(Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Kersamanah Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2014/2015)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
oleh
Wike Dewi Hikmatika
NIM 1101042
DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG
DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Kersamanah Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2014/2015)
Oleh
Wike Dewi Hikmatika
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra
©Wike Dewi Hikmatika 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
WIKE DEWI HIKMATIKA
PENERAPAN TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA MORAL/FABEL
(Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Kersamanah Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2014/2015)
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing I
Drs. Encep Kusumah, M.Pd. NIP 196502101991121001
Pembimbing II
Nenden Lilis Aisyah, M.Pd. NIP 197109262003122001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Wike Dewi Hikmatika, 2015
(Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Kersamanah Kabupaten Garut Tahun Ajaran 2014/2015)
WIKE DEWI HIKMATIKA NIM 1101042
ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari rendahnya minat siswa terhadap pembelajaran menulis di sekolah, termasuk dalam menulis cerita moral/fabel di tingkat SMP. Hal itu disebabkan oleh kurang kreatifnya guru dalam penggunaan pendekatan, metode, ataupun teknik pembelajaran.Dengan demikian, peneliti menawarkan teknik copy the master berorientasi silang watak, sebagai teknik alternatif, yang dapat digunakan dalam pembelajaran menulis cerita moral/fabel. Teknik ini dilakukan dengan langkah-langkah, antara lain: 1) siswa membaca atau menyimak cerita moral/fabel yang telah ada; 2) siswa menentukan tokoh dan watak serta amanat yang ada dalam cerita moral/fabel yang telah dibaca atau disimak; 3) siswa menyilangkan watak tokoh yang ada dalam cerita moral/fabel yang telah dibaca atau disimak; 4) siswa membuat kerangka karangan dalam bentuk garis besar elemen yang membangun alur; 5) siswa mengembangkan kerangka karangan sehingga menjadi cerita moral/fabel yang baru. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi:1) bagaimana kemampuan siswa menulis cerita moral/fabel sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan teknik copy the master berorientasi silang watak di kelas eksperimen; 2) bagaimana kemampuan siswa menulis cerita moral/fabel sebelum dan sesudah pembelajaran tanpa menggunakan teknik copy the
master berorientasi silang watak di kelas kontrol; 3) apakah terdapat perbedaan yang
signifikan antara kemampuan siswa menulis cerita moral/fabel di kelas eksperimen dan kontrol. Kemudian, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal yang tercantum dalam rumusan masalah. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan nonequivalent control group design. Sementara itu, populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kersamanah dengan sampel penelitian kelas VIII-F, sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII-I, sebagai kelas kontrol. Hasil perhitungan uji t terhadap rata-rata skor gain dengan taraf signifikansi (α) = 0.05 dan db = 57 menunjukkan bahwa t hitung > t tabel atau 5.26 > 2.012. Dengan demikian,
terdapat perbedaan yang signifikan dari pretest ke posttest dalam pembelajaran menulis cerita moral/fabel antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Artinya, teknik copy the
master berorientasi silang watak terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan siswa
Wike Dewi Hikmatika, 2015
(Quasi-Experiment Research on VIII Grade Students of SMP Negeri 1 Kersamanah Garut District Academic Year 2014/2015)
WIKE DEWI HIKMATIKA
NIM 1101042
ABSTRACT
Wike Dewi Hikmatika, 2015 LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH... iii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL... xi
DAFTAR GRAFIK ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6
C. Batasan Masalah Penelitian... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Manfaat Penelitian ... 7
G. Definisi Operasional... 8
H. Struktur Organisasi... 9
BAB II TEKNIK COPY THE MASTER BERORIENTASI SILANG WATAK, MENULIS CERITA MORAL/FABEL, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Teknik Copy The Master Berorientasi Silang Watak ... 10
1. Copy The Master ... 10
Wike Dewi Hikmatika, 2015
d. Langkah-Langkah Copy The Master ... 12
2. Teknik Copy The Master Berorientasi Silang Watak ... 12
a. Pengertian Teknik Copy The Master Berorientasi Silang Watak ... 12
b. Langkah-Langkah Menulis Cerita Moral/Fabel dengan Menggunakan Teknik Copy The Master Berorientasi Silang Watak ... 16
B. Menulis Cerita Moral/Fabel 1. Cerita Moral/Fabel ... 16
a. Pengertian Cerita Moral/Fabel ... 16
b. Unsur Intrinsik Cerita Moral/Fabel ... 17
2. Menulis Cerita Moral/Fabel ... 23
C. Kerangka Berpikir ... 26
D. Hipotesis ... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31
B. Desain Penelitian ... 31
C. Populasi dan Sampel ... 32
1. Populasi ... 32
2. Sampel ... 32
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33
1. Tes ... 33
2. Observasi ... 34
E. Instrumen Penelitian... 34
1. Instrumen Pengumpulan Data ... 34
2. Instrumen Perlakuan... 43
Wike Dewi Hikmatika, 2015 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Proses Penelitian ... 69
B. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 80
C. Analisis Cerita Moral/Fabel Karya Siswa Berdasarkan Kriteria Penilaian ... 89
1. Analisis Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 89
2. Analisis Nilai Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 124
D. Pengolahan Statistik Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 156
1. Uji Data Prasyarat ... 156
2. Uji Hipotesis... 187
E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 193
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan ... 200
B. Implikasi dan Rekomendasi ... 202
DAFTAR PUSTAKA ... 204 LAMPIRAN-LAMPIRAN
Wike Dewi Hikmatika, 2015
Tabel 3.1 Sampel Penelitian ... 33
Tabel 3.2 Instrumen Pretest dan Posttest ... 35
Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Menulis Cerpen ... 36
Tabel 3.4 Kriteria Penilaian Menulis Cerita Moral/Fabel ... 38
Tabel 3.5 Format Penilaian ... 40
Tabel 3.6 Kategori Pemerolehan Skor ... 41
Tabel 3.7 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 41
Tabel 3.8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 42
Tabel 3.9 Format ANAVA ... 65
Tabel 3.10 Tabel Guilford ... 66
Tabel 3.11 Kategori Indeks Gain ... 67
Tabel 4.1 Skor Hasil Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen ... 70
Tabel 4.2 Skor Hasil Observasi Aktivitas Siswa di Kelas Eksperimen ... 71
Tabel 4.3 Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 81
Tabel 4.4 Rekapitulasi Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 82
Tabel 4.5 Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 83
Tabel 4.6 Rekapitulasi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 84
Tabel 4.7 Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 85
Tabel 4.8 Rekapitulasi Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 86
Tabel 4.9 Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 87
Tabel 4.10 Rekapitulai Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 88
Tabel 4.11 Tabel Data Uji Reliabilitas Antarpenimbang Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 157
Tabel 4.12 Format ANAVA Pretest Kelas Eksperimen ... 159
Tabel 4.13 Tabel Data Uji Reliabilitas Antarpenimbang Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 159
Tabel 4.14 Format ANAVA Posttest Kelas Eksperimen ... 161
Wike Dewi Hikmatika, 2015
