• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ) PADA MASA PANDEMI VIRUS CORONA DISEASE (COVID-19) DI KOTA TASIKMALAYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH (PJJ) PADA MASA PANDEMI VIRUS CORONA DISEASE (COVID-19) DI KOTA TASIKMALAYA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 1, No. 3Bulan November 2020, ISSN: 2722-2438

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN

JARAK JAUH (PJJ) PADA MASA PANDEMI VIRUS CORONA

DISEASE (COVID-19) DI KOTA TASIKMALAYA

Astri Siti Fatimah 1 STIA YPPT Priatim Tasikmalaya Email: astrisitifatimah36@gmail.com

ABSTRAK

Keberlangsungan dunia pendidikan saat pandemi Covid 19 ini, membawa perubahan yang begitu besar bagi guru, tenaga kependidikan, siswa dan orang tua. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi suatu kebutuhan yang tidak ada nilai tawar lagi. Perubahan yang sangat besar ini bagaikan pisau bermata dua, disadari atau tidak, ini akan membawa dampak baik positif maupun negatif bagi dunia pendidikan. Disinilah peran guru dan orang tua yang harus menjadi garda terdepan bukan hanya dapat memberikan pemahaman, pendampingan, pengawasan dan pengendalian kepada para siswa untuk melek teknologi sehingga memiliki kemampuan yang kompeten, dapat mengembangkan kreativitas serta memiliki keterampilan abad 21 yaitu self directed learning (pembelajaran mandiri) sebagai salah satu outcome saja, tapi dengan menanamkan nilai-nilai moral dan etika serta keagamaan yang mengakar dalam dirinya. Sehingga para siswa dapat menghindari dampak negatif dari penggunaan teknologi tersebut. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan melalui tiga cara yaitu : observasi, depth interview, dan dokumentasi. Berdasarkan sejumlah data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada masa Pandemi Virus Corona Disease (Covid-19) di Kota Tasikmalaya sudah dilakukan dengan cukup baik, namun dimensi komunikasi dan sumber daya harus lebih ditingkatkan kembali. Sedangkan dimensi struktur birokrasi dan disposisi tetap dipertahankan

Kata kunci:

Implementasi Kebijakan, Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

ABSTRACT Key word:

Policy Implementation, Distance Learning (PJJ)

The continuity of the world of education during the Covid 19 pandemic has brought enormous changes for teachers, education staff, students and parents. Mastery of science and technology is a necessity that has no bargaining value anymore. This enormous change is like a double-edged knife, whether we realize it or not, it will have both positive and negative impacts on the world of education. This is where the role of teachers and parents who must be at the forefront not only to provide understanding, assistance, supervision and control to students to be technology literate so that they have competent abilities, can develop creativity and have 21st

(2)

century skills, namely self-directed learning. as one outcome only, but by instilling moral and ethical and religious values that are rooted in him. So that students can avoid the negative impact of using this technology. The research method used in this research is a qualitative method. Data collection techniques used in three ways, namely: observation, depth interviews, and documentation. Based on a number of research data it can be concluded that the implementation of the Distance Learning Policy (PJJ) during the Pandemic Corona Disease Virus (Covid-19) in Tasikmalaya City has been carried out quite well, but the dimensions of communication and resources must be further improved. Meanwhile, the dimensions of the bureaucratic structure and disposition were maintained.

PENDAHULUAN

Saat ini pandemi virus corona disease atau dikenal dengan istilah Covid 19 tengah melanda berbagai negara di belahan dunia, termasuk Indonesia. Bahkan samapai saat ini peringkat Negara Indonesia termasuk ke dalam 20 negara terbesar terpapar Covid 19. Tntu saja berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, mulai dengan mengeluarkan regulasi dan pengaturan secara teknis berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat. Bahkan beberapa slogan kini sudah membudaya dalam kehidupan masyarakat selama masa pandemi ini yaitu dikenal dengan istilah sosial distancing, prokes, ODP (oorang dalam pemantauan), PDP (pasien dalam pengawasan), OTG (orang tanpa gejala), WFH (kerja dari rumah, Lockdown, dan sebagainya.

