• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gulma Dan Pengendaliannya Pada Budidaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gulma Dan Pengendaliannya Pada Budidaya"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

GULMA DAN PENGENDALIANNYA PADA BUDIDAYA GULMA DAN PENGENDALIANNYA PADA BUDIDAYA

TANAMAN NILAM TANAMAN NILAM

 Agus Sudiman Tjokrowardojo dan Endj

 Agus Sudiman Tjokrowardojo dan Endjo Djauhariyao Djauhariya Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik

Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik Jln.

Jln. Tentara Tentara Pelajar Pelajar No. 3 No. 3 Bogor Bogor 1611116111

I.

I. PENDAHULUANPENDAHULUAN

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam waktu tertentu tidak dikehendaki oleh manusia. Gulma tidak dikehendaki waktu tertentu tidak dikehendaki oleh manusia. Gulma tidak dikehendaki karena bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dan dibutuhkan biaya karena bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dan dibutuhkan biaya pengendalian yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya produksi pengendalian yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya produksi (Soerjani

(Soerjani et al et al . . 1996). 1996). Persaingan Persaingan tersebut tersebut dalam dalam hal hal kebutuhan kebutuhan unsurunsur hara, air, cahaya dan ruang tumbuh sehingga dapat: 1) Menurunkan hasil, hara, air, cahaya dan ruang tumbuh sehingga dapat: 1) Menurunkan hasil, 2)

2) Menurunkan Menurunkan kualitas kualitas hasil, hasil, 3) 3) Menurunkan Menurunkan nilai nilai dan dan produktivitas produktivitas tanah,tanah, 4) Meningkatkan biaya pengerjaan tanah, 5) Meningkatkan biaya 4) Meningkatkan biaya pengerjaan tanah, 5) Meningkatkan biaya penyiangan,

penyiangan, 6) 6) Meningkatkan Meningkatkan kebutuhan kebutuhan tenaga tenaga kerja, kerja, dan dan 7) 7) MenjadiMenjadi inang bagi hama dan penyakit.

inang bagi hama dan penyakit.

Gulma mampu bersaing efektif selama jangka waktu kirakira 1/4 Gulma mampu bersaing efektif selama jangka waktu kirakira 1/4 -1/3 dari umur tanaman semusim (

1/3 dari umur tanaman semusim (annual crops annual crops ) sejak awal) sejak awal pertumbuhannya. Pada lahan kering gulma tumbuh lebih awal dan pertumbuhannya. Pada lahan kering gulma tumbuh lebih awal dan populasinya lebih padat dan menang bersaing dengan tanaman yang populasinya lebih padat dan menang bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan, sehingga gulma seringkali menjadi masalah utama setelah dibudidayakan, sehingga gulma seringkali menjadi masalah utama setelah faktor

faktor air air dalam dalam sistem sistem produksi produksi tanaman tanaman di di lahan lahan kering, kering, terutamaterutama tanaman s

tanaman semusim (pangan emusim (pangan dan sayuradan sayuran). n). Pada budidaya tanaPada budidaya tanaman di man di lahanlahan kering beberapa spesies gulma seperti

kering beberapa spesies gulma seperti Imperata cylindricaImperata cylindrica (alang-alang),(alang-alang), Cynodon dactylon

Cynodon dactylon (grinting),(grinting),  Borreria alata, Ageratum conyzoides   Borreria alata, Ageratum conyzoides  (babandotan),

(babandotan), Synedrella nodiflora Synedrella nodiflora   (jontang kuda),  (jontang kuda), Cyperus rotundus Cyperus rotundus   (teki  (teki berumbi) mempunyai sifat pertumbuhan yang cepat, berkembang biak berumbi) mempunyai sifat pertumbuhan yang cepat, berkembang biak dengan biji maupun stolon/rimpang, toleran terhadap kekeringan dan dengan biji maupun stolon/rimpang, toleran terhadap kekeringan dan mampu menghambat perkecambahan biji maupun pertumbuhan awal mampu menghambat perkecambahan biji maupun pertumbuhan awal tanaman

(2)

pertama tanaman dibudidayakan, gulma tersebut mampu tumbuh dengan baik, dan dapat menghambat pertumbuhan tanaman tersebut. Agar dalam usahatani tanaman semusim memberikan hasil optimal, maka gulma harus dikendalikan tepat waktu.

