• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS DI SMAN 6 KOTA BANDUNG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS DI SMAN 6 KOTA BANDUNG)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

13

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBELAJARAN JARAK JAUH PADA MASA PANDEMI COVID-19

(STUDI KASUS DI SMAN 6 KOTA BANDUNG)

Ihin Solihin1, Hisny Fajrussalam2, Koko Adya Winata3, Sahudi4, Qiqi Yuliati Zaqiah5

1,4,5Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, solihinihin64@gmail.com

2Universitas Pendidikan Indonesia

3Universitas Sangga Buana

ABSTRACT

This research is motivated by the existence of policies regarding education during the Covid-19 Pandemic. The research used a descriptive approach with a case study at SMAN 6 Kota Bandung.

The results of the study show that the aspects of communication, resources, disposition, and bureaucracy, and staff as the analysis tool presented by Edward still have weaknesses, namely in terms of communication at the beginning of a disaster, the condition of the school was not able to provide a comprehensive policy, because at that time it was still looking for The form for adjustment to existing conditions, especially in terms of the carrying capacity of resources and tools has not been prepared, only after the next 4 (four) months can it be fulfilled step by step, while from the aspect of disposition and bureaucracy there are no obstacles. Meanwhile, in other aspects, apart from education and teaching, all of them follow and implement the policies provided by the Government, according to regulations.

Keywords: Policy, Education, Learning

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebijakan tentang pendidikan di masa Pandemik Covid-19. Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif denga studi kasus di SMAN 6 Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukan bahwa aspek komunikasi, sumberdaya, disposisi maupun birokrasi dan staf sebagai pisau analisis yang dikemukan oleh Edward dalam beberapa hal masih terdapat kelemahan, yaitu dalam hal komunikasi saat diawal terjadi bencana kondisi sekolah belum bisa memberikan kebijakan secara komprehensif, karena saat itu masih mencari bentuk untuk penyesuaian terhadap kondisi yang ada, apalagi dari sisi daya dukung sumber daya dan alat belum tersiapkan, baru setelah 4 (empat) bulan berikutnya setahap demi setahap dapat terpenuhi, sedangkan dari aspek disposisi dan birokrasi tidak mengalami hambatan. Sementara dalam aspek-aspek lain, selain pendidikan dan pengajaran semuanya mengikuti dan mengimplentasikan kebijakan yang di berikan Pemerintah, sesuai regulasi.

Kata Kunci: Kebijakan, Pendidikan, Pembelajaran

(2)

14 PENDAHULUAN

Pendidikan di Indonesia saat ini sedang menghadapi masalah, karena pada awal tahun 2020 keadaan dunia sangat memprihatinkan dengan adanya pandemi Covid-19. Covid-19 seringkali menular pada manusia tanpa adanya gejala sehingga membahayakan orang-orang di sekitarnya. Covid-19 tidak hanya menyerang Indonesia bahkan seluruh dunia, oleh karena itu pemerintah menerapkan PSBB atau yang disebut dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan tujuan untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Salah satu langkah pencegahan dan pengendalian infeksi virus corona dengan menganjurkan orang sehat untuk membatasi kunjungan ke tempat ramai dan kontak langsung dengan orang lain atau lebih dikenal dengan social distancing. Penerapan social distancing bermakna bahwa seseorang tidak diperkenankan untuk berjabat tangan (bersentuhan fisik) serta menjaga jarak setidaknya 1 (satu) meter saat berinteraksi dengan orang lain selama masa pandemi Covid-19.

Menurut Latip (2020) yang menyatakan bahwa pandemi Covid-19 berpengaruh besar terhadap berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan.

Semua sekolah dan perguruan tinggi hampir di semua negara yang terdampak Covid-19 memberlakukan kebijkan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran dari rumah. Semua sekolah pada situasi seperti ini tidak dapat melaksanakan pembelajaran secara langsung atau tatap muka, maka harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh atau disebut dengan PJJ atau belajar dari rumah (BDR).

Pemerintah Indonesia dalam menyikapi kondisi tersebut khususnya dalam bidang pendidikan mengambil kebijakan melalui penerapapa work from home (bekerja dari rumah), belajar di rumah secara online bagi siswa sekolah

dan mahasiswa, melakukan pertemuan atau rapat secara online lewat konferensi video atau teleconference. Hal tersebut di lakukan dengan maksud memprioritaskan kesehatan dan keselamatan serta mengupayakan pemenuhan hak pendidikan anak selama pandemi

Work from home (bekerja dari rumah) diberlakukan untuk semua perkantoran, baik negeri atau swasta dengan membatasi 25% dikantor selebihnya di rumah. Presiden Indonesia Joko Widodo dalam pidatonya mengintruksikan untuk masyarakat Indonesia mengurangi kegiatan di luar rumah yang tidak penting. Termasuk menerapkan sistem kerja work from home dan sekolah serta kuliah secara online. Ini merupakan langkah strategis yang diambil pemerintah untuk pencegahan wabah virus corona yang semakin meluas di Indonesia saat ini.