Regulasi yang dikeluarkan pemerintah sebagai payung hukum yang harus dipatuhi oleh semua lapisan masyarakat. Regulasi dimaksud terdiri dari berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat untuk mengatur masyarakat dalam masa pandemi ini. Salah satu kebijakan tersebut adalah pengaturan dalam bidang pendidikan. Lahirnya istilah pembelajaran jarak jauh atau penyelenggaraan belajar dari rumah selama masa darurat pandemi ini tentu saja membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan, karena pembelajaran yang dimaksud tidak lagi dilakukan secara manual tatap muka di kelas tetapi dengan menggunakan media daring (dalam jaringan) atau online yaitu melalui internet, bisa dengan menggunakan youtube, whatssapp, classroom, zoom meetings, google meetings, dan sebagainya.

Sebenarnya banyak cara yang dapat dilakukan dengan menggunakan pembelajaran melalui media daring ini. Pemerintah pusat berupaya membuat pedoman penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh ini agar dapat dijalankan oleh semua daerah. Terlebih Kota Tasikmalaya sampai Bulan Pebruari ini masih menunjukkan masih banyak warganya yang terpapar virus Covid 19 ini sehingga masih berada dalam zona merah. Pedoman penyelenggaran pembelajaran dari rumah ini adalah sebagai salah satu solusi agar pendidikan untuk mencerdaskan anak bangsa ini dapat terus berjalan. Pemerintah telah berupaya melakukan sosialisasi kebijakan pembelajaran tersebut. Disadari atau tidak ternyata banyak sekali yang yang harus dipelajari baik oleh guru, siswa maupun

(3)

206

orang tua. Setiap saat ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sangat cepat. Untuk itu sejatinya seluruh stakeholders harus memahami tentang pedoman pembelajaran jarak jauh dan dapat menerapkannya dengan sebaik-baiknya.

Guru dan siswa bahkan orang tua juga harus dapat mengikuti setiap perubahan itu, karena manusia abad 21 ini lebih banyak menggunakan teknologi dengan high tecnologi. Bahkan generasi milineal sekarang pola berpikirnya sudah menggunakan IoT (Internet of Things). Sebetulnya disadari atau tidak, bagi siapapun yang dapat mengikuti perubahan besar ini maka mereka akan lahir menjadi generasi-generasi emas yag memiliki kompetensi, profesionalisme, handal dan memiliki pemikiran yang matang terhadap suatu fenomena. Tapi sebaliknya, jika sebagian besar tenaga pendidik maupun siswa tidak mau tahu dan bersikap acuh tak acuh terhadap perubahan besar tersebut, maka tunggulah lambat laun akan akan tertinggal oleh jaman.

Pemerintah juga telah berusaha menyiapkan sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran tersebut. Namun, perlu diakui bahwa semua ini tidak mungkin didapatkan dengan instan tetapi perlu ada kesepahaman dan duduk bersama antara guru, siswa dan orang tua. Perubahan besar yang begitu cepat ini harus dapat ditangkap oleh seorang guru untuk dapat mengembangkan metode pembelajarannya tersebut menjadi konten yang lebih menarik, kreatif, inovatif dan dapat menstimulus siswa didiknya untuk lebih kritis, mampu berdiskusi interaktif dengan mengacu kepada konten materi sesuai dengan rencana awal pembelajaran. Demikian halnya siswa yang baik tentu banyak mengadopsi perubahan besar yang terjadi selama ini. Berdasarkan data pendidikan di lapangan diperoleh bahwa jumlah jenjang pendidikan, jumlah sekolah, jumlah siswa dan jumlah guru yang berada di Kota Tasikmalaya, terdiri dari :

No Jenjang Jumlah

Sekolah

Jumlah Siswa Jumlah Guru 1 PAUD 381 14.113 2.116 2 SD 229 63.827 3.283 3 SMP 75 28.155 1.844 4 Paket (A,B,C) 20 2.457 245 705 108.552 7.488

Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, 2021

Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya beserta perangkatnya telah berupaya untuk melaksanakan pendidikan di semua jenjang sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat melalui Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sesuai dengan situasi pandemi Covid-19 yang saat ini terjadi. Jika melihat tabel di atas, tentu saja perbandingan jumlah sekolah dengan jumlah siswa itu sudah cukup baik.

