (Metcalf, 1992).

3. Iklim sekolah seperti rasa kebersamaan sesama guru tinggi, dukungan sarana memadai, target akademik tinggi, dan kemampuan integritas sekolah sebagai suatu institusi yang mendukung pencapaian prestasi belajar siswa yang lebih baik (Hoy, 1978).

4. Kepala sekolah sebagai salah satu unsur SDM administrator pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan pendidikannya dengan pengetahuan dengan sikap yang antisipatif terhadap perubahan yang terjadi dalam

Kinerja Mengajar Guru SMP (Y)

Iklim Sekolah (X1) Kemampuan Manajerial

(27)

kehidupan masyarakat termasuk perkembangan kebijakan makro pendidikan (Idochi Anwar dan Yayat Hidayat, 2000).

H. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

1. Terdapat konstribusi antara Iklim sekolah terhadap kinerja mengajar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang.

2. Terdapat konstribusi antara kemampuan manajerial terhadap kinerja mengajar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang.

3. Terdapat konstribusi antara Iklim sekolah dan kemampuan manajerial secara bersama-sama terhadap kinerja mengajar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang.

I. Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri se-Kabupaten Sumedang. Waktu penelitian dilaksanakan bulan Maret sampai dengan April 2009. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif menggunakan survey yang bersifat korelasional. Memiliki dua variabel prediktor yaitu iklim sekolah (X1) dan kemampuan manajerial kepala sekolah (X2), sedang yang lain adalah variabel tolok atau kriterium yaitu kinerja mengajar guru SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang (Y).

(28)

atau secara bersama-sama. Paradigma penelitian dapat digambarkan seperti gambar 1.1, dan desain penelitian ini sebagai berikut:

1. Populasi sasaran penelitian yaitu guru SMP Negeri 1 se-Kabupaten Sumedang.

2. Metode sampling yang dipilih dalam penelitian ini yaitu proportional stratified sampling. Teknik pengumpulan data, yaitu rnelalui angket tertutup

(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode sangat penting dalam suatu penelitian karena akan membantu mengarahkan peneliti dalam mengumpulkan, mengolah dan menganalisis data. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Moris dalam Saraswati (2009) yang mengatakan bahwa metode adalah “Prosedur atau urutan fikiran yang sistematis, yang dituangkan ke dalam suatu rencana untuk mengerjakan sesuatu hal guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan”

Berdasar pada pengertian tersebut, metode yang digunakan dalam penelitian kuantitaif ini adalah metode deskriptif dengan studi eksplanatori yang berusaha mengungkapkan dan menapsirkan seberapa besar hubungan dan sumbangan dari masing-masing variabel yang diteliti. Metode ini digunakan karena berorientasi pada masalah yang terjadi pada masa sekarang.

(30)

B. Penetapan Lokasi Penelitian

Penelitian pendidikan ini tidak terlepas dari lokasi sekolah. Kaitannya dengan otonomi daerah maka ditetapkan lokasi penelitian ini yakni seluruh SMP Negeri di Kabupaten Sumedang. Lokasi lebih luas mencakup satu kabupaten, agar hasil penelitian ini kelak dapat menjadi landasan kajian dalam menentukan kebijakan di bidang pendidikan dasar, khususnya jenjang pendidikan SMP.

Gambar 3.1: Peta Kabupaten Sumedang

Gambar: 3.1

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah objek dari suatu penelitian yang akan dijadikan sumber

data dalam penelitian yang dilakukan. Populasi dapat berupa barang atau manusia.

(31)

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas, yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.

Berdasar pada masalah penelitian di atas, populasi penelitian ini adalah semua guru dari 61 SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang yang berjumlah 1300 orang, seperti table 3.1 sampai 3.4 di bawah ini. Adapun pertimbangan pemilihan populasi ini adalah karena semua guru berada di kabupaten yang sama sehingga mengurangi keragaman populasi. Keadaan demikian memungkinkan untuk dijadikan obyek penelitian.

