• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Aqidah Akhlaq Konsep Alam Semest

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Aqidah Akhlaq Konsep Alam Semest"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ‘AQIDAH DAN AKHLAQ

Dosen Pengampu:

H. Fathurrahman Kamal, Lc, M.Si

Disusun oleh:

Quartin Qonita Q. (20130710037)

KOMUNIKASI DAN KONSELING ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)

SURAT PERNYATAAN

مسب

هللا

نمحرلا

ميحرلا

Dengan ini saya yang bertanda di bawah ini, Nama : Quartin Qonita Qurrotaa’yun

NIM : 20130710037

Prodi/Kelas : Komunikasi & Konseling Islam/ KKI-A

menyatakan bahwa makalah yang saya susun adalah otentik keasliannya, kecuali pada bagian-bagian tertentu dengan disertakan catatan kaki.

Yogyakarta, 10 Januari 2013

(3)

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ... 1

DAFTAR ISI ... 2

PENDAHULUAN ... 5

KONSEP ALAM SEMESTA ... 7

A. PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA ... 7

B. KEJADIAN ALAM ... 7

C. PERSEPSI ISLAM TENTANG ALAM SEMESTA ... 8

KONSEP MANUSIA ... 11

A. JIWA ... 11

B. RUH ... 12

C. AKAL ... 12

D. JASAD ... 13

E. HATI ... 13

IBADAH, PERBUATAN, DAN TANGGUNG JAWAB MANUSIA ... 14

A. PEGERTIAN IBADAH ... 15

B. PRINSIP-PRINSIP IBADAH ... 16

KONSEP KEBAHAGIAAN MANUSIA ... 20

A. TAHAPAN BAHAGIA ... 20

B. KESENANGAN SEMENTARA DAN KEBAHAGIAAN ABADI ... 21

KONSEP KONTINUITAS KEHIDUPAN MANUSIA ... 23

A. PROSES KEJADIAN MANUSIA ... 23

B. PERJALANAN HIDUP MANUSIA ... 25

(4)

A. PENGERTIAN TAQDIR ... 27

B. MANUSIA DAN TAQDIR ... 29

HAKEKAT AKHIR ZAMAN ... 31

A. PENGERTIAN HARI AKHIR ... 31

B. PROSES DAN PERISTIWA HARI AKHIR ... 32

C. IMAN KEPADA HARI AKHIR ... 33

D. AL-MASIH AD-DAJJAL DALAM AL-QUR’AN ... 33

E. AL-MASIH AD-DAJJAL MENURUT LITERATUR YAHUDI DAN KRISTEN ... 34

F. AL-MASIH AD-DAJJAL DALAM TALMUD ... 35

AKHLAQ PRIBADI ... 36

A. SHIDIQ ... 36

B. AMANAH ... 39

C. ISTIQOMAH ... 39

D. IFFAH ... 40

E. MUJAHADAH ... 40

F. SYAJA’AH ... 41

G. TAWADHU’ ... 41

H. MALU ... 42

I. SABAR ... 42

J. PEMAAF ... 42

AKHLAQ BERKELUARGA ... 43

A. BIRRUL WALIDAIN ... 43

B. HAK, KEWAJIBAN DAN KASIH SAYANG SUAMI ISTERI ... 43

(5)

ORANG TUA TERHADAP ANAK ... 44

D. SILATURRAHIM DENGAN KARIB KERABAT ... 44

KONSEP UMAT DALAM ISLAM ... 45

AKHLAQ BERMASYARAKAT ... 46

A. BERTAMU DAN MENERIMA TAMU ... 46

B. HUBUNGAN BAIK DENGAN TETANGGA ... 46

C. HUBUNGAN BAIK DENGAN MASYARAKAT ... 47

D. PERGAULAN MUDA-MUDI ... 47

E. UKHUWWAH ISLAMIYAH ... 48

AKHLAQ BERNEGARA ... 49

A. MUSYAWARAH ... 49

B. MENEGAKKAN KEADILAN ... 49

C. AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR ... 49

D. HUBUNGAN PEMIMPIN DAN YANG DIPIMPIN ... 50

E. KORUPSI ... 52

KESMPULAN ... 55

(6)

PENDAHULUAN

Allah SWT adalah satu-satunya sang Pencipta yang sebagai Maha Pencipta, dengan sebenar-benarnya telah menciptakan langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada diantara keduanya. Salah satu ciptaan Allah SWT itu adalah berbagai jenis makhluk hidup, yang dijadikan sebagai penghuni planet yang disebt bumi. Di anatara berbagai jenis makhluk hidup itu, terdapat jenis yang dinamakan manusia, yang diberi-Nya keistimewaan berupa

kemampuan berfikir yang melebihi jenis makhluk lain yang sama-sama menjadi penghuni bumi.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah yang diperintahkan untuk hidup

bermua’ammalat dalam masyarakat haruslah memegang teguh tiang aqidah dan akhlaq yang sesuai diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Sebagai umat Muslim yang menjunjung tinggi kebenaran maka sudah menjadi sebuah keharusan untuk kita supaya mendalami ilmu-ilmu agama untuk mendalami aqidah dan memperbaiki akhlaq, serta memperdalam ilmu-ilmu Allah, mengetahui lebih lanjut konsep alam semesta dan manusia. Juga mengetahui lebih dalam lagi konsep hakikat manusia dalam bermasyarakat.

Seorang Muslim akan selalu bermu’amalah dengan benar; tidak menipu; tidak khianat, sekalipun kepada non muslim. Orang yang shidiq dalam mu’amalah jauh dari sikap spmbong dan ria. Segala sesuatunya ia lakukan semata-mata karena Allah. Dan tidak mengharapkan balas budi dari orang lain. Dia akan selalu bersikap benar kepada orang lain tanpa

memandang kekayaan, kekuasaan ataupun yang lain. Barang siapa bersikap shidiq dalam mu’amalah maka akan dipercaya oleh masyarakat.

(7)







 185. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Banyak kesenangan yang menipu, tidak menghasilkan bahagia, melainkan mengundang bahaya. Namun demikian, dalam kehidupan yang sementara ini tidaklah semua kesenangan itu merusak dan berbahaya. Bahkan dinikmati hamba-hamba-Nya yang beriman dan supaya mereka berterima kasih atas nikmat-nikmat itu.

Orang yang beriman akan selalu merasa damai dan bahagia dihatinya, sekalipun dia mengalami tantangan dan pertentangan lahiriah. Itulah kebahagiaannya di dunia karena merasa redla dan diredlai oleh Tuhan,sementara selalu terbayang kemampuan ilahi dan puncak kenikmatan yang bakal diterimanya di akhirat kelak.

(8)

KONSEP KEHIDUPAN DAN ALAM SEMESTA

A. Konsep Alam Semesta

1. Proses Penciptaan Alam Semesta

Menurut Al-Qur’an proses penciptaan alam semesta dapat dilihat pada surah Al-Anbiya ayat 30





30. dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?.1

2. Kejadian Alam

Kejadian alam di bagi menjadi 2 konsep yaitu konsep Mutakallimin, dan Konsep Al-Farabi, Ibn Sina.

a. Konsep Mutakallimin

Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang menyatakan bahwa Allah menciptakan segala sesuatu baik yang ada di bumi ataupun di langit. Seluruh ummat islam meyakini bahwa Allah adalah Pencipta dan seluruh alam semesta ini adalah makhluk. Tetapi manusia selalu mempertanyakan apakah Allah menciptakan alam ini dengan suatu cara langsung yang permulaannya tidak ada (creation ex nihilo) sehingga alam semesta ini adalah makhluk yang baru atau kah dengan cara yang tidak langsung yaitu dengan berasal dari suatu bahan atau materi?.