Banyak spesies gulma yang tumbuh di lahan kering, sehingga untuk mengenal dan menentukan cara pengendaliannya perlu diketahui sifat-sifat dan biologi gulma terutama cara berkembang biak. Disamping itu juga penggolongan yang mencirikan berbagai sifat karakteristiknya. Assosiasi  jenis gulma tertentu dengan tanaman pokok dan habitat, perannya terhadap tanaman budidaya serta penggolongan yang dikaitkan dengan responnya terhadap cara pengendalian adalah penting sebagai bahan pertimbangan bagi petugas lapang.

Inventarisasi jenis-jenis gulma yang dominan di areal budidaya tanaman nilam sangat membantu tindakan untuk pengendalian yang tepat. Disamping itu pengetahuan mengenai gulma bagi para perencana dan petugas lapang perlu ditingkatkan agar bisa menentukan metode pengendalian yang tepat.

II. KLASIFIKASI GULMA

 Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan gulma agar memudahkan dalam upaya pengendalainnya. Klasifikasi berdasarkan atas sifat atau karakter gulma secara umum.

2.1. Klasifikasi berdasarkan daur hidupnya atau umur:

2.1.1. Gulma semusim (annual weed ).

Gulma ini berkembang biak secara generatif melalui biji, hanya dapat hidup selama satu daur yang biasanya kurang dari satu tahun, contoh Ageratum conyzoides  (babandotan)

2.1.2. Gulma tahunan (perenial weed ).

Gulma tahunan berkembang biak secara generatif melalui biji, dan secara vegetatif elalui rimpang, stolon dan setek batang.

(3)

Gulma ini hidup lebih dari satu tahun atau hidup sepanjang tahun dan berbuah berulangkali. Untuk gulma yang membentuk rimpang atau umbi dapat hidup sepanjang tahun, contoh

Imperata cylindrica  (alang-alang)

2.2. Klasifikasi berdasarkan habitat:

2.2.1. Gulma fakultatif, tumbuh di habitat yang belum ada campur tangan manusia. Gulma ini tumbuh pada lahan yang belum dikelola untuk budidaya tanaman, seperti padang alang-alang. 2.2.2. Gulma obligat, tumbuh di habitat yang sudah ada campur

tangan manusia. Gulma ini biasanya tumbuh menyertai tanaman budidaya, seperti sawah, ladang dan perkebunan.

2.3. Klasifikasi berdasarkan kerugian yang ditimbulkan: 2.3.1. Gulma lunak (soft weed ).

Gulma lunak yaitu jenis gulma yang tidak begitu berbahaya bagi tanaman yang dibudidayakan, namun dalam keadaan populasi tinggi harus dikendalikan, contoh Ageratum conyzoides 

2.3.2. Gulma keras atau gulma berbahaya (noxius weed ).

Gulma berbahaya adalah jenis gulma yang berpotensi allelopati, contoh (I. cylindrica ), Mikania micrantha (sembung rambat),

Chromolaena odorata (kirinyuh), Cyperus rotundus   (teki berumbi).

2.4. Klasifikasi berdasarkan kesamaan relatif dalam sifat bersaing dan responnya terhadap herbisida:

2.4.1. Gulma golongan rumput (grasses ).

Gulma golongan rumput sebagian besar termasuk dalam famili Gramineae atau Poaceae, dengan ciri-ciri umum adalah: Berbatang bulat memanjang, dengan ruas-ruas batang berongga atau padat. Daun berbentuk pita, bertulang daun sejajar, lidah-lidah daun berbulu, permukaan daun ada yang

(4)

berbulu kasar atau halus. Buah berbentuk butiran tersusun dalam bentuk malai. Berakar serabut, berstolon atau membentuk rimpang, contoh I. cylindrica, Digitaria ciliaris, Eleusine indica

2.4.2. Gulma golongan berdaun lebar (broad leaved ).

Gulma golongan berdaun lebar sebagian besar temasuk tumbuhan berkeping dua (Dicotyledoneae) dari berbagai famili. Ciri-ciri umum: Batang tubuh tegak dengan percabangannya, ada pula yang tumbuh merambat. Daun tunggal maupun majemuk, helaian daun bulat/bulat telur Bertulang daun melengkung atau menjari dan tepi daun rata, bergerigi atau bergelombang. Duduk daun berhadapan atau berselang-seling. Bunga tunggal atau majemuk tersusun dalam suatu karangan bunga. Contoh Borreria alata, Ageratum conyzoides, Synedrella nodiflora

