PENGARUH SUHU SINTERING TERHADAP FRAKSI VOLUME FASE 2223 SUPERKONDUKTOR SISTEM Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O TERDOPING Nd :
(Bi1.4Pb0.6)Sr2(Ca1.85Nd0.15)Cu3O¼
M. Sumadiyasa1, I W. Tengah2, N. Wendri3
1,2,3
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana, Kampus Bukit Jimbaran, Badung, Bali Indonesia 80361.
Abstrak
Telah diteliti pengaruh suhu sintering terhadap pembentukan fraksi volume fase (Bi,Pb)-2223 pada superkonduktor sistem BPSCCO terdoping Nd : (Bi1.4Pb0.6)Sr2(Ca1.85Nd0.15)Cu3O . Sampel disinterring pada suhu antara 8200C dan 8600C selama 40 jam Fraksi volume dihitung dari intensitas puncak- puncak difraktogram hasil pengukuran XRD. Diperoleh bahwa dalam pembentukan fase (Bi,Pb)-2223 pada superkonduktor sistem BPSCCO tedoping Nd, fraksi volume fase 2223 yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh parameter síntesis suhu sintering. Dengan sintering selama 40 jam fraksi folume fase (Bi,Pb)-2223 yang terbentuk masih kecil, yaitu terbesar 44,36% diberikan oleh sampel yang disintering pada suhu 8400C. Suhu sintering juga berpengaruh terhadap struktur kisi dari fase (BiPb)-2223 terdoping Nd yang terbetuk. Ini diperlihatkan oleh kurva perubahan parameter kisi terhadap suhu sintering yang hampir menyerupai parabola : parameter kisi dalam arah a dan b terkecil, dan c terbesar terjadi pada sampel yang disintering pada suhu suhu 8400C.
Kata Kunci : superkonduktor, fraksi volume fase Bi-2223, doping Nd, parameter kisi
Abstract
It has been investigated the influence of sintering temperature in the formation of volume fraction (Bi,Pb)-2223 phase on superconductor BPSCCO system doped by Nd : (Bi1.4Pb0.6)Sr2(Ca1.85Nd0.15) Cu3O . The samples have been sintered between 8200C and 8600C for 40 hours. The volume fraction calculated from intensity of the peaks of difractogram XRD measurement. The result shown that on the formation of the superconductor (Bi,Pb)-2223 phase in BPSCCO system is influenced by synthesis parameter, sintering temperature strongly. The fraction volume of the (Bi,Pb)-2223 phase is a little, the highest volume fraction 44.36% found in the sample sintered on 840 0C for 40 hours. Sintering temperature also affected the lattice structure of the Nd doped (Bi,Pb)-2223 phase.. This is shown by the changes of curve of lattice parameter vs sintering temperature. It shown similar with parabola curve with each lattice parameters e.g. the smallest parameters a and b, and the highest parameter c found in the sample sintered on 8400C.
Key word: superconductors, volume fraction, Bi-2223 phase, Nd doped, lattice parameters
1. PENDAHULUAN
Permasalahan utama dalam penelitian superkonduktor sampai saat ini adalah bagaimana menemukan bahan superkonduktor berfase/berkristal tunggal, bersifat superkonduktif (Tc0) pada suhu tinngi, memiliki rapat arus (Jc) yang tinggi dan memiliki unjuk kerja (performance) yang baik di medan magnet yang tinggi. Sudah dapat disintesis superkonduktor fase (Bi,Pb)-2223 sistem Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O memiliki Tc0 ~110 K, tetapi memiliki Jc dengan unjuk kerjanya (performance) yang kurang baik bila diberi medan magnet : Jc-nya dengan sangat mudah turun bila diberi medan magnet luar (Kim et al. 1991, Zheng et al., 1995). Demikian juga kristal tunggal fase (Bi,Pb)-2223 ini masih belum dapat dibuat dengan metode yang ada.
