• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian mengenai Anti Dumping juga mengandung Pasal yang mengatur mengenai S&D, dalam Pasal 15 dikatakan:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Perjanjian mengenai Anti Dumping juga mengandung Pasal yang mengatur mengenai S&D, dalam Pasal 15 dikatakan:"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Perjanjian Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO) memuat kurang lebih 145 ketentuan khusus, dikenal dengan istilah Special and Differential Treatment (S&D), bagi anggota-anggota WTO yang berasal dari negara-negara sedang berkembang (NSB). Meskipun telah menjadi bagian integral dari Perjanjian WTO, secara teoretis eksistensi S&D tersebut masih mengundang kontroversi. Sekilas, eksistensi S&D tampak inkonsisten dengan filosofi dasar Perjanjian WTO sendiri, yakni liberalisme.

Sebagaimana yang terlihat dari istilah yang digunakan dan definisinya, S&D menghendaki adanya suatu perbedaan perlakuan di WTO yang menguntungkan anggota-anggota yang berasal dari NSB. Filosofi liberal WTO, terutama yang tercermin dari prinsip-prinsip Most- Favoured Nation Treatment (MFN) dan National Treatment (NT), menghendaki perlakuan yang sama terhadap semua anggota.

S&D merupakan instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan (a means of development) yang artinya bahwa S&D akan dapat menolong NSB dalam rangka mencapai tujuan-tujuan pembangunan ekonominya, dalam konteks perdagangan internasional, serta sebagai instrumen untuk menggapai keadilan (a means of justice) bagi NSB dalam perdagangan internasional di bawah payung WTO dengan maksud bahwa S&D merupakan instrumen untuk tercapainya keadilan dalam perdagangan internasional. Ide dasar konsep keadilan sebagai fairness bahwa seluruh barang-barang sosial primer – seperti kebebasan dan kesempatan, pendapatan dan kesejahteraan, dan dasar-dasar bagi kehormatan diri – didistribusikan secara merata kecuali ketidakmerataan distribusi barang-barang tersebut digunakan untuk keuntungan mereka yang paling tidak beruntung. Keduanya sejalan dengan tujuan utama, bahkan merupakan elemen-elemen utama dari liberalisme.

WTO memberikan beberapa ketentuan mengenai S&D diantaranya:

1. Longer time periods for implementing agreements and commitments 2. Measures to increase trading opportunities for these countries

3. Provisions requiring all WTO members to safeguard the trade interests of developing countries

4. Support to help developing countries build the infrastructure to undertake WTO work, handle disputes, and implement technical standards

5. Provisions related to least-developed country (LDC) members.

(2)

S&D sebagai suatu istilah eksplisit merupakan istilah yang relatif baru. Istilah ini baru dikenal secara luas setelah berdirinya WTO pada tahun 1994. Istilah S&D dapat ditemukan di dalam berbagai perjanjian WTO, seperti the Agreement on Agriculture (AA), the Agreement on the Application of Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS), dan the Agreement on Subsidies and Countervailing Measures (SCM). Di dalam AA, istilah tersebut dapat dilihat dalam Mukadimahnya yang berbunyi:

…having regard to the agreement that special and differential treatment for developing countries is an integral element of the negotiations, and taking into account the possible negative effects of the implementation of the reform programme on least-developed and net food-importing developing countries.[1]

Sementara istilah S&D dalam AA, sebagaiman tersebut di atas, digunakan sebagai suatu frase dalam Mukadimah, di dalam SPS dan SCM istilah S&D tercantum dalam judul dari beberapa pasal perjanjiannya itu sendiri. Pasal 10 SPS berjudul Special and Differential Treatment, dan Pasal 27 SCM berjudul Special and Differential Treatment of Developing Country Members.

Perjanjian mengenai Anti Dumping juga mengandung Pasal yang mengatur mengenai S&D, dalam Pasal 15 dikatakan:

It is recognized that special regard must be given by developed country Members to the special situation of developing country Members when considering the application of anti-dumping measures under this Agreement. Possibilities of constructive remedies provided for by this Agreement shall be explored before applying anti-dumping duties where they would affect the essential interests of developing country Members.