Tabel 3.1

Data Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri Se-Kabupaten Sumedang Tahun 2009

No Tempat Tugas Akreditasi Tingkat Pendidikan Jumlah D1 D2 D3 S1 S2 GPNS

1 SMP N 1 Cimanggung A 1 5 5 20 2 33

2 SMP N 1 Cisitu B 2 8 10

3 SMP N 1 Conggeang B 4 3 10 17 34

4 SMP N 1 Jatinunggal A 1 6 7

5 SMP N 1 Paseh A 5 2 4 20 31

6 SMP N 1 Sukasari A 4 1 2 13 20

7 SMP N 1 Surian B 11 1 12

8 SMP N 1 Tanjungkerta B 3 6 16 25

9 SMP N 2 Cimanggung B 10 1 11

10 SMP N 2 Cisitu B 9 9

11 SMP N 2 Conggeang B 3 1 5 10 19 12 SMP N 2 Jatinunggal A 11 1 9 1 22

13 SMP N 2 Rancakalong B 5 5

14 SMP N 2 Tomo B 1 9 10

15 SMP N 3 Cisitu A 1 2 9 12

16 SMP N 3 Rancakalong B 1 10 11

17 SMP N 3 Situraja B 2 1 6 12 21

18 SMP N 4 Situraja B 1 3 13 17

(32)
(33)

Tabel 3.2

Rekapitulasi Guru PNS SMP Negeri Akreditasi A Se-Kabupaten Sumedang

No Tempat Tugas Tingkat Pendidikan Jumlah

D1 D2 D3 S1 S2 Guru PNS

No Tempat Tugas Tingkat Pendidikan Jumlah

(34)

11 SMPN 3 Situraja 2 1 6 12 21

Akreditasi Jumlah SMPN Jumlah Guru PNS

1 A 22 649

2 B 39 651

(35)

2. Sampel penelitian

Pada penelitian ini menggunakan stratified random sample. Sesuai pendapat Nazir (1983: 346), bahwa: “stratified random sample adalah sampel yang yang ditarik dengan memisahkan elemen-elemen populasi dalam kelompok-kelompok yang tidak overlapping yang disebut strata, dan kemudian memilih sebuah sampel secara random dari tiap stratum”.

Sedangkan menurut Donald Ary dalam Nazir (1983:332), bahwa:”sample berlapis secara proporsional (proportional stratified sampling) artinya di dalam sample, lapisan tersebut diwakili sesuai dengan perbandingan (proporsi) frekuensinya di dalam populasi keseluruhahan”. Selanjutnya bahwa:”… penarikan sample berlapis akan dapat menghasilkan sampel yang lebih representatif dari pada sampel acak sederhana (simple random sampling)”.

Penentuan sampel berlapis, berstrata, atau berpetala menurut Sudjana (1975: 173), menggunakan rumus sebagai sebagai berikut:

ni = Ni x n N

Keterangan: N

=

Jumlah populasi

Ni = Jumlah populasi suatu strata

n

= Jumlah sampel, dimana n = N x 15 % ni = Jumlah sampel suatu strata

(36)

dari 649 populasi dilakukan secara acak, begitu pula dengan sampel 98 dari 651 populasi, seperti tabel 3.5.

Tabel 3.5

Sampel Guru PNS SMP Negeri Se-Kabupaten Sumedang

Nomor Nilai Akreditasi Sampel Guru PNS Jumlah Sampel SMPN

1 A 97 3

2 B 98 6

Jumlah sampel 195 9

Selanjutnya penarikan sampel secara acak, sesuai pendapat Donald Ary dalam Furchan (1995: 192), bahwa: ”prosedur penarikan sample yang paling banyak dikenal orang adalah penarikan sample acak (random sampling). Ciri dasar penarikan sample acak ialah bahwa semua anggota populasi mempunyai peluang yang sama dan tidak terikat untuk dimasukan ke dalam sample. Artinya, bagi setiap pasangan unsure X dan Y, peluang X untuk dipilih sebagai sample sama dengan peluang Y, dan pemilihan X sama sekali tidak mempengaruhi peluang pemilihan Y”. Hasil penarikan sampel secara acak baik SMPN maupun guru PNS, seperti tabel 3.6 dan 3.7.