Dalam rangka pengkajian, peningkatan Jc dan unjuk kerja dari fase (Bi,Pb)-2223 superkondktor sistem Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O tersebut pada tahun 2003 kami telah melakukan penelitian awal (Wiraduarsa, 2003). Kami melakukan doping Nd untuk penggantian sebagian Ca dalam pembentukan kristal fase (Bi,Pb)-2223 dengan komposisi (Bi1.6Pb0.4)Sr2(Ca2-xNdx)Cu3Oδ. Dengan metode reaksi padatan pada suhu sintering 8600C selama 40 jam, memperlihatkan bahwa sampel telah mengalami pelelehan secara parsial. Dari pengukuran XRD-nya, sampel masih bersifat polikristal memperlihatkan
fraksi volume fase (Bi,Pb)-2223 yang terbentuk di bawah 45%. Terdeteksi adanya residu dari fase intermediate CuO, SrCO3, Ca2CuO3, Ca2PbO4, dan fase 2201, 2212. Ini sesungguhnya merupakan bahan dasar untuk pembentukan fase (Bi,Pb)-2223, yang mana secara bertahap dapat tereduksi menjadi fase 2223 (Chen et al., 1991). Olehh karena itu kami menduga kecilnya fraksi volume fase (Bi,Pb)-2223 yang terbentuk adalah akibat dari belum optimalnya reaksi pembentukan fase (Bi,Pb)-2223 karena belum tepatnya suhu sintering pembentukan fase (Bi,Pb)-2223.
Adanya penggantian Ca dengan Nd dapat memberikan pergeseran/efek terhadap suhu sintering untuk pembentukan fase Bi-2223 karena Ca dan Nd memiliki suhu leleh yang berbeda.
Dari pengukuran Tc dengan metode four point probe (Yamashita,1987) pada penelitian tersebut memperlihatkan bahwa semua sampel belum memperlihatkan adanya suhu kritis resistivitas nol (Tc0) pada suhu di atas 77 K. Tetapi dengan jelas memperlihatkan adanya dua suhu mulai (on- set) transisi (Tcon-set) pada 88 K dan 107 K, yang mengindikasikan bahwa di dalam sampel tersebut telah ada dua fase superkonduktif yaitu fase (Bi,Pb)-2212 dengan Tc antara ~85 K dan fase (Bi,Pb(-2223 dengan Tc = ~110 K (Maple, 1998, Shimono et al, 1994). Belum tampaknya Tc0 pada suhu di atas 77 K kami
fase non-superkonduktif dan fase ber-Tc0
rendah seperti fase (Bi,Pb)-2212 dan 2201.
Dengan demikian permasalahannya sekarang adalah pada suhu berapa fase (Bi,Pb)-2223 dari suuperkonduktor sistem Bi- Pb-Sr-Ca-Cu-O terdoping Nd, (Bi1.6Pb0.4)Sr2 (Ca2-xNdx)Cu3Oδ. dapat terbentuk secara optimal. Sebagaimana telah diperlihatkan pada penelitian sebelumnya, suhu sintering untuk pembentukan fase (Bi,Pb)-2223 murni tanpa doping Nd adalah dalam rentang suhu antara 8300C – 8600C (Manfredotti et al, 2001, Liang, et al. 2002). Untuk membatasi masalah, dengan memperhatikan penelitian awal yang telah dilakukan, maka pada penelitian ini akan difokuskan pada penemuan suhu sintering yang tepat antara 8200C – 8600C untuk pembentukan (Bi,Pb)-2223 suuperkonduktor sistem Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O terdoping Nd=0,15 dengan komposisi nominal (Bi1.4Pb0.6)Sr2(Ca1.85Nd0.15)Cu3O¼saja. Suhu sintering lebih rendah 100C dibandingkan yang diberikan oleh Manfredotti et al, (2001), Liang, et al. (2002) untuk menghindari adanya pelelehan secara parsial.
Peneltian ini penting karena ada petunjuk bahwa beberapa bahan superkonduktor tersubstitusi Nd, memiliki Jc yang tinggi dan unjuk kerja yang baik di dalam medan magnet (Rentschler et al., 1992, Wu et al., 1999, ). Selain itu, untuk dapat diaplikasikannya superkonduktor diperlukan bahan yang sefase, berkristal tunggal, ber-Tc
tinggi Demikian juga untuk kepentingan mempelajari sifat-sifat dan mekanisme terjadinya superkonduksi.
