FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMBUHAN
PASIEN POST OPERASI KATARAK DI POLIKLINIK MATA
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TAHUN 2017
MANUSKRIP
Oleh:
RAMIDAH
NPM. 1614201120412
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM STUDI S1KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMBUHAN
PASIEN POST OPERASI KATARAK DI POLIKLINIK MATA
RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN
TAHUN 2017
Diajukan Untuk Memenuhi Satu Syarat Kelulusan
Pada Program Studi S.1 Keperawatan
Oleh :
Ramidah
NPM. 1614201120412
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS
KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S.1 KEPERAWATAN
BANJARMASIN, 2017
1
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMBUHAN PASIEN POST
OPERASI KATARAK DIPOLIKLINIK MATA RSUD DR. H. MOCH. ANSARI
SALEH BANJARMASIN TAHUN 2017
Ramidah
*,Yosra Sigit Pramono
**,H. Imanuddin
***Universitas Muhammadiyah Banjarmasin
Program Studi S.1 Keperawatan
Email:
Ramidahmidah627@gmail.com
Abstract
Background:
Cataract surgery is the only way to treat cataracts and reduce the risk of
blindness, the success of cure treatment are supported by postoperative care. Several
factors can effect of the succes of cataract surgery are among like knowledge of care,
attitude of care, and post operative care compliance.
Research Objectives:
The purpose
of the research is to knoow the level relationship of the most dominant external faktor
such as, knowlege, atitude on the dgree of healing.
Methods:
Descriptive analytics with
cross sectional design. Population and sample 30 people in 2017.
Result of Research:
There is correlation between knowledge to cure rate of postoperative patient of cataract
from sperman's test with value R = 0.583. There was a correlation between attitude
toward post cataract surgical patient healing rate from sperman's test with R = 0.539.
There was a correlation between adherence to post cataract surgical patient healing rate
from sperman's test with R = 0.784. The dominant factor that influences the cure of
postoperative patient of cataract from significance value is compliance factor.
Keywords:
Knowledge, attitude, adherence to cure rate of postoperative patient of cataract at Eye
Polyclinic
of
RSUD
Dr.
H.
Moch
Ansari
Saleh
Banjarmasin.
Reference List: 40 (2007 - 2016).
Abstrak
Latar Belakang
:
Operasi katarak merupakan cara satu – satunya untuk mengobati
katarak dan menurunkan risiko kebutaan oleh karena itu keberhasilan dari pengobatan
atau kesembuhan katarak tidak luput juga perawatan pasca operasi. faktor yang
mempengaruhi tingkat keberhasilan operasi katarak antara lain, pengetahuan perawatan,
sikap perawatan, dan kepatuhan perawatan post operasi.
Tujuan Penelitian :
Mengetahui hubungan dan faktor eksternal yang paling dominan
seperti pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap tingkat kesembuhan.
Metode Penelitian
:
Descriptif analitik
dengan rancangan
cross sectional
. Populasi dan
sampel 30 orang tahun 2017.
Hasil Penelitian :
Ada hubungan antara pengetahuan terhadap tingkat kesembuhan
pasien post operasi katarak dari uji sperman’s dengan nilai R = 0.583. Ada hubungan
antara sikap terhadap tingkat kesembuhan pasien post operasi katarak dari uji sperman’s
dengan nilai R = 0.539. Ada hubungan antara kepatuhan terhadap tingkat kesembuhan
pasien post operasi katarak dari uji sperman’s dengan nilai R = 0.784. Faktor dominan
yang mempengaruhi kesembuhan pasien post operasi katarak dari nilai signifikansinya
ialah faktor kepatuhan
Kata Kunci :
Pengetahuan, sikap, kepatuhan terhadap tingkat kesembuhan pasien post
operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin.
Daftar Rujukan : 40 (2007 – 2016).
2
1. Pendahuluan
Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Kebutaan merupakan masalah kesehatan global yang harus segera diatasi, karena kebutaan dapat menyebabkan berkurangnya kualitas sumber daya manusia dan kehilangan produktifitas (Depkes, 2007).
World Health Organization (WHO) menyatakan sekitar 38 juta orang menderita kebutaan dan
hampir 110 juta orang menderita penurunan penglihatan. Hal ini menunjukkan bahwa ada sekitar 150 juta orang menderita gangguan penglihatan. Tidak terdapat data mengenai insiden kebutaan yang tersedia dengan baik. Meskipun demikian, diperkirakan jumlah orang buta di seluruh dunia akan meningkat 1-2 juta orang per tahun. Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan estimasi global terbaru, yaitu 314 juta orang di dunia menderita gangguan penglihatan, 45 juta dari mereka menderita kebutaan (Trithias ,2011).