Tabel 3.6

Sampel Guru PNS SMPN Akreditasi A Se-Kabupaten Sumedang

Nomor Sampel SMPN Jumlah Sampel Guru PNS

(37)

2 SMPN 4 Sumedang 33

3 SMPN 1 Cimalaka 32

Jumlah sampel 97

Tabel 3.7

Sampel Guru PNS SMPN Akreditasi B Se-Kabupaten Sumedang

Nomor Sampel SMPN Jumlah Sampel Guru PNS

1 SMPN 1 Cibugel 16

2 SMPN 2 Tanjungsari 16

3 SMPN 1 Ganeas 16

4 SMPN 2 Tanjungkerta 17

5 SMPN 4 Situraja 16

6 SMPN 1 Ujungjaya 17

Jumlah sampel 98

D. Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah

1) Kinerja mengajar guru SMP Negeri se- Kabupaten Sumedang (Y) sebagai variabel independen

(38)

Tabel: 3.8

Kisi-kisi Instrumen Variabel Kinerja Mengajar Guru

NO DIMENSI INDIKATOR INSTRUMEN NO

BUTIR

1 2 3 4 5

1 Perencana-an

1. Penguasaan materi pelajaran

2. Kemampuan merencanakan

.

1. Saya berupaya meng identifikasi materi pel ajaran yang akan diajar kan kepada siswa.

2. Saya berupaya mengu asai materi pelajaran untuk mendukung pem an hasil belajar siswa. 4. Saya memilih pende

-katan pembelajaran ter lebih dahulu, sebelum merencanakan pembel ajaran.

5. Saya memilih pendekat- an pembelajaran yang se suai dengan kebiasaan

(39)

dasarkan Standar Kom petensi dan Kompeten si Dasar.

10. Saya berupaya memi lih metode pembelajar an yang tepat

11. Saya berupaya memi lih media pembelajar -an y-ang tepat

12. Saya merefleksikan RPP bersama teman,

1. Pra pembelajaran

2. Membuka pembel j aran

1. Saya berupaya melak sanakan program pem belajaran. sebagai pe gangan dalam melak riksa pekrjaan rumah siswa pada awal pem buka pembelajaran de ngan ucapan salam ke agaman

(40)

3. Kegiatan inti lola kelas, dengan men ciptakan suasana kon dusif bagi berlang sungnya proses belajar mengajar.

10. Saya memahami pro ses pembelajaran yang berpusat pada siswa 11. Saya berupaya meng

ubah strategi pembel ajaran berdasarkan kon disi siswa pada saat itu 12. Saya berupaya meng gunakan media / sum ber pembelajaran, da lam upaya transfor masi pengetahuan dan internalisasi nilai kepa da peserta didik. 13. Saya berupaya agar

siswa dapat melaksa nakan diskusi, eksplo rasi, dan kolaburasi da pon siswa yang tampak akan melarikan diri dari belajar

16. Saya memahami cara menyimpulkan materi pelajaran

(41)

4. Kegiatan penutup

bilitasnya.