Dalam keadaan potensial sesuatu itu tidak dapat dikatakan tidak ada hanya ia belum berwujud dalam keadaan nyata. Allah mengetahui dan berkuasa terhadapnya dan dengan kehendak dan kuasanya sesuatu itu menerima wujud dan menjadi nyata. Ini berarti bahwa alam semesta ini tidaklah dimulai dari Allah secara langsung akan tetapi dari suatu dzat & hakikat yang telah ada sebelumnya dimana dalam hal ini kekuasaan Allah hanyalah dalam memberikan wujud terhadap dzat dan hakikat tersebut. Penciptaan alam semesta menurut konsepsi ini mengharuskan kita berkesimpulan

(9)

bahwa alam ini kadim karena alam ini sudah ada lebih dulu dalam bentuk tertentu sebelum ia berwujud dalam kenyataan ini. Konsep ini bukanlah konsep penciptaan alam menurut islam, melainkan dari falsafah Yunani. Berbeda dengan itu konsep Ahlussunnah yang menempatkan diri mereka pada ajaran Al-Qur’an dalam membahas penciptaan alam.Mereka mengatakan, alam semesta ini baru karena diciptakan Allah secara langsung dari tidak ada (creatio ex nihilo). Penciptaan langsung dari tidak ada, tidak akan menimbulkan akibat perubahan pada Dzat Allah karena Allah memang menghendaki penciptaan-Nya yang seperti itu. Imam al-Ghazali mengatakan Allah dapat menentukan waktu dimana Allah akan menjadikan atau tidak menjadikan alam ini, dan sesuai dengan ketentuan itu alam ini ada atau tidak ada.

b. Konsep Al-Farabi dan Ibn Sina

Konsep ini mengatakan bahwa penciptaan tidak langsung.Al Farabi dan Ibn Sina memiliki alasan yang serupa, yaitu alam ini telah dijadikan Allah dengan melimpah karena pluralitas alamiahnya tidak dijadikan Allah secara langsung dari tidak ada. Al Farabi dan Ibn sina menggunakan teori melimpah untuk menafsirkan penciptaan alam semesta beserta kerangka susunannya. Tetapi teori ini sangat bertentangan dengan ajaran islam. Teori ini tidak benar baik dilihat dari segi agama maupun segi falsafah.2

3. Persepsi Islam Tentang Alam Semesta.

Allah menciptakan alam semesta bukanlah tanpa suatu tujuan. Sebagaimana dijelaskan dalam surah At-Thagaabun: 1-4











1. Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; hanya Allah lah yang mempunyai semua kerajaan dan semua pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

2Allah dan Manusia dalam konsepsi Syeikh Nuruddin ar-Raniry, Penulis: Dr. Ahmad Daudy,

(10)

2. Dia-lah yang menciptakan kamu Maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.

3. Dia menciptakan langit dan bumi dengan haq. Dia membentuk rupamu dan dibaguskanNya rupamu itu dan hanya kepada Allah-lah kembali(mu).

4. Dia mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi dan mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan yang kamu nyatakan. dan Allah Maha mengetahui segala isi hati.

Persepsi tentang alam semesta ini adalah yang paling dikenal oleh orang-orang beriman. Risalah-risalah Ilahiah sudah datang dan semuanya membawa keyakinan tentang keesaan Allah dan penciptaan-Nya atas seluruh alam semesta beserta makhluk-Nya dan juga penjagaan dan perhatian-makhluk-Nya terhadap seluruh alam semesta. Kita tentu tidak boleh meragukan tentang hal ini. Alam semesta jelaslah di ciptakan oleh Allah SWT sebagaimana di jelaskan dalam beberapa surah atau ayat dalam Al-Qur’an.

Seperti yang telah di jelaskan dalam surah At-Thagaabun tadi, sebenarnya tujuan diciptakan alam semesta ini ialah untuk senantiasa bertasbih kepada Allah. Seluruh alam ini senantiasa beriman kepada Allah SWT dan sungguh Allah Maha Memiliki segala sesuatu.3

1. Beberapa Prinsip yang Berhubungan dengan Alam Semesta

a. Ilmu pengetahuan alam hanya menelaah sesuatu yang wujud

Biasanya, semua teori ilmiah berusaha menafsirkan asal-mula alam semesta hanya berdasarkan pendapat-pendapat tertentu yang tak dapat di buktikan atau hanya atas dasar ide-ide tertentu.Ilmu fisika tidaklah membahas masalah penciptaan dari suatu keadaan yang tidak ada, melainkan ilmu ini hanya berdasarkan sesuatu yang wujud seperti energi, gas ataupun kehidupan.

b. Hasil Penelitian Ilmiah Membenarkan Tentang Kemungkinan Lenyapnya

Langit dan Bumi.

Lenyapnya langit dan bumi adalah suatu problema yang tidak bisa disangkal oleh ilmu pengetahuan.Ini dapat dinyatakan, meskipun kita tidak bisa memastikan, bahwa

proton-3Tafsir Fi Zhilalil Qur’an (Dibawah Naungan Al-Qur’an) Surah Qaaf – Al-Haaqqah Jilid 11,

(11)

proton yang bermuatan posistif dan negatif telah ada dalam pasangan yang besar, yang terpisah dalam satuan-satuan tunggal dengan jumlah muatan tidak melebihi nol. Jadi kehancuran alam semesta tidak dapat di sangkal lagi.4sebagaimana dalam surah Fathir; 41





41. Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.





48. (yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.

B. Konsep Manusia

Konsep Manusia dalam Al-Qur’an Q.S Maryam: 17





17. Maka ia Mengadakan tabir (yang melindunginya) dari mereka; lalu Kami mengutus roh Kami[901] kepadanya, Maka ia menjelma di hadapannya (dalam bentuk) manusia yang sempurna.

[901] Maksudnya: Jibril a.s.

A. Jiwa

Akidah Islam mengakui kecenderungan perasaan manusia, karena perasaan (kejiwaan) manusia merupakan sesuatu yang sifatnya gharizi (insting, sudah dari sananya). Islam tidak membiarkan umatnya terjebak mengikuti perasaan jiwanya, namun ia mengarahkannya kepada pandangan yang benar, ia tidak membiarkan kejiwaan manusia berjalan mengikuti nafsu5.

Sesungguhnya jiwa manusia terpenuhi oleh perasaan cinta, amarah, suka, benci, takut, berani dan sebagainya. Perasaan-perasaan kejiwaan inilah yang oleh Islam diluruskan, dimana seorang muslim diwajibkan untuk mencintai dan membenci sesuatu karena Allah, memberinya karena Allah, menahannya karena Allah, bukan sekedar mengikuti

4Al-Qur’an tentang Alam Semesta, Penulis;Dr. Muhammad Jamaluddin El-Fandy, Judul Asli: On Cosmic Verses In The Qur’an Penerjemah; Abdul Bar Salim, Penerbit: Bumi Aksara Jakarta, Cetakan Pertama November 1991 hal. 12 dan 16

(12)

perasaan jiwanya semata. Dan dengan arahan seperti inilah seorang manusia akan mendapatkan apa yang mereka inginkan berupa ketenangan dan ketentraman batin, jauh dari keluh-kesah, terhindar dari ketegangan dan setres akibat beban hidup.