Sebagai akibat diterapkannya WFH, tentu diperlukan penyesuaian di berbagai sektor pekerjaan. Segala sesuatu yang memerlukan pelayanan tatap muka diubah menjadi pelayanan secara online.

Kampus dan sekolah yang pada mulanya hanya sebagian kecil yang menerapkan sistem pembelajaran online, kini justru hampir semua institusi pendidikan menerapkan sistem pembelajaran secara online. Sebagai bagian dari unit di Kementerian Keuangan, DJKN juga mengalami hal serupa, proses lelang yang pada mulanya harus dihadiri penjual dan saksi secara langsung, kini bisa dilakukan melalui Video Call

(https://www.djkn.kemenkeu.go.id).

Ada permasalahan lain dari adanya sistem pembelajaran secara online ini adalah akses informasi yang terkendala oleh sinyal yang menyebabkan lambatnya dalam mengakses informasi. Siswa terkadang tertinggal dengan informasi akibat dari sinyal yang kurang memadai.

Akibatnya mereka terlambat dalam mengumpulkan suatu tugas yang

(3)

15 diberikan oleh guru. Belum lagi bagi guru

yang memeriksa banyak tugas yang telah diberikan kepada siswa, membuat ruang penyimpanan gadget semakin terbatas.

Penerapan pembelajaran online juga membuat pendidik berpikir kembali, mengenai model dan metode pembelajaran yang akan digunakan. Yang awalnya seorang guru sudah mempersiapkan model pembelajaran yang akan digunakan, kemudian harus mengubah model pembelajaran tersebut (https://iain-surakarta.ac.id).

Menyikapi kondisi tersebut Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan membuat kebijakan tentang pendidikan di masa Pandemik Covid 19, diantaranya:

1. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 33 Tahun 2019 tentang Satuan Pendidikan Aman Bencana;

2. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona virus disease (Covid-19);

3. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2020 tentang Pedoman Penyelenggaraan Belajar Dari Rumah dalam Masa Darurat Penyebaran Corona virus disease (Covid-19); dan

4. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus.

Ketentuan-ketentuan tersebut diatas sebagai dasar faktual untuk lembaga pendidikan, khususnya tingkat dasar dan mengengah dalam menyelenggarakan pendidikan dimasa pandemic covid 19.

Oleh karena itu penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang bagaimana implementasi kebijakan tersebut di tataran elementer satuan pendidikan tingkat SMA, sehingga dapat

menganalisis lebih realistis apakah kebijakan tersebut membumi atau tidak, sehingga kita dapat melakukan langkah- langkah perbaikan bila terdapat kelemahan-kemelamhan atau deviasi.

Adapun lokasi penelitian ini mengambil lokasi di SMA Negeri 6 Kota Bandung.

LITERATUR REVIEW Konsep Kebijakan

Kebijakan (policy) berasal dari bahasa Yunani yaitu polis yang berarti kota. Sehingga kebijakan erat kaitannya dengan gagasan dari peraturan organisasi yang merupakan suatu pola formal untuk menempuh suatu tujuan (Syafaruddin, 2008). Lebih umum Abidin (2006) menyatakan bahwa kebijakan merupakan keputusan pemerintah yang sifatnya umum dan berlaku untuk seluruh elemen masyarakat.

Kebijakan adalah aturan tertulis yang merupakan keputusan formal dari sebuah organisasi. Keputusan ini sifatnya mengikat dan mengatur perilaku dengan tujuan menciptakan tata nilai baru dalam sebuah masyarakat. Kebijakan ini juga menjadi pijakan masyarakat dalam berperilaku (Dunn, 2003).Kebijakan pada umumnya bersifat probelm solving dan proaktif. Berbeda dengan hukum, kebijakan lebih adaptif dan interpretatif.

Meskipun pada kenyataannya kebijakan juga mengatur apa yang boleh dan apa yang tidak.

Menurut Wahab (2014) kebijakan merupakan pedoman untuk bertindak.

Pedoman itu bisa saja amat sederhana, bersifat umum dan khusus, kabur dan jelas, luas dan sempit, longgar dan terperinci, publik dan privat ataupun kualitatif dan kuantitatif. Kebijakan dalam arti yang demikian memiliki pengertian suatu deklarasi terhadap suatu dasar pedoman untuk bertindak, suatu program mengenai aktivitas dan suatu arah tindakan tertentu.

Berdasarkan definisi kebijakan yang telah dikemukana, kebijakan

(4)

16 memiliki makna sebagai suatu hal yang

dipergunakan dalam konteks tindakan, kegiatan yang dilakukan oleh aktor, pemerintah, institusi dan perilaku secara umum. Kebijakan juga kerap dikonotasikan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari perpolitikan karena kebijakan pada umumnya membawa konsekuensi politis dan perilaku politik.