2. METODE PENELITIAN 2.1. Sintesis
Dalam penelitian ini sampel dibuat dengan mengambil komposisi campuran awal dengan stokiometri (Bi1.6Pb0.4)Sr2(Ca1.85 Nd0.15)Cu3Oδ. Ini diambil sesuai dengan penelitian awal yang telah dilakukan yang memberikan fraksi volume yang terbaik ~ 45
%, dan memperlihatkan Tcom-set ~ 107 K.
Sampel akan diproses dengan menggunakan metode reaksi padatan (solid state reaction methods). Proses ini meliputi beberapa tahapan, yaitu :
Ø Persiapan bahan : Bahan superkonduktor dibuat dari bahan kimia Bi2O3 (Aldrich, 99.9+%), PbO (Aldrich, 99.9+%), SrCO3
(Aldrich, 99.995%), Y2O3 (Aldrich, 99.999%), CaCO3 (Aldrich, 99.995%), Nd2O3 (Aldrich, 99.99+%) dan CuO (Aldrich, 99.99+%). Sampel dibuat dengan campuran awal dengan komposisi yang sama, yaitu dengan komposisi Bi : Pb :Sr:
Ca : Nd : Cu = 1,6 : 0,4 : 2,0 : 1,85 : 0,15 : 3,0 sesuai dengan stokiomtri (Bi1.6Pb0.4)Sr2(Ca1.85Nd0.15)Cu3Oδ.
Ø Pencampuran : pencampuran bahan dilakukan dengan penggerusan di dalam mortar secara manual.
Ø Kalsinasi : campuran dipanaskan pada suhu di bawah suhu reaksinya, yaitu pada
suhu 8100C selama 20 jam dalam atmosfir udara di dalam tungku.
Ø Penggerusan : hasil kalsinasi digerus kembali di dalam mortar.
Ø Pemadatan : hasil gerusan selanjutnya dipres menjadi pelet dengan diameter 1.2 cm. dan berat antar 2 – 3 gr.
Ø Sintering : pelet dipanaskan pada suhu pembentukan fase (Bi,Pb)-2223, yaitu pada suhu 8200C, 8300C, 8400C, 8500C, 8500C selama 40 jam dalam atmofer udara di dalam tungku
Ø Pendinginan : sampel didinginkan sesuai dengan pendinginan yang berlangsung di dalam tungku
2.2. Karakterisasi
Pengamatan Efek Meissner : penolakan bahan superkonduktor terhadap medan magnet pada suhu tertentu, yang mana memberi informasi apakah suatu bahan bersifat superkonduktif pada suhu tersebut.
Pengukuran XRD (X-Ray Difraction) : ini ditujukan untuk mendapatkan pola difraksi (spektrum) untuk dianalisis
(dengan membandingkannya dengan spektrum XRD referensi) sehingga dapat diketahui apakah pada sampel telah terbentuk atau tidak kristal fase (Bi,Pb)-2223, dan terbentuknya fase lain. Juga digunakan untuk perhitungan Fraksi Volume : dari difraktoramnya (spekrum difraksinya) dilakukan perhitungan fraksi volume bagi fase (Bi,Pb)-2223 yang terbentuk dengan menggunakan persamaan FV= Int.seluruhpuncak
2223 - Pb) (Bi, fase
Int. x100% (1)
3. HASIL DAN DISKUSI 3.1. Perubahan Fisik
Dalam penelitian ini telah dibuat lima buah sampel dengan komposisi yang sama, yaitu dalam stoikiometri (Bi1.6Pb0.4)Sr2 (Ca1.85Nd0.15)Cu3Oδ. Sampel disintering dengan suhu sintering yang berbeda dengan waktu sintering sang sama, yaitu selama 40 jam. Sintering dilakukan di dalam tungku pada lingkungan atmosfer yang sama. Perubahan fisik akibat perbedaan suhu sintering meliputi perubahan diameter dan ketebalan sampel ditunjukkan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Perubahan fisik sampel sebelum dan setelah disintering
No
Suhu Sintering (0C)
Sebelum disintering Setelah disintering Diameter
(mm)
Tebal (mm)
Diameter (mm)
Tebal (mm)
1 820 16,0 3,0 16,0 3,0
2 830 16,0 3,0 14,5 2,6
3 840 16,0 3,0 13,5 1,9
4 850 16,0 3,0 13,0 1,8
5 850 16,0 3,0 12,0 1,6
Dari Tabel 3.1 jelas tampak bahwa setelah disintering sampel secara fisik mengalami perubahan baik ukuran diameter maupun ketebalannya, terutama pada sintering di atas 8200C. Tampak diameter dan ketebalan sampel berubah menjadi lebih kecil. Semakin besar suhu sintering semakin besar juga perubahan ukuran. Ini meunjukkan selama sintering terjadi reaksi sedemikian rupa sehingga terjadi pemampatan pada sampel.