Indonesia sampai saat ini merupakan negara dengan jumlah penderita buta katarak tertinggi kedua di Asia Tenggara, mencapai 1,5 % atau 2 juta jiwa. Setiap tahunnya bertambah 240.000 orang yang terancam mengalami kebutaan. Sebagai perbandingan angka kebutaan Bangladesh 1 %, di India 0,7%, dan Thailand 0,3%. Survei yang dilakukan kementrian kesehatan menunjukkan, penyebab kebutaan di indonesia adalah penyakit katarak 0,78%, disusul penyakit glaukoma 0,12%, kelainan reflaksi 0,14%, dan penyakit lain terkait usia lanjut 0,38% (Beritasatu, 2013).
Data yang diperoleh di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dari bulan Januari s/d Oktober tahun 2016, menunjukkan bahwa katarak merupakan penyakit mata yang sering diperiksakan di Poliklinik Mata. Jumlah penderita katarak yang memeriksakan matanya di RSUD Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2013 berjumlah 1035, tahun 2014 berjumlah 1638, tahun 2015 berjumlah 2232 pasien, dan untuk tahun 2016 dari bulan Januari sampai dengan bulan Oktober berjumlah 1767 pasien. Pasien yang melakukan operasi katarak dari bulan Januari-Oktober 2016 berjumlah 309 pasien.
Operasi katarak merupakan satu-satunya cara untuk mengobati katarak dan menurunkan risiko kebutaan sehingga operasi katarak semakin ditingkatkan menjadi tiga kali lipat untuk mengimbangi peningkatan jumlah penderita katarak. Hal ini dapat terwujud dengan deteksi dini dan penatalaksanaan secara cepat dan tepat Budiono,et al (2013).
Pengetahuan, dan sikap masyarakat Indonesia terhadap kesehatan mata masih kurang dalam pencegahannya. Karena kurangnya akses informasi mengenai penyebab penyakit katarak dan cara pengobatannya. Keberhasilan pengobatan atau tidak terlalu lama kesembuhan katarak tidak luput juga dari perawatan pasca operasi. Perawatan pasca operasi juga sangat menentukan keberhasilan dari pengobatan katarak atau tingkat kesembuhan yang lebih baik lagi dalam jangka waktu yang antar lain yaitu pengetahuan, sikap dan kepatuhan pasien dalam perawatan post operasi katarak. Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti yang bersumber dari Balai Kesehatan Mata Masyarakat Sulawesi Utara para pasien yang melakukan operasi berjumlah 2017 pasien selama periode Januari-Desember 2013. Pasien yang sadar memelihara kesehatan mata sebesar 28 % (Arimbi, 2014).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dari tanggal 17-18 November 2016 di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, dilakukan dengan metode wawancara dengan 10 orang pasien yang memeriksakan matanya ke Poliklinik Mata, 6 orang pasien kontrol mata setelah operasi katarak sedangkan 4 orang pasien lainnya hanya melakukan pemeriksaan mata. Dari 6 orang pasien post operasi katarak semua mengatakan tahu tentang perawatan mata setelah operasi karena diberitahu oleh dokter dan selalu patuh untuk kontrol sesuai instruksi dokter, dari hasil wawancara juga diketahui 6 orang pasien ini mereka memiliki sikap positif terhadap perawatan post operasi katarak dan mempunyai perikaku yang cukup baik dalam hal merawat mata sehabis operasi.
3
Berdasarkan hasil penelitian Rusbayanti (2011) dengan judul “Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dengan Kepatuhan Perawatan Dalam Tingkat Kesembuhan Post Operasi Katarak Pada Anak Usia 0 – 4 Tahun Dipoliklinik Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Tahun 2011”.
Hasil dari penelitian ini ialah Hasil hubungan pengetahuan orang tua terhadap kepatuhan perawatan dalam tingkat kesembuhan post operasi dan terdapat hubungan sikap orang tua terhadap kepatuhan berobat pasca operasi katarak pada anak usia 0-14 tahun di poliklinik Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Tahun 2011.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik ingin menulis penelitian tentang “Faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin” dengan alasan peneliti mengemukakan bahwa operasi bedah katarak bertujuan untuk memperbaiki atau membersihkan lensa yang keruh dan memperbaiki penglihatan yang lebih jelas lagi, walaupun operasi katarak memberikan hasil 95% positif bagi penderita katarak tetapi keberhasilan operasi katarak tidak luput dari perawatan pasca operasi katarak. Perawatan pasca operasi katarak sangat menentukan keberhasilan operasi bedah katarak pada pasien katarak itu sendiri, untuk itu perawatan pasca operasi bedah katarak ini pasien maupun keluarga harus mempunyai pengetahuan, kepatuhan dan sikap yang disiplin tentang perawatan pasca operasi katarak agar memiliki tingkat kesembuhan yang lebih baik lagi jangka waktu yang tidak lama.