Sehingga kebijakan publik pada akhirnya berkaitan erat dengan pencapaian tujuan publik. Artinya, kebijakan publik merupakan perangkat tindakan pemerintah yang disusun untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan. Akan tetapi, sebuah kebijakan bukanlah tanpa resiko. Kebijakan juga berpotensi menimbulkan masalah baru.

Implementasi Kebijakan

Lester & Stewart (2000) menjelaskan bahwa implementasi kebijakan adalah alat administrasi hukum dimana berbagai aktor, organisasi, prosedur dan teknik yang bekerja bersama-sama untuk menjalankan kebijakan guna meraih dampak atau tujuan yang diinginkan. Konsep tersebut menekankan bahwa implementasi kebijakan merupakan sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan kebijakan yang dibuat lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan bernegara.

Menurut Edward III (2007) berhasil atau tidaknya sebuah implemntasi kebijakan sangat ditentukan oleh faktor- faktor berikut 1) communication; 2) resources; 3) disposition; dan 4) bureaucratic structure.

Pertama, komunikasi merupakan faktor dominan dalam melakukan koordinasi implementasi kebijakan.

Menurut Dunn (2003) bahwa koordinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur-struktur administrasi

yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan.

Selanjutnya Edward III (2007) menyatakan bahwa komunikasi kebijakan memiliki beberapa macam dimensi antara lain: dimensi transformasi atau penyampaian informasi kebijakan publik, kejelasan, dan konsistensi. Apabila koordinasi komunikasi diantara pihak- pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi baik, maka memperkecil suatu kesalahan begitu pula sebaliknya.

Komunikasi implementasi kebijakan juga mensyaratkan agar implementor mengetahui dan mengerti apa yang harus dilakukan, sehinggga apabila membuat kebijakan tidak salah.

Disamping itu dalam komunikasi implementasi kebijakan ada tujuan dan sasaran kebijakan yang harus diinformasikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan agar untuk memperkecil kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.

Komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan, karaeana dengan komunikasi seluruh aspek yang dibutuhkan bisa terpenuhi. Pelaksanaan yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan sudah mengetahui apa yang akan dikerjakan dan dapat berjalan bila komunikasi berlangsung dengan baik, sehingga setiap keputusan dan peraturan pelaksanaan harus ditransmisikan (dikomunikasikan) kepada bagian personalia yang tepat.

Komunikasi yang di maksud adalah komunikasi taktis dan teknis dengan berbagai pendekatan, yaitu 1) pendekatan skala luas dengan penggunaan media massa. Model ini dibatasi khusus oleh variabel ekonomi; 2) Pendekatan yang mempromosikan komunikasi akar rumput atau komunitas; dan 3) Model baru yang menekankan pada dimensi luas dari pembangunan yang memungkinkan mendefinisikan sebagai proses global.

(5)

17 Kedua, sumber daya. Walaupun

maksud dan tujuan kebijakan sudah diinformasikan secara jelas dan konsisten,

akan tetapi apabila

pelaksana/implementor kekurangan sumberdaya untuk melaksanakan kebijakan maka akan berjalan tidak efektif. Sumberdaya yang dapat memberi dukungan dalam pelaksanaan kebijakan agar dapat terwujud, seperti sumberdaya manusia, dan sumberdaya finansial.

Sumberdaya ini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan kebijakan, tanpa sumberdaya kebijakan tidak akan berjalan dengan baik.

Sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan proses implementasi kebijakan yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu. Sumber-sumber kebijakan tersebut sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Sumber daya manusia sangat penting karena sebagai sumber penggerak dan pelaksana kebijakan, modal diperlukan untuk kelancaran pembiayaan kebijakan agar tidak menghambat proses kebijakan.

Sedangkan waktu merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan kebijakan, karena waktu sebagai pendukung keberhasilan kebijakan. Sumber daya waktu merupakan penentu pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan (Wahab, 2014).

Ketiga, disposisi. Disposisi adalah karakteristik yang harus dimiliki oleh setiap pelaksana kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran dan tujuan serta keinginan pembuat kebijakan.

Subarsono (2010) menjelaskan bahwa disposisi atau sikap para pelaksana dalam menentukan keberhasilan suatu implementasi sangat penting, karena kinerja pelaksanaan kebijakan publik akan

sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta cocok dengan para agen pelaksananya, dimana kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri dari para aktor, kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam bidangnya, pengalaman kerja, dan integritas moralnya.

Hal penting lain yang harus di perhatikan dalam kinerja implementasi sangat dipengaruhi oleh sifat ataupun ciri- ciri dari pelaksana tersebut. Apabila pelaksana memiliki sifat atau karakteristik yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan demikian pula sebaliknya.

Keempat, bureaucratic structure.