18. Saya memahami cara pemberian tugas ru mah (PR)

19. Saya memahami langkah-langkah eva luasi pembel ajaran 20. Saya berupaya me

nilai prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran

21. Saya memahami langkah-langkah ana lisis evaluasi pembel ajaran

22. Saya memahami langkah-langkah pem belajaran remedial

31

32

33

34

35

2) Iklim Sekolah (X1) sebagai variabel dependen

Pengertian iklim sekolah (school climate) adalah situasi dan kondisi sekolah bagi aktivitas belajar dan mengajar berlangsung secara efektif. Sedangkan iklim sekolah yang kondusif adalah situasi dan kondisi sekolah yang aman, nyaman, menyenangkan yang menjadi prasyarat bagi aktivitas belajar dan mengajar berlangsung secara efektif (Pakpahan, 2007), dimana kisi-kisi instrumen variabel Iklim sekolah, seperti tabel 3.7 di bawah ini.

Tabel: 3.9

Kisi-kisi Instrumen Variabel Iklim Sekolah

NO DIMENSI INDIKATOR INSTRUMEN BUTIR NO

1 2 3 4 5

(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)

improvisasi, berino

3) Kemampuan manajerial kepala sekolah (X2) sebagai variabel dependen

(48)

daya manusia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel 3.8 (kisi-kisi instrumen Kebijakan Kepala Sekolah) di bawah ini:

Tabel: 3.10

Kisi-kisi Instrumen Variabel Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

NO DIMENSI INDIKATOR INSTRUMEN BUTIR NO

1. Kesadaran budaya

2. Kepekaan budaya

(49)

lah mampu

(50)
(51)
(52)
(53)

E. Teknik Pengumpulan Data

Semua bahan yang dikumpulkan dalam suatu penelitian berupa tau informasi. Data atau informasi sangat diperlukan sebagai bahan pemecahan masalah dalam suatu penelitian. Untuk itu dibutuhkan suatu cara atau teknik pengumpulan data yang tepat sehingga dapat menghasilkan data yang akurat. Semua data atau informasi yang dikumpulkan dievaluasi kebenarannya. Hal ini untuk mengumpulkan data atau informasi yang faktual. Dengan teknik penilaian yang tepat, dapat dihasilkan data faktual yang akurat, sehingga dapat tercapainya tujuan penelitian yang direncanakan.

Berpijak dari prediksi di atas, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket. Angket. “Angket merupakan suatu alat untuk memperoleh data yang dibutuhkan dengan memberikan dengan memberikan sejumlah pertanyaan secara tertulis tehadap responden” (Kartono, 1980 : 140 ). Penelitian teknik angket ini didasarkan pada keuntungannya, yaitu mendapatkan data yang cukup, dan tersebar merata, sebagaimana dijelaskan bahwa “daftar kuesioner dapat juga dijawab secara tertulis oleh informan atau disebut angket. Angket merupakan alat pengumpul data dalam bentuk formulir yang disebar untuk mengumpulkan informasi mengenai sesuatu yang terdiri dari pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh responden.

Kuesioner atau angket terdiri dari 2 (dua) bentuk, seperti yang dikemukakan Winarno Surakhmad (1990:182) bahwa “Pada umumnya ada dua bentuk angket: 1) Angket Berstruktur; 2) Angket yang Tidak Berstruktur”.

(54)

Angket berstruktur atau tertutup berisikan kemungkinan-kemungkinan atau jawaban yang telah tersedia.

Keuntungan dalam penggunaan angket berstruktur atau tertutup ini, Suharsimi Arikunto (1998:125) mengemukakan sebagai berikut :

“Keuntungan kuesioner tertutup, yaitu : a. Tidak memerlukan hadirnya peneliti

b. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden

c. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing dan menurut waktu senggang responden

d. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu menjawab

e. Dapat dibuat standar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama”.

Selanjutnya Suharsimi Arikunto (1998), hal yang menjadi pertimbangan dalam penggunaan angket adalah:

a. Angket lebih praktis digunakan untuk mengumpulkan data dari responden yang dijadikan sampel.

b.Memudahkan responden dalam memilih jawaban karena alternatif jawaban telah disediakan.

c. Peneliti memperoleh data yang seragam, sehingga memudahkan dalam pengolahannya.

d.Angket relatif lebih efisien, baik ditinjau dari segi waktu, tenaga dan biaya.