Sebagai suatu istilah yang implisit, S&D dapat ditemukan baik dalam beberapa ketentuan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) maupun WTO. Di dalam GATT, S&D termanifestasi dalam berbagai istilah, baik yang digunakan sebagai judul beberapa pasal tertentu maupun sebagai frase di dalam perjanjiannya itu sendiri. Pasal XVIII GATT, sebagai contoh, menggunakan istilah Governmental Assistance to Economic Development’sebagai judul, dan Bagian IV diberi judul Trade and Development. Beberapa istilah, yang secara implicit merujuk kepada S&D digunakan dalam beberapa pasal GATT, seperti istilah special measures dan more favourable and acceptable conditions. Dalam ketentuan-ketentuan WTO yang lain, istilah-istilah special treatment, special regard, dan special attention digunakan.

Di dalam ketentuan-ketentuan GATT dan WTO yang lainnya lagi, istilah S&D tidak dapat ditemukan baik sebagai judul maupun frase, tetapi terindikasi dalam makna

(3)

keseluruhan ketentuan-ketentuan tersebut. Sebagai contoh, Pasal 65.2 Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs) memberikan tambahan masa transisi selama 4 tahun bagi NSB untuk menerapkan secara penuh perjanjian TRIPs, lebih lama dibandingkan dengan masa transisi yang diberikan secara umum kepada semua negara. Meskipun tidak mempergunakan istilah S&D, tetapi jelas bahwa ketentuan Pasal 65.2 tersebut merupakan S&D.

Saat ini, S&D telah dikenal secara luas, mencakup baik istilah yang eksplisit maupun implisit, baik dalam GATT maupun WTO. Hal ini karena GATT merupakan bagian integral WTO dan, oleh karena itu, ketentuan-ketentuan GATT tidak dapat dipisahkan dari ketentuan- ketentuan WTO. Namun, meskipun ketentuan-ketentuan S&D tersebut besar jumlahnya, tidak satupun definisi yang eksplisit dapat ditemukan baik dalam GATT maupun dalam WTO. Oleh karena itu, para pengamat mendefinisikan S&D menurut perspektif masing- masing. John Whalley, misalnya, secara sederhana mendefinisikan S&D sebagai hak-hak dan keistimewaan-keistimewaan yang diberikan kepada NSB, tetapi tidak diberikan kepada negara-negara maju.

Sedikit berbeda dengan definisi tersebut, definisi S&D menurut Kiichiro Fukasaku merujuk kepada hak-hak khusus dan keistimewaan-keistimewaan yang diberikan kepada NSB, yang mempengaruhi cara-cara mereka berpartisipasi di dalam sistem perdagangan internasional. Lebih jauh, Murray Gibbs menyatakan bahwa S&D merupakan produk dari harmonisasi perjuangan politik NSB dalam mengatasi ketimpangan yang nyata dari sistem perdagangan internasional pasca perang, dengan cara membentuk preferensi perdagangan kepada NSB dalam berbagai relasi ekonomi internasional.

Akhirnya, dengan formulasi yang lebih kompleks, Ricardo Melendez-Otiz dan Ali Dehlavi mendefinisikan S&D sebagai berikut:

… the term special and differential treatment (SDT) refers to the set of provisions in trade accords which have bee negotiated to grant developing country exports preferential access to markets of developed countries, and operationalise the notion that developing countries taking part in trade negotiations have no obligation to reciprocate fully the concessions they receive. SDT also implies longer timeframes and lower levels of obligations for developing countries for adherence to the rules. It is a fundamental cross cutting issue for developing countries in the Multilateral Trading System (MTS) and is an integral part of the balance of rights and obligations in the Uruguay Round Agreements (URAs).

(4)

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik beberapa komponen pokok dari S&D: hak- hak khusus dan keistimewaan-keistimewaan; ketentuan-ketentuan (hukum) WTO; NSB;

bertujuan memperbaiki ketimpangan; dan menggunakan beberapa cara. S&D merupakan hak- hak khusus dan keistimewaan-keistimewaan artinya bahwa S&D merupakan klaim-klaim atau hak-hak dan keuntungan-keuntungan, atau perlakuan-perlakuan khusus yang tidak dinikmati oleh pihak lain. Hak-hak khusus dan keistimewaan-keistimewaan tersebut diberikan secara hukum oleh WTO, dan oleh karena itu merupakan instrumen hukum.

Selanjutnya, S&D hanya diberikan kepada NSB, dan tidak kepada negara-negara maju. Lebih jauh, S&D tersebut dimaksudkan untuk mengatasi ketimpangan, khususnya yang disebabkan oleh perbedaan tingkat pembangunan antara negara-negara maju dan NSB. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut, beberapa cara dipergunakan seperti pemberian preferensi perdagangan; diterapkannya prinsip non-resiprositas; pemberian masa transisi yang lebih panjang; dan dikenakannya kewajiban-kewajiban yang lebih longgar. Secara ringkas, S&D dapat didefinisikan sebagai hak-hak khusus dan keistimewaan-keistimewaan yang diberikan kepada NSB oleh Perjanjian WTO, bertujuan untuk mengatasi ketimpangan pembangunan ekonomi, melalui berbagai cara yang sah.