Konsep birokrasi yang digagas oleh Max Weber dari Jerman, dan istilah ini dipopulerkan oleh physiocrat Perancis bernama Vincent de Gournay yang untuk perama kali memakia istilah birokrasi dalam menguraikan sistem pemwrintahan Prusia di tahun 1745 (Westra, 1982).

METODE PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif.

Sumber penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Data yang bersifat kualitatif diperoleh dengan teknik wawancara tidak tatap muka dan studi dokumentasi terhadap kebijakan pembelajaran jarak jauh pada masa pandemi Covid-19 di SMA Negeri 6 Kota Bandung. Data kemudian dikompulasi dan dianalisis dengan menggunakan teknik analysis content.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penyelenggaraan Pendidikan dan Pengajaran pada Masa Pandemi Covid-19 di SMAN 6 Kota Bandung

Menurut Permendikbud nomor 33 tahun 2019 diungkapakan bahwa Penyelenggaraan Pendidikan dan Pengajaran harus memperaktekan

(6)

18 Pendidikan Aman Bencana, bila kondisi

Pendidikan di Indonesia terjadi Bencana Alam, termasuk Pandemi Covid-19.

Aman Bencana yang dimaksud adalah memberikan pelindungan dan keselamatan kepada Peserta Didik, Pendidik, dan Tenaga Kependidikan dari dampak Bencana di Satuan Pendidikan;

dilanjutkan pada paoin d nya, memastikan keberlangsungan layanan pendidikan pada Satuan Pendidikan yang terdampak Bencana; dan poin e nya, memberikan layanan pendidikan yang sesuai dengan karakteristik Risiko Bencana dan kebutuhan Satuan Pendidikan.

Tahapan Pendidikan dan Jarak Jauh Daring di SMAN 6 Kota Bandung diimplementasi sebagai berikut:

a. Pra Pembelajaran

1) Guru menyiapkan media komunikasi online dengan peserta didik dan atau orang tua/wali peserta didik. Misal, dengan membuat grup pada media sosial online.

2) Mengecek ketersediaan sarana pendukung pembelajaran jarak jauh bagi peserta didik seperti ketersediaan gawai/laptop/

komputer dan akses internet.

3) Mengkomunikasikan hal-hal yang diperlukan untuk pembelajaran jarak jauh online, yaitu jadwal pembelajaran, aplikasi daring yang digunakan, dan mekanisme penggunaan aplikasi dalam pembelajaran.

4) Menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran dengan

mempertimbangkan aplikasi daring yang digunakan.

5) Memastikan peserta didik dan atau orang tua/wali dapat mendukung proses pembelajaran daring yang digunakan

b. Saat Pembelajaran:

1) Jika pembelajaran jarak jauh daring dilakukan dengan tatap muka virtual maka guru dapat mengecek

kehadiran peserta didik secara langsung dan memastikan peserta didik siap mengikuti proses pembelajaran Belajar dari Rumah Melalui Pembelajaran Jarak Jauh 2) Menyajikan materi pembelajaran

dengan metode yang telah direncanakan secara virtual, dengan menggunkan aplikasi Zoom, Goole Meet dan jenis lainnya.

3) Jika pembelajaran jarak jauh daring dilakukan dengan non tatap muka virtual, maka guru mengirimkan bahan pembelajaran dan penugasan melalui aplikasi LMS yang digunakan

4) Guru memantau aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran sesuai jadwal dalam LMS.

5) Guru memberikan umpan balik terhadap pertanyaan atau respon dari peserta didik terkait materi pembelajaran atau penugasan yang diberikan

c. Selesai Pembelajaran:

1) Peserta didik mengisi lembar aktivitas sebagai bahan pemantauan belajar jika menggunakan daring tanpa tatap muka virtual.

2) Guru membuka layanan konsultasi bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran daring.

3) Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan seluruh aktivitas dan penugasan

Berdasarkan pemahaman terhadap tahapan pembelajaran di SMAN 6 Kota Bandung di atas, proredur dan regulasinya sudah memenuhi katagori proses pendidikan dan pengajaran Jarak Jauh atau Belajar dari Rumah (BDR) yang cocok di daerah terkena Bencana dan layanan pendidikan tersebut sudah mengikuti prosedur memperaktekan Pendidikan Aman Bencana. Berkaitan dengan itu maka di SMAN 6 Kota Bandung dalam hal implementasi pembelajaranya dilakukan dengan

(7)

19 Pembelajaran Jarak Jauh atau

Pemberlajaran dari Rumah. Namun dari sisi regulasi ketika awal bencana ini terjadi regulasi ini tidak terkomunikasikan secara komprehensif, baru bersifat global, sehingga pada saat itu sekolah melakukan kegiatan pembelajaran disesuikan kondisi apa adanya, sehingga hasilnya pun tidk maksimal, yang terjadi adalah keragman dan variasi sistem pebelajaran dilakukan oleh para guru, maka dampaknya sangat sulit diukur parameternya, baik dari sisi perencanaan, proses maupun evaluasinnya. Baru memasuki awal semester kedua sekolah melakukan pembekalan kepada guru melalui IHT, Workshof atau Diklat secara terbatas sesuai dengan protocol covid 19, yang merujuk kepada ketentuan regulasi yang ditetapkan pemerintah, baik permendikbud, surat edaran atau regulasi lain yang berkembang.

