LEMBAR PENGESAHAN
Modul yang berjudul “Modul Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur`an Kelas XI Semester 4” yang disusun oleh:
Nama : ABD KARIM, S.Pd.I
NIP : -
Pangkat/ Golongan : -
Unit Kerja : SMKN 1 Wonorejo Kabupaten Pasuruan
dengan ini telah disahkan sebagai sumber belajar mata pelajaran Baca Tulis Al-Qur`an (BTQ) Tahun Pelajaran 2021/2022 dan dapat digunakan sebagai referensi sah dalam pembelajaran PAI yang ada di SMKN 1 Wonorejo Kabupaten Pasuruan.
Wonorejo, 12 Juli 2021 Mengesahkan,
Kepala SMKN 1 Wonorejo Penulis
ABD KARIM, S.Pd.I NIP. -
A. SYAMSUL HADI, S.Pd, M.Si Pembina Tk. I
NIP. 19710406 199802 1 003
“Dengan menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
“dan bacalah Al-Qur`an itu dengan perlahan-lahan”
(QS. Al-Muzzammil: 4)
˚ه م ´ لع´و´ ن´ ار˚ق˚˚لا م ´ لع´.´ت ن˚ م´ م˚ ك˚ر˚.ي˚خ´
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya”
(HR. Bukhari no. 4739)
DAFTAR ISI
BAB XI : BACAAN MAD (BAGIAN II)
Ringkasan Materi
a. Bacaan Mad
b.Macam-macam Bacaan Mad Evaluasi 11
BAB XII : WAQAF DAN IBTIDA`
Ringkasan Materi a. Waqaf b. Ibtida`
: GHARAIBUT TILAWAH
Ringkasan Materi
a. Imalah b. Isymam c. Saktah d. Tashil e. Naql
BAB XIIIDAFTAR PUSTAKA
BAB XI
BACAAN MAD (BAGIAN II)
Ringkasan Materi
A. Bacaan Mad
Pada bagian pertama kita telah mempelajari mad asli dan tujuh macam mad far`i, yaitu mad wajib muttasil, mad jaiz munfasil,mad lazim musaqqal kilmi, mad lazim mukhaffaf kilmi, mad layyin, mad farid lissukun, dan mad silah qasirah. Dari mad asli dan ketujuh mad far`i tersebut tentu kalian sudah terampil membacanya sesuai aturan.
Kali ini kita akan mempelajari macam-macam mad far`i yang belum dibahas pada bagian pertama. Mad far`i yang akan kita bahas kali ini berjumlah lima, yaitu Mad Shilah Thawilah, Mad Iwadh, Mad Badal, Mad Lazim Harfi Mukhaffaf, dan Mad Lazim Harfi Musyabba`. Agar kita mudah memahami bacaan tersebut, maka perhatikan lafal- lafal berikut:
Bacaan Lafal Cara Membaca
Mad Shilah Thawilah
أ
Rabbihi ahada (Lafal
ﻩ
dibaca selama enam ketukan)
Mad Iwadh
Qaulannnsadida (Lafal dibac ﻻ dua ketukan)
Mad Badal
Amanu (lafal dibaca selama dua ketukan)
Mad Lazim Harfi Mukhaffaf Taha(lafal ﻄ dan ﻩ dibaca selama dua ketukan)
Mad Lazim Harfi Musyabba`
Alif lammmim (huruf ﻞ dan ﻡ dibaca selama enam ketukan)
1. Mad Shilah Thawilah
Secara bahawa Shilah artinya bersambung, Tahwilah artinya panjang. Mad Shilah Thawilah terjadi jika ada huruf ha` dhamir panjang (
ﻩ
) bertemu dengan hamzah.Syaratnya, huruf sebelum dan sesudah ha berupa huruf hidup. Dari penjelasan tersebut kita dapat membedakan Mad Shilah Thawilah dengan Mad Shilah Qasirah yang telah kita bahas pada bagian pertama.