Seperti dalam firman Allah yang berbunyi : Al fajr 27-30





27. Hai jiwa yang tenang.

28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, 30. masuklah ke dalam syurga-Ku.

B. Ruh

Ruh (nyawa) dan ruh itu juga dikatakan secara umum mengenai apa yang berkaitan dengan jenis maksud kami karena dua arti yaitu :

a. Tubuh yang halus sumbernya adalah lobang hati yang jasmani, lalu tersebar dengan perantara urat-urat yang merusak ke bagian-bagian badan lainnya. Dan perjalanannya ruh pada badan, banjirnya cahaya-cahaya kehidupan, perasaan, penglihatan, pendengaran dan penciuman dari padanya atas semua anggotanya itu menyerupai banjirnya cahaya dari lampu yang diputar di sudut-sudut rumah. Sesungguhnya cahaya itu tidak sampai ke suatu bagian rumah melainkan ia bersinar dengan cahaya itu. Kehidupan itu perumpamaannya adalah seperti cahaya yang berhasil pada tembok-tembok.Dan nyawa itu perumpamaannya seperti lampu.Dan berjalannya ruh atau gerakannya pada bathin adalah seperti gerakan lampu pada sudut-sudut rumah dengan digerakkan oleh penggeraknya.

b. Yang halus dari manusia yang mengerti lagi yang mengetahui dari manusia, dan itulah yang kami jelaskan mengenai salah satu arti hati dan itulah yang dikehendaki oleh Allah Ta’ala dengan firmanNya : Al isra’ : 85

Ruh adalah urusan yang mengherankan, rabbani (ketuhanan) yang melemahkan kebanyakan akal-akal dan kefahaman-kefahaman dari mengetahui hakekatnya.

C. Akal

(13)

a. Bahwa akal itu kadang-kadang dikatakan secara umum dan dimaksudkan dengannya adalah ilmu (pengetahuan) tentang hakekat-hakekat perkara. Maka akal adalah ibarat dari sifat ilmu yang tempatnya adalah hati.

b. Bahwa akal kadang-kadang dikatakan secara umum dan dimaksudkan dengannya adalah yang mengetahui ilmu-ilmu yaitu : hati yakni : hati yang halus.

Dan kita mengetahui bahwa setiap orang alim, maka ia mempunyai wujud (ada) dalam dirinya, ilmu itu sifat padanya, dan sifat itu bukan yang disifati. Dan akal itu kadang-kadang dimaksudkan adalah sifat orang alim itu, dan kadang-kadang-kadang-kadang dikatakan secara umum dan dimaksudkan dengannya adalah tempat memperoleh ilmu6.

D. Jasad

Manusia terdiri dari jasad dan ruh. Jasad adalah lembaga ruh dan ruh

adalah hakikat manusia, karena hanya dengan ruh, manusia dapat mengetahui segala sesuatu.

Konsepsi Syeikh Nuruddin tentang manusia sangat diwarnai oleh ajaran mistik yang dianutnya.Ia memandang manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna di dunia ini, seperti yang dikatakan oleh Ibu Arabi sebelumnya. Hal ini bukan saja karena manusia itu merupakan khalifah Allah di bumi yang dijadikan sesuai dengan citraNya, tetapi juga karena ia merupakan mazhar (tempat kenyataan) asma dan sifat Allah yang paling lengkap dan menyeluruh. Allah menjadikan Adam (manusia) sesuai dengan citra-Nya dan karena itu ia dijadikan dengan cara tersendiri, berbdeda dengan kejadian jenis-jenis makhluk lainnya. Syeikh Nuruddin melukiskan peristiwa penciptaan Adam, sejak dari kejadian alam jisim sampai dengan ruh ditiup kedalam jasadnya7.

E. Hati

Penciptaan manusia semakin sempurna dengan dilengkapinya manusia dengan

segumpal daging yang apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila buruk, maka buruklah seluruh jasadnya. Segumpal daging itu adalah Hati.

Hati itu dengan nalurinya siap untuk menerima segala hakekat-hakekat yang diketahui. Dan hati itu dikatakan secara umum dengan dua arti :

a. Hati dengan arti daging yang berbentuk buah shanaubar yang diletakkan disebelah kiri pada dada. Yaitu : daging yang khusus di dalamnya ada lobang, di dalam lobang itu ada darah yang hitam yang menjadi sumber ruh.

Karena hati itu adalah sepotong daging yang tidak ada kemuliaan baginya dan hati itu termasuk alam mulki dan alam musyahadah.

6Imam Al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin, Semarang: Mei 1993. Cet. 1, hlm. 583-584 dan

586-587

(14)

b. Hati dengan arti sesuatu yang halus, rabbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniyah (kerohanian). Berkaitannya dengan hati jasmani (yang bertubuh) ini.

Hati yang halus itulah hakekat manusia. Hatilah yang mengetahui, mengerti dan mengenal dari manusia.Serta diajak bicara, disiksa, dicela dan dituntut.

Dan hati yang halus itu mempunyai kaitan dengan hati yang jasmani, kebanyakan makhluk bingung dalam mengetahui segi kaitannya.Sesungguhnya kaitannya dengan hati yang jasmani itu menyerupai kaitannya dengan hal-hal yang terpuji oleh tubuh8.

C.

Ibadah Perbuatan dan Tanggung jawab

Falsafah Ibadah : Mengapa Kita Harus Beribadah?

Seluruh makhluk yang ada dialam semesta ini dicptakan dan dipelihara (rububiyytullaah) , dimiliki dan dikuasai secara mutlak oleh Allah SWT (mulkiyyatullaah).

Tentang penciptaan dan pemeliharaan tersebut, Allah SWT berfirman: (Q.S Al-Baqarah : 21)





“Hai Manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelum mu, agar kamu bertaqwa”.

Sebagai yang mencipta, tentu Dialah yang paling tahu apa yang terbaik dan yang terburuk bagi ciptaan-Nya.

Tentang pemilikan dan penguasaan Allah terhadap segala sesuatu, Allah berfirman:



(Q.S Ali-Imraan: 109)

“Kepunyaan Allahlah segala yang ada di langit dan bumi; dan kepada Allahlah dikembalikan segala urusan.”

(15)

Sebagai milik Allah, maka-suka atau tidak suka- semuanya pasti dikembalikan dan berserah diri kepada Allah SWT:





(Q.S Ali-Imran : 83)

“...kepada-Nya-lah berserah diri siapa saja yang ada di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan”.

Dengan bekal taqwa, seseorang akan mampu memfungsikan dirinya sebagai Khalifah Allah di bumi sehingga ia mampu menyelesaikan tugas kekhalifahannya dengan baik ketika di dunia untuk dipertanggung jawabkan kepada Allah di akhirat kelak.

a.

Pengertian Ibadah

Dari segi bahasa, kata “ibadah” berarti “taat”, “tunduk”, “merendah diri” dan “menghambakan diri”.