Dari aspek resources atau sumber daya baik sumber daya manusia, keuangan, kesempatan atau waktu penyelenggaraan pembelajaran itu sangat variataif. Dari sumber daya manusia di SMAN 6 untuk penyelenggaraan PJJ atau BDR dapat berlangsung baik, walaupun pihak sekolah tetap melakukan pendampingan kepada guru-guru yang masih kurang menguasai terhadap sistem aplikasi teknologi pembelajaran yang digunakan, sehingga dapat meminimalisir hambatan yang ditemukan oleh para pendidik di lapangan. Sedangkan dalam sisi Biaya, Alat dan Bahan terjadi stak, akarena harus melakukan perubahan, baik yang bersumber dari pemerintah, maupun yang bersumber dari masyarakat, sehingga daya dukung terhadap kelancara PJJ harus mecari solusi yang tepat agar safety, termasuk keterjaminan mutu keterselenggaraan pendidikan dan pengajaran yang sesuai dengan kebijakan Pemerintah.

Dari aspek disposisi, Pendidikan dan Pembelajaran di SMAN 6 Kota Bandung cukup baik, karena memiliki

actor-aktor professional yang berkomitment terhadap peningkatan mutu pendidikan, sehingga pada saat PJJ atau BDR dilaksankan sesuai intruksi pemerintah seperti yang di sebutkan dalam regulasi, dapat berlangsung sesuai dengan yang diinginkan, walaupun di beberapa hal masih terdapat kekurangan, namun hal itu dapat diatasi.

Sedangkan dari segi bureaucratic structure, di SMAN 6 Kota Bandung sangat baik, karena delegasi dan kewenangan penyelenggaraan Pendidikan dan Pengajaran ditangani secara baik dengan pembagian porsi tanggung jawab, mulai dari tingkat kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Tim Pengembang Sekolah, Staf, wali kelas, Guru BK dan Guru Mata Pelajaran sampai ke tenaga kependidikan. Semuanya bahu-membahu saling bekerja secara proforsional. Dan di alhir kegiatan dalam setiap minggu senantiasa melakukan evaluasi, untuk melihat progres pembelajaran. Untuk Jaminan mutu, dilakukan Supervisi pembelajaran oleh kepal sekolah.

Bila memahami dari hasil analisis di atas, tampak bahwa dalam Penyelenggaraan Pendidikan dan Pengajaran pada Masa Pandemi Covid-19 di SMAN 6 Kota Bandung berlangsung baik, apakah dilihat dari aspek, comunication, resources, disposition dan bureaucratic structure. Namun masih ada yang perlu peningkatan terutama dalam monitoring evaluasi serta pendampingan pendidik. Terutama hal dalam implementasi fungsionalisasi apalikasi teknologinya yang di jadikan alat penunjang peranhkat pembeajaran, sehingga tepat sasaran dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

1. Kurikululum Satuan Pendidikan pada Masa Pandemic Covid-19 di SMAN 6 Kota Bandung

Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 719/P/2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum

(8)

20 Pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi

Khusus terdiri dari :

a. Kurikulum pada Kondisi Khusus tetap dilanjutkan sampai dengan berakhirnya tahun ajaran. Ketentuan pemenuhan beban kerja minimal 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam satu minggu dikecualikan bagi pendidik pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus

b. Satuan Pendidikan pada Kondisi Khusus dalam pelaksanaan pembelajaran dapat:

1) Tetap mengacu pada Kurikulum nasional yang selama ini dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan

2) Melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri.

3) Satuan Pendidikan dalam kondisi khusus tidak diwajibkan untuk menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas atau kelulusan

4) Capaian kompetensi pada Kurikulum, kebermaknaan, dan kebermanfaatan pembelajaran untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah termasuk pada pendidikan khusus dan program pendidikan kesetaraan SMAN 6 Kota Bandung sebagai institusi satuan pendidikan memahami dan mengimplementasikan Permendikbud di atas jelas bahwa pada Masa Pandemi Covid 19 tahun 2020, kuririkulumnya tetap mengacu pada kurikulum Nasional yang berlaku saat ini, yakni Kurikulum 2013 hasil Revisi. Namun Satuan Pendidikan diberikan kewenangan untuk menyederhanakan secara mandiri, termasuk ketuntasan, kenaikan kelulusan, kebermaknaan, kebermanfaatan dalam pembelajarannya.