Untuk memudahkan dalam menyusun alat pengumpulan data yaitu instrumen berbentuk angket, langkah-langkah yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

a. Menentukan aspek-aspek dan indikator-indikator dari setiap variabel penelitian yang dianggap penting untuk ditanyakan ditetapkan berdasarkan teori yang dijadikan acuan.

(55)

c. Membuat kisi-kisi butir angket dalam bentuk matriks yang sesuai dengan indikator setiap variabel penelitian.

d. Menyusun pertanyaan-pertanyaan dengan disertai alternatif jawaban yang akan dipilih oleh responden dengan berpedoman pada kisi-kisi butir angket yang sudah dibuat.

e. Menetapkan kriteria skor untuk setiap item alternatif jawaban dengan mempergunakan skala Likert dengan pernyataan positif (Ridwan, 2008: 86) seperti tabel 3.11 di bawah ini:

Tabel 3.11

Kriteria Skor Variabel X1, X2 dan Variabel Y

Alternatif Jawaban Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Kurang Setuju (KS) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

f. Membuat petunjuk pengisian angket. Responden membubuhkan tanda check list ( √ ) pada jawaban yang diminatinya.

Berdasar pendapat di atas, maka untuk kepentingan penelitian ini, penulis menggunakan bentuk angket sebagai alat pengumpul data. Bentuk angket yang digunakan adalah dalam bentuk angket tertutup, yaitu angket yang alternatif jawabannya telah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang dianggap cocok atau sesuai dengan keadaan data.

(56)

penekanan dan bersipat rahasia. Kedua karena keterbatasan waktu baik waktu yang disediakan oleh pihak institusi, maupun waktu yang dimiliki responden itu sendiri. Ketika untuk memberikan arahan data yang akurat dengan menghindari variatif yang tidak sesuai dengan rumusan penelitian.

Sebelum instrumen penelitian digunakan maka ada kriteria pokok yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian agar dapat dinyatakan memiliki kualitas baik. Sehingga perlu diadakan pengujian sebagai berikut:

1. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah dianggap baik, (Sururi dan Nugraha Suharto, 2007: 51). Hasil uji validitas instrumen penelitian, seperti tabel: 3.12.

2. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian, seperti tabel: 3.13 , 314, dan 3.15 .

(57)

Tabel 3.12

Hasil Analisis Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel man Split Half Korelasi Gut -(

r

hitung)

r

tabel Kategori Kesimpulan

Kinerja

Hasil Analisis Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Kinerja Mengajar Guru

(58)

18 0.965 0,632 Valid

(59)

10 0.861

Hasil Analisis Uji Validitas Instrumen Penelitian Variabel Kemampuan Manajerial Kepala Sekolah

Item No

r

hitung

r

tabel Kesimpulan

(60)
(61)

F. Teknik Analisis Data

Teknik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi dan korelasi, yaitu untuk mengungkapkan hubungan dan keterkaitan antara variabel lingkungan kerja, kebijakan kepala sekolah dengan prestasi kerja guru. Uji korelasi memungkinkan pembuatan prakiraan bagaimanakah hubungan antara dua variabel. Jika dua variabel mempunyai hubungan yang sangat erat, maka koefisien korelasi akan diperoleh hampir 1,00. Jika dua variabel hampir tidak mempunyai hubungan, akan diperoleh koefisien 0,00. Makin erat hubungan antara dua variabel, prakiraan yang dibuat berdasarkan hubungan tersebut semakin tepat. Untuk mengadakan interpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi tersebut, peneliti mengacu kepada ketentuan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (1990: 71) sebagai berikut:

♦ Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi

♦ Antara 0,600 sampai dengan 0,800 : tinggi

♦ Antara 0,400 sampai dengan 0,600 : cukup

♦ Antara 0,200 sampai dengan 0,400 : rendah

♦ Antara 0,000 sampai dengan 0,200 : sangat rendah

Data yang sudah terkumpul diolah menggunakan perhitungan statistik dengan bantuan SPSS 12 for Windows. Data yang dikumpulkan berupa data interval sebagai hasil penskoran pada setiap jawaban responden. Adapun langkah-langkah yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

1. Uji Normalitas

(62)

penelitian ini menggunakan statistika parametrik, atau sebaliknya melalui SPSS 12 for Window.