Namun sebaik apapun pedoman penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh tersebut disusun oleh Pemerintah Pusat, kenyataan di lapangan banyak ditemui fenomena masalah sebagai berikut :

(4)

1) Implementor belum sepenuhnya memahami hambatan dan kesulitan para pendidik, tenaga kependidikan dan siswa terutama penyediaan sarana dan prasarana bagi sekolah yang infrastrukturnya belum memadai.

2) Belum meratanya akses jaringan internet walaupun ada kuota gratis dari pemerintah, namun di lapangan kerap kali ditemui banyak siswa yang tidak dapat mengakses materi atau tugas dari gurunya karena jaringan dan sinyalnya terkadang lemah. 3) Implementor belum sepenuhnya mengevaluasi output penggunaan media

pembelajaran online dengan metode yang tepat sesuai dengan situasi dan kondisi dari peserta didiknya.

TINJAUAN PUSTAKA

Kebijakan timbul umumnya di saat adanya persoalan-persoalan atau masalah-masalah yang dihadapi untuk dicarikan jalan keluarnya. Kebijakan dapat dilakukan oleh organisasi private maupun organisasi publik, (Budiarjo, 2000, hal. 56) memberikan pengertian kebijakan dengan menyatakan: “Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau oleh kelompok politik dalam usaha memilih tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan itu”.

Sebuah kebijakan harus dapat diimplementasikan dengan baik dalam mencapai tujuannya dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki oleh sebuah organisasi maupun pemerintah. Implementasi kebijakan memegang peranan penting dalam implementasi agenda organisasi, dimana para aktor politik secara hati-hati dan efektif menyebarluaskan semua konten politik. Oleh karena itu, pelaksana menyampaikan isi kebijakan sesuai dengan kemampuan dan kemauannya untuk mengarahkan kerjasama dan relasi satu sama lain.

Kebijakan publik merupakan kebijakan yang berkaitan dengan masalah-masalah publik atau kepentingan masyarakat luas, dan kebijakan publik umumnya dikeluarkan oleh Pemerintah. Kebijakan publik atau public Policy dapat pula disebagai adanya sebab akibat, sebagaimana dikemukakan (Syafie, 1998, hal. 106) dengan menyatakan: “Pengetahuan tentang kebijakan publik adalah pengetahuan tentang sebab-sebab, konsekuensi, dan kinerja kebijakan dan program publik”.

Setiap kebijakan harus dapat diimplementasikan dalam mencapai tujuannya oleh implementor kebijakan. Implementasi kebijakan dikatakan Grindle (Wahab, 2008, hal. 45) dengan menjelaskan bahwa: “Implementasi kebijakan yang efektif tidak hanya terkait dengan mekanisme menerjemahkan keputusan politik ke dalam prosedur rutin melalui jalur birokrasi, tetapi lebih dari itu, masalah konflik, keputusan dan siapa yang mendapat apa dari kebijakan”.

Berdasarkan perspektif di atas, implementasi kebijakan merupakan bagian integral dari keseluruhan proses kebijakan, dan jika tidak dilaksanakan sebagaimana dimaksud maka kebijakan tersebut menjadi tidak berguna. Mengimplementasikan kebijakan bukanlah hal yang mudah, akan ada banyak hal perlu dipertimbangkan sehingga tujuan kebijakan dapat berjalan dengan baik. Menurut Udoji (Wahab, 2008, hal. 45) memberikan

(5)

208

pengertian tentang pelaksanaan atau implementasi kebijakan bahwa: “Pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan akan sekedar berupa impian atau rencana bagus yang tersimpan rapih dalam arsip jika tidak diimplementasikan”.