Bila penulis menganalisis dari aspek komunikasi, terdapat kendala yang cukup membutukan pemahaman yang mendalam, karena otonomi penyederhanaan terhadap konten

kurikulum dari induknya di berikan kepada masing-masing satuan pendidikan.

Sementara satuan pendidikan akan mempersepsi yang berbeda menyikapi tentang penyederhanaan tersebut.

Sedangkan sosialisasi untuk mengkomunikasikan kebijakan tersebut waktunya sangat terbatas, karena pada kondisi pandemic covid 19 seperti ini pergerakan manusia terbatas, sehingga untuk memberikan penjelasan secara detail dan pelatihan intensip membutuhkan bentuk sosialisasi yang inten dan mendalam tentang subtansi dari penyederhnaan tersebut, mulai dari aspek regulasi, subtansi sampai pada pemetaaan kompetensi dasar, materi, dan sistem evaluasi. Oleh karena itu regulasi Permendikbut tesebut dari sisi isi subtansi masih perlu dijabarkan lebih detail agar ketika di oprerasionalkan tidak terjadi kesalahan persepsi.

Dari aspek rersources atau sumber daya Permendikbud tersebut diimplementasikan di SMAN 6 Kota Bandung dengan daya dukung cukup baik, karena sekolah memiliki sumberdaya yang cukup memadai. Seperti memilki Tim Pengembang sekolah yang kredibel, mereka dalam tim tesebut rata-rata berkwalifikasi S2, pengalaman dalam hal melakukan pelatihan-pelatihan, seperti diklat, workshop, IHT dan lain-lain tidak selalu mengandalkan orang luar, tetapi memanfaatkan sumberdaya yang ada.

Dalam hal ini SMAN 6 Kota Bandung tidak mengalami kesulitan daya dukukung sumberdaya sangat memadai, baik yang bersifat fisik maupun spirit.

Dari aspek disposisi, implementasi kurikulum satuan pendidikan pada masa covid 19 di SMAN 6 Kota Bandung sesuai dengan regulasi yang ada, yaitu krikulum 2013 revisi yang sudah disederhanakan secara mandiri, yang dilakukan oleh Tim Peningkatan Mutu Sekolah secara bertahap, sehingga dalam kurun waktu 2 bulan, penyederhanaan itu berjalan dengan baik. Dan untuk menghidari bias

(9)

21 pemahaman, sekolah mengundang pihak-

pihak terkait yang memiliki kompetensi dibidang itu untuk membantu memberikanan sumbang pemikiran sehingga tidak terlalu bias terlalu jauh, baik melalui forum diskusi atau disikusi informal.

Dari aspek disposisi juga, implementasi kurikulum satuan pendidikan pada masa covid 19 di SMAN 6 Kota Bandung sudah terlaksanakan dengan baik, karena sekolah memiliki manajemen yang lengkap secara hirarkis.

Kontek implementasi kurikulim ini secara spesifik di manaje oleh kepala sekolah, wakasek kurikukulum dan stapnnya serta guru-guru matapelajaran sebagai ujung tombak pelaksana program. Namun untuk menjamin akuntabilitas dan jaminan mutu, perlu peningkatan yang signifikan dalam hal monitoring dan evaluasi sebagai tolak ukur keberhasilan. Hal ini akan berjalan karena sinergitas manajemen yang ada. Upaya-uapaya memperkuat menajemen kurikulum dilakukann berbagai kegiatan yang berorientasi pada peningkatan dan penguasaan kurikulum, seperti : mengirimkan wakasek dan stap untuk mengikuti diklat dan pelatihan-pelatihan, baik tingkat daerah, nasional maupun regional.

Sedangkan dari segi bureaucratic structure, implement kurikulum satuan pendidikan pada masa covid 19 di SMAN 6 Kota Bandung sudah terlaksanakan dengan baik, karena memiliki kejelasan dan kepastian bahwa kurikulum diolah dan dibuat secara madiri dengan merujuk kepada kurikulum inti, yang disebut dengan istilah KTSP atau Kurikulum satuan Pendidikan. Implementasi kurikulum pada masa covid 19 diatur strtuktur programnya sedemikian rupa , karena disesuikan dengan dengan kondisi saat ini, sebagai rearisasi dari kebijkan dari pemerintah yang mengatakan, bahwa kurikulum pada masa pandemic ini dilakukan penyederhanaan program, yang

terpentinting, bagaimana penerapannya dapat bermakna bagi peserta didik, karena di masa covid 19 pembelajarannya dilakukan secara daring atau sistem Pembelajaran Jarak Jauh.