Panjang bacaan Mad Shilah Thawilah sama dengan Mad Jaiz Munfasil, yaitu dua sampai enam ketukan. Dalam pertemuannya dengan hamzah, antara Mad Shilah Thawilah dengan Mad Jaiz Munfasil juga sama, yaitu bertemu dengan hamzah pada dua kata. Selain itu, kita juga harus konsisten membacanya, yaitu jika kita menemui Mad Shilah Thawilah di banyak tempat, maka panjang bacaannya diharapkan sama, yaitu jika kita memilih dua ketukan, maka ditempat lain juga dua ketukan. Demikian juga jika kita memilih membacanya enam ketukan. Perhatikan contoh bacaan berikut:
Sekarang perhatikan bacaan-bacaan berikut, lalu bacalah dengan tepat dan konsisten.
g
Maalahu Akhladah (lafal
ﻩ
dibaca panjangselama dua sampai enam ketukan)
2. Mad Iwadh
Mad Iwadh terjadi pada huruf alif yang terletak di akhir kata dan huruf sebelum alif berharakat fathah tanwin. Mad Iwadh juga terjadi pada kata yang huruf terakhirnya berupa hamzah berharakat fathah tanwin. Syaratnya kata tersebut harus diwaqafkan.
Panjang bacaannya 2 ketukan. Misalnya kita menemui kata
قليلا
. Jika lafal tersebut diwaqafkan, kita harus membacanya qaliilaa. Demikian juga lafal jika diwaqafkan maka harus dibaca ma’a.ً لا ي ً ل ً ق
Dibaca
ما ً ء
DibacaSelanjutnya bacalah potongan-potongan ayat berikut dengan tepat.
3. Mad Badal
Mad Badal (Pengganti) terjadi pada hamzah yang dibaca panjang, baik karena diikuti huruf mad atau berharakat panjang. Panjang bacaan Mad Badal adalah dua ketukan. Dari asal kejadiannya, Mad Badal disebabkan oleh dua hamzah yang bertemu dalam satu kata. Hamzah pertama berharakat hidup, sedangkan hamzah kedua berharakat sukun. Karena orang arab sulit mengucapkannya, maka hamzah kedua diganti dengan huruf mati yang sesuai dengan harakat hamzah pertama. Misalnya kata
dibaca aamanuu. Kata
من
berasal dari kataاامن
. Karena sulit membunyikanhamzah sukun, maka hamzah tersebut diganti dengan
ا
, yang sesuai dengan harakat QaliilaaMa’a
hamzah pertama, yaitu fathah. Contoh lain, kata
ايتاء
dibaca ita’u. Kata berasal dari kataائتاء
. Karena sulit mengucapkan lafalائتاء
, maka hamzah mati diganti dengan huruf mad yang sesuai dengan harakat hamzah pertama, yaituي
.Bacalah potongan ayat berikut dengan benar.
g
4. Mad Lazim Harfi Mukhafafaf
Secara Bahasa artinya Memanjangkan huruf mad secara ringan pada huruf pembuka surah. Mad lazim harfi mukhaffaf bersifat khusus , karena banyak terletak pada huruf hijaiah yang terdapat pada huruf hijaiyah yang terdapat pada permulaan surah. Huruf-huruf permukaan surah yang dibaca mad lazim harfi mukhaffaf ada lima, yaitu
ﺮ ﻫ ﻄ ي ﺡ
. Agar mudah diingat, kita menyingkatnya dengan kalimat“Hayyunthohuro”. Cara bacanya, kelima huruf tersebut dibaca sesuai harokatnya dengan panjang dua ketukan. Perhatikan contoh-contoh berikut ini:
Aamana
ﻪﻄ
Taahaaﻡﺣ
Haamiiiiiim5. Mad Lazim Harfi Musyabba’
Secara Bahasa berarti membaca huruf mad pada huruf permulaan surah dengan berat. Mad lazim harfi musyabba juga terdapat di dalam permulaan surah. Cara bacanya, dibaca sesuai nama hurufnya dengan panjang enam ketukan. Huruf Mad Lazim Harfi Musyabba’ seluruhnya berjumlah delapan huruf yang terkumpul di dalam lafadz
ْ م ْ ك سل ْ ع ْ ص ْ ق ْ ْ ْ
ن
yaitu:
( م ، ك ، ل ، س ، ع ، ص ، ق ، ن )
Misalnya huruf dan pada kata )permulaan surah Al-Baqarah(. Lafal tersebut dibaca Alif Lāmmīm. Contoh lain, huruf , , dan pada lafal (ayat ke-2 surat Asy-Syura). Ayat tersebut dibaca ‘aīnnnsīnnnqāf.
