• Tidak ada hasil yang ditemukan

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN

FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 4

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4Fokus Penelitian ... 5

1.5Manfaat Penelitian ... 5

1.6Struktur Penulisan ... 5

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Gender ... 7

2.2 Femininity dan Masculinity ... 22

2.3 Hirarki Gender ... 24

2.4 Kelompok Sosial ... 26

2.5 Wanita Dewasa ... 27

2.6 Klub Motor dan Lady Bikers ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian ... 31

3.2Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian ... 31

(2)

viii

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN

FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4Instrumen Penelitian ... 33

3.5Teknik Analisis Data ... 35

3.6Uji Keabsahan Data... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Profil Subjek ... 36

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 42

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

LAMPIRAN Daftar Lampiran 1 Verbatim dan Coding Subjek 1-Wawancara 1 ... 91

Verbatim dan Coding Subjek 1-Wawancara 2 ... 101

Reduksi dan Display Data Subjek 1-Wawancara 1 ... 106

Reduksi dan Display Data Subjek 1-Wawancara 2 ... 111

Daftar Lampiran 2 Verbatim dan Coding Subjek 2-Wawancara 1 ... 122

Verbatim dan Coding Subjek 2-Wawancara 2 ... 132

Reduksi dan Display Data Subjek 2-Wawancara 1 ... 147

Reduksi dan Display Data Subjek 2-Wawancara 2 ... 153

Daftar Lampiran 3 Verbatim dan Coding Subjek 3-Wawancara 1 ... 164

Verbatim dan Coding Subjek 3-Wawancara 2 ... 178

(3)

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN

FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Lampiran 4

Surat Pernyataan Subjek 1 ... 214

Surat Pernyataan Subjek 2 ... 225

Surat Pernyataan Subjek 3 ... 236

Member Checking Subjek 1 ... 247

Member Checking Subjek 2 ... 248

Member Checking Subjek 3 ... 249

Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing ... 250

Kartu Bimbingan Skripsi ... 251

(4)

x

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN

FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Stereotype Gender ... 11

(5)

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN

FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Aspek perkembangan identitas gender 13

Gambar 2.2 Model Dua Dimensi Bem 14

Gambar 2.3 Hirarki gender 26

Gambar 4.1 Skema pembentukan masculinity dan femininity Subjek 1 (ER) 61

Gambar 4.1 Skema pembentukan masculinity dan femininity Subjek 2 (IPR) 69

(6)

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dari fenomena wanita yang menjadi lady bikers dan bergabung menjadi anggota klub motor yang didominasi oleh laki-laki, rumusan masalah yang menjelaskan kesenjangan antara sesuatu yang terjadi dilapangan dengan teori, tujuan dari penelitian ini, fokus masalah yaitu menjelaskan batasan dari penelitian yang akan dilakukan dan manfaat penelitian dimana hal tersebut dibagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan praktis.

1.1 LATAR BELAKANG

Angka pengendara motor yang semakin meningkat di Indonesia menjadi salah satu alasan terbentuknya banyak komunitas atau klub motor (Kurniawan, 2014). Banyak faktor yang memengaruhi wanita untuk bergabung dalam sebuah klub motor. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti pada dua lady bikers pada bulan September dan November 2014, diketahui bahwa alasan seseorang menjadi anggota klub motor, diantaranya adalah ingin mencari keuntungan berupa materi (uang) dari anggota klub yang berjenis kelamin pria, menyalurkan hobi dalam bidang otomotif, mengembangkan minat dan bakat pada beberapa bagian keahlian dalam bermotor, mencari relasi, senang mengikuti organisasi.

(7)

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

motor yang menjadi wadah bagi para lady bikers di Indonesia. Untuk menjadi anggota klub motor bukan hanya harus memiliki motor ber cc 250 ke atas, calon anggota juga harus mengikuti pelatihan safety riding bersama Polisi Wanita dan instruktur yang sudah bersertifikat, dan harus menerapkannya ketika berkendara. Menggunakan motor ber cc tinggi harus menggunakan kecepatan tinggi pula maka dari itu safety riding sangat diperlukan (Seputar Indonesia Pagi RCTI, 30 Maret 2015).