2. Uji Korelasi

Selanjutnya keterhubungan antar variable penelitian X dan Y, dilakukan pengujian korelasi melalui SPSS 12 for Window atau rumus statistic di bawah ini.

3. Uji Linieritas Regresi

Uji linieritas regresi untuk menunjukan adanya konstribusi kedua variabel

bebas (independent) yakni variabel iklim sekolah (X1) dan kemampuan manajerial

kepala sekolah (X2), terhadap variabel terikat (dependent) yakni variabel kinerja

mengajar guru (Y), dengan cara menentukan nilai F untuk menunjukan tingkat

(63)

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pada bagian akhir penulisan tesis ini penulis memberikan beberapa kesim pulan sebagai berikut :

1) Iklim sekolah (X1) memberikan kontribusi terhadap kinerja mengajar guru (Y) pada strata SMPN terakreditasi A dan B masing-masing sebesar 23,72 % dan 28,84 %, atau rata-rata 26,28 % dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. 2) Kemampuan manajerial kepala sekolah (X2) dengan kinerja mengajar guru (Y)

berhubungan ”cukup tinggi/kuat” atau kemampuan manajerial kepala sekolah (X2) memberikan kontribusi terhadap kinerja mengajar guru (Y) pada strata SMPN terakreditasi A dan B masing-masing sebesar 34,93 % dan 48,86 %, atau rata-rata 41,895 % dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

3) Iklim sekolah (X1) dan kemampuan manajerial kepala sekolah (X2) secara bersama-sama memberikan kontribusi terhadap kinerja mengajar guru (Y) pada strata SMPN terakreditasi A dan B masing-masing sebesar 35 % dan 49,9 %, atau rata-rata 42,45 % dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

B. Implikasi

(64)

kenyamanan, dan menyenangkan dapat dipupuk untuk meningkatkan kinerja mengajar guru PNS SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang.

Dan kemampuan manajerial kepala sekolahpun memberikan konstribusi secara signifikan terhadap kinerja mengajar guru PNS SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang, sehigga untuk meningkatkan kinerja mengajar guru PNS SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang, kemampuan manajerial kepala sekolah jangan dikesampingkan karena indikator kemampuan manajerial kepala sekolah, seperti (1) fleksibelitas budaya (cultural flexibility), (2) kemampuan berkomunikasi (communication skill), (3) pengembangan sumber daya manusia (human resources development skill), (4) (creativity), dan (5) manajemen pembelajaran sendiri (self

management of learning) dapat ditingkatkan lagi untuk lebih meningkatkan

kinerja mengajar guru PNS SMP Negeri se-Kabupaten Sumedang.

C. Rekomendasi

Dalam rangka optimalisasi potensi dan antisipasi terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi, perkenankan penulis menyampaikan beberapa rekomendasi yang mudah-mudahan dapat dijadikan landasan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru SMPN di Kabupaten Sumedang. Rekomendasi yang penulis sampaikan diperuntukkan bagi tiga unsur yaitu dinas pendidikan yang memiliki kewenangan makro, para kepala sekolah yang memiliki kewengan tingkat mikro dan penelitian selanjutnya yang diharapkan dapat melengkapi hasil penelitian ini, yaitu:

(65)

a. Meningkatkan kinerja mengajar guru SMPN se-Kabupaten Sumedang, misalnya kontinuitas program lesson study.

b. Meningkatkan kemampuan manajerial kepala SMPN di Kabupaten Sumedang, misalnya pemberian beasiswa untuk melanjutkan studi ke Program Magister pendidikan UPI.