Di dalam Al-Qur’an, kalian bisa menemukan mad lazim harfi musyabba’ pada 29 permulaan surah. Dengan perincian bahwa 28 ayat pada ayat pertama dan satu ayat pada ayat kedua, yaitu kata
(ayat ke-2 surat Asy-Syura). Lafalkan ayat-ayat
berikut dengan tepat.
g
‘aīnnnsīnnnqāf
Dibaca
Itulah macam-macam Mad Far’i. Secara keseluruhan, Mad ada 14 macam, 1 Mad asli dan 13 Mad Far’i. Namun sebagian `Ulama yang ahli dalam ilmu membaca Al- Qur’an menambah dua Mad lagi jenis Mad Far’i, yaitu Mad Farq dan Mad Tamkin. Apa dan bagaimana ketentuan dua Mad tersebut? Mari kita ikuti penjelasan dalam rubrik Tahsin berikut:
T A H
S
I N1. Mad Farq (membaca panjang huruf mad yang berfungsi sebagai pembeda antara kalimat Tanya dengan kalimat biasa)
Mad Farq yang terdapat di dalam Hamza yang berfungsi sebagai kata Tanya yang diikuti huruf bertasydid. Kejadiannya hampir sama dengan Mad musaqqal Kilmi. Panjang bacaannya sama, yaitu enam ketukan. Misalnya kata
(Apakah dua yang jantan . . .) di dalam Surah al-An’am [6] :143. Kata
tersebut dibaca aaaaaazzakaraini.
Di dalam Al-Qur’an mad Farq hanya terdapat pada dua kata di dalam empat ayat, yaitu sebagai berikut :
Kata Dibaca Terjemahan Tempat
Aaaaaadzdzakaraini (mad dibaca
selama enam ketukan dan masydidkan ke dalam Lafal
)
Apakah dua yang jantan
Surah al-An’am [6]
: 143 dan 144
Allahu
(Mad dibaca selama enam ketukan dan masydidkan ke dalam bunyi )
Apakah Allah Surah Yunus [10]:
59 dan an-Naml [27]: 59
2. Mad Tamkin (Membaca panjang huruf Mad)
Mad Tamkin terdapat di dalam huruf ya berharakat kasra dan tasydid ( ) yang diikutinya sukun ( ). Panjang bacaannya adalah dua ketukan.
Misalnya Lafal
dibaca Huyyiitum. Bacalah potongan-potongan ayat berikut dengan benar :
Evaluasi 11
Jawablah pertanyaan berikut dengan tepat dan jelas.
1.
Jelaskan persamaan dan perbedaan mad silah qasira dengan Mad Shilah Thawilah.Lengkapilah jawaban kalian dengan contoh.
2.
Apa yang dimaksud dengan mad ‘iwad? Jelaskan dan berilah contohnya.3.
Jelaskan pengertian Mad Badal. Berilah contohnya.4.
Apa yang dimaksud dengan mad harfi mukhafaf? Jelaskan dan berilah contohnya.5.
Apa pengertian mad harfi mukhaffaf? Ada di berapa ayat dalam Al-Qur’an?Jelaskan dengan disertai contoh.