Ibnu Taimiyah memberikan pengertian ‘ibadah menurut istilah syara’ dengan “tunduk dan cinta”, yaitu tunduk mutlak kepada Allah disertai cinta sepenuhnya kepada-Nya.9

Berangkat dari arti ibadah secara bahasa, Ibn Taymiyah mengartikan ibadah sebagai puncak ketaatan dan ketundukan yang didalamnya terdapat unsur cinta (al-hubb). 10

Definisi ibadah menurut Muhammadiyahadalah:

“Mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta mengamalkan apa saja yang diperkenankan oleh-Nya”. (Himpunan Putusan Tarjih,hlm.276)11.

Di tinjau dari segi ruang lingkupnya, ibadah dibagi menjadi dua bagian:

1. Ibadah Khasanah (ibadah khusus), yaitu ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan oleh nash, cara dan macamnya ditentuka dalam syara’.

9 Ahmad Azhar Basyir MA.Falsafah Ibadah dalam Islam (Yogyakarta: PerPus UII), hlm.12. 10 Syakir Jamaluddin, MA. Kuliah Fiqih Ibadah (Yogyakarta: LPPI UMY), hlm.49.

(16)

2. Ibadah ‘ammah (ibadah umum) yang mencakup segala aspek kehidupan, semua perbuatan baik yang dilakukan dengan niat karena Allah SWT semata, misalnya: berdakwah, amar ma’ruf nahi munkar, menuntut ilmu, bekerja, dan sebagainya. Diniatkan semata-mata karena Allah SWT dan ingn mendekatkan diri kepada-Nya.

b.

Prinsip-prinsip ibadah

Untuk memberikan pedoman ibadah yang bersifat final, Islam memberikan prinsip-prinsip ibadah12 sebagai berikut :

1. Prinsip utama dalam ibadah hanyalah menyembah kepada Allah semata, sebagai wujud hanya mengesakan Allah SWT (at-tawhid bi-llah). Di dasarkan pada firman Allah SWT:



(Q.S Al-Fatihah : 5)

“Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan”.

(Q.S An-Nisa : 36)









“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatu apapun...”.

2. Tanpa perantara.





(Al-Baqarah : 186)

(17)

“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), “sesungguhnya Aku sangatlah dekat.” Aku kabulkan permohonan (do’a) orang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu agar mereka selalu mendapat bimbingan.”

Allah berada sangat dekat dengan hamba-Nya dan Maha Mengetahui segala apa yang dilakukan oleh hamba-Nya. Maka Berdo’a harus dilangsungkan kepada Allah tanpa perantara.

3. Harus Ikhlas

Hanya mengharap ridha Allah SWT. Keikhlasan harus ada dalam seluruh ibadah, karena keikhlasan inilah jiwa dari ibadah . Tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin ada ibadah yang sesungguhnya. Allah berfirman :





“Dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus.”

(Q.S Al-Bayyinah : 5)

4. Harus sesuai dengan tuntunan. Allah SWT berfirman:







(18)

Arti kata ‘shalih’ adalah baik karena sesuai. Seseorang dikatakan beramal shaleh bila dalam beribadah kepada Allah sesuai dengan cara yang disyari’atkan Allah melalui para Nabi-Nya, bukan dengan cara yang dibuat oleh manusia sendiri. Nabi bersabda :

“ Barangsiapa yang mengadakan sesuatu dalam perkara kami ini yang tidak ada tuntunan (islam) didalamnya maka ditolak.” (hadist ini disepakati oleh Al-Bukhari dan Muslim)13.

5. Seimbang antara unsur jasmani dengan rohani. Berdasarkan firman Allah SWT:







“ dan carilah apa yang Allah berikan kepadamu berupa (kebahagiaan) negeri akhirat, namun jangan kamu lupa bahagianmu (nasibmu) dari (kenikmatan) dunia....”. (Q.S Al-Qashash : 77).

Islam tidak membenarkan jika seorang menghabiskan waktunya hanya untuk melakukan ibadah khusus, mengabaikan segi ibadah umum. Pernah Nabi melihat seorang sahabat menggunakan seluruh waktunya untuk beribadah khusus; Nabi bertanya siapa orang itu? Yang mendapat jawaban bahwa ia adalah ahli ibadah dikalangan para sahabat. Nabi bertanya pula siapa yang menanggung makannya sehari-hari, yang mendapat jawaban bahwa para sahabat jugalah yang menanggung makannya. Nabi kemudian mengatakan : “kamu semua lebih baik daripadanya.”14

6. Mudah dan meringankan. Allah SWT berfirman:

(19)

“…Allah tidak membebani seorang manusia kecuali sesuai dengan kemampuannya.”

(Q.S Al-Baqarah : 286)

Syariat yang diciptakan Allah SWT mesti sudah sesuai dengan porsi kemanusiaan manusia. Hal ini karena Allah sebagai pencipta alam semesta termasuk manusia, tentunya paling tahu tentang ciptaan-Nya dan segala keterbatasan yang dimiliki ciptann-Nya, sehingga dalam keadaan yang tidak normal --yakni : membahayakan, menyulitkan atau tidak memungkinkan—maka selalu ada jalan keluar berupa keringanan atau rukhshah yang ditawarkan Allah dalam Syari’at-Nya. Allah berfirman:

“Dan tidaklah Dia (Allah) menjadikan agama bagimu sebagai beban...” ( Q.S Al-Hajj : 78). Lihat juga (Q.S Al-Maidah ; 6).

Agama Islam dalam kitab suci Al-qur’an banyak menjelaskan tentang manusia dari banyak seginya, untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa manusia adalah Makhluk Fungsional yang Bertanggungjawab.





115. Maka Apakah kamu mengira, bahwa Sesungguhnya Kami

menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami?

(Q.S Al-Mukminun : 115)

Dalam ayat diatas terdapat tiga penegasan, yaitu: a. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan.

b. Manusia diciptakan tidak sia-sia, tetapi berfungsi.

(20)

Hubungan antara ibadah, perbuatan dan tanggungjawab adalah setiap perbuatan kita adalah ibadah. Dan semua ibadah yang kita lakukan kelak akan dipertanggungjawabkan.

D.

Konsep Kebahagiaan Manusia

1.Tahapan Bahagia

Bahagia memang relatif,hingga wajarlah kalau para ahli mendefinisikan dan memberikan batasan tentang bahagia. Ada yang mengatakan bahwa bahagia itu identik dengan kesenangan dan kepuasan. Dengan demikian apakah kebahagiaan itu kesenangan. Kebahagiaan dan kesejahteraan hanya mudah untuk diucapkan dan sulit untuk dirasakan dan diakui keberadaannya oleh seseorang. Kebahagiaan adalah secarik rasa yang aneh dan misteri serta mahal seseorang tidak mudah untuk mengatakan bahwa dirinya adalah bahagia padahal orang lain mengatakan bahwa dia adalah orang yang bahagia.

Bahagia hanya mudah diucapkan, dirasakan dan dibanyangkan oleh orang-orang yang dirinya belum berada pada tempat penyebab kebahagiaan itu sendiri. Bahagia dan sejahtera memang relatif, sejuta orang akan berkomentar tidak sama tentang penyebab dan apa faktor bahagia serta apa bahagia itu sendiri. Bahagia dapat dikatakan oleh orang yang tidak menempati bahwa yang dilihatnya itu adalah tempat bahagia,atau dapat dirasakan dan didapatkan dalam bayangan kalau dideritanya hilang dari dirinya. Ada yang mengatakan bahagia adalah kekayaan, karena beranggapan dengan kekayaan segala kebutuhan dapat dipenuhi.