c. Meningkatkan objektifitas dan transparansi dalam penilaian kemampuan manajerial kepala SMPN se-Kabupaten Sumedang

d. Meningkatkan kesejahteraan pegawai, dan berupaya untuk membantu pegawai dalam mengatasi permasalahannya baik dalam pelaksanaan tugas maupun permasalahan keluarga.

e. Meningkatkan dan melengkapi sarana dan prasaran pemebelajaran SMPN se-Kabupaten Sumedang.

f. Melaksanakan Perda Kabupaten Sumedang Nomor: 3 Tahun 2003 tentang pendidikan.

2. Rekomendasi untuk Kepala SMPN se-Kabupaten Sumedang.

a. Kepala sekolah agar berusaha semaksimal mungkin agar dapat melengkapi fasilitas pembelajaran sehingga siswa tertarik dan dapat mengikuti kegiatan belajar dengan baik.

c. Pelaksanaan program sekolah, hendaknya kepala sekolah melibatkan semua personil, sehingga bertanggung jawab dalam proses pelaksanaannya. 3. Rekomendasi untuk Peneliti Lanjutan

(66)

penulis rekomendasikan adalah :

a. Untuk melibatkan siswa sebagai responden penelitian variabel iklim seko - lah, dan kemampuan manajerial kepala sekolah, serta kinerja mengajar guru SMPN se-Kabupaten Sumedang.

b. Penelitian selanjutnya perlu dipikirkan untuk menggunakan metode kualitatif.

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, I. dan Hidayat, Yayat. (2000). Administrasi Pendidikan. Bandung: PPS UPI.

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian. Yogyakarta: Rineka Cipta. Atwool, N. (1999). Attachment in the school setting. New Zealand Journal of

Educational Studies, 34(4), 3009-322.

Appidi. (2008). Manajemen Sekolah dalam Pendidikan Inklusif. Detail.php: Id =55. or. id.

Bambang Utomo, Bambang. (2006). Teladan Kepemimpinan. Sawangan: Pusdik- lat Depdiknas.

Bagian Hukum. (2005). Perda Nomor: 3 tentang Pendidikan. Sumedang: Penda Kabupaten Sumedang

Charless-AndersonW. (1983). Political Philosophy. Yogyakarta: Rineka Cipta. Creemers, B., Peters, T., and Reynolds, D. (1989). School effectiveness and

school improvement. The Netherland: Sweet and Zeitlinger.

Chamidi, Safrudin. (2005). Beberapa Fakta di dalam Pilot Studi: Pemerataan Kesempatan untuk Mendapatkan Pendidikan yang bermutu, . Jakarta Jurnal Pendidikan balitbang Depdikna

Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Daryanto. (1997). Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Depdiknas. (2007). Permen Nomor: 19 tentang Standar Pengelolaan oleh Pendi dikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Endang. (2008). i-iklim-organisasi-kinerja-guru. Word press. Com. , 965.

Eggen, P.D., Kauchak, D.P.., & Harder, R.J. (1976). Strategies for Teachers. New Jersey: Prentice-Hall.,INC.,Englewood Cliffs.

Fisher, D.L., and Fraser, B. J. (1990). School Climate. Melbourne: Australian Council for Educational Research.

(68)

Educational Leadership, 56(1), 22-26.

Furhan, Arief. (1982). Pengantar Penelitian dalam pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional

Harianto, Dores. (2004). Peningkatan keterampilan manajerial kepala sekolah melalui peningkatan kecerdasan emosional. Lampung: Mediaindonesia. co. id.

Hendayana, Sumar. Dkk. (2006). Lesson Study. Bandung: UPI Press.

Hoy, Wayne K. And Miskel, Cecil G. (1978). Educational Administrastration Theory Research and Ptactice. Singapore: Mc Graw Hill.