Tabel 4.17 Tabel Data Uji Reliabilitas Antarpenimbang
Nilai Posttest Kelas Kontrol... 164
Tabel 4.18 Format ANAVA Posttest Kelas Eksperimen ... 166
Tabel 4.19 Indeks Gain antara Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 167
Tabel 4.20 Rekapitulasi Indeks Gain antara Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 168
Tabel 4.21 Indeks Gain antara Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 168
Tabel 4.22 Rekapitulasi Indeks Gain antara Pretest dan Posttest Indeks Gain ... 169
Tabel 4.23 Data Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 170
Tabel 4.24 Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 171
Tabel 4.25 Frekuensi yang Diharapkan (fe) dari Hasil Pengamatan (fo) Hasil Pretest Kelas Eksperimen ... 173
Tabel 4.26 Data Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 174
Tabel 4.27 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 175
Tabel 4.28 Frekuensi yang diharapkan (fe) dari hasil pengamatan (fo) Hasil Posttest Kelas Eksperimen ... 177
Tabel 4.29 Data Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 178
Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 179
Tabel 4.31 Frekuensi yang diharapkan (fe) dari hasil pengamatan (fo) Hasil Pretest Kelas Kontrol ... 181
Tabel 4.32 Data Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 182
Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 183
Tabel 4.34 Frekuensi yang diharapkan (fe) dari hasil pengamatan (fo) Hasil Posttest Kelas Kontrol ... 185
Tabel 4.35Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 186
Tabel 4.36Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 186
Wike Dewi Hikmatika, 2015
Wike Dewi Hikmatika, 2015
Grafik 4.1 Grafik Nilai Pretest Kelas Eksperimen ... 83
Grafik 4.2 Grafik Nilai Posttest Kelas Eksperimen ... 85
Grafik 4.3 Grafik Nilai Pretest Kelas Kontrol ... 87
Grafik 4.4 Grafik Nilai Posttest Kelas Kontrol ... 89
Grafik 4.5 Grafik Indeks Gain antara Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen ... 168
Grafik 4.6 Grafik Indeks Gain antara Pretest dan Posttest Kelas Kontrol ... 170
Wike Dewi Hikmatika, 2015
Gambar 3.1 Gambar Binatang dalam Instrumen Soal ... 36
Gambar 4.1 Cerita Moral/Fabel Karya Siswa pada Treatment Pertama ... 74
Gambar 4.2 Cerita Moral/Fabel Karya Siswa pada Treatment Kedua ... 77
Gambar 4.3 Cerita Moral/Fabel Karya Siswa pada Treatment Ketiga ... 79
Gambar 4.4 Hasil Pretest Kelas Eksperimen Kategori Rendah ... 89
Gambar 4.5 Hasil Pretest Kelas Eksperimen Kategori Sedang ... 95
Gambar 4.6 Hasil Pretest Kelas Eksperimen Kategori Tinggi ... 102
Gambar 4.7 Hasil Posttest Kelas Eksperimen Kategori Rendah ... 107
Gambar 4.8 Hasil Posttest Kelas Eksperimen Kategori Sedang ... 113
Gambar 4.9 Hasil Posttest Kelas Eksperimen Kategori Tinggi ... 119
Gamabr 4.10 Hasil Pretest Kelas Kontrol Kategori Rendah ... 125
Gambar 4.11 Hasil Pretest Kelas Kontrol Kategori Sedang ... 129
Gambar 4.12 Hasil Pretest Kelas Kontrol Kategori Tinggi ... 134
Gambar 4.13 Hasil Posttest Kelas Kontrol Kategori Rendah ... 140
Gambar 4.14 Hasil Posttest Kelas Kontrol Kategori Sedang ... 145
Wike Dewi Hikmatika, 2015 Lampiran 1 SK Skripsi
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian
Lampiran 3 Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian
Lampiran 4 Lembar Soal Menulis Teks Cerita Moral/Fabel
Lampiran 5 Kriteria Penilaian Menulis Teks Cerita Moral/Fabel
Lampiran 6 Format Penilaian Tes Menulis Teks Cerita Moral/Fabel
Lampiran 7 Lembar Observasi Aktivitas Guru
Lampiran 8 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lampiran 9 Cerita Moral/Fabel Karya Siswa pada Pretest Kelas Eksperimen
Lampiran 10 Cerita Moral/Fabel Karya Siswa pada Posttest Kelas Eksperimen
Lampiran 11 Cerita Moral/Fabel Karya Siswa pada Pretest Kelas Kontrol
Lampiran 12 Cerita Moral/Fabel Karya Siswa pada Posttest Kelas Kontrol
Lampiran 13 Cerita Moral/Fabel Karya Siswa pada Treatment
Kelas Eksperimen
Lampiran 14 Tabel Distribusi Normal
Lampiran 15 Tabel Chi Kuadrat
Lampiran 16 Tabel Distribusi F
Lampiran 17 Tabel Distribusi T
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, seorang siswa dituntut
untuk menguasai empat keterampilan berbahasa. Salah satu keterampilan
berbahasa tersebut adalah keterampilan menulis. Iskandarwassid dan Sunendar
(2011, hlm. 248) menyatakan bahwa kegiatan menulis merupakan kegiatan yang
sangat kompleks jika dibandingkan dengan ketiga kemampuan berbahasa lainnya
seperti kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Menulis
mengharuskan seseorang berpikir lebih keras. Menulis merupakan suatu proses
perkembangan pikiran seseorang yang menuntut pengalaman, waktu, dan latihan
yang terus-menerus serta membutuhkan cara berpikir yang teratur untuk
mengungkapkannya dalam bentuk tulisan yang runtut dan padu. Oleh karena itu,
keterampilan menulis lebih sulit dikuasai dan tidak heran bila keterampilan
menulis merupakan kemampuan berbahasa yang paling akhir dikuasai oleh siswa.
Bahkan, bukan hanya siswa, melainkan mahasiswa juga merasa bahwa
keterampilan menulis lebih sulit dikuasai daripada keterampilan berbahasa
lainnya. Pernyataan tersebut selaras dengan pernyataan dalam artikeldengan judul
“MKDU Bahasa Indonesia Gagal: Studi Kasus Penulisan Skripsi” yang
diungkapkan oleh Alwasilah (dalam Alwasilah dan Alwasilah, 2007, hlm. 193)
yaitu sebagai berikut.
Dalam persepsi para responden, sistem pendidikan nasional sejak SD sampai PT membekali keterampilan menulis (23.34%), keterampilan membaca (23.45%), dan keterampilan berpikir kritis (31.86%). Artinya, mayoritas responden (lebih dari 75%) menilai sistem pendidikan nasional tidak mengembangkan dasar-dasar literasi, terutama menulis yang dipersepsi sebagai keterampilan paling sulit dikuasai (43.22%), yang diikuti keterampilan berbicara (28.64%), menyimak (21.11%), dan membaca (7.04%).
Pernyataan yang diungkapkan di atas menjadi alasan timbulnya suatu
permasalahan dalam pembelajaran menulis di sekolah. Permasalahan yang
kurang terampil dalam menulis. Warno (2009), dalam tesisnya yang berjudul
“Pengaruh Keterampilan Penalaran terhadap Keterampilan Menulis Ditinjau dari Status Sosial Ekonomi Orang Tua”, mengungkapkan bahwa kekurangterampilan
siswa dalam menulis pada umumnya, disebabkan oleh beberapa faktor
diantaranya: 1) kurangnya kemampuan kebahasaan yang dimiliki siswa, seperti:
pemahaman tentang kaidah atau aturan-aturan bahasa, baik yang mencakup
masalah ejaan, pemilihan kosa kata, pembentukan kata, maupun penyusunan
kalimat dan paragraf; 2) kurangnya kemampuan siswa dalam mengorganisasikan
gagasan; 3) kurangnya kemampuan siswa dalam mengembangkan paragraf
dengan baik; 4) kurangnya kemampuan siswa dalam memilih kata (diksi) secara
tepat; 5) lemahnya minat belajar bahasa Indonesia di kalangan siswa; dan 6)
kurangnya kesempatan siswa untuk berlatih secara terus-menerus melakukan
kegiatan menulis. Pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan kompleksitas
permasalahan dalam pembelajaran menulis. Faktor penyebab kekurangterampilan
siswa yang banyak ditemui dalam pembelajaran menulis adalah faktor minat
seperti dalam penelitian “Keefektifan Teknik Storyboar dalam Pembelajaran Menulis Narasi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Kemranjen Banyumas” yang
disusun oleh Tyas Dwijayanti (2012). Kemudian, pada penelitian yang berjudul
“Peningkatan Keterampilan Menulis Puisi Menggunakan Media Video Reality
Show pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Banguntapan Bantul” yang disusun
oleh Ecy Mahardiyan Sintami (2012). Dalam kedua penelitian ini, peneliti
mengungkapkan bahwa kekurangterampilan siswa dalam pembelajaran menulis
terletak pada kurangnya minat siswa.