Ada yang beranggapan kebahagiaan ada pada kemasyhuran nama, orang yang menyanjung dan memujinya. Kemasyhuran adalah segalanya sedang harta hanya dijadikan sebagai penunjang dan alat untuk mencapai dan memperkuat kemasyhurannya.

(21)

agama yang diyakininya. Karena apabila tidak demikian sengsaralah yang didapatkan yang selama ini diharapkan”.15

2.Kesenangan Sementara Dan Kebahagiaan Abadi

Kesenangan yang bersifat sementara dan relatif singkat adalah kesenangan dalam kehidupan dunia ini, sedangkan kesenangan akhirat itulah yang lebih baik dan lebih kekal dan itulah bahagia sejati :

“Katakanlah: Kesenangan dunia ini sedikit, dan akhirat itu lebih baik buat orang yang berbakti...”. Surah An-nisa’:77











77. tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka[317]: "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu takutnya. mereka berkata: "Ya Tuhan Kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah: "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun[318].

[317] Orang-orang yang Menampakkan dirinya beriman dan minta izin berperang sebelum ada perintah berperang.

[318] Artinya pahala turut berperang tidak akan dikurangi sedikitpun.

15 Al-Mansor, S.Ansory. 1997. Jalan Kebahagiaan yang Diridhai. Jakarta: PT Raja Grafindo

(22)

Kesenangan, kepuasan, kegembiraan, ketenangan dan kenikmatan yang diperoleh manusia dalam hidup dunia ini, semua itu terbatas pada suatu batas tertentu : Surah Asy’ Syuara:205-207





205. Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun,

206. kemudian datang kepada mereka azab yang telah diancamkan kepada mereka,

207. niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang mereka selalu menikmatinya.

Sementara itu diingatkan bahwa kesenangan dan kenikmatan manusia itu bersifat sementara, banyak kali menipu orang dan memperdayakan manusia, sehingga dianggapnya itulah kebahagiaan yang sejati dan kekal. Agar jangan sampai manusia terperosok dan terpesona olehnya, maka dalam Al-Qur’an diperingatkan dalam Surah Ali Imran 185:







 185. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

(23)

Orang yang beriman akan selalu merasa damai dan bahagia dihatinya, sekalipun dia mengalami tantangan dan pertentangan lahiriah. Itulah kebahagiaannya di dunia karena merasa redla dan diredlai oleh Tuhan, sementara selalu terbayang kemampuan ilahi dan puncak kenikmatan yang bakal diterimanya di akhirat kelak.16

E. Konsep Kontinuitas Kehidupan Manusia

1. Proses Kejadian Manusia

Orang-orang yang beriman sepenuhnya menyadari bahwa dirinya diciptakan Allah SWT, melalui proses yang sama antara satu dengan yang lain. Seperti yang kita ketahui bahwa manusia edua yang diciptakan Allah SWT secara langsung adalah Hawa, sebagai istri Nabi Adam AS dan ibu dari semua manusia berikutnya. Penciptaan itu difirmankan Allah SWT dalam surat An-Nisaa’ ayat 1 (satu) sebagai berikut :







Artinya: Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya. Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.

Dari firman tersebut dijelaskan bahwa sebagai Maha Pencipta ALLAH SWT telah menunujukkan ke-Maha Kuasaan-Nya, karena dari diri Nabi Adam AS telah menciptakan seorang manusia sebagai istrinya. Kemudian dari kedua manusia awal yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan itu diciptakan sangat banyak manusia hingga akhir zaman kelak17.

Manusia-manusia berikutnya dengan Kuasa-Nya diciptakan melalui perantaraan seorang laki-laki yang disebut Bapak dan seorang perempuan yang disebut Ibu. Proses

16 Ya’Qub, Hamzah . 1992. Tingkat Ketenangan dan Kebahagiaan Mukmin. Jakarta: CV

Atisa

(24)

penciptaan manusia melalui seorang ayah dan seorang ibu, secara jelas pula telah difirmankan Allah SWT di dalam Al-Qur’an: Surah Al-Mu’minuun 12-14









Artinya: 12. Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah 13.kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).

14. kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

2. Perjalanan Hidup Manusia

Dilihat dari ukuran waktu yang berlaku di bumi, perjalanan hidup sejak manusia pertama diciptakan hingga sekarang, sudah cukup lama. Waktu di bumi sehari-semalam 24 jam, seminggu tujuh hari, sebulan antar 28 sampai dengan 31 hari dan setahun 365 hari, kemudian sewindu 10 tahun dan seabad 100 tahun, jika dipergunakan untuk mengukur kehidupan manusia ternyata telah beribu-ribu abad lamanya. Di sisi Allah SWT waktu itu mungkin hanya beberapa hari saja, karena konsep dan kenyataan tentang waktu itu mungkin hanya beberapa hari saja, karena konsep dan kenyataan tentang waktu hanyalah Allah yang mengetahuinya.

(25)

“Kami keluarkan kamu dari rahim ibumu sebagai bayi.Lalu Kami pelihara hingga dengan berangsur-angsur tubhmu menjadi tegap dan dewasa.Di antaramu ada yang diwafatkan dan ada pula yang diberi umur panjang sampai pikun sehingga ia tidak mengetahui lagi apa-apa yang dahulu diketahuinya.”

Perjalanan hidup itu berlangsung secara berkesinambungan dan tidak terputus-putus. Kelahiran tidak lebih dari suatu peristiwa peralihan dari kehidupan di dalam kandungan, memasuki dunia nyata. Untuk kepentingan mempelajarinya secara empiris, manusia pada abad modern membaginya dalam beberapa periode yang disebut sebaga tahap perkembangan. Adapun tahapan perkembangannya:

1. Masa Dalam Kandungan (Prenatal) 2. Permulaan Masa Bayi (Infancy) 3. Masa Bayi (Babyhood)

4. Masa Anak-Anak Childhood 5. Masa Remaja (Adolescence)

6. Masa Praremaja (Early Adolescence)

Selanjutnya setiap orang yang diberi berusia panjang akan mengarungi hidupnya sebagai orang dewasa. Dalam kedewasaan masing-masing, setiap manusia bertanggung jawab atas sikap, cara berpikir dan bertingkah laku pada dirinya sendiri, masyarakat (termasuk bangsa dan negfaranya) dan pada Allah SWT. Dirinya sendirilah yang akan memilih apakah mengikuti jalan lurus sebagai orang yang bertaqwa, atau mengikuti tipu daya syaiton menjadi kufur dan ingkar. Perjalanan hidup itu bukanlah sesuatu yang ringan, tidak lagi seindah di masa kanak-kanak dan remaja, karena sukses atau gagal, kaya atau miskin dan lain-lain yang diberikan Allah SWT pada dasarnya merupakan cobaan atau ujian terhadap keimanan masing-masing. Perjalanan hidup manusia adalah perjuangan, sebagaimana difirmankan Allah SWT di dalam surat Al-Balad ayat 3 dan 4 sebagai berikut :

(26)

Artinya: 3. Dan demi bapak dan anaknya. 4. Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.