2. Metode Penelitian
Jenis penelitian dan rancangan penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien post operasi katarak yang menjalani rawat jalan di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin pada tahun 2016 berjumlah 399 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah yang menjadi responden pada pasien post operasi katarak yang kontrol di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dengan jumlah sampel yang diambil 30 sampel. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan wawancara dan observasi. Metode wawancara dengan menggunakan pertanyaan yang diberikan dalam bentuk kuesioner tersebut dijawab langsung oleh responden itu sendiri atau disampaikan secara lisan kepada peneliti dari pertanyaan yang sudah dibacakan. Sedangkan metode observasi untuk melihat rekam medik dan menilai tanggal kontrol yang dilakukan responden. Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini adalah lembar kuesioner pada jenis pengukuran ini peneliti mengumpulkan data secara formal kepada subjek untuk menjawab pertanyaan secara tertulis. Pertanyaan yang diajukan pertanyaan terstruktur , peneliti hanya menjawab sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan, lembar observasiObservasi terstruktur adalah peneliti tidak hanya mengobservasi fakta – fakta yang ada pada subjek, tetapi lebih didasarkan pada perencanaan penelitian dengan menggunakan
check list yang diobservasi ialah kesembuhan pasien post operasi ditandai dengan tidak adanya komplikasi pada pasien selama menjalani proses penyembuhan.
3. Hasil
a.
Distribusi frekuensi responden tingkat pengetahuan terhadap perawatan dalam proses penyembuhan pada pasien post operasi katarakNo. Kategori Tingkat
Pengetahuan Frekuensi (Orang) Presentasi (%) 1 Pengetahuan Baik 24 80% 2 Pengetahuan Cukup 6 20% Total 30 100
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan
terhadap perawatan dalam tingkat kesembuhan post operasi katarak yang
dikategorikan ialah pengetahuan baik sebesar 24 orang (80%) dari 30 responden
yang telah diteliti.
4
b.
Distribusi frekuensi sikap terhadap perawatan dalam proses penyembuhan pada pasien postoperasi katarak
No. Kategori Sikap Frekuensi
(Orang) Presentasi (%) 1 Postif 26 86,7% 2 Negatif 4 13,3% Total 30 100
Berdasarkan Tabel 4.9 menunjukkan bahwa sebagian besar sikap positif terhadap perawatan dalam proses penyembuhan post operasi katarak sebesar 26 orang (86,7%) dari 30 responden yang diteliti.
c.
Distribusi frekuensi responden tingkat kepatuhan terhadap perawatan dalam proses penyembuhan pada pasien post operasi katarakNo. Kategori Tingkat
Kepatuhan Frekuensi (Orang) Presentasi (%) 1 Patuh 26 86.7% 2 Tidak Patuh 4 13.3% Total 30 100
Berdasarkan Tabel 4.10 menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat
kepatuhan terhadap perawatan dalam proses penyembuhan post operasi
katarak yang dikategorikan ialah patuh sebesar 26 orang atau (86,7%) dari
30 responden yang diteliti.
d.
Distribusi frekuensi tingkat kesembuhan pada pasien post operasi katarakNo. Kategori Tingkat
Kesembuhan Frekuensi (Orang) Presentasi (%) 1 Sembuh 24 80% 2 Tidak Sembuh 6 20% Total 30 100
Berdasarkan Tabel 4.11 menunjukkan bahwa tidak sembuh pada pasien post
operasi katarak sebesar 24 orang atau (80%) dari 30 responden yang diteliti.
e.
Hubungan tingkat pengetahuan dengan tingkat kesembuhan pasien post operasi katarakNo Pengetahuan Kesembuhan Jumlah Sembuh Tidak Sembuh F % F % F % 1 Kurang Baik 0 0 0 0 0 0 2 Cukup 2 6,7 4 13,3 6 20 3 Baik 22 73,.3 2 6,7 24 80 Jumlah 24 80 6 20 30 100
Didapatkan hasil dari uji sperman’s rho ρ = 0,001< α = 0,05 dengan nilai R (correlation coefision) = 0,583
Berdasarkan tabel tabulasi silang 4.13 dijelaskan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kesembuhan yang dimana pengetahuan baik yang sembuh mendapatkan hasil 22 orang sebesar 73.3 % ini dikarenakan bahwa rata – rata orang yang berpengetahuan baik ini memiliki tingkat pemahaman yang bagus serta mudah menerima informasi yang diajukan oleh tim tenaga kesehatan mengenai perawatan post operasi katarak dan memiliki tingkat kesembuhan yang maksimal.