Faktor-faktor yang diungkapkan oleh Warno di atas lebih menekankan
pada faktor yang berpusat pada siswa. Berkaitan dengan itu, suatu pembelajaran di
kelas tidak hanya melibatkan siswa, tetapi juga melibatkan guru sebagai pengajar.
Oleh karena itu, selain faktor yang berpusat pada siswa, terdapat juga faktor yang
berpusat pada guru. Kekurangterampilan guru dalam mengajar, seringkali menjadi
penyebab kekurangterampilan siswa dalam menulis. Poedjinoegroho (2010),
yang hebat adalah tidak hanya mengajar, tetapi mampu membangkitkan kecintaan
siswa terhadap bahasa Indonesia. Lebih jauh Poedjinoegroho mengatakan bahwa
banyak guru tidak cerdas sehingga tidak mampu mendorong dan membangkitkan
motivasi anak belajar bahasa Indonesia. Bahkan menurutnya, bahasa Indonesia
menjadi menjenuhkan karena guru tidak menarik dalam mengajarkannya.
Kejenuhan yang diungkapkan oleh Poedjinoegroho di atas dapat menjadi
salah satu faktor yang menyebabkan minat siswa dalam keterampilan menulis
berkurang. Kebanyakan guru tidak memiliki keberanian untuk menerapkan suatu
pendekatan, metode ataupun teknik yang baru, mereka hanya menerapkan suatu
pendekatan, metode ataupun teknik yang sudah banyak digunakan secara umum di
kelas sehingga siswa banyak yang merasa jenuh. Oleh karena itu, perlu adanya
suatu pendekatan, metode ataupun teknik yang ditawarkan oleh guru agar
pembelajaran menulis tidak menjenuhkan. Salah satu metode yang cukup banyak
digunakan dalam pembelajaran menulis adalah metode copy the master.
Metode copy the master adalah suatu metode pembelajaran menulis yang dilakukan dengan cara meniru contoh atau model yang telah ada. Pada beberapa
penelitian terdahulu, metode copy the master ini dianggap juga sebagai sebuah
teknik pembelajaran. Penelitian terdahulu dengan metode copy the master
tersebut, misalnya penelitian dengan judul “Penerapan Teknik Copy The Master untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas VII-B MTS
Darun Najah Petahunan Lumajang” yang disusun oleh Endah Kurnianingtyas (2015). Penelitian tersebut dikatakan berhasil karena terjadi peningkatan dari
rata-rata tes menulis cerpen pratindakan sebesar 67. Kemudian pada siklus I diperoleh
rata-rata sebesar 73 dan pada siklus II diperoleh hasil rata-rata sebesar 80. Adapun
pelaksanaan tindakan dalam penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pelaksanaan strategipemodelan dapat dipaparkan sebagai berikut.
teks cerpen. Siswa menulis teks cerpen berdasarkan pengalaman oranglain yang telah dipilih dari master (turunan) tersebut, kemudian dikembangkan menjadi teks cerpen. Siswa dengan berbagai variasi dapat mengembangkan cerita dengan mudah sesuai dengan daya imajinasi, pengalaman dan daya kreativitas masing-masing sehingga menjadi sebuah teks cerpen yang utuh dan beragam. (Kurnianingtyas, 2015, hlm. 15).
Selain penelitian di atas, penelitian terdahulu lainnya tentang metode copy
the master tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Aep Rohimat (2013)
dengan judul “Penerapan Teknik Copy The Master dalam Pembelajaran Menulis Karangan Persuasi (Kuasi Eksperiemen Kelas X SMA Pasundan 7 Tahun Ajaran
2012/2013)”. Penelitian dengan menggunakan metode copy the master tersebut dinyatakan berhasil karena nilai rata-rata pretest dan posttest di kelas eskperimen
yaitu 50.08 dan 65.54. Sementara itu, nilai rata-rata pretest dan posttest di kelas
kontrol yaitu 48.50 dan 58.08. Adapun pelaksanaan salah satu treatment dalam
penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pada tahap empat penulis memberikan perlakuan ketiga, yaitu teknik copy the master menggunakan media artikel dan video. Siswa membaca artikel dan melihat video yang berhubungan dengan artikel. Kedua media ini digabungkan, agar siswa termotivasi, mendapat pengalaman nyata, mendapatkan pengalaman dan sikap, serta dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan persuasi dengan optimal (Rohimat, 2013, hlm.26).
Kedua penelitian di atas hanya menggunakan metode copy the master
dengan cara meniru satu bentuk teks atau video ke dalam bentuk teks lainnya. Hal
itu dapat dilihat dari pelaksanaan tindakan pada penelitian yang dilakukan oleh
Endah Kurnianingtyas dan pelaksanaan salah satu treatment pada penelitian yang
dilakukan oleh Aep Rohimat. Peniruan dalam kedua penelitian di atas bukan
berarti peniruan secara utuh. Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan antara hasil
dengan model yang ditiru. Meskipun demikian, di dalam langkah-langkah
pelaksanaan metode copy the master kedua penelitian di atas tidak memfokuskan
pada satu bagian yang harus diubah untuk membedakan antara hasil dengan model
yang ditiru. Untuk pembelajaran dengan menggunakan metode copy the master
yang lebih terarah dan kreatif, peneliti tertarik untuk menerapkan metode copy the
Metode copy the master dengan cara penyilangan watak tokoh ini merupakan
suatu metode pembelajaran menulis yang penerapannya di kelas dioperasionalkan
menjadi sebuah teknik pembelajaran sehingga disebut dengan “Teknik Copy The
Master Berorientasi Silang Watak”.
Silang watak ini merupakan istilah yang memiliki persamaan makna dengan istilah pengandaian 180 derajat berbeda yang pernah diujicobakan dalam
sebuah penelitian berjudul “Penerapan Teknik Parafrase dengan Pengandaian 180
Derajat Berbeda dalam Pembelajaran Menulis Cerpen (Penelitian Eksperimen
Semu Terhadap Siswa Kelas VIII Semester II SMP Negeri 15 Bandung Tahun
Ajaran 2013/2014)” oleh Mardwitanti Laras (2014). Teknik ini pula digunakan
dengan cara menyilangkan watak tokoh utama dalam suatu teks yang telah ada.
Hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya tersebut adalah peneliti
mengolaborasikan antara istilah silang watak ini dengan metode copy the master
dan bukan dengan teknik parafrase. Selain itu, peneliti memilih penerapan metode
tersebut dalam pembelajaran menulis cerita moral/fabel dan bukan dalam
pembelajaran menulis cerpen. Menulis cerita moral/fabel ini menjadi sebuah
kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa SMP kelas VIII pada kurikulum
2013. Kesesuaian penerapan teknik copy the master berorientasi silang watak
dalam pembelajaran menulis cerita moral/fabel diperkuat dengan pernyataan yang
diungkapkan oleh Hayati tentang metode copy the master yaitu sebagai berikut.
“Peniruan dalam metode copy the master bisa dilakukan dengan mengadaptasi latar, mengadopsi tema, mencontoh alur, meminjam nama-nama tokoh, memiripkan konflik, atau mengambil secara utuh cara penyelesaian cerita.” (Hayati, 2013, hlm. 3).