3.2. Efek Meisnner
Untuk melihat sampel secara visual apakah telah bersifat superkonduktif pada suhu 77 K maka dilakukan pengamatan efek Meisnner. Ini dilakukan dengan memberikan sampel nitrogen cair dan menempatkan potongan kecil medan magnet permanen.
Kemudian diamati secara langsung apakah terjadi penolakan terhadap medan magnet atau tidak. Ternyata seluruh sampel tidak memperlihatkan adanya efek Meissner pada suhu titik didih Nitrogen cair. Ini memperlihatkan bahwa sesungguhnya sampel belum bersifat superkonduktif pada suhu 77K.
3.2. Fraksi Volume
Fraksi volume dalam penelitian ini dihitung dari intensitas difraktogram hasil pengukuran difraksi sinar-X (XRD)-nya dengan menggunakan persamaan (1). Hasil pengukuran XRD dari sampel dalam penelitian ini diberikan pada Gambar 3.1 – 3.5.
Gambar 3.1. Pola difraksi sampel yang disintering pada suhu 8200C selama 40 jam.
Gambar 3.2. Pola difraksi sampel yang disintering pada suhu 8300C selama 40 jam.
Gambar 3.3. Pola difraksi sampel yang disintering pada suhu 8400C selama 40 jam.
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
2 Theta
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
2 Theta
0 250 500 750 1000 1250 1500 1750 2000 2250 2500
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
2 Theta
Gambar 3.4. Pola difraksi sampel yang disintering pada suhu 8500C selama 40 jam.
Gambar 3.5. Pola difraksi sampel yang disintering pada suhu 8600C selama 40 jam.
Puncak-puncak (peaks) yang sesuai dengan puncak difraksi dari fase (Bi,Pb)-2223 pada gambar di atas ditandai berdasarkan di- fraktogram hasil pengukuran XRD yang dibe- rikan oleh Li et al (1999). Puncak difraksi bagi fase (Bi,Pb)-2223 ditandai dengan indeks Millernya, sedangkan puncak yang tidak di- tandai adalah puncak-puncak dari fase lain yang disebut sebagai fase impuritas/pengotor.
Tampak sebagian besar puncak- puncak dari fase (Bi,Pb)-2223 dapat ditandai, dan terdapat puncak-puncak yang tidak ditan- dai sebagai puncak-puncak dari pengotor. Ini memperlihatkan secara tidak langsung bahwa pada sampel fase (Bi,Pb)-2223 yang terbentuk belum maksimal. Hal ini menunjukkan bahwa kation-kation pada campuran awal dalam pro- ses pembentukan (sintering) belum seluruhnya bereaksi secara optimal membentuk fase (Bi,Pb)-2223.