Demikianlah perjalanan hidup manusia, yang dalam masa kedewasaan dengan berbagai kesibukannya, akan berakhir apabila maut datang menjemput. Perjalanan hidup yang bervariasi antar individu, namun polanya selalu sama, karena hakekat dan tujuan manusia dciptakan Allah SWT tidak pernah mengalami perubahan, sejak manusia pertama sampai pada yang terakhir kelak. Kesibukan yang dilakukan manusia dalam perjalanan hidup masing-masing di muka bumi, pada dasarnya merupakan tiket perjalanannya setelah kelak berada dia alam akhirat. Mereka yang beriman akan selalu mencari kesibukan yang diridhai Allah SWT dalam belajar, bermain, bekerja dan bersantai, baik secara fisik maupun psikis. Kesibukan itu bukan saja tidak sia-sia, karena akan menempatkannya dalam kelompok orang-orang yang beruntung dan bahkan menjadi orang yang mendapat kedudukan mulia di sisi Allah SWT. Bagi orang-orang seperti itu tersedia surga sebagai balasannya, suatu tempat kediaman yang kekal dan abadi, dengan kenikmatan yang berjuta kali lebih nikmat, dibandingkan dengan yang ternikmat yang pernah dialaminya di muka bumi18.

2. Konsep Takdir

Pengertian Takdir

Yang dimaksud dengan istilah taqdir sebagai judul dalam bab ini adalah Qadar (Al-Qadar khairuhu wa syarruhu) atau Qadha’ dan Qadar (Al-Qadha’ wal-Qadar). Secara etimologis Qadha’ adalah bentuk mashdar dari kata kerja qadha yang berarti kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hal ini Qadha’ adalah kehendak atau ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu. Sedangkan Qadar secara etimologis adalah bentuk mashdar dari qadara yang berarti ukuran atau ketentuan. Dalam hal ini Qadar adalah ukuran atau ketentuan Allah SWT terhadap segala sesuatunya. Secara terminologis ada Ulama yang berpendapat, definisi Qadar adalah “Ilmu Allah SWT tentang apa – apa yang akan terjadi pada seluruh makhluk-Nya pada masa yang akan datang”. Dan

Qadha’ adalah “Penciptaan segala sesuatu oleh Allah SWT sesuai dengan Ilmu dan

Iradah-Nya”.19

18Nawawi, Hadari 1993. Hakekat Manusia Menurut Islam, Surabaya: AL-IKHLAS

(27)

Menurut buku Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Kuliah Aqidah Islam, takdir mempunyai empat tingkatan :

1. Al – Ilmu

Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu. Dia mengetahui apa yang telah terjadi, yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi. Tidak satupun luput dari ilmu Allah SWT. Seperti dalam firman Allah :







“Dan pada sisi Allah-lah kunci – kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya, dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata. (QS. Al-an`am 59 )

2. Al – Kitabah

Allah SWT telah menuliskan segala sesuatu di Lauh Mahfuzh, dan tulisan itu akan tetap ada sampai hari kiamat. Apa yang telah terjadi pada masa lalu, dan apa yang terjadi sekarang, dan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang sudah dituliskan oleh Allah SWT di Lauh Mahfuzh.





“Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi ? bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab ( Lauh Mahfuzh ). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.” ( Al – Hajj 22 : 70 )

3. Al – Masyi-ah

Allah mempunyai kehendak terhadap segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Tidak ada sesuatu terjadi kecuali atas kehendak- Nya. Apa – apa yang dikehendakinya pasti akan terjadi, dan apa – apa yang tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak akan terjadi.

(28)

“Dan kamu tidak akan mampu, kecuali nila dikehendaki oleh Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” ( Al – insan 76 : 30 )





“ Yaitu bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki, kecuali apabila dikehendaki oleh Allah, Tuhan semesta alamm.” ( At – Takwir 81 : 28 – 29 )

4. Al – Khalq

Allah SWT menciptakan segala sesuatu. Segala sesuatu selain Allah Yang Maha Mencipta adalah makhluk. Bahwa tidak sesuatu pun di langit dan bumi melainkan Allah sebagai penciptanya, pemiliknya, pengaturnya dan menguasainya, dalam firman-Nya dijelaskan :



“Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.”(Az – zumar 39: 62)

Manusia dan Taqdir

Apabila masalah takdir dikaitkan dengan perbuatan manusia maka akan banyak pertanyaan seperti:

 Jika segala sesuatu sudah ditentukan oleh Allah dan sudah dituliskan maka untuk apa manusia berusaha, apa peran dari usaha itu ?

 Jika Allah adalah yang menciptakan kita dan semua perbuatan kita, lalu mengapa Ia mengadili perbuatan jahat yang kita lakukan, sedang Ia yang menciptakannya?

(29)

untuk melakukan amal kebaikan dan melarangnya melakukan kejahatan; memahami bahwa Allah SWT menciptakan segala sesuatu termasuk manusia dan perbuatannya tanpa memahami bahwa Allah SWT tidak pernah menyuruh manusia berbuat kejahatan, bahkan menyuruh mereka berbuat kebaikan, dan juga tanpa memahami bahwa manusia melakukan kejahatan tersebut atas dasar kehendak dan ikhtiarnya sendiri yang harus dipertanggung jawabkan.20

Takdir hanya boleh diimani dan tidak boleh dijadikan sebagai alasan. Barangsiapa yang berhujjah dengan takdir, hujjahnya tertolak. Andaikata hujjah dengan takdir bisa diterima, niscaya dapat diterima pula jika hujjah (alasan) itu datang dari iblis/makhluk lain yang bermaksiat. Bila saja takdir bisa menjadi hujjah bagi seorang hamba, tentu Allah tidak akan mengazab seorangpun baik di dunia maupun di akhirat.21

Bahwa takdir yang telah ditetapkan lebih awal sebelum penciptaan manusia tidak menghalangi adanya usaha dan amal usaha, tidak juga mengharuskan manusia bersandar pada takdir itu sendiri. Tetapi sebaliknya, hal itu menharuskan untuk berusaha dan bersungguh – sungguh beramal.22 Jika seseorang ditakdirkan sebagai seorang ilmuwan, maka ia tidak akan memperolehnya kecuali dengan usaha dan kesungguhan belajar dan memenuhi unsur – unsur yang mendukungnya mencapai hal tersebut. Degan demikian takdir yang telah ditetapkan lebih awal itu sejalan dan seiring dengan amal – amal perbuatan serta apa yang ditentukan untuk itu, dan sama sekali tidak bertentangan.

KONSEP AKHIR ZAMAN, AKHLAQ PRIBADI DAN AKHLAQ DALAM

KELUARGA

1. KONSEP AKHIR ZAMAN

Al-Qur’an Tentang Hari Akhir

Pada umumnya masyarakat Arab meragukan bahkan mengingkari adanya hari akhir; sementara yang percaya pun memiliki kepercayaan yang keliru. Seperti dalam surah Al-Isra’ ayat 49 dan surah Al-An’am ayat 29:

        



20Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta : april 2013. Cet : ke – 15, hlm. 181 –

182

21 Ibnu Taimiyah, Qohdo’ dan Qodar, 1 Juni 1996, hlm 17

(30)

Dan mereka berkata: "Apakah bila Kami telah menjadi tulang belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah Kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?"

         

“Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan"”.