2.4.3. Gulma golongan teki (sedges ).

Famili Cyperaceae mempunyai ciri-ciri umum: Daun berbentuk pipih atau berlekuk segi tiga, memanjang yang tumbuh langsung dari pangkal batang. Permukaan daun biasanya licin tidak berbulu atau ada yang berbulu agak kasar, tangkai bunga berbentuk seperti lidi, muncul dari tengah-tengah pangkal batang dan ujungnya tersusun karangan bunga. Perakaran biasanya membentuk stolon dan bercabang dimana setiap cabang membentuk umbi, contoh Cyperus rotundus dan Cyperus kyllingia

2.4.4. Gulma golongan pakis-pakisan (fern ) contoh Cyclosorus aridus  (pakis kadal)

(5)

III. CARA PENGENDALIAN GULMA

3.1. Manual/Mekanis, menggunakan alat seperti kored atau cangkul.

Pengendalian mekanis merupakan cara yang paling tua dan masih dilakukan hingga sekarang, dan dianggap cara yang terbaik karena bisa dilakukan dengan cermat dan bersih. Disamping itu menggemburkan tanah di sekitar tanaman budidaya.

Keuntungan dengan cara mekanis antara lain gulma yang masih muda dapat terbenam, dan gulma tua mengalami penghancuran dan terbenam ke dalam tanah. Kelemahannya antara lain: 1). diperlukan penyiangan ulang interval waktu 2-3 minggu, 2) perakaran tanaman nilam sering mengalami kerusakan terutama apabila dilakukan secara ceroboh (borongan), 3) sekali penyiangan memerlukan waktu lama sekitar 40-50 hari orang kerja (HOK)

3.2. Cara kimia menggunakan herbisida.

Untuk budidaya tanaman nilam skala luas dimana penyiangan mekanis maupun cara lain sudah tidak memberikan keuntungan, maka herbisida merupakan alternatif/pilihan untuk mengendalikan gulma. Dengan memakai herbisida, akan diperoleh beberapa keuntungan yaitu: 1) jenis- jenis gulma yang peka dapat diberantas sampai habis, 2) tenaga kerja dapat

dikurangi, dan 3) efisiensi waktu.

Beberapa jenis herbisida yang dapat dipergunakan pada tanaman nilam tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1. Herbisida yang dapat dipergunakan pada tanaman nilam

Herbisida Dosis kg/ha ba Waktu aplikasi (HST) Gulma sasaran golongan 1. Alachlor 2. Thiobencarb/prometryne 3. Oxyfkuorfen 4. Diuron 5. Glifosat* 6. Paraquat* 1.0 – 1.5 1.0 – 1.5 1.5 – 2.0 1.0 - 1.5 1.0 – 1.5 0.75 – 1.25 Pratumbuh (1 – 4) Pratumbuh (1 – 4) Pratumbuh (1 – 4) Pratumbuh (1 – 4) 21 – 30** 21 – 30** R R, BL, T R, BL, T R, BL, T R, BL, T R, BL, T

* Biasa digunakan untuk penyiapan lahan tanpa olah tanah dengan dosis 4  –  6 l/ha atau pembukaan lahan (land clearing) 

** Menggunakan sungkup agar tidak mengenai daun tanaman nilam apabila digunakan untuk menyiang.

(6)

3.3.  Yang perlu diperhatikan saat menggunakan herbisida

1. Jenis herbisida, berkerja secara kontak atau sistemik 2. Sifat herbisida selektif atau non selektif

3. Waktu aplikasi herbsida: pra tanam, pra tumbuh atau pasca tumbuh

4. Cara aplikasi herbisida, tergantung dari formulasi herbisida. Formulasi butiran diberikan dengan ditabur merata ke seluruh permukaan tanah dengan menambahkan serbuk tanah atau pasir sebagai pembawa dengan perbandingan 1:1. Sedangkan herbisida berbentuk tepung atau cairan dilarutkan dalam air dan diaplikasikan dengan menggunakan sprayer.

IV. SPESIES GULMA PENTING DI LAHAN KERING

4.1.  Ageratum conyzoides   (Asteraceae), dikenal dengan babandotan

Batang bulat, tegak, hingga 90 cm, berbulu, bercabang, berumur semusim. Ruas batang dan bagian yang berbulu. Daun berhadapan, bulat telur, segi tiga hingga bulat telur atau belah ketupat hingga bulat telur, ujung lancip, tepi daun bergerigi. Bunga berbentuk bongkol, mengelompok berwarna putih sampai keunguan (Gambar 1A). Berkembang biak dengan biji. Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung

4.2. Synedrella nodiflora  (Asteraceae)

Batang tegak,menggarpu ganda, hingga 90 cm, berumur semusim. Daun berhadapan, jorong atau bulat telur, tepinya bergelombang bergerigi, kedua permukaan berbulu halus (Gambar 1B). Bunga berwarna kuning. Berkembang biak dengan biji. Tumbuh di tempat terbuka atau terlindung hingga 1.200 m dpl.