K h a z a n a h
Potongan-potongan huruf yang berada di awal surat dikenal dengan istilah “Al-Muqattha`at”. Dalam ilmu tajwid termasuk dalam Mad Lazim Harfi sebagaimana telah kita bahas. Dari 114 surat dalam Al-Qur`an, terdapat 28 surat yang diawali dengan “Al-Muqattha`at” yakni:
Muqatta'at Surah Akumulasi
لأم
’Alif Lām Mīm Al-Baqarah, Ali Imran, al-Ankabut, ar-
Rum, Luqman, dan as-Sajdah 6
لأمص ʾAlif Lām Mīm
Ṣād Al-A'raf 7
لأر
ʾAlif Lām Rāʾ Yunus, Hud, Yusuf, Ibrahim, dan al-Hijr 12 لأمر
ʾAlif Lām Mīm
Rāʾ Ar-Ra'd 13
كويعص Kāf Hāʾ Yāʾ
ʿAin Ṣād Maryam 14
طه
Ṭāʾ Hāʾ Ta Ha 15
طسم
Ṭāʾ Sīn Mīm Asy-Syu'ara' dan al-Qasas 17 طس
Ṭāʾ Sīn An-Naml 18
يس
Yāʾ Sīn Ya Sin 19
ص
Ṣād Sad 20
حم
Ḥā Mīm Al-Mu'min, Fussilat, az-Zukhruf, ad-
Dukhan, Jatsiyah, dan al-Ahqaf 25 ق
عس حم
Ḥā Mīm; ʿAin
Sīn Qāf Asy-Syura (2 ayat) 26
ق
Qāf Qaf 27
ن
Nūn Surah Al-Qalam 28
BAB XII
WAQAF DAN IBTIDA`
Ringkasan Materi
A. WAQAF (ف˚ َ و َق)
1. Pengertian Waqaf
Waqaf adalah memutuskan pembacaan suatu kata dari setelahnya sesaat sambil menarik nafas yang kemudian melanjutkan bacaan kembali.
2. Urgensi Waqaf
a. Mewujudkan bacaan yang tartil sebagaimana diperintahkan oleh QS. Al- Muzzammil: 4
b. Menuntun para mustami pada pemahaman al-Quran yang benar.
c. Mengantarkan pada pemahaman al-Quran sesuai dengan maknanya yang dimaksud.
d. Menunjukan kebanggan dan kemuliaan seorang yang berilmu atas pemahamannya yang mendalam dan penguasaan ilmu yang sempurna.
3. Pembagian Waqaf
Sebab waqaf secara umum terbagi menjadi empat macam, yaitu:
a. Waqaf Idhtirary
Idhtirary menurut bahasa adalah darurat. Waqaf idhtirary menurut istilah adalah memberhentikan bacaan karena kondisi darurat atau sesuatu yang menyebabkan
pembaca berpaling dari bacaan Al-Qurannya; seperti, kehabisan nafas, bersin, menjawab salam, lupa mengenai ayat yang dibaca.
Hukum me-waqaf idhtirary adalah diperbolehkan walaupun pembaca menghentikan bacaannya pada kalimat, kata atau huruf yang tidak layak.
Pembaca yang menerapkan waqaf ini hendaknya menyambungkan dengan kata/kalimat berikutnya ketika memulai jika maknanya belum sempurna dan dapat langsung memulai dari setelahnya jika makna yang dibaca telah sempurna.
b. Waqaf Intizhary
Intizhary menurut bahasa adalah menunggu. Waqaf intizhary menurut bahasa adalah memberhentikan bacaan pada kata yang diperselisihkan oleh ulama’ qiraat antara boleh dan tidak boleh waqaf. Untuk menghormati perbedaan pendapat itu, sambil menunggu adanya kesepakatan, sebaiknya waqaf pada kata itu, kemudian diulangi dari kata sebelumnya yang tidak merusak arti yang dimaksud oleh ayat, dan diteruskan sampai tanda waqaf berikuitnya. Dengan demikian terwakili dua pendapat yang berbeda itu.
c. Waqaf Ikhtibary
Ikhtibary menurut bahasa artinya ujian. Waqaf ikhtibary menurut istilah adalah memberhentikan bacaan pada suatu kata dengan tujuan untuk menjelaskan hukum- hukumnya, menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan Al-Quran atau ayat yang sedang dibaca, walaupun berhenti pada kata yang dirasakan maknanya belum tepat.
Waqaf jenis ini biasanya terjadi pada proses belajar mengajar atau ujian dengan tujuan untuk menjelaskan hokum bacaan ataupun tulisannya, sehingga kesempurnaan makna menjadi tidak dipersyaratkan.
d. Waqaf Ikhtiary
Ikhtiary menurut bahasa artinya pilihan. Waqaf ikhtiary menurut istilah adalah memberhentikan bacaan pada suatu kata yang diserahkan pada pilihan atau kehendak si pembaca.