Pada umumnya kebijakan publik yang akan dijalankan oleh Pemerintah telah mendapatkan legitimasi dari lembaga perwakilan rakyat, memungkinkan pemerintah untuk bertindak dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Dari segi implementasi kebijakan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang tergantung dari proses perumusan kebijakan yang bersangkutan. Implementasi kebijakan yang efekif yaitu tercapainya tujuan yang dikehendaki sesuai dengan isi kebijakannya dengan sumberdaya yang dimiliki tanpa adanya pemborosan. Banyak faktor yang dapat mendukung dan menghambat terhadap tercapainya tujuan kebijakan.

Implementasi suatu kebijakan tidak semudah yang dibayangkan, banyak faktor yang menjadi penghambat tercapainya tujuannya. Diperlukan satu atau lebih langkah untuk mengimplementasikannya, sehingga para ahli telah memberikan beberapa model untuk mengimplementasikan suatu kebijakan guna mencapai tujuannya. Setiap model yang diajukan oleh pakar memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga dapat dipastikan bahwa suatu model belum tentu sesuai untuk implementasi kebijakan tertentu.

Salah satu model yang dikembangkan oleh Edward III (Kusnandar, 2012, hal. 104–109) untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan suatu kebijakan ditentukan oleh adanya; 1) Faktor komunikasi, yakni kejelasan yang harus disampaikan oleh pelaksana kebijakan; 2) Sumber daya adalah sarana.dan.prasarana yang digunakan untuk mendukung dan kelancaran pelaksanaan kebijakan; 3) Disposisi atau sikap pelaksanaan, yakni adanya keinginan atau kesepakatan pelaksana dalam melaksanakan.kebijakan; dan 4) Sistem birokrasi, yakni tata kerja dalam organisasi untuk mempermudah/memperlancar kebijakan. Model lain tentang implementasi kebijakan dikemukakan Cheema dan Rondinelli (Subarsono, 2005, hal. 101) dengan memperhatikan:

1. Keadaan lingkungan. 2. Ikatan antar organisasi.

3. Sumberdaya konfigurasi untuk implementasi program. 4. Karakteristik dan kapabilitas agen penyelenggara.

Dari keempat faktor diatas dapat dijelaskan bahwa lingkungan sangat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan, diantaranya adalah lingkungan sosial budaya dan partisipasi penerima program, pelaksanaan program yang kedua membutuhkan komunikasi dan kerjasama dengan pihak terkait lainnya. Hal ini untuk mempermudah pelaksanaan program dan faktor ketiga pelaksanaan kebijakan harus didukung oleh sumber daya manusia, baik manusia maupun non manusia, dan terakhir karakteristik dan kapasitas aparaturnya.

(6)

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang berusaha untuk mendalami sebuah fenomena yang terjadi untuk dianalisis melalui wawancara dengan narasumber yang memiliki pengetahuan tentang objek penelitian, dengan tujuan menjawab rumusan masalah penelitian. Penelitian kualitatif didasarkan pada data yang diperoleh peneliti dari observasi langsung, wawancara, kuesioner, kelompok fokus, observasi partisipan, rekaman yang dibuat di alam, dokumen dan studi. Teknik analisis data dilakukan dengan tahaan mereduksi data, mendisplay data, melakukan verifikasi data dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dampak pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) telah memiliki dampak luas yang sangat merugikan berbagai aspek kehidupan, termasuk kepada dunia pendidikan. Berbagai upaya telah dilakukan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah sebagai upaya mencegah penyebaran penularan Covid-19. Kebijakan berkaitan dengan dunia pendidikan, Pemerintah telah menetapkan bahwa pembelajaran dilaksanakan secara daring yaitu melalui media elektronik sebagai upaya mengurangi penyebaran Covid-19 terhadap peserta didik.

Pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Dinas Pendidikan sebagai pelaksana kebijakan Pemerintah Pusat, telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah penyebaran virus yang tengah terjadi. Adapun untuk mengukur keberhasilannya, didasarkan pada faktor, sebagaimana dikemukakan oleh Edward III, yang terdiri dari komunikasi, disposisi, sumber daya dan struktur birokrasi.