Dari pernyataan yang diungkapkan oleh Hayati di atas, dapat dilihat bahwa
metode copy the master lebih menekankan pada pembelajaran menulis teks
naratif. Oleh karena itu, penerapan metode copy the master dalam pembelajaran
menulis cerita moral/fabel dirasa memiliki kesesuaian.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk membuktikan
keberhasilan penelitian sebelumnya tentang penerapan metode copy the master
dalam pembelajaran menulis. Oleh karena itu, peneliti mengadakan penelitian
dalam Pembelajaran Menulis Cerita Moral/ Fabel (Penelitian Eksperimen Semu
terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kersamanah Kabupaten Garut Tahun
Ajaran 2014/2015)”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan identifikasi
masalah sebagai berikut.
1) Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling kompleks
dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya karena menulis
membutuhkan pengalaman, waktu dan latihan yang terus-menerus serta
membutuhkan cara berpikir yang teratur untuk mengungkapkannya dalam
bentuk tulisan yang runtut dan padu.
2) Kurangnya minat siswa sebagai salah satu penyebab kekurangterampilan
siswa dalam pembelajaran menulis di sekolah.
3) Guru, sebagai pengajar, kurang kreatif dalam menggunakan pendekatan,
metode ataupun teknik pembelajaran sehingga pembelajaran menulis dirasa
menjenuhkan. Kejenuhan tersebut dapat menyebabkan kurangnya minat siswa
dalam pembelajaran menulis.
C. Batasan Masalah Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi permasalahan
ini hanya pada pembelajaran menulis cerita moral/fabel dengan menggunakan
teknik copy the master berorientasi silang watak di tingkat SMP.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Bagaimana kemampuan siswa menulis cerita moral/fabel sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan menggunakan teknik copy the master berorientasi silang
watak di kelas eksperimen?
2) Bagaimana kemampuan siswa menulis cerita moral/fabel sebelum dan sesudah
pembelajaran tanpa menggunakan teknik copy the master berorientasi silang
watak di kelas kontrol?
3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa menulis
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini antara lain
untuk mendeskripsikan:
1) kemampuan siswa menulis cerita moral/fabel sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan menggunakan teknik copy the master berorientasi silang
watak di kelas eksperimen;
2) kemampuan siswa menulis cerita moral/fabel sebelum dan sesudah
pembelajaran tanpa menggunakan teknik copy the master berorientasi silang
watak di kelas kontrol;
3) perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa menulis cerita
moral/fabel di kelas eksperimen dengan kelas kontrol.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat secara teoretis dan praktis yang diharapkan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1) Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan tentang teknik kreatif yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran menulis cerita moral/fabel.
2) Manfaat Praktis
a) Bagi Siswa
Dengan diterapkannya teknik copy the master berorientasi silang
watak dalam pembelajaran cerita moral/fabel, diharapkan siswa dapat
memperoleh manfaat sebagai berikut.
(1) Minat siswa dapat meningkat karena teknik ini berbeda dengan
teknik-teknik yang secara umum digunakan dalam pembelajaran menulis
sehingga dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam mengikuti pembelajaran
menulis cerita moral/fabel.
(2) Siswa dengan mudah dapat menentukan topik untuk memulai sebuah
cerita sehingga siswa dapat lebih memfokuskan diri dalam pengembangan
cerita.
(3) Kekreatifan siswa dapat terlatih pada saat siswa mengembangkan cerita
(4) Siswa dapat membuat cerita moral/fabel yang benar-benar hasil dari
pengimajinasian sendiri dan bukan hasil dari penjiplakan secara utuh dari
cerita moral/fabel yang telah ada.
b) Bagi Guru
Teknik copy the master berorientasi silang watak ini diharapkan
dapat bermanfaat untuk dijadikan sebagai suatu teknik alternatif dalam
pembelajaran menulis cerita moral/fabel ataupun dalam pembelajaran
menulis cerpen, naskah drama dan lain-lain.
c) Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu
sekolah dalam mengatasi kekurangterampilan siswa dalam menulis cerita
moral/fabel. Kemudian, dapat juga menumbuhkan motivasi guru dalam
mengembangkan teknik-teknik kreatif pada pembelajaran menulis.
G. Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Teknik copy the master berorientasi silang watak adalah suatu teknik
pembelajaran menulis dengan cara meniru model atau contoh teks yang telah
ada dan mengembangkannya menjadi teks baru dengan menyilangkan watak
tokoh pada model atau contoh yang telah ada.
2) Cerita moral/fabel adalah cerita rakyat yang mengangkat kehidupan binatang
dan di dalam cerita tersebut terdapat pesan moral.
3) Menulis cerita moral/fabel adalah kegiatan penuangan pikiran, gagasan atau
perasaan melalui sebuah tulisan dalam bentuk rangkaian peristiwa yang
memiliki pesan moral dengan tokoh cerita berupa binatang.
4) Kemampuan menulis cerita moral/fabel adalah kemampuan seserorang dalam
melakukan kegiatanpenuangan pikiran, gagasan atau perasaan melalui sebuah
tulisan dalam bentuk rangkaian peristiwa yang memiliki pesan moral dengan
H. Struktur Organisasi
Struktur organisasi dalam penelitian ini terdiri atas 5 bab. Bab I merupakan
pendahuluan yang berisi uraian tentang latar belakang suatu topik atau isu
diangkat menjadi sebuah penelitian, identifikasi terhadap permasalahan yang
tercantum dalam latar belakang penelitian, batasan permasalahan, rumusan
masalah, tujuan penelitian yang disusun berdasarkan rumusan masalah, dan
manfaat penelitian baik secara teoretis maupun secara praktis. Bab II merupakan
tinjauan pustaka, kerangka berpikir, dan hipotesis. Tinjauan pustaka berisi uraian
tentang teori, konsep, penelitian terdahulu sebagai acuan dalam melakukan
penelitian. Berdasarkan topik atau isu yang diangkat, teori dan konsep yang
diambil berkaitan dengan teknik copy the master berorientasi silang watak serta
menulis cerita moral/fabel. Kemudian, kerangka berpikir berisi kejelasan
hubungan antarvariabel-varibel dalam penenelitian. Berdasarkan kerangka
berpikir tersebut, diuraian hipotesis berupa dugaan sementara hasil penelitian. Bab
III merupakan metodologi penelitian yang berisi uraian tentang penggunaan
metode eksperimen semu dengan nonequivalent control group design, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik
pengolahan data. Bab IV merupakan temuan dan pembahasan yang berisi uraian
tentang temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan
berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan
penelitian, dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. Bab V merupakan simpulan,
implikasi dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti
terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen.
Menurut Sugiyono (2013, hlm. 107), metode penelitian eksperimen adalah metode
penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap
yang lain dalam kondisi yang terkendalikan. Dengan kata lain, metode eksperimen
dimaksudkan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan terhadap tingkah laku atau
menguji ada atau tidaknya pengaruh dari perlakuan tersebut. Perlakuan di dalam
penelitian eksperimen disebut treatment, yang artinya pemberian kondisi yang
akan dinilai pengaruhnya.
Bentuk desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasi experimental design atau eksperimen semu. Eksperimen semu yaitu eksperimen yang dengan sengaja mengusahakan timbulnya variabel-variabel yang
selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya terhadap prestasi belajar
(Arikunto, 2013, hlm. 123).
Desain ekperimen semu ini digunakan untuk melihat keefektifan dan
keberhasilan teknik copy the master berorientasi silang watak dalam pembelajaran
menulis cerita moral/fabel di tingkat SMP.
B. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
ialah nonequivalent control group design. Desain ini hampir sama dengan
pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2013, hlm.