Waqaf ikhtiary terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
Al-Jaiz maknanya boleh, yaitu berhenti membaca pada kata yang diperbolehkan bahkan dianjurkan berhenti karena menunjukan makna yang baik.
Al-Qabih maknanya jelek atau tidak baik, yaitu waqaf pada ayat, kalimat atau kata yang belum sempurna maknanya, karena masih ada hubungan dengan kata berikutnya baik secara makna maupun lafazh.
Pembahasan mengenai kedua waqaf jenis ini akan dibahas pada pembahasan berikutnya.
1) Waqaf Ikhtiary Al-Jaiz
Al-Jaiz maknanya boleh, yaitu berhenti membaca pada kata yang diperbolehkan bahkan dianjurkan berhenti karena menunjukan makna yang baik. Waqaf ikhtiary al- jaizterbagi dalam tiga bagian, yaitu:
a) Waqaf Tam
Waqaf tam yaitu berhenti pada suatu tempat atau kata yang sudah sepurna maknanya dan tidak berkaitan dengan kata/kalimat sesudahnya baik secara lafazh ataupun makna.
Hukum berhenti pada waqaf tam adalah baik dan sangat dianjurkan kemudian melanjutkan bacaan pada kata sesudahnya tanpa mengulang. Waqaf tam dapat terjadi pada beberapa kondisi, diantaranya seperti di bawah ini:
1.Waqaf tam pada akhir ayat (Al-Baqarah :5) yang merupakan akhir tema tertentu.
Dan memulai pada ayat berikutnya (Al-Baqarah :6).
Berhenti pada kata al-muflihun dalam ayat di ats merupakan akhir tema yang membicarakan keadaan orang-orang beriman, sedangkan kalimat berikutnya pada ayat 6 berkaitan dengan orang-orang kafir. Dengan demikian berhenti pada ayat kelima merupakan waqaf tam.
2. Waqaf tam pada pertengahan sebelum akhir ayat, seperti waqaf pada kata adzillah; kemudian melanjutkan hingga akhir ayat (An-Naml :34).
Dia berkata, ‘Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina.’ dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat.
3. Waqaf tam pada satu kata setelah akhir ayat seperti pada kata wa billail pada QS. As-Shaffat (37) yang dibaca dengan cara menyabungkan ayat 137-138
Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu tidak memikirkan? (QS. As-Shaffat: 137-138)
b) Waqaf Kafi
Waqaf kafi adalah berhenti pada suatu kata dan tidak ada keterkaitan dengan kata/kalimat sesudahnya atau sebelumnya secara lafazh melainkan maknanya saja.
Hukum waqaf kafi adalah dianjurkan dan dipandang baik berhenti dan memulai kembali pada kata setelahnya. Contohnya adalah pada ayat berikut.
Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. (QS. Al-Baqarah :6)
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS. AL-Baqarah: 7) Berhenti pada akhir ayat 6 di atas merupakan waqaf kafi, kemudian melanjutkan pada ayat berikutnya. Alasannya adalah ayat 6 sudah sepurna secara makna dan tidak ada keterkaitan lafazh dengan ayat 7 melainkan maknanya saja.
c) Waqaf Hasan
Waqaf hasan adalah berhenti pada suatu kata atau suatu perkataan yang sempurna dan masih berkaitan dengan kata setelahnya baik dari segi lafazh maupun maknanya.
Hukum waqaf hasan adalah baik atau diperbolehkan.
Apabila waqaf hasan terjadi pada akhir ayat, aka diperbolehkan melanjutkan bacaan pada ayat berikutnya, namun jika waqaf hasan terjadi pada pertengahan ayat, maka dianjurkan bahkan diharuskan mengulang kebali sebab jika tidak maka menjadi waqaf qabih (waqaf yang jelek maknanya).
Contoh waqaf hasan:
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.
Berhenti pada lafazh al-hadulillah, adalah termasuk waqaf hasan, tanpa memulai pada lafazh berikutnya, namun jika hendak melanjutkan bacaan pada rabbil ‘alamin, aka harus menyabungkan dengan sebelumnya.
ۗ
Demikian Allah menerangkan ayat-ayatNya kepadamu supaya kamu berfikir (219) tentang dunia dan akhirat… (220).