4.3. Borreria alata  (Rubiaceae)

Batang segi empat bersayap, menjalar atau tegak, hingga 75 cm, bercabang mulai dari pangkal, berumur semusim. Daun berhadapan, jorong

(7)

hingga bulat telur, tepi rata, permukaan licin, seringkali berwarna hijau\kekuningan. Bunga mengelompok di ketiak daun, berwarna ungu mudaberbentuk kapsul dengan 2 butir bij (Gambar 1C). Berkembang biak dengan biji dan ruas batang yang keluar akar. Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1.700 m dpl.

Gambar 1. Gulma pada pertanaman nilam. (A) Ageratum conyzoides (babandotan), (B) Synedrella nodiflora (glentangan), (C) Borreria allata   (Goletak=kentangan), (D) Borreria laevis  (katumpang lemah), (E) Axonopus compressus   (rumput pait), (F) Cynodon dactylon   (Rumput grinting), (G) Digitaria ciliaris (gejoran), (H) Eleusine indica (rumput belulang), (I) Cyperus rotundus   (Teki berumbi), dan (J) Cyperus kyllingia (Teki udelan).

(8)

4.4. Borreria laevis  (Rubiaceae)

Batang tegak hingga 50 cm, bersegi empat berbulu pendek, berwarna hijau sampai kekuningan berumur semusim. Daun berhadapan, bulat panjang berbentuk lanset, ujung lancip, tepi kasar berwarna keunguan, permukaan licin. Bunga mengelomok di ketiak daun, berwarna putih keunguan (Gambar 1D). Berkembang biak dengan biji. Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1.100 m dpl.

4.5  Axonopus compressus  (Poaceae)

Tumbuh menjalar dan menanjak hinga 50 cm. Batang berbuku, padat, tiap buku berakar, berumur tahunan. Daun berbentuk lanset, tepinya berbulu halus, permukaan atas berbulu jarang, permukaan bawah gundul, lidah daun pendek, berbulu pendek (Gambar 1E). Bunga berbentuk malai, mirip bulir, bercabang dua hingga banyak, anak bulir jorong. Berkembang biak dengan biji dan setek batang. Tumbuh di tempat terbuka/agak terlindung hingga 1.400 m dpl.

4.6. Cynodon dactylon  (Poaceae)

Batang tumbuh menjalar membentuk rimpang, buluh yang berbunga tegak atau menanjak hingga 40 cm, buluh samping panjang, yang tua berongga, berumur tahunan. Ruas buluh berseling antara yang panjang dan yang pendek, daun dalam dua baris. Bunga berbentuk bulir ganda terdiri dari dua sampai beberapa cabang, anak bulir berwarna putih lembayung (Gambar 1F). Berkembang biak dengan biji dan setek batang. Tumbuh di tempat terbuka/terlindung hingga 1.650 m dpl

4.7. Digitaria ciliaris  (Poaceae)

Batang menjalar kemudian menanjak hingga 60 cm, berumur semusim. Daun bebentuk pita, lunak, berambut pada permukaannya, lidah daun rata (Gambar 1G). Bunga berbentuk bulir majemuk menjari. Anak bulir berpasangan dua-dua, berbentuk lanset. Berkembang biak dengan biji, dapat juga dari potongan buluh (ruas batang). Tumbuh di tempat terbuka hingga 900 m dpl.

(9)

4.8. Eleusine indica  (Poaceae)

Rumput berumpun, tegak atau menanjak hingga 50 cm, pangkalnya membentuk roset, Berumur semusim atau tahunan namun tidak berumur panjang. Daun berbentuk pita, lidah daun berbulu halus (Gambar 1H). Bunga berbentuk bulir terdiri dari 2 hingga 12 cabang tersusun secara menjari. Berkembang biak dengan biji dan tumbuh di mana-mana hinggá 2.000 m dpl.

4.9. Cyperus rotundus  (Cyperaceae)

Batang tumbuh berumpun, tegak hingga 50 cm, berumbi batang, banyak membentuk rangkaian umbi dengan stolon, tiap umbi mempunyai beberapa mata tunas, berumur tahunan. Daun berbentuk pita bersegi tiga, permukaan licin, mengelompok dekat pangkal batang. Bunga bulir tunggal atau majemuk, mengelompok atau membuka, berwarna cokelat (Gambar 1I). Berkembang biak dengan umbi dan biji. Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1.000 m dpl.