5
f.
Hubungan sikap dengan tingkat kesembuhan pasien post operasi katarak
No Sikap Kesembuhan Jumlah Sembuh Tidak Sembuh F % F % F % 1 Positif 23 76,7 3 10,0 26 86,7 2 Negatif 1 3,3 3 10,0 4 13,3 Jumlah 24 80 6 20 30 100
Didapatkan hasil dari uji sperman’s rho ρ = 0,002< α = 0,05 dengan nilai R (correlation coefision) = 0,539
Berdasarkan tabel tabulasi silang 4.13 didapatkan hasil bahwa ada hubungan sikap
dengan tingkat kesembuhan pasien post operasi katarak orang yang bersikap positif
dan sembuh sebesar 76,7% ini dikarenakan bahwa orang bersikap positif ini
memiliki sikap penerimaan yang baik terhadap informasi yang diberikan oleh tim
tenaga kesehatan mengenai perawatan post operasi katarak serta memiliki sikap
kepercayaan yang baik terhadap tenaga kesehatan mengenai perawatan post
operasi katarak selama menjalani proses penyembuhan post operasi katarak.
g.
Hubungan tingkat kepatuhan dengan tingkat kesembuhan pasien post operasi katarakNo Kepatuhan Kesembuhan Jumlah Sembuh Tidak Sembuh F % F % F % 1 Patuh 24 80,0 2 6,7 26 86,7 2 Tidak Patuh 0 0 4 13,3 4 13,3 Jumlah 24 80 6 20 30 100
Didapatkan hasil dari uji sperman’s rho ρ = 0,000< α = 0,05 dengan nilai R (correlation coefision) = 0,784
Berdasarkan tabel tabulasi silang 4.14 didapatkan hasil bahwa ada hubungan
kepatuhan dengan tingkat kesembuhan pasien post operasi katarak yang dimana
didapatkan hasil yang patuh sembuh 24 orang sebesar 80,0% ini dikarenakan
bahwa orang yang patuh memiliki tanggung jawab yang baik dalam menjalani
perawatan post operasi katarak dan memiliki kerja sama yang baik dengan tim
tenaga kesehatan selama menjalani proses penyembuhan post operasi akibatnya
semakin seseorang tersebut patuh maka tingkat penyembuhannya selama menjalani
proses penyembuhan post operasi akan semakin maksimal.
4. Pembahasan
a. Gambaran tingkat pengetahuan terhadap perawatan dalam proses tingkat penyembuhan pada pasien post operasi katarak
Hasil penelitian didapat pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Anshari Saleh Banjarmasin dari tabel 4.8 terdapat rata – rata orang yang berpengetahuan baik sebanyak 26 orang sebesar 80 % sedangkan orang yang berpengetahuan cukup ada 6 orang sebesar 20%.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wijaya tahun (2015) dengan hasil penelitian ialah pengetahuan baik ada 17 orang sebesar 40.5% sedangkan orang yang berpengetahuan sedang ada 7 orang sebesar 16.7%.
6
Berdasarkan penjelasan hasil dari penelitian Wijaya (2015) maka peneliti berasumsikan bahwa pada tabel 4.8 orang yang berpengetahuan baik sebesar 80% dikarenakan responden yang termasuk dari kategori ini memiliki tingkat pendidikan yang baik walaupun rata – rata tingkat pendidikan dasar bukan hanya itu responden juga memiliki pengalaman operasi katarak sebelumnya oleh karena itu pengalaman merupakan acuan seseorang dalam mengingat informasi sebelumnya serta mudah melaksanakan apa yang telah diiformasikan oleh tim tenaga kesehatan mengenai perawatan post operasi katarak. Bukan hanya itu orang yang berpengetahuan baik juga memahami benar – benar dan menganalisis dengan benar informasi yang diinformasikan oleh tenaga tim kesehatan, orang yang berpengetahuan baik juga langsung mengaplikasikan bagaimana melakukan perawatan post operasi katarak dengan benar.
b. Gambaran sikap terhadap perawatan dalam proses tingkat penyembuhan pada pasien post operasi katarak
Hasil penelitian didapat pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dari tabel 4.9 terdapat rata – rata orang yang bersikap positif sebanyak 26 orang sebesar 86.7 % sedangkan orang yang bersikap negatif ada 4 orang sebesar 13.3%.