Berhenti pada akhir QS. 2: 219 di atas adalah diperbolehkan namun kalimat atau ayat berikutnya tak dapat dipahami maknanya kecuali dikaitkan dengan sebelumnya oleh karena itu sangat disukai mengulang kembali ketika memulainya.
2) Waqaf Ikhtiary Al-Qabih
Al-qabih maknanya jelek atau tidak baik, yaitu waqaf pada ayat, yang belum sempurna maknanya, karena masih ada kata berikutnya baik secara makna maupun lafazh.
yang termasuk waqaf iktiary al-qabihadalah sebagai kalimat atau kata
hubungan dengan Beberapa kategori berikut:
Berhenti membaca pada kata yang tidak dapat dipahami karena sangat terkait dengan lafazh dan makna kata berikutnya.
Berhenti pada pada alhamdu pada alhamdulillah.
lafazh bismi pada bismillahi, berhenti
Berhenti pada kata yang tidak sesuai dengan sifat yang layak disandangkan kepada Allah Ta`ala.
Dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; … (QS. Ali Imran: 62) Berhenti pada kata wa ma min ilah adalah waqaf qabih karena ungkapan tersebut merupakan ungkapan atheis yang tidak mengakui keberadaan Allah Ta`ala.
Berhenti pada kata yang menyebabkan perubahan makna dari yang dimaksud.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub[301], terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun. (QS. An-Nisa: 43) Berhenti pada kata la taqrabush shalah sehingga maknanya menjadi larangan kepada orang-orang yang beriman untuk melaksanakan shalat.
Cara berhenti seperti contoh-contoh di atas adalah cara berhenti yang jelek (qabih). Untuk menghindari hal tersebut maka para penuntut ilmu perlu untuk belajar Bahasa Arab, latihan pernafasan yang panjang serta harus teliti ketika membaca Al-Qur`an.
4. Tanda-Tanda Waqaf
Tanda-tanda waqaf yang tertulis dalam mushaf standar adalah sebagai berikut:
No. Tanda Waqaf Penjelasan
❶ ﻡ
Diwajibkan berhenti dan jika menyambungkannya makna menjadi tidak sesuai atau rancu
❷ قلى
Diutamakan berhenti dengan tetap adanya kebolehan menyambungkan
❸ صلى
Diutamakan bersambung dengantetap adanya kebolehan berhenti
❹ ج Diperbolehkan berhenti atau menyambungkannya
❺ .’. .’.
Kebolehan untuk berhenti pada kata di salah satunya tidak dikeduanya
❻ ﻻ
Larangan berhenti karena jika berhenti makna menjadi tidak sesuai
B. IBTIDA’ (بت َ د اء˚ ا ) 1. Pengertian Ibtida’
Ibtida menurut bahasa berasal dari ibtidaa-yabtadiu-ibtidaan yang berarti
“memulai” yaitu melanjutkan atau memulai kembali bacaan setelah berhenti sejenak untuk mengambil nafas (waqaf).
2. Pembagian Ibtida’
Ibtida terbagi dua macam, yaitu:
a. Ibtida jaiz
Ibtida yang diperbolehkan dengan cara memulai pada kata yang mengantarkan pada kesempurnaan makna sebagaimana yang dimaksud.
b. Ibtida ghairu jaiz
Ibtida yang tidak diperbolehkan karena memulainya pada kata yang menyebabkan rusaknya makna kalimat yang dibaca. Perhatikan contoh berikut.
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, ‘Sesungguhnya Allah itu ialah al- Masih putera Maryam.’ (QS. Al-Maidah: 17)
Berhenti pada kata qalu, kemudian ibtida pada kata setelahnya innallaha…, maka ibtida pada tempat tersebut merancukan makna dari konsep tauhid yang sudah baku sehingga menyebabkan makna tidak sesuai dengan yang dimaksud.
3. Urgensi Ber-ibtida yang Benar
Pentingnya ber-ibtida yang benar tidak dapat dilepaskan dari urgensi waqaf itu sendiri yakni penjagaan dan pemeliharaan keutuhan makna ayat al-Quran yang dibaca agar sesuai dengan yang dimaksud oleh Allah Ta`ala.