Motor yang digunakan oleh para lady bikers ini salah satunya merk Kawasaki Ninja. Kawasaki menerangkan mengenai spesifikasi motor Kawasaki ninja 650 cc yang dikendarai oleh dua orang subjek penelitian ini memiliki berat 209 kg untuk jenis Kawasaki ninja 250 cc memiliki berat 172 kg. Mengendarai motor dengan berat melebihi dari berat badan dirinya sendiri mengharuskan seorang wanita lebih kuat (kawasaki.com).

Wanita seringkali disebut sebagai seorang yang anggun, menjaga diri, rapi, bersih, dan sopan. Definisi tersebut sesuai dengan stereotype yang muncul di kalangan masyarakat berupa kata sifat tentang seorang wanita. Bahkan tidak jarang, wanita diidentikkan dengan individu yang lembut, memakai baju dengan warna merah muda, dan aksesoris. Konsep tersebut dianggap sebagai bentuk femininity di kalangan masyarakat (Smith dalam Barns, 2013).

Terdapat beberapa stereotype tentang wanita yang muncul di kalangan masyarakat, salah satu penyebabnya adalah konstruksi fisik wanita yang lebih menarik dan lemah dibandingkan laki-laki. Hal tersebut membuat wanita sering dianggap lebih lemah dibandingkan laki-laki. Selain itu, wanita dianggap lebih menggunakan perasaan dibandingkan logika, sehingga wanita dianggap tidak bisa memiliki kedudukan yang lebih tinggi ataupun sejajar dengan laki-laki. Kedudukan wanita adalah berada di rumah untuk mengurus kepentingan keluarga. Konstruksi sosial di masyarakat menyebabkan wanita mendapat label sebagai individu yang mampu memelihara keseimbangan rumah serta tidak mampu memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari laki-laki (Fakih, 2001).

(8)

3

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sangat sedikit, sedangkan dorongan feminin wanita lebih kuat karena dalam tubuhnya memiliki hormon estrogen dalam kapasitas besar. Maka ketika wanita menampilkan dorongannya yang maskulin dibanding feminim, akan terjadi penolakan sosial di masyarakat. Hal tersebut dapat menyebabkan disharmoni pada dirinya maupun lingkungan sekitarnya (Crittenden, 2002).

Lingkungan turut serta dalam pembentukan masculinity dan femininity, karena gender merupakan behavioral differences antara laki-laki dan wanita yang socialy contructed, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ciptaan tuhan, melainkan diciptakan oleh kaum laki-laki maupun wanita, melalui proses sosial dan budaya yang panjang. Femininity dan masculinity menjadi atribut yang dilekatkan pada laki-laki dan wanita melalui proses sosial dan budaya tersebut (Fakih, 2001).

Femininity dan masculinity memunculkan reaksi sosial yang

bermacam-macam, salah satunya adalah penampilan. Ukuran seseorang dikatakan feminin, kini bergeser pemaknaanya. Pada awalnya, feminin merupakan gambaran dari perilaku seorang wanita, namun kini feminin dianggap sebagai tampilan dari fisik seperti, berambut panjang, menyukai warna merah muda, dan tidak melakukan hobi ekstrim (naik gunung, olah raga, bersepeda, karate ataupun menyukai otomotif). Hobi seperti ini dianggapnya tidak sesuai dengan karakteristik wanita feminin (Apriyani, 2012).

Femininity dan masculinity merupakan hasil konstruksi antara harapan

sosial dan budaya tentang apa yang telah dipikirkan tentang dirinya, perilaku dan penampilannya. Konsep femininity dan masculinity ini dapat berubah-ubah sesuai dengan waktu dan tempat (Burr 2002).

(9)

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok tersebut. Terakhir, kebutuhan yang mengacu pada perasaan personal dan emosional diantara dua individu atau kebutuhan akan kasih sayang. Ketiga hal tersebut menjadi alasan bagi individu untuk bergabung dalam suatu kelompok (Shaw, 1977).