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan organisasi. Komunikasi ini dapat dilakukan baik secara vertikal, horizontal ataupun diagonal. Bahkan komunikasi ini harus berjalan dua arah, artinya ada kesamaan persepsi antara atasan dan bawahan sehingga meminimalisir kekakuan dalam organisasi. Terkait dengan implementasi kebijakan pembelajaran jarak jauh yang dilakukan di Kota Tasikmalaya, tentu saja pemerintah Kota Tasikmalaya dengan berbagai stakeholder yang terlibat didalamnya, salah satunya adalah Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya harus dapat menjalankan tugas yakni pelaksanaan pembelajaran jarak jauh sesuai dengan intruksi pemerintah pusat. Tentu saja dalam pelaksanaanya tidak semudah membalikan telapak tangan, banyak sekali permasalahan yang dihadapi di lapangan. Terdapat 3 (tiga) hal yang dapat dijadikan parameter untuk melihat dimensi komunikasi ini, yaitu : kejelasan, transmisi dan konsistensi.

Terkait dengan kejelasan dalam hal pembelajaran jarak jauh atau dikenal juga dengan penyelenggaraan belajar dari rumah dalam masa darurat penyebaran viirus corona disease (Covid 19) di Kota Tasikmalaya sudah cukup jelas. Bahkan kerap kali pemerintah Kota Tasikmalaya mengingatkan kepada seluruh guru, tenaga kependidikan dan siswa untuk tetap menjalankan tugas dan kewajibannya walau dalam masa pandemi seperti

(7)

210

saat ini sesuai dengan pedoman penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh sesuai Surat Edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2020.

Sedangkan untuk parameter yang kedua yaitu transmisi atau penyaluran komunikasi. Penyaluran komunikasi ini harusnya terjadi 2 (dua) arah atau two way trafic comunnication. Hal ini penting mengingat pedoman penyelenggaraan pembelajaran jarak jauh ini adalah produk yang dihasilkan oleh pemerintah pusat, akan tetapi kenyataan di lapangan situasi dan kondisi tiap daerah berbeda-beda. Sehingga banyak sekali masyarakat yang belum paham tentang bagaimana mengendalikan anak nya dalam hal ini siswa usia sekolah yang menjadi anak kandungnya untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh sesuai dengan intruksi pemerintah pusat.

Konsistensi adalah parameter ketiga dari dimensi komunikasi. Konsistensi dalam hal ini baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah terus mengingatkan guru, tenaga kependidikan dan siswa untuk dapat melaksanakan pembelajaran jarak jauh dengan mengacu kepada pedoman yang telah ditentukan.

2. Disposisi

Disposisi ini merupakan sikap implementor terhadap kebijakan, yang dapat diamati dari beberapa paramaeter, dimana hasilnya para pelaksana sudah cukup memahami maksud dan sasaran program tentang pembelajaran jarak jauh sesuai dengan pedoman yang adan namun kerap kali mengalami kegagalan dalam melaksanakan program tersebut secara tepat di lapangan. Salah satunya berdasarkan pendapat Gubernur Jawa Barat pada new.detik.com tanggal 26 januari 2021, saat ini Kota Tasikmalaya sebagai daerah yang paling tidak patuh jaga jarak saat pandemi dengan nilai paling rendah kepatuhan jaga jarak hanya 63 persen. Hal ini ditandai dengan aktivitas sosial masyarakat terutama yang berada di fasilitas umum banyak sekali yang abai tidak menggunakan prokes, sementara pembelajaran jarak jauh juga dihadapkan pada berbagai kendala baik oleh guru, tenaga kependidikan maupun siswanya itu sendiri. Selain itu maraknya kasus pandemi Covid 19 juga sangat berpengaruh pada berbagai lapisan masyarakat bukan hanya bidang pendidikan tapi juga bidang yang lain seperti ekomomi dan kesejahteraan sosial. Adanya larangan beraktivitas di luar rumah, tidak mustahil ini akan menimbulkan inflasi dalam kehidupan rumah tangganya. Sehingga dengan melihat kondisi ini, akan berimbas juga pada pembelajaran jarak jauh untuk anaknya. Hal ini terjadi karena orang tua dari anak yang bersangkutan secara ekonomi tidak mampu memberikan kuota untuk mendukung anaknya belajar jarak jauh. Disatu sisi pemerintah juga telah memebrikan solusi untuk masalah ini yaitu dengan memberikan bantuan kuota gratis bagi guru, tenaga kependidikan maupun siswa. Disadari hal ini sangat membantu, tapi ternyata masih menunjukkan ada masalah juga. Masih ada siswa yang tidak mendapatkan kuota gratis tersebut, ada juga yang mendapatkan kuota tapi digunakan untuk menikmati permainan game online saat jam belajar, ada juga siswa yang diberi tugas oleh gurunya bahkan dikerjakan oleh orang tuanya, bahkan bernulan-bulan anak tidak belajar dan hanya mengisi soal dengan mencari jawaban dari google. Tentu saja halini tidak dapat kita berpangku tangan, mengingat generasi muda adalah penerus bangsa yang sejatinya memiliki kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang dapat dibanggakan.