2. Asesmen/Penilaian pada Masa

Pandemic Covid-19 di SMAN 6 Kota Bandung

Berdasarkan Kebijakan Pemeintah berdasarkan Surat edaran di atas Asesmen atau Penilaian pada PJJ Masa Covid 19 dilakukan denga proses kebijkan di bawah ini:

a. Asesmen dalam Kondisi Khusus tet ap dilaksanakan berdasarkan prinsip:

valid, reliabel, adil, fleksibel, otentik, terintegrasi.

b. Hasil asesmen digunakan oleh pendidik, Peserta Didik, dan orang tua/wali sebagai umpan balik dalam perbaikan pembelajaran

SMAN 6 Kota Bandung sebagai sebuah institusi pendidikan formal, sudah barang tentu akan mengikuti prosedur yang sudah menjadi kebijakan pendidikan secara umum dan ditetapkan oleh Pemerintah.

Bila di analisis dari aspek komunikasi, kebijakan ini prisipnya dapat dilaksanakan, Namun terdapat sebuah kesulitan dalam tataran bagaimana sumberdaya yang dimiliki sekolah belum semua support sesuai dengan target atau norma yang diinginkan, karena sinergitas dan profesionalisme dalam asesmen ini membutuhkan sebuah detailing, konsekwensi dan konsistensi yang muncul pada karakter profesisnalisme. Hal ini tampak ketika melakukan asesmen pada ahir semester, masih ditemukan data tentang siswa selama PJJ belum mendapatkan nilai, karena aspek kehadiran, tidak mengerjakan tugas,respon terhadap pembelajaran dan perbaikan proses pembelajaran kurang.

Hal itu terjadi karena kesulitan komunikasi antara pendidik dan peserta didik diakibatkan PJJ atau daring. Hal inilah yang harus terus diperbaiki, karena

(10)

22 kalau dibiarkan akan semakin tidak jelas

dan tidak pasti, sementara proses akan terus belangsung. Sebagai sebuah antisipasi penyelesaian masalah ini dilakukan forum diskusi dan evaluasi agar ada langkah-langkah konkrit yang untuk mendukung kebijkan tersebut.

Dari aspek resources atau sumber daya, masalah assessment pada masa covid 19 prinsipnya dapat dilakukan, karena daya dukung sumber daya, apakah itu pessonal ataupun alat dan bahan tidak menjadi persoalan, hanya dalam hal teknis implementasi harus memformat ulang yang disesuaikan dengan kondisi dan peluang keberadaan sekolah. SMAN 6 Kota Bandung dalam kondisi seperti ini melakukan asesmen secara daring dengan menggunakan aplikasi Edmodo, dengan memformulasikan perangkat asesmen melalaui penyesuaan terhadap tingkat responshif siswa, karena ada siswa yang memilki keterbatasan kuwota internet dan tingkat kerusakan gejed yang peserta didik miliki, sehinga sekolah harus menyediakan perangkat android, gejed untuk membantu siswa yang bermaslah dengan alat tersebut. Hal tersebut dilakukan agar proses asesmen dapat berlangsung sesuai dengan lancer.

Dari aspek disposisi, asesmen

SMAN 6 Kota Bandung

terimplemenasikan dengan baik, karena programnya tersedia dengan konsep terintegrasi dengan sistem aplikasi Edmodo yang sudah beberapa tahun ini digunakan, sistem ini dapat digunakan melalui intranet atau extranet. Secara personal ditangani dan dudukung sumberdaya yang berkualitas, baik dari kalangan pendidik maupun dari tenaga kependidikannya. Delegasi dan kewenangan terdistribusi secara hirarkis sesuai dengan SOTK yang sudah di tetapkan.

Sedangkan dari segi bureaucratic structure, asesmen yang dilakukan di SMAN 6 Kota Bandung sudah terimplementasi baik, karena dibaut dan

dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang, baik dari sisi materi, alat atau bahan di buat dan disediakan dengan tanggung jawab yang teedistributif, mulai dari kepala sekolah, wakail-kepala sekolah, stap dan guru, semuanya berbuat sesuai dengan bidang garapan masing- masing, sehingga assesment dapat terlaksana sesuai dengan waktu, jenjang serta target yang diinginkan. Saatnya Asesmen melahirkan sebuah dokumen pelaporan tentang kondisi hasil proses pendidikan dan pembelajaran terhadap orangtua, masyrakat dan Pemerintah yang senantiasa membutuhkan laporan yang nyata.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian tentang Implementasi Kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SMAN 6 Kota Bandung pada Masa Pandemi Covid 19, dapat berlansung sesuai dengan regulasi yang telah di tetapkan pemerintah, mulai dari bidang kebijakan: 1) Pendidikan dan Pengajaran, 2) Kurikulum yang disederhanakan, dan 3) Asesmen/Penilaian, baik dilihat dari aspek komunikasi, sumberdaya, disposisi maupun birokrasi dan staf sebagai pisau analisis yang dikemukan oleh Edward dalam beberapa hal masih terdapat kelemahan, yaitu dalam hal komunikasi saat diawal terjadi bencana kondisi sekolah belum bisa memberikan kebijakan secara komprehensif, karena saat itu masih mencari bentuk untuk penyesuaian terhadap kondisi yang ada, apalagi dari sisi daya dukung sumber daya dan alat belum tersiapkan, baru setelah 4 (empat) bulan berikutnya setahap demi setahap dapat terpenuhi, sedangkan dari aspek disposisi dan birokrasi tidak mengalami hambatan. Sementara dalam aspek-aspek lain, selain pendidikan dan pengajaran semuanya mengikuti dan mengimplentasikan kebijakan yang di berikan Pemerintah, sesuai regulasi.