Berdasarkan pemaparan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN

FEMININITY DAN MASCULINITY”.

1.2 FOKUS PENELITIAN

Penelitian ini memfokuskan pada alasan keterlibatan wanita dalam klub motor dalam kajian femininity dan masculinity yang berkembang pada seorang lady bikers dimana ia dipengaruhi oleh kondisi lingkungan klub motor yang beranggotakan laki-laki, juga pola interaksi didalam klub ataupun lingkungan sekitar.

1.3 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini, adalah adanya perbedaan pandangan antara wanita di masyarakat pada umumnya, dengan masuknya wanita ke dalam klub motor. Pandangan masyarakat pada umumnya, wanita seharusnya memiliki tampilan yang lembut, penurut, tidak lebih agresif, dan menunjukan sisi feminin dari seorang wanita. Namun, saat ini, ada wanita yang bergabung menjadi lady

bikers di klub motor. Hal tersebut berbalik dengan stereotype wanita yang ada

di masyarakat. Wanita yang memasuki klub motor lebih menunjukkan sisi maskulinnya karena mengambil keputusan untuk menjadi lady bikers pembalap, freestyle dan touring. Hal tersebut menyebabkan peneliti ingin mengetahui mengenai

1. Bagaimana gambaran wanita terlibat dalam klub motor dan menjadi Lady

Bikers?

2. Bagaimana konstruksi femininity dan masculinity wanita yang menjadi

(10)

5

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan penelitian ini, yaitu:

1.Untuk mengetahui gambaran wanita terlibat dalam klub motor dan menjadi Lady Bikers.

2.Untuk mengetahui konstruksi femininity dan masculinity wanita menjadi

Lady Bikers.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini, mengetahui gambaran femininity dan masculinity pada lady bikers.

1.6 STRUKTUR PENULISAN

1.6.1 BAB I PENDAHULUAN

Berisi mengenai uraian latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

1.6.2 BAB II TINJAUAN TEORI

berisi mengenai konsep gender, femininity, masculinity, kelompok sosial, wanita dewasa awal dan komunitas motor besar yang berada di kota Bandung.

1.6.3 BAB III METODE PENELITIAN

Menyajikan motode penelitian yang berisi penjelasan secara rinci mengenai lokasi dan subjek peneliti, jenis dan desain penelitian, instrumen penelitian, teknik keabsahan data dan analisis data.

1.6.4 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(11)

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1.6.5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

(12)

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan asumsi dan kerangka teoritis yang menginformasikan masalah penelitian individu atau kelompok, metode kualitatif ini digunakan untuk menggali, mengumpulkan data dalam kondisi alamiah dengan analisis data menggunakan pola deduktif dan induktif untuk menjelaskan tema. Metode ini juga digunakan karena peneliti membutuhkan pemahaman yang detail mengenai isu permasalahan. Dengan cara meminta mereka untuk bercerita tanpa paksaan mengenai apa yang kita harapkan atau apa yang kita baca dari sumber (Creswell, 2013).

Penelitian ini berkaitan tentang bagaimana gambaran femininity dan

masculinity wanita yang menjadi lady bikers dan bergabung bersama klub

motor di kota Bandung. Oleh karena itu, metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Studi kasus pada penelitian kualitatif dalam penelitian ini dimaksudkan agar dapat mengungkap atau memperoleh informasi dari data penelitian secara menyeluruh, luas dan mendalam (Sugiyono, 2008:35).

3.2 Subjek Penelitian dan Lokasi Penelitian

Subjek pada penelitian ini dipilih secara purposive sampling dan

snowball sampling. Purposive sampling artinya subjek dipilih secara sengaja

sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam penelitian (Bungin, 2003).

Snowball sampling yaitu pengambilan sampel yang pada awalnya sedikit dan

untuk selanjutnya bertambah untuk melengkapi data yang kurang. Sampel awal digunakan sebagai informan kunci yang akan menunjukkan informan-informan selanjutnya. Dalam hal ini jumlah subjek bisa sedikit ataupun banyak tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci (Bungin, 2003).