(8)

3. Sumber daya

Menurut Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan (JJPI) Ubaid Matarji dalam surat kabar Kompas 3 Juli 2020 konsep pendidikan jarak jauh masih sulit diterapkan pada saai ini. Hal ini dilihat dari beberapa faktor, diantaranya : sumber daya manusia maupun teknologi belum mendukung proses pembelajaran jarak jauh. Sebagai contoh yang terjadi di dalam masyarakat saat ini adalah gurunya kurang atau tidak siap karena tidak memiliki kompetensi dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk membuat mengemas proses belajar mengajar layaknya seorang youtuber yang menguasai teknik pembelajaran paling mutakhir saat ini dengan menerapkan berbagai animasi yang sangat diminati siswa. Sehingga siswa merasa senang dan menikmati setiap materi yang diberikannya oleh gurunya, seperti proses belajar mengajar yang dipromosikan oleh ruang guru yang ternyata berbayar. Kenyataan yang terjadi skill/kemampuan sebagian besar guru terutama di Kota Tasikmalaya sudah melaksanakan pembelajaran melalui online tapi terbatas dengan mengshare materi pembelajaran dan memberikan tugas melalui classroom dan whattsapp. Pembelajaran online tidak hanya sebatas berbagi video dan tugas, tetapi harus disertai dengan pendekatan yang mengedepankan komunikasi, kolaborasi, kritis dan kreatif. Pembelajaran jarak jauh masih jauh dari harapan. Sebagian besar guru memahami pembelajaran jarak jauh ini sebagai pembelajaran online atau online saja, sedangkan selain online ada juga pembelajaran offline dan blended. Realitas di lapangan masih banyak guru yang belum paham teknologi. Pembelajaran jarak jauh dianggap selesai hanya dengan memberikan materi melalui media sosial seperti WhatsApp atau ruang kelas, tanpa penjelasan materi terlebih dahulu disertai dengan banyak tugas. Dan ironisnya, banyak siswa yang tidak mengerjakan tugas atau tugas yang dikerjakan oleh orang tuanya, sehingga penilaian menjadi bias.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi dalam pembelajaran jarak jauh tentu saja tidak terlepas dari peran Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya sebagai leading sector untuk melakukan berbagai perubahan yang inovatif dan kreatif sesuai dengan tuntutan jaman. Serta memberikan kesempatan kepada level sekolah: kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa dan orang tua siswa dalam melaksanakan penyelenggaraan pendidikan dari rumah atau pembelajaran jarak jauh yang dilakukan di Kota Tasikmalaya sesuai dengan pedoman penyelenggaran yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Peran birokrasi disini ditentukan oleh serangkaian tugas dan pekerjaan ke dalam posisi jabatan dalam suatu organisasi. Di dalam sekolah jabatan kepala sekolah, guru dan siswa sangatlah penting untuk dapat merinci dan menetapkan perilaku yang semestinya/tepat. Peran kepala sekolah mendorong para guru dan tenaga kependidikan untuk melek ilmu pengetahuan dan teknologi di masa pandemi ini. Selain itu seorang guru memiliki kewajiban untuk merancang pembelajaran sebaik dan semenarik mungkin sesuai dengan rencana awal pembelajaran dan harus mampu melibatkan siswa dengan cara yang efektif.