Sekretariat WTO mengklasifikasikan S&D ke dalam 6 (enam) kelompok.

1. Kelompok pertama adalah S&D yang ditujukan untuk meningkatkan peluang perdagangan bagi NSB. The Enabling Clause, misalnya, menyatakan bahwa Negara maju dapat memberikan preferensi tariff terhadap produk-produk yang berasal dari NSB, menurut the Generalised System of Preferences(GSP).

2. Kelompok kedua adalah S&D yang dimaksudkan untuk melindungi kepentingan- kepentingan NSB. Sebagai contoh, perjanjian tentang SPS mewajibkan negara-negara anggota WTO untuk mempertimbangkan kepentingan-kepentingan khusus NSB, terutama dalam mempersiapkan dan menerapkan SPS.

3. Kelompok ketiga, S&D yang memberikan fleksibilitas kepada NSB. Misalnya, Perjanjian Pertanian atau AA memberikan persentase de minimis untuk memperhitungkan jumlah keseluruhan subsidi domestik yang berjalan sebesar 10 persen, lebih tinggi daripada yang diberikan kepada negara-negara maju, yaitu 5 persen.

4. Keempat, S&D dalam bentuk pemberian masa transisi yang lebih panjang kepada NSB.

Perjanjian tentang Trade-Related Investment Measures (TRIMs) memberikan masa transisi kepada NSB pada umumnya selama 5 tahun dan kepada negara-negara terbelakang atau least-developed countries (LDCs), selama 7 tahun.

(5)

5. Kelima, S&D yang berupa bantuan teknis kepada NSB untuk mengatasi kesulitan- kesulitan teknis, financial dan sumber daya dalam melaksanakan perjanjian-perjanjian WTO. Perjanjian tentang Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs), misalnya, mewajibkan negara-negara maju untuk memberikan bantuan teknis dan financial kepada NSB dan negara-negara terbelakang dalam rangka membantu memfasilitasi negara-negara tersebut dalam mengimplementasikan perjanjian TRIPs secara penuh.

6. Kelompok keenam, S&D yang khusus diperuntukkan bagi negara-negara terbelakang.

Salah satu contoh dari S&D kelompok ini adalah yang termuat dalam Perjanjian Prosedur Lisensi Impor atau Import Licensing Procedures(ILP), menyatakan bahwa dalam mengalokasikan lisensi, pertimbangan khusus harus diberikan kepada importir- importir yang mengimpor produk-produk yang berasal dari NSB, khususnya dari negara- negara terbelakang.

Referensi

Dokumen terkait

Dari surat dakwaan yang disusun oleh jaksa penuntut umum menunjukkan bahwa pasal 64 KUHP ini relevansinya adalah melihat keterkaitan antara peristiwa tanggal 12 September 1984

Museum dalam rangka menyebarluaskan informasi tersebut senantiasa dilaksanakan secara berkesinambungan seperti yang telah dilaksanakan. Museum Benteng Vredeburg

9 Helius Sjamsuddin dan Ismaun, Pengantar Ilmu Sejarah.. Tesis ini berbeda dengan skripsi penulis. Tesis ini lebih menonjolkan ke pemanfaatan bangunan indis di

Dengan berlakurrya Peraturan Blwati ini" rnaka Peraturan tsupati Kepulauan Sangihe Nomor 8 Tahun 2OL6 tenta:ag Pernbagian dan Penetapan Besaran Alokasi Dana bagi

Jack pemantauan headphone memberikan opsi untuk mendengarkan saluran penerima yang dipilih atau untuk mengakses dan memonitor audio dari perangkat Dante aktif di jaringan Anda.

Bahkan generasi milineal sekarang pola berpikirnya sudah menggunakan IoT (Internet of Things). Sebetulnya disadari atau tidak, bagi siapapun yang dapat mengikuti perubahan besar ini

Besarnya biaya penerapam manajemen lingkungan dinilai tidak mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, sehingga semakin jelas bahwa keuntungan yang

Pada penelitian Ramadani (2005) menunjukkan bahwa 63.8% remaja yang mengonsumsi suplemen makanan mempunyai kebiasaan makan menu seimbang yang kurang baik, sedangkan menurut