118). Penggunaan desain ini sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu ingin
mengetahui perbedaan kemampuan siswa dalam menulis cerita moral/fabel
setelah diterapkan teknik copy the master berorientasi silang watak di kelas
eksperimen. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih sebagai sampel,
kemudian diberi tes awal atau pretest dengan soal yang sama (O1 dan O3).
penerapan teknik copy the master berorientasi silang watak (X1). Sementara itu,
kelompok K sebagai kelas kontrol tidak diberi perlakuan khusus tetapi
pembelajaran tetap dilakukan secara optimal seperti pembelajaran biasa dengan
menggunakan teknik parafrase dari puisi tentang binatang (X2). Setelah itu,
kedua kelompok diberi soal yang sama lagi sebagai tes akhir atau posttest (O2 dan
O4). Hasil dari kedua kelompok tersebut kemudian dibandingkan atau diuji
perbedaannya. Perbedaan yang signifikan antara kedua hasil posttest pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan pengaruh dari
perlakuan yang diberikan. Gambaran desain penelitian nonequivalent control
group design yakni sebagai berikut.
Q1 Q2
Q3 Q4
Keterangan:
Q1= pretest di kelas eksperimen
Q2= posttest di kelas eksperimen
Q3= pretest di kelas kontrol
Q4= posttest di kelas kontrol
X1= perlakuan di kelas eksperimen dengan menggunakan teknik copy the
master berorientasi silang watak.
X2= perlakuan di kelas kontrol tanpa menggunakan teknik copy the master
berorientasi silang watak.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester II
SMP Negeri 1 Kersamanah tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 9 kelas.
2. Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel pada penelitian ini harus berdasarkan
pertimbangan masalah, tujuan, hipotesis, metode dan instrumen penelitian selain
masalah waktu, tenaga dan dana. Oleh karena itu, penentuan sampel dalam X1
penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Teknik purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013, hlm. 126). Penentuan kelas yang akan dijadikan sampel dalam
penelitian ini dilihat berdasarkan tingkat kemampuan yang dimiliki oleh
masing-masing kelas sampel. Adapun yang dijadikan bahan pertimbangan dalam
pemilihan kelas sampel penelitian ini adalah nilai rata-rata kelas untuk kompetensi
dasar menulis cerita moral/fabel pada semester sebelumnya di tiap kelas yang
dijadikan populasi. Setelah diperoleh data nilai rata-rata kelas tersebut, terpilihlah
kelas VIII-F sebagai kelas eksperimen dengan nilai rata-rata kelas sekitar 77.7 dan
kelas VIII-I sebagai kelas kontrol dengan nilai rata-rata kelas sekitar 78.
Pengambilan kelas VIII-F dan VIII-I sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol
tersebut didasarkan pada nilai rata-rata kelas yang tidak terpaut jauh. Oleh karena
itu, kelas VIII-F dan VIII-I dianggap memiliki tingkat kemampuan yang hampir
sama. Selain itu, penganbilan sampel tersebut didasarkan pada kedua kelas yang
sama-sama memiliki keantusiasn, keaktifan dan partisipasi yang tinggi. Adapun
data jumlah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dijadikan sampel
penelitian adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Sampel Kelas Jumlah Jumlah
Laki-Laki Perempuan
Eksperimen VIII-F 10 19 29
Kontrol VIII-I 18 12 30
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara peneliti untuk
mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang
digunakan yakni sebagai berikut.
1. Tes
Pengertian tes di sini yakni mengacu pada tes hasil belajar atau achivement
Tes tertulis berbentuk uraian atau essai, siswa berkesempatan memberikan
jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka
memperoleh nilai yang sama (Hosnan, 2014, hlm. 412).
Dalam Penelitian ini, tes tertulis dalam bentuk uraian digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerita moral/fabel. Tes tertulis ini
digunakan pada saat pretest dan posttest. Pada pretest, tes digunakan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dalam menulis cerita moral/fabel. Sedangkan
pada posttest, tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis
cerita moral/fabel setelah diberi perlakuan atautreatment. 2. Observasi
Format observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru dan siswa.
Lembar pengamatan aktivitas guru digunakan untuk mengetahui penampilan guru
pada saat proses pembelajaran. Sedangkan lembar aktivitas siswa digunakan
untuk mengetahui reaksi siswa selama kegiatan belajar mengajar. Kedua lembar
aktivitas ini berfungsi sebagai data pendukung pada penelitian yang berkaitan
dengan penerapan teknik copy the master berorientasi silang watak dalam
pembelajaran menulis cerita moral/fabel.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan sebagai alat bantu untuk mengukur
kejadian yang sedang diamati. Dalam penelitian ini, terdapat dua jenis instrumen
yaitu instrumen pengumpulan data dan instrumen perlakuan. Penjelasan mengenai
kedua instrumen tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tes
tertulis. Tes tertulis dilaksanakan sebanyak 2 kali yaitu pada pretest dan posttest.
Tabel 3.2
Instrumen Pretest dan Posttest
Ayo Menulis Cerita Moral/Fabel
Petunjuk
1. Kerjakanlah soal di bawah ini dengan sebaik-baiknya! 2. Tulislah jawabanmu pada kertas yang telah disediakan! Soal
Buatlah sebuah cerita moral/fabel dengan ketentuan sebagai berikut.
1. Pilihlah dua atau lebih tokoh binatang yang kamu suka dari gambar yang telah disediakan!
2. Tentukan latar yang sesuai dengan tokoh binatang yang kamu pilih! 3. Tulislah judul dan nama pengarang (nama kamu)!
4. Sertakan narasi dan dialog!
5. Perhatikan cara pengutipan dialog dengan benar!
Gambar 3.1
Gambar Binatang dalam Instrumen Soal
a. Kriteria Penilaian Menulis Cerita Moral/Fabel
Kriteria penilaian menulis cerita moral/fabel yang digunakan merupakan
hasil modifikasi dari kriteria penilaian menulis cerpen yang disusun oleh
Sumiyadi. Adapun kriteria penilaian menulis cerpen tersebut adalah sebagai
berikut.
Tabel 3.3
Kriteria Penilaian Menulis Cerpen
Aspek Kriteria dan Skor
Bobot 1
Sumiyadi, 2010
Sedangkan, kriteria penilaian menulis cerita moral/fabel yang disusun
berdasarkan hasil modifikasi dari kriteria penilaian di atas adalah sebagai berikut.
Tabel 3.4
Kriteria Penilaian Menulis Cerita Moral/Fabel
No. Aspek dan Kriteria Penilaian Deskripsi Skor
1. Kelengkapan aspek formal
rang serta isi (narasi dan dialog).
Cerita tidak memuat 1 aspek formal
penulisan, misalnya tidak memuat
judul.
Cerita tidak memuat 2 aspek formal
penulisan, misalnya tidak memuat
judul dan nama pengarang.
Cerita tidak memuat 3 aspek formal
penulisan, misalnya tidak memuat
judul, nama pengarang, dan dialog.
10
8
6
4
2. Kelengkapan unsur intrinsik
yang membangun cerita moral/
fabel
misalnya tidak memuat sudut
pandang.
10
c. Cukup
d. Kurang
Cerita tidak memuat 2 unsur,
misalnya tidak memuat sudut
pandang dan latar.
Cerita tidak memuat 3 unsur,
misalnya tidak memuat sudut
pandang, latar dan amanat/pesan
moral.
6
4
3. Kepaduan antarunsur intrinsik
a. Sangat baik
tahapan alur yaitu orientasi,
komplikasi, resolusi, dan koda;
2) tokoh dan watak, tokoh dalam
cerita moral/fabel dapat
digambarkan melalui dimensi
seperti fisiologis, psikologis, atau
sosiologis;
3) latar, yang memuat dimensi
seperti tempat, waktu, atau sosial;
4) tema;
padu, misalnya unsur latar dan sudut
pandang tidak padu dengan
moral/amanat, latar dan sudut
pandang tidak padu dengan unsur
lainnya.