Aneka ragam cara Al-Qur’an menyanggah pandangan keliru itu, sekali secara langsung maupun tidak langsung, seperti dalam ayat:

“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan Pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan Kami, terhadap kelalaian Kami tentang kiamat itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, Amat buruklah apa yang mereka pikul itu.”. (QS.Al-An’am 6: 31)

Seperti yang telah dijelaskan dalam ayat tersebut, dalam Al-Qur’an pun penyampaiannya tidak secara langsung menuding si pengingkar, tetapi kandungan ayat tersebut langsung menyentuh si pengingkar.23 A. Pengertian Hari Akhir

Yang dimaksud hari akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia yang fana ini berakhir; termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari alam kubur, dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang Mahsyar, perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dunia (Hisab), penimbangan amal perbuatan untuk mengetahui perbandingan amal baik dan buruk, sampai kepada pembalasan dengan surga atau neraka. B. Proses dan Peristiwa Hari Akhir

1. Alam kubur

Setelah seseorang memasuki alam kubur, dia akan ditanya oleh Malaikat Munkar dan Nakir tentang Tuhan, Agama dan Nabi-nya. Setiap orang yang lulus dalam “ujian” alam kubur akan merasakan kenikmatan, sebaliknya yang tidak lulus akan merasakan azab dan penderitaan.

2. Kiamat

Tentang bagaimana terjadinya peristiwa kiamat itu, Bey Arifin menggambarkannya sebagai berikut: “Di kala keadaan manusia di puncak kerusakan, kekufuran dan kekejaman itu, Allah memerintahkan Malaikat Israfil meniupkan sangkakala atau terompet, yang terdengar dari timur sampai barat, bahkan sampai ke luar angkasa sekalipun.

(31)

Di saat itu bumi lalu bergoncang sehebat-hebatny, gunung-gunung beterbangan meletus menjadi abu, air lautan bergulung-gulung (tidak teratur lagi). Terjadi kilat yang luar biasa tajamnya sehingga membutakan mata. Hati dan jantung berdebar dan remuk, mata merem ketakutan.

3. Kebangkitan

Terjadilah kematian seseorang secara serentak bagi segala makhluk hidup dan makhluk seluruhnya. Mati semua manusia, Malaikat, jin, iblis, binatang serta tumbuh-tumbuhan. Yang tetap hidup adalah Zat Allah Yang Maha Hidup dan tidak akan mati selama-lamanya. Tentang kehancuran alam semesta, kematian semua makhluk hidup dan tiupan terompet Malaikat Israfil, Al-Qur’an menyebutkan antara lain:

apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (menjadi begini)?"24

4. Berkumpul di padang Mahsyar

Setelah kebangkitan, semua umat manusia akan berkumpul d padang Mahsyar menunggu perhitungan amal perbuatan mereka di dunia. Pada waktu itu keadaan manusia akan berbeda-beda sesuai dengan perbuatan amalannya di dunia.

5. Perhitungan dan Penimbangan

Perhitungan akan dilakukan sesuai dengan isi “kitab” yang mencatat seluruh amalan seseorang di dunia. Cara menyerahkan kitab kepada masing-masing orang berbeda, ada yang menerima dari kanan dan depan, dan ada yang dari kiri dan belakang.

Kemudian setelah dilakukan perhitungan, dilakukan penimbangan. Siapa yang berat timbangan kebaikannya akan masuk surga, sedangkan siapa yang berat timbangan kejahatannya akan masuk neraka.

6. Pembalasan

Setelah penimbangan dan melalui as-shirath maka setiap orang akan merasakan pembalasan dari Allah SWT sesuai dengan hasil penimbangannya. Sebagaimana yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa siapa yang amal kebaikan lebih berat dari amal kejahatan maka ia akan masuk syurga tanpa merasakan siksaan di neraka begitupula sebaliknya.

Orang-orang beriman yang dosanya lebih besar dari pahalanya akan keluar dari neraka setelah habis masa hukuman yang telah ditentukan Allah sesuai dengan tingkat dosanya masing-masing. Tingkat dan jenis siksaan yang dirasakan oleh penduduk

(32)

neraka berbeda pula sesuai dengan tingkat kekufuran, kemunafikan, kemusyrikan, dan kemaksiatan mereka.

C. Iman kepada Hari Akhir

Seorang mukmin wajib beriman kepada hari akhir dengan segala proses, peristiwa dan keadaan yang terjadi pada hari itu sesuai dengan apa yang telah diberitakan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW tanpa mengurangi dan menambah-nambahnya.25 D. Al-Masih ad-Dajjal dalam Al-Qur’an

Al-Qur’an tidak pernah menyebutkan nama al-Masih ad-Dajjal secara eksplisit. Para ulama menjelaskan, bahwa Al-Qur’an menyebutkan Isa bin Maryam secara eksplisit karena dialah yang akan membunuh Dajjal. Al-Qur’an hanya menyebutkan Masiih al-Hudaa (Nabi Isa) dan tidak menyebutkan Masiih adh-Dhalaalah (Dajjal), seperti kebiasaan bangsa Arab yang hanya menyebutkan salah satu dari dua hal yang kontradiktif.26

Para ulama juga berkata, Dajjal disebutkan dalam Al-Qur’an secara global, yaitu dalam firman-Nya.

“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan Malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu[524]. pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau Dia (belum)

mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu Sesungguhnya Kamipun menunggu (pula)".

E. Al-Masih ad-Dajjal Menurut Literatur Yahudi dan Kristen

Pandangan kaum Yahudi dan Kristen tentang profil al-Masih ad-Dajjal berbeda. Mengapa demikian? Karena kaum Yahud tidak mengimani Isa bin Maryam, tapi di lain pihak mereka juga menunggu Al-Masih hingga kini. Dengan demikian, al-Masiih yang sedang ditunggu-tunggu kedatangannya itu adalah al-Masiih ad-Dajjal.

Adapun kaum Kristen, para pengikut Nabi Isa bin Maryam, mereka berbeda pendapat tentang tabiat atau sifatnya. Mereka mengatakan bahwa dia adalah anak Allah, mereka

25Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta : april 2013. Cet : ke – 15, hlm. 153 -

173

(33)

juga mengatakan dialah Allah, dan klaim-klaim lain yang tidak berdasarkan petunjuk dari Allah. Dan Mahatinggi Allah dari segala klaim yang mereka lontarkan itu.

Kaum Kristen memakai kata al-Masiih ad-Dajjal untuk menyebut musuh Masiih al-Hudaa. Dajjal itulah Al-Masih yang ditunggu-tunggu kaum Yahudi. Kadang-kadang para rabi (pendeta) Yahudi, misalnya Nostradamus, memakai kata Dajjal untuk menyebut beberapa profil individu, seperti: Napoleon, Hitler, dan al-Mahdi al-Muntahzar dan menyebut al-Mahdi Al-Masih dengan kata Dajjal ketiga.

Nama Al-Masih ad-Dajjal disebut-sebut dalam Perjanjian Lama (Taurat) dan Perjanjian Baru (Injil).

Dalam Yesaya 9: 4-17 disebutkan,

“Maka Tuhan mengerat dari Israel kepala dan ekor, batang dan ranting pada satu hari juga. Tua-tua dan orang yang terpandang, itulah kepala, dan nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor. Sebab orng-orang yang mengendalikan bangsa ini adalah penyesat, dan orang-orang yang dikendalikan mereka menjadi kacau. Sebab itu Tuhan tidak bersukacita karena teruna-teruna mereka, sebab sekaliannya mereka murtad dan berbuat jahat.”.27

F. Al-Masiih ad-Dajjal dalam Talmud

Talmud adalah kitab suci kaum Yahudi zaman sekarang sebagai ganti Taurat. Kitab ini merupakan karangan para pendeta dan rabi Yahudi semenjak mereka tertawan pada masa Babylonia.