Harianto, Dores. (2004). Peningkatan keterampilan manajerial kepala sekolah melalui peningkatan kecerdasan emosional. Lampung: Mediaindonesia. co. id.

Indrawijaya. (1983). Prilaku Organisasi. Jakarta: Tarsito.

Joni. (2007). re-searchengines re-searchengines. Webster International dictionary com.

Kartini, Kartono. (1998). Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta: PT Raya Grafindo Persada.

Lembaran Negra RI. (2003). UURI Nomor: 29 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta: Depdiknas.

Laksmi-Saraswati, Shrie. (2009). Model Pembelajaran Berbasis Siswa. Bandung: P4TK IPA.

Mas’ud. (1987). Kamis Populer. Jakarta: CV. Bintang Pelajar.

Metcalf, Kim, K. ( 1992). The efects of guided trainning experience on the Intruc tional clarity of preservice teacher. Teaching and Teacher Education. 8 (3), 275-286.

Nazir, Moh. (1983). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. (1998). Adminstrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung. Natawijaya, Rochman. (1999). Pedoman Supervisi. Jakarta: Depdiknas.

(69)

Pribadi, Sikun. (1984). Landasan kependidikan. Bandung: FIP IKIP Bandung. Ridwan. (2008). Metode Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabet.

Sato, Masaki. (2007). Exchange of Experiences on Best Practices of Lesson Study. Bandung: Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III.

Sagala, saiful. (2008). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabet. Samdal, O., Wold, B., and Bronis, M. (1999). Relationship between students`

perceptions of school environment, their stasfaction with school and perceived academic achievement: An international study. School Efectiveness and School Improvement, 10(3), 296-320.

Sudjana. (1975). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suuri. Suharto, Nugraha. (2007). Belajar SPSS for Window. Bandung: Dewa Ruci.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Kemampuan-manajerial-kepala-sekolah. Blog Pendidikan. Word Press. Com.

Sugiono. Wibowo, Eri. (2004). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabet. Sa’ud, Udin Syaefudin. dkk. (2008). Pembelajaran terpadu. Bandung: UPI Press. Umaedi. (1999). Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta: Dep

dikbud.

Umar, Husein. (2007). Desain Penelitian MSDM dan Prilaku Karyawan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Universityas Pendidikan Indonesia. (2007). Pedoman Penulisan karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

Utomo, Bambang. (2006). Teladan Kepemimpinan. Sawangan: Pusdiklat Depdiknas.

Van de Grift, W., Houtveen, T., and Vermeulen, C. (1997). Intructional cimate in Ductch secondary education. School Effectiveness and School Improvement, 8(4), 449-462.

(70)

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 1.1 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian
gambar 1.1, dan desain penelitian ini sebagai berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

yang tepat agar return portofolio reksa dana menjadi lebih baik dibandingkan. dengan return pasar atau benchmark yang biasa dilihat dari

Sebuah kripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan

Dalam penelitian ini biji ketapang (Terminalia catappa L) diekstraksi menggunakan pelarut n-heksan selama tujuh jam pada suhu 63 dan diperoleh randemen minyak

Telah dilakukan penelitian tentang analisis Gas Kromatografi-Spektrometer Massa (GC-MS) dari kemenyan sumatera dengan teknik asap cair dan esterifikasi.. Dengan membandingkan

Informasi dan data bergerak melalui kabel-kabel (wire line) atau tanpa kabel(wireless) sehingga memungkinkan pengguna jaringan komputer dapat saling bertukar dokumen dan data,

telah menghasilkan komponen senyawa kimia dari kemenyan sumatera dengan berbagai metode dan instrument yang berbeda-beda berdasarkan hidrolisa basa dari getah kemenyan dan

This article wil tell us about how the professional relationship between Hong Kong and Indonesia with the ways to toward globalisation. This going to be an educational article and

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Tindakan Dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Onan Hasang kecamatan Pahae Julu Kabupaten