Hal ini sejalan dengan penelitian Malouring (2014) didapatkan hasil orang yang bersikap positif sebesar 85.7% sedangkan orang yang bersikap negatif sebesar 12.7%.
Maka berdasarkan penjelasan penelitian yang dilakukan oleh Malouring (2014) maka peneliti berasumsikan bahwa orang yang bersikap positif pada tabel 4.9 sebesar 86.7% ini merupakan sikap yang terbuka dan sikap menerima terhadap apa yang disarankan oleh tim tenaga kesehatan dalam menjalani perawatan post operasi katarak, bukan hanya itu sikap yang positif ini juga memiliki sikap kepercayaan yang tinggi terhadap tim tenaga kesehatan bahwa tim tenaga kesehatan yang tahu banyak mengenai penyakit dan perawatan selama menjalani proses penyembuhan. Pada responden yang bersikap positif ini juga rata – rata pernah mengalami operasi sebelumnya maka mereka mempunyai sikap penerimaan yang baik dan mereka yang bersikap positif ini mempunyai lingkungan serta budaya yang sangat mendukung dalam memaksimalkan perawatan post operasi agar tingkat penyembuhan selama menjalani proses penyembuhan post operasi berjalan maksimal.
c. Gambaran tingkat kepatuhan terhadap perawatan dalam proses tingkat penyembuhan pada pasien post operasi katarak
Hasil penelitian didapat pasien post operasi katarak di poliklinik mata RSUD Moch. Anshari Saleh Banjarmasin dari tabel 4.10 terdapat rata – rata orang yang patuh sebanyak 26 orang sebesar 86.7 % sedangkan orang yang tidak patuh ada 4 orang sebesar 13.3%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maloring (2014) dengan hasil penelitian kepatuhan yang baik sebesar 87.3% sedangkan kepatuhan yang kurang baik sebesar 12.7%.
Notoadmodjo (2010) yang menyatakan bahwa perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada dominan kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi objek diluarnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus atau objek.
Berdasarkan hasil penelitian Malouring (2014) maka peneliti berasumsi bahwa orang yang patuh dari tabel 4.10 sebesar 86.7% dikarenakan bahwa rata – rata responden pada penelitian ini memiliki sifat tanggung jawab dalam menjalani perawatan post operasi
7
katarak dengan tujuan agar mempercepat kesembuhan post operasi katarak. Bukan hanya itu rata – rata responden yang dikategorikan patuh ini juga memiliki sikap menerima dalam hal bagaimana melakukan perawatan post operasi katarak dengan benar. Padahal – padahal rata – rata pada responden ini berpendidikan dasar tetapi mereka sangat menyadari akan pentingnya perawatan post operasi katarak untuk mempercepat proses penyembuhan dan juga mereka mempercayai akan informasi yang diajukan oleh tim tenaga kesehatan mengenai perawatan post operasi katarak. Mereka juga memiliki motivasi yang kuat dalam menjalani proses penyembuhan seperti mematuhi aturan yang diajukan oleh tim tenaga kesehatan agar tingkat kesembuhan post operasi menjadi maksimal.
d. Gambaran tingkat kesembuhan pada pasien post operasi katarak
Hasil penelitian didapat pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dari tabel 4.11 terdapat rata – rata orang yang sembuh sebanyak 24 orang sebesar 80 % sedangkan orang yang belum sembuh ada 6 orang sebesar 20%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Himatusujanah (2015) sembuh luka post operasi sebesar 79.1% dan yang belum sembuh 20.9%.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Himatusujannah (2015) maka peneliti berasumsikan bahwa tabel 4.11 sembuh dari luka post operasi sebesar 80% ini dikarenakan bahwa proses melewati fase tahap penyembuhan sudah terlewati dimana Fase inflamasi yang dimana memberikan respons vaskuler dan seluler dengan baik dan sudah terhenti perdarahan dan bersih area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri, serta netrofil yang berfungsi melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka, Fase poliferasi yang dimana memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel atau pembentukan jaringan sel yang baru.