Berdasarkan intensitas puncak-puncak yang ditandai yang merepresentasikan fase (Bi,Pb)-2223 dan puncak-puncak pengotor pada gambar di atas dan dengan persamaan (1) dapat dihitung fraksi volume fase (Bi,Pb)- 2223 yang terbentuk. Hasilnya diperlihatkan pada Tabel 3.2
Tabel 3.2. Fraksi Volume Fase (Bi,Pb)-2223 terdoping Nd
No. Suhu Sintering (0C)
Fraksi Volume (%)
1 820 31,59
2 830 39,25
3 840 42,83
4 850 44,36
5 856 42,70
Dari Tabel 3.2 dapat dibuat gambar grafik Gambar 3.6, memperlihatkan secara kuantitatif fase (Bi,Pb)-2223 yang terbentuk di dalam sampel. Tampak bahwa fase (Bi,Pb)- 2223 yang terbentuk masih rendah, fraksi vo- lume fase (Bi,Pb)-2223 yang terbentuk
0 200 400 600 800 1000 1200 1400
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
2 Theta
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
2 Theta
Gambar 3.6. Perkembangan Fraksi Volume Fase Bi-2223 terdoping Nd terhadap suhu sintering
maksimum sebesar 44,36%. Ini diberikan oleh sampel yang disintering pada suhu 8500C. Pada suhu sintering 8600C fraksi vo- lume turun kembali, ini kemungkinan pada suhu tersebut sampel telah mengalami pele- lehan secara parsial (Suharta, 1997). Kecilnya fraksi volume fase (Bi,Pb)-2223 yang terbentuk memperlihatkan belum seluruh kation bereaksi untuk membentuk fase (Bi,Pb)-2223. Jadi di dalam sample terdapat banyak fase lain (sebagai fase pengotor) yang bersifat non-superkonduktif atau fase superkonduktif pada suhu rendah. Dengan demikian belum seluruh bahan penyusun bereaksi dengan baik untuk membentuk fase (Bi,Pb)-2223.
Pada sampel dapat terbentuk berbagai fase impuritas, antara lain fase (Bi,Pb)-2212, superkonduktor ber-Tc rendah fase (Bi,Pb)- 2201, senyawa SrCO3, CuO, Ca2PbO4. Sebagaimana dilaporkan oleh peneliti sebelumnya, fase impuritas tersebut pada
dasarnya merupakan senyawa dalam sintesis/pembentukan fase (Bi,Pb)-2223.
Dengan metode sintesis yang tepat senyawa tersebut secara bersama-bersama akan tereduksi memmbentuk fase (Bi,Pb)-2223 (Chen et al., 1991). Adanya simpuritas tersbut menunjukkna bahwa waktu sintering selama 40 jam masih belum cukup untuk dapat terbentuknya secara maksimal fase (Bi,Pb)- 2223 terdoping Nd.
Sebelumnya telah dilaporkan bahwa untuk dapat menumbuhkan fase (Bi,Pb)-2223 murni (tanpa doping Nd) pada superkonduktor sistem Bi-Sr-Ca-Cu-O dengan metode reaksi padatan memerlukan waktu yang cukup lama lebih dari pada 100 jam (Suharta, 1997, Manfredotti, et al, 2001, Liang, et al. 2002, Muralidhar, et al., 2003).
Dari pengukuran XRD, dengan puncak-puncak difraksi yang telah ditandai selanjutnya dengan sudut 2θ-nya dan dengan menggunakan formula Bragg telah dilakukan perdihitungan pada parameter kisinya.
Hasilnya diberikan pada Tabel 3.3.
Dari Tabel 3.3 dapat dibuat gambar grafik perubahan parameter kisi terhadap suhu sintering, hasilnya sebagaimana ditunjukan pada Gambar 3.7 dan 3.8. Dari gambar tersebut tampak ada perbedaan yang sangat signifikan anatara perubahan parameter a, b, dan c terhadap pemberian suhu sintering. Pada Gambar 3.7, tampak kurva perubahan parameter kisi a dan b hampir berbetuk
30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50
815 820 825 830 835 840 845 850 855 860 865
Suhu (C)
parabola, melengkung ke bawah dan minimum pada suhu sintering 8400C.
