• Tidak ada hasil yang ditemukan

Secara harfiah dalam buku Andi Hamzah Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Nasional dan Internasional, korupsi adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata atau ucapan yng menghina atau memfitnah.

Pada dasarnya, sudah banyak sekali langkah teoritis dan praktis yang dilakukan pemerintah untuk memberantas korupsi. Di era Soekarno, telah dua kali dilakukan upaya pemberantasan korupsi, antara lain perangkat Undang-Undang Keadaan Bahaya dengan produknya Paran (Panitia Retoring Aparat Negara) yang bertugas melakukan pendataan kekayaan para pejabat. Juga “Operasi Budhi” yang bertugas meneliti secara mendalam tentang korupsi di lembaga-lembga yang rawan

63Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A. Kuliah Akhlaq, Yogyakarta : september 2012. Cet : ke – XII, hlm. 248 -

melawan korupsi, seperti Pertamina. Kedua langkah praktis dan teoritis di atas terbukti tidak berhsil dan gagal total karena itu pejabat yang bersangkutan enggan diperiksa.

Pada era Presiden Soeharto, dibentuk Tim Pemberantas Korupsi (TPK) yang diketuai oleh Jaksa Agung. Hal lainnya, dibentuk Komite Empat yang terdiri dari tokoh ketua yang bersih serta dibentuk Operasi Tertib yang diketuai oleh Soedomo. Seperti sebelumnya, lembaga tersebut lambat bekerja dan tidak maksimal hasilnya.

Di era reformasi, pemerintah mengeluarkan UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Lalu, ditindaklanjuti dengan pembentukan komisi dan badan baru sebagai aksi praksisnya, seperti Komisi Pemeriks

Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) dan Lembaga Ombudsman.

Sayang, dua badan itu juga tidak bisa maksimal dalam melaksanakan tugasnya.

Pada saat ini, pemberantasan tindak pidana korupsi masih menjadi prioritas.

Dari uraian di atas, melihat sepak terjang para penyelenggara negara ini, sejak era Presiden Soekarno, dengan dibentuknya Panitia Retoring Aparatur Negara yang bertugas melakukan pendataan kekayaan para pejabat. Juga Operasi Buiti secara mendalam tentang korupsi di lembaga-lembaga yang rawan melakukan korupsi. Selanjutnya, pada era Presiden Soeharto, dengan dibentuknya Tim Pemberantas Korupsi (TPK) yang diketuai oleh Jaksa Agung, Komite Empat yang terdiri dari tokoh tua yang bersih serta Operasi Tertib. Kemudian, di zaman Presiden Gus Dur, di bentuk KPKPN dan Lembaga Ombudsman dan sekarang Presiden SBY dengan penuh semangat membentuk Timtas Tipikor.

Dengan demikian, apapun nama tim yang bertugas memberantas korupsi dan siapa punanggotanya, bahkan sekeras apapun sanksi hukum yang ditetapkan, alu ternyata tetap tidak ada keberanian dan ketegasan sikap dari berbagai pihak maka korupsi akan terus

membudaya dan bahkan akan dianggap sebagai sesuatu yang wajar terjadi.64

Selanjutnya akan diuraikan beberapa jenis tindak pidana (jarimah) yang mendekati terminologi korupsi di masa sekarang, antara lain:

1. Ghulul (Penggelapan)

Pengertian ghuluul diambil dari Surah Ali Imran (3) ayat 161, yang pada mulanya hanya terbatas pada tindakan pengambilan, penggelapan atau berlaku curang, dan khianat terhadap rampasan perang.

“Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, Maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu, kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.”

Akan tetapi, dalam pemikiran berikutnya berkembang menjadi tindakan curang dan khianat terhadap harta-harta lain, seperti tindakan penggelepan terhadap harta baitul mal, harta milik bersama kaum Muslim, harta bersama dalam suatu kerjasama bisnis, harta negara, harta zakat, dan lain-lain.