4.10. Cyperus kyllingia  (Cyperaceae)

Teki-tekian tumbuh tegak hingga 55 cm, berimpang, tidak berumbi, berumur tahunan. Daun berbentuk pita bersegi tiga permukaan licin dan kaku, pada pangkalnya berwarna kemerahan. Bunga berbentuk bongkol, terdapat di ujung tangkai bunga, berwarna putih (Gambar 1J). Berkembang biak dengan biji. Tumbuh di tempat terbuka atau agak terlindung hingga 1.300 m dpl.

 V. PENUTUP

Gulma pada lahan kering seringkali menjadi masalah utama setelah faktor air dalam sistem produksi tanaman terutama tanaman semusim termasuk nilam.

Umumnya gulma tumbuh lebih awal daripada tanaman nilam dan populasinya lebih padat sehingga menang bersaing dalam hal kebutuhan

(10)

unsur hara, dan ruang tumbuh sehingga akan dapat menekan pertumbuhan tanaman nilam apabila tidak dikendalikan tepat waktu. Hal demikian ini akan dapat menurunkan produksi terna. Oleh karena itu, gulma harus dikendalikan dengan baik dan tepat waktu.

Untuk mengendalikan gulma pada tanaman nilam secara tepat menggunakan herbisida perlu mengetahui sifat dan karakter spesies gulma. Disamping itu juga harus memperhatikan jenis bahan aktif, formulasi dan mekanisme aksi herbisida yang digunakan. Tidak kalah penting adalah cara aplikasi harus sesuai dengan perhitungan dosis anjuran dan menggunakan sprayer dengan T-jet nozle (nosel tipe kipas) berbeda dengan nozle yang biasa digunakan untuk aplikasi insektisida maupun fungisida.

DAFTAR PUSTAKA

 Ampong-Nyarka, Kwesi and SK. De Dtta. 1991. A hand book for weed control in rice IRRI. Manila Phillippine

Direktorat Jendral Perkebunan. 1995. Pedoman Pengenalan Berbagai Jenis Gulma Penting Pada Tanaman Perkebunan. N0.05.16.08.10.85

Hasanuddin, A. Anhar dan Nurhayati. 2000. Kajian hasil dan stadia perkembangan tanaman jagung: Densitas tanaman dan tekanan gulma. Agrista. 4: 181-189

Lamid, Z. dan R.E. Soenarjo. 2001. Weed flora and upland rice management practices in Indonesia. p.73-84. In upland rice: Current Status and Future Direction, AARD-IRRI Collaboration Research. Bogor.

Mahmud, M. 2005. Gulma dan karakter ekofisiologi pada berbagai sistem penggunaan lahan di tanaman nasional Lore Lindu. Disertasi S.3 Sekolah Pasca Sarjana IPB Bogor.

Sastroutomo, S.S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Soerjani, M., M. Soendaru dan C. Anwar. 1996. Present Status of Weed Problems and Their Control in Indonesia. Biotrop. Special Publication. No.24.

Referensi

Dokumen terkait

Seperti dalam kegiatan gotong-royong menjaga kebersihan, setelah ada ekowisata masyarakat semakin kompak karena adanya kesadaran yang lebih untuk menjaga kebersihan,

Kondisi ini terlihat pada Pelabuhan Rembang, yang dari tahun ke tahun hanya mengalami degradasi lingkungan, seperti kurangnya dermaga untuk mendaratkan kapal dan

Penanggulangan yang dapat dilakukan di kawasan kampus II UIN SGD Bandung dapat menggunakan teknik konservasi tanah dengan tiga prinsip utama yaitu perlindungan

produkticitas jagung di daerah penelitian tersebut yang efisien secara teknis adalah luas lahan, benih dan tenaga kerja serta faktor interaksi antara faktor-faktor

Nilai efisiensi pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan D 150 mg/kg pakan dengan hasil 63,31±1046 %, dan yang paling rendah perlakuan kontrol yaitu tidak ada

Dalam Kolb (1992), konflik dapat saja terjadi karena timbulnya perbedaan dalam minat, pola pikir, dan tujuan. Lebih jauh dinyatakan bahwa konflik dapat terjadi karena

Sedangkan pertumbuhan organisasi adalah kebutuhan informasi yang semakin luas, volume pengolahan data yang semakin meningkat, dan adanya perubahan prinsip baru

Ia menjelaskan, sesuai dengan konsep 10 pasar rakyat ini akan dibangun di pasar tradisional yang sudah ada sebelumnya (existing). Pasar-pasar itu dipilih menjadi pasar rakyat