Sedangkan perubahan parameter kisi c pada Tabel 3.3. Parameter kisi
Suhu Sintering
(0C)
Parameter Kisi (Å)
a b c
820 5.4384 5.4347 37.1909 830 5.4151 5.4118 37.3055 840 5.3706 5.4118 37.4942 850 5.4406 5.4375 37.4449 860 5.4488 5.4488 37.2309
Gambar 3.8, kurvanya hampir menyerupai parabola juga tetapi melengkung ke atas dan maksimum pada suhu sintering 8400C. Hal ini memperlihatkan bahwa suhu sintering pada sintesis superkonduktor fase (Bi,Pb)-2223 yang ter- doping Nd sangat berpengaruh terhadap struktur kisinya. Adanya perubahan struktur (parameter kisi) tersebut ada kemunkinan berhubungan dengan kandungan oksigennya.
Gabar 3.7. Perubahan parameter kisi a dan b terhadap suhu sintering : = Parameter kisis a;
= Parameter kisi b
Gabar 3.8. Perubahan parameter kisi c terhadap suhu sintering
4. KESIMPULAN
1. Dalam pembentukan fase (Bi,Pb)-2223 pa- da superkonduktor sistem BPSCCO ter- substitusi Nd, fraksi volume fase (Bi,Pb) 2223 yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh parameter síntesis suhu sintering.
Dengan sintering selama 40 jam Fraksi fo- lume yang terbentuk maíz kecil, yaitu ter- besar 44,36% diberikan oleh sampel yang disintering pada suhu 8400C.
2. Suhu sintering berpengaruh terhadap struktur kisi dari fase (Bi,Pb)-2223 terdo- ping Nd yang terbetuk. Ini diperlihatkan oleh kurva perubahan parameter kisi terha- dap suhu sintering hampir menyerupai pa- rabola : parameter kisi arah a dan b terkecil terjadi pada sampel yang disintering pada suhu suhu 8400C, sedangkan parameter kisi arah c maksimum terkecil terjadi pada sampel yang disintering pada suhu suhu 8400C.
5.35 5.38 5.40 5.43 5.45 5.48 5.50
810 815 820 825 830 835 840 845 850 855 860 865 870
Suhu (C)
37.10 37.15 37.20 37.25 37.30 37.35 37.40 37.45 37.50 37.55 37.60
810 820 830 840 850 860 870
Suhu (C)
DAFTAR PUSTAKA
Chen, F. H., Koo, H. S., Tseng, T.Y. (1991), Effect of Ca2PbO4 additions on the formation of the 110 K phase in BiPbSrCaCuO superconducting cera- mics, Appl. Phys. Lett, 58, 637 – 642.
Kim, D. H., Gray, K. E., Kampwirth, R. T., Smith, J. C. (1991), Efect of Cu-O layer spacing on the magnetic field induced resistive broadening of high temperature superconductors, Physica C, 177, 431-437.
Li, D. Y., Wang, H., Mackinnon, C. W., Davis, R. L. (1999), X-Ray Powder Diffraction Data for High – Tc Super- conductor (Bi,Pb)2Sr2Ca2Cu3O10+δ (2223)
Manfredotti, C., Truccato, M., Rinaudo, G., Allasia, D., Volpe, P., Benzi, P., Agostino, A. (2001), Annealing Temperature Dependence of the 2223 Phase Volume Fraction in the Bi-Sr- Ca-Cu-O System, Physica C, 353, 184 – 19.
Maple, M. B. (1998), Hight Temperature superconductivity, Journal of Magnetism and Magnetic Materials, 177 – 181, 18 – 30.
Muralidhar, M., Jirsa, M., Sakai, N., Murakami, M. (2003), Progress in melt-processed (Nd-Sm-Gd)Ba2Cu3Oy superkonductor, Supercond. Sci.