e. Hubungan pengetahuan dengan tingkat penyembuhan pasien post operasi katarak
Hasil penelitian didapat pasien post operasi katarak di poliklinik mata RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kesembuhan yang dijelaskan pada tabel 4.12 pengetahuan baik yang sembuh mendapatkan hasil 22 orang sebesar 73.3 % sedangkan pengetahuan baik tapi tidak sembuh terdapat 2 orang sebesar 6.7%, bukan hanya itu orang yang berpengetahuan cukup tidak sembuh ada 66.7%, dan orang yang berpengetahuan cukup tapi sembuh 13.3%.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rusbayanti (2011) yang dimana penelitian ini mengangkat judul “hubungan pengetahuan orang tua dengan kepatuhan perawatan dalam tingkat kesembuhan post operasi katarak pada anak usia 0 – 4 tahun dipoliklinik pusat mata nasional rumah sakit mata cicendo bandung tahun 2011” mendapatkan statistik dengan chi-square menunjukan nilai p-value = 0.000 < 0.05 maka disimpulkan bahwa Ho di- tolak yang berati ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawatan dalam proses penyembuhan post operasi katarak dari 72 orang responden. Berdasarkan penelitian Rusbiyanti (2011) maka peneliti berasumsikan bahwa pada tabel 4.12 orang yang berpengetahuan baik sembuh sebesar 73.3% , berdasarkan tingkat pendidikan seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari tim tenaga kesehatan walaupun pada penelitian ini tingkat pendidikannya yang paling rentan dalam memahami objek yang diajukan oleh tim tenaga kesehatan tingkat pendidikan menengah serta pemahaman yang baik dalam objek yang langsung ditujukan oleh tim tenaga kesehatan terhadap perawatan post operasi katarak akibatnya akan berdampak pada tingkat kesembuhan post operasi katarak hal ini dibuktikan dengan kognitif seseorang serta, responden tersebut yang tahu terhadap bisa dikatakan baik apabila objek yang diterima bisa diproses dengan pemahaman yang bagus. Pengalaman juga merupakan hal yang paling penting dalam pengetahuan seseorang karena itu pengalaman merupakan sumber pengetahuan dan hal ini akan menghasilkan pemahaman yang baik dengan mengulang
8
kembali objek yang distimulasikan oleh tim tenaga kesehatan. Kepatuhan juga merupakan point penting dalam pengetahuan perawatan post operasi katarak terhadap proses penyembuhan post operasi katarak dikarenakan kepatuhan merupakan suatu perilaku yang membuktikan bahwa seseorang tersebut memahami benar – benar mengenai kesehatan dan merupakan suatu pembuktian kalau seseorang tersebut ingin sembuh dari luka post operasi.
f.
Hubungan sikap dengan tingkat penyembuhan pasien post operasi katarak
Hasil penelitian didapat pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr.
H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin ada hubungan antara sikap dengan tingkat
kesembuhan pasien post operasi katarak ialah dari tabel 4.13 sikap positif sembuh
ada 23 orang sebesar 76.6%, sikap positif tapi tidak sembuh ada 3 orang sebesar
10.0% sedangkan sikap negatif sembuh ada 1 orang sebesar 1.1% dan sikap negatif
tidak sembuh ada 3 orang sebesar 10.0%.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Maloring (2014) dari hasil
penelitian yang dilakukan di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Sulawesi Utara
didapati dari 63 responden menunjukan hasil uji statistik dengan mengunakan uji
chi square (x² ) dimana hasil yang di peroleh nilai ρ = 0,011 < α = 0,05. Dari data
tersebut terdapat hubungan antara sikap dengan kepatuhan perawatan post operasi
katarak. Hasil pene litian ini sejalan dengan toeri yang dikemukan oleh
Notoatmodjo (2010) dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa sikap adalah
tanggapan atau persepsi seseorang terhadap apa yang diketahuinya.
Berdasarkan dari penelitian Maloring (2014) maka peneliti berasumsikan bahwa
pada tabel 4.13, bersikap positif sembuh 76.7% peneliti berasumsikan bahwa sikap
positif dalam mematuhi perawatan post operasi katarak merupakan adanya
kepercayaan serta tanggapan persepsi yang distimulasikan langsung dari luar
akibatnya sikap positif tersebut mempengaruhi tingkat kesembuhan post operasi
dikarenakan itu merupakan bentuk tindakan nyata dalam memahami dan mematuhi
hal – hal yang bagaimana melakukan perawatan yang benar selama menjalani
proses penyembuhan post operasi katarak. Bukan hanya itu kategori ini memiliki
tingkat pengetahuan yang bagus walaupun rata – rata tingkat pendidikannya
dikategorikan rendah dan dari segi kepatuhan juga mengaplikasikan aturan – aturan
perawatan post operasi katarak sehingga sikapnya langsung mengambil tindakan
dalam mematuhi perawatan post operasi katarak dan akan meningkatkan tingkat
kesembuhan serta pengobatan yang cepat.
g.
Hubungan kepatuhan dengan tingkat penyembuhan pasien post operasi katarak
Hasil penelitian didapat pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr.