Oleh karena itu, standar pelayanan pendidikan pada masa pandemi ini menjadi sesuatu yang sangat mendesak agar pendidikan dapat diberikan dengan layak sesuai dengan

(9)

212

capaian pembelajaran. Demikian juga satuan pendidikan baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten dan kota diberikan keleluasaan untuk mengambil keputusan terkait urusan pendidikan secara mandiri sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di lapangan sehingga dapat menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya dengan penuh kreativitas serta bertanggung jawab.

KESIMPULAN

Penyelenggaraan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara legal telah diberlakukan dalam dunia pendidikan pada masa pandemi virus Corona Desease (Covid 19). Implementasi kebijakan PJJ di Kota Tasikmalaya ini dapat diamati dari dimensi komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. Terkait dimensi komunikasi dalam PJJ yaitu adanya pola interaksi dua arah (two way communication) antara guru, tenaga kependidikan, siswa dan orang tua secara terencana, sistematis dan terukur dengan penggunaan teknologi bebasis IT. Oleh karena itu, perlu ditinjau ulang dalam memberikan PJJ baik dari metode, strategi dan teknik pembelajaran dengan pemilihan media komunikasi yang tepat. Dimensi disposisi dapat dilihat dari kesadaran para pelaksana, petunjuk atau arahan pelaksana dalam penyelenggaran PJJ. Terlepas dari problematika sulitnya mendapatkan kuota, sinyal/jaringan dan gagapnya teknologi yang dihadapi baik oleh guru maupun siswanya, sejatinya membutuhkan peran serta bersama baik antar pemerintah pusat, pemerintah daerah serta orang tua untuk dapat memecahkan masalah yang terjadi di lapangan.

Dimensi sumber daya yang terdiri dari sumber daya manusia maupun sumber daya yang lainnya termasuk sarana dan prasarana dalam penyelenggaran PJJ belum sepenuhnya mendukung PJJ. Seluruh stakeholder dalam dunia pendidikan termasuk guru, siswa maupun orang tua harus benar-benar disiapkan melalui berbagai pelatihan. Sehingga memiliki kemampuan untuk mengikuti berbagai perubahan dalam PJJ tersebut. Dimensi struktur birokrasi dengan memberikan kesempatan kepada level sekolah: kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, siswa dan orang tua siswa dalam melaksanakan PJJ sudah dilakukan di Kota Tasikmalaya sesuai dengan pedoman penyelenggaran yang telah ditetapkan pemerintah pusat.

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, M. (2000). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka. Kusnandar, I. (2012). Analisis Kebijakan Publik. Multazam.

Subarsono, A. G. (2005). Analisis Kebijakan Publik Konsep, Teori dan Aplikasi. Pustaka Pelajar.

Syafie, I. K. (1998). Manajemen Pemerintahan. Rineka Cipta.

Wahab, A. S. (2008). Analisis Kebijaksanaan, Dari Formulasi Ke. Implementasi Kebijaksanaan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SMAN 6 Kota Bandung pada Masa Pandemi Covid 19, dapat

Penelitian yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Daring Tingkat Sekolah Menengah Pertama dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 19 di Kecamatan Indralaya

Pada lampiran SKB 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19),

40 tahun 2020, tentang pelaksanaan kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran corona virus disease, dampak virus covid 19 proses pembelajaran dilakukan dari rumah secara

Ada beberapa Regulasi yang menjadi Acuan dan Yang dikeluarkan Oleh Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh atau Belajar Dari

Pandemi covid-19 sangat berdampak pada kehidupan manusia dan dalam sektor khususnya sektor pendidikan. Untuk menindaklanjuti serta sosialisasi tentang pendidikan di tengah

Surat Edaran Ketua Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Nomor 11 Tahun 2022 tentang Ketentuan Perjalanan Orang Dalam Negeri Pada Masa Pandemi Corona Virus Disease 2019

Sehubungan dengan Penanganan Pandemi Corona Virus Disease – 19 (COVID-19), pengungkapan dan penyajian atas dampak dan penanganan pandemi Covid-19 berpedoman dengan Surat