Technol., 16, R1 – R16
Rentschler, T., Kemmler Sack, S., Hartmann, M., Hubbener, R. T., Kesler, P., Lichte, H. (1992), Influence of Nd substitusion on the Superconducting properties of Ceramics in the 2212 System Bi2-wSr2-yCa1-yNdx+yCu2O8+δ, Physica C, 200, 287 -295
Wiraduarsa, A. A. (2003), Studi Pengaruh Penggantian Ca dengan Nd Pada Pembentukan Superkonduktor Sistem Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O Fase 2223 : Bi1.4Pb0.6Sr2Ca2-xNdxCu3Oδ., Skripsi, Jurusan Fisika FMIPA UNUD
Shimono, I., Konishi, H., Kjima, N., Nagata, S., 1994, Synthsis of Hight-Tc 2223 Phase in Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O System by Short-Term Firing, Journal of Ceramics Siciety of Japan, 102, 606 - 608
Suharta, W. G. (1997), Pengaruh Fluks B2O3 dan Beberapa Parameter Pemrosesan Pada Pembentukan Superkonduktor BPSCCO-2223, Tesis, ITB
Wu, X. S., Gao, J. (1999), Structure and transport properties in calcium doped YBa1.8Nd0.2Cu3Oycuprates, Physica C, 313, 49 – 57.; Wu, X. S., Gao, J.
(1999), Superconductivity and struc- ture changes in Y0.8Ca0.2Ba2- xNdxCu3Oy cuprates with x 0.50, Physica C, 313, 79 – 86
Yamashita, M. (1987), Resistivity Corection Factor for Four-Probe Method on
Circular Semiconductor I, Jpn. J. Appl.
Phys. 26, 1150
Zheng, D. N., Johson, J.D., Jones, A. R., Campbell, A. M., Liang, W. Y. (1995), Magnetic and transport measurements of Tl-1223 supercoductors, J. App.
Phys., 77, 5287 - 5292.
PENGARUH SUHU SINTERING TERHADAP FRAKSI VOLUME
FASE 2223
SUPERKONDUKTOR SISTEM Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O TERDOPING
Nd :
(Bi1.4Pb0.6)Sr2(Ca1.85Nd0.15) Cu3Od
by Putu Suardana
FILE
TIME SUBMITTED 24-JAN-2017 12:12PM WORD COUNT 3351 JURNAL_2008_EFEK_SUHU_BPSCCO-ND.PDF (154.98K)
% 17
SIMILARIT Y INDEX
% 15
INT ERNET SOURCES
% 8
PUBLICAT IONS
% 3
ST UDENT PAPERS
1 % 9
2 % 1
3 % 1
4 % 1
5 % 1
6 % 1
7 < % 1
FASE 2223 SUPERKONDUKTOR SISTEM Bi-Pb-Sr-Ca-Cu-O TERDOPING Nd : (Bi1.4Pb0.6)Sr2(Ca1.85Nd0.15)Cu3Od
ORIGINALITY REPORT
PRIMARY SOURCES
jurnal.unej.ac.id
Int ernet Source
Submitted to Udayana University
St udent Paper
www.hku.hk
Int ernet Source
www.campusnet.unito.it
Int ernet Source
cel.archives-ouvertes.fr
Int ernet Source
serd.shinshu-u.ac.jp
Int ernet Source
M Yamashita. "Measuring resistivity of hollow conducting cylinders with a four-probe array", Measurement Science and Technology,
12/01/2006
< % 1
9 < % 1
10 < % 1
11 < % 1
12 < % 1
13 < % 1
14 < % 1
15 < % 1
Technology, 06/1996
Publicat ion
Submitted to Nigde University
St udent Paper
Advances in Cryogenic Engineering Materials, 1998.
Publicat ion
Schmidt, Rainer, Martin C. Stennett, Neil C.
Hyatt, Jan Pokorny, Jesús Prado-Gonjal, Ming Li, and Derek C. Sinclair. "Effects of sintering temperature on the internal barrier layer
capacitor (IBLC) structure in CaCu3Ti4O12 (CCTO) ceramics", Journal of the European Ceramic Society, 2012.
Publicat ion
igawidagda.files.wordpress.com
Int ernet Source
id.scribd.com
Int ernet Source
ged.univ-valenciennes.fr
Int ernet Source
D. N. Zheng. "Magnetic and transport
measurements of Tl-1223 superconductors", Journal of Applied Physics, 1995
Publicat ion
< % 1
17 < % 1
18 < % 1
19 < % 1
20 < % 1
EXCLUDE QUOTES OFF
EXCLUDE OFF
EXCLUDE MATCHES OFF