Sanksi hukum bagi pelaku Ghuluul berupa sanksi moral. Ghuluul mirip dengan jama’ah riddah. Sanksi moral pelaku ghuluul berupa risiko akan dipermalukan di hadapan Allah kelak pada hari kiamat.

2. Risywah (Penyuapan)

Secara terminologis, risywah adalah sesuatu yang diberikan dalam rangka mewujudkan kemashlahatan atau sesuatu yang diberikan dalam rangka membenarkan yang batil/salah atau menyalahkan yang benar.

Berkatan dengan sanksi hukum bagi pelaku risywah, tampaknya tidak jauh berbeda dengan sanksi hukum bagi pelaku ghuluul, yaitu hukum takzir sebab keduanya tidak termasuk dalam ranah qisas dan hudud.65

3. Ghasab (Mengambil Paksa Hak/Harta Orang Lain)

64 Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag., Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta: September

2012. Cet : ke- 1, hlm. 33

Ghasab adalah mengambil harta atau menguasai hak orang lain tanpa izin pemiliknya dengan unsur pemaksaan dan terkadang dengan kekerasan serta dilakukan secara terang-terangan.

Secara detail Imam al-Nawawi mengklasifikasikan jenis sanksi bagi pelaku ghasab yang dikaitkan dengan kondisi barang sebagai objek

ghasab:

1. Sanksi pelaku ghasab untuk barang ghasab utuh

Sanksi pelaku ghasab terhadap harta yang masih utuh seperti mondisi semulaadalah kewajiban mengembalikan harta ghasab

tersebut. Teknis pengembaliannya dilakukan oleh pemilik untuk mendesak pelaku. Akan tetapi, jika pemilik merasa tidak mampu melakukannya maka petugas berwenang mengambil alih tugas ini dan memberikan hukuman takzir terhadap pelaku.

2. Sanksi pelaku ghasab untuk barang ghasab lenyap

Sanksi pelaku ghasab untuk barang ghasab yang lenyap terdapat dua macam, pertama, barang dengan jenis, bentuk, dan ukurannya pasti dan jelas, seperti biji-bijian, minyak, uang (dirham/dinar) maka pelaku wajib mengembalikan barang tersebut secara sama dan pasti, baik dari jenis, macam, sifat, dan ukurannya.

Kedua, barang dengan jenis, bentuk, dan ukuran berbeda, seperti kain, pelaku wajib mengganti uang seharga barang yang di ghasab

tersebut.

3. Sanksi pelaku ghasabuntuk barang ghasab yang berkurang

Bila barang ghasab telah berkurang maka untuk menentukan sanksinya harus dikraifikasikan menjadi barang berupa makhluk hidup dan benda mati.

Bila pelaku meng-ghasab makhluk hidup seperti binatang maka pelaku berkewajiban mengembalikannya, di samping itu pelaku juga wajib mengembalikan jumlah kekurangan tersebut dengan nilai nominal dalam bentuk uang sebagai ganti rgi.

Jika benda yang di ghasab berupa benda mati dan berkurang, cacat atau robek atau piring dan perkakas-perkakas lain yang dapat menyebabkan retak maka pelaku wajib mengembalikan barang yang masih utuh dan harus mengganti kekurangan tersebut.66

66 Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag., Korupsi dalam Hukum Pidana Islam, Jakarta: September

KESIMPULAN

Allah menciptakan alam semesta dengan kuasa-Nya. Seperti yang telah di jelaskan dalam surah At-Thagaabun, sebenarnya tujuan diciptakan alam semesta ini ialah untuk senantiasa bertasbih kepada Allah. Seluruh alam ini senantiasa beriman kepada Allah SWT dan sungguh Allah Maha Memiliki segala sesuatu.

Penciptaan manusia semakin sempurna dengan dilengkapinya manusia dengansegumpal daging yang apabila ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila buruk, maka buruklah seluruh jasadnya. Segumpal daging itu adalah Hati. Manusiaakhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan, untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup didunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah realisasi daripada fungsi manusia itu sendiri.