. 4. Ketepatan penggunaan EYD
1) Sangat baik
Jumlah Skor Maksimal = 50 Skor Ideal = 100
Skor Berdasarkan Aspek yang Dinilai Kelengkapan
Perhitungan skor akhir menggunakan rumus:
c. Kategori Pemerolehan Skor
Tabel 3.6
Kategori Pemerolehan Skor
Jumlah Skor Kriteria Penilaian
86 – 100 Sangat Baik
76 – 85 Baik
56 – 74 Cukup
10 – 55 Kurang
(Diadaptasi dari Nurgiyantoro, 2013, hlm. 253)
Selain tes tertulis, data juga dikumpulkan melalui observasi. Instrumen
pengumpulan data secara observasi yakni sebagai berikut.
a. Lembar Observasi Aktivitas Guru
Tabel 3.7
Lembar Observasi Aktivitas Guru
Indikator/Aspek yang Diamati Skor Catatan
I Prapembelajaran
Guru mempersiapkan siswa untuk belajar. 1 2 3 4
Guru melakukan kegiatan apersepsi. 1 2 3 4
II Kegiatan Inti Pembelajaran
A
Penguasaan Materi Pembelajaran
Guru menunjukkan penguasaan materi pembelajaran. 1 2 3 4 Guru menyampaikan materi dengan jelas, sesuai, dengan
hierarki belajar dan karakteristik siswa. 1 2 3 4
B
Pendekatan/ Strategi Pembelajaran
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Urutan pembelajaran tersebut adalah sebagai berikut.
1) Guru menyampaikan sebuah cerita moral/fabel. 2) Guru memerintahkan siswa untuk menemukan
amanat/pesan moral dalam cerita moral/fabel tersebut. 3) Guru memerintahkan siswa untuk menyilangkan watak
tokoh utama yang ada dalam cerita moral/fabel tersebut. 4) Guru menugaskan siswa untuk membuat sebuah
kerangka karangan berdasarkan elemen tahapan alur. 5) Guru menugaskan siswa untuk menegembangkan
kerangka tersebut menjadi sebuah cerita moral/fabel yang baru.
1 2 3 4
Guru menguasai kelas. 1 2 3 4
C
Pemanfaatan Sumber Belajar/ Media Pembelajaran
Guru menggunakan media secara efektif dan efisien. 1 2 3 4 Guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media. 1 2 3 4
D
Pembelajaran yang Memicu dan Memelihara Keterlibatan Siswa
Guru dapat menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran. 1 2 3 4
Guru menunjukkan sikap terbuka terhadap reason siswa. 1 2 3 4 Guru dapat menumbuhkan keceriaan antusiasme siswa
dalam belajar. 1 2 3 4
E
Penggunaan Bahasa
Guru menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik,
dan benar. 1 2 3 4
Guru menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai. 1 2 3 4
III Penutup
Guru melakukan refleksi dengan melibatkan siswa. 1 2 3 4 Guru melaksanakan tindak lanjut dengan memberi arahan,
atau kegiatan atau tugas sebagai pengayaan. 1 2 3 4
Skor Total
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 3.8
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Nama Observer :………
No. Indikator/ Aspek yang Diamati Skor Catatan
1. Siswa menunjukkan semangat belajar. 1 2 3 4
2. Siswa mengajukan pertanyaan. 1 2 3 4
3. Siswa merespon pertanyaan guru. 1 2 3 4
4. Siswa menyimak pembacaan cerita moral/fabel
melalui media wayang hewan dan media video. 1 2 3 4
5.
Siswa aktif berdiskusi dalam penentuan tokoh dan watak serta amanat/pesan moral dari cerita moral/fabel yang telah disimak oleh siswa.
6.
Siswa mengerjakan tugas individu yang diberikan dengan baik dan antusias melalui langkah-langkah sebagai berikut.
1) Siswa menyilangkan watak tokoh dari cerita moral/fabel yang telah disimak.
2) Siswa membuat kerangka karangan
berdasarkan elemen yang membangun alur. 3) Siswa mengembangkan kerangka karangan
menjadi cerita moral/fabel yang baru.
1 2 3 4
7. Siswa percaya diri dalam mengerjakan tugas. 1 2 3 4
8. Siswa tidak merasa kesulitan dalam
mengerjakan tugas. 1 2 3 4
9. Siswa menaati peraturan yang telah ditentukan. 1 2 3 4
10. Siswa mengungkapkan sesuatu sesuai dengan
apa yang dipikirkan atau dirasakannya. 1 2 3 4
11. Siswa tidak mengganggu teman pada saat
pembelajaran berlangsung. 1 2 3 4
12. Siswa berani mengomunikasikan hasil
kerjanya/tugasnya. 1 2 3 4
Instrumen perlakuan adalah alat yang digunakan untuk memberikan
perlakuan dalam penelitian. Instrumen perlakuan dalam penelitian ini terdapat
pada tahapan perencanaan dan tahapan pelaksanaan pembelajaran. Penjelasan
mengenai instrumen tersebut yakni sebagai berikut.
a. Tahapan Perencanaan
Instrumen dalam tahapan perencanaan ini adalah Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). RPP adalah suatu rencana pembelajaran yang dijadikan
sebagai acuan dalam pelaksanaan pembelajaran. Di dalam RPP terdapat beberapa
komponen yang menunjang siswa untuk menguasai Kompetensi Dasar (KD).
moral/fabel. RPP yang dijadikan sebagai instrumen perlakuan tersebut yakni
sebagai berikut.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Kelas Eksperimen Satuan Pendidikan : SMP
Kelas/Semester : VIII/1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Topik :
Pertemuan ke :
Alokasi Waktu : 3 Kali Pertemuan ( 6JP x 40 Menit )
A. Kompetensi Inti
K1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
K2 : Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
K3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
K4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar dalam pembelajaran ini adalah menyusun teks cerita
moral/fabel.
C. Indikator Pencapaian Kompetensi
Berdasarkan kompetensi dasar di atas, indikator pencapaian kompetensi
dalam pembelajaran ini adalah siswa dapat menyusun teks cerita moral/fabel
D. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran ini yakni setelah proses pembelajaran siswa dapat: 1) menemukan pesan moral, tokoh dan wataknya dari cerita moral/fabel yang
telah ada;
2) menyilangkan watak tokoh utama dalam cerita moral/fabel yang telah ada;
3) membuat kerangka berdasarkan elemen yang membangun alur;
4) menyusun teks cerita moral/fabel dengan kreatif berdasarkan cerita
moral/fabel yang telah ada.
E. Materi Pembelajaran
1. Unsur Intrinsik Cerita Moral/Fabel
a. Tema
Tema adalah ide atau pokok pembicaraan yang berperan sebagai
pangkal tolak pengarang dalam memaparkan cerita yang diciptakannya dan
dapat juga berarti pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang. Tema dalam
cerita moral/fabel biasanya mengungkapkan keuntungan dan kerugian yang
dialami tokoh akibat perbuatan dan sifat yang dimilikinya.
b. Latar/Setting
Latar atau setting adalah lingkungan peristiwa dalam sebuah cerita
yang melingkupi tempat, waktu dan suasana serta mempunyai fungsi fisikal
dan psikologis. Dalam cerita moral/fabel, latar yang sangat menonjol yaitu
lingkungan tempat hidupnya binatang.
c. Tokoh dan Watak
Pelaku cerita merupakan orang atau individu yang mengemban
peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu
cerita. Sedangkan watak adalah sifat dan sikap para tokoh tersebut. Salah satu
jenis tokoh dalam cerita prosa fisksi adalah tokoh protagonis dan tokoh
antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang wataknya disukai pembaca.
Sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh yang wataknya tidak disukai
pembaca. Tokoh dalam cerita moral/fabel biasanya terbatas pada
d. Alur
Alur adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan
peristiwa secara kausal sehingga menjalin sebuah cerita yang utuh. Dalam
cerita moral/fabel, lebih cenderung pada alur maju yang dimulai dari
pengenalan tokoh sampai tahapan alur penyelesaian. Berkaitan dengan itu,
alur pada cerita moral/fabel dibangun oleh beberapa elemen yaitu sebagai
berikut.
1) Orientasi
Paragraf 1 dan 2 berisi beberapa kalimat yang berfungsi memperkenalkan
para pelaku dan di mana terjadinya kejadian tersebut. Kalimat pada
paragraf 1 dan 2 tersebut dinamakan orientasi.
2) Komplikasi
Komplikasi merupakan pemunculan masalah, kemudian masalah
berkembang menjadi klimaks (puncak masalah).
3) Resolusi
Resolusi berfungsi untuk menggambarkan upaya tokoh dalam
memecahkan persoalan yang ada pada komplikasi.
4) Koda
Koda merupakan kondisi akhir tokoh cerita atau akhir dari suatu cerita.
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah pandangan yang digunakan pengarang untuk
menceritakan tindakan-tindakan dalam sebuah cerita. Pada umumnya, sudut
pandang yang digunakan dalam cerita moral/fabel adalah sudut pandang orang
ketiga serba tahu atau narrator the third person omniscient.
f. Pesan Moral/Amanat
Pesan moral atau amanat merupakan pesan tentang nilai baik dan
buruknya suatu perbuatan, sikap, kewajiban, dan sebagainya yang
disampaikan oleh pengarang untuk diambil dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari oleh pembaca. Pesan yang disampaikan tersebut bisa dituliskan
cerita moral/fabel, pesan moral atau amanat biasanya tersirat mutlak yakni
yang baik selalu beruntung dan yang jahat selalu merugi.
5. Langkah-Langkah Menyusun Cerita Moral/ Fabel dengan Teknik Copy The
Master Berorientasi Silang Watak
1) Siswa membaca atau menyimak cerita moral atau fabel yang telah ada.
2) Siswa menemukan pesan moral, tokoh dan wataknya dari cerita moral/fabel
yang telah dibaca atau disimak.
3) Siswa menyilangkan watak tokoh yang ada pada teks cerita moral/fabel yang
telah dibaca atau disimak.
4) Siswa membuat kerangka karangan dalam bentuk garis besar elemen yang
membangun alur dengan mengacu pada pesan moral dari cerita yang telah
dibaca atau disimak.
5) Siswa mengembangkan kerangka karangan sehingga menjadi cerita
moral/fabel yang baru.
F. Model/ Metode/ Pendekatan Pembelajaran
1. Teknik pembelajaran : copy the master berorientasi silang watak.
2. Metode pembelajaran : ceramah, tanya jawab dan diskusi.
3. Pendekatan pembelajaran : saintifik (pendekatan ilmiah).
G. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan Kegiatan Alokasi
Waktu
Strategi/Metode/ Teknik Ke-1 Pendahuluan
Kelas dikondisikan dalam persiapan kegiatan belajar
mengajar oleh guru (siswa diberi
salam, disapa, dipimpin berdoa
serta dicek kehadirannya).
Siswa dibimbing oleh guru melakukan kegiatan apersepsi
tentang pengertian, ciri-ciri, dan
unsur instrinsik cerita moral/fabel
serta elemen yang membangun
10 menit
Ceramah
alur dalam cerita moral/fabel.
Kepada siswa dibacakan cerita moral/fabel yang berjudul “Kancil Menari di Punggung Gajah” dengan media wayang kancil dan gajah.
Siswa mengamati cerita moral/fabel yang telah
diceritakan oleh guru. Menanya
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya berkaitan
dengan apa yang telah
diamati. Menalar
Siswa dibimbing oleh guru berdiskusi dan menyimpulkan
apa yang ditanyakan oleh
siswa.
Melalui kegiatan tanya jawab, siswa menemukan pesan
moral, tokoh dan watak dari
cerita moral/fabel yang telah
diamati. Mencoba
Siswa menyilangkan watak tokoh pada cerita moral/fabel
yang telah diamati.
Siswa membuat kerangka karangan dalam bentuk garis
besar elemen yang
membangun alur dengan
mengacu pada pesan moral
dari cerita yang telah diamati.
Siswa mengembangkan
kerangka karangan sehingga
menjadi cerita moral/fabel
yang baru. bertanya atau mengemukakan
pengalamannya ketika mengikuti
proses belajar mengajar.
Siswa dan guru memberikan refleksi tentang topik pembelajaran
atau merangkum hasil
pembelajaran.
Siswa diberi pekerjaan rumah atau tugas ko-kulikuler.
Kegiatan belajar mengajar ditutup dan siswa diberi informasi tentang
materi yang akan disampaikan pada
persiapan kegiatan belajar
mengajar oleh guru (siswa diberi
salam, disapa, dipimpin berdoa
serta dicek kehadirannya).
Siswa dibimbing oleh guru melakukan kegiatan apersepsi
tentang unsur instrinsik cerita
moral/fabel dan elemen yang
membangun alur dalam cerita
moral/fabel serta langkah-langkah
untuk menyusun cerita
moral/fabel dengan teknik copy
the master berorientasi silang watak.
Siswa mengamati video cerita
moral/fabel yang
menceritakan kehidupan
semut, belalang, dan lalat. Menanya
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya berkaitan
dengan apa yang telah
diamati. Menalar
Siswa dibimbing oleh guru berdiskusi dan menyimpulkan
siswa.
Melalui kegiatan tanya jawab, siswa menemukan pesan
moral, tokoh dan watak dari
cerita moral/fabel yang telah
diamati. Mencoba
Siswa menyilangkan watak tokoh pada cerita moral/fabel
yang telah diamati”.
Siswa membuat kerangka karangan dalam bentuk garis
besar elemen yang
membangun alur dengan
mengacu pada pesan moral
dari cerita moral/fabel yang
telah diamati.
Siswa mengembangkan
kerangka karangan sehingga
menjadi cerita moral/fabel
yang baru. Mengomunikasikan
Siswa membacakan hasil cerita moral/fabel yang
dibuatnya di hadapan
teman-teman sekelas.
Penutup
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan
pengalamannya ketika mengikuti
proses belajar mengajar.
Siswa dan guru memberikan
10 menit
Ceramah
refleksi tentang topik pembelajaran
atau merangkum hasil
pembelajaran.
Siswa diberi pekerjaan rumah atau tugas ko-kulikuler.
Kegiatan belajar mengajar ditutup dan siswa diberi informasi tentang
materi yang akan disampaikan pada
pertemuan selanjutnya.
Ke-3 Pendahuluan
Kelas dikondisikan dalam persiapan kegiatan belajar
mengajar oleh guru (siswa diberi
salam, disapa, dipimpin berdoa
serta dicek kehadirannya).
Siswa dibimbing oleh guru melakukan kegiatan apersepsi
tentang unsur instrinsik cerita
moral/fabel dan elemen yang
membangun alur dalam cerita
moral/fabel serta langkah-langkah
untuk menyusun cerita
moral/fabel dengan teknik copy
the master berorientasi silang watak.
Siswa membacakan teks cerita moral/fabel yang berjudul
60 menit
Ceramah
Diskusi
“Kancil yang Cerdik” secara
bergantian dengan
menggunakan media wayang
kancil dan monyet.
Siswa mengamati cerita moral/fabel yang dibacakan
oleh beberapa temannya
tersebut. Menanya
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya berkaitan
dengan apa yang telah
diamati. Menalar
Siswa dibimbing oleh guru berdiskusi dan menyimpulkan
apa yang ditanyakan oleh
siswa.