4. Ibtida Pada Waqaf Ikhtiary Al-Jaiz a. Ibtida pada waqaf tam dan kafi
Para ulama sepakat membolehkan ber-ibtida setelah kata yang di-waqaf-kan dengan status waqaf tam dan kafi sebagaimana pada contoh diatas.
b. Ibtida pada waqaf hasan
Sedangkan jika di-waqaf-kan dengan statuswaqaf hasan ada dua cara, yaitu:
Ber-ibtida pada kata setelah waqaf sebagaimana waqaf tam dan kafi jika waqaf- nya terjadi pada akhir ayat.
Ber-ibtida dengan cara mengulang pada kata sebelum di-waqaf-kan jika terjadi pada pertengahan ayat.
BAB XIII
GHARAIBUT TILAWAH
Ringkasan Materi
Dalam kaidah membaca Al-Qur`an, ada perubahan cara membaca dengan pola tertentu, ada juga yang tidak menggunakan pola tertentu, Perubahan cara baca yang tidak beraturan ini juga dikenal dalam metode qira’ah Imam Ashim yang banyak dipakai kaum Muslim di Indonesia, kaidah ini dinamakan Gharib.
Gharaib merupakan bentuk jamak dari Gharib yang menurut bahasa artinya tersembunyi atau samar, sedangkan menurut istilah ulama qurra’, gharib artinya sesuatu yang perlu penjelasan khusus dikarenakan samarnya pembahasan atau karena peliknya permasalahan baik dari segi huruf, lafadz, arti maupun pemahaman yang terdapat dalam Al-Qur`an.
Adapun bacaan-bacaan yang dianggap gharib (tersembunyi/samar) dalam qira’ah Imam Ashim riwayat Hafs diantaranya adalah: Imalah, Isymam, Saktah, Tashil, dan Naql.
A. Imalah (memiringkan atau membengkokan)
Cara merubah bacaan “RO” menjadi “RE” (seperti “E” dalam kata sore, sate, gule). Dalam Al-Qur`an, lafadz yang dibaca dengan metode ini ada pada 1 tempat, yakni:
1. Surat Hud ayat 41:
g g
B. Isymam (mencampurkan)
Bacaan yang mencampurkan dammah pada sukun dengan memoncongkan bibir atau mengangkat dua bibir (mecucu – Jawa). Dalam Al-Qur`an bacaan ini hanya terdapat pada 1 tempat, yakni:
1. Surat Yusuf ayat 11:
C. Saktah (diam, tidak bergerak)
Ialah berhenti sejenak tanpa bernafas. Adapun tanda saktah yang terdapat dalam Al-Qur`an biasanya dengan (سكتة) dan kadang-kadang juga dengan (س) saja. Di dalam Al-Qur`an bacaan saktah ada pada 4 tempat, yakni:
1. Surah al-Kahfi ayat 1 dan 2:
g
2. Surah Yasin ayat 52:
3. Surah al-Qiyamah ayat 27:
4. Surah al-Muthaffifiin ayat 14:
D. Tashil (memberi kemudahan, keringanan atau menyederhanakan)
Cara membaca dua hamzah yang berjejer, hamzah pertama dibaca biasa sedangkan yang kedua disuarakan antara hamzah dan alif (samar-samar). Di dalam Al- Qur`an bacaan tashil hanya ada pada 1 tempat, yaitu:
1. Surah Fushshilaat ayat 44:
g
g
E. Naql (memindah)
Adalah membaca lam sukun (لأ) “al” diganti dengan harakat huruf hamzah sesudahnya (i) “i” sehingga menjadi (لأ) “ali” kemudian huruf hamzah kasrah (i)
“i” dari kata “ ٱ ًسم” dibuang, sehingga berbunyi (lismu) kemudian dihubungkan dengan
“س´ ب ً ًئ” maka menjadilah bacaan (bi’sa lismu). Dalam Al-Qur`an, ayat yang mesti dibaca naql hanyalah ada pada 1 tempat, yakni:
1. Surah al-Hujurat: 11:
Demikian makna gharib dan beberapa potongan ayat yang dihukumi gharib.
Semoga bermanfaat, wallahu a`lam.