Allah berada sangat dekat dengan hamba-Nya dan Maha Mengetahui segala apa yang dilakukan oleh hamba-Nya. Maka Berdo’a harus dilangsungkan kepada Allah tanpa

perantara. Hanya mengharap ridha Allah SWT. Keikhlasan harus ada dalam seluruh ibadah, karena keikhlasan inilah jiwa dari ibadah . Tanpa keikhlasan, maka tidak mungkin ada ibadah yang sesungguhnya.

Kesenangan yang bersifat sementara dan relatif singkat adalah kesenangan dalam kehidupan dunia ini,sedangkan kesenangan akhirat itulah yang lebih baik dan lebih kekal dan itulah bahagia sejati.

Perjalanan hidup itu berlangsung secara berkesinambungan dan tidak terputus-putus. Kelahiran tidak lebih dari suatu peristiwa peralihan dari kehidupan di dalam kandungan, lalu kemudian memasuki dunia nyata.

Takdir hanya boleh diimani dan tidak boleh dijadikan sebagai alasan. Barangsiapa yang berhujjah dengan takdir, hujjahnya tertolak. Andaikata hujjah dengan takdir bisa diterima, niscaya dapat diterima pula jika hujjah (alasan) itu datang dari iblis/makhluk lain yang bermaksiat. Bila saja takdir bisa menjadi hujjah bagi seorang hamba, tentu Allah tidak akan mengazab seorangpun baik di dunia maupun di akhirat.

Hari akhir adalah kehidupan yang kekal sesudah kehidupan di dunia yang fana ini berakhir; termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada hari itu, mulai dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya seluruh kehidupan (Qiyamah),

Seorang mukmin wajib beriman kepada hari akhir dengan segala proses, peristiwa dan keadaan yang terjadi pada hari itu sesuai dengan apa yang telah diberitakan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW tanpa mengurangi dan menambah-nambahnya

Juga kita sebagi umat Muslim yang memiliki integritas yang tinggi sudah selayaknya untuk mendalami aqidah agar tertanam akhlaq yang benar dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Agar supaya kita dalam kehidupan sehari-hari berkecimpung bersama masyarakat mengetahui dan menerapkan apa yang sudah kita fahami mana yang baik dan yang buruk. Menjadi tauladan terhadap yang lain yang memiliki akhlaqul karimah. Amin amin amin yaa rabbal ‘alaamin.

DAFTAR PUSTAKA

Basyir, A. Azhar. 1982. Falsafah Ibadah Dalam Islam.Yogyakarta: Perpustakaan Pusat Universitas Islam Indonesia.

Jamaluddin, Syakir. 2011. Kuliah Fiqih Ibadah. Yogyakarta: LPPI UMY. Quthb, Sayyid 2004.Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.Jakarta: Gema Insani

El-Fandy, M. Jamaluddin. 1991. Al-Qur’an tentang Alam Semesta. Jakarta: Bumi Aksara Daudy, Ahmad. 1983. Allah dan Manusia. Jakarta: CV. RAJAWALI

Ilyas, Yunahar. 2013. Kuliah Akidah Islam. Yogyakarta: LPPI Ilyas, Yunahar. 2012. Kuliah Akhlaq. Yogyakarta: LPPI

Al-Jauziyah, Ibnu Qayyim, 2007.Qadha dan Qadar, Ulasan Tuntas Masalah Takdir.

Jakarta: Pustaka Azzam

Shihab, M.Quraisy. 1996. Wawasan Al-Qur’an, Bandung: Mizan

Al-Ghazali, Imam 1993.Ihya’ Ulumuddin. Semarang: CV. ASY-SYIFA Ammar, Abu. dkk 2009 Mizanul Muslim. Cordova Mediatama

Abdul Hakim, Mansur. 2006. ‘Asyarah Yantazhiruhal’Aalam ‘Indal Muslimin wal Yahuud wan Nashaara. Jakarta: Gema Insani.

Dalam dokumen Makalah Aqidah Akhlaq Konsep Alam Semest (Halaman 48-54)

Dokumen terkait