Tentang al-Masih ad-Dajjal, di dalam Talmud disebutkan,

“Sebelum kaum Yahudi berkuasa sepenuhnya, peperangan harusterjadi terus menerus dan dua pertiga penduduk dunia tewas. Lalu Al-Masih asli akan datang dan meraih

kemenangan.”

Perhatikan, “dua pertiga penduduk dunia harus tewas agar al-Masiih ad-Dajjal datang ke kaum Yahudi.” Hal itu tidak aneh karena bangsa Yahudi menganggap bangsa lain sebagai budak mereka, diciptakan Allah untuk mengabdi kepada mereka. Talmud juga mengatakan itu. Oleh karena itu, kita lihat Zionis Israel menyulut peperangan di seluruh dunia agar prediksi kitab suci tersebut terwujud dan Dajjal keluar kepada mereka.

(34)

Dalam Talmud juga disebutkan,

“Masih asli akan datang. Kemenangan yang ditunggu-tunggu pun akan teraih. Al-Masih pada saat itu menerima hadiah bangsa ini (Israel) dan menolak hadiah-hadiah dari orang Kristen. Bangsa Yahudi pada waktu itu akan menjadi sangat kaya sebab telah menguasai seluruh sumber kekayaan dunia.”

Itulah impian Zionis untuk menguasai dunia berikut kekayaannya. Impian yang berusaha diwujudkan para pemimpin Yahudi yang sesungguhnya di balik layar dan mereka menguasai dunia melalui pemerintahan Masonis yang rahasia, agar pada akhirnya nanti mereka mencapai impian ini. Akan tetapi, mana mungkin terwujud, sebab ada Allah Yang Mahakuasa untuk menghalangi mereka.

Dalam Talmud juga disebutkan,

“Ketika Al-Masih datang, bumi menghasilkan buah segar, pakaian dari bulu domba, juga gandum yang bijinya sebesar ginjal lembu. Pada masa itu, kekuasaan akan kembali ke tangan banga Yahudi. Seluruh bangsa akan mengambil kepada Al-Masih. Setiap orang Yahudi akan memiliki dua ribu tiga ratus budak untuk melayaninya. Hal itu tidak akan terjadi kecuali setelah lenyapnya kekuasaan bangsa-bangsa yang menolak agama bani Israel.”

Itulah ideologi Yahudi yang sesungguhnya terhadap semua bangsa dan semua agama. Tapi walaupun begitu, para pengikut Al-Masih pada zaman sekarang berada di bawah bendera Yahudi. Mereka tertipu oleh gerakan Zionisme membujuk dan meyakinkan mereka bahwa Al-Masih tidak akan turun ke bumi kecuali jika negara Israel telah didirikan dan Haikal Sulaiman telah dibangun kembali.28

2. AKHLAQ PRIBADI

A. SHIDIQ

Shidiq (ash-shidqu) artinya benar atau jujur, lawan dari dusta (al-kazib). Seorang muslim dituntut selalu berada dalam keadaan benar lahir batin; Benar hati (shidq al-qalb), benar perkataan (shidq al hadits) dan benar perbuatan (shidq al’amal). Antara hati dan perkataan harus sama, tidak boleh berbeda, apalagi antara perkataan dan perbuatan.29 Bentuk-bentuk Shidiq

28 Manshur Abdul Hakim, ‘Asyarah Yantazhiruhal’Aalam ‘Indal Muslimin wal Yahuud wan Nashaara, Jakarta: April 2006. Cet. 1, hlm. 86-87

(35)

Ada lima macam bentuk shidiq:

1. Benar Perkataan (shidq al-hadits)

Seorang Muslim dalam berkata haruslah dengan baik dan benar, baik dalam

menyampaikan informasi, menjawab pertanyaan, melarang dan memerintah ataupun yang lainnya. Orang yang selalu berkata benar akan dikasihi oleh Allah SWT dan dipercayai masyarakat. Sebaliknya, jika sering berkata dusta maka masyarakat tidak akan

mempercaiyainya.

Shidq al-hadits adalah bentuk yang paling populer dan paling mudah kelihatan. 2. Benar Pergaulan (shidq al-mu’amalah)

Seorang Muslim akan selalu bermu’amalah dengan benar; tidak menipu; tidak khianat, sekalipun kepada non muslim. Orang yang shidiq dalam mu’amalah jauh dari sikap spmbong dan ria. Segala sesuatunya ia lakukan semata-mata karena Allah. Dan tidak mengharapkan balas budi dari orang lain. Dia akan selalu bersikap benar kepada orang lain tanpa memandang kekayaan, kekuasaan ataupun yang lain. Barang siapa bersikap shidiq dalam mu’amalah maka akan dipercaya oleh masyarakat.

3. Benar Kemauan (shidq al-‘azam)

Sebelum memutuskan untuk melakukan sesuatu, seorang Muslim harus

mempertimbangkan dan menilai terlebih dulu apa yang akan dilakukannya itu benar dan bermanfat atau tidak. Dan dia melakukannya tanpa ada keraguan, tidak akan terpengaruh dengan suara kanan kiri yang mendukung atau yang mencela dirinya.

4. Benar Janji (shidq al-wa’ad)

Apabila berjanji seorang Muslim harus menepatinya, sekalipun dengan musuh ataupun anak kecil. Allah SWT menyukai orang yang menepati janji. Dalam Al-Qur’an

disebutkan pujian Allah SWT kepada Nabi Ismail as yang menepati janji:



















  

“Dan Ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan Dia adalah seorang Rasul dan Nabi.” 30

5. Benar Kenyataan (shidq al-haq)

Seorang Muslim akan menampilkan diri sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Dia tidak akan menipu kenyataan, tidak memakai baju kepalsua, tidak mencari nama dan tidak pula mengada-ada.31

Bentuk-bentuk Kebohongan

30 QS.Maryam 19: 54

31Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Kuliah Akhlaq, Yogyakarta : september 2012. Cet : ke – XII, hlm. 82 -

Referensi

Dokumen terkait

“Tema dan Variasi Gundul-gundul Pacul menggunakan Tangga Nada Pentatonik untuk Solo Flute” merupakan sebuah komposisi tema variasi yang mengangkat tema dari lagu

Setelah tahap akuisisi keterampilan maka peserta didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar dalam bentuk “role play” diikuti

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa strategi PQRST dalam penelitian ini adalah sebuah strategi yang berisi langkah-langkah untuk menyelesaikan soal cerita yang

Dari contoh ini dapat diambil kesimpulan bahwa sesungguhnya pada saat inisiasi awal atau konseptualisasi gagasan proyek, berbagai potensi risiko sepanjang siklus proyek

kebutuhan aman dan nyaman dengan masalah keperawatan nyeri kronis, tindakan yang dilakukan adalah pemberian teknik kompres hangat kering selama 15 menit sehari

Contoh dengan menggunakan operasional LinkList java kita bisa memasukkan data pada indeks yang terkecil dengan menggunakan operasi addFirst ataupun pula pada

Analisis semiotika Tutur Ardhasmara yaitu reinkarnasi yang merupakan suatu kepercayaan tentang kelahiran yang berulang-ulang dan sanggah kamulan yang berfungsi sebagai

6 Dari teori ini, peneliti kemudian mencoba mendeskripsikan akulturasi budaya Islam dengan lokal yang ada pada pelaksanaan tradisi Menepas di dalam perkawinan