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel atau subjek adalah 3 orang

(13)

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kriteria, subjek ialah wanita dewasa awal, seorang lady bikers, menjadi anggota klub motor, dan berdomisili di Bandung.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu dengan wawancara, wawancara juga dimaksudkan untuk menganalisis dan menguji kebenaran di lapangan (Creswell, 2013). Peneliti melakukan verifikasi pada saat wawancara mengenai beberapa hal yang terjadi di lapangan. Hal ini dimaksudkan agar apa yang diinterpretasikan oleh peneliti sesuai dengan maksud yang ada di lapangan. Melalui wawancara, peneliti dapat memiliki pengetahuan yang luas tentang apa yang dilihat, dengar, atau alami. Wawancara dilakukan dalam beberapa cara, terstruktur, semi terstruktur, informal, dan retrospektif (Fraenkel, Wallen, Hyun, 2012). Dalam wawancara, memulai dengan pertanyaan yang tidak terlalu menekan terlebih dahulu sebelum bertanya tentang permasalahan pribadi yang lebih sensitif. Peneliti juga mencari referensi dan data tambahan untuk memperkaya sudut pandang melalui dokumen, seperti artikel, jurnal, dan buku mengenai

femininity wanita dewasa awal dan faktor keterlibatan individu pada suatu

kelompok. Wawancara ini dilakukan sebanyak dua kali setiap subjek penelitian dikarenakan data langsung dapat diperoleh dengan melakukan dua kali wawancara.

(14)

33

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Alat elektronik yang digunakan peneliti adalah tape recorder. Hal ini agar peneliti dapat mendengar wawancara secara berulang sehingga apa yang diragukan dapat langsung dicek, hasil rekaman dapat dianalisis oleh peneliti lainnya dan memberikan dasar keaslian dan keandalaan dari data yang didapat (Moleong, 2001).

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif ialah yang melakukan penelitian itu sendiri dengan kata lain peneliti. Peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan orang yang mengawali, menjalankan penelitian juga menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang penelitian. Bahkan peneliti dapat disebut juga sebagai key instrument (Satori, 2012).

Terdapat tujuh karakteristik yang menjadikan manusia sebagai instrument penelitian yaitu: sifatnya yang responsive, adaptif, lebih holistic, kesadaran pada konteks tak terkatakan, mampu memproses segera, mampu mengejar klarifikasi, dan mampu meringkaskan segera dan mmpu menjelajahi jawaban ideosinkretik dan mampu mengejar pemahaman yang lebih dalam (Guba dan Lincoln, 1981 dalam Muhadjir, 2000).

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif ini cukup rumit. Peneliti merupakan perencanaan, pelaksana pengumpul data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya. Peneliti sebagai instrument dalam penelitian ini harus memiliki sifat yang telah diungkap pada paragraph sebelumnya (Moleong, 2001).

Dalam membantu peneliti, berikut pedoman wawancara yang dirumuskan berdasarkan teori Hirarki gender yang dikemukakan oleh Connell (Giddens, 2006):

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

Maksud dan Tujuan Tema Pertanyaan

(15)

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Tempat tinggal Subjek 4. Daerah asal Subjek

Hegemonic masculinity 1. pengetahuan informasi adanya

klub motor

2. alasan menjadi lady bikers dan anggota klub motor

3. interaksi antar anggota klub motor

4. pendapat keluarga dan lingkungan sekitar mengenai

lady bikers

Emphasized femininity 1. pandangan positif dan negatif

tentang klub motor

2. peran sebagai wanita didalam keluarga ataupun masyarakat 3. alasan tidak mengikuti komunitas

yang didominasi oleh wanita 4. pengalaman selama menjadi lady

bikers dan anggota klub motor

3.5 Teknik Analisis Data

Terdapat empat bentuk analisis data yang diungkapkan Stake (Creswell, 2013) beserta interpretasinya dalam penelitian studi kasus, yaitu:

3.5.1 Pengumpulan kategori, peneliti mencari suatu kumpulan dari beberapa kasus dan berharap menemukan makna yang relevan dengan isu yang akan muncul;