(11)

23 Merujuk kepada hasil penelitian

yang penulis lakukan terhadap implementasi kebijakan pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di SMAN 6 Kota Bandung, penulis memberikan beberapa rekomendasi untuk pengembangan PJJ ke depan,yaitu 1) Pada bidang Pendidikan dan Pengajaran dapat dilakukan inovasi lebih baik lagi, diantaranya untuk meningkatkan komunikasi siswa dan guru ketika mengajar dapat menggunkan virtual learning yang lebih baik, yaitu dengan menggunakan aplikasi Zoom Meeting dengan tambahan camera web yang dilakukan di kelas dengan Room Audio digital, sehingga Bapak/Ibu Guru dapat memberikan penjelasan kepada siswa seperti layaknya mengajar di kelas, siswa melalui gejednya dapat melihat secara langsung kepada guru yang menjelaskan materi ajar dan biasa langsung bertanya secara dengan interaktif; 2) Pada tataran implementasi bidang sumberdaya, dapat dilakukan pelatihan-pelatihan untuk penguasaan teknologi terbaru dalam pembelajaran.

Oleh karena itu dapat melakukan kerjasama dengan intansi terkait baik sekotoral maupun lintas sectoral; dan 3) Untuk meningkatkan keterjaminan layanan mutu, maka monitoring dan evaluasi harus terus dilakukan, karena dengan monitoring dan evaluasi akan terlihat perkembangan kondisi layanan mutu secara riil dan dapat terus melakukan perbaikan-perbaikan sambal berjalan.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S. Z. (2006). Kebijakan Publik.

Jakarta: Suara Bebas.

Dunn, W. N. (2003). Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press.

Edward III, G. C. (2007). Implementing Public Policy. Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press.

https://iain-surakarta.ac.id/hikmah- pandemi-covid-19-bagi-

pendidikan-di-indonesia/13-01- 2021

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl- parepare/baca-

artikel/13058/COVID-19-Work- From-Home-dan-Revolusi- Industri-40.html.

Latip, A. (2020). Peran Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi Covid-19. Jurnal Edukasi dan Teknologi Pembelajaran, 1(2), 107-115.

Lester, J. P., & Stewart, P. (2000). Public Policy: An Evaluation Approach.

The University of California:

Wadsworth Thomson Learning.

Subarsono. (2010). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Syafaruddin. (2008). Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Wahab, S. A. (2014). Analisis Kebijakan:

Dari Formulasi Ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

Westra, P. (1982). Eknsiklopedia Administrasi. Jakarta: Gunung Agung.

IDENTITAS PENULIS

Ihin Solihin merupakan mahasiswa program doktor Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Hisny Fajrussalam, dosen tetap Universitas Pendidikan Indonesia.

Koko Adya Winata adalah dosen tetap Universitas Sangga Buana Bandung.

Sahudi merupakan mahasiswa program doktor Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Qiqi Yuliati Zaqiah, dosen tetap Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Ada beberapa Regulasi yang menjadi Acuan dan Yang dikeluarkan Oleh Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh atau Belajar Dari

Setelah Ananda berhasil mengisi tabel diatas, serahkan pekerjaan Ananda kepada guru untuk diperiksa dan memperoleh umpan balik. Apabila pembelajaran dilaksanakan dengan

Pandemi covid-19 sangat berdampak pada kehidupan manusia dan dalam sektor khususnya sektor pendidikan. Untuk menindaklanjuti serta sosialisasi tentang pendidikan di tengah

dapat dilihat bahwa heterozigositas tiga jenis ayam kedu baik yang dilihat melalui darah maupun putih telur menunjukkan bahwa lokus yang diamati antara darah dan putih telur

didik bisa membuat gerakan dari melangkah menjadi suatu gerakan yang indah dan punya makna, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana

Perlu adanya kebijakan baru yang direkomendasikan dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada masa pandemi COVID-19 dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran sekolah

Penari Jathil, salah satu tokoh dari Reog Ponorogo dan merupakan jenis tarian kuda lumping. Tari Kuda Lumping adalah salah satu kesenian tradisional Jawa yang

Pinkan Bening Ajuba Studi Kebijakan Mitigasi Bencana Gunung Api Berbasis Kearifan Lingkungan di SDN Ngablak Srumbung Magelang Deskriptif Kualitatif Kearifan