Melalui kegiatan tanya jawab, siswa menemukan pesan
moral, tokoh dan watak dari
cerita moral/fabel yang telah
diamati. Mencoba
Siswa menyilangkan watak tokoh pada cerita moral/fabel
yang telah diamati”.
Siswa membuat kerangka karangan dalam bentuk garis
besar elemen yang
membangun alur dengan
mengacu pada pesan moral
master berorientasi
dari cerita moral/fabel yang
telah diamati.
Siswa mengembangkan
kerangka karangan sehingga
menjadi cerita moral/fabel
yang baru. Mengomunikasikan
Siswa diberi informasi tentang beberapa cerita
moral/fabel terbaik.
Dengan bekerja sama, siswa membuat satu buku kelas
yang berisi beberapa cerita
moral/fabel terbaik.
Penutup
Siswa diberi kesempatan untuk bertanya atau mengemukakan
pengalamannya ketika mengikuti
proses belajar mengajar.
Siswa dan guru memberikan refleksi tentang topik pembelajaran
atau merangkum hasil
pembelajaran.
Siswa diberi pekerjaan rumah atau tugas ko-kulikuler.
Kegiatan belajar mengajar ditutup dan siswa diberi informasi tentang
materi yang akan disampaikan pada
pertemuan selanjutnya.
10 menit
Ceramah
Tanya jawab
Sumber pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut.
1) Buku teks bahasa Indonesia
2) Buku-buku pendukung lainnya
3) Internet
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut.
1) Laptop
2) Infokus
3) Wayang kancil, gajah, dan monyet
4) Video yang menceritakan kehidupan semut, belalang, dan lalat
I. Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi Teknik
Penilaian Bentuk Instrumen Menyusun teks cerita moral/fabel dengan
kreatif berdasarkan cerita yang telah ada. Tes tertulis Instrumen penilaian keterampilan menulis
Lampiran Penilaian Keterampilan Menulis
Penilaian keterampilan ini menggunakan jenis tes tertulis. Tes tertulis
dilakukan dengan cara menyilangkan watak tokoh utama dari teks cerita
moral/fabel yang telah ada. Cerita moral/fabel yang telah ada ini disampaikan
melalui media video dan wayang kancil, gajah serta monyet. Adapun cerita yang
disampaikan melalui media video tersebut terlampir. Sedangkan cerita yang
disampaikan melalui media wayang kancil dan gajah adalah sebagai berikut.
Kancil Menari di Punggung Gajah
Hari sudah pagi. Gajah, jerapah, rusa, kancil, dan binatang siang lainnya
sudah mulai mencari makan. Sementara itu, singa, macan tutul, burung hantu, dan
beberapa binatang malam lainnya tiba gilirannya untuk tidur. Mereka kelelahan
dan kekenyangan setelah semalaman sibuk berburu.
Namun, tidak seperti biasanya, pagi itu matahari seolah bersembunyi.
Alasatwa. Yang tampak hanyalah deretan awan yang menggantung di angkasa.
Akibatnya, suasana di hutan Alasatwa menjadi redup, bahkan gelap.Kegelapan ini
ternyata membawa sial bagi kancil. Sewaktu berjalan menyusuri hutan, kancil
terperosok ke dalam sebuah lubang. Bluk! Kancil sangat kaget. Terlebih setelah ia
tahu lubang itu cukup dalam dan lebar. Tidak mungkin baginya untuk keluar
begitu saja dari lubang itu. Berkali-kali kancil mencoba untuk melompat ke
permukaan tetapi sia-sia. Permukaan tanah itu terlalu tinggi bagi kancil.
Kancil mencari cara agar bisa keluar dari lubang itu. Namun, sampai
beberapa lama ia belum juga menemukan. Ketika hampir putus asa, tiba-tiba kancil mendengar suara yang semakin dekat. Brug…brug…brug…. Kancil berharap suara itu adalah derap kaki gajah. Kancil memasang telinganya baik-baik
untuk memastikan bahwa itu adalah langkah gajah. Ternyata kancil benar.
Binatang yang sedang melangkah di dekatnya adalah gajah. Cepat-cepat kancil memanggilnya dengan suara lantang. “Hei…! Kalau kamu kawanku, si gajah, melongoklah ke dalam lubang ini!” teriaknya. Mendengar suara itu, gajah
menghentikan langkahnya, lalu melongok ke dalam lubang. Ia tampak heran melihat kancil berada di sana. “Mengapa kamu berada di dalam lubang, cil?” tanya gajah dengan heran. “Dunia mau kiamat dan langit akan runtuh. Makanya aku bersembunyi di sini,” jawab kancil bersungguh-sungguh. Mendengar jawaban kancil, seketika gajah langsung panik. “Sebaiknya aku ikut sembunyi di lubang bersamamu, cil,” kata gajah seraya bersiap-siap untuk melompat ke dalam lubang. “Ya, tapi hati-hati, jangan sampai kamu menginjakku.”. “Tentu. Minggirlah dulu sebentar, aku akan masuk ke dalam lubang.’. “Baik!” sahut kancil sambil menepi. “Melompatlah sekarang”.
Gajah yang panik itu segera melompat ke dalam lubang. Gedebug! Kancil menarik napas lega setelah gajah berada di dalam lubang bersamanya. “Nah, kurasa kita akan aman di sini,” kata gajah setelah berada di dalam lubang. “Tentu,
tapi dari mana kamu tahu kalau dunia ini mau kiamat, cil?” tanya gajah. “Dari
begitu, naiklah ke punggungku dan menarilah agar dunia tidak jadi kiamat,” sahut gajah. “Baiklah,” jawab kancil dengan wajah berseri-seri. “Sekarang rebahkan badanmu agar aku bisa naik ke punggungmu. Setelah itu berdirilah lagi agar aku bisa menari di atas punggungmu.’.
Tanpa rasa curiga gajah segera merobohkan badannya membiarkan kancil naik ke atas punggungnya. Sesaat kemudian, hup…! Kancil sudah berada di atas punggung gajah. Sekarang posisi kancil justru lebih tinggi dari permukaan tanah.
Hanya dengan lompatan kecil, kancil pasti sudah bisa keluar dari lubang itu.
Namun, ketika kancil ingin melompat ke permukaan tanah, tiba-tiba dari lubang gajah berteriak, “Apakah kamu sudah siap untuk menari, cil?”. “Oh, ya, tentu,” sahut kancil. Karena merasa telah diselamatkan, dengan senang hati ia menari di punggung gajah. “Tra…la…la. Tri…li…li. Tra…la…la. Tri…li…li.”. Demikian kancil bernyanyi seenaknya sambil berjalan modar mandir di punggung gajah.
Kadang-kadang kancil mengangkat kedua kaki depannya dan berjalan
hanya dengan kaki belakangnya. Lucu sekali gerakan kancil saat menari di atas
punggung gajah, Setelah dirasa cukup, kancil menghentikan tariannya. Ia segera melompat ke permukaan tanah. Hup! “Kamu sudah selesai menari, cil?” tanya gajah dari dalam lubang. “Sudah, gajah.”.”apakah dunia tidak jadi kiamat?”. “Tentu saja tidak. Bukankah aku sudah menari di punggungmu?’. “Baguslah kalau begitu,” jawab gajah dengan gembira. “Sekarang keluarlah kamu dari dalam lubang,” kata kancil kepada gajah. “Apakah keadaan benar-benar sudah aman?” tanya gajah. Kancil pura-pura menandang sekeliling untuk mengamati keadaan. “Aman! Langit memang masih mendung, tetapi tidakjadi kiamat.”. “Kalau begitu aku segera keluar dari lubang ini.”.
Sesaat kemudian gajah keluar dari dalam lubang. Karena badannya tinggi,