(16)

35

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.5.3 Peneliti membentuk pola dan mencari persamaan antara dua atau lebih kategori. Persamaan ini dilakukan dengan cara memasukan kriteria dari setiap kategori dengan menggunakan tabel sehingga akan terlihat hubungan antara keduanya;

3.5.4 Peneliti mengembangkan generalisasi naturalistik melalui analisa data, ketika orang-orang mampu belajar dari suatu kasus dan mereka mampu menerapkan kasus mereka sendiri pada sebuah populasi kasus maka hal ini akan dapat digeneralkan.

Analisis data pada penelitian studi kasus juga bisa dilakukan dengan cara yang telah diungkap oleh Creswell (2013), terdapat tujuh tahap yaitu:

i. Membuat dan mengatur file data

ii. Melihat hasil penelitian, membuat catatan margin, dan coding iii. Menjelaskan kasus dan konteks

iv. Menggunakan kategori untuk membangun tema atau pola v. Menggunakan interpretasi langsung

vi. Mengembangkan generalisasi alamiah dari apa yang "dipelajari" vii. Menggunakan pemikiran mendalam tentang kasus ini (atau kasus)

dengan menggunakan narasi, tabel, dan angka.

3.6 Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data dilakukan setelah peneliti melakukan analisis data. Teknik yang digunakan untuk uji keabsahan data dalam penelitian ini adalah

member check. Peneliti melakukan member check setelah memperoleh

(17)

Syifa Nurul Lutfiani, 2015

LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 80

Keterlibatan ketiga subjek ke dalam klub motor dengan berbagai latar belakang yang berbeda, menjadi wadah untuk menyalurkan hobi merupakan alasan yang sama. Selebihnya menjalin silaturahmi, mencari rekan, menjalin relasi, menjaga silaturahmi dan lain-lain. Keseluruhan alasan itu mereka pegang sebagai suatu prinsip agar ketika mereka menjalani di dalam klub tersebut tidak menjadikan hal yang menyimpang.

Ketiga subjek yang diwawancarai oleh peneliti berada pada tingkat

Hegemonic masculinity ketika mereka berada pada klub motor, ketika

mereka mengendarai motor dan ketika kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan aktifitas mereka di klub. Hegemonic masculinity muncul ketika mereka berada pada wilayah kekuasaannya dimana mereka menganggap bahwa diri mereka sama dengan anggota yang lainnya. Pada tingkatan Emphasized femininity ini ketiga subjek pun ada masanya mereka pada bagian ini dimana, sikap penurut, lemah lembut, dan tidak agresif. Kondisi rumah kebanyakan yang membuat mereka ada pada posisi ini. Mengurusi urusan rumah tangga, seperti pekerjaan rumah, pengasuhan anak dll. Pada posisi ini seringkali mereka di bawah sosok figur yang lebih berkuasa seperti suami, orang tua atau bahkan pacar mereka.

5.2Saran

Gambar

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara

Referensi

Dokumen terkait

Secara garis besar, Analisa teknis yang dilakukan yaitu kapal hasil konversi harus dapat memenuhi beberapa kriteria seperti: karakteristik ruang muat kapal bulk carrier,

Adegan ini menarik karena adanya perbedaan pendapat dari dua pihak yang berbeda dengan latar belakang dan motivasi yang berbeda oleh dua orang ibu, dan yang paling penting adalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimana gambaran masalah pribadi siswa laki-laki dan perempuan? 2) Bagaimana gambaran masalah emosional

(1) PSH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf a digunakan dalam rangka melaksanakan pekerjaan harian non-lapangan, melaksanakan koordinasi pengamanan

Berdasarkan data dapat diketahui bahwa seluruh karyawan (6 orang)menyatakan bahwa pemimpin tidak membeda-bedakan karyawan yang satu dengan yang lain dalam memberikan tugas di

Dengan konsep kecerdasan buatan & model pemikiran yang cukup sederhana bisa dibuat penyelesaian sebuah masalah yang memerlukan proses penalaran seperti

[r]