H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin ada hubungan antara kepatuhan perawatan
dengan tingkat kesembuhan pasien post operasi katarak ialah dari tabel 4.14
terdapat yang patuh sembuh ada 24 orang sebesar 80.0%, orang yang patuh tapi
tidak sembuh sebesar 6.7 % sedangkan orang yang tidak patuh tidak sembuh
sebesar 13.3%.
Hal ini sejalan Maloring (2014) Penelitian yang dilakukan dengan responden 63
yang berada di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Sulawesi Utara.berdasarkan hasil
penelitian dari 63 responden didapati dari hasil uji statistik dengan mengunakan uji
chi square (x²) diperoleh nilai nilai ρ = 0.00 < α = 0.05. Ada hubungan antara
pengetahuan dan sikap terhadap kepatuhan perawatan dalam proses penyembuhan.
9
Notoadmodjo (2010) yang menyatakan bahwa perilaku baru terutama pada orang
dewasa dimulai pada dominan kognitif dalam arti subjek tahu terlebih dahulu
terhadap stimulus yang berupa materi objek diluarnya menimbulkan respon batin
dalam bentuk sikap. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan
disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu
berupa tindakan terhadap stimulus atau objek. Pengetahuan merupakan langkah
awal dari seseorang untuk menentukan sikap dan perilakunya.Jadi tingkat
pengetahuan sangat berpengaruh terhadap penerimaan suatu program. Berdasarkan
penelitian ini bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kepatuhan perawatan post operasi katarak sehingga pemberian informasi yang
mendalam tentang katarak sangat penting untuk dilakukan agar kepatuhan respon
meningkat.
5. Kesimpulan
a. faktor pengetahuan perawatan pasien post operasi katarak terhadap tingkat kesembuhan ialah ada hubungan antara pengetahuan perawatan post operasi katarak dengan tingkat kesembuhan, didapatkan hasil dari uji sperman’s rho ρ = 0,001< α = 0,05 dengan nilai R (correlation coefision) = 0,583. Didapatkan hasil yaitu orang yang berpengetahuan baiklah yang diindikasikan untuk tingkat kesembuhannya yang paling cepat sebesar 91,7%.
b. Pada faktor sikap terhadap perawatan pasien post operasi katarak dengan tingkat kesembuhan ialah ada hubungan antara sikap dengan tingkat kesembuhan, didapatkan hasil dari uji sperman’s rho ρ = 0,002< α = 0,05, dengan nilai R (correlation coefision) = 0,539. Didapatkan hasil yaitu orang yang bersikap positiflah yang diindikasikan untuk tingkat kesembuhannya yang paling cepat sebesar 88,5%.
c. Pada faktor kepatuhan perawatan pasien post operasi katarak terhadap tingkat kesembuhan ialah ada hubungan antara kepatuhan perawatan post operasi katarak dengan tingkat kesembuhan, didapatkan hasil dari uji sperman’s rho ρ = 0,000< α = 0,05, dengan nilai R (correlation coefision) = 0,784. Didapatkan hasil yaitu orang yang patuhlah yang diindikasikan untuk tingkat kesembuhannya yang paling cepat sebesar 92,3%.
d. Dari ketiga faktor tersebut yang paling dominan dan paling kuat hubungannya terhadap tingkat kesembuhan pasien post operasi katarak ialah kepatuhan dari uji sperman’s rho ρ = 0,000< α = 0,05, dengan nilai R (correlation coefision) = 0,784 sebesar 92,3%.
6. Saran
a. Bagi Dinas Kesehatan
Masukan bagi dinas kesehatan agar lebih sering mengadakan kegiatan penyuluhan dan pemberian informasi untuk perawatan post operasi katarak yang benar agar tingkat kesembuhan dalam pengobatan semakin maksimal.
b. Bagi Perguruan Tinggi
Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan bacaan dan referensi oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin terutama Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, bagi mahasiswa yang sedang praktik di masyarakat agar dapat memberikan informasi kepada mereka yang menderita katarak untuk segera melakukan operasi karena jika dibiarkan katarak bisa mengakibatkan kebutaan.
c. Bagi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan terutama perawat yang mempunyai peran sebagai edukator untuk meningkatkan pengetahuan, kepatuhan serta sikap pasien post operasi yang menjalani perawatan selama proses penyembuhan dengan tujuan agar pasien tersebut dapat memahami dan menjalankan tanggung jawabnya dalam menjalani masa perawatan post operasi agar semakin cepat dalam proses penyembuhan post operasi katarak.
10
d. Bagi Peneliti Selanjutnya
Memberikan masukan dan gambaran dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut serta diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti variabel lain yang mempengaruhi proses tingkat kesembuhan pasien post operasi katarak seperti usia dan nutrisi dengan judul penelitian “Hubungan Usia dengan Tingkat Kesembuhan Pasien Post Operasi Katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin”.
Daftar Rujukan
Astri, M. (2015).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit
Katarak Di Poli Mata Rsup Prof. Dr. R.D Kandou Manado
. e-Journal
Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 2.
Andri, R. (2011).
Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dengan Kepatuhan
Perawatan Dalam Tingkat Kesembuhan Post Operasi Katarak Pada Anak
Usia 0 – 4 Tahun Di Poliklinik Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata
Cicendo Bandung Tahun 2011
. RS Mata Cicendo Bandung.
Budiono, S. (2013).
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata
. Surabaya. Airlangga
University Press (Aup).
Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
(2013).
Riset Kesehatan Dasar
. Jakarta.
Himatusujanah (2015).
Hubungan Tingkat Kepatuhan Pelaksanaan Protap
Perawatan Luka Dengan Kejadian Infeksi Luka Post Operasi Di Ruang
Mawar I Rsud Dr. Moewardi Surakarta
. Jurnal Kesehatan Mahasiswa
Jurusan S1 Keperawatan FIK UMS.
Info Datin Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2014).
Situasi
Gangguan Penglihatan Dan Kebutaan
. Jakarta.
KTI Christian, D. (2010).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Sikap
Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan Mata
. KTI Program
Pendidikan
Sarjana
Kedokteran
Fakultas
Kedokteran
Universitas
Diponegoro.
Nursalam. (2013).
Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan
Praktis.
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Novita, M. (2014)
. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Kepatuhan
Perawatan Pada Pasien Post Operasi Katarak Di Balai Kesehatan Mata
Masyarakat Sulawesi Utara
. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.
Putri, W. (2015).
Faktor – faktor Penyembuhan Post Operasi Katarak Di RSUD
Arifin Achmad Pekanbaru 2015
. Jurnal Kesehatan STIKES Prima Nusantara
Bukit Tinggi, Vol. 7 No. 1 Januari 2016.
Skripsi Muhammad, S. (2014).
Hubungan Kepatuhan Dengan Tingkat
Keberhasilan Perawatan Post Operasi Katarak di Poliklinik Mata RSUD
Dr. H. Moch. Anshari Saleh Banjarmasin
. Skipsi Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Banjarmasin Program S1 Keperawatan Ners B.
Suyanto (2011)
. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan
. Yogyakarta :
11
Suardiman, P.S. (2011).
Psikologi Usia Lanjut
. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Siregar, S. (2013).
Statistik Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif
. Jakarta.
Susilo, H.W. (2011).
Statistika dan Aplikasi Untuk Penelitian Ilmu Kesehatan
.
Jakarta : Trans Info Media.
Skripsi Siti, A. (2016).
Hubungan Tngkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat
Dengan Penanganan Epilepsi Di Wilayah Kerja Puskesmas Alalak Selatan
.
Skripsi Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Program S1 Keperawatan
Ners A.
Sofia, A. (2007).
Hubungan Pengetahuan dengan Sikap terhadap Operasi
Katarak pada Pasien Katarak Senilis di RSUP Dr. Kariadi Semarang
.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro – Semarang.
Skripsi Rizqy, N.H. (2010).
Hubungan Karakteristik Penderita Dan Faktor
Pendukung Terhadap Kejadian Katarak Pada Penderita Katarak Senilis
.
Skripsi Bagian Epidemiologi Dan Biostatistika Kependudukan Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.
Siswoyo (2015).
Pengaruh Psikoedukasi Terhadap Pengetahuan, Intensi, Dan
Sick Role Behaviourpada Pasien Katarak Dengan Pendekatanmodel Theory
Of Planned Behaviour Ajzen
. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol: 3, No. 2.
Skripsi Endah. W.K. (2011).
Pengaruh Status Gizi, Kebiasaan Merokok, Dan
Paparan Sinar Ultraviolet Terhadap Kejadian Katarak Senilis Studi Kasus
Di Poli Mata Rsd Dr. Soebandi Jember
. Skripsi Bagian Epidemiologi Dan
Biostatistika Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Jember.
Puspitasari Herlina, A. (2011).
Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
Penyembuhan Luka Post Operasi Sectio Caesarea (Sc)
. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, Volume 7, No. 1.
Wijaya, S.A. dkk. (2013).
Keperawatan Medikal Bedah
. Jakarta : Nuha Medika.
Wulandini, S.P. (2015).
Faktor-Faktor Penyembuhan Post Op Katarak Di Rsud
Arifin Achmad Pekanbaru 2015
. Jurnal Kesehatan STIKes Prima Nusantara
Bukittinggi, Vol